PUBLIKASI ILMIAH Pengembangan Taman Budaya Raden Saleh Sebagai Pusat Budaya Di Kota Semarang (Penekanan Arsitektur Neo-Vernakular).
PUBLIKASI ILMIAH
PENGEMBANGAN TAMAN BUDAYA RADEN SALEH
SEBAGAI PUSAT BUDAYA DI KOTA SEMARANG
(Penekanan Arsitektur Neo-Vernakular)
Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh :
SALEHA MA’ADIN
D 300 120 033
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
(2)
ii
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH DENGAN JUDUL PENGEMBANGAN TAMAN BUDAYA RADEN SALEH SEBAGAI PUSAT BUDAYA DI
KOTA SEMARANG
(Penekanan Arsitektur Neo-Vernakular)
Naskah Publikasi ini Telah Disetujui oleh Pembimbing Skripsi untuk Dipublikasikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Diajukan oleh: SALEHA MA’ADIN
D 300 120 033
Surakarta, 4 Agustus 2015 Pembimbing Utama
(3)
iii
PENGEMBANGAN TAMAN BUDAYA RADEN SALEH
SEBAGAI PUSAT BUDAYA DI KOTA SEMARANG
(Penekanan Arsitektur Neo-Vernakular)
SALEHA MA’ADIN D300 120 033
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
Taman Budaya Raden Saleh adalah taman budaya yang didirikan pada tahun 1998, yang awalnya bernama Museum Raden Saleh. Perkembangan selanjutnya, kawasan ini direncanakan menjadi kawasan budaya yang mampu menampung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan, maka
namanya berubah menjadi Taman Budaya Raden Saleh (TBRS),namun semenjak krisis ekonomi pada tahun 1997-an, kegiatan seni budaya mulai menurun seiring dengan menurunnya jumlah pengunjung, sehingga banyak fasilitas berkesenian yang terbengkalai dan menjadi kumuh.
Kajian diawali dengan mempelajari tinjauan mengenai Taman Budaya, tinjauan tentang teori perancangan kota dan kawasan, serta didukung dengan studi banding pada Taman Budaya Jawa Tengah dan Taman Budaya Yogyakarta. Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Semarang dan kondisi eksisting Taman Budaya Raden Saleh dan perkembangan penyelenggaraan kesenian dan
kebudayan di kota tersebut. Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan dengan konsep Arsitektur Neo Vernakular Jawa Tengah. Selain itu dilakukan pendekatan fungsional, kinerja, teknis, dan konstekstual.
(4)
iv 1.1 Latar Belakang
Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir mencapai 2 juta jiwa. Bahkan, Area Metropolitan Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran - Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi - Grobogan) dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa, merupakan Wilayah Metropolis terpadat ke 4, setelah Jabodetabek (Jakarta), Bandung Raya dan Gerbangkertosusilo (Surabaya).
Meskipun merupakan kota metropolitan, Kota Semarang pada dasarnya memiliki seni dan budaya yang sangat kental, didukung dengan beragamnya penduduk di kota ini. Sebagai kota yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, Kota Semarang juga memerlukan suatu wadah untuk mengekspresikan seni dan budaya. Bahkan potensi Kota Semarang dapat dikatakan unik, dengan karakter budaya kental pesisiran hasil akulturasi kebudayaan Jawa, Arab dan Cina. Keunikan ini merupakan potensi tersembunyi yang dapat digali, serta tidak mustahil, Kota Semarang dapat menjadi suatu asset seni dan budaya yang diperhitungkan di Jawa Tengah (www.infosemarang.net). Saat ini taman budaya yang ada di kota atlas itu dirasa kurang memadai untuk kegiatan pementasan budaya dengan pengunjung yang cukup banyak.
Menurut pimpinan Teater Lingkar (Semarang), Suhartono, gedung pertunjukan yang memadai sangat dibutuhkan terutama untuk pentas-pentas berskala besar. Saat ini menurutnya satu-satunya gedung yang representatif hanyalah Auditorium RRI Semarang, tetapi harga sewanya sangat mahal. TBRS sangat mendesak direvitalisasi, mengingat fasilitas dan sarana yang ada sekarang sangat kurang (Suara Merdeka, 13 februari 2012 ).
(5)
v
Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Semarang
Gol. Umur JenisKesenianyangPalingSeringDilakukan Jumlah Seni Musik Seni Tari Seni Teater Seni Pahat Seni Lukis Seni Wayang Seni Lainnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10-14 37.98 53.62 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100% 15-19 40.23 44.83 6.90 2.30 1.15 1.15 3.45 100% 20-24 53.62 33.33 5.80 0.00 0.00 2.31 7.25 100% 25-29 59.32 25.42 5.08 0.00 0.00 3.45 10.17 100% 30-64 60.12 17.34 6.36 0.00 0.58 6.94 8.67 100%
65+ 66.67 0.00 0.00 0.00 0.00 1.15 3.33 100%
Rata-rata
51.96 31.30 5.22 0.43 0.43 3.04 7.31 100%
Sumber: Direktorat Kesenian Ditjen. NBSF (2013)
Pemerintah Kota Semarang telah memulai langkah pengembangan kesenian Semarang, dengan mendirikan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS). Taman budaya ini diperuntukkan bagi seniman Kota Semarang yang ingin mengembangkan kreasinya. Fasilitas yang terdapat di taman ini berupa gedung Ki Narto Sabdo, sanggar kesenian untuk melukis ataupun tari, dan gedung pertemuan yang dapat dimanfaatkan untuk seminar maupun pameran.
Gambar 1.1
Tampak Depan Taman Budaya Raden Saleh Sumber: www.seputarsemarang.com
(6)
vi Gambar 1.2
Gedung Ki Narto Sabdo, Taman Budaya Raden Saleh Sumber: www.seputarsemarang.com
Namun keberadaan Taman Budaya Raden Saleh kurang berkembang. Joglo yang difungsikan sebagai sanggar, keadaannya sudah rusak, teater terbuka yang kotor dan pedagang yang tidak rapi membuat taman ini kurang diminati masyarakat. Namun begitu ditengah keterbatasan, TBRS tetap menjalankan fungsinya sebagai taman budaya dengan mengadakan pagelaran wayang orang secara rutin setiap malam minggu, yang disajikan oleh kelompok Ngesti Pandowo.
Gambar 1.3
Bangunan Joglo, Taman Budaya Raden Saleh Sumber: www.seputarsemarang.com
Bagi Kota Semarang yang memiliki luas sekitar 373,67 km2, pesona keindahan wisata religi, budaya, dan kuliner dianggap mempunyai nilai jual tersendiri. Demi mewujudkan dan membangkitkan pesona wisatanya, Pemkot akan menggalakkan dan mengandalkan tiga potensi daerah, yaitu wisata
(7)
vii
religi, budaya, dan kuliner. Salah satunya adalah program ''Ayo Wisata ke Semarang'' yang sudah diluncurkan sejak 11 November 2011.
Dalam mendukung program ''Ayo Wisata ke Semarang'', Dinas Kebudayaan dan Pariwisata akan mengadakan program wisata budaya. Program Wisata Budaya ini berupa pertunjukan budaya dan kesenian di Taman Budaya Raden Saleh, dengan dukungan kerjasama biro-biro travel wisata di Semarang. Tentu untuk mendukung program wisata budaya ini, dibutuhkan pelengkapan fasilitas pendukung di Taman Budaya sendiri, seperti tempat penginapan, joglo terbuka untuk pertunjukan, dan lain.
Menurut Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang, tentang informasi investasi kota Semarang, di tahun 2014 pengembangan Taman Budaya Raden Saleh memiliki peluang investasi sebesar 300 miliar (www.bppt.multisolusi.info).
Mengenai Cognitive Recreation diperkuat pula oleh pernyataan
seorang budayawan, Butet Kertarejasa, “sebuah syarat sebuah kondisi masih layak disebut waras adalah ketika masih ada kesenian dan kebudayaan
sebagai medan pengabdian” (www.lintanglanang.blogspot.com). Ungkapan
Butet menimbulkan pertanyaan bagi warga Semarang berkaitan dengan minimnya aktifitas seni dan budaya kota Semarang, kemana kita dapat menikmati aktifitas seni di kota ini.
Namun, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa Semarang tidak memiliki potensi, bahkan Semarang juga memiliki tarian khas dan musik Gambang Semarangan. Selain itu Semarang juga memiliki budayawan, sastrawan, penulis, pelukis dan pekerja seni yang memerlukan ruang untuk berkesenian, Ruang ini perlu diorganisir sehingga dapat menjadi galeri, daerah, atau bahkan kampung seni dan budaya. Sekaligus juga sebagai tempat konservasi dan pengembangan budaya Semarang dan Jawa Tengah.
Keberadaan aset seni dan budaya, memerlukan pendokumentasian agar tidak punah, pendokumentasian dapat berupa tersedianya galeri dan perpustakaan kesenian untuk menyimpan dan memamerkannya. Kemudian untuk seni pagelaran memerlukan ruang untuk mengajarkan dan
(8)
viii
mementaskannya secara rutin agar, dapat diketahui dan dikembangkan masyarakat.
Sebenarnya pemerintah Kota Semarang telah berusaha membang-kitkan kegiatan di TBRS dengan menyewakan sebagian lahan pada pihak swasta untuk dibangun Wonderia. Namun pembangunan Wonderia tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi perkembangan TBRS. Bahkan Wonderia yang merupakan fasilitas rekreasi ternyata berdiri sendiri dan tidak menunjang keberadaan TBRS.
Potensi lain dari Taman Budaya Raden Saleh adalah letaknya yang strategis, berada di pusat kota, dan dekat dengan Gedung Wanita dan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Gedung Wanita adalah fasilitas milik pemprov, yang dimaksudkan untuk kegiatan wanita. Sedangkan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah, merupakan perpustakaan umum yang melayani masyarakat untuk memperoleh informasi melalui dunia buku.
Dari uraian tersebut, disimpulkan bahwa potensi seni dan budaya Semarang memerlukan ruang untuk melestarikannya. Taman Budaya Raden Saleh sebagai ruang yang mewadahi perlu ditata ulang dan dikembangkan. Penataan dengan memperhatikan potensi di sekitar tapak dan pengembangan berupa penambahan fasilitas akan meningkatkan peran TBRS sebagai taman budaya yang memiliki fungsi rekreatif dan edukatif dalam berkesenian. Bukan hanya menjual dan memamerkan produk seniman, namun juga sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian di Semarang.
Adapun untuk penekanan desainnya adalah arsitektur Neo Vernakular. Pendekatan desain dipilih untuk tetap melestarikan kebudayaan lokal dalam tampilan bangunan. Arsitektur Neo-Vernakular mempunyai arti ”bentuk
-bentuk yang mengacu pada bahasa setempat”, dengan mengambil elemen -elemen arsitektur tradisional yang ada ke dalam bentuk modern. Salah satu tujuan dari Arsitektur Neo-Vernakular adalah melestarikan unsur-unsur lokal secara empiris dibentuk oleh tradisi turun-menurun hingga bentuk dan sistemnya terutama yang berkaitan dengan iklim sesuai dengan alam setempat.
(9)
ix 1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibutuhkan konsep pengembangan Taman Budaya Raden Saleh sebagai pusat budaya di Kota Semarang. Konsep ini harus mampu menampung berbagai pendapat, aspirasi dan pertunjukan, baik dari seniman yang berkecimpung di dalam dunia seni dan budaya, maupun para peminat dan penikmat kesenian dan kebudayaan. Sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian di Semarang, maka unsur-unsur budaya dan lingkungan, termasuk iklim setempat, yang diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural berupa arsitektur neo-vernakular. Bagaimana konsep pengembangan Taman Budaya Raden Saleh sebagai pusat budaya di Kota Semarang?
1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mendapatkan suatu landasan atau dasar konsep perencanaan dan perancangan Pengembangan Taman Budaya Raden Saleh sebagai Pusat Budaya di Kota Semarang.
b. Tujuan Khusus
Mendapatkan konsep perancangan Pengembangan Taman Budaya Raden Saleh sebagai Pusat Budaya di Kota Semarang, dengan suatu penekanan desain yang spesifik sesuai judul.
1.3.2. Sasaran
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang diambil adalah pengkajian tentang Pengembangan Taman Budaya Raden Saleh Semarang dengan pendekatan pada:
1) Konsep tata massa yang tepat yang mampu memaksimalkan potensi alam pada site.
2) Konsep peruangan dan penzoningan dalam site yang sesuai dengan kelompok kegiatan yang diwadahi.
(10)
x
3) Konsep ekspresi bangunan yang atraktif dengan pendekatan arsitektur neo vernakular sehingga dapat menarik perhatian masyarakat.
1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1 Pengertian Taman Budaya
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0221/0/1991, Taman Budaya adalah sebuah institusi pemerintah yang dibuat untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam berekspresi seni. Institusi inilah yang kemudian harus bertugas memelihara dan mengambil kebijakan yang tepat berkenaan dengan fasilitas seni yang dikelolanya. Taman Budaya merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kota. Taman Budaya pada dasarnya adalah pusat kesenian, yaitu sebuah lokasi yang berisi fasilitas-fasilitas untuk berekspresi seni. Fasilitas dalam Taman Budaya diberikan oleh pemerintah untuk melayani kebutuhan masyarakat apabila mereka ingin berekspresi seni. 1.4.2 Peranan Taman Budaya
Taman Budaya mempunyai tugas melaksanakan pengolahan seni sebagai unsur budaya daerah dan melakukan pengembangan daerah di lingkup Provinsi. Fungsi Taman Budaya sebagai unit pelaksanan teknis adalah (Keputusan Mendikbud No. 0221/0/1991):
1. Melaksanakan kegiatan, penggalian, penelitian dan peningkatan seni dalam bentuk ceramah, temu karya, sarasehan dan sebagainya. 2. Melaksanakan kegiatan pengolahan dan eksperimentasi karya seni. 3. Melaksanakan pagelaran dan pameran seni, pekan seni sebagai
kegiatan seni dan budaya bagi masyarakat
4. Melaksanakan pendokumentasian, publikasi dan informasi seni budaya baik tertulis, auditif (suara) maupun visual (gambar).
(11)
xi
Sedangkan sebagai fasilitas publik, Taman Budaya memiliki fungsi sebagai:
1. Menunjang keberadaan pusat komunitas kota.
2. Menampung aktifitas seni dan budaya tradisional maupun kontemporer.
3. Menampung potensi kreatifitas masyarakat dalam bidang seni dan budaya.
4. Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
5. Tempat diselenggarakannya kegiatan festival budaya. 6. Tempat atraksi wisata budaya bagi wisatawan.
1.4.3 Struktur Organisasi Pengelola
Struktur organisasi pengelola Taman Budaya secara umum terdiri dari (Keputusan Mendikbud No. 0221/0/1991):
1. Kepala Taman Budaya
Mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Taman Budaya.
2. Sub Bagian Tata Usaha
Bertugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga. 3. Kelompok Tenaga Fungsional
Bertugas melaksanakan pengolahan seni dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Taman Budaya sesuai keahlian dan kebutuhan. Kelompok ini terdiri dari tenaga teknis kebudayaan dan tenaga fungsional.
1.5 Metode Pembahasan
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pembahasan yang dilakukan dalam pencarian data dan penyusunan laporan DP3A ini adalah dengan cara studi literatur dan survey langsung ke tempat yang akan dijadikan sebagai rujukan perancangan bangunan. Selain itu juga survey langsung ke lokasi yang akan dijadikan Site untuk perencanaan dan perancangan bangunan.
(12)
xii
Hal itu dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat, kemudian di cocokkan dengan literatur-literatur yang ada.
Data-data tersebut ada 2 macam, yaitu:
a. Data Primer (Pencarian Langsung)
1) Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan informasi dari narasumber dan pihak terkait dengan Taman Budaya Raden Saleh.
2) Survey Lapangan, dilakukan dengan pengamatan langsung pada Taman Budaya Raden Saleh dan objek lainnya sebagai studi banding.
b.Data sekunder (Studi Literatur dan Browsing Internet)
1) Studi literatur, diambil dari buku yang berkaitan dengan Taman Budaya dan literatur lainnya.
2) Referensi, didapat dari pengumpulan data, peta, dan peraturan dari instansi terkait.
1.5.2 Tahap Analisa
Merupakan penguraian dan penjelasan terhadap permasalahan berdasarkan data-data yang diperoleh, kemudian diolah dan dianalisa berdasarkan pada landasan teori-teori yang terkait terhadap permasalahan kemudian ditarik kesimpulan.
1.5.3 Tahap Sintesis
a. Melakukan penyusunan dari hasil analisis dalam bentuk kerangka yang terarah dan terpadu berupa diskripsi konsep perancangan sebagai pemecahan masalah, yang selanjutnya menghasilkan kesimpulan.
b. Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Pengambangan Taman Budaya Raden Saleh sebagai Pusat Budaya di Kota Semarang berdasarkan hasil analisa dan sintesa yang telah dilakukan.
(13)
xiii 1.6 Hasil
Rekapitulasi Luas Kebutuhan Besaran Ruang
Tabel. 4.5 Rekapitulasi Luas Kebutuhan Besaran Ruang
No Kelompok Ruang Luas (m2)
1. Kelompok Ruang Utama 4.524,76
2. Kelompok Ruang Pengelola 415,61
3. Kelompok Ruang Penunjang 2.974,09
4. Kelompok Ruang Service 332,47
5. Kelompok Area Parkir 7.710
TOTAL LUAS 15.956,93 ~ 16.000
Sumber : Analisa Penulis, 2015 Perhitungan Kebutuhan BCR (Ruang Hijau)
KDB/BCR = 60%
Luas Lahan = 89.926 m2
Luas Bangunan = 16.000 m2
Luas Lantai Dasar (Lansekap) = 60% x 89.926 m2
(14)
xiv 1.7 Kesimpulan dan Saran
1.7.1. Kesimpulan
Perancangan Pengembangan Taman Budaya Raden Saleh di Semarang menjadi sebuah sarana yang edukatif dan komersil untuk dikembangkan dalam ruang arsitektural. Desain yang unik dan komunikatif dapat memberikan daya tarik, serta memberikan dampak yang positif untuk meningkatkan SDM serta menunjang perekonomian baik lokal maupun nasional. Pemeliharaan kebudayaan serta memperkenalkan kekayaan bangsa menjadi tolak ukur untuk memajukan Bangsa Indonesia.
1.7.2. Saran
Dalam merancang sebuah Taman Budaya yang memiliki sarana publik yang komersil memiliki banyak point penting yang harus diperhatikan, faktor kemudahan akses, aspek sosial, fungsi dan batasan penataan ruang serta situasi lingkungan sebagai sarana belajar. Agar kualitas desain bangunan dapat lebih maksimal dalam segala hal.
1.8 Daftar Pustaka
Anshori, Muhammad. 2007. “Pusat Pagelaran Musik di Surakarta Dengan Penekanan Pada Arsitektur Post-Modern”. Tugas Akhir Arsitektur. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surakarta.
Astuti, Setyo. 2013. “Redesain Taman Budaya Raden Saleh”. Tugas Akhir. Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
D. K. Ching, Francis. 2007. Architecture Form, Space and Order. New Jersey: Wiley.
De Chiara, Joseph. 2001. Time Saver Standarts for Building Types. New York: Mc. Graw Hillbook Company.
Dirjen Kebudayaan Direktorat Kesenian. 1981. Standarisasi Taman Budaya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
(15)
xv
Ismunandar. 1986. Joglo, Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Semarang: Dahara Prize.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0221 th 1991 tentang Klarifikasi Taman Budaya
Kota Semarang Dalam Angka 2009. BadanPusatStatistik, Kota Semarang Manser, Martin H. 2000. Oxford Learner's Pocket Dictionary. Oxford: Oxford
University Press.
Moertjipto, dan dll. 1990. Bentuk-bentuk Peralatan Hiburan dan Kesesian Tradisional Jawa. Yogyakarta: Depdikbud.
Neufert, Ernest. 1992. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1. Erlangga : Jakarta Neufert, Ernest. 1992. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2. Erlangga : Jakarta Peraturan Daerah Nomor 2 Tentang Perubahan Pertama Rencana Induk Kota
Semarang, Semarang : 1990
Peraturan Daerah Nomor 5 tentang RTRW tahun 2000-2010 : 2004
Pratiwi, Rani Putri. 2009. “Graha Seni dan Budaya di Surakarta”. Tugas Akhir Arsitektur. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surakarta
Revisi RTRW/RDTRK. 2000-2010. Kota Semarang
Santosa, Eko, dan dkk. 2008. Seni Teater Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK.
Sedyawati, Edi. 1983. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia. Setiawati, Rahmida. 2008. Seni Tari Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMK.
Soedarsono, R. M. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Depdikbud.
Soetarno, R. 1994. Ensiklopedia Wayang.
Sumalyo, Yulianto. 1996. Arsitektur Modern. Ujung Pandang: Gajahmada University Press.
Yohanes, Ardian Yoseph. 2009. “Studi Persepsi Stake Holder Terhadap
Revitalisasi Kawasan Taman Budaya Raden Saleh Semarang”. Tugas Akhir. Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
(16)
xvi
www.id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 25 Maret 2015 www.infosemarang.net, diakses pada tanggal 27 Februari 2015
www.suaramerdeka.com, 13 februari 2012, diakses pada tanggal 27 Februari 2015
www.seputarsemarang.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015 www.bppt.multisolusi.info, diakses pada tanggal 27 Februari 2015 www.lintanglanang.blogspot.com, diakses pada tanggal 27 Februari 2015 www.jalansolo.com, diakses pada tanggal 5 April 2015
www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015 www.blogspot.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015 www.itb.ac.id, diakses pada tanggal 25 Maret 2015 www.snipview.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2015 www.skyscrapercity.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2015 www.maps.google.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2015
(1)
xi
Sedangkan sebagai fasilitas publik, Taman Budaya memiliki fungsi sebagai:
1. Menunjang keberadaan pusat komunitas kota.
2. Menampung aktifitas seni dan budaya tradisional maupun kontemporer.
3. Menampung potensi kreatifitas masyarakat dalam bidang seni dan budaya.
4. Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
5. Tempat diselenggarakannya kegiatan festival budaya. 6. Tempat atraksi wisata budaya bagi wisatawan.
1.4.3 Struktur Organisasi Pengelola
Struktur organisasi pengelola Taman Budaya secara umum terdiri dari (Keputusan Mendikbud No. 0221/0/1991):
1. Kepala Taman Budaya
Mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Taman Budaya.
2. Sub Bagian Tata Usaha
Bertugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga. 3. Kelompok Tenaga Fungsional
Bertugas melaksanakan pengolahan seni dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Taman Budaya sesuai keahlian dan kebutuhan. Kelompok ini terdiri dari tenaga teknis kebudayaan dan tenaga fungsional.
1.5 Metode Pembahasan
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pembahasan yang dilakukan dalam pencarian data dan penyusunan laporan DP3A ini adalah dengan cara studi literatur dan survey langsung ke tempat yang akan dijadikan sebagai rujukan perancangan bangunan. Selain itu juga survey langsung ke lokasi yang akan dijadikan Site untuk perencanaan dan perancangan bangunan.
(2)
xii
Hal itu dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat, kemudian di cocokkan dengan literatur-literatur yang ada.
Data-data tersebut ada 2 macam, yaitu: a. Data Primer (Pencarian Langsung)
1) Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan informasi dari narasumber dan pihak terkait dengan Taman Budaya Raden Saleh.
2) Survey Lapangan, dilakukan dengan pengamatan langsung pada Taman Budaya Raden Saleh dan objek lainnya sebagai studi banding.
b.Data sekunder (Studi Literatur dan Browsing Internet)
1) Studi literatur, diambil dari buku yang berkaitan dengan Taman Budaya dan literatur lainnya.
2) Referensi, didapat dari pengumpulan data, peta, dan peraturan dari instansi terkait.
1.5.2 Tahap Analisa
Merupakan penguraian dan penjelasan terhadap permasalahan berdasarkan data-data yang diperoleh, kemudian diolah dan dianalisa berdasarkan pada landasan teori-teori yang terkait terhadap permasalahan kemudian ditarik kesimpulan.
1.5.3 Tahap Sintesis
a. Melakukan penyusunan dari hasil analisis dalam bentuk kerangka yang terarah dan terpadu berupa diskripsi konsep perancangan sebagai pemecahan masalah, yang selanjutnya menghasilkan kesimpulan.
b. Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Pengambangan Taman Budaya Raden Saleh sebagai Pusat Budaya di Kota Semarang berdasarkan hasil analisa dan sintesa yang telah dilakukan.
(3)
xiii 1.6 Hasil
Rekapitulasi Luas Kebutuhan Besaran Ruang
Tabel. 4.5 Rekapitulasi Luas Kebutuhan Besaran Ruang
No Kelompok Ruang Luas (m2)
1. Kelompok Ruang Utama 4.524,76
2. Kelompok Ruang Pengelola 415,61
3. Kelompok Ruang Penunjang 2.974,09
4. Kelompok Ruang Service 332,47
5. Kelompok Area Parkir 7.710
TOTAL LUAS 15.956,93 ~ 16.000
Sumber : Analisa Penulis, 2015 Perhitungan Kebutuhan BCR (Ruang Hijau)
KDB/BCR = 60%
Luas Lahan = 89.926 m2
Luas Bangunan = 16.000 m2
Luas Lantai Dasar (Lansekap) = 60% x 89.926 m2
(4)
xiv 1.7 Kesimpulan dan Saran
1.7.1. Kesimpulan
Perancangan Pengembangan Taman Budaya Raden Saleh di Semarang menjadi sebuah sarana yang edukatif dan komersil untuk dikembangkan dalam ruang arsitektural. Desain yang unik dan komunikatif dapat memberikan daya tarik, serta memberikan dampak yang positif untuk meningkatkan SDM serta menunjang perekonomian baik lokal maupun nasional. Pemeliharaan kebudayaan serta memperkenalkan kekayaan bangsa menjadi tolak ukur untuk memajukan Bangsa Indonesia.
1.7.2. Saran
Dalam merancang sebuah Taman Budaya yang memiliki sarana publik yang komersil memiliki banyak point penting yang harus diperhatikan, faktor kemudahan akses, aspek sosial, fungsi dan batasan penataan ruang serta situasi lingkungan sebagai sarana belajar. Agar kualitas desain bangunan dapat lebih maksimal dalam segala hal.
1.8 Daftar Pustaka
Anshori, Muhammad. 2007. “Pusat Pagelaran Musik di Surakarta Dengan Penekanan Pada Arsitektur Post-Modern”. Tugas Akhir Arsitektur. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surakarta.
Astuti, Setyo. 2013. “Redesain Taman Budaya Raden Saleh”. Tugas Akhir.
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
D. K. Ching, Francis. 2007. Architecture Form, Space and Order. New Jersey: Wiley.
De Chiara, Joseph. 2001. Time Saver Standarts for Building Types. New York: Mc. Graw Hillbook Company.
Dirjen Kebudayaan Direktorat Kesenian. 1981. Standarisasi Taman Budaya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
(5)
xv
Ismunandar. 1986. Joglo, Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Semarang: Dahara Prize.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0221 th 1991 tentang Klarifikasi Taman Budaya
Kota Semarang Dalam Angka 2009. BadanPusatStatistik, Kota Semarang
Manser, Martin H. 2000. Oxford Learner's Pocket Dictionary. Oxford: Oxford University Press.
Moertjipto, dan dll. 1990. Bentuk-bentuk Peralatan Hiburan dan Kesesian
Tradisional Jawa. Yogyakarta: Depdikbud.
Neufert, Ernest. 1992. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1. Erlangga : Jakarta Neufert, Ernest. 1992. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2. Erlangga : Jakarta Peraturan Daerah Nomor 2 Tentang Perubahan Pertama Rencana Induk Kota
Semarang, Semarang : 1990
Peraturan Daerah Nomor 5 tentang RTRW tahun 2000-2010 : 2004
Pratiwi, Rani Putri. 2009. “Graha Seni dan Budaya di Surakarta”. Tugas Akhir
Arsitektur. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surakarta
Revisi RTRW/RDTRK. 2000-2010. Kota Semarang
Santosa, Eko, dan dkk. 2008. Seni Teater Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK.
Sedyawati, Edi. 1983. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia. Setiawati, Rahmida. 2008. Seni Tari Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMK.
Soedarsono, R. M. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.
Jakarta: Depdikbud.
Soetarno, R. 1994. Ensiklopedia Wayang.
Sumalyo, Yulianto. 1996. Arsitektur Modern. Ujung Pandang: Gajahmada University Press.
Yohanes, Ardian Yoseph. 2009. “Studi Persepsi Stake Holder Terhadap
Revitalisasi Kawasan Taman Budaya Raden Saleh Semarang”. Tugas
Akhir. Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
(6)
xvi
www.id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 25 Maret 2015 www.infosemarang.net, diakses pada tanggal 27 Februari 2015
www.suaramerdeka.com, 13 februari 2012, diakses pada tanggal 27 Februari 2015
www.seputarsemarang.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015 www.bppt.multisolusi.info, diakses pada tanggal 27 Februari 2015 www.lintanglanang.blogspot.com, diakses pada tanggal 27 Februari 2015 www.jalansolo.com, diakses pada tanggal 5 April 2015
www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015 www.blogspot.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015 www.itb.ac.id, diakses pada tanggal 25 Maret 2015 www.snipview.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2015 www.skyscrapercity.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2015 www.maps.google.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2015