Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Taman Rekreasi dan Wisata Budaya di Kota Semarang

ABSTRAKSI

Krisniandhi Retno Tsalasi : Tugas Akhir Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Taman

Rekreasi dan Wisata Budaya di Kota Semarang

Taman Budaya Raden Saleh yaitu sebuah taman wisata yang terletak di pusat kota, tepatnya di Jalan Sriwijaya No. 29 Semarang dengan luas lahan ±

89.926 m 2 . Selain terletak pada posisi strategis, taman ini memiliki kontur tanah

dan pepohonan tua yang rindang, yang merupakan pohon konservasi di Kota Semarang. Dalam tugas akhir ini berfokus pada kegiatan merencanakan dan merancang kembali Taman Budaya Raden Saleh sehingga terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui perluasan, perubahan maupun pemindahan lokasi, perombakan dan penambahan fasilitas di dalam site. mempertahankan pepohonan lama yang menjadi pohon konservasi dan menjadikannya sebagai potensi rekreasi pada kawasan.

Taman Rekreasi dan Budaya dibangun bertujuan untuk melestarikan budaya lokal khususnya budaya Kota Semarang. Fasilitas di zona budaya meliputi bangunan penerima yang berisi kantor pengelola dan ticketing, teater tertutup untuk pertunjukkan seni tertutup, pendhopo besar dan kecil untuk pementasan terbuka dan latihan seni, cineplex untuk pemutaran film dokumenter, perpustakaan dan museum sebagai pusat dokumentasi budaya, sanggar untuk tempat latihan seni terutup, amphiteater untuk pagelaran seni terbuka. Sedangkan fasilitas di zona rekreasi meliputi area terbuka untuk outbond keluarga dengan memanfaatkan pepohonan rindang, dan segaran untuk permainan air. Area pendukung meliputi musholla, gazebo, restoran dan angkringan khas Kota Semarang.

Kata Kunci : Taman Wisata Budaya, Rekreasi, Kota Semarang

Raden Saleh Cultural Park is a park located in the city center, exactly at Sriwijaya Road. Semarang with a land area of 29 ± 89.926 m2. Besides situated in

a strategic position, this park has a contour of the land and the shady old trees which is the conservation of trees in the city of Semarang. In this thesis focuses on the activities of planning and redesign Cultural Park Raden Saleh, causing physical changes without altering its function either through the expansion, change or transfer of location, renovation and addition of facilities at the site. Maintain the old trees into a tree conservation and make it as a potential recreation in the region.

Parks Recreation and Culture built aims to preserve local culture, especially culture of the city of Semarang. Cultural facilities in the zone include the building that contains the receiver's office and ticketing manager, performing

commit to user

arts theater closedfor a

closed, large and

small pendhopo for staging an

open and training in the arts, cineplex for a documentary film, libraries and museums as cultural documentationcenter, a training workshop for terutup art, amphitheater for open art show. While thefacilities at the recreation zone covers an area open for outbound families by utilizing shade trees, and Segaran for water games. Areas

of support include

the mosque, gazebo, restaurant and angkringan typical city

of Semarang.

Keywords: Cultural Tourism Parks, Recreation, City of Semarang

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul

Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Taman Rekreasi Dan Wisata Budaya di Kota Semarang.

B. Pemahaman Judul

1. Perancangan Kembali ( Redesain ) - Kegiatan perencanaan dan perancangan kembali suatu bangunan sehingga

terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui perluasan, perubahan maupun pemindahan lokasi . ( John M, Kamus Inggris-Indonesia, 2000, PT Gramedia, Jakarta ) - Perancangan kembali : Proses, cara, perbuatan merancang: ~ bangunan itu dilakukan oleh seorang ahli yg masih muda. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III , 2008, PT. Gramedia, Jakarta )

2. Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Taman Budaya Raden Saleh yaitu sebuah taman wisata yang terletak di pusat kota, tepatnya di Jalan Sriwijaya No. 29 Semarang dengan luas lahan ± 89.926 m2. Selain terletak pada posisi strategis, taman ini memiliki kontur tanah dan pepohonan tua yang rindang, yang merupakan pohon konservasi di Kota Semarang.

3. Taman - Kebun yang ditanami bunga- bunga dan lain sebagainya ( tempat bersenang- senang), tempat yang menyenangkan. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010 )

- Park : public garden or area of ground for public use ( Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 1991)

BAB I

commit to user

- Suatu area publik atau privat yang ditata untuk keindahan, edukasi, rekreasi, atau kebutuhan budaya ( M. Gold, Seymour. Recreation Planning And Design, Mcgraw Hill Book Company, 1980 )

4. Rekreasi - Berasal dari kata “re-create”, yang berarti melukiskan kembali ( Echols

Dan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, 2000) - Perbuatan/ aktivitas yang menyegarkan tubuh, membangun minat dan menciptakan kesegaran pikiran dan perasaan yang enak ( F. Ukur, Mari Berkreasi, Bpk, Jakarta)

5. Wisata - Berbicara tentang pariwisata, yang berasal dari kata tour yang berarti

kunjungan, tamasya ( A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, 1983) - Segala sesuatu yang berkaitan dengan kunjungan atau tamasya, dilakukan pada waktu senggang ( ibid)

6. Budaya - Arti kata cipta, rasa dan karsa ( Poerwadinata, WJS, Kamus Umum

Bahasa Indonesia, 1976) - Seluruh total pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar dari nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah proses belajar ( Koentjaraningrat, 1985 )

7. Kebudayaan - Hasil dari cipta, rasa dan karsa ( Poerwadinata, WJS, Kamus Umum

Bahasa Indonesia, 1976) - Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kesenian, kepercayaan dan adat istiadat ( ibid ) - Kegiatan ( usaha) batin ( akal ) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan ( ibid )

BAB I

commit to user

- Peradaban batin yaitu kehalusan budi, keluhuran ilmu,keluhuran kebatinan, ketinggian perkembngan ilmu pengetahuan dan kesenian ( Koentjaraningrat, 1985 )

8. Wisata Budaya Kegiatan wisata akibat dari adanya objek wisata berupa hasil budaya setempat ( upacara atau adat istiadat, kehidupan masyarakatnya, peninggalan sejarah atau hasil karya seni rakyat ) ( Bappeda Dati II Kota Semarang, 2003)

9. Perancangan Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Tempat Rekreasi Dan Wisata Budaya

Proses Merancang Kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai suatu tempat yang didalamnya dilengkapi dengan fasilitas untuk berekreasi dan wadah untuk melakukan kegiatan wisata ( menikmati) suatu budaya yang telah ada dan berkembang dalam masyarakat sebagai objek atau atraksi.

C. Latar Belakang

Di dalam teori Maslow ( Abraham H. Maslow. 1968. Toward a Psychology of Being, 2d ed. New York: D. Van Nostrad. Hlm. 25), dijelaskan mengenai lima kebutuhan manusia, kelima kebutuhan ini adalah

1. Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, dan kebutuhan biologis seperti seks, tidur dan rekreasi.

2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan, merupakan kebutuhan aman dari ancaman, kesehatan, dan kepastian pekerjaan dan materi.

3. Kebutuhan sosial, merupakan kebutuhan dalam memiliki teman, keluarga dan cinta.

4. Kebutuhan penghargaan diri, merupakan kebutuhan memiliki citra diri dan dihargai orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan untuk bertindak sesuai keinginan seperti kreatifitas dan moralitas.

BAB I

commit to user

Berdasar teori ini, manusia membutuhkan rekreasi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, diantara beberapa jenis rekreasi, terdapat Cognitive Recreation, suatu aktivitas rekreasi budaya, pendidikan dan kreativitas atau aktivitas estetis serta apresiatif. Mengenai Cognitive Recreation diperkuat pula oleh pernyataan seorang budayawan, Butet Kertarejasa, “Sebuah syarat sebuah kondisi masih layak disebut waras adalah ketika masih ada kesenian dan kebudayaan

http://lintanglanang.blogspot.com/2008/06/kampung-seni-lerep-kegilaan-

yang.html ) Ungkapan Butet menimbulkan pertanyaan bagi warga Semarang berkaitan dengan minimnya aktifitas seni dan budaya kota Semarang, kemana kita dapat menikmati aktifitas seni di kota ini. Namun, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa Semarang tidak memiliki potensi, bahkan potensi kota Semarang dapat dikatakan unik, dengan karakter budaya kental pesisiran hasil akulturasi kebudayaan Jawa, Arab dan Cina. Keunikan ini merupakan potensi tersembunyi yang dapat digali, serta tidak mustahil, kota Semarang dapat menjadi suatu aset seni

Jawa Tengah . (http://infosemarang.net/content/view/12/2/09) Semarang juga memiliki tarian khas dan musik Gambang Semarangan, selain itu Semarang juga memiliki budayawan, sastrawan, penulis, pelukis dan pekerja seni yang memerlukan ruang untuk berkesenian, Ruang ini perlu diorganisir sehingga dapat menjadi galeri, daerah, atan bahkan kampung seni dan budaya. Sekaligus juga sebagai tempat konservasi dan pengembangan budaya Semarang dan Jawa Tengah.

Keberadaan aset seni dan budaya, memerlukan pendokumentasian agar tidak punah, pendokumentasian dapat berupa tersedianya museum dan perpustakaan kesenian untuk menyimpan dan memamerkannya. Kemudian untuk seni pagelaran memerlukan ruang untuk mengajarkan dan mementaskannya secara rutin agar dapat diketahui dan dikembangkan masyarakat. Pemerintah kota Semarang telah memulai langkah pengembangan kesenian Semarang, dengan mendirikan Taman Budaya Raden Saleh. Taman budaya ini diperuntukkan bagi seniman kota Semarang yang ingin mengembangkan kreasinya. Fasilitas yang

BAB I

commit to user

terdapat ditaman ini berupa gedung teater tertutup Ki Narto Sabdo, sanggar kesenian untuk melukis ataupun tari, dan gedung pertemuan yang dapat dimanfaatkan untuk seminar maupun pameran.

Namun keberadaan Taman Budaya Raden Saleh kurang berkembang. Joglo yang difungsikan sebagai sanggar, keadaannya sudah rusak, teater terbuka yang kotor dan pedagang yang tidak rapi membuat taman ini kurang diminati masyarakat.

Namun begitu, ditengah keterbatasan, TBRS tetap menjalankan fungsinya sebagai taman budaya dengan mengadakan pagelaran wayang orang secara rutin setiap malam minggu, yang disajikan oleh kelompok Ngesthi Pandowo. Pemerintah kota berusaha membangkitkan kegiatan di TBRS dengan menyewakan sebagian lahan pada pihak swasta untuk dibangun Wonderia. Namun pembangunan Wonderia tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi perkembangan TBRS. Wonderia yang merupakan fasilitas rekreasi ternyata berdiri sendiri dan tidak menunjang keberadaan TBRS.

Dari uraian tersebut, disimpulkan bahwa potensi seni dan budaya Semarang memerlukan ruang untuk melestarikannya. Taman Budaya Raden Saleh sebagai ruang yang mewadahi perlu ditata ulang dan dikembangkan. Penataan dengan memperhatikan potensi di sekitar tapak dan pengembangan berupa penambahan fasilitas akan meningkatkan peran TBRS sebagai taman budaya yang memiliki fungsi rekreatif dan edukatif dalam berkesenian. Bukan hanya menjual dan memamerkan produk seniman, namun juga sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian di Semarang. Pengembangan kesenian di Semarang harus dipandang secara optimis, karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Tengah, menunjukkan bahwa minat para pemuda Jawa Tengah terhadap seni lokal daerah mayoritas sangat bagus. Rinciannya adalah sangat bagus/besar 41,86%, bagus/besar 31,37%, Cukup bagus/sedang 14,32%, kurang bagus/kurang baik 8,59%, dan tidak

bagus/tidak baik 3,33%. ( http://www.balitbangjateng.go.id/?ke=lihat&id=14,

Senin, 27 Agustus 07 )

BAB I

commit to user

D. Rumusan Permasalahan

a. Permasalahan

Bagaimana merancang kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai Taman Rekreasi dan Wisata Budaya di Kota Semarang yang edukatif dan rekreatif dengan memasukkan unsur- unsur kebudayaan lokal.

b. Persoalan

Dari rumusan masalah tersebut, maka muncul beberapa persoalan yang harus dipecahkan pada konsep desain, yaitu:

1. Bagaimana mewujudkan Taman Wisata Budaya yang dapat mewadahi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas budaya dan rekreasi.

2. Bagaimana menentukan program ruang di dalam setiap massa bangunan.

3. Bagaimana mengolah dan memasukan unsur lokal kota Semarang pada Taman Budaya Raden Saleh.

4. Bagaimana mengolah kembali site Taman Budaya Raden Saleh menjadi kawasan taman wisata yang juga sekaligus berfungsi untuk melestarikan kebudayaan Jawa Tengah khususnya kota Semarang.

5. Bagaimana menyesuaikan keadaan sirkulasi lingkungan sekitar site dengan objek.

6. Bagaimana mewujudkan bentuk pola dan tata massa bangunan yang mendukung fungsi dan peran sebagai Taman Wisata Budaya.

7. Bagaimana mewujudkan sistem utilitas dan fasilitas yang menunjang aktifitas Taman Wisata Budaya serta sistem bangunan secara keseluruhan

E. Tujuan Dan Sasaran

a. Tujuan

Merumuskan konsep yang mendasari perencanaan dan perancangan sebagai landasan mendesain kembali Taman Budaya Raden Saleh sebagai wadah kegiatan wisata budaya, informasi, rekreasi dan edukasi, interaksi sosial warga kota, serta kegiatan penunjang lainnya, sehingga mampu memberikan pelayanan yang lengkap bagi seluruh warga Kota Semarang pada khususnya.

BAB I

commit to user

b. Sasaran

Tersusunnya Konsep Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Taman Budaya Raden Saleh berdasarkan atas aspek-aspek panduan (design guide lines aspect ), yaitu :

a. Konsep perencanaan, meliputi:

· Konsep pengolahan site

b. Konsep perancangan, meliputi:

· Konsep Kegiatan * Penentuan jenis kegiatan

* Penentuan zoning aktivitas · Konsep Peruangan * Konsep besaran ruang * Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang) * Konsep persyaratan ruang * Konsep pola hubungan dan organisasi ruang * Konsep sirkulasi

· Konsep Tampilan Kawasan Site (penataan lansekap)

* Vegetasi * Hardscape * Sistem Perparkiran * Sanitasi * Drainase

· Konsep Tampilan Bangunan * Interior

* Eksterior · Konsep Struktur Bangunan · Konsep Utilitas Bangunan

BAB I

commit to user

* Sistem air bersih, air kotor dan sistem pengolahan limbah * Pencahayaan dan penghawaan * Sistem MEE * Sistem keamanan bangunan ( pemadaman kebakaran,

penanganan banjir, dll )

F. Lingkup Dan Batasan Pembahasan

1. Lingkup Pembahasan

a. Secara substansial Perencanaan dan perancangan Taman Budaya Raden Saleh, termasuk dalam kategori bangunan bermassa banyak yang berfungsi sebagai fasilitas publik yang rekreatif dan edukatif ( mempelajari budaya lokal ). Beserta dengan perancangan tapak/lansekapnya.

b. Secara spasial Secara spasial lokasi perencanaan masuk pada wilayah administratif kota Semarang provinsi Jawa Tengah.

2. Batasan Pembahasan

· Redesain/ Perancangan kembali Merupakan kegiatan perencanaan dan perancangan kembali suatu bangunan

sehingga terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui perluasan, perubahan maupun pemindahan lokasi · Mempertahankan pepohonan lama yang menjadi pohon konservasi dan menjadikannya sebagai potensi rekreasi pada kawasan. · Berkaitan dengan perombakan dan penambahan fasilitas di dalam site.

G. Metode dan Sistematika Pelaporan

1. Metode Pembahasan

Secara umum metode yang digunakan adalah dengan cara, teknik dan prosedur memaparkan, mengidentifikasi dan mendiskripsikan (yang selalu dilakukan umpan balik/feed back pada setiap prosedur) dimulai dari gagasan awal, penelusuran permasalahan dan persoalan ( problem area an

BAB I

commit to user

specification), pencarian data dan informasi, pendekatan konsep perencanaan dan perancangan, dan konsep perencanaan dan perancangan.

a) Gagasan Awal

Menguraikan gagasan ide diperoleh dari fakta dan fenomena mengenai kondisi fisik awal Taman Budaya Raden Saleh.

b) Penelusuran Permasalahan

· Observasi dan survey awal, meliputi pengamatan secara langsung pada Preseden taman budaya yang ada di Jawa Tengah ( Taman

Budaya Surakarta dan Taman Budaya Yogyakarta ) melalui penangkapan visual menggunakan alat bantu visual (pengambilan gambar melalui foto sebagai dokumen awal) sebagai dasar perencanaan.

· Studi literature, mencari data melalui media cetak, elektronik untuk mendapatkan contoh-contoh taman rekreasi dan wisata budaya yang dapat dijadikan acuan.

· Empirik, meliputi : Metode ini dilakukan dengan mencari bangunan tempat rekreasi dan taman wisata Budaya di Jawa Tengah

c) Pengumpulan Data Dan Informasi

- Observasi ke Taman Budaya Raden Saleh untuk mendapatkan data mengenai jenis seniman di Kota Semarang, jenis seniman yang

sebelumnya menjadi usser di dalam Taman Budaya Raden Saleh, jumlah masyarakat pecinta seni di Semarang, kegiatan dan sistem pelayanan, serta ruang-ruang yang digunakan untuk mewadahi aktivitas-aktivitas tersebut.

- Studi literatur meliputi: · Peraturan daerah yang terangkum dalam RUTRW dan RUTRK

Semarang · Buku dan informasi tentang taman rekreasi dan wisata budaya

BAB I

commit to user

· Buku-buku dan informasi tertulis yang mendukung tinjauan

mengenai taman budaya dan rekreasi - Preseden, meliputi:

Metode ini dilakukan dengan mencari contoh-contoh Taman Budaya dan Taman rekreasi yang ada di luar kota maupun luar negeri sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan.

d) Pengolahan data

Data-data yang didapat dari survey lapangan, wawancara, dan studi literatur kemudian diolah pada tingkat aspek yang berkaitan, yaitu:

§ Aspek manusia ( ussers : pengunjung dan seniman )

Adalah aspek untuk mencapai penyelesaian masalah yang berkaitan dengan aktivitas, perilaku persepsi pelaku kegiatan, menentukan kebutuhan dan kapasitas ruang yang menentukan dimensi ruang yang dibutuhkan dan pola sirkulasi dalam bangunan.

§ Aspek lingkungan Merupakan aspek untuk mencapai penyelesaian masalah yang

berkaitan dengan lokasi, peraturan daerah setempat serta instansi terkait, tipologi bangunan dan potensi lingkungan yang mendukung perencanaan dan perancangan.

§ Aspek induktif Mengkomplikasikan data-data yang diperoleh kemudian dianalisa dan dari hasil analisa disintesa untuk menuju transformasi

desain.

2. Sistematika Pelaporan

Sistematika pelaporan dalam penyusunan Konsep Perencanaan dan Perancangan Arsitektur adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, ruang lingkup dan batasan bahasan, metode dan sistematika pembahasan serta alur pikir.

Bab II Tinjauan Teori

BAB I

commit to user

Memaparkan tinjauan tentang taman budaya, kesenian, taman rekreasi, dan tinjauan teori tentang perencanaan dan perancangan taman budaya, serta studi banding terhadap taman budaya yang sudah ada.

Bab III Tinjauan Kota Semarang

Menjelaskan tinjauan terhadap kota Semarang, kelompok kesenian di Semarang, serta tinjauan preseden taman rekreasi dan wisata budaya.

Bab IV Pendekatan Konsep Perencanaan

Berisi batasan dan anggapan yang digunakan sebagai dasar perencanaan Taman Budaya Raden Saleh.

Bab V Pendekatan Konsep Perancangan

Berisi batasan dan anggapan yang digunakan sebagai dasar perancangan Taman Budaya Raden Saleh.

Bab VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden Saleh

Konsep dasar perencanaan, konsep dasar perancangan serta program dasar perencanaan dan perancangan. Program dasar meliputi program ruang, tapak, struktur, utilitas dan tampilan bangunan.

BAB I

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi tentang teori- teori pengembangan sebuah kawasan Taman Budaya Raden Saleh ( TBRS ) dan teori- teori lain yang bisa mendukung

perwujudan dalam menata kembali TBRS sebagai suatu kawasan taman wisata budaya di Kota Semarang. Selain teori, terdapat pula preseden di tempat lain sebagai pembanding dan referensi kawasan dengan fungsi yang sejenis. Melalui bab ini bis didapatkan sebuah konsep dasar perencanaan pengembangan Taman Rekreasi dan Wisata Budaya di Semarang.

1. Tinjauan Redesain

Redesain adalah kegiatan perencanaan dan perancangan kembali suatu bangunan sehingga terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui perluasan, perubahan maupun pemindahan lokasi . ( John M, Kamus Inggris- Indonesia, 2000, PT Gramedia, Jakarta )

Desain ulang ataupun merancang kembali apabila diterapkan pada suatu bangunan dapat berarti menggunakan kembali yang disebabkan karena adanya perubahan fungsi bangunan tersebut, perubahan jumlah pemakai sehingga sudah tidak seimbang lagi dengan kapasitas ruang yang ada. Bisa juga diartikan merencanakan bangunan baru pada suatu kawasan dengan mngganti bangunan lama namun tetap mempertahankan beberapa bagian bangunan yang sudah ada dalam kawasan tersebut karena masih layak pakai sesuai dengan fungsi dan dapat juga karena bangunan tersebut harus dikonservasi.

BAB II

commit to user

Gambar 1 Peta Kelurahan Kota Semarang www.semarang.go.id

Gambar 2 . Eksisting Site TBRS Semarang Sumber . Google Earth,2011

Gambar 4 . Kebun Binatang tegal wareng 1970 Sumber : http://www.semarang.go.id

2. Tinjauan Taman Budaya Raden Saleh

a. Eksisting Site

Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), yaitu sebuah taman wisata yang terletak di pusat kota, tepatnya di Jalan Sriwijaya No. 29 Semarang dengan luas

lahan ± 89.926 m 2 . Selain terletak pada posisi strategis, taman ini memiliki

kontur tanah dan pepohonan tua yang rindang, yang merupakan pohon konservasi di Kota Semarang

b. Sejarah Taman Budaya Raden Saleh

Taman Budaya Raden Saleh yang terletak di Jalan Sriw ijaya 29, dahulu merupakan Kebun Binatang Tegalwareng. Pada tahun 1975, kebun binatang tersebut dipindah ke daerah Kaliwiru, dan dikenal dengan nama Bonbin Tinjomoyo. Kemudian pada tanggal 28 Februari 2007 bonbin Semarang resmi menempati areal baru di daerah Mangkang, tepatnya di Jl. Walisongo KM 16,

Gambar 3 . Siteplan tegal wareng 1970 Sumber : http://www.semarang.go.id

BAB II

commit to user

seberang Terminal Mangkang. Alasan dipindahnya Kebun binatang tersebut karena kurangnya lahan bagi satwa kobun binatang dan pemanfaatan lokasi alam perbukitan di Tinjomoyo.

Setelah kepindahan bonbin ke Kaliwiru kemudian ke daerah Mangkang, lahan tersebut dibangun Taman Hiburan Rakyat, bernama Taman Raden Saleh, lalu berganti nama menjadi Taman Budaya Raden Saleh. TBRS diresmikan tang gal 13 Januari 1990 oleh Walikota Dati II Semarang, Iman Soeparto Tjakrosuhodo, SH

c. Kondisi Taman Budaya Raden Saleh Saat Ini

1) Kondisi Non Fisik Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah menjadi pusat

kebudayaan daerah dengan corak kesenian budaya daerah yang akan terus berkembang. Melalui kegiatan seni budaya, generasi muda dapat mewarisi nilai- nilai sosial, historis, religi, maupun pengetahuan dari generasi yang lebih tua. Kegiatan seni budaya daerah itu dapat ditampung dalam suatu wadah yang disebut taman budaya. Perda No.6/Tahun 1987 menguatkan perlunya dibangun suatu taman budaya di Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah. Taman budaya ini berfungsi untuk mengatur dan mengoptimalkan kegiatan kesenian serta mengembangkan kepariwisataan di kota Semarang.

Gambar 5 . Gedung Kesenian Sobokarti, Semarang Sumber . maps. google_files

Dari hasil observasi, di kota Semarang sudah memiliki Taman Budaya, yang dikenal dengan nama Taman Budaya Raden Saleh. Namun, keberadaannya yang kurang menarik, fasilitas yang ada kurang memberikan kenyamanan baik seniman

BAB II

commit to user

maupun pengunjung, membuat Taman Budaya kota Semarang tersebut pasif, mangkrak, bahkan hampir punah. Sedangkan di kota Semarang pun memiliki seniman- seniman yang cukup potensial. Salah satu di antaranya yaitu kelompok seni wayang orang bernama Ngesti Pandowo yang cukup fenomenal di kalangan masyarakat kota Semarang. Selama ini, kelompok tersebut berlatih dan melakukan pagelaran rutin di Taman Budaya Raden Saleh Semarang. Namun karena keberadaannya yang kurang memadai, pagelaran dan latihan kelompok Ngesti Pandowo dipindahkan ke Gedung Sobokarti, daerah Bulusan, Semarang yang merupakan bangunan konservasi karya arsitek Thomas Karsten. Gedung Sobokarti yang juga tidak memadai dan tidak memungkinkan untuk diadakan pagelaran kesenian karena tempatnya yang sempit dan merupakan daerah banjir di kota Semarang. Gedung Sobokarti juga tidak memungkinkan untuk dilakukan

perombakan, karena merupakan

bangunan konserva si.

Seniman di Semarang, menginginkan suatu wadah sebagai tempat berkesenian dengan menyediakan tempat bagi setiap orang sehingga lingkungan seni betul-betul hidup. Selama ini masyarakat Semarang belum memanfaatkan keberadaan taman budaya tersebut ( TBRS ) secara optimal untuk melakukan dan/atau menikmati aktifitas seni. Kota Semarang belum memiliki taman budaya dengan ruang publik yang relatif luas untuk kegiatan seni budaya yang tidak tertampung di tempat lain di Semarang. Padahal mereka menginginkan taman budaya ini seperti Taman Budaya Yogyakarta atau Taman Budaya Surakarta di Solo.

Gambar 6 : Grup Wayang Orang Ngesthi Pandowo

Gambar 7 : Seniman Gambang Semarang

Gambar 8 : Wayang Boneka Potehie

BAB II

commit to user

2. Kondisi Fisik

Gambar 9 . kondisi fisik awal TBRS Sumber . google, dokumentasi pribadi, 2011

Salah satu asset potensial yang dimiliki Kota Semarang adalah Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), yaitu sebuah taman wisata yang terletak di pusat

kota, tepatnya di Jalan Sriwijaya No. 29 Semarang dengan luas lahan ± 89.926 m 2 .

Selain terletak pada posisi strategis, taman ini memiliki kontur tanah dan pepohonan tua dan rindang yang bila ditata dan dikelola secara professional akan menjadi salah satu sarana rekreasi yang layak jual dan berpotensi menarik minat wisatawan.

Manajemen TBRS sampai saat ini terkesan belum memiliki konsep yang jelas, atau setidaknyanya belum tersentuh arsitektur yang memiliki daya tarik. Infrastruktur dan isi taman tersebut selain tidak terawat, juga belum memilki karakteristik yang dapat menggambarkan sebuah kawasan wisata yang layak dinikmati.

Karena itulah agar taman tersebut dapat memiliki nilai tambah ( added value ) dan nilai jual, maka perlu dilakukan penataan ulang kawasan TBRS dengan konsep yang jelas dan terpadu yang sesuai dengan kontur lahan yang ada.

Gambar 10 . Kondisi panggung terbuka saat ini

Sumber . dokumentasi pribadi,2010

BAB II

commit to user

3. Tinjauan Kepariwisataan

Pariwisata di Indonesia banyak memiliki keanekaragaman. Mulai dari wisata bersejarah maupun wisata alam. Hal ini menarik wisatawan baik lokal maupun interlokal. Dengan demikian perlu adanya langkah yang tepat agar

Gambar 11 . Semak belukar yang tumbuh liar di Selatan TBRS

Sumber . dokumentasi pribadi,2010

Gambar 12 . Sebuah pesawat yang menjadi kebanggaan anak- anak Semarang tempo dulu Sumber . dokumentasi pribadi,2010

Gambar 13 . Gedung Kesenian yang mangkrak

Sumber . dokumentasi pribadi,2010

BAB II

commit to user

Kepariwisataan di Indonesia tetap menjadi potensi yang tetap dan harus dikembangkan. Untuk itu terlebih dulu kita perlu mengetahui mengenai Kepariwisataan itu sendiri ( TGA Januar Ardi, UNS, 2005 )

a) Pengertian Pariwisata Sebagai suatu gejolak sosial, pemahaman akan pengertian dari makna pariwisata memiliki banyak definisi. Akan tetapi dari kegiatan penulisan konsep ini,suatu sintesa mengenai konsepsi dan pengertian “pariwisata” yang digunakan sebagai suatu tinjauan pustaka dapat dibatasi pada pengertian:

Menurut Kodyat (1983) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagaiusaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.

Sedangkan Wahab (1985) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks,pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.

Selain itu pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehubungan dengan itu, Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969, menyatakan bahwa : Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara (Yoet, 1983) .

BAB II

commit to user

b) Bentuk Pariwisata Di dalam pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata ini dapat diklasifikasikan bentuknya ke dalam beberapa kategori berikut ini:

· Menurut asal wisatawan Dilihat dari asal wisatawan, apakah asal wisata itu dari dalam atau luar

negeri. Jika dalam negara berarti bahwa sang wisatawan ini hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya (pariwisata domestik), sedangkan jika ia datang dari luar negeri dinamakan pariwisata Internasional.

· Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang

asing. Pemasukan valuta asing itu berarti memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negara suatu yang dikunjungi wisatawan ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara keluar negeri memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri negaranya ini dinamakan pariwisata aktif.

· Menurut jangka waktu Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara

diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan jangka panjang, yang mana tergantung kepada ketentuan-ketentuan yang berlaku oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu yang dimaksud.

· Menurut jumlah wisatawan Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlahnya wisatawan yang datang,

apakah sang wisatawan datang sendiri atau dalam suatu rombongan. Maka timbullah istilah- istilah pariwisata tunggal dan rombongan.

· Menurut alat angkut yang dipergunakan Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan oleh

sang wisatawan, maka katagori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil, tergantung

BAB II

commit to user

apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil.

4. Tinjauan Rekreasi

Rekreasi dapat dikatakan sebagai cerminan ungkapan rasa yang secara alami ada pada tiap manusia, ada dari keberadaan fisik dan psikologi, karena kecenderungan secara psikologi, rasa untuk bergerak, dan keinginan untuk mengekspresikan dirinya. Hal tersebut diartikan sebagai hati yang menggerakkan hidup pada fungsinya dan dari hal tersebut didapatkan kesenangan dan rangsangan untuk beraktivitas lagi. Dengan demikian rekreasi berarti penyegaran kembali jasmani dan rohani, sesuatu yang menggembirakan hati, berkesan menggembirakan / menghibur (dinamis, cerah, tidak kaku), menimbulkan suasana keriangan / kesenangan ( George D. Butter, Introduction to Community Recreation, London, 1959).

Rekreasi dilakukan untuk memperoleh kesenangan, melepaskan lelah, mengembalikan keadaan fisik akan tetapi tidak menutup kemungkinan rekreasi tersebut dilakukan dengan melakukan aktivitas rekreasi sebagai berikut :

· Berada di dalam rumah, bersantai, menonton TV, mendengarkan radio, membaca buku, berkebun, melakukan hal – hal yang menjadi hobinya.

· Mencari hiburan di luar rumah, makan malam, menginap di hotel. · Nonton bioskop, konser musik, pameran. · Berolahraga, berenang, main golf, tennis. · Piknik, rekreasi, berkeliling – keliling kota, berjalan – jalan.

a) Ciri – Ciri Rekreasi ( Farid Iman, 2004 ) Ciri – ciri rekreasi antara lain :

1. Rekreasi adalah suatu aktivitas, kegiatan tersebut bersifat fisik, mental maupun emosional. Rekreasi menghendaki aktivitas dan tidak selalu bersifat non aktif.

2. Aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu, semua kegiatan yang dapat dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi tujuan dan maksud – maksud dari rekreasi.

BAB II

commit to user

3. Rekreasi dimaksudkan karena terdorong oleh keinginan atau memiliki motif. Motif tersebut sekaligus memilih gerakan atau bentuk dan macam aktivitas yang hendak dilakukan.

4. Rekreasi hanya dapat dilakukan pada waktu senggang (leisure time), ini berarti semua yang tidak dilakukan pada waktu senggang tersebut tidak dapat digolongkan sebagai kegiatan rekreasi.

5. Rekreasi bersifat universal, rekreasi hingga batas – batas tertentu merupakan bagian dari hidup manusia dan semua bangsa tidak dibatasi oleh umur, jenis kelamin, pangkat, dan kedudukan sosial.

6. Rekreasi dilakukan secara bebas dalam segala bentuk dan macam pelaksanaan. Hal ini penting bagi sifat kegiatan rekreasi tersebut sebagai outlet of the creative powers. Rekreasi dilakukan dalam suasana kebebasan dan secara sukarela.

7. Rekreasi dilakukan dengan bersungguh – sungguh dan mempunyai maksud – maksud tertentu. Banyak orang menganggap rekreasi tidak bersifat bersungguh – sungguh justru karena ingin mendapatkan kepuasan dan kesenangan. Hal ini adalah merupakan anggapan yang salah, oleh karena itu kesungguhan merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan.

8. Rekreasi adalah fleksibel. Rekreasi tidak dibatasi oleh tempat (indoor recreation dan outdoor recreation), dimana saja sesuai dengan bentuk dan macam kegiatan rekreasi. Rekreasi dapat dilakukan sendiri ataupun bersama – sama. Rekreasi dapat dilakukan dengan alat – alat sederhana maupun dengan alat – alat baru termodern.

b) Fungsi Rekreasi

Rekreasi dapat berfungsi atau memberikan pengaruh antara lain kepada pihak penyelenggara dimana rekreasi dapat menjadi usaha bisnis yang cukup potensial serta sebagai pendukung kegiatan komersial. ( Joop Ave, Dirjen Pariwisata Deparpostel, 1985)

Sedang fungsi atau pengaruh bagi masyarakat pelaku kegiatan fungsi rekreasi dapat dilihat berdasar dari segi usia yang ada, yaitu :

BAB II

commit to user

1. Bagi anak – anak (usia 1 – 13 tahun) Rekreasi ikut berpengaruh dalam membantu perkembangan serta pertumbuhan fisik dan mental anak – anak. Dengan adanya aktivitas yang bersifat rekreatif pada anak – anak, nantinya akan tumbuh menjadi anak yang sehat dan aktif.

2. Bagi remaja (usia 14 – 19 tahun) Rekreasi merupakan penyaluran bakat, minat serta pendidikan ( edukatif ), sehingga mereka terhindar dari kenakalan remaja dan gangguan jiwa. Selain itu media rekreasi bisa menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan antar anggota keluarga.

3. Bagi orang dewasa (usia 20 tahun ke atas) Sebagai pengembangan bakat, mengembalikan keseimbangan fisik dan psikologi yang menjadi kurang stabil akibat dari aktivitas sehari – hari.

c) Landasan Filosofi Mengenai Rekreasi

Rekreasi memiliki landasan seperti yang terlihat dalam upaya manusia menginterpretasikan dan menjelaskan nilai – nilainya dalam berbagai teori ( M. Mumi / Yudha M. S, Pendidikan Olahraga, Depdiknas, 2000 ) :

1. Paham naturalis Merupakan paham yang memandang bahwa semua aktivitas rekreasi berhubungan dengan alam. Sehingga alam dijadikan sebagai sumber dari segala sumber kehidupan manusia, oleh karenanya manusia harus back to nature dalam mewujudkan rekreasi. Menurut paham naturalis, rekreasi diharapkan dapat menghilangkan stress, mencari pengalaman baru, bisnis, adaptasi dan pemenuhan kebutuhan.

2. Paham eksperimentalis Paham ini cenderung memandang bahwa aktivitas rekreasi berdasarkan hasil temuan dan pengalaman manusia sebelumnya yang sudah teruji. Harapannya adalah nilai – nilai yang diperoleh nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan yang berguna.

BAB II

commit to user

3. Paham realis Memandang bahwa rekreasi berhubungan dengan realita. Landasannya adalah menyoroti pada apakah pengalaman yang diperolehnya itu bernilai dan rasional.

4. Paham idealis Memandang bahwa rekreasi memiliki paradigma yang didasari pada nilai – nilai moral dan nilai – nilai agama.

d) Jenis – Jenis Rekreasi ( Yurika R. P, 2003 )

1. Berdasarkan kepada obyek kegiatan · Obyek rekreasi alam :

suaka alam, pantai laut,

danau, telaga, dsb. · Obyek rekreasi modern :

gedung bioskop, diskotik,

mall, dsb.

2. Berdasarkan perletakan fasilitas rekreasi · Indoor. Dimana perwadahan kegiatan ini berada di dalam

bangunan, misalnya bioskop, pusat perbelanjaan, dsb. · Outdoor. Pewadahan kegiatan rekreasi berada di luar

bangunan atau membutuhkan sarana bangunan yang dibuat secara khusus, misalnya taman kota, open stage, dsb.

e) Kategori Rekreasi ( Nyoman S. Pendit, Pariwisata, Jakarta ) Berdasarkan usia pengunjung, rekreasi dapat dibedakan menjadi beberapa sifat dan tuntutan, yaitu

Tabel 1 Kategori Rekreasi

Anak - anak

· Aktif · Kreatif

Beraneka ragam permainan yang mendidik

Remaja

· Idealis · Optimis · Agresif · Sensitive

Aneka bentuk rekreasi yang dinamis dan kreatif

BAB II

commit to user

· Energik

Dewasa

· Tenang · Mantap

Rekreasi yang bersifat refreshment atau sekedar sebagai penyaluran

hoby

Orang Tua

· Pasif · Sedikit

mengeluarkan tenaga

Rekreasi yang bersifat refreshment dan relaxation

f) Potensi Rekreasi Setiap individu mempunyai kepribadian (personality) yang berbeda. Dari rekreasi dapat digali beberapa potensi yang dapat memberi nilai – nilai positif bagi pembentukan kepribadian individu seperti fisik, psikis, emosional, intelektual dan spiritual.

1. Fisik. Sebagian besar kegiatan yang terkandung dalam rekreasi berupa aktivitas fisik. Aktivitas ini berpotensi memberikan kontribusi berupa

nilai – nilai positif seperti pertumbuhan fisik, kesegaran jasmani, rehabilitasi, pengembangan skill, relaksasi dan mengurangi ketegangan.

2. Psikis. Meskipun aspek ini tidak terukur, namun hasilnya dapat dirasakan. Hasil yang diperoleh biasanya dalam bentuk keriangan,

kenikmatan, kesenangan, kegembiraan, kepuasan, dan kebahagiaan.

3. Emosional. Merupakan penggerak munculnya ketidakseimbangan pada manusia. Rekreasi memiliki potensi sebagai penyeimbang seperti

ekspresi diri, percaya diri, introspeksi diri, tantangan dan sikap saling menghargai baik antar individu dengan individu atau individu dengan kelompok.

4. Sosial. Potensi yang dapat dikembangkan dalam aspek sosial seperti keakraban, kesetiakawanan, kebersamaan, persahabatan dan

memberikan perhatian kepada sesama.

(Sumber : Nyoman S. Pandit, Pariwisata, Jakarta)

BAB II

commit to user

menonton film, mencari pengalaman baru, pengembangan hobi, melakukan evaluasi diri, memecahkan masalah dan perluasan

wawasan.

6. Spiritual. Aspek spiritual kadang kala kurang mendapat perhatian yang serius, karena yang terpikir adalah ibadah ritual kepada sang pencipta.

Beberpa kegiatan seperti meditasi, perenungan, pendalaman, kekaguman dan keterpesonaan akan ciptaan yang maha kuasa telah menjadi kekhasan dari spiritual.

g) Peranan Rekreasi ( M. Mumi / Yudha, M. S, Pendidikan Olahraga, Depdiknas, 2000 ) Rekreasi memiliki peranan sebagai :

1. Rekreasi sebagai kompensasi, rekreasi menjadi mediasi keseimbangan dalam hidup.

2. Rekreasi sebagai korektif, rekreasi dapat digunakan sebagai suatu

menyesuaikan diri secara personal atau sosial.

h) Karakteristik Kegiatan Rekreasi

1. Menurut sifat kegiatan rekreasi

· Kesukaan / entertainment

Adalah kegiatan rekreasi yang dapat dinikmati, contohnya fasilitas café, restoran, coffeeshop, cafeteria, dan lain – lain · Kesenangan / amusement

Kegiatan yang menjadi kebiasaan dan dikerjakan dalam kurun waktu tertentu, seperti bioskop, diskotik, teater, nightclub dan lain – lain.

· Pengetahuan/ edukative Kegiatan yang dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan,

mengasah otak seperti permainan edukatif, tontonan edukatif yang mempelajari objek/ subjek tertentu, pelatihan seni, dan lain- lain.

BAB II

commit to user

· Hiburan / recreation

Adalah rekreasi yang berorientasi pada gerakan tubuh, contohnya bowling, billiard, iceskating, taman bermain, arena bermain anak / dewasa, sportcenter dan lain – lain.

· Santai / relaxation Adalah rekreasi yang yang bersifat sesukanya dan tidak tergantung

pada kesenangan / emosi dan fasilitas tertentu. Rekreasi ini misalnya taman kota, jalan – jalan di pedestrian, dan taman margasatwa atau kebun binatang.

2. Menurut jenis kegiatan rekreasi · Rekreasi pasif

Merupakan suatu kegiatan rekreasi yang tidak memerlukan / mengutamakan gerakan tubuh, contohnya yaitu menyaksikan pemutaran film (bioskop). Menonton wayang atau seni pertunjukan yang lain.

· Rekreasi aktif

Merupakan suatu kegiatan rekreasi yang mengutamakan gerakan tubuh. Biasanya kegiatan ini termasuk ke dalam olah raga ringan misalnya bermain golf, menunggang kuda, bermain tennis, bersepeda dan lain sebagainya.

5. Kaitan Rekreasi Dengan Pariwisata

a. Rekreasi sebagai Motivasi Pariwisata Rekreasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan kepariwisataan, yang secara garis besar bisa diartikan sebagai suatu kegiatan perjalanan yang memiliki tujuan untuk mengembalikan kekuatan fisik atau mental seseorang, setelah selama sekian periode seseorang mengalami kejenuhan akibat dari rutinitas dan kesibukan sehari – harinya.

Dalam bukunya yang berjudul “Pariwisata Indonesia, Sejarah dan Prospeknya”, DR. James J. Spillane membagi pariwisata menjadi beberapa jenis. Salah satunya yaitu pariwisata untuk rekreasi (recreation

BAB II

commit to user

tourism ) : Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang – orang yang menghendaki pemanfaatan hari – hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya. Biasanya, mereka tinggal selama mungkin di tempat – tempat yang dianggapnya benar – benar menjamin tujuan – tujuan rekreasi tersebut (misalnya di tepi pantai, di pegunungan, di pusat – pusat peristirahatan atau pusat – pusat kesehatan) dengan tujuan menemukan kenikmatan yang diperlukan. Dengan kata lain mereka lebih menyukai health resort. Termasuk dalam kategori ini ialah mereka yang karena alasan kesehatan dan kesembuhan harus tinggal di tempat – tempat yang khusus untuk memulihkan kesehatannya, seperti di daerah sumber – sumber air panas dan lain – lain.

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi permintaan akan pariwisata adalah mobilitas. Mobilitas manusia timbul oleh berbagai macam dorongan kebutuhan / kepentingan yang disebut dengan istilah ‘Motivasi’, yang dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Dorongan kebutuhan dagang atau ekonomi

2. Dorongan kebutuhan kepentingan politik

3. Dorongan kebutuhan keamanan

4. Dorongan kebutuhan kesehatan

5. Dorongan kebutuhan pemukiman

6. Dorongan kebutuhan kepentingan keagamaan

7. Dorongan kebutuhan kepentingan pendidikan / studi

8. Dorongan kebutuhan minat kebudayaan

9. Dorongan kebutuhan hubungan keluarga

10. Dorongan kebutuhan untuk rekreasi Motivasi – motivasi tersebut timbul dari kepentingan – kepentingan hidup manusia. Oleh karena kehidupannya dalam suatu masyarakat adalah wajar maka aktivitas – aktivitas permintaan yang timbul layak untuk dipenuhi dan disediakan. Pada waktu itu terdapat suatu kecenderungan untuk melihat

pariwisata sebagai aktivitas yang wajar dan merupakan suatu permintaan yang wajar untuk dipenuhi. Pariwisata tidak saja dilihat sebagai suatu segi dari

BAB II

commit to user

gejala dimana sejak jaman purbakala manusia mempunyai keinginan untuk mengadakan perjalanan, tetapi justru menyatukan pengertian pariwisata dengan gejala tersebut.

Manusia selalu menginginkan terlepas dari kejemuan kesibukan hidup sehari – hari, atau rasa bosan dengan mendambakan suasana baru, lingkungan baru walaupun untuk sementara. Kejemuan yang berlarut – larut menimbulkan tekanan jiwa, akan mempengaruhi kesehatan maupun prestasi kerja. Dengan adanya rekreasi ke suatu lingkungan, suasana baru akan mengendorkan ketegangan itu. Pelepasan ketegangan sangat diperlukan bagi kesehatan jasmani maupun rohani, untuk dapat menghimpun tenaga dalam mencapai prestasi – prestasi kerja ataupun kehidupan yang baik dalam masyarakat.

b. Upaya Pengembangan Pariwisata Menurut Suwantoro (2004), Upaya pengembangan pariwisata yang dilihat dari kebijaksanaan dalam pengembangan wisata alam, dari segi ekonomi pariwista alam akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Memang pariwisata alam membutuhkan investasi yang relatif lebih besar untuk pembangunan sarana dan prasarananya. Untuk itu diperlukan evaluasi yang teliti terhadap kegiatan pariwisata alam tersebut. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pariwisata alam yang berbentuk ekoturisme belum berhasil berperan sebagai alat konservasi alam maupun untuk mengembangkan perekonomian. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya mendapatkan dana pengembangan kegiatannya. Pengelolaan kawasan wisata alam banyak menggunakan dana dari pendapatan pariwisata dari pengunjung sebagai mekanisme pengembalian biaya pengelolaan dan pelestarian kegiatan pariwisata alam belum tercapai secara optimal.

c. Daerah Tujuan Wisata Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur:

BAB II

commit to user

1 ) Objek dan Daya Tarik Wisata Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

· Pengusahaan objek dan daya tarik wisata di kelompokkan kedalam:

* Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, * Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, * Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun/dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.

· Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:

Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih. *

Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. *

Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. *

Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya. *

Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian upacara-

upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

2) Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.

· Kelayakan Finansial

BAB II

commit to user