PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL BATAK TOBA SEBAGAI EKSTRAKURIKULER BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA DI YAYASAN PENDIDIKAN TUNANETRA SUMATERA (YAPENTRA) TANJUNG MORAWA.

ABSTRAK
HERLINA SIBURIAN. NIM. 209142019. Pembelajaran Musik Tradisional
Batak Toba Sebagai Ekstrakurikuler Bagi Peserta Didik Tunanetra Di
Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa.
Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pembelajaran Musik
Tradisional Batak Toba Sebagai Ekstrakurikuler Bagi Peserta Didik Tunanetra Di
Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif dengan
pendekatan Kualitatif yaitu penjabaran tentang penelitian. Waktu penelitian ini
dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai Desember 2013. Sampel pada
penelitian ini adalah semua peserta didik yang mengikuti pembelajaran musik
tradisional batak toba di yayasan pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA)
yang berjumlah 10 orang dan 1 orang guru.
Dalam pembahasan penelitian ini digunakan alat pengumpulan data yang
terkumpul melalui observasi, dokumentasi, wawancara dan studi pustaka yang
dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA) Tanjung
Morawa.
Musik tradisional batak toba tidak hanya dipelajari oleh peserta didik yang normal
secara fisik, tetapi peserta didik tunanetra juga memiliki kesempatan yang sama
untuk mempelajari musik tradisional batak toba. Peserta didik tunanetra memiliki

kesensitifan dalam mendengarkan suara, karena mereka memiliki indera
pendengaran yang sangat kuat, hal ini dikarenakan indera pendengaran mereka
yang sudah lama terlatih yang menjadi salah satu indera yang mereka andalkan
untuk dapat mengikuti pembelajaran musik dengan baik, hal ini yang mendasari
peserta didik untuk mengikuti pembelajaran musik tradisional batak toba seperti
sulim, taganing, gong dan garantung. Metode pembelajaran yang digunakan
adalah metode ceramah, demonstrasi, latihan dan pemberian tugas. lagu-lagu yang
dipelajari beragam salah satunya adalah lagu rohani. sehingga peserta didik dapat
mengembangkan bakat mereka dalam bermusik dan mampu menampilkannya
kepada masyarakat.

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rincian Hasil Observasi ............................................................................

49

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina
potensi

sumber

daya

manusia

melalui

kegiatan

pembelajaran

yang

diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan tingkat dasar, menengah, dan
perguruan tinggi. Pendidikan merupakan salah satu usaha sadar dan terancang
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat merupakan kunci pokok
dalam mencapai cita-cita suatu bangsa.
Pembelajaran adalah proses belajar mengajar antara peserta didik dan
guru, dimana keduanya mempunyai peranan yang penting. Pembelajaran musik
bagi peserta didik yang normal secara fisik berbeda dengan yang tidak normal
seperti penyandang kebutaan (tunanetra). Secara umum proses pembelajaran
dilakukan didalam kelas, peserta didik melihat dan mendengarkan apa yang guru
jelaskan secara lisan dan tulisan. Kemudian peserta didik pun menuliskan apa
yang mereka lihat dan dengar dari penjelasan guru, bagi peserta didik tunanetra
hal ini sangat berbeda. Pembelajaran yang dilaksanankan dengan bantuan guru
harus lebih efektif, guru harus menerangkan langsung secara individu kepada
peserta didik karena butuh pendekatan kepada peserta didik agar mengerti apa
yang dijelaskan secara lisan. pembelajaran membutuhkan adanya pelatihan

1

melalui suatu kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan dalam tingkah laku
manusia, yaitu dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler.

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan di luar struktur program,
yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar dapat memperkaya serta
memperluas wawasan pengetahuan dan juga kemampuan dari siswa tersebut.
Ekstrakurikuler memiliki manfaat bagi pembentukan kepribadian peserta didik,
diantaranya adalah dapat meningkatkan kemampuan peserta didik, dapat
mengetahui serta membedakan antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain,
serta mampu mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
Berbagai macam bentuk ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah
adalah sebagai berikut: olahraga, pramuka, tari-tarian, pidato, drama, publikasi
sekolah (koran sekolah, buku tahunan sekolah), band, paduan suara, ansambel
musik, musik tradisional dan lain-lain. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA) Tanjung
Morawa adalah musik tradisional batak toba. Musik tradisional merupakan salah
satu kegiatan yang diminati oleh peserta didik di Yayasan Pendidikan Tunanetra
Sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa.
Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung
irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang
dapat menghasilkan bunyi-bunyian. Musik merupakan sebuah fenomena yang
sangat unik yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat musik. Musik juga dijadikan

sebagai pembelajaran di sekolah ataupun diluar sekolah, sehingga musik sudah
dikenal masyarakat luas.

Musik tradisional tidak kalah menariknya dengan musik modern, hanya
eksplorasi terhadap musik tradisional ini yang kurang dilakukan anak-anak
sekarang dan juga masyarakat, sehingga tidak banyak anak-anak muda yang
mengenal musik tradisional. Tetapi ada sebagian anak-anak muda yang sedini
mungkin telah diperkenalkan dengan musik tradisional lalu mampu menikmati
musik ini dan bahkan berkarya dengan musik tradisional. Mereka mengubah dan
membuat perpaduan yang menarik terhadap musik tradisional agar lebih menarik
dan mendapatkan perhatian yang lebih dari masyarakat.
Musik tradisional batak toba yang ada di Sumatera Utara merupakan salah
satu yang menarik untuk dipelajari dari sekian banyak musik tradisional di
Sumatera Utara. Musik tradisional batak toba memiliki ciri khas dan keunikannya
sendiri yang dapat dilihat dari bentuk penyajiannya, salah satunya dengan
penyajian polymelodi. Polymelodi artinya bahwa instrument musik yang terdapat
di dalam musik tradisional batak toba semuanya membawakan melodi utama
(hanya instrument melodis) akan tetapi sesuai dengan karakter dari masingmasing alat musik yang membawakan melodi lagu tersebut. Batak Toba
merupakan salah satu suku atau etnik di Sumatera Utara yang masuk dalam suku
batak yang terdiri dari Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak

Pakpak, Batak Dairi, dan Batak Toba.
Keterbatasan interaksi sosial pada anak tunanetra patuh dipahami oleh
semua pihak, terutama orang tua dan guru. Orang tua dan guru berkewajiban
mengupayakan agar interaksi sosial yang dimiliki anak tunanetra dapat
ditingkatkan. Guru mempunyai peranan penting dalam menghadapi anak
tunanetra agar mampu berinteraksi dengan lingkungan di sekolah, sebab guru

sebagai orangtua di sekolah yang harus siap melayani pendidikan anak tunanetra
dengan segala bentuk kekurangannya, khususnya dalam mengembangkan
kemampuan bermain musik anak tunanetra di Yayasan Pendidikan Tunanetra
Sumatera (YAPENTRA).
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka
membantu anak tunanetra agar mampu mengembangkan potensinya secara
optimal, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional
maupun sosial. Melalui program bimbingan, pengajaran, dan latihan anak
tunanetra mendapatkan perhatian khusus dalam hal interaksi sosial di sekolah.
Dalam hal ini, guru memiliki peran yang besar, agar anak tunanetra memiliki
kemampuan untuk berinteraksi dengan individu lain yang berada di sekitar
sekolah. Guru membimbing anak tunanetra secara bertahap, disesuaikan dengan

dasar pengalaman anak tunanetra ketika berada dalam lingkungan rumahnya.
Begitu juga dengan proses pembelajaran musik tradisional batak toba
peserta didik tunanetra memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda dalam
memainkan alat musik, sehingga pendekatan yang digunakan untuk peserta
didikpun berbeda-beda. setiap peserta didik belajar secara bertahap dan
berkelanjutan untuk belajar musik tradisional batak toba.
Untuk dapat mempelajari musik tradisional batak toba peserta didik
tunanetra memulai pengetahuan tentang sifat-sifat ruang dari benda yang biasa
dilakukan lewat penglihatan, dapat dilakukan pula dengan rabaan. Di sini
pengalaman kinestetis memegang peranan penting. Dengan rabaan anak tunanetra
bisa tahu tentang bentuk benda, besar kecilnya, bahkan mempunyai kelebihan

yaitu bisa mengerti halus kasarnya (teksture) dan daya lenting (elastisitas) serta
berat ringannya suatu benda. Sehingga peserta didik dapat merekam ciri-ciri atau
bentuk dari suatu alat musik, hal ini menunjukkan indra peraba peserta didik
tunanetra berperan penting.
Didalam kekurangan peserta didik tunanetra yang tidak dapat melihat,
mereka bisa belajar musik tradisional batak toba dengan indra peraba dan
pendengaran mereka dengan baik.
Oleh


karena

itu,

peniliti

tertarik untuk

mengetahui

bagaimana

pembelajaran yang diberikan pengajar kepada peserta didik yang penyandang
kebutaan atau tunanetra dalam kegiatan ekstrakurikuler ini untuk mendeskripsikan
“Pembelajaran Musik Tradisional Batak Toba sebagai Ekstrakurikuler bagi
Peserta Didik Tunanetra di Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera
(YAPENTRA) Tanjung Morawa”.

B. Identifikasi Masalah

Menurut Iskandar (2010:163) menyatakan bahwa:
“Identifikasi Masalah merupakan kelanjutan dari latar belakang
masalah, di dalam latar belakang masalah sudah dijelaskan faktorfaktor yang menyebabkan masalah, semua faktor tersebut kita
teliti, namun dikarenakan keterbatasan waktu, biaya, kemampuan
dan referensi yang relavan, maka tidak semua faktor yang
menyebabkan masalah tersebut kita teliti.”
Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan
menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu luas. Dari uraian
di atas maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasikan menjadi beberapa
bagian, diantaranya:

1. Bagaimana pembelajaran musik tradisional batak toba sebagai ekstrakurikuler
bagi peserta didik tunanetra di yayasan pendidikan tunanetra sumatera
(YAPENTRA) Tanjung Morawa?
2. Bagaimana keberadaan pembelajaran musik tradisional batak toba sebagai
ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di yayasan pendidikan tunanetra
sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa?
3. Metode apakah yang digunakan dalam pembelajaran musik tradisional batak
toba sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di yayasan
pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa?

4. Lagu-lagu apa saja yang dipelajari dalam pembelajaran musik tradisional
batak toba sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di yayasan
pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa?
5. Alat musik apa saja yang digunakan dalam pembelajaran musik tradisional
batak toba sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di yayasan
pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa?
6. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pembelajaran musik
tradisional batak toba sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di
yayasan pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa?
7. Bagaimana kendala dalam pembelajaran musik tradisional batak toba sebagai
ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di yayasan pendidikan tunanetra
sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan
kemampuan penulis, maka penulis mengadakan pembatasan masalah untuk
mempermudah dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.
Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan pendapat Iskandar (2008:165) yang
mengatakan bahwa:
“pembatasan masalah perlu dilakukan karena adanya keterbatasan

yang dimiliki oleh peneliti, khususnya waktu, tenaga, kemampuan
teoritik yang relavan dengan penelitian, sehingga diharapkan
penelitian dapat dilakukan lebih terfokus dan mendalam.”
Berdasarkan pendapat diatas maka penulis membatasi masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelajaran musik tradisional batak toba sebagai ekstrakurikuler
bagi peserta didik tunanetra di yayasan pendidikan tunanetra sumatera
(YAPENTRA) Tanjung Morawa?
2. Metode apakah yang digunakan dalam pembelajaran musik tradisional batak
toba sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di yayasan
pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa?
3. Lagu-lagu apa saja yang dipelajari dalam pembelajaran musik tradisional
batak toba sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di yayasan
pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa?
4. Alat musik apa saja yang digunakan dalam pembelajaran musik tradisional
batak toba sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di yayasan
pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa?

D. Rumusan Masalah
Dalam menentukan rumusan masalah penulis berpedoman terhadap
pendapat Iskandar (2010-166) “Rumusan masalah adalah jawaban atas pertanyaan
“apa masalahnya?” rumusan masalah sebaiknya dinyatakan dengan kalimat
pertanyaan atau pernyataan yang jelas dan padat”. Rumusan masalah menjadi
semacam kontrak bagi penelitian karena penilitian merupakan upaya untuk
menemukan

jawaban

pertanyaan

sebagaimana

terpapar

pada

rumusan

masalahnya.
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, identifikasi dan
pembatasan masalah, maka permasalahan diatas dirumuskan sebagai berikut:
Pembelajaran Musik Tradisional Batak Toba sebagai Ekstrakurikuler bagi Peserta
Didik Tunanetra di Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA)
Tanjung Morawa?

E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan manusia senantiasa berorientasi kepada tujuan, salah satu
keberhasilan adalah tercapainya tujuan penelitian. Tujuan penelitian dirumuskan
untuk mendapatkan gambar yang jelas tentang hasil yang akan dicapai. Berhasil
atau tidaknya hasil penelitian yang dilakukan terlihat dari tercapai tidaknya tujuan
penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Iskandar (2008:244) yaitu “tujuan
penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan masalah yang diteliti secara
spesifik, untuk mencapai tujuan penelitian dengan penelitian yang dilakukan”.
maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran musik tradisional batak toba
sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di yayasan pendidikan
tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa.
2. Untuk mengetahui metode apakah yang digunakan dalam pembelajaran musik
tradisional batak toba sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di
yayasan pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa.
3. Untuk mengetahui lagu-lagu apa saja yang dipelajari dalam pembelajaran
musik tradisional batak toba sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik
tunanetra di yayasan pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung
Morawa.
4. Untuk mengetahui alat musik apa saja yang digunakan dalam pembelajaran
musik tradisional batak toba sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik
tunanetra di yayasan pendidikan tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung
Morawa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan
sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya, maka
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi pembaca.
2. Sebagai bahan masuk kepada penulis dalam menambah pengetahuan dan
wawasan bagi penulis mengenai pembelajaran musik tradisional batak toba
sebagai ekstrakurikuler bagi peserta didik tunanetra di yayasan pendidikan
tunanetra sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa.
3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian.

4. Sebagai bahan masukan bagi pengajar di yayasan pendidikan tunanetra
sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa.
5. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam mengajarkan peserta didik
yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Yayasan Pendidikan
Tunanetra Sumatera (YAPENTRA) Tanjung Morawa, maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa:
1. Melalui ekstrakurikuler musik tradisional batak toba, peserta didik
tunanetra dapat meningkatkan wawasan tentang musik tradisional,
kreatifitas dan kepercayaan dirinya.
2. Kemampuan peserta didik untuk mempelajari musik tradisional sangat
besar.
3. Alat musik yang dipakai dalam kegiatan ekstrakurikuler musik
tradisional batak toba adalah taganing merupakan alat musik yang
terdiri dari lima buah gendang yang digantungkan dalam sebuah rak,
dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stick. Sulim merupakan
alat musik tiup yang terbuat dari bambu dan memiliki 6 buah lobang.
Gong merupakan alat musik yang berpencu terbuat dari bahan
metal/perunggu. Garantung merupakan alat musik yang terbuat dari 7
wilahan kayu yang digantungkan di atas sebuah kotak yang sekaligus
sebagai resonatornya, dimainkan dengan cara dipukul.
4. Pada saat proses pembelajaran guru harus berhati-hati dalam berbicara,
karena peserta didik tunanetra memiliki kesensitifan atau mudah
tersinggung.

5. Peserta didik mempelajari alat musik tradisional dengan indra
pendengaran, indra pendengaran menjadi salah satu indra yang mereka
andalkan sehingga memiliki kesensitifan dalam mendengar. Hal ini
dikarenakan indra pendengaran mereka sudah lama terlatih.
6. Kendala dan hambatan yang dihadapi penyandang tunanetra dalam
pembelajaran yaitu kondisi fisik para peserta didik yang cenderung
kurang bisa mengontrol emosi sehingga dapat mengganggu pada
kegiatan belajar berlangsung.
7. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran musik
tradisional batak toba adalah metode ceramah, dalam metode ini guru
menjelaskan alat musik apa saja yang dipelajari, bagaimana bentuk,
struktur dan suara yang dihasilkan alat musik. Kemudian metode
demonstrasi, dalam metode ini guru mempraktikkan bagaimana cara
memainkan alat musik dan teknik-tekniknya, metode latihan (Drill),
dalam metode ini peserta didik belajar mandiri mempraktikkan
kembali yang telah diajarkan oleh guru ataupun dapat belajar
didampingi oleh guru secara individu dan yang terakhir metode
pemberian tugas, dimana guru memberikan sebuah lagu kepeda peserta
didik kemudian peserta didik mempelajari lagu tersebut.
8. Bahan atau materi lagu yang dipelajari dalam musik tradisional batak
toba adalah
rohani/gereja.

lagu mandarin, gondang batak, lagu batak, dan lagu
Contoh

lagu

rohani/gereja:

Dalam

Yesus

kita

bersaudara, slamat-slamat datang, Tuhan Yesus tidak berubah, s’gala
puji syukur.

B. Saran
1. Setelah proses belajar selesai peserta didik terkadang tidak menyimpan
alat musik yang telah dipakai dengan baik, hal ini juga menjadi
perhatian dari pihak Yayasan dalam penyimpanan dan pemeliharan
alat musik yang digunakan untuk belajar.
2. Pada saat proses belajar setiap peserta didik harus diperhatikan secara
individu, mengingat kondisi peserta didik yang tunanetra perlu waktu
yang lebih banyak dalam kegiatan ekstrakurikuler mengingat kondisi
peserta didik yang perlu diperhatikan secara langsung dan individu.
3. Keinginan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya harus
dilatih secara terus menerus untuk lebih meningkatkan kepercayaan
diri mereka tampil didepan masyarakat, sebaiknya dibuat perlombaan
untuk peserta didk tunanetra agar mereka dapat lebih berani tampil dan
belajar bersaing secara sehat dengan teman-teman sejawat.

DAFTAR PUSTAKA
Arbiginius, Hastomo Rumbutar. 2010. Metode Pembelajaran Band Oleh
Penyandang Tunanetra Di Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Tunanetra
Indonesia Di Jalan Mahkamah No.38 Medan: Skripsi untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED.
Aries, Frisca br.Lumban Tobing. 2012. Pembelajaran Musik Angklung Pada Anak
Tunagrahita SLB-C Santa Lusia: Skripsi untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan UNIMED.
Aunurrahman. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius
Depdiknas. 2004. Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Luar Biasa.
Dick & Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction. New York: Wesley
Educational.
Djamarah, S. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik. 2002. Pendidikan Guru. Bandung
Hurd, Michael. 2002. Music Theory. New York: Barners and Nobels Books.
Imelda, Novita Pasaribu. 2011. Pembelajaran Ekstrakurikuler Paduan Suara
pada Siswa Tunanetra di Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera
(YAPENTRA) Tanjung Morawa: Skripsi untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan UNIMED.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitatif dan
kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Perss.
Manalu, Lando. 2011. Peranan Grup Musik Marsada Band Dalam
Mempopulerkan Musik Tradisional Batak Toba Ke Mancanegara: Skripsi
untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED.
Muttaqin, Moh. Kustap. 2008. Seni Musik Klasik. Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMK.
Nurani, Yuliani, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Panen, Paulina. 2002. Belajar dan Pembelajaran 1. Jakarta: Universitas Terbuka
Purba, Maulay. 2007. Musik Tradisional Masyarakat Sumatera Utara: Harapan,
Peluang, dan Tantangan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Rahman, Abdul Shaleh. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan
Study Kompetensi Guru.Bandung: PT. Rosda Karya
72

Sagala. 2008. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabet
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar cet. IV. Bandung: CV.
ALFABETA
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
http://girsangvision.blogspot.com/2012/02/sejak-kapan-dan-memiliki-artiapakah.html
http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html/
1 Agustus 2013/15:20:05

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera ............................................

43

Gambar 4.2 Foto Peserta Didik Memilih Sendiri Alat Musik Yang Akan
Dipelajari Dan Dimainkan .......................................................................................

45

Gambar 4.3 Foto Peserta Didik Mempersiapkan Alat Musik Yang Akan
Dimainkannya ..........................................................................................................

46

Gambar 4.4 Foto Peserta Didik Mempraktikkan Ritme Gong .................................

46

Gambar 4.5 Foto Guru Mengajari Cara Bermain Taganing Kepada Peserta
Didik.......................................................................................................................

47

Gambar 4.6 Foto Peserta Didik Tunanetra Belajar Mandiri ....................................

48

Gambar 4.7 Foto Peseta Didik Tunanetra Menggabungkan Dengan
Instrument Drum, Keyboard, Saxophone Dan Bass ................................................

49

Gambar 4.8 Foto Alat Musik Tradisional Gong ......................................................

61

Gambar 4.9 Foto Alat Musik Tradisional Garantung ..............................................

62

Gambar 4.10 Foto Alat Musikt Tradisional Taganing .............................................

63

Gambar 4.11 Foto Alat Musik Tradisional Sulim ....................................................

64