PENGARUH PEMBERIAN GLUKOSA ORAL 40% TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI YANG DILAKUKAN IMUNISASI PENTAVALEN Pengaruh Pemberian Glukosa Oral 40% Terhadap Respon Nyeri Pada Bayi Yang Dilakukan Imunisasi Pentavalen Di Puskesmas Baki Sukoharjo.

1

PENGARUH PEMBERIAN GLUKOSA ORAL 40% TERHADAP RESPON
NYERI PADA BAYI YANG DILAKUKAN IMUNISASI PENTAVALEN
DI PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

LITA ANDES CLARA
NIM : J 210 131 038

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

2


PENGARUH PEMBERIAN GLUKOSA ORAL 40% TERHADAP RESPON
NYERI PADA BAYI YANG DILAKUKAN IMUNISASI PENTAVALEN
DI PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO
1

Lita Andes Clara, 2Sulastri, 3Endang Zulaicha Susilaningsih
ABSTRAK

Imunisasi adalah salah satu tindakan invasif minor yang dapat menimbulkan
rasa nyeri pada bayi. Rasa nyeri yang timbul, akan menyebabkan
ketidaknyamanan pada bayi. Salah satu penatalaksanaan nyeri non farmokologi
adalah pemberian larutan glukosa oral. Efek analgesia glukosa terjadi akibat dari
pelepasan beta endorphin yang dapat mengurangi transmisi sinyal nyeri ke system
syaraf pusat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian glukosa oral 40% terhadap respon nyeri pada bayi yang dilakukan
imunisasi DPT Pentavalen. Metode penelitian ini menggunakan quasy experiment
dengan rancangan after only nonequivalent control group disign. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode consecutive
sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 responden, dibagi menjadi
dua kelompok yaitu 20 orang untuk kelompok intervensi dan 20 orang untuk

kelompok kontrol. Intervensi pemberian glukosa oral 40% diberikan mulai dari 2
menit sebelum tindakan imunisasi dan dilakukan pengukuran respon nyeri dengan
menggunakan skala perilaku FLACC selama 5 menit setelah injeksi dengan teknik
pengukuran pertama pada saat injeksi, kemudian 3 menit setelah injeksi dan 5
menit seteh injeksi. Teknik analisa data untuk mengetahui perbedaan respon nyeri
menggunakan uji Mann-Whitney Test. Dari hasil uji statistik, analisis respon nyeri
pada saat injeksi diperoleh nilai p value > 0,05 yaitu 0,235 dan analisis respon
nyeri pada menit ke tiga dan ke lima terdapat perbedaan respon nyeri yang
bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol yaitu dengan nilai
p = 0,001 (p value < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pemberian glukosa oral 40% terhadap respon nyeri pada bayi yang dilakukan
imunisasi Pentavalen.
Kata kunci : nyeri, bayi, imunisasi, glukosa oral.

3

THE EFFECT OF GIVING ORAL GLUCOSE 40% FOR PAIN RESPONSES
TO INFANT IN IMUNIZATION PENTAVALEN IN PUSKESMAS BAKI
SUKOHARJO
1


Lita Andes Clara, 2Sulastri, 3Endang Zulaicha Susilaningsih
ABSTRACT

Immunization is one of minor invasive procedures which could make pain to
the infant. The pain feeling, will cause uncomfortable for the infant. One of
pain’s management of non pharmacology is by giving oral glucose liquid.
Analgesia glucose effect can happen because the effect of released beta
endorphin, which could decrease pain’s signal transmission to central nervous
system. The Purpose of this research is to know the effect from giving oral glucose
40% for pain respon to infant who get Pentavalen immunization. This research
method is use quash experiment with after only nonequivalent control group
design. The Sampling technique in this research is use consecutive sampling
method. Sample in this research amount 40 respondents, devided to be two
groups, that was 20 persons for intervention group and 20 persons for control
group. Distribution of intervention of oral glucose 40% is giving first from 2
minutes before immunization procedures and than measuring pain responses with
behavior scale FLACC during 5 minutes after injection with first scaling during
injection, and 3 minutes after injection and than 5 minutes after injection.
The Data analysis technique for knowing different pain respon is use MannWhitney Test.. Result from the statistics, pain responses analysis during injection

obtain p value > 0,05 was 0,235 and pain responses analysis in third minutes and
fifth minutes had different pain responses, that’s mean between intervention group
and control group had value p = 0,001 (p value 0,05
yaitu 0,235 yang berarti tidak ada
perbedaan respon nyeri yang
bermakna
antara
kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Analisis respon nyeri pada menit ke
3 setelah injeksi menunjukkan nilai p
value < 0,05 yaitu sebesar 0,0001
yang berarti terdapat pebedaan
respon nyeri yang bermakna antara
kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Pemberian glukosa oral
40% memberikan pengaruh terhadap
respon nyeri bayi pada saat menit ke
tiga (tiga menit setelah injeksi), hal
ini di buktikan dengan mean rank


N
p value
Mean Rank
20
18,40
0,235
20
22,60
20
12,40
0,001
20
28,60
20
11,60
0,001
20
29,40
kelompok perlakuan saat menit

ketiga lebih kecil daripada kelompok
kontrol ( 12,40 < 28,60 ). Analisis
respon nyeri pada menit ke 5 setelah
injeksi menunjukkan nilai p value <
0,05 yaitu sebesar 0,001 yang berarti
terdapat perbedaan respon nyeri yang
bermakna
antara
kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Pemberian glukosa oral 40%
memberikan pengaruh terhadap
respon nyeri bayi pada saat menit ke
lima (lima menit setelah injeksi), hal
ini di buktikan dengan mean rank
kelompok perlakuan saat menit
ketiga lebih kecil daripada kelompok
kontrol ( 11,60 < 29,40 ).

8


PEMBAHASAN
Perbedaan
Respon
Nyeri
Kelompok
Perlakuan
dan
Kelompok Kontrol pada saat
injeksi.
Berdasarkan hasil analisis data
respon nyeri pada saat injeksi yang
dilakukan di Puskesmas Baki
Sukoharjo menunjukkan bahwa pada
awalnya respon nyeri bayi pada saat
injeksi tidak memiliki perbedaan
antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol. Hal ini terlihat
pada tabel 4.6. dimana diperoleh
nilai p value > 0,05 yaitu 0,235.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada saat injeksi tidak terdapat
perbedaan respon nyeri antara
kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Tetapi, jika dilihat pada hasil
distribusi rata-rata respon nyeri bayi,
menunjukan bahwa skor nyeri yang
diperoleh kelompok perlakuan lebih
kecil daripada kelompok kontrol.
Artinya, pada saat injeksi, glukosa
40% yang diberikan 2 menit sebelum
tindakan injeksi sudah menimbulkan
efek penurunan nyeri. Hal tersebut,
karena glukosa memiliki beberapa
mekanisme potensial aksi untuk efek
penghilang rasa nyeri (Ghofur dan
Mardalena).
Hasil analisis akhir pada
penelitian ini adalah tidak terdapat
perbedaan antar kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol. Hal ini,
dibuktikan dengan pada saat injeksi
semua bayi memberikan respon
menangis kencang. Salah satu
indikator penilaian dalam skala
FLACC yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penilaian
menangis yang dimana, untuk skor
penilaian 0 artinya tidak ada teriakan
(terjaga atau tertidur), skor 1 artinya

sesekali menggerang atau merintih
dan skor 2 untuk terus menerus
menangis, berteriak ataupun terisak.
Hasil penelitian yang didapatkan,
rata-rata untuk indikator menangis
diperoleh skor 2. Hal ini dikarenakan
bahwa glukosa tidak mempengaruhi
perubahan respon perilaku nyeri bayi
akibat imunisasi dan sebagai akibat

dari perbedaan karakter bayi itu
sendiri
serta
respon
nyeri
berpengaruh pada tempramen bayi
(Isik, et al, 2000).
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh
Triani
dan
Lubis
(2006)
menyebutkan bahwa bayi hanya
dapat mengkomunikasikan nyeri
melalui perubahan tingkah laku dan
perubahan
fisiologis,
misalnya
ekspresi

wajah,
menggerakkan
ekstremitas secara reflek, perubahan
posisi tubuh dan menangis dengan
nada yang tinggi dan keras. Respon
bayi menangis kencang tersebut
sebagai ungkapan rasa sakitnya pada
saat di injeksi. Sehingga sebelum di
injeksi, bayi yang tidak di berikan
glukosa oral 40 % dengan bayi yang
diberikan glukosa oral 40% tidak
menunjukkan perbedaan terhadap
respon nyeri bayi.

Perbedaan Respon Nyeri Bayi
Kelompok
Perlakuan
dan
Kelompok Kontrol pada menit
Ketiga (Tiga Menit Setelah
Injeksi).
Berdasarkan hasil penelitian
tabel. 4.6. hasil penelitian pada menit
ke tiga setelah injeksi menunjukkan
nilai p value < 0,05 yaitu sebesar
0,001 yang berarti terdapat pebedaan
respon nyeri antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.

9

Pemberian glukosa oral 40%
memberikan pengaruh terhadap
respon nyeri bayi pada saat menit ke
tiga (tiga menit setelah injeksi), hal
ini di buktikan dengan mean rank
kelompok perlakuan saat menit
ketiga lebih kecil daripada kelompok
kontrol (12,40 < 28,60). Mean rank
yang lebih kecil menunjukkan
adanya penurunan tingkat nyeri pada
bayi setelah diberi glukosa oral 40%
sebesar 16,2. Artinya, pemberian
glukosa oral dengan rentang waktu 5
menit setelah diberikan, memberikan
dampak yang positif terhadap
pengurangan nyeri pada bayi. Hal ini
sesuai dengan penelitian Dewi, dkk
(2011)
menjelaskan
bahwa
penggunaan glukosa oral dianggap
murah dan aman untuk mengurangi
nyeri dari prosedur invasif, karena
glukosa oral hanya butuh waktu yang
pendek sejak di berikan dan di
toleransi baik oleh bayi cukup bulan,
serta mudah untuk didapatkan. Jadi
berdasarkan hasil penelitian yang di
dapatkan dan berdasar penelitian
yang relevan maka pemberian
glukosa ini di rasa sangat penting
sebagai usaha untuk mengurangi
dampak nyeri pada bayi, karena
nyeri yang tidak di tanggulangi dapat
mempengaruhi respon afektif dan
tingkah laku saat tindakan nyeri
selanjutnya dan untuk mendapatkan
glukosa oral sangat mudah dan
murah dan kemasannya sudah
tersedia di rumah sakit atau apotek.
Serta penggunaan glukosa oral hanya
membutuhkan waktu pendek sejak di
berikan, hal tersebut dapat terbukti
pada saat peneliti menggunakan
waktu 2 menit setelah dilakukan
pemberian glukosa oral ternyata pada
menit ke tiga setelah injeksi glukosa
oral
sudah
memberikan

pengaruhnya. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Devaera, dkk
(2007) mengenai Larutan Glukosa
Oral Sebagai Analgesik pada
Pengambilan Darah Tumit Bayi Baru
Lahir dengan hasil penelitian adalah
pemberian 0,5 ml larutan glukosa
30% per oral 2 menit sebelum
pengambilan darah melalui tumit
bayi baru lahir dapat mengurangi
nyeri.
Penelitian tersebut sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh
Potter and Perry (2005), bahwa
proses penghantaran transmisi nyeri
yang disalurkan ke susunan syaraf
pusat oleh dua system serabut antara
lain yaitu, yang pertama adalah
serabut A-delta yang menghantarkan
nyeri
dengan
kecepatan
1230m/detik yang disebut juga nyeri
cepat dan dirasakan dalam waktu
kurang dari satu detik serta memiliki
lokalisasi yang jelas dirasakan
seperti ditusuk tajam berada dekat
permukaan kulit. Serabut yang kedua
adalah serabut C yang merupakan
serabut yang menghantarkan nyeri
0,4-1,2m/detik disebut juga nyeri
lambat dirasakan selama satu detik
atau lebih bersifat nyeri tumpul,
berdenyut dan terbakar. Oleh karena
itu, tindakan injeksi adalah termasuk
ke dalam transmisi nyeri yang
disalurkan oleh serabut syaraf Adelta yang menghantarkan nyeri
secara cepat serta dalam teori kontrol
pintu gerbang, serabut syaraf ini
berdiameter besar dan cenderung
menutup pintu sehingga sinyal nyeri
tidak dapat masuk melalui medulla
spinalis.
Jika
diberikan,
penatalaksanaan seperti pemberian
glukosa oral, nyeri akan cepat
tertangani atau berkurang karena
adanya pelepasan beta endorphin

10

Perbedaan Respon Nyeri Bayi
Kelompok
Perlakuan
dan
Kelompok Kontrol pada menit
Kelima (Lima Menit Setelah
Injeksi).
Berdasarkan hasil penelitian
tabel. 4.6. hasil penelitian pada menit
ke lima setelah injeksi menunjukkan
nilai p value < 0,05 yaitu sebesar
0,001
yang
berarti
terdapat
perbedaan respon nyeri antara
kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Pemberian glukosa oral 40%
memberikan pengaruh terhadap
respon nyeri bayi pada saat menit ke
lima (lima menit setelah injeksi), hal
ini di buktikan dengan mean rank
kelompok perlakuan saat menit
ketiga lebih kecil daripada kelompok
kontrol (11,60 < 29,40). Mean rank
yang lebih kecil menunjukkan
adanya penurunan tingkat nyeri pada
bayi setelah diberi glukosa oral 40%
sebesar 18,00. Penurunan yang
ditunjukkan pada menit ke lima lebih
besar dari pada menit ke tiga. Hal
tersebut menunjukkan respon nyeri
yang semakin menurun pada rentang
waktu 7 menit setelah diberikan,
yang di buktikan dengan penilaian
skala FLACC pada saat penelitian
menunjukkan rata – rata sikap pada
ekspresi wajah tidak ada ekspresi
tertentu atau sudah mulai tersenyum,
posisi anak sudah normal, sudah
tidak ada suara tangisan, dan anak
sudah mulai rileks. Ini menunjukkan
bahwa semakin lama glukosa
tereabsorbsi, maka akan semakin
menurun respon nyeri pada bayi.
Reabsorbsi glukosa didalam
tubuh terjadi dalam waktu kurang
lebih 1-2 menit. Oleh karena itu, jika
glukosa sudah tereabsrobsi dengan
baik, maka akan menunjukan
perubahan respon nyeri yang akan

semakin menurun (Taddio et al,
2008). Dalam penelitian ini, pada
menit ketiga setelah di injeksi sudah
menunjukan perubahan respon nyeri
yang semakin menurun. Oleh karena
itu, jika pada menit ketiga saja sudah
menunjukan penurunan respon nyeri,
maka pada waktu yang lebih lama
akan menunjukan respon nyeri yang
lebih baik lagi. Contohnya pada
pengukuran respon nyeri pada menit
ke 5 setelah injeksi akan terlihat
perbedaan
skor
nyeri
yang
menunjukan penurunan yang lebih
baik.
Smeltzer and Bare (2007)
menyatakan dalam teorinya, bahwa
respon perilaku dan emosional dapat
mempengaruhi
persepsi
nyeri.
Mekanisme gate control, selain
terjadi di spinal cord, juga terjadi di
beberapa tempat system syaraf pusat,
yaitu cortect cerebri dan serabut
syaraf decending dari thalamus.
Mekanisme gate control dimulai
dengan adanya rangsang nyeri yang
menimbulkan implus nyeri pada
perifer tubuh, implus tersebut
kemudian
ditransmisikan
oleh
serabut syaraf A delta dan serabut C.
implus nyeri kemudian diteruskan ke
spinal cord dan dorsal horn, yang
keduanya
berada
di
daerah
substansia gelatinosa. Substansi
gelatinosa memiliki kemampuan
untuk menghambat atau membuka
pengiriman nyeri ke trigger cell.
Apabila dihambat, maka gerbang
trigger cell akan menutup, dan
implus nyeri akan berkurang atau
sedikit dikirimkan ke otak. Namun,
apabila gerbang trigger cell dibuka,
maka nyeri akan dikirimkan ke otak.
System syaraf pusat memiliki fungsi
mengatur pikiran, nilai dan emosi.
Sehingga apabila nyeri terjadi, maka

11

pikiran
dan
emosi
dapat
mempengaruhi apakah implus nyeri
dapat mencapai batasnya. Adapun
mekanisme
pengendalian
nyeri
berdasarkan teori tersebut, yaitu selsel jaringan otak memproduksi
endorphin, lalu apabila endorphin
tersebut dilepaskan di ujung sel
presynaptic interneuron pada kornu
posterior, maka terjadi synaptic
inhibition, yang berakibat rangsang
nyeri tidak diteruskan.
SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, yaitu tentang
pengaruh pemberian glukosa oral
40% terhadap respon nyeri pada bayi
yang dilakukan imunisasi DPT
Pentavalen, telah diperoleh hasil
sebagai berikut :
1. Tidak terdapat perbedaan antara
kelompok
perlakuan
yang
diberikan glukosa oral sebelum
tindakan imunisasi dan kelompok
kontrol yang tidak diberikan
perlakuan terhadap respon nyeri
bayi yang dilakukan imunisasi
pentavalen pada saat injeksi.
2. Terdapat
perbedaan
antara
kelompok
perlakuan
yang
diberikan glukosa oral sebelum
tindakan
imunisasi
dengan
kelompok kontrol yang tidak
diberikan perlakuan terhadap
respon nyeri bayi yang dilakukan
imunisasi pentavalen pada menit
ketiga setelah injeksi.
3. Terdapat
perbedaan
antara
kelompok
perlakuan
yang
diberikan glukosa oral sebelum
tindakan
imunisasi
dengan
kelompok kontrol yang tidak
diberikan perlakuan terhadap

respon nyeri bayi yang dilakukan
imunisasi pentavalen pada menit
kelima setelah injeksi.
4. Terdapat pengaruh pemberian
glukosa oral 40% terhadap
respon nyeri bayi yang dilakukan
imunisasi
pentavalen
di
Puskesmas Baki Sukoharjo.
Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penggunaan Glukosa oral adalah
metode yang sangat sederhana,
tidak memerlukan biaya yang
mahal, mudah didapat dan mudah
dilakukan
dalam
upaya
meminimalisir respon nyeri bayi
yang akan dilakukan prosedur
invasive salah satunya yaitu
imunisasi,
sehingga
ini
diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi tenaga kesehatan
khususya
keperawatan
agar
dijadikan salah satu metode yang
dapat diterapkan agar dapat
meningkatkan rasa nyaman dan
meminimalkan trauma pada bayi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan, hasil
penelitian ini dapat dijadikan
salah satu referensi dalam
pembelajaran
mengenai
penatalaksanaan nyeri pada bayi
yang dilakukan prosedur invasive
agar dampak dari nyeri dapat
diminimalkan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, hasil
penelitian ini dapat dijadikan
dasar bagi peneliti selanjutnya
untuk pengembangan alternative
metode
lain
yang
dapat
digunakan untuk mengurangi
nyeri yang dialami oleh bayi saat
prosedur invasive dan peneliti
selanjutnya diharapkanakan lebih

12

baik jika jumlah sampel lebih
banyak
dan
selanjutnya
mengalanisa berbagai karakteristik
yang akan mempengaruhi respon
nyeri bayi saat dilakukan tindakan
invasif.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, I.T. 2011, Studi Komparasi
Pemberian ASI dan Larutan
Gula Terhadap Respon Nyeri
Saat Imunisasi Pada Bayi di
Puskesmas Ngesrep Semarang,
Tesis, M.Kep., Fakultas Ilmu
Keperawatan,
Universitas
Indonesia, Jakarta.
Cervero, F. (2013). Gate Control
Theory of Pain. Januari 14,
2015.
http://www.en.wikipedia.org/w
iki/Gate_control_theory_of_pai
n
Devaera, Y., Gunardi, H., &
Budiman, I. (2007), Larutan
Glukosa
Oral
sebagai
Analgesik pada Pengambilan
Darah Tumit Bayi Baru Lahir:
Uji Klinik Acak Tersamar
Ganda, Sari Pediatri, 9(2):127131.
Dewi, R., Utomo, W., & Jumaini.
(2011), Efektifitas Glukosa
Oral Terhadap Respon Nyeri
Akut Pada Neonatus Yang
Dilakukan
Tindakan
Pemasangan infus. Jurnal
Penelitian Universitas Riau.
Ghofur, A & Mardalena, I. (2014).
Effect Of Glucose On The
Response Pain Baby In
Puskesmas Gamping II Sleman
Yogyakarta. Jurnal Penelitian
Poltekkes
Kemenkes
Yogyakarta
Jurusan
Keperawatan.

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar
ilmu kesehatan anak untuk
pendidikan kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.
Hockenberry, M., & Wilson, D.
(2009). Essential of pediatric
nursing (8th Ed). St. Louis
Missouri : Mosby.
Isik, U., Ozek, E., Bilgen, H., &
Cebeci, D. (2000). Comparison
Of Oral Glucose And Sucrose
Solutions On Pain Response In
Neonates. Journal of Pain, Vol
1, 275-278.
Lewis, T.V., Zanotti, J., Dammeyer,
J. A., & Merkel, S. (Realibility
and validity of the face, legs,
activity, cry, consolability,
behavioral tool in assessing,
acute pain in critically ill
patients. American Journal of
Critical Care, 19 (1), 55-62. 16
Oktober
2014.
EBSCO
database.
Lissauer, T., & Fanaroff, A. (2009).
At a glance neonatologi
(Vidhia Umami, Penerjemah.).
Jakarta : Erlangga.
Merkel, S. I., Voepel-Lewis, T.,
Shayewvits, J. R., Malviya, S.
(1997). The FLACC : A
behavioral scale for scoring
postoperative pain in young
children. Pediatric Nursing, 23
(3), 293-297. April 25, 2015.
http://wps.prenhall.com/wps/m
edia/objects/3103/3178396/tool
s/flacc.pdf
Muslihatun, W. N. (2010). Asuhan
neonatus bayi dan balita.
Yogyakarta : Fitramaya.

13

Taddio, A., Shah, V., & Katz, J.
(2009).
Reduced
infant
response to a routine care
procedure
after
sukrosa
analgesia. Pediatrics Official
Journal Of American Academy
of Pediatrics, 123, e425-e429.

April
18,
2014.
http://www.pediatrics.org
Triani, E., & Lubis, N. (2006).
Penggunaan
Analgesia
Nonfarmokologis
Saat
Tindakan Infasif Minor pada
Neonatus. Sari Pediatri, 8(2):
107-131.

Keterangan :
1 : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta
2 : Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta
3 : Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN RESPON NYERI ANTARA POSISI TEGAK,SUKROSA ORAL, DENGAN KOMBINASI POSISI TEGAK SUKROSA ORAL SAAT IMUNISASI PADA BAYI 0-12 BULAN

3 24 22

Pengaruh Bola Bobath Terhadap Skor Nyeri Pada Bayi Usia 9-12 Bulan Saat Diimunisasi di Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan

1 17 74

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK GENDHING SUBOSITI TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI YANG Pengaruh Pemberian Terapi Musik Gendhing Subositi Terhadap Respon Nyeri Pada Bayi yang Dilakukan Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Baki Sukoharjo.

0 1 15

PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Terapi Musik Gendhing Subositi Terhadap Respon Nyeri Pada Bayi yang Dilakukan Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Baki Sukoharjo.

0 3 8

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Pemberian Terapi Musik Gendhing Subositi Terhadap Respon Nyeri Pada Bayi yang Dilakukan Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Baki Sukoharjo.

0 8 4

PENGARUH PEMBERIAN GLUKOSA ORAL 40% TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI YANG Pengaruh Pemberian Glukosa Oral 40% Terhadap Respon Nyeri Pada Bayi Yang Dilakukan Imunisasi Pentavalen Di Puskesmas Baki Sukoharjo.

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Glukosa Oral 40% Terhadap Respon Nyeri Pada Bayi Yang Dilakukan Imunisasi Pentavalen Di Puskesmas Baki Sukoharjo.

0 3 8

PENGARUH KOMPRES HANGAT PADA TEMPAT PENYUNTIKKAN TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI SAAT IMUNISASI DI PUSKESMAS TANAWANGKO KABUPATEN MINAHASA | Ndede | JURNAL KEPERAWATAN 6692 13085 1 SM

1 1 10

Pengaruh Menyusui, Glukosa 40 dan Memeluk Bayi terhadap Respon Nyeri pada Bayi Cukup Bulan (Suatu Uji Klinis)

0 0 6

STUDI KOMPARATIF PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) DAN GLUKOSA 30 TERHADAP RESPON NYERI NEONATUS YANG DILAKUKAN TINDAKAN INVASIF DI RUMAH SAKIT ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

0 1 12