Pengaruh Bola Bobath Terhadap Skor Nyeri Pada Bayi Usia 9-12 Bulan Saat Diimunisasi di Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan

(1)

PENGARUH BOLA BOBATH TERHADAP SKOR NYERI

PADA BAYI USIA 9-12 BULAN SAAT IMUNISASI DI

PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

NUR AZIZA

109104000032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437 H/2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

RIWAYAT

HIDUP

Nama : Nur Aziza

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 02 Juli 1991 Status Pernikahan : Belum Menikah

NIM : 109104000032

Alamat : Jl. STM Walang Jaya, No.15 Rt009/001 Kecamatan Koja, Kelurahan Tugu Selatan, Jakarta Utara

Telepon : 085770050767

Email : Azizaezi1991@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 01 Pagi, Jakarta [1997-2003]

2. SMP Negeri 121 Jakarta [2003-2006]

3. SMA Negeri I10 Jakarta [2006-2009]

Pengalaman Organisasi:

1. Anggota PMR SMPN 121 Jakarta tahun 2003-2006 2. Bendahara Rohis SMPN 121 Jakarta tahun 2005-2006 3. Ketua OSIS SMPN 121 Jakarta tahun 2005-2005 4. Anggota OSIS SMAN 110 Jakarta tahun 2007-2008

5. Anggota IKANOBU (Abang None Buku Jakarta) tahun 2012-2013 6. Anggota BEM FKIK tahun 2009-2010


(7)

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Maret 2016

Nur Aziza, NIM: 109104000032

Pengaruh Bola Bobath Terhadap Skor Nyeri Pada Bayi Usia 9-12 Bulan Saat Diimunisasi di Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan

xviii + 47 halaman + 4 tabel + 2 bagan + 4 lampiran

ABSTRAK

Penanganan nyeri pada bayi saat dilakukan imunisasi diperlukan sebagai bentuk pengalihan perhatian bayi terhadap nyeri. Hal ini dapat dilakukan dengan metode farmakologi maupun non farmakologi. Peneliti menggunakan media bola bobath dan skala MBPS untuk mengukur skor nyeri pada bayi saat prosedur imunisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat diimunisasi di Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain eksperimen yaitu Quasi experiment post-test only with non-equivalent control group design. Data dikumpulkan dari 10 kelompok kontrol dan 10 kelompok intervensi. Pengukuran nyeri setelah imunisasi menggunakan modified behaviour pain scale (MBPS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata respon nyeri kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol dimana p value < 0,005 (p=0,000 pada α=0,05). Implikasi keperawatannya diharapkan perawat mampu menggunakan dan menerapkan metode dalam pengalihan nyeri pada bayi saat diimunisasi dengan modifikasi lainnya sehingga nyeri dapat berkurang.

Kata kunci: Penggunaan bola bobath, nyeri, imunisasi, bayi Daftar bacaan: 43 (2000-2015)


(8)

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES STUDY PROGRAM OF NURSING

ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Undergraduate Thesis, March 2016

Nur Aziza, NIM: 109104000032

Bobath ball Influence Score Against Pain in Infants Ages 9-12 Months Immunized Currently in Puskesmas East Ciputat South Tangerang

xviii + 47 pages + 4 tables + 2 attachments + 4 chart

ABSTRACT

Pain management in infants when immunization is required as the shape-shifting baby's attention to pain. This can be done with pharmacological and non-pharmacological methods. Researchers used the media bobath ball and MBPS scale to measure pain scores in babies as immunization procedures.

This study aims to determine the effect on pain scores bobath ball in infants aged 9-12 months were immunized at the health center when East Ciputat South Tangerang.

This type of research is quantitative using the design of experiments that Quasi experimental post-test only with non-equivalent control group design. Data were collected from 10 control group and 10 intervention group. Pain was measured using a modified behavior after immunization pain scale (MBPS).

The results showed that there were differences between the mean pain response lower intervention group compared with the control group where p value <0.005 (p = 0.000 at α = 0.05). Implications of nursing is expected nurses are able to use and apply methods of diversion of pain in infants when immunized with other modifications so that the pain can be reduced.

Keywords: Use of ball bobath, pain, immunization, infant The reading list: 43 (2000-2015)


(9)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Pengaruh Bola Bobath Terhadap Skor Nyeri Pada Bayi Usia 9-12 Bulan Saat Imunisasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Selama proses pendidikan dan penyususnan proposal skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. DR. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

2. Ibu Ernawati, S.Kp., M Kep, Sp KMB selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing dalam proposal penelitian ini.

3. Ibu Mardiyanti, M Kep, MDS selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberi banyak saran demi terselesaikannya penulisan proposal penelitian ini.

4. Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala pengalamannya yang tak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi kami selaku mahasiswa.


(10)

x

5. Seluruh staff bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu kelancaran hal-hal administratif.

6. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada yang tersayang Ibunda Ida Susilowati dan yang tersayang Ayahanda Maskur Farisi serta saudara kandungku tercinta, Huda Kurniawati, Adelia Sulasi R, Ahmad Fadil yang selalu senantiasa memberikan dukungan penuh baik berupa material

maupun spiritual dan selalu mengiringi dengan do’a tulus ikhlas di setiap

langkahku, sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi..

7. Kepala Puskesmas Ciputat Timur yang telah mengizinkan serta membantu peneliti untuk melakukan studi pendahuluan..

8. Sahabat-sahabatku, teman-teman satu pembimbing, terutama teruntuk Satu Agus Ribowo yang telah membantu dalam penyelesaian sidang akhir saya dan seluruh angkatan 2009 yang telah berjuang bersama dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu Keperawatan serta adik-adik kelas “semua

angkatan” terimakasih atas dukungan, semangat, kenangan, dan kebersamaan yang indah selama ini.

Dengan memanjatkan do’a kepada Allah SWT, penulis berharap semua

kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah SWT. Amin.

Jakarta, Juni 2015


(11)

xii

DAFTAR ISI

JUDUL HAL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Bidang Akademik ... 8

2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur ... 8

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 8


(12)

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi ... 10

1. Definisi Imunisasi ... 10

2. Jenis Imunisasi pada Bayi ... 10

3. Reaksi Suntikan Imunisasi ... 11

B. Nyeri Pada Bayi ... 12

C. Dampak Nyeri ... 13

1. Dampak Akut ... 13

2. Dampak Potensi Jangka Panjang ... 14

D. Penatalaksanaan Nyeri ... 14

E. Bola Bobath ... 17

F. Penelitian Terkait ... 18

G. Kerangka Teori... 21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 22

B. Hipotesis Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional ... 24

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

D. Metode Pengumpulan Data ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument ... 29

G. Pengolahan Data ... 30

H. Teknik Analisis Data ... 31

I. Etika Penelitian ... 33

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian ... 35


(13)

xiv

1. Karakteristik Responden ... 36

2. Rerata Tingkat Nyeri Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi ... 37

C. Analisa Bivariat ... 38

BAB VI PEMBAHASAN A. Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian ... 39

B. Karakteristik Individu ... 39

1. Usia ... 39

2. Jenis Kelamin ... 40

3. Rerata Tingkat Nyeri Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi . 41 4. Penggunaan Bola Bobath ... 41

C. Keterbatasan Penelitian ... 43

D. Implikasi Dalam Keperawatan ... 44

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

(15)

xvii

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 21 2. Bagan 3.1 Kerangka Konsep ... 23


(16)

(17)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan Imunisasi di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013, salah satunya menimbang bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat diperlukan tindakan imunisasi sebagai tindakan preventif (KEMENKES RI, 2014).

Kebijakan kementerian kesehatan dalam mencapai MGDs salah satunya terdapat pada MDG-4 yaitu menurunkan angka kematian bayi dan balita, kebijakan diarahkan pada konsolidasi program vaksinasi, termasuk sumber daya untuk pelaksanaan program (vaksin dan perangkatnya, operasional dan perawatan, SDM). Target MDG-4 yaitu menurunkan angka kematian balita hingga 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015.

Suntikkan vaksin rutin dan kemajuan penelitian di bidang kesehatan memang bertujuan mencegah bayi dan balita terhadap penyakit menular, namun suntikan vaksin yang rutin merupakan prosedur yang menyakitkan selama masa anak-anak, terutama ketika mereka diberikan imunisasi tanpa mengadopsi manajemen nyeri (National Center for Biotechnology Information dalam Odzemir, 2008).


(18)

2

Pemberian imunisasi melalui suntikan yang berulang merupakan prosedur yang menimbulkan distress pada anak dan orangtua (Schechter, Zempsky, Cohen, McGrath, McMurtry, & Bright, 2007) di samping rasa nyeri yang ditimbulkan akibat suntikan, dapat juga disertai dengan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yaitu reaksi sistemik dan reaksi lokal. Reaksi lokal di anataranya adalah bengkak kemerahan sekitar suntikan (IDAI, 2011). Hal ini dapat menimbulkan trauma jangka panjang pada anak, dimana anak akan belajar dari pengalaman nyeri imunisasi. Jika anak akan mendapatkan imunisasi berikutnya, maka ia akan teringat dengan pengalaman nyeri imunisasi terdahulu (Suherman,2000).

Nyeri yang diakibatkan oleh suntikan imunisasi jika tidak dikelola akan mengakibatkan dampak negatif pada aspek emosional anak seperti kecemasan, ketakutan dan stress. Pengalaman dengan suntikan jarum yang menimbulkan nyeri pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kecemasan sebelum prosedur dimasa akan datang terlebih mempengaruhi nyeri prosedur berikutnya bahkan berkembang menjadi needle phobia (Taddio, 2008).

Manajemen nyeri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu intervensi farmakologi dan intervensi non farmakologi. Intervensi farmakologi diantaranya dengan menggunakan analgesik topikal. Sementara intervensi nonfarmakologi yaitu intervensi analgesia non farmakologi seperti

breastfeeding dan sweet solution, intervensi fisik dan teknik injeksi, serta intervensi psikologis (HelpinKids, 2010).


(19)

3

Penelitian yang diterbitkan oleh National Center for Biotechnologi Information (NCBI) yang dilakukan oleh Odzemir dkk, dengan judul The Effect of Using Musical Mobiles on Reducing Pain in Infants During Vaccination tahun 2008, menunjukkan hasil skor nyeri lebih rendah dengan menggunakan teknik distraksi media ponsel musik. Penelitian terkait juga dilakukan oleh Esfahani dkk, A Comparative Study on Vaccination Pain in The methods of Message Therapy and Mothers Breast Feeding During Injection of Infants Referring to Navabsafavi Health Care Center in Isfahan

tahun 2013 dengan menggunakan metode pemberian ASI yang efektif dalam mengurangi nyeri.

Penelitian yang dilakukan Ismanto, 2011 yaitu Pemberian ASI dan Topikal Anastesi Terhadap Respon Nyeri Imunisasi Pada Bayi menunjukkan bahwa respon nyeri bayi yang diberi ASI lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang diberikan topical anastesi (p=0,000)

Penelitian terkait juga dilakukan oleh Sopeni Maharezi 2014 dengan judul Pengaruh teknik Distraksi (Boneka Tangan) Terhadap Perubahan Skala Nyeri Saat Imunisasi Campak Pada Bayi di Wilayah Kerja Pustu Bulakan Payahkumbuh Barat menggunakan media boneka tangan, hasil penelitian yaitu, terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok control dengan p value= 0,000 (p<0,05).


(20)

Media sebagai bentuk pengalihan perhatian saat kegiatan imunisasi sudah banyak dilakukan namun belum ada penelitian yang menggunakan media Bobath dalam imunisasi. Bola bobath yang besar dan berwarna terang mampu mengalihkan perhatian anak sebagai media pengalihan saat diimunisasi. Teknik ini dilakukan dengan memposisikan bayi diatas bola Bobath pada posisi sitting up dengan dipegang ibunya, setelah petugas kesehatan selesai memberikan imunisasi, bola digerakkan maju mundur, elastisitas bola Bobath diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan diharapkan dapat mengalihkan perhatian anak setelah dilakukan intervensi keperawatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Husna Maulida dengan judul Pengaruh Teknik Birthball Terhadap Lamanya Persalinan Kala I di BPS Heranovita, Kabupaten Aceh menyatakan bahwa penggunaan bola besar berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada ibu melahirkan dengan duduk di bola dan bergoyang-goyang membuat rasa nyaman dan membantu kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi, sambil meningkatkan pelepasan endorphin karena elastisitas dan lengkungan bola merangsang reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mengsekresi endorphin (Maurenne, 2005).

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan fenomena bahwa bayi yang diimunisasi di Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan tahun 2016 yang tercatat dalam buku register poliklinik bayi dan tumbuh kembang, didapatkan bayi berumur 9-12 bulan yang diimunisasi terdapat 30


(21)

bayi. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, perawat mengatakan prinsip atraumatic care belum optimal dilakukan, belum ada media informasi seperti leaflet tentang metode penurunan nyeri, pemberian informasi tentang teknik menurunkan nyeri belum pernah dilakukan, namun jika ada pertanyaan dari orangtua tentang efek imunisasi seperti demam, bengak sekitar suntikan, maka perawat memberikan penjelasan. Upaya yang dilakukan perawat dalam menanggulangi nyeri selama ini diserahkan kepada orangtua. Sementara dari wawancara pada lima orang ibu yang anaknya diimunisasi, 100% belum memahami metode menurunkan nyeri pada bayi yang diimunisasi, memiliki perasaan cemas ketika anaknya akan disuntik dan orangtua juga tidak mengetahui peran yang dapat dilakukan sebelum, selama, dan sesudah dilakukan prosedur suntikan.

Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan menggunakan bola bobath yang memiliki ukuran diameter 75cm, berbahan elastis, dan memiliki warna yang menarik yaitu peneliti menggunakan bola bobath dengan warna biru cerah, pada 5 anak yang mengikuti program imunisasi campak, peneliti mengajak ibu serta bayi untuk bermain terlebih dahulu diatas bola bobath, didapatkan kelima anak tersebut memiliki ekspresi yang gembira dan memiliki waktu yang singkat untuk menangis setelah dilakukan suntikan.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat diimunisasi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan.


(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang ada di puskesmas yaitu saat melakukan observasi banyak anak yang datang berobat terlihat menangis saat petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan. Kegiatan yang terkait dengan pelayanan kesehatan anak salah satunya adalah imunisasi yang dilakukan di puskesmas Ciputat Timur, namun saat bertanya dengan salah satu petugas kesehatan, dalam kegiatan imunisasi masih banyak anak yang menangis dan terlihat kesakitan. Lingkungan pelayanan imunisasi menurut saya masih kurang fasilitas yang dapat mendukung berkurangnya rasa takut pada anak yang dilakukan imunisasi.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mengharapkan dapat melihat apakah terdapat hubungan antara pengaruh bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat diimunisasi. Peneliti tertarik untuk mengetahui “Pengaru Bola Bobath Terhadap Skor Nyeri Pada Bayi Usia 9-12 Bulan Saat Diimunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan.

C. Pertanyaan Penelitian

a. Adakah pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat imunisasi

b. Bagaimana hasil skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat diimunisasi pada kelompok yang tidak dilakukan intervensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan


(23)

c. Adakah perbedaan skor nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang telah diberikan perlakuan bola bobath.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Membuktikan pengaruh bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat diimunisasi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya hasil skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat imunisasi dengan penggunaan bola bobath di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan.

b. Diketahuinya hasil skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan yang mendapatkan imunisasi tanpa penggunaan bola bobath di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan.

c. Diketahuinya perbandingan skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan yang mendapatkan imunisasi pada kelompok yang dilakukan dan tidak dilakukan intervensi dengan bola bobath.


(24)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian skripsi ini di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi bidang akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan mengenai pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi yang mendapatkan imunisasi.

2. Manfaat bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar bagi Puskesmas Ciputat Timur dalam mengembangkan teknik-teknik terbaru sebagai bentuk Atraumatic care pada imunisasi.

3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau sumber untuk penelitian selanjutnya, dan mendorong bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan yang mendapatkan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi

experiement post-test only with non-equivalent control group design yang


(25)

dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden 20 responden


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi

1. Definisi Imunisasi

Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi (Efran. 2014).

Program imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan terjangkitnya penyakit tertentu yaitu Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), antara lain Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan Campak (Kemenkes, 2014).

2. Jenis Imunisasi pada Bayi

Setiap bayi (usia 0-11 bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari : 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-Hepatitis B, 4 dosis Polio, dan 1 dosis Campak. Pemerintah Indonesia menerapkan lima jenis imunisasi dasar yang wajib bagi anak – anak, yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI) meliputi pemberian vaksin BCG (baciulus Callmete Guerin), polio, hepatitis B (HepB), DPT (dipteri, pertusis, tetanus) dan campak (IDAI, 2011). Saat ini sudah dianjurkan penggunaan vaksin kombinasi (vaksin combo, combine vaccine), mengingat anak sampai usia lima tahun akan mendapatkan suntikan sebanyak 13 kali suntikan vaksin secara terpisah. Dengan


(27)

adanya vaksin combo jumlah kunjungan dan biaya ke fasilitas kesehatan berkurang, meningkatkan cakupan imunisasi, pengurangan biaya pengadaan vaksin dan mengejar imunisasi yang terlambat. Vaksin combo saat ini adalah DTP/Hib yaitu untuk mencegah penyakit dipteri, pertusis, tetanus dan haemophillus influenzae tipe B atau DTP/HepB (Sarimin, 2012)

3. Reaksi Suntikan Imunisasi

Orangtua perlu diberitahu bahwa setelah imunisasi dapat timbul reaksi lokal ditempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan atau gejala tertentu, tergantung dari jenis vaksinnya. Efek samping dari imunisasi umumnya terjadi karena potensi dari vaksin itu sendiri (Ranuh, I.G.N, dkk, 2008)

Kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) campak, berdasarkan Immunization Safety Surveillance WHO (1999), yang mungkin muncul ialah reaksi lokal seperti sakit, bengkak kemerahan pada tempat suntikkan, ruam, dan demam yang kejadiannya mencapai 5-15% di dunia. Reaksi lebih berat seperti kejang demam, penurunan tombosit, anafilaksis (reaksi alergi akut), atau ensefalopati (gangguan otak) jarang terjadi (Indah,2012).

Menurut telaah Pokja KIPI Depkes RI, penyebab timbulnya KIPI sebagian besar karena kesalahan prosedur dan tehnik pelaksanaan imunisasi dan faktor kebetulan. Penanganan menurut rekomendasi IDAI dalam pencegahan KIPI akibat reaksi suntikan, dengan menganjurkan


(28)

menggunakan teknik penyuntikan yang benar, menciptakan suasana ruangan tempat penyuntikan yang tenang, serta mengatasi rasa takut yang muncul pada anak yang lebih besar (IDAI, 2011). Agar imunisasi bisa diterima oleh orang tua dapat melalui metode pencegahan KIPI bahwa memberikan instruksi kepada orang tua bagaimana cara menurunkan nyeri pada anak, dapat menurunkan respon nyeri pada anak saat menerima suntikan imunisasi, sehingga anak dan orang tua tidak mengalami trauma dan membuat orang tua kembali membawa anaknya untuk imunisasi selanjutnya (Sarimin, 2012).

B. Nyeri pada Bayi

Nyeri merupakan pengalaman subyektif yang meliputi komponen sensorik maupun emosional. Karenanya intensitas pengalaman nyeri dan mekanisme untuk mengatasinya bervariasi setiap individu. Namun, ketidakmampuan pediatri untuk mengungkapkan rasa nyerinya menimbulkan kesalahan penilaian secara medis yang mengakibatkan kurang cukupnya terapi nyeri pada anak (Nelson, 2000).

Bayi dapat merasakan nyeri seperti halnya anak yang lebih tua dan orang dewasa, bayi yang memiliki keterampilan bahasa dapat mengungkapkan

nyeri yang dirasakan, seperti menunjukkan lokasi nyeri yang mereka rasakan dengan meletakkan tangan mereka di lokasi tubuh yang terasa nyeri (Palmer, 2002).


(29)

Pada bayi, sistem neurologi belum berkembang sempurna ketika bayi dilahirkan. Sebagian besar perkembangan otak, mielinisasi system saraf pusat dan perifer, terjadi selama tahun pertama kehidupan. Beberapa refleks primitif sudah ada pada saat dilahirkan, termasuk refleks menarik diri ketika mendapat stimuli nyeri. Bayi dapat merespon dengan cara menangis dan menggerakkan seluruh tubuh. Kemampuan ini berkembang seiring dengan tingkat mielinisasi (Rospond, 2008).

C. Dampak Nyeri

Wong, et al, dalam (Astuti,2011) menjelaskan bahwa akibat akut dan jangka panjang dari nyeri pada bayi masih dalam penelitian oleh banyak peneliti. Akan tetapi, keterbatasan pengetahuan yang ada memperlihatkan adanya potensi dampak buruk yang serius dari nyeri yang tidak ditangani. Dampak tersebut antara lain :

1. Dampak Akut

Dampak akut yang ditimbulkan pada bayi berupa : perdarahan ventrikuler/intraventrikuler, peningkatan pelepasan kimia dan hormone, pemecahan cadangan lemak dan karbohidrat, hiperglikemia berkepanjangan, peningkatan morbiditas di NICU, mempori kejadian nyeri, hipersensitifitas terhadap nyeri, respon terhadap nyeri memanjang, inervasi korda spinalis yang tidak tepat, respon terhadap rangsang yang tidak berbahaya yang tidak tepat dan penurunan ambang nyeri.


(30)

2. Dampak Potensi jangka Panjang, Akibat potensi jangka panjang yang dapat terjadi dari nyeri pada bayi antara lain : peningkatan keluhan somatic tanpa sebab yang jelas, peningkatan respon fisiologis dan tingkah laku terhadap nyeri, peningkatan prevalensi deficit neurologi, masalah psikososial, penolakan terhadap kontak manusia. Dampak yang dapat diamati antara lain keterlambatan perkembangan, gangguan neurobehavioral, penurunan kognitif, gangguan belajar, kinerja mototrik menurun, masalah prilaku, deficit perhatian, tingkah laku adaptif buruk, ketidakmampuan menghadapi situasi baru, masalah dengan impulsivitas dan kontrol sosial, perubahan tempramen emosi pada masa bayi dan kanakk-kanak, dan peningkatan stres hormonal dikehidupannya kelak.

D. Penatalaksanaan Nyeri

Pengkajian nyeri yang aktual dan akurat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar dan menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat guna mencari terapi yang tepat untuk mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan. Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut pandang klien, menginterpretasi secara cermat tanda-tanda nyeri. Pengkajian nyeri dapat memberikan manfaat bahwa nyeri dapat diidentifikasi, dikenali sebagai sesuatu yang nyata, dapat diukur, dapat dijelaskan sert digunakan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan (Mutaqin, 2008). Penilaian nyeri pada bayi perlu dilakukan secara tidak langsung dan meliputi observasi tangis, ekspresi wajah, respon autonom, dan tingkah laku atau aktivitas motorik. Ekspresi wajah merupakan indikator nyeri bayi yang hampir selalu dapat diandalkan (Nelson, 2000).


(31)

Skala pengukuran nyeri pada bayi disesuaikan dengan batas respon bayi yang diindikasikan sebagai respon terhadap nyeri. Beberapa skala yang sering digunakan meliputi FLACC behavior scale dengan lima indicator meliputi face (F), Legs (L), Activity(A), Cry(C) dan Consolability

(C). Skala ini valid digunakann pada usia 2 bulan samapi 7 tahun. Skala ini menggunakan lima indicator dengan rentang skor 0-2 (Lewis et al., 2010). Skala pengukuran lainnya yaitu Neonatal Infant Pain Scale (NIPS). NIPS menggunakan enam indicator meliputi facial expression (skor 0-1), Cry

(skor 0-2), Breathing Pattern (skor 0-1), Arms (skor 0-1), Legs (skor 0-1) dan State of Arousal (skor 0-1). Skala direkomendasikan untuk anak dibawah satu tahun (Sarhangi et al, 2010). Modified Behavioral Pain Scale

(MBPS) telah diuji cobakan untuk mengukur tingkat nyeri dan stress bayi dan sudah divalidasi untuk digunakan pada populasi imunisasi (Hogan,2011). MBPS menggunakan tiga indikator meliputi Ekspresi. wajah (skor 0-3), nangis (skor 0-4) dan Pergerakan (skor 0-3) dengan total antara skor 0-10. Skor MPBS adalah jumlah poin dari tiga parameter tersebut, dimana skor 0 adalah skor minimum dan skor 10 adalah skor maksimum. (Taddio et al,2011). Taddio dan Hogan, (2011) dalam evaluasi reliabilitas dan validitas skala nyeri MBPS, di mana konsistensi internal dievaluasi melalui cronbach’s alpha dan didapatkan nilai 0,83-0,94. Dengan demikian alat ukur ini dinyatakan memiliki Efektivitas konsistensi yang sangat tinggi (Cronbach’s α > 0,7) untuk mengukur nyeri pada bayi saat menerima suntikan imunisasi. Uji validitas alat ukur MBPS dengan melihat skor kelompok bayi yang menerima suntikan DPTaP-Hib dengan PCV melalui


(32)

uji t validitas kontruk didapat p<0.001 sehingga alat ukur ini dinyatakan valid mengukur apa yang sebenarnya harus diukur. Berdasarkan tingkat kepraktisan penggunaan MBPS dibanding dengan NIPS dan FLACC pada lima intereter tentang kecepatan dan kemudahan penggunaan alat ukur MBPS, NIPS dan FLACC yaitu memperoleh rerata skor kecepatan penggunaan alat ukur berturut-turut adalah 4,6; 3,6 dan 2,4. Sedangkan rata-rata skor kemudahan dalam penggunaan ketiga alat ukur ini berturut-turut 4,4; 4,0 dan 3,2. Pada penelitian ini untuk mengukur respon nyeri bayi digunakan MBPS yang dinyatakan sebagai alat ukur utama untuk melihat respon nyeri bayi yang menerima suntikan imunisasi karena memiliki rerata skor kecepatan dan skor kemudahan yang tinggi dibanding dengan alat ukur lainnya

1. Teknik Distraksi

Atraumatik care adalah asuhan keperawatan melalui penggunaan intervensi yang menghilangkan atau meminimalkan tekanan psikologis dan fisik yang dialami oleh anak-anak dan keluarga mereka dalam pelayanan kesehatan, asuhan ini meliputi pecegahan, pengobatan diagnosis, dan paliiatif kondisi akut atau kronis (Hockenberry, 2011). Tekanan itu dapat berupa rasa nyeri pada anak, yang dapat di minimalisasi dengan teknik distraksi.

Distraksi merupakan pengalihan perhatian yang dapat menurunkan stimulus internal melalui mekanisme peningkatan produksi endorphin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidak


(33)

dikirimkan ke korteks serebri dan selanjutnya akan menurunkan persepsi nyeri (Muttaqin, 2009).

Perawat berperan dalam penatalaksanaan nyeri yaitu membantu meredakan efek nyeri dengan memberikan intervensi penghilang nyeri (termasuk pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi), mengkaji keefektifan intervensi tersebut, memantau efek yang merugikan, dan berperan sevagai advokat klien apabila intervensi yang dianjurkan tidak efektif dalam meredakan nyeri (Muttaqin, 2008).

E. Bola Bobath

Tindakan untuk mengatasi nyeri dapat dibedakan dalam dua kelompok utama, yaitu tindakan farmakologi (pengobatan) dan tindakan non farmakologi (tanpa pengobatan) (Tamsuri, 2012). Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat untuk menurunkan skala nyeri adalah distraksi, banyak teknik distraksi yang sudah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, namun belum ada penelitian yang menggunakan media bola bobath dalam melakukan intervensi nyeri,

Bola bobath adalah bola berbahan elastis yang dirancang sedemikian rupa sebagai alat bantu olahraga dan terapi fisioterapi. Bola ini dapat digunakan untuk olahraga senam, pilates atau gymnastic. Dalam terapi bobath terdapat empat prinsip utama yaitu inhibisi, stimulasi, fasilitasi, stimulasi dan key point of control. Inhibisi adalah menghambat gerakan dan sikap yang tidak normal (abnormal). Fasilitasi adalah membimbing melakukan gerakan normal. Prinsip stimulasi adalah merangsang tubuh


(34)

pasien dengan rangsangan tertentu agar pasien memberikan respon atas rangsangan tersebut. Sedangkan key point of control adalah titik tertentu yang efektif untuk melakukan ketiga prinsip tersebut (Physiostore, 2014)

Bola bobath banyak berperan dalam bidang terapi NDT (Neuro Developmental Treatment). Bola berbentuk bundar sempurna dengan beberapa ulir di permukaannya membantu memperbesar gesekan agar bola tidak licin saat digunakan. Warna bola yang cerah dapat menarik perhatian anak-anak dalam memberikan asuhan keperawatan. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode ini.

F. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sopeni Maharezi tahun 2014 dengan judul Pengaruh Teknik Distraksi (Boneka Tangan) Terhadap Perubahan Skala Nyeri Saat Imunisasi Campak Pada Bayi di Wilayah Kerja Pustu Bulakan Balai kandi, Payahkumbuh Barat. Skripsi Mahasiswi Fakultas Kesehatan dan MIPA tahun 2014. Jenis penilitian ini adalah penelitian Quasy Eksperiment dengan rancangan Post test-only non equivalent control group design. Penelitian yang mencoba untuk membandingkan pengaruh dari suatu tindakan pada dua kelompok subjek yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Peneliti menggunakan test of normality Shapiro wilk (untuk sampel < 50). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, lebih dari sebagian didapatkan skala nyeri bayi yang diberikan teknik distraksi (boneka tangan) adalah (60%) skala nyeri ringan, Lebih dari sebagian


(35)

didapatkan skala nyeri bayi yang tidak diberikan teknik distraksi (boneka tangan) adalah (70%) skala nyeri berat. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p value = 0,000 (p<0,05).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Odzemir, dkk pada tahun 2012 berjudul The Effect of Using Musical Mobiles on Reducing Pain in Infants During Vaccination. Penelitian ini dilakukan pada 120 bayi sehat yang dilakukan imunisasi di Turki dengan menggunakan media music di ponsel dan penilaian FLACC. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen (kelompok uji dan kelompok control). Hasil yang didapatkan skor nyeri dan durasi menangis kelompok uji yang diberikan musik di ponsel lebih rendah dibanding kelompok kontrol yang tidak diberikan media musik.

3. Peneliti yang dilakukan oleh Esfahani, dkk pada tahun 2013 berjudul

A Comparative Study on Vaccination Pain in The Methods of Massage Therapy and mothers Breast Feeding During Injection of Infants Referring to Navabsafavi Health care Center in Isfahan.

Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan SPSS, dilakukan dengan uji klinis acak dengan menggunakan kuesioner dan ceklis NIPS (Neonatal Infant Pain Scale). Jumlah sampel yaitu 96 bayi dengan tiga kelompok (menyusui, pijat, kelompok kontrol). Hasil yang didapatkan yaitu, dari tiga kelompok menyusi atau pemberian ASI lebih memiliki efek analgesik.


(36)

4. Peneliti yang dilakukan oleh Amatus Yudi Ismanto pada tahun 2011 di Depok yang berjudul Studi Komparatif Pemberian Asi dan Topikal Anastesi Terhadap Respon Nyeri Imunisasi Pada Bayi di Puskesmas Bahu Manado. Metode penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan perbandingan kelompok, dengan hasil didapatkan bahwa respon nyeri bayi yang diberi Asi lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang diberi topical anastesi (p=0,000).


(37)

G. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber Teori (Tomey & Alligod, 2006), (Cohen et al., 2006), (Taddio et al, 2010),

(Cohen, 2011).

Nyeri Imunisasi pada bayi

Manajemen nyeri Injeksi Imunisasi:

Bayi dalam masa tumbuh kembang

Non

farmakologi

Farmakologi Trauma fisik &

psikologis Analgesik non farmakologi : - Breast Feeding - Sweet solution

Intervensi psikologis :

- Distraksi langsung oleh anak

- Distraksi oleh perawat - Distraksi

mainan dan distraksi verbal/ kata-kata yang menenangklan

Intervensi fisik :

- Terapi es - Stimulasi

taktil - Relaksasi - Posisi anak

sitting up

Skor nyeri :

- MBPS - NIPS - FLACC


(38)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2013). Dalam kerangka konsep yang akan diteliti terebut ada dua konsep utama yang akan diteliti yaitu model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2008).

Imunisasi memberikan dampak nyeri pada bayi karena prosedur invasif. Nyeri pada bayi dapat terihat dari tangisan dan ekspresi wajah ketika pemberian suntik vaksin tersebut. Media bola bobath diharapkan mampu mengalihkan bayi dari rasa nyeri setelah dilakukan pemberian imunisasi. Dalam penelitian ini memilih responden bayi yang berusia 9-12 bulan dengan pertimbangan bayi di usia tersebut sudah mampu untuk posisi sitting up diatas bola bobath dengan bantuan ibu klien dan perawat saat diatas bola bobath, jenis imunisasi yang diberikan yaitu campak.

Penelitian ini menggunakan skala ukur Modified Behavioral Pain Scale (MBPS) in infant. Alat ukur ini memiliki tiga variabel sebagai basis pengukuran yaitu ekspresi wajah (0-3), tangisan (0-4) dan gerakan (0-3) total skor berada pada rentang 0-10.Nilai minimum


(39)

Tabel 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan

: Variabel Independen yang diteiti : Variabel Antara

: Variabel dependen

A. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan kerangka teori yang dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah:

Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap penurunan

skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan yang mendapatkan imunisasi.

Ha: Ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap penurunan

skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan yang mendapatkan imunisasi. Nyeri Injeksi

Imunisasi

Penggunaan Bola Bobath

 Nyeri Imunisasi setelah

diberikan imunisasi


(40)

B. Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Independen : Penggunaan Bola Bobath Tindakan non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada bayi yang diberikan imunisasi dengan cara

memposisikan bayi dalam posisi duduk (sitting up)dan dipegang ibunya ibunya diatas bola bobath setelah diberi injeksi imunisasi bayi digerakkan maju mundur, hal ini dimaksud untuk mengajak anak bermain dan mengalihkan

perhatian saat diberi imunisasi

Observasi Lembar Observasi 0 = tidak dilakukan Penggunaan bola

Bobath 1 = dilakukan penggu naan bola bobath

Nominal

Variabel Dependen :

Nyeri

Persepsi rasa yang menyakitkan dan tidak diinginkan saat dan setelah imunisasi

Skala MBPS (Modified Behavioral Pain Scale)

Observasi Dimulai dari angka 0 (tidak ada nyeri) sampai angka 10 (nyeri sangat berat)

Rasio


(41)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Penelitian ini akan menentukan efektifitas suatu prosedur yaitu pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri saat dilakukan injeksi vaksin, maka peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain quasi experiment post-test only with non-equivalent control group design. Quasi experiment post-test only with non-equivalent control group design merupakan metode penelitian dimana peneliti tidak dapat sepenuhnya mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen, sampel yang digunakan pada metode ini tidak boleh diambil secara acak. Desain ini menggunakan kelompok kontrol dan hanya akan dilakukan pengukuran hasil setelah dilakukan perlakuan (Sugiyono, 2015).

Kelompok Perlakuan Post-test

A X OX-A B Y OY-B

Tabel 4.1 Rancangan Penelitian


(42)

Keterangan :

X : diberikan perlakuan bola bobath

Y : tidak diberikan perlakuan bola bobath

OX-A : tingkat nyeri setelah diberikan perlakuan bola bobath pada

Kelompok intervensi

OX-B : tingkat nyeri pada kelompok kontrol yang tidak diberikan

diberikan perlakuan bola bobath

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 9-12 bulan yang diberi imunisasi campak yang berjumlah 20 bayi yang telah di data pada bulan Januari di Puskesmas Ciputat Timur

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat, 2008). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik non


(43)

probability sampling with total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sujarweni dan endrayanto, 2012). Penelitian ini menggunakan 20 sampel.

C.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena secara umum pelaksanaan manajemen nyeri imunisasi dengan prinsip atraumatic care belum optimal. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2016 yang dibagi menjadi 2 tahap pertemuan yaitu pada Hari Selasa (untuk kelompok intervensi) dan Kamis (untuk kelompok kontrol).

D.Metode Pengumpulan Data

Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti mengikuti prosedur pengumpulan data :

1. Prosedur Administratif

Membuat surat permohonan izin penelitian kepada Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri yang ditujukan kepada kepala Puskesmas Ciputat Timur. Setelah mendapat persetujuan dari tempat penelitian, peneliti melakukan koordinasi dengan bidan yang melayani program imunisasi bayi.

2. Prosedur Teknis

 Peneliti dibantu oleh 2 bidan. Pengumpul data terlebih dahulu dikumpulkan dan diberi informasi tentang maksud, tujuan dan proses penelitian guna menyamakan persepi dengan peneliti.


(44)

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas karena instrument peelitian sudah baku.

 Pengumpulan data dilakukan saat kegiatan imunisasi di Puskesmas Ciputat Timur, yaitu hari Selasa & Kamis untuk imunisasi campak, Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu untuk imunisasi combo.

 Pembagian tugas kepada bidan yang membantu proses pelayanan imunisasi yaitu melaksanakan proses injeksi imunisasi dan inform consent kepada orangtua responden untuk ikut menjadi responden. Teman sejawat membantu untuk memanggil klien dan mengisi data demografi serta membantu merekam tindakan penelitian.

3. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan perkenalan diri kepada responden kemudian menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Peneliti memberikan lembar perstejuan kepada responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian terseut.

4. Dalam penelitian, peneliti memberikan intervensi pada kelompok intervensi yaitu membantu ibu klien untuk memposisikan bayi dalam posisi sitting up dan memastikan keamanan dan keselamatan bayi.

E.Instrument Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembar obserasi Modified Behavior Pain Scale (MBPS). Alat ukur ini memiliki


(45)

tiga variabel sebagai basis pengukuran yaitu ekspresi wajah 3), tangisan (0-4) dan gerakan (0-3) total skor berada pada rentang 0-10. Dimana 0 = tidak nyeri dan 10= nyeri hebat.

1. Skor Nyeri Bayi

Pengukuran skor nyeri menggunakan MBPS dilakukan setelah suntikan saat imunisasi yang diberikan kepada bayi. Hal ini mengacu pada penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan menggunakan MBPS untuk melihat nyeri pada bayi antara lain oleh Dorce, 2012, Taddio, O’Brien, et al 2004.

Alasan peneliti memilih instrument pengkajian nyeri MBPS adalah karena instrument ini sudah baku dan sudah pernah digunakan untuk mengkaji respon pada bayi yang dilakukan tindakan imunisasi.

2. Penggunaan bola bobath

Penggunaan bola bola bobath akan dilakukan segera sebelum dilakukan imunisasi. Bayi akan duduk diatas bola yang elastis dan bermain bersama ibunya. Bayi yang mendapatkan perlakuan dan yang tidak mendapatkan perlakuan akan dicatat dalam lembar observasi.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrument dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Instrument


(46)

dianggap valid jika instrument itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2013).

Taddio dan Hogan (2011) dalam evaluasi reliabilitas dan validitas skala nyeri MBPS, di mana konsistensi internal dievaluasi melalui cronbach’s

alpha dan didapatkan nilai 0,94. Dengan demikian alat ukur ini dinyatakan memiliki konsistensi yang sangat tinggi (Cronbach’s α > 0,7) untuk mengukur nyeri pada bayi saat mendapatkan suntikan imunisasi.

Uji validitas alat ukur MBPS dengan melihat skor kelompok bayi yang menerima suntikan DPTaP-Hib dengan PCV melalui uji t validitas kontruk didapat p<0.001 sehingga alat ukur ini dinyatakan valid mengukur apa yang seharusnya diukur. Skor nyeri terendah didapatkan 2,3 sedangkan skor nyeri tertinggi 7,7. Oleh karena itu dapat dikatakan MBPS dapat membedakan antara kondisi bayi yang menunjukan nyeri tinggi dan nyeri yang rendah.

Peneliti melakukan pengamatan terhadap dua kelompok saat pemberian imunisasi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi bola bobath. Cara mengukur nyeri dengan skala MBPS yaitu dengan tiga komponen yaitu melihat dari ekspresi, tangisan dan gerakan pada bayi saat perlakuan. Lembar observasi skor nyeri MBPS dilakukan sesudah pemberian injeksi suntik. Hasil skor nyeri minimum 1 dan maksimum 10.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data


(47)

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan. Menurut Setiadi, (2013) kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data yaitu :

1. Editing Data

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data . pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan terhadap kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan dan relevansi jawaban.

2. Coding Data

Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam bentuk angka/bilangan. Klasifikasi dilakukan dengan cara member tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

3. Processing Data

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis.

4. Cleaning Data

Mengecek kembali seluruh data untuk memastikan bahwa tidak ada yang salah sebelum dianalisis, meliputi kesalahan pengkodean, membaca kode, dan pada saat memasukkan data ke komputer.

H. Teknik Analisa Data

Analisa data yang dilakukan meliputi analisa univariat dan bivariat


(48)

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen (penggunaan bola bobath) dan variabel dependen (Skor nyeri) dan distribusi frekuensi bayi yang mendapatkan skor nyeri saat dilakukan prosedur invasif. Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Dahlan, 2008). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah nyeri yang akan dimasukkan kedalam bentuk tabulasi minimum, maximum, mean, median dan standar deviasi untuk menarik sebuah kesimpulan. 2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hubungan atau korelasi dua variabel (Notoatmojo, 2006). Terdapat uji parametrik dan non parametrik pada analisa bivariat (Dahlan, 2008). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Saphiro Wilk karena sampel berjumlah kurang dari 50. Hasil data yang telah diperoleh telah diuji normalitas menggunakan teknik Saphiro Wilk dengan hasil kelompok kontrol p = 0,215 dan kelompok perlakuan p= 0,070 dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, maka akan dilakukan uji independent t test.

Interpretasi uji independent t test apabila p < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima artinya ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri saat imunisasi pada bayi usia 9-12 bulan dan apabila p > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri saat imunisasi pada bayi usia 9-12 bulan.


(49)

I. Etika Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008). Etika penelitian yang harus diperhatikan :

1. Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan. Peneliti membuat lembar persetujuan sebagai pernyataan bersedia menjadi responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden dalam lembar alat ukur, dan hanya menuliskan kode. Peneliti merahasiakan nama responden dengan menggunakan nama inisial di lembar kuesioner. 3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah lainnya, hanya kelompok tertentu yang dilaporkan hasilnya.

4. Justice

Setiap responden harus diperlakukan adil dan peneliti memastikan distribusi keuntungan dan kerugiannya terdistribusi rata. Peneliti tidak boleh membeda-bedakan jenis kelamin ataupun dari bentuk fisik


(50)

responden. Saat pengambilan data peneliti tidak memilih-milih responden.


(51)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A.Gambaran Tempat Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh bola bobath

terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat diimunisasi di Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan. Program Imunisasi Campak di Puskesmas Ciputat Timur dilaksanakan di puskesmas dan posyandu di lingkungan Ciputat Timur, namun lebih banyak dilakukan di puskesmas setiap hari Selasa dan Jumat.

Program ini diketuai oleh Ns. Wayan selaku perawat pelaksana dan bertanggung jawab terhadap berlangsungnya program imunisasi campak. Pelaksanaan program imunisasi di puskesmas diikuti oleh bayi yang terdaftar sebagai warga di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Saat penelitian dilakukan, perawat yang berdinas yang akan memberikan suntikan pada bayi sesuai jadwal imunisasi. Responden pada penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi dalam penggunaan bola bobath.

Berikut adalah hasil penelitian secara lengkap yang disajikan dalam tabel berdasarkan tujuan penelitian yang telah disusun.


(52)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Berdasarkan Usia

9bln 10bln 11bln

Kel. Kontrol 6 (60%) 3 (30%) 1 (10%) Kel. Intervensi 7 (70%) 2 (20%) 1 (10%)

Tabel 5.1 menunjukkan banyaknya responden yang mengikuti imunisasi saat penelitian dilakukan, terdapat perbedaan usia yaitu usia 9 bln, 10 bln dan 11 bulan. Bayi usia 9 bulan mencapai jumlah tertinggi pada kedua responden yaitu 60% pada kelompok kontrol dan 90% pada kelompok intervensi. Bayi usia 10 bulan pada kelompok kontrol sebanyak 30 % sedangkan pada kelompok intervensi sebanyak 20 %. Pada bayi usia 11 bulan mencapai jumlah terendah yaitu memiliki jumlah yang sama pada kedua kelompok sebanyak 10 %.

B. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian dari 20 responden yang terdiri dari 10 responden pada kelompok kontrol dan 10 responden pada kelompok intervensi didapatkan hasil sebagai berikut:


(53)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori Kelompok

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

F % F %

Kontrol Intervensi 6 5 60 50 4 5 40 50

Total 10 100 10 100

Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi responden kelompok kontrol dan intervensi berdasarkan jenis kelamin. Kategori kelompok kontrol jenis kelamin laki-laki memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 6 responden (60%). Sedangkan kelompok intervensi antara laki-laki dan perempuan memperoleh jumlah yang sama yaitu 5 responden (50%).

2. Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Tabel 5.3 Rerata Tingkat Nyeri Sesudah Injeksi Imunisasi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi di Puskesmas Ciputat Timur (n=20)

Mean Mexdian Nilai SD

Min Max

Kel. Kontrol 4,60 5,00 3 6 0,843

Kel. Intervensi

2,40 2,00 2 3 0,516

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat digambarkan bahwa nilai mean, median, maximum dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada kelompok


(54)

kontrol yaitu nilai mean 4,60 nilai median 4,00, nilai maximum 9 dan standar deviasi 1,993. Nilai minimum kelompok kontrol dan kelompok intervensi sama yaitu 1.

3. Analisa Bivariat

3.1Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi (n=20)

Nilai P Value

Mean Std Deviasi

0,000 Kel. Kontrol 4,60 0,843

Kel. Intervensi 2,40 0,516

Berdasarkan tabel 3.1 dapat digambarkan bahwa P value < 0,05 (0,000<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri saat imunisasi pada bayi usia 9-12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur.


(55)

BAB VI PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan membahas tentang interpretasi hasil penelitian, mendiskusikan hasil penelitian, menjelaskan keterbatasan penelitian serta implikasi penelitian untuk keperawatan yang berjudul Pengaruh bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat di imunisasi.

A.Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian

Interpretasi hasil penelitian menjelaskan hasil penelitian berdasarkan tujuan yaitu mengetahui pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat diimunisasi.

B.Karakteristik Individu 1. Usia

Karakteristik usia dalam penelitian ini 9-12 bulan, yaitu usia dimana pemberian imunisasi dasar diberikan. Dilihat dari tahap perkembangan usia ini belum dapat mengungkapkan rasa nyeri oleh kata-kata oleh karena itu skor nyeri pada bayi diukur melalui respon perilaku nyeri yaitu ekspresi wajah, menangis dan pergerakan (Taddio & Hogan, 2011)

Hasil penelitian menyatakan bahwa kelompok kontrol yang berjumlah 10 responden lebih banyak laki-laki yaitu 6 responden (60%) sedangkan pada kelompok intervensi yang berjumlah 10 responden memiliki jumlah yang sama yaitu 50%. Distribusi frekuensi jenis kelamin pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak sama, karena menurut peneliti jenis kelamin tidak mempengaruhi respon nyeri terutama pada bayi usia 9-12


(56)

bulan. Hal ini sesuai dengan Andarrmoyo (2013) bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor yang mempengaruhi respon nyeri pada seseorang. Pada analisis multivariat peneliti menemukan bahwa secara statistik umur tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap respon perilaku nyeri pada bayi saat diimunisasi

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin temasuk bagian dari karakteristik individu yang diidentifikasi. Hasil analisis variabel jenis kelamin, menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan skor nyeri pada bayi saat diimunisasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pieh, Altmeppen, Neumeier, Loew, Angerer, dan Lahman (2012) tentang perbedaan jenis kelamin, hasil riset menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan tidak berbeda dalam durasi nyeri, namun keduanya tidak berespon terhadap nyeri dengan cara yang sama.

Secara statistik tidak ada yang dapat mendukung perbedaan apakah laki-laki atau perempuan lebih responsif terhadap nyeri. Cohen dan Baxter (2012), mendapatkan bahwa distraksi yang diberikan pada bayi baik laki-laki maupun perempuan saat diimunisasi memberikan dampak nyeri dan emosi yang sama.


(57)

3. Rerata tingkat nyeri pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

Hasil penelitian diketahui bahwa hasil nilai mean, median, nilai maximum dan standar deviasi dari skor nyeri lebih besar pada kelompok kontrol yaitu nilai mean 4,60 nilai median 4,00 dan nilai maximum 9 dan standar deviasi 1,993. Nilai minimum dari kedua kelompok sama yaitu 1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat nyeri dalam kelompok kontrol yang tidak dilakukan perlakuan bola bobath lebih tinggi dibandingkan kelompok intervensi. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap bayi yang diimunisasi akan mengalami nyeri walaupun tingkat nyeri berbeda-beda.(Hockenberry & Wilson ^2007)

4. Penggunaan bola bobath merupakan strategi untuk mengubah proses stimulasi nyeri. Ketika individu menerima pengalihan (penggunaan bola bobath), sebagian aliran darah ke otak yang berhubungan dengan proses terjadinya nyeri menurun. Demikian juga ketika perhatian bayi diisi oleh aktivitas dengan bola bobath, terjadi penurunan aktivasi di otak yang berhubungan dengan nyeri seperti thalamus, insula dan korteks anterior yang menghasilkan ambang nyeri yang rendah (Bantick et al, 2002, dalam Windich-Biermeier et al., 2007).

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan bola bobath pada bayi dengan posisi sitting up, respon perilaku nyeri didapatkan rerata skor MBPS lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan.

Posisi sitting up pada bayi selama prosedur suntikan imunisasi dengan bola bobath juga mempengaruhi skor MBPS. Penelitian yang dilakukan Lacey,


(58)

et al. (2008), yang mendapatkan bahwa lama menangis pada posisi upright

lebih singkat dibanding dengan posisi supine saat dilakukan imunisasi. Posisi sitting up diatas bola bobath memberikan rasa kontrol yang kuat terhadap anak dibandingkan pada posisi lie down (berbaring). (Stephens dan Walsh-Sukys 1997, dalam Lacey et al., 2008). Posisi berbaring membuat anak merasa takut dan akan melakukan perlawanan dan semakin dilakukan restrain oleh orangtua ataupun petugas kesehatan, anak semakin merasa tak berdaya dan mengalami distress (Lacey, et al.,2008).

Posisi bayi sitting up diatas bola bobath membuat bayi merasa nyaman, selain itu orangtua juga dapat melakukan pembatasan pergerakan anaknya dengan cara yang lembut dan mengajak bayi bermain dengan mengayunkan badan diatas bola yang lentur dan besar, sehingga menimbulkan kenyamanan dan mengurangi rasa takut, dengan demikian secara tidak langsung mempengaruhi respon perilaku nyeri bayi selama imunisasi. Hal ini sejalan dengan penjelasan Davis (2001) bahwa emosi yang positif seperti merasa nyaman, gembira, bermain, merasa dicintai berhubungan dengan strategi koping yang digunakan dalam menghadapi nyeri. Rasa senang bermain pada bayi membuat tubuh memproduksi asam amino yang mengikat reseptor opiat yang berada di area otak yang dapat memberikan efek analgesik yaitu analgesik.

Respon perilaku nyeri pada bayi yang dilakukan imunisasi pada kelompok intervensi berbeda dengan kelompok kontrol. Rerata skor nyeri bayi pada kelompok intervensi penggunaan bola bobath lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.


(59)

5. Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Hasil analisis pada penelitian yang di uji menggunakan

independent t test menunjukkan nilai P value < 0,05 (0,000<0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri saat imunisasi pada bayi usia 9-12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini sejalan dengan teori penelitian lain yang menyatakan bahwa bola bobath dapat mengalihkan perhatian dari nyeri pada ibu melahirkan (Maulida, 2012).

Bola bobath memiliki bentuk besar, warna yang cerah yaitu peneliti menggunakan warna biru cerah pada kelompok intervensi mampu mengalihkan perhatian bayi terhadap nyeri saat injeksi imunisasi, hal ini merupakan pengalihan perhatian secara pengamatan atau visual (Andarmoyo, 2013). Saat bayi bermain diatas bola bobath terlihat ekspresi senang dan bayi tertarik pada bola tersebut. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi merupakan intervensi keperawatan adalah tindakan independen dari seorang perawat dalam mengatasi respon nyeri klien (Andarmoyo, 2013)

C.Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah saat perekaman video yang rencana semula dilakukan hingga 1 menit setelah diimunisasi, hanya dapat dilakukan 15-30 detik dimana ibu sudah memeluk dan menggendong bayinya dan tidak bisa dianalisis. Hal lain yang teridentifikasi adalah terdapat bayi yang


(60)

menangis saat diletakkan diatas bola bobath karena perpisahan dengan ibunya. Hal ini mempengaruhi skor MBPS sebelum suntikan.

D.Implikasi terhadap Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran keperawatan khususnya keperawatan anak dan dapat dijadikan rujukan tambahan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat khususnya pada pelayanan anak.

1. Implikasi terhadap Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan berpengaruh pada peningkatan pelaksanaan tindakan non-farmakologi yang mempunyai manfaat signifikan terhadap respon nyeri pada bayi yang diimunisasi. Hasil penelitian juga memberikan bukti bahwa ketika perawat menerapkan filosofi keperawatan anak yaitu family centered care (FCC) yang merupakan suatu pendekatan dalam keperawatan yang meyakini bahwa petugas kesehatan dan keluarga adalah partner atau mitra kerja secara bersama-sama dalam memenuhi kebutuhan anak sebagai klien. Dengan bermain diatas bola bobath yang melibatkan orangtua dan anak akan memberikan kenyamanan pada anak dan mampu mengurangi atau mengalihkan rasa nyeri saat diimunisasi.

2. Implikasi terhadap Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar penelitian selanjutnya bagi peneliti dan peneliti lainnya.


(61)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Nilai mean, median dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada kelompok kontrol yaitu 4,60 nilai median 5,00 dan standar deviasi 0,843. Nilai tingkat nyeri maksimum pada kelompok kontrol yang ditemukan adalah 6 dan pada kelompok intervensi 3. Nilai minimum pada kelompok kontrol 3 dan kelompok intervensi 2 .

2. Respon nyeri yang diukur dengan skala MBPS pada bayi yang diberi intervensi penggunaan bola bobath lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.

3. Karakteristik bayi tidak mempengaruhi respon perilaku bayi ketika menerima suntikan imunisasi.

4. Nilai P= 0,000 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan di Puskesmas Ciputat Timur.


(62)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain : 1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan tambahan bagi institusi pendidikan. Misalnya dalam pemahaman teknik mengurangi nyeri saat diberikan imunisasi. Dan menggali sumber sumber baru yang dapat diaplikasikan dalam pendidikan keperawatan dalam teknik pengalihan nyeri pada anak.

2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur

a. Diharapkan tenaga kesehatan yang mengelola program imunisasi memberikan dukungan kepada orangtua agar senantiasa mengikuti program imunisasi sehingga anak yang berada di wilayah kerja puskesmas Ciputat timur mengetahui jadwal imunisasi yang wajib diberikan pada anak di masa tumbuh kembangnya.

b. Terkait hasil dalam penelitian ini perawat dapat bekerja sama dengan orangtua anak untuk ikutserta terlibat dalam pengalihan perhatian terhadap nyeri saat diimunisasi.

c. Tenaga kesehatan di puskesmas perlu diberikan penyegaran atau pelatihan yang berhubungan dengan manajemen nyeri saat imunisasi pada bayi

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Hasil penelitian dapat memperkaya bahan bacaan keperawatan tentang manajemen nyeri non-farmakologi


(63)

b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini, seperti melakukan pegamatan jangka panjang berkaitan dengan adakah efek samping dari penggunaan bola bobath terhadap skor nyeri pada bayi usia 9-12 bulan saat imunisasi .


(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

PENGARUH BOLA BOBATH TERHADAP SKOR NYERI PADA BAYI USIA 9-12 BULAN SAAT DI IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG

SELATAN Tujuan :

Lembar kuesioner ini dirancang untuk mengetahui “Pengaruh Penggunaan Bola Bobath

Terhadap Skor Nyeri Pada Bayi Usia 3-12 Bulan Yang Mendapatkan Imunisasi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan”. Petunjuk :

1. Beri tanda (√) atau lingkari pada kolom pertanyaan yang Bapak/Ibu anggap tepat.

2. Jika Bapak/ Ibu salah mengisi jawaban atau ingin memperbaiki jawaban, coret jawaban

tersebut dan beri tanda (√) atau lingkari pada jawaban yang dianggap tepat.

A. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN (Bayi)

1. Nama :

2. Usia :

3. Alamat :

4. Jenis Kelamin

[ ] Laki-laki


(71)

5. Berat badan dan Panjang badan bayi saat diimunisasi

Berat badan = ...

Panjang badan = ...

6. Kelengkapan Imunisasi sebelumnya

[ ] Lengkap


(72)

Lampiran 3

B. DATA KHUSUS (LEMBAR MBPS)

Parameter Finding Points

Ekspresi wajah  Ekspresi positif

(tersenyum)  Ekspresi netral

 Ekspresi sedikit negatif (meringis)

 Ekspresi negatif (alis mata berkerut, mata tertutup)

0 1 2 3

Tangisan  Tertawa senang

 Tidak menangis

 Mengerang bersuara tenang lembut atau merintih

 Menangis mengerang atau menerjang

 Penuh menangis menerjang, menangis lebih dari tangisan awal (jika bayi telah menangis dari awal)

0 1 2 3

4

Gerakan  Gerakan atau aktivitas biasa  Istirahat dan santai

 Gerakan parsial (menggeliat melengkung, mengepal)

 Mencoba untuk

menghindari rasa sakit dengan menarik ekstremitas tempat penyuntikan

 Agitasi kompleks, gerakan secara umum kepala,tubuh dan ekstremitas  Kekakuan 0 0 2 2 3 3


(73)

Lampiran 4

Hasil Penelitian

Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9 bulan 6 60,0 60,0 60,0

10 bulan 3 30,0 30,0 90,0

11 bulan 1 10,0 10,0 100,0

Total 10 100,0 100,0

Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Intervensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Usia 9bln 7 70,0 70,0 70,0

Usia 10 bln 2 20,0 20,0 90,0

Usia 11 bln 1 10,0 10,0 100,0

Total 10 100,0 100,0

Jenis Kelamin Kelompok kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 6 60,0 60,0 60,0

perempuan 4 40,0 40,0 100,0

Total 10 100,0 en100,0

Jenis kelamin kelompok intervensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 5 50,0 50,0 50,0

perempuan 5 50,0 50,0 100,0


(74)

Hasil Skor Nyeri Pada Kedua Kelompok Statistics

Kontrol Intervensi

N Valid 10 10

Missing 0 0

Mean 4,60 2,40

Std. Error of Mean ,267 ,163

Median 5,00 2,00

Mode 5 2

Std. Deviation ,843 ,516

Variance ,711 ,267

Minimum 3 2

Maximum 6 3

Sum 46 24

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol 4,60 10 ,843 ,267

Intervensi 2,40 10 ,516 ,163

Paired Samples Test

Paired Differences

T df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviatio n Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

Kontrol -


(1)

(2)

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

PENGARUH BOLA BOBATH TERHADAP SKOR NYERI PADA BAYI USIA 9-12 BULAN SAAT DI IMUNISASI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG

SELATAN Tujuan :

Lembar kuesioner ini dirancang untuk mengetahui “Pengaruh Penggunaan Bola Bobath

Terhadap Skor Nyeri Pada Bayi Usia 3-12 Bulan Yang Mendapatkan Imunisasi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan”.

Petunjuk :

1. Beri tanda (√) atau lingkari pada kolom pertanyaan yang Bapak/Ibu anggap tepat.

2. Jika Bapak/ Ibu salah mengisi jawaban atau ingin memperbaiki jawaban, coret jawaban

tersebut dan beri tanda (√) atau lingkari pada jawaban yang dianggap tepat.

A. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN (Bayi) 1. Nama :

2. Usia :

3. Alamat :

4. Jenis Kelamin

[ ] Laki-laki


(3)

5. Berat badan dan Panjang badan bayi saat diimunisasi

Berat badan = ...

Panjang badan = ...

6. Kelengkapan Imunisasi sebelumnya

[ ] Lengkap


(4)

Lampiran 3

B. DATA KHUSUS (LEMBAR MBPS)

Parameter Finding Points

Ekspresi wajah  Ekspresi positif (tersenyum)

 Ekspresi netral

 Ekspresi sedikit negatif (meringis)

 Ekspresi negatif (alis mata berkerut, mata tertutup)

0 1 2 3

Tangisan  Tertawa senang  Tidak menangis

 Mengerang bersuara tenang lembut atau merintih

 Menangis mengerang atau menerjang

 Penuh menangis menerjang, menangis lebih dari tangisan awal (jika bayi telah menangis dari awal)

0 1 2 3

4

Gerakan  Gerakan atau aktivitas biasa  Istirahat dan santai

 Gerakan parsial (menggeliat melengkung, mengepal)

 Mencoba untuk

menghindari rasa sakit dengan menarik ekstremitas tempat penyuntikan

 Agitasi kompleks, gerakan secara umum kepala,tubuh dan ekstremitas

 Kekakuan

0 0 2 2 3 3


(5)

Hasil Penelitian Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9 bulan 6 60,0 60,0 60,0

10 bulan 3 30,0 30,0 90,0

11 bulan 1 10,0 10,0 100,0

Total 10 100,0 100,0

Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Intervensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Usia 9bln 7 70,0 70,0 70,0

Usia 10 bln 2 20,0 20,0 90,0

Usia 11 bln 1 10,0 10,0 100,0

Total 10 100,0 100,0

Jenis Kelamin Kelompok kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 6 60,0 60,0 60,0

perempuan 4 40,0 40,0 100,0

Total 10 100,0 en100,0

Jenis kelamin kelompok intervensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 5 50,0 50,0 50,0

perempuan 5 50,0 50,0 100,0


(6)

Hasil Skor Nyeri Pada Kedua Kelompok Statistics

Kontrol Intervensi

N Valid 10 10

Missing 0 0

Mean 4,60 2,40

Std. Error of Mean ,267 ,163

Median 5,00 2,00

Mode 5 2

Std. Deviation ,843 ,516

Variance ,711 ,267

Minimum 3 2

Maximum 6 3

Sum 46 24

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol 4,60 10 ,843 ,267

Intervensi 2,40 10 ,516 ,163

Paired Samples Test

Paired Differences

T df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviatio n Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

Kontrol -


Dokumen yang terkait

PENGARUH POSISI TEGAK SAAT PROSEDUR IMUNISASI TERHADAP TINGKAT NYERI PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS DINOYO MALANG

11 46 30

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Analisis kritis Daerah alir sungai (DAS) Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan

2 22 123

Gambaran Fungsi Kognitif Klien Usia Lanjut di Posbindu Rosella Legoso Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan Tahun 2013.

3 26 72

Pengaruh Penggunaan Kursi Ergonomis terhadap Kenyamanan Posisi Duduk pada Ibu Menyusui Bayi Usia sampai Enam Bulan di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 25 177

Studi Deskriptif Perkembangan Bicara dan Bahasa Pada Kelompok Bayi Usia 0–12 Bulan yang Diberi Asi Eksklusif dan Non Eksklusif di RS Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan Tahun 2013

0 3 63

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI LATIHAN TRUNK-PELVIC TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 9 BULAN Pengaruh Pemberian Terapi Latihan Trunk-Pelvic Terhadap Perkembangan Bayi Usia 9 Bulan.

0 1 14

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI LATIHAN TRUNK-PELVIC TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 9 BULAN Pengaruh Pemberian Terapi Latihan Trunk-Pelvic Terhadap Perkembangan Bayi Usia 9 Bulan.

0 1 16

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 6 – 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDOMANAN YOGYAKARTA

0 0 12

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan Bayi Usia 9-12 Bulan di Puskesmas Gamping 1 Sleman Tahun 2015 - DIGILIB UNISAYO

0 1 11