PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA YANG DIAJAR DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TANJUNG MORAWA TAHUN AJARAN 2012/2013.

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
YANG DIAJAR DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 TANJUNG MORAWA
TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh :
Lilis Supryanti
NIM 408111072
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala rahmat dan berkat-Nya yang
memberikan kesehatan dan nikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Skripsi

berjudul

“Perbedaan

Kemampuan

Pemecahan

Masalah

Matematika yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran
Konvensional dari Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Morawa Tahun Ajaran
2012/2013” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
kepada Bapak Mulyono, S.Si, M.Si, Bapak Drs. M. Manullang, M.Pd, dan Bapak
Drs. W.L. Sihombing, M.Pd yang telah memberikan masukan dan saran-saran
mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Dian Armanto, M.Pd, M.A, M.Sc, Ph.D.
selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan
dan saran selama perkuliahan. Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Drs.
Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan Fakultas MIPA dan seluruh Bapak Ibu dosen
beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika UNIMED yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan studi. Ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Kasman
Butarbutar, M.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Tanjung Morawa dan Ibu
Dra. Asnaria Silitonga selaku guru bidang studi matematika yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama penelitian.
Teristimewa untuk Ayahanda Ruslan dan Ibunda Ida Sistini tercinta,
Adinda Yuli Triyana serta seluruh keluarga atas segala kasih sayang, doa,
dorongan dan dana kepada penulis yang tiada habisnya. Terima kasih kepada

sahabat-sahabatku Dela Sari Harahap, S.Pd, Nike Wanda Sari, S.Pd, Darma
Yulistia, S.Pi, Fitriana dan teman-teman lainnya Dik A’08. Spesial terima kasih

disampaikan kepada Riki Handoyo, S.Pd.I yang telah memberikan dukungannya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi isi, maupun kualitasnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya
isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan,

Januari 2013

Penulis,

Lilis Supryanti
NIM 408111072


iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
YANG DIAJAR DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 TANJUNG MORAWA
TAHUN AJARAN 2012/2013
LILIS SUPRYANTI (NIM 408111072)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. mengetahui kemampuan pemecahan masalah
setelah siswa diajar dengan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
konvensional, 2. untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kemampuan
pemecahan masalah matematika setelah diajarkan dengan pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian eksperimen semu dengan model Pretest-Posttest Control Group
Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1
Tanjung Morawa semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Sampel penelitian ini
adalah 68 siswa yaitu kelas X-4 (34 siswa) sebagai kelas eksperimen yang diajar
dengan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas X-5 (34 siswa) sebagai
kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Instrumen menggunakan tes

yang terlebih dahulu divalidasi. Pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa lebih baik
daripada dengan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan rata-rata gain
ternormalisasi berturut-turut pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
sebesar 0,37 termasuk dalam kategori sedang dan 0,24 termasuk dalam kategori
rendah. Dari hasil uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh t hitung sebesar 1,821
dan ttabel sebesar 1,669. Data tersebut memenuhi uji hipotesis yang menyatakan
apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematika yang diajar dengan pembelajaran
berbasis masalah dan pembelajaran konvensional siswa kelas X SMA Negeri 1
Tanjung Morawa T.A 2012/2013.

vi

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan

i


Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

ix


Daftar Tabel

x

Daftar Lampiran

xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah

1

1.2.

Identifikasi Masalah

6


1.3.

Batasan Masalah

6

1.4.

Rumusan Masalah

7

1.5.

Tujuan Penelitian

7

1.6.


Manfaat Penelitian

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Kerangka Teoritis

8

2.1.1.

Masalah dalam Matematika

8

2.1.2.


Pemecahan Masalah Matematika

9

2.1.3.

Kemampuan Pemecahan Masalah

11

2.1.4.

Pembelajaran Berbasis Masalah

13

2.1.4.1.

Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah


13

2.1.4.2.

Ciri-ciri dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

14

2.1.4.3.

Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah

15

2.1.4.4.

Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

16

2.1.4.5.

Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

17

2.1.4.6.

Teori Belajar yang Mendukung

vii

Pembelajaran Berbasis Masalah

18

2.1.5.

Pembelajaran Konvensional

19

2.1.6.

Persamaan Kuadrat

22

2.1.6.1.

Bentuk Umum dan Akar-akar Persamaan Kuadrat

23

2.1.6.2.

Menyelesaikan Persamaan Kuadrat

23

2.1.6.3.

Diskriminan Persamaan Kuadrat

25

2.1.6.4.

Jumlah Kuadrat dan Hasil Kali Akar-akar Persamaan Kuadrat

26

2.1.6.5.

Akar Persekutuan

26

2.1.6.6.

Menyusun Persamaan Kuadrat

26

2.1.6.7.

Menyusun Persamaan Kuadrat yang Akar-akarnya Berelasi

27

dengan Akar-akar Persamaan Kuadrat Lain
2.1.6.8.

Penerapan Persamaan Kuadrat

2.1.6.9.

Susunan Materi Ajar Persamaan Kuadrat dengan

27

Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional 28
2.2.

Kerangka Konseptual

32

2.3.

Hipotesis Penelitian

33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Tempat dan Waktu Penelitian

34

3.2.

Populasi dan Sampel

34

3.2.1.

Populasi Penelitian

34

3.2.2.

Sampel Penelitian

34

3.3.

Variabel dan Instrumen Penelitian

34

3.3.1.

Variabel Penelitian

34

3.3.2.

Instrumen Penelitian

34

3.4.

Defenisi Operasional

36

3.5.

Jenis dan Desain Penelitian

37

3.6.

Tehnik Pengumpulan Data

38

3.7

Tehnik Analisis Data

40

3.7.1.

Uji Validitas

40

3.7.2.

Uji Reliabilitas

41

viii

3.7.3.

Gain Ternormalisasi

42

3.7.4.

Teknik Analisis Data

43

A. Menghitung Rata-rata Skor

43

B. Menghitung Standard Deviasi

43

C. Uji Normalitas

43

D. Uji Homogenitas Data

44

E. Uji Hipotesis

44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Deskripsi Hasil Penelitian

46

4.1.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

46

4.1.2. Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

46

4.1.3. Analisis Data Pretest dan Posttest

48

4.2

50

Uji Prasyarat Analisis Data

4.2.1. Uji Normalitas

50

4.2.2. Uji Homogenitas

50

4.2.3. Uji Hipotesis

51

4.3

Pembahasan Penelitian

52

4.4

Diskusi Hasil Penelitian

53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan

55

5.2

Saran

55

DAFTAR PUSTAKA
57

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

59

Lampiran 2.

Pre-Test Kemampuan Pemecahan Masalah

60

Lampiran 3.

LAS 1

62

Lampiran 4.

LAS 2

68

Lampiran 5.

RPP (Pembelajaran Berbasis Masalah)

77

Lampiran 6.

RPP (Pembelajaran Konvensional)

97

Lampiran 7.

Post-Test Kemampuan Pemecahan Masalah

100

Lampiran 8 .

Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah (Pre-Test)

Lampiran 9 .

Lampiran 10.

102

Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah (Post-Test)

111

Perhitungan Validitas Tes

121

Lampiran 11 . Perhitungan Reliabilitas Tes

126

Lampiran 12 . Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

130

Lampiran 13 . Perhitungan Rata-rata, Standard Deviasi dan Varians
Data Pretest Kelas Eksperimen

131

Lampiran 14 . Perhitungan Rata-rata, Standard Deviasi dan Varians
Data Postest Kelas Eksperimen
Lampiran 15 . Data Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

132
133

Lampiran 16 . Perhitungan Rata-rata, Standard Deviasi dan Varians
Data Pretest Kelas Kontrol

134

Lampiran 17 . Perhitungan Rata-rata, Standard Deviasi dan Varians
Data Postest Kelas Kontrol
Lampiran 18 . Perhitungan Rata-rata Skor Gain

135
136

Lampiran 19 . Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest pada
Kelas Eksperimen

137

Lampiran 20 . Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest pada
Kelas Kontrol
Lampiran 21 . Uji Homogenitas

139
141

xii

Lampiran 22 . Uji Hipotesis

144

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan bidang studi yang di pelajari oleh semua siswa
dari SD sampai SLTA bahkan perguruan tinggi. Matematika sangat dekat dengan
kehidupan sehari – hari. Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari – hari
yang pemecahannya menggunakan matematika.
Memecahkan masalah merupakan suatu aktivitas kognitif yang komplek
(Chi & Glaser, 1980). Sejak kecil, kita secara aktif memecahkan masalah yang
hadir dihadapan kita. Kita memperoleh informasi tentang dunia, dan
mengorganisasi informasi ini ke dalam struktur pengetahuan tentang obyek,
kejadian, manusia, dan diri kita yang disimpan di dalam memori kita. Struktur–
struktur pengetahuan ini terdiri dari beberapa kumpulan pemahaman (body of
understanding), model-model mental, dan keyakinan yang mempengaruhi
bagaimana kita menghubungkan pengalaman-pengalaman kita secara bersamasama, dan bagaimana kita memecahkan masalah yang kita hadapi dalam
kehidupan sehari-hari, di sekolah, di pekerjaan, dan di permainan. Bagaimana
manusia mengembangkan kemampuan memecahkan masalah di dalam situasisituasi ini? Perbedaan orang, anak-anak dari orang dewasa, ahli dari bukan ahli,
didasarkan pada proses kognitif dan organisasi mental yang dipunyai oleh
manusia pada umumnya, dan yang mengkarakterisasi kemampuan pemecahan
masalahnya.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian masalah
tersebut

siswa

dimungkinkan

memperoleh

pengalaman

menggunakan

pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada
pemecahan

masalah

yang

bersifat

tidak

rutin.

Mustofa

(

dalam

http://amustofa.brinkster.net/pdf) menyatakan bahwa,
“Pemecahan masalah merupakan latihan bagi siswa untuk berhadapan
dengan sesuatu yang tidak rutin dan kemudian mencoba
menyelesaikannya. Ini adalah salah satu kompetensi yang harus

2

ditumbuhkan pada diri siswa. Kompetensi seperti ini ditumbuhkan
melalui bentuk pemecahan masalah.”
Suatu masalah adalah situasi yang mana siswa memperoleh suatu tujuan,
dan harus menemukan suatu makna untuk mencapainya. Menyelesaikan teka-teki,
menyelesaikan masalah-masalah aljabar, mencoba mengontrol inflasi, dan
mengurangi tingkat pengangguran merupakan contoh-contoh masalah yang
seringkali berhadapan dengan kita, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Jelasnya, masalah-masalah ini mencakupi suatu meliputi tingkatan
kesulitan dan kompleksitas, tetapi masalah-masalah itu mempunyai sesuatu yang
sama. Masalah-masalah itu mempunyai suatu pernyataan awal (initial state),
apakah hal ini merupakan kumpulan persamaan atau pernyataan tentang ekonomi,
dan masalah-masalah itu mempunyai suatu tujuan. Untuk menyelesaikan masalah
itu, siswa harus menampilkan suatu operasi-operasi pada pernyataan awal untuk
memperoleh tujuannya. Sering kali ada beberapa kondisi yang secara spesifik
berada pada masalah itu dan hal ini secara umum disebut sebagai kendala-kendala
(constraints).
Soal-soal cerita merupakan bentuk soal yang sangat kita kenal karena
setiap hari kita senantiasa berhadapan dengan masalah-masalah yang harus kita
selesaikan. Kemampuan memahami suatu masalah berhubungan dengan
pengalaman yang pernah kita jalani atau masalah-masalah sejenis yang pernah
kita hadapi, dan kemampuan menyelesaikannya merupakan dasar untuk bertahan
hidup. Dengan demikian, mendidik siswa untuk menjadi pemecah masalah yang
baik merupakan hal yang sangat penting di dalam pendidikan. Pengembangan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah matematik dipandang
sebagai sebuah tujuan penting di dalam program pengajaran matematika.
Sebagai

contoh,

siswa

diminta

mengerjakan

soal cerita

yang

penyelesaiannya menggunakan konsep persamaan kuadrat sebagai berikut :
Suatu kebun berbentuk persegi panjang dengan panjang 80 m dan lebar
40 m. Di sebelah luar sekeliling kebun tersebut dibangun jalan seluas 1.300 m2.
Tentukanlah lebar jalan tersebut !

3

Soal cerita diatas merupakan soal yang penyelesaiannya menggunakan
konsep persamaan kuadrat, untuk menyelesaikan masalah diatas siswa sering kali
tidak tahu bagaimana membuat model matematika sehingga soal tersebut
dianggap sulit untuk dikerjakan. Untuk menyelesaikan suatu masalah diperlukan
langkah-langkah

siswa

harus

memahami

masalah,

menyusun

model

matematikanya, lalu menyelesaikannya dengan pengetahuan dasar mereka
kemudian menarik kesimpulan dari penyelesaian tersebut.
Pentingnya pemecahan masalah ini dinyatakan dalam salah satu
rekomendasi National Council of Teacher of Mathematics (1989) yang
menyatakan bahwa,
“Pemecahan masalah harus menjadi fokus pada pembelajaran
matematika untuk setiap level sekolah. Rekomendasi ini tidak hanya
menunjukkan betapa pentingnya pengembangan kemampuan pemecahan
masalah siswa, tetapi juga mengimplikasikan bahwa pemecahan masalah
harus menjadi bagian integral pada kurikulum matematika, tidak hanya
pada kurikulum sebagai dokumen (written curriculum), tetapi kurikulum
sebagai implementasi di dalam kelas (implemented curriculum).”
Seperti yang diungkapkan Cockroft (dalam Abdurrahman, 2005:253)
yang mengemukakan alasan perlunya belajar matematika, yaitu :
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat dan padat, (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian dan kesadaran keruangan dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.”
Di samping itu, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar dan
pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika.
Salah satu pokok bahasan dalam ruang lingkup pembelajaran matematika
pada Sekolah Menengah Atas adalah Persamaan Kuadrat. Materi ini berkaitan erat
dengan kehidupan sehari-hari manusia dan merupakan salah satu pokok bahasan

4

yang menantang untuk dipelajari. Ini disebabkan karena materi ini sering
disajikan dalam bentuk soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dra. Asnaria Silitonga selaku
guru mata pelajaran Matematika di SMA N 1 Tanjung Morawa, beliau
mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMA N 1
Tanjung Morawa kurang baik. Menurut penuturan beliau, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :
1. Siswa menganggap pelajaran matematika itu sulit
2. Motivasi siswa untuk belajar matematika sangat rendah
Beliau juga menuturkan bahwa pembelajaran yang selama ini dipakai
dalam proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru menjelaskan materi di
depan kelas, memberi contoh kemudian memberi soal kepada siswa. Sehingga
bagi siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru akan ketinggalan dan
kurang memahami materi yang diberikan.
Dalam hal ini guru masih menggunakan pembelajaran konvensional
dimana guru tampaknya lebih aktif sebagai motivator pengetahuan tentang materi
pelajaran dan metode yang digunakan adalah metode ceramah yang diselingi
dengan tanya jawab, diskusi dan penugasan, siswa dalam hal ini kurang aktif
mendapatkan informasi atau konsep sebagai tujuan pembelajaran.
Menurut Soejono (dalam www.strategipembelajaranmatematika.com)
bahwa :
“Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal seperti fisiologi, faktor sosial dan
faktor pedagogik”.
Seperti halnya situasi kelas yang merupakan lingkungan pendukung
lancarnya proses belajar mengajar. Selain itu rendahnya pemahaman siswa
terhadap matematika dikarenakan matematika merupakan ilmu yang objek
kajiannya (abstrak) sehingga tidak jarang siswa mengalami kesulitan menguraikan
konsep.
Tim MKPBM, UPI (2001 : 15) menyatakan bahwa :
“Dalam pembelajaran matematika sekolah, guru hendaknya memilih
menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik yang banyak

5

melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun
sosial sehingga dapat meningkatkan hasil belajar”.
Yamin (2008 : 11) menyatakan bahwa :
“Bila kita ingin anak didik mau belajar terus – menerus sepanjang
hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang
menyenangkan baginya”.
Siswa aktif belajar karena baginya pelajaran tersebut menarik dan
menyenangkan. Agar anggapan tersebut juga diperlakukan terhadap pelajaran
matematika, maka guru harus mampu mengubah persepsi siswa yang menganggap
matematika itu pelajaran yang sulit pada proses pembelajaran.
Kegiatan mengajar merupakan suatu keterampilan mengajar yang harus
dikuasai oleh guru baik secara teori maupun praktek. Seorang guru harus bersifat
layaknya sebagai sosok yang mampu mengajak semua siswa untuk mengikuti
pelajarannya dengan baik dan kondusif dalam kelas, seperti artis yang berada di
depan panggung. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tidak cukup
hanya dengan mentransfer ilmu dari guru ke siswa. Oleh karena itu, guru
memerlukan keterampilan untuk membuat pembelajaran yang lebih inovatif
melalui strategi belajar

dan berbagai teknik – teknik mengajar yang lebih

memacu semangat siswa dan menjadikan belajar itu menyenangkan sehingga
dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Pentingnya pemilihan teknik pengajaran dilakukan oleh guru dengan
cermat sehingga siswa dapat memahami dengan jelas setiap materi yang
disampaikan dan akhirnya akan mampu membuat proses belajar mengajar lebih
optimal dan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dapat meningkat.
Dalam menyikapi permasalahan di atas, muncul inovasi dalam
pembelajaran matematika yang menjadikan pembelajaran menjadi lebih efektif
dan bermakna. Inovasi pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan
pembelajaran berbasis masalah.
Arends (dalam Trianto, 2009 : 92) menyatakan bahwa :
Pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik
dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

6

mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.
Pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik
untuk

mengadakan

penelitian

dengan

judul

“Perbedaan

Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika yang Diajar dengan Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional Siswa Kelas X SMA N 1
Tanjung Morawa T.A 2012/2013”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah
yang diidentifikasi, yaitu :
1.

Rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika.

2.

Siswa menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit.

3.

Pembelajaran yang digunakan masih berpusat kepada guru dan kurang
memotivasi siswa untuk belajar.

1.3 Batasan Masalah
Dalam melaksanakan penelitian perlu dibuat batasan masalah supaya
masalah yang diteliti jelas dan terarah. Adapun masalah penelitian ini dibatasi
pada masalah pembelajaran yang digunakan masih berpusat kepada guru dan
kurang memotivasi siswa untuk belajar

dijabarkan menjadi “Perbedaan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang di ajar dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional”.

7

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.

Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika setelah siswa diajar
dengan pembelajaran berbasis masalah dan pemebelajaran konvensional ?

2.

Apakah terdapat perbedaan antara kemampuan pemecahan masalah
matematika yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran konvensional ?

1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika setelah siswa
diajar dengan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional.

2.

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kemampuan pemecahan
masalah matematika setelah diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah
dan pembelajaran konvensional.

1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Bagi siswa, sebagai bahan informasi bagi siswa untuk menentukan cara
belajar yang sesuai dalam mempelajari materi matematika.

2.

Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran
yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

3.

Bagi sekolah, memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang
pentingnya model pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.

4.

Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai
dengan profesi yang akan ditekuni yaitu sebagai pendidik sehingga nantinya
dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

5.

Bagi peneliti lain, sebagai bahan masukan awal dalam melakukan kajian
penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran matematika

55

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1.

Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa lebih baik daripada dengan pembelajaran
konvensional. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata gain ternormalisasi
berturut-turut pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar 0,37
termasuk dalam kategori sedang dan 0,24 termasuk dalam kategori rendah.

2.

Berdasarkan uji hipotesis diperoleh t hitung = 1,821 > ttabel = 1,669, hal ini
menunjukkan

terdapat

perbedaan

kemampuan

pemecahan

masalah

matematika antara siswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah
dan pembelajaran konvensional siswa kelas X SMA N 1 Tanjung Morawa
TA 2012/2013.

1.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu
disampaikan sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ini antara lain :
1.

Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMA Negeri 1 Tanjung
Morawa, agar selalu memperhatikan kesulitan yang dialami siswa dalam
belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang menuntut siswa untuk
memecahkan masalah. Untuk itu hendaknya guru matematika dapat
menggunakan pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif dalam
kegiatan pembelajaran karena

model pembelajaran ini memberikan

kesempatan bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran sehingga dapat memotivasi siswa
dan melatih siswa untuk belajar aktif.

56

2.

Guru diharapkan memberikan masalah-masalah dan latihan-latihan yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam menyelesaikan soal-soal
yang menuntut kemampuan pemecahan masalah matematika.

3.

Kepada peneliti lanjutan dapat mengadakan penelitian lanjutan sebagai studi
perbandingan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik yang dapat
meningkatkan mutu pendidikan.

57

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi.1997. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi.2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktik .
Jakarta: Bumi Aksara.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
2010. Buku Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa dan Standar
Operasional (SOP) Kepembimbingan Skripsi Program Studi Pendidikan.
Medan: FMIPA Unimed.
Gonzales.

.Hamzah Upu, http//injured.education.com. (diakses tanggal

29 Maret 2012)
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK.
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan
Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung:
Mizan Learning Center.
Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sembiring, Suwah dkk. 2011. Pelajaran Matematika Bilingual untuk SMA/MA
Kelas X Semester 1 dan 2. Bandung: Yrama Widya.
Soejono. 1984. www.strategipembelajaran.com (diakses tanggal 10 April 2012)
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sujono, 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta:
Depdikbud.

58

Sumarmo, Utari dkk .1994.

Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa
SMP. Bandung: Pendidikan Matematika FPMIPA Bandung.
Supinah, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan
Kontekstual

dalam Melaksanakan KTSP.

http://p4tkmatematika.org

(diakses tanggal 10 April 2012)
Tim Instruktur PLPG. 2008. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru.
Medan: Unimed.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Yamin, Martinis. 2004. Pengembangan Kompetensi Pembelajaran. Jakarta: UI –
Press.
2009.

http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-

pemecahan-masalah-matematika/ (diakses tanggal 29 Maret 2012).
http://www.scribd.com/uchihere/d/42091446/109-B-Pengertian-dan-TujuanPemecahan-Masalah-Matematika (diakses tanggal 29 Maret 2012)
http://www.docstoc.com/docs/68059517/normalitas-homogenitasuji-t-validitasreliabilitasgain (diakses tanggal 29 Maret 2012)

ii

RIWAYAT HIDUP
Lilis Supryanti dilahirkan di Tanjung Morawa, pada tanggal 25 Oktober 1990.
Ibu bernama Ida Sistini dan Ayah bernama Ruslan dan merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Pada tahun 1996, penulis masuk SD Negeri No. 101884 dan
lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan sekolah di SMP
Negeri 1 Tanjung Morawa dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis
melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa dan lulus pada tahun
2008. Pada tahun 2008, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Medan dan lulus ujian pada tanggal 9 Januari 2013.

Dokumen yang terkait

ERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA ANTARA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SUB POKOK BAHASAN LAYANG-LAYANG DAN TRAPESIUM KELAS VII SMP MUH

0 7 18

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 68

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN KOMIK FISIKA DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 LABUAPI TAHUN AJARAN 20132014

0 0 6

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN 7E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 16

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BAGI SISWA YANG DIBERI MODEL PBI DAN CORE BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 AMPEL KABUPATEN BOYOLALI Cici Indarwati

0 0 12

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP PLUS AL-AMANAH BOJONEGORO

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN LKPD TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI SMA

0 6 9

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DAN KONVENSIONAL PADAMAHASISWA PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UST

0 0 10

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD KELAS V DENGAN BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK YANG BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

0 0 7