MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Oleh

ANNISA YULISTIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 1 METRO PUSAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

ANNISA YULISTIA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat Kota Metro yang diketahui dari hasil observasi. Tujuan penelitian adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran berbasis proyek.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik non tes dan tes yang kemudian dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus 1 sebesar 63,47 (C+) meningkat pada siklus 2 menjadi 79,03 (B+). Rata-rata nilai afektif siswa pada siklus 1 sebesar 60,26 (C) meningkat pada siklus 2 menjadi 81,30 (A). Rata-rata nilai hasil belajar kognitif siswa siklus 1 yaitu 63,7 (C+) meningkat pada siklus 2 menjadi 81,18 (A). Penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat.


(3)

ABSTRACT

THE PROJECT BASED LEARNING MODEL TO INCREASE PROBLEM SOLVING SKILL AND THE LEARNING RESULT OF THE STUDENT IN IV A CLASS AT SD NEGERI 1 METRO PUSAT

2013/2014th

By

ANNISA YULISTIA

The research was based by the low of problem solving skill and the learning result of student in IV A class at SD Negeri 1 Metro Pusat on thematic learning. The aims of this research were to increase the problem solving skill and the learning result of the students through the implementation of project based learning model.

The kind of this research was Classroom Action Research (CAR). This research have done for two cycles. Every cycles consist of four step (planning, acting, observing, and reflecting). The instrument of data collection used observation sheet and test. The technique of data analyze used qualitative and quantitative technique.

The result of the research showed that the implementation of project based learning model can increase the problem solving skill and the learning result of the students. This case can be seen from the average score of the students’ problem solving skill in first cycle was 63,47 (C+) and second cycle was 79,03 (B+). Average of affective study result in first cycle was 60,26 (C) and second cycle was 81,30 (A). Average of cognitive study result in first cycle was 63,7 (C+) and second cycle was 81,18 (A). Implementation of project based learning model can increase problem solving skill and the learning result on thematic learning in IV A class at SD Negeri 1 Metro Pusat.


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, pada tanggal 23 Agustus 1992, anak dari pasangan Bapak Lilik Yulianto dan Ibu Rustianingsih. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Fransiskus Pringsewu, SMP Negeri 1 Pringsewu, SMA Xaverius Pringsewu, dan melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Lampung Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru SD. Perjalanan menjadi seorang mahasiswa, dilalui dengan menempuh jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010. Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan Terpadu (KKN-KT) di SD Negeri 1 Padang Cahya, Liwa, Kabupaten Lampung Barat.


(9)

MOTO

Jika saya ingin murid-murid saya menjadi pelajar seumur hidup,

saya harus menjadi teladannya. Jika saya ingin mereka rajin dan

kreatif dengan tugas mereka, saya juga harus seperti itu.

Jika saya ingin mereka bekerja sama dengan baik dan menjadi

pemecah masalah, saya juga harus bersikap seperti itu terhadap

rekan-rekan saya

”.

(Caryn Ellison, guru teladan dari Indiana)

Orang yang bisa mewujudkan impian bukanlah selalu orang yang

pintar, melainkan orang yang tidak pernah menyerah.


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Dan Penyayang, aku persembahkan

buah pemikiran ini kepada orang-orang terkasih:

Kedua orang tuaku, Bapak Lilik Yulianto dan Ibu Rustianingsih. Terima kasih telah menghantarkan aku hingga mencapai gelar sarjana. Semoga setiap tetes peluhmu adalah jalan dalam mencapai ridho illahi.

Adikku Abie Tyasakti Yulistio, Muhamad Fajar Dismawan,

serta sahabat-sahabatku Renny Ambar Astika, S.Pd, Deasy Vivta Rini, Fatih Istiqomah S.Pd., dan Monica Rini. Terima kasih yang tak terhingga atas

waktu yang telah kita lalui bersama saat kita saling berbagi rasa.

Dan orang-orang yang selalu menyayangiku.


(11)

ii

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik serta hidayahnya, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat meraih gelar sarjana.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, tidak akan berlanjut tanpa adanya dukungan dari beberapa pihak, untuk itu rasa hormat dan terima kasih penulis haturkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M. S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu kepada penulis, dan sifat baik, kerja keras, dan pantang menyerah yang dapat penulis jadikan motivasi untuk menjadi pengajar yang baik.


(12)

iii

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan memberikan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang dengan ikhlas menyempatkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga berbagai masukan telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

8. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan memberikan banyak saran dan ide kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Drs. Sarengat, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan ilmu serta saran kepada penulis.

10.Ibu Suyeti, S. Pd., selaku Kepala SD Negeri 1 Metro Pusat, Kota Metro yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan observasi dan penelitian.

11.Ibu Masharlina, S. Pd., selaku Guru Kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat yang dengan ikhlas meminjamkan kelasnya, serta memberikan saran kepada penulis dan dengan sabar menjadi observer selama penulis melakukan penelitian.

12.Siswa siswi kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat yang telah bersedia untuk menjadi obyek penelitian.

13.Seluruh Staf dan Karyawan Tata Usaha FKIP PGSD UNILA atas berbagai pelayanan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.


(13)

iv

14.Kepada Angkatan 2010 A PGSD Metro. Terima kasih atas kerja sama yang baik dan kebersamaannya hingga kini.

Semoga kiranya Allah SWT membalas kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Metro, Juni 2014 Penulis,

Annisa Yulistia NPM 1013053037


(14)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) ... 8

B. Model Pembelajaran ... 9

C. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 12

D. Pemecahan Masalah ... 16

E. Hasil Belajar... 18

F. Pembelajaran Tematik ... 20

G. Penilaian Otentik (Authentic Assesment) ... 21

H. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

I. Kerangka Pikir ... 24

J. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 28

C. Teknik Analisis Data ... 32

D. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 36

1. Siklus 1 ... 36

2. Siklus 2 ... 40


(15)

v

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Profil SD Negeri 1 Metro Pusat ... 45

B. Prosedur Penelitian ... 46

C. Pelaksanaan kegiatan ... 48

1. Siklus I ... 48

2. Siklus II ... 65

D. Pembahasan ... 82

1. Kinerja Guru ... 82

2. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 83

3. Afektif Siswa ... 86

4. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek ... 14

3.1 Indikator penilaian kemampuan pemecahan masalah ... 30

3.2Indikator penilaian afektif ... 31

3.3Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai ... 33

3.4Indeks nilai kemampuan pemecahan masalah ... 33

3.5Indeks nilai afektif... 34

3.6Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal ... 35

3.7Indeks nilai kognitif ... 35

1.1Jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas ... 48

1.2Hasil nilai kinerja guru pada siklus 1 ... 57

1.3Hasil nilai kemampuan pemecahan masalah siswa ... 58

1.4Hasil nilai afektif siswa siklus 1 ... 59

1.5Hasil nilai kognitif siswa siklus 1 ... 61

1.6Hasil nilai kinerja guru siklus 2 ... 73

1.7Hasil nilai kemampuan pemecahan masalah siswa siklus 2 ... 75

1.8Hasil nilai afektif siswa siklus 2 ... 76

1.9Hasil nilai kognitif siswa siklus 2 ... 78

4.10 Rekapitulasi kinerja guru siklus 1 dan 2 ... 82

4.11 Rekapitulasi nilai kemampuan pemecahan masalah siswa siklus 1 dan 2 84 4.12Rekapitulasi nilai afektif siswa siklus 1 dan 2 ... 86


(17)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1Kerangka pikir penelitian ... 25

3.1Tahap penelitian tindakan kelas ... 27

4.1Grafik peningkatan kinerja guru ... 82

4.2Grafik peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa ... 84

4.3Grafik peningkatan nilai afektif siswa ... 87


(18)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Surat-surat ... 96

2. Perangkat Pembelajaran ... 103

3. IPKG ... 114

4. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 122

5. Afektif Siswa ... 131

6. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 139


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya seseorang menurut ukuran normatif. Pendidikan yang baik tentu dapat membentuk pribadi manusia yang baik dan bermanfaat untuk masyarakat. Berbagai aspek pendidikan di Indonesia mengandung banyak tantangan untuk segera dibenahi. Pembelajaran saat ini masih didominasi oleh guru dan belum memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Pada dasarnya siswa adalah subjek yang aktif, namun dalam proses pembelajaran siswa dijadikan objek pasif yang dapat diperlakukan dan diarahkan menurut kehendak. Proses pembelajaran yang dilakukan guru saat ini adalah dengan memberikan materi yang terlalu banyak tanpa melakukan praktik, sehingga anak hanya pintar secara teori, tetapi tidak dapat menunjukkan kemampuannya dalam praktik. Selain itu dalam mengajar guru memberi tugas siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi belum memberikan ruang bagi siswa untuk belajar menyelesaikan masalah.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 mengamanahkan bahwa pendidikan nasional berfungsi


(20)

2

mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan pemberlakuan undang-undang tersebut perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dengan didukung oleh segenap elemen-elemen penting dalam pendidikan yang diharapkan dapat menanamkan sikap yang baik, individu yang terampil, dan memiliki pengetahuan yang luas agar dapat bersaing dalam perkembangan zaman dengan masyarakat lokal maupun internasional.

Pemerintah saat ini sedang berupaya keras dalam memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Lahirnya Permendikbud Nomor 81A tentang implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Implementasi Kurikulum 2013 ini adalah wujud dari upaya mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa (Maslow dan Rogers dalam Asma, 2006: 3). Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi (Johnson dan Smith dalam Lie, 2010: 5).

Teori perkembangan Piaget memandang bahwa perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun pengetahuannya dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman interaksi yang


(21)

3

dialami oleh mereka. Sudah selayaknya pembelajaran SD menerapkan pembelajaran tematik, sebab cara berpikir siswa masih bersifat holistik atau memandang segala sesuatu dalam satu keutuhan. Pembelajaran tematik akan lebih baik menggunakan pendekatan saintifik. Penerapan pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran dilandasi oleh pandangan

konstruktivisme dari Piaget. Rustaman (2011: 2.4) berpendapat bahwa menurut rujukan konstruktivisme setiap orang yang belajar sesungguhnya membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan saintifik akan mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, dan mengkomunikasikan). Sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget, siswa usia SD (6-12 tahun) masih berada dalam tahapan operasional konkrit. Dalam tahapan tersebut pemikiran anak usia SD masih menggunakan logika. Maka sebaik-baiknya penilaian adalah menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, serta keluaran (output) pembelajaran.

Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan peneliti terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di kelas IVA SD Negeri 1 Metro Pusat, terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik masih rendah. Hal ini terlihat pada penilaian keterampilan proses bahwa masih banyak terdapat siswa yang belum bisa mencari solusi masalah dalam soal cerita. Selain itu hasil nilai ulangan tema keenam “Indahnya Negeriku” menunjukkan bahwa dengan jumlah seluruhnya 29 siswa terdapat 19 siswa atau 66% siswa belum mencapai standar nilai


(22)

4

minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 66. Berbagai permasalahan tersebut disebabkan karena 1) pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), 2) Banyak siswa yang mengobrol dengan teman sebangku, mengganggu teman, dan melamun yang menyebabkan pembelajaran tidak kondusif, 3) kegiatan pembelajaran di kelas cenderung monoton dan tidak menarik sehingga anak tidak termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran, 5) guru kurang memberikan akses bagi siswa untuk belajar bagaimana menyelesaikan masalah. Selain hal tersebut dalam penilaian selama kegiatan pembelajaran belum menggunakan penilaian otentik, sehingga penanaman sikap yang baik pada diri siswa kurang diperhatikan. Penilaian hasil belajar siswa cenderung dilakukan pada aspek kognitif saja, sehingga menghiraukan aspek afektif maupun psikomotor yang sebetulnya sangat serat mendukung pencapaian aspek kognitif. Oleh karena itu, peneliti fokus dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa.

Ada berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan implementasi Kurikulum 2013, salah satu alternatif yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat, peneliti menerapkan model pembelajaran berbasis proyek. (BIE dalam Ngalimun, 2013: 185) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-pringsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk


(23)

5

karya siswa bernilai dan realistik. Agar siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Trianto, 2013: 28). Pada dasarnya, pembelajaran berbasis proyek merupakan turunan dari pembelajaran berdasarkan masalah. Dalam penerapannya, pembelajaran berbasis proyek berawal dari sebuah masalah. Siswa bekerja sama untuk mencari solusi masalah melalui sebuah proyek. Model pembelajaran berbasis proyek dipilih karena dapat meningkatkan motivasi, kemampuan memecahkan masalah, dan meningktakan kecakapan kolaboratif siswa. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek menjadikan siswa lebih aktif dan inovatif dalam memecahkan masalah, sehingga pelajaran akan lebih bermakna dengan mengerjakan sebuah proyek.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

judul “Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), siswa cenderung ribut, mengganggu teman, bermain, dan mengobrol.


(24)

6

2. Saat proses belajar siswa banyak yang mengobrol dengan teman sebangku, mengganggu teman, dan melamun yang menyebabkan pembelajaran tidak kondusif.

3. Penilaian otentik belum dilaksanakan dengan optimal, dalam penilaian lebih berorientasi pada hasil belajar kognitif siswa, sehingga penilaian afektif dan psikomotor kurang diperhatikan.

4. Guru kurang memberikan akses bagi siswa untuk belajar bagaimana menyelesaikan masalah.

5. Rendahnya hasil penilaian keterampilan siswa dibuktikan dengan masih banyak siswa yang masih kurang paham dalam mengerjakan soal teks cerita untuk mencari solusi masalah.

6. Rendahnya hasil belajar siswa pada tema keenam “Indahnya Negeriku” dibuktikan dengan adanya 19 siswa atau 66% siswa dari jumlah 29 orang siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 66.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat?

2. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat?


(25)

7

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat. E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa yaitu dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran, menumbuhkan sikap-sikap yang baik dalam kehidupan, dan meningkatkan hasil belajar.

2. Guru yaitu dapat memperluas wawasan sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran tematik di kelas sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

3. Sekolah yaitu dapat memberikan kontribusi atau sumbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan output yang berkualitas dan kompetitif.

4. Peneliti yaitu memberikan pemahaman tentang penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran tematik.


(26)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Perancangan kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum 2013, Majid (2013: 193) mengemukakan pendapat bahwa strategi pelaksanaan kegiatan belajar siswa yang dikehendaki adalah dengan menerapkan pendekatan scientific. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Kemendikbud (2013: 9) menyatakan bahwa

Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah berikut:

1) Mengamati; 2) Menanya;

3) Mengumpulkan informasi/eksperimen; 4) Mengasosiasi/mengolah informasi; 5) Mengkomunikasikan.

Hariadi memaparkan tujuan pendekatan saintifik yaitu: (1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat


(27)

9

tinggi siswa, (2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi, (5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, (6) untuk mengembangkan karakter siswa.

Kemendikbud (2013: 11) menegaskan bahwa pendekatan saintifik akan tampak jelas ketika siswa terlibat dalam model pembelajaran tertentu, yaitu (1) Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), (2) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), dan (3) Penemuan Terbimbing (Discovery Learning).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang sesuai dengan implementasi kurikulum 2013 yang mendorong anak untuk membangun pengetahuan melalui metode ilmiah dengan melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan).

B. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,


(28)

10

kurikulum, dan lain-lain (Joyce dalam Ngalimun. 2013: 7). Sedangkan menurut Sani (2013: 89) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.

Ada berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik dan pendekatan saintifik, yaitu diantaranya; (1) model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), (2) model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan (3) model pembelajaran penemuan (discovery learning). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran berbasis proyek untuk mencapai penguasaan berbagai kompetensi siswa meliputi kompetensi domain sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir proses pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru untuk mencapai tujuan belajar.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Kemendikbud (2013: 5) menegaskan bahwa untuk lebih tercapainya penguasaan berbagai kompetensi oleh peserta didik, yang meliputi kompetensi domain sikap (afektif), keterampilan (psikomotorik), dan pengetahuan (kognitif) dalam penerapan kedua pendekatan pembelajaran tersebut perlu dipadukan dengan model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kedua pendekatan tersebut, di antaranya adalah model


(29)

11

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan model pembelajaran penemuan (discovery learning).

a. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Menurut Ward dan Stepien (dalam Ngalimun, 2013: 89) PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus bisa memiliki kemampuan keterampilan memecahkan masalah.

b. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) c. Model Penemuan (Discovery Learning)

Kemdikbud (2013) menjelaskan bahwa prinsip belajar yang nampak jelas Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.Dari berbagai model pembelajaran yang telah dipaparkan tersebut, peneliti memilih model pembelajaran berbasis proyek untuk memperbaiki proses pembelajaran. Model pembelajaran ini menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan


(30)

12

kepada peserta didik untuk belajar secara aktif. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir tetapi peserta didik dituntut untuk melakukan serangkaian kegiatan mulai dari mengumpulkan informasi sampai dengan membuat kesimpulan dari materi yang disajikan.

C. Model Pembelajaran Berbasis Proyek

1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek (Isriani dan Dewi, 2012: 127). Sedangkan menurut BIE (dalam Ngalimun, 2013: 185) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-pringsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik.

Pada dasarnya, pembelajaran berbasis proyek adalah turunan dari pembelajaran berdasarkan masalah. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama siswa. Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa akan terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya. Proyek yang telah disepakati antara siswa dengan guru didasarkan pada suatu permasalahan nyata. Kelompok kecil


(31)

13

siswa bekerja sama mencari pemecahan masalah melalui proyek tersebut.

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek a. Kelebihan pembelajaran berbasis proyek

Menurut Bielefeldt & Underwood (dalam Ngalimun, 2013: 197), kelebihan pembelajaran berbasis proyek yaitu:

1) Meningkatkan motivasi belajar siswa.

2) Belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum lain.

3) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

4) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

5) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.

6) Memberikan pengalaman kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Santoso (2011) mengemukakan bahwa kekurangan model pembelajaran berbasis proyek yaitu:

1) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.


(32)

14

3) Banyak peralatan yang harus disediakan.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Proyek belajar dapat disiapkan dalam kolaborasi dengan instruktur tunggal atau instruktur ganda, sedangkan pebelajar belajar di dalam kelompok kolaboratif antara 4 – 5 orang (Ngalimun, 2013: 191). Berdasarkan Kemendikbud (2013: 11), langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek

Tahap Kegiatan Guru dan Siswa

Tahap 1:

Menyampaikan proyek yang akan dikerjakan

Guru menginformasikan kepada siswa tentang proyek yang akan dikerjakan dan menyepakati kontrak belajar

Tahap 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang nantinya akan bekerja sama untuk menggali informasi yang diperlukan untuk menjalankan proyek

Tahap 3:

Membantu siswa melakukan penggalian informasi yang diperlukan

Guru mendorong siswa melakukan penggalian informasi yang diperlukan, memfasilitasi siswa dengan menyediakan buku, bahan bacaan, video, atau

mendampingi peserta didik mencari informasi melalui internet

Tahap 4:

Merumuskan hasil pengerjaan proyek

Guru mendorong siswa untuk menyajikan informasi yang diperoleh ke dalam satu bentuk yang paling mereka sukai Tahap 5:

Menyajikan hasil pengerjaan proyek

Guru mendorong siswa untuk menyajikan hasil karya mereka kepada seluruh siswa lain.

Sedangkan menurut Majid (2013: 62), langkah-langkah rinci untuk perancangan pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut.

1) Guru dan siswa bersama-sama memilih suatu topik yang akan diteliti, dengan memperhatikan standar kurikulum, sumber daya lokal, dan ketertarikan siswa.


(33)

15

2) Guru mencari tahu tentang apa saja yang telah dipahami siswa dan membantunya untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang kelak akan dieksplorasi.

3) Guru menyediakan sumber belajar bagi siswa serta kesempatan untuk bekerja di lapangan.

4) Siswa berbagi pengalaman dan hasil di antara mereka, kemudian masing-masing siswa melaporkan hasil penelitiannya dan akhirnya mereka turut serta dalam proses evaluasi proyek.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif belajar secara berkolaborasi untuk memecahkan masalah sehingga dapat mengonstruk inti pelajaran dari temuan-temuan dalam tugas/proyek yang dilakukan. Kemudian peneliti merumuskan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yaitu 1) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, 2) guru menyajikan suatu permasalahan, 3) guru menyampaikan proyek yang akan dikerjakan untuk memecahkan masalah dengan memperhatikan standar kurikulum dan sumber daya lokal, 4) guru memandu siswa melakukan penggalian informasi dalam tugas pemecahan masalah, 5) siswa merumuskan hasil proyek, dan 6) siswa mempresentasikan hasil proyek kepada kelompok lain.


(34)

16

D. Pemecahan Masalah

Abdurrahman (2003: 254) berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah aplikasi dan konsep keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang berbeda. Menurut Slameto (2010 : 86), pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya.

Pada kenyatannya setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah. Dari mulai masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks; dari mulai masalah pribadi sampai kepada masalah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah dunia (Sanjaya, 2009: 214). Selanjutnya Bruner (dalam Trianto, 2013: 91) berpendapat bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang bernar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.

Sanjaya (2009: 214-215) berpendapat bahwa

pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya


(35)

17

berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Menurut John Dewey (dalam Sanjaya, 2009: 217) langkah-langkah dalam pemecahan masalah yaitu:

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah yang dilakukan siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6. Merumuskan pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Kegiatan pemecahan masalah ini diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan cara berpikir ilmiah untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. Langkah-langkah dalam kegiatan pemecahan masalah peneliti menggunakan pendapat dari John Dewey, yaitu 1) siswa merumuskan masalah, 2) siswa menganalisis masalah, 3) siswa merumuskan hipotesis, 4) siswa mengumpulkan data, 5) pengujian hipotesis, dan 6) siswa merumuskan pemecahan masalah.


(36)

18

E. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Majid (2013: 15) belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Darsono (2006: 3) berpendapat bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadi proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Sedangkan Susanto (2013: 4) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perilaku yang relative tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup (life skill) bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir (memecahkan masalah) dan keterampilan sosial, juga yang tidak kalah pentingnya adalah nilai dan sikap (Komalasari, 2013: 2).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang dialami melalui perbuatan langsung oleh individu maupun kelompok supaya mendapat kemampuan baru untuk perubahan hidup yang lebih baik.


(37)

19

2. Hasil Belajar

Kunandar (2010: 277) bahwa hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian siswa yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Sedangkan Sudjana (2010: 22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah menempuh pengalaman belajar (proses belajar mengajar). Hal ini sejalan dengan pendapat Ekawarna (2010: 41) bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik 2008: 27).

Muslich (2011: 38) berpendapat bahwa dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Penilaian kognitif dilakukan setelah peserta didik mempelajari satu kompetensi dasar yang harus dicapai, akhir dari semester, dan jenjang satuan pendidikan.

b. Ranah afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya


(38)

20

diri jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri.

c. Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pengetahuan dan tingkah laku siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini yang diukur adalah ranah kognitif menggunakan tes formatif dalam bentuk soal isian singkat dan esai. Ranah afektif yang meliputi aspek tanggung jawab, kerja sama, disiplin, dan percaya diri. Ranah psikomotor mengukur keterampilan siswa dalam unjuk kerja pemecahan masalah.

F. Pembelajaran Tematik

Majid (2013: 80) berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) yang mengemukakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Menurut Sudrajat (2008), pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).


(39)

21

Menurut Majid (2013: 89-90) pembelajaran tematik memiliki karakterstik-karakteristik sebagai berikut.

1. Berpusat pada siswa.

2. Memberikan pengalaman langsung.

3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas. 4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran. 5. Bersifat fleksibel.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. 7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa bidang studi yang diintegrasikan sehingga pelajaran akan lebih bermakna.

G. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

Menurut Majid (2006: 186), penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Sedangkan menurut Nurhadi, dkk., (2004: 52) penilaian otentik adalah kegiatan menilai apa yang seharusnya dinilai. Penilaian otentik merupakan prosedur penilaian pada pembelajaran yang berbasis kontekstual. Muslich (2011: 3) berpendapat bahwa


(40)

22

Asesmen autentik bersifat komprehensif dan holistik. Kekomprehensif dan keholistikan ini menampak pada asesmen yang melibatkan berbagai ranah kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dan kelengkapan cakupan kompetensi yang ingin dicapai.

Trianto (2013: 119) mengemukakan bahwa karakteristik penilaian otentik yaitu sebagai berikut.

1. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. 2. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.

3. Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. 4. Berkesinambungan.

5. Terintegrasi.

6. Dapat digunakan sebagai feedback.

Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performance) yang diperoleh siswa. penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga orang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah afektif, kognitif, dan psikomotor.

H. Hasil Penelitian yang Relevan

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia telah banyak dilakukan. Namun masih banyak terdapat siswa yang hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Pada dasarnya suatu penelitian tidak dapat berdiri sendiri tanpa ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Maka dari itu perlu dikemukakan penelitian yang terdahulu dan relevansinya.

Hasil penelitian Lilik Nurhayati (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII E MTsN Banyuwangi Semester Ganjil


(41)

23

Tahun Pelajaran 2009/2010” diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar siswa

mengalami peningkatan baik penilaian afektif, psikomotrik, dan kognitifnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tri Wahyuningsih (2009) yang berjudul

“Penggunaan Model Project Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa dalam Memecahkan Soal-soal Cerita pada Mata Pelajaram Matematika Kelas I di SDN Nguling 01 Kecamatan Nguling

Kabupaten Pasuruan” diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan model

pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan soal cerita. Hal ini terbukti bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pratindakan adalah 58 (cukup) dan pada siklus I rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi 67,3 (baik). Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi 80,3 (baik sekali) .

Bedasarkan penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan melibatkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut perlu untuk lebih mengembangakan penelitian-penelitian yang ada, maka peneliti akan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran di kelas khususnya untuk pembelajaran tematik di kelas IV.


(42)

24

I. Kerangka Pikir

Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh berbagai faktor. Guru merupakan faktor eksternal dalam keberhasilan belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses kegiatan belajar. Dalam penelitian menggunakan model pembelajaran berbasis proyek menekankan siswa untuk aktif dalam proses belajar dan dapat bekerja sama untuk merumuskan hingga memecahkan masalah.

Dalam penggunaan model pembelajaran berbasis proyek diharapan siswa mampu bekerja sama untuk memecahkan suatu masalah melalui sebuah tugas. Selain itu siswa dapat memahami dan menggunakan konsep jika menemui masalah dalam kehidupan nyata. Guru harus melibatkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran tidak hanya mentransfer materi dari guru ke siswa. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.


(43)

25

Gambar 2.1 Kerangka pikir penelitian J. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan

kelas sebagai berikut, “Apabila dalam pembelajaran tematik menerapkan

model pembelajaran berbasis proyek dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar tematik siswa kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat.”

Input

Proses

Output

Siswa terlalu banyak mendapat materi, kurang mendapat

praktik

Model pembelajaran berbasis proyek. Langkah-langkah:

a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.

b. Guru menyajikan suatu permasalahan kepada

siswa.

c. Guru menyampaikan proyek yang akan

dikerjakan siswa untuk memecahkan masalah dengan memperhatikan standar kurikulum dan sumber daya lokal.

d. Siswa melakukan penggalian informasi dalam

tugas pemecahan masalah.

e. Siswa merumuskan hasil proyek

f. Siswa mempresentasikan hasil proyeknya

kepada kelompok lain.

1. Kemampuan pemecahan

masalah siswa meningkat


(44)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran, (Arikunto, 2008: 58). Sedangkan menurut Kunandar (2010: 46) PTK dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.

Kegiatan dalam penelitian terdapat dalam bentuk siklus yang dapat dilakukan berulang kali hingga mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Prosedur penelitian tindakan kelas ini berbentuk daur siklus yang memiliki empat tahap kegiatan yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Kegiatan PTK dapat digambarkan sebagai berikut.


(45)

27

Perencanaan Tindakan

Observasi Pelaksanaan

Tindakan Siklus 1

Analisis & Refleksi

dst. Gambar 3.1 Tahap penelitian tindakan kelas

Sumber: Aqib, dkk., (2006 : 30.31) 1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

PTK ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Metro Pusat. Tepatnya di Jalan Brigjend Sutiyoso No. 44, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro. b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan lama penelitian ± 5 bulan, terhitung dari bulan Mei sampai dengan September 2014. Rentang waktu tersebut dimulai dari tahap persiapan hingga pengumpulan laporan hasil skripsi.

Observasi Pelaksanaan

Tindakan Perbaikan Rencana

Tindakan

Siklus 2 Analisis &


(46)

28

2. Subjek Penelitian

PTK ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat yaitu dengan jumlah 29 orang siswa, yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan.

B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpul data

Data-data yang berkaitan dengan penilaian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu nontes dan tes.

a. Teknik Nontes

Teknik nontes digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif, namun dapat diwujudkan dalam bentuk kuantitatif. Peneliti menggunakan lembar penilaian kinerja guru, lembar penilaian unjuk kerja pemecahan masalah, dan lembar penilaian sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

b. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif. Peneliti menggunakan tes formatif yang dilaksanakan secara individu. Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek.


(47)

29

2. Alat Pengumpul Data

a. Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru

Lembar observasi praktik mengajar atau Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan praktik mengajar yang baik dan benar. Ada beberapa tahapan pada aspek yang diamati yaitu 1) prapembelajaran, 2) membuka pembelajaran, 3) kegiatan inti pembelajaran, dan 4) penutup pelajaran (Arifin, 2011: 157). Masing-masing tahapan tersebut memiliki beberapa indikator. (instrumen penilaian terlampir)

b. Lembar Penilaian Unjuk Kerja Pemecahan Masalah

Penilaian unjuk kerja bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata (Muslich, 2011: 113). Lembar penilaian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa selama penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Penilaian unjuk kerja pemecahan masalah ini memiliki beberapa tahap penilaian yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, dan 3) pelaporan (Supinah, 2010:52-53). Indikator pada penilaian unjuk kerja kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut.


(48)

30

Tabel 3.1 Indikator penilaian kemampuan pemecahan masalah Tahap Deskripsi Skor Skor

maks. P er enca na a

n Menuliskan rumusan masalah, analisis masalah, dan

rumusan hipotesis dengan jelas dan benar. 4

4

Hanya menuliskan 2 tahapan dengan benar 3

Hanya menuliskan 1 tahapan dengan benar 2

Tidak menuliskan tahapan 1

P ela ks a na a n

Ketepatan menggunakan 5-6 langkah pemecahan masalah: merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah

4

4

Menggunakan 3-4 langkah pemecahan masalah 3

Menggunakan 1-2 langkah pemecahan masalah 2

Tidak melakukan langkah-langkah pemecahan

masalah 1

P

ela

po

ra

n

Ketepatan isi hasil penyelesaian masalah, uraian langkah-langkah penyelesaian masalah, dan ketepatan menjawab pertanyaan

4

4 Ada 1 kesalahan: melaporkan isi hasil penyelesaian

masalah, uraian langkah-langkah penyelesaian masalah, dan ketepatan menjawab pertanyaan

3 Ada 2 kesalahan: melaporkan isi hasil penyelesaian

masalah, uraian langkah-langkah penyelesaian masalah, dan ketepatan menjawab pertanyaan.

2 Tidak melakukan pelaporan isi hasil penyelesaian

masalah, uraian langkah-langkah penyelesaian

masalah, dan ketepatan menjawab pertanyaan 1

Jumlah skor 12

Sumber: Supinah (2010:52-53). c. Lembar Penilaian Afektif

Alat pengumpul data hasil belajar afektif dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi sikap. Sikap yang diamati adalah tanggung jawab, kerja sama, disiplin, dan percaya diri. Masing-masing sikap memiliki 5 indikator. Apabila siswa melakukan 5 indikator maka mendapat skor 5, melakukan 4 indikator maka mendapat skor 4, melakukan 3 indikator maka mendapat skor 3, melakukan 2 indikator maka mendapat skor 2, hanya melakukan 1 indikator maka mendapat skor 1. Penilaian dilakukan dalam dua


(49)

31

tahap, yaitu sebelum istirahat (07.00-09.45 WIB) dan setelah istirahat (10.15-12.45 WIB), sehingga skor maksimal menjadi 10. Indikator penilaian afektif sebagai berikut.

Tabel 3.2 Indikator penilaian afektif

Sikap Indikator Skor Frek.

T a ng g un g ja wa b

a) Melaksanakan kewajiban

b) Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan

c) Menaati tata tertib sekolah

d) Menjaga kebersihan lingkungan sekolah

e) Menyelesaikan tugas sesuai aturan

5 2x

K er ja s a ma

a) Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan.

b) Bersedia membantu teman tanpa mengharap

imbalan.

c) Aktif dalam kerja kelompok.

d) Mendahulukan kepentingan kelompok daripada

kepentingan pribadi.

e) Membagi tugas kepada teman dalam berdiskusi/

tidak mendominasi.

5 2x

Dis

ipl

in

a) Hadir tepat waktu

b) Membiasakan mematuhi aturan kelas dan sekolah

c) Tidak bermain atau mengobrol saat kegiatan

pembelajaran

d) Menjalankan prosedur dalam pembelajaran

e) Membawa alat tulis dan buku

5 2x

P er ca y a diri

a) Pantang menyerah

b) Berani menyatakan pendapat

c) Berani bertanya

d) Berani mempresentasikan hasil kerja di depan kelas

e) Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan

5 2x

Jumlah skor 20

Sumber: Mulyasa (2013: 147)

d. Lembar penilaian hasil belajar kognitif

Lembar penilaian kognitif pada penelitian ini menggunakan tes evaluasi berbentuk soal isian singkat dan esai. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa berupa pengetahuan pada pembelajaran tematik melalui model pembelajaran berbasis proyek. Soal tes bersumber dari materi yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Contoh soal adalah sebagai berikut.


(50)

32

Kompetensi Dasar

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam Bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih kosakata baku. (Bahasa Indonesia)

Soal:

Buatlah peta pikiran tentang susu sapi! (esai no 4 tes formatif siklus 2 pertemuan 1)

Kompetensi Dasar

4.6 Menyajikan laporan tentang sumber daya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat. (IPA)

Soal:

Tempe dan tahu adalah makanan yang berasal dari sumber daya alam berupa... (isian singkat no 10 pada tes formatif siklus 2 pertemuan 1).

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut. 1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian yang dilakukan dengan cara observasi, yaitu kinerja guru, kemampuan pemecahan masalah, dan afektif.

Untuk memperoleh nilai kinerja guru, kemampuan pemecahan masalah, dan afektif siswa menggunakan rumus yang sama adalah sebagai berikut.

N =


(51)

33

Berikut adalah tabel kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai, konversi nilai kemampuan pemecahan masalah dan nilai afektif.

Tabel 3.3 Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai

Nilai Kategori (Predikat)

90 < A ≤ 100 Amat baik (A)

75 < B ≤ 90 Baik (B)

60 < C ≤ 75 Cukup baik(C)

50 < D ≤ 65 Kurang (D)

E ≤ 50 Sangat kurang (E)

Sumber: Kemendikbud (2013: 272)

Tabel 3.4 Indeks nilai kemampuan pemecahan masalah Konversi nilai

Predikat Kategori Skala 0-100 Skala 1-4

86 – 100 4 A

Sangat Baik

81 – 85 3,66 A -

76 – 80 3,33 B+

Baik

71 – 75 3,00 B

65 – 70 2,66 B -

61 – 65 2,33 C+

Cukup

56 – 60 2,00 C

51 – 55 1,66 C-

46 – 50 1,33 D +

Kurang

0 – 45 1,00 D

Sumber: Kemendikbud (2013: 131) Keterangan:

N = Nilai

R = Jumlah nilai yang diperoleh siswa SM = Skor maksimal aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap


(52)

34

Tabel 3.5 Indeks nilai afektif Konversi nilai

Predikat Kategori Skala 0-100 Skala 1-10

86 – 100 10 A

Sangat Baik

81 – 85 9 A -

76 – 80 8 B+

Baik

71 – 75 7 B

65 – 70 6 B -

61 – 65 5 C+

Cukup

56 – 60 4 C

51 – 55 3 C-

46 – 50 2 D +

Kurang

0 – 45 1 D

Sumber: Kemendikbud (2013: 131) 2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar kognitif siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan oleh guru.

a) Nilai individual siswa diperoleh melalui rumus: Keterangan:

Keterangan: N = Nilai

R = Jumlah nilai yang diperoleh siswa SM = Nilai maksimal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap

Sumber: Purwanto (2012: 102) b) Nilai rata-rata diperoleh melalui rumus:

x =


(53)

35

Keterangan:

X = Nilai rata-rata

∑X = Jumlah nilai siswa

∑N = Jumlah siswa

Sumber: Aqib, dkk., (2010: 40)

c) Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan rumus:

Tabel 3.6 Kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal.

Tingkat Keberhasilan Kategori

86 – 100% Sangat baik

76 – 85% Baik

60 – 75% Cukup baik

55 – 59% Kurang

≤ 54% Sangat kurang

Sumber: Purwanto (2012: 103)

Berikut adalah tabel indeks hasil belajar kognitif siswa. Tabel 3.7 Indeks nilai kognitif

Konversi nilai akhir

Predikat Kategori

Skala 0-100

86 – 100 A

Sangat Baik

81 – 85 A -

76 – 80 B+

Baik

71 – 75 B

66 – 70 B -

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D +

Kurang

0 – 45 D

Sumber: Kemendikbud (2013: 131)


(54)

36

D. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus penelitian terdiri dari empat tahap, yaitu; perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1) Berdiskusi dengan guru tentang penerapan model pembelajaran berbasis proyek yang sesuai dengan kondisi di SD Negeri 1 Metro Pusat.

2) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan, serta menganalisis indikator-indikator pembelajaran dan merancang Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) tematik siklus I.

3) Menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan dalam penelitian.

4) Menyiapkan lembar tes hasil belajar untuk memperoleh data tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan.


(55)

37

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam.

b) Siswa berdoa sebelum mengawali pembelajaran.

c) Guru memeriksa kehadiran siswa dan mengondisikan siswa agar siap belajar.

d) Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut mengenai ruang lingkup materi yang dipelajari.

2) Kegiatan Inti

b) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan kecerdasan yang beragam.

c) Guru membagikan beberapa gambar tentang keunikan daerah Provinsi Lampung dan meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang gambar tersebut

d) Siswa mengamati gambar tersebut dan memberikan pendapat tentang gambar tersebut.

e) Guru menambahkan informasi tentang keunikan dari daerah Provinsi Lampung dengan jelas dan menarik.

f) Guru senantiasa memberikan penguatan agar siswa selalu menjaga dan mencintai keunikan daerah tempat tinggalnya. g) Selain memberikan informasi dari keunikan daerah Provinsi

Lampung, guru memberikan buklet tentang keunikan beberapa daerah di Indonesia.


(56)

38

h) Siswa memberikan pendapatnya. Kemudian guru menambahkan informasi penting yang belum terdapat pada buklet tersebut.

i) Dalam buklet tersebut terdapat gambar Jalan M.H.Thamrin yang sedang dilanda banjir. Guru meminta siswa memberikan pendapat mengapa hal tersebut dapat terjadi.

j) Guru memberikan wacana tentang kepadatan penduduk dan masalah sampah yang ada di Jakarta. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mendukung seperti “bagaimana jumlah

rumah dan gedung yang ada?”, “bagaimana tampak kondisi lingkungan sekitarnya?”, “apa saja hal bagus dan kurang baik dari kondisi seperti itu?”

k) Siswa menjawab pertanyaan guru. Kemudian guru merespon semua jawaban siswa.

l) Guru mengaitkan masalah samapah yang ada di Jakarta dengan kondisi lingkungan sekolah. Guru menanyakan

kepada siswa “Apakah kondisi lingkungan sekolahmu sudah

bersih dari sampah?”, “apakah siswa-siswi di sekolahmu

sudah tertib membuang sampah pada tempatnya?”,

“bagaimana proses pengolahan sampah yang baik agar tidak merugikan lingkungan?”.

m) Siswa melakukan penggalian informasi di lingkungan sekolah untuk mendapatkan data tentang kesadaran siswa-siswi di sekolah dalam pengolahan sampah yang baik.


(57)

39

n) Siswa melihat proses pengolahan sampah organik dan anorganik yang ada di sekolah.

o) Siswa kembali ke kelas untuk menganalisis dan mencari solusi permasalahan sampah yang ada di sekolah.

p) Siswa membuat laporan tertulis tentang keadaan lingkungan sekolah dan memberikan ide bagaimana proses pengolahan sampah yang seharusnya dilakukan.

q) Kelompok mempresentasikan hasil kerjanya kepada seluruh siswa.

3) Kegiatan Penutup

a) Siswa melaksanakan tes formatif secara individu.

b) Guru menutup kegiatan dengan menanyakan kepada siswa kegiatan apa saja yang dilakukan hari ini dan apa yang siswa rasakan. Kemudian guru merangkum semua pendapat dari siswa untuk menarik kesimpulan.

c) Siswa bersama guru melakukan doa untuk menutup kegiatan pembelajaran.

c. Pengamatan (Observing)

Pelaksanaan pengamatan dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh dua orang observer mengenai jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan alat bantu lembar IPKG, unjuk kerja kemampuan pemecahan masalah, dan penilaian afektif.


(58)

40

d. Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan data hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Hasil pada siklus I digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.

2. Siklus 2

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1) Berdiskusi dengan guru tentang penerapan model pembelajaran berbasis proyek yang sesuai dengan kondisi di SD Negeri 1 Metro Pusat.

2) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan, serta menganalisis indikator-indikator pembelajaran dan merancang Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) tematik siklus 2 yang akan dilaksanakan.

3) Menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan dalam penelitian.

4) Menyiapkan lembar tes hasil belajar untuk memperoleh data tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan terutama skenario pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan.


(59)

41

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam.

b) Siswa berdoa sebelum mengawali pembelajaran.

c) Guru memeriksa kehadiran siswa dan mengondisikan siswa agar siap belajar.

d) Guru menyampaikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran serta ruang lingkup materi yang dipelajari. 2) Kegiatan Inti

a) Guru memberikan teks tentang makanan sehat dan tidak sehat yang dibawa oleh Lani dan Edo ke sekolah. Kemudian guru meminta siswa membuat peta pikiran dari teks tersebut dengan menuliskan hal-hal penting yang dibacanya.

b) Siswa secara berpasangan untuk membuat 5 pertanyaan berdasarkan teks. Kemudian siswa lain menjawab pertanyaan tersebut.

c) Siswa memahami permasalahan yang diberikan oleh guru tentang Bagas yang terkena diare usai jam istirahat.

d) Guru menyampaikan proyek membuat laporan pemecahan masalah mengenai makan sehat dan tidak sehat yang ada di kantin sekolah untuk menyelidiki masalah penyakit diare yang dialami siswa setelah jam istirahat.

e) Siswa berkumpul bersama kelompok yang telah dibuat pada siklus 1, kemudian mengorganisasi siswa untuk mengerjakan proyek tersebut.


(60)

42

f) Sebelum mencari data, siswa diberikan materi seputar makan sehat yang mudah ditemui.

g) Setiap kelompok bekerja sama untuk merumuskan permasalahan yang terjadi pada teks.

h) Siswa menganalisis masalah tersebut dan membuat pertanyaan-pertanyaan berdasarkan teks, kemudian merumuskan hipotesis mengenai masalah tersebut.

i) Pada saat sebelum jam istirahat, siswa mengumpulkan data tentang makanan yang terdapat pada kantin sekolah dan sekitar sekolah.

j) Siswa menuliskan informasi yang ditemukannya dari pengumpulan data ini menggunakan kosa kata baku pada lembar unjuk kerja pemecahan masalah.

k) Siswa mengelompokkan berbagai makanan dan minuman berdasarkan data menurut jenisnya. Kemudian siswa menuliskan informasi yang ditemukan dalam bentuk tabel dengan menggunakan turus (tally).

l) Siswa membuat kesimpulan dari laporan yang telah dibuatnya. Kemudian memberikan solusi kepada Bagas yang terkena diare setelah jam istirahat pada laporannya.

m) Guru senantiasa mengingatkan kepada siswa agar selalu bersyukur kepada Tuhan atas nikmatnya makanan sehat dan bergizi yang telah diberikan kepada kita.


(61)

43

n) Kelompok mempresentasikan hasil laporannya kepada kelompok lain.

o) Siswa untuk menceritakan petualangannya saat mengonsumsi suatu makanan.

p) Guru menunjukkan beberapa makanan sehat dan tidak sehat kepada siswa serta manfaatnya. Kemudian guru bersama siswa bertanya jawab dengan siswa tentang makanan kesukaan siswa yang tergolong bergizi dan tidak.

q) Siswa memahami salah satu sayuran yang bermanfaat untuk kesehatan (wortel) yang ditunjukkan guru, kemudian siswa membuat peta pikiran tentang wortel.

r) Siswa bersama guru menyimpulkan bahwa makanan-makanan kita berasal dari sumber daya alam.

3) Kegiatan Penutup

a) Siswa melaksanakan tes formatif secara individu.

b) Guru menutup kegiatan pembelajaran dan melakukan refleksi. c) Guru menyampaikan pesan moral agar senantiasa bersyukur

atas keunikan daerah tempat tinggal yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

d) Siswa bersama guru melaksanakan doa penutup. c. Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan pada siklus II sama dengan pengamatan pada siklus I.


(62)

44

d. Refleksi (Reflecting)

Peneliti melakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis proyek dalam upaya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa.

E. Indikator Keberhasilan

Mulyasa (2013: 131) mengemukakan bahwa dari segi proses, pembentukan karakter dikatakan berhasil dan berkualitas seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlihat lebih aktif, baik fisik, mental maupun social dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan dari segi hasil, proses pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut mencapai KKM dan adanya peningkatan hasil belajar.

Dengan demikian, maka indikator keberhasilan tindakan kelas pada

penelitian ini adalah apabila ≥75% dari jumlah keseluruhan siswa telah


(63)

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran tematik di kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat. Hal ini sesuai dengan peningkatan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus 1 sebesar 63,47 (C+) meningkat pada siklus 2 menjadi 79,03 (B+).

2. Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar afektif dan kognitif siswa pada pembelajaran tematik di kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat. Hal ini sesuai dengan nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa yaitu pada siklus 1 sebesar 60,26 (C+) meningkat pada siklus 2 menjadi 81,30 (A-). Kemudian nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa selalu meningkat pada tiap siklus yaitu pada siklus 1 nilai smencapai 63,7 (C+), meningkat menjadi 81,18 (A-) pada siklus 2. Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara klasikal pada siklus 1 sebesar 36,77%, kemudian meningkat pada siklus 2 menjadi 81,04%.


(64)

91

Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti menyarankan bagi:

1. Siswa

Diharapkan siswa dapat berpikir kritis memberikan ide-ide dalam kegiatan pemecahan masalah baik yang terjadi di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Selain itu siswa diharapkan dapat berkoordinasi dengan baik dalam bekerja sama di kegiatan kelompok.

2. Guru

Diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam memberikan tugas/proyek yang lebih menarik kepada siswa, agar siswa lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Selain itu diperlukan juga kemampuan guru untuk menyajikan suatu permasalahan yang menarik dan relevan supaya dapat memberikan suatu pengalaman konkret, sehingga siswa dapat mengonstruk pengetahuan dari temuan-temuan yang dilakukan dalam kegiatan pemecahan masalah.

3. Sekolah

Diharapkan dapat mendukung keberhasilan kegiatan pembelajaran, baik secara moral dan materi. Penyediaan fasilitas penunjang seperti buku, dan proyektor pada kelas untuk diperbaiki atau diperbaharui.


(65)

92

4. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menyempurnakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran tematik dengan lebih inovatif lagi.


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung.

______. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Darsono dan Asmaul. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Program S1 PGSD. Metro Ekawarna. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Gaung Persada. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hardini, Isriani dan Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep dan Implementasinya). Familia. Yogyakarta.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Rajawali Pres: Jakarta.

Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Penilaian. Dirjen Dikti. Jakarta.

______. 2013. Pamduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Dirjen Pendidikan Dasar.Jakarta. ______. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud


(1)

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran tematik di kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat. Hal ini sesuai dengan peningkatan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus 1 sebesar 63,47 (C+) meningkat pada siklus 2 menjadi 79,03 (B+).

2. Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar afektif dan kognitif siswa pada pembelajaran tematik di kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat. Hal ini sesuai dengan nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa yaitu pada siklus 1 sebesar 60,26 (C+) meningkat pada siklus 2 menjadi 81,30 (A-). Kemudian nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa selalu meningkat pada tiap siklus yaitu pada siklus 1 nilai smencapai 63,7 (C+), meningkat menjadi 81,18 (A-) pada siklus 2. Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara klasikal pada siklus 1 sebesar 36,77%, kemudian meningkat pada siklus 2 menjadi 81,04%.


(2)

91

Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti menyarankan bagi:

1. Siswa

Diharapkan siswa dapat berpikir kritis memberikan ide-ide dalam kegiatan pemecahan masalah baik yang terjadi di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Selain itu siswa diharapkan dapat berkoordinasi dengan baik dalam bekerja sama di kegiatan kelompok.

2. Guru

Diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam memberikan tugas/proyek yang lebih menarik kepada siswa, agar siswa lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Selain itu diperlukan juga kemampuan guru untuk menyajikan suatu permasalahan yang menarik dan relevan supaya dapat memberikan suatu pengalaman konkret, sehingga siswa dapat mengonstruk pengetahuan dari temuan-temuan yang dilakukan dalam kegiatan pemecahan masalah.

3. Sekolah

Diharapkan dapat mendukung keberhasilan kegiatan pembelajaran, baik secara moral dan materi. Penyediaan fasilitas penunjang seperti buku, dan proyektor pada kelas untuk diperbaiki atau diperbaharui.


(3)

92

4. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menyempurnakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran tematik dengan lebih inovatif lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung.

______. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Darsono dan Asmaul. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Program S1 PGSD. Metro Ekawarna. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Gaung Persada. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hardini, Isriani dan Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep dan Implementasinya). Familia. Yogyakarta.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Rajawali Pres: Jakarta.

Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Penilaian. Dirjen Dikti. Jakarta.

______. 2013. Pamduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Dirjen Pendidikan Dasar. Jakarta. ______. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud


(5)

_____.2013.Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010 .Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. PT Refika Aditama. Bandung.

Lie, Anita. 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Nusa Media. Bandung.

Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Remaja Rosda Karya: Bandung. _____. 2013. Pembelajaran Tematik Terpadu. Remaja Rosda Karya: Bandung. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Rosda Karya.

Bandung

Muslich, Mansur. 2010. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Refika Aditama. Bandung.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. UM Press. Malang:.

Nurhayati, Lilik. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII E MTsN Banyuwangi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2009/2010, www.fkip.untag-banyuwangi.ac.id (12 Februari 2014)

Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo. Yogyakarta. Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Rustaman, Nuryani, dkk. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sani, Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana.

Santoso, Budi. 2011. http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-berbasis-proyek-atau.html. diakses pada tanggal 16 April 2013 @ 15:31 WIB

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta


(6)

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudrajat,Akhmad.2008.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/13/pembelaja ran-tematik-di-kelas-awal-sekolah-dasar/ diakses pada tanggal 12 Februari 2014, @ 23:43 WIB.

______.2008.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/13/pembelajaran-tematik-di-kelas-awal-sekolah-dasar/ diakses pada tanggal 24 Februari 2014 @ 09.57 WIB

Supinah & Titik Sutanti. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika di SD. PPPPTK Matematika. Yogyakarta.

Suryosubroto, D. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta.

Kencana.

Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta. Kencana

Wahyuningsih, Tri. 2009. Penggunaan Model Project Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Memecahkan Soal-soal Cerita pada Mata Pelajaran Matematika Kelas I di SDN Nguling 01 Kecamatan Nguling

Kabupaten Pasuruan. Tersedia pada:

karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/1473. Diakses pada tanggal 21 April 2014 @ 22.00


Dokumen yang terkait

PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS IV C SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 80

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 68

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 70

MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA KELAS IV SULAIMAN SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 19 70

PENGGUNAAN METODE INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA KELOMPOK DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 8 63

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV A SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 75

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV A SD N 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

7 36 84

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77