PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, SIKAP INOVATIF DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMK TEKNOLOGI INDUSTRI SUBRAYON 2 MEDAN.

(1)

TESIS

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH, SIKAP INOVATIF DAN MOTIVASI

BERPRESTASI TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF

GURU DI SMK TEKNOLOGI INDUSTRI

SUBRAYON 2 MEDAN

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh:

MORIA

NIM: 081188130087

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

v ABSTRAK

MORIA. Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah,Sikap Inovatif,

dan Motivasi Berprestasi terhadap Komitmen Afektif Guru di SMK Teknologi Industri Sub-Rayon 2 Medan.

Tesis. Medan: Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana. UNIMED, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui: (1). pengaruh langsung persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap inovatif guru di SMK TI subrayon 2 Medan; (2) pengaruh langsung persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi berprestasi guru di SMK TI subrayon 2 Medan; (3) pengaruh langsung sikap inovatif terhadap motivasi berprestasi guru di SMK TI subrayon 2 Medan; (4) pengaruh langsung persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru guru di SMK TI subrayon 2 Medan; (5) pengaruh langsung sikap inovatif terhadap komitmen afektif guru di SMK TI subrayon 2 Medan; (6) pengaruh langsung motivasi berprestasi terhadap komitmen afektif guru di SMK TI subrayon 2 Medan.

Rumusan penelitian ini adalah: (1). Apakah persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah berhubungan langsung dengan sikap inovatif guru di SMK TI subrayon 2 Medan; (2) Apakah persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh langsung terhadap motivasi berprestasi guru di SMK TI subrayon 2 Medan; (3) Apakah sikap inovatif berpengaruh langsung terhadap motivasi berprestasi guru di SMK TI subrayon 2 Medan; (4) Apakah persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru di SMK TI subrayon 2 Medan; (5) Apakah sikap inovatif berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru di SMK TI subrayon 2 Medan; (6) Apakah motivasi berprestasi berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru di SMK TI subrayon 2 Medan.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, model yang digunakan adalah model analisis jalur atau hubungan sebab akibat, teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan inferensial. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru-guru SMK Teknologi Industri subrayon 2 Medan yang aktif bertugas pada tahun 2012/2013 yang berjumlah 133 orang, Sampel berjumlah 56 orang yang ditentukan dengan menggunakan stratifief random sampling atau pengambilan sampel secara acak. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket Instrument di uji validitas dengan Product Moment dengan tingkat penerimaan 95% atau pada taraf signifikan 0,05. Reliabilitas dihitung dengan rumus koefisien alpha (r11) diperoleh angket sebanyak 28 butir

yang valid dan reliabel dari 30 butir yang di validasi.

Data penelitian ini terlebih dahulu diuji normalitas distribusi variabelnya dengan rumus Lilifors, untuk menguji linieritas dan keberartian persamaan regresi diuji dengan analisis varians (ANAVA). Untuk menguji hipotesis digunakan analisis korelasi parsial jenjang pertama dan keberartiannya diuji dengan uji-t. Korelasi ganda diuji dengan analisis regresi ganda, homogenitas diuji dengan rumus Bartlett, uji independensi dilakukan dengan rumus Product Moment.

Hasil analisis regresi menyatakan bahwa seluruh variabel yang dihitung dianalisis dengan menggunakan uji F dan hasilnya menyatakan Fh > Ft. dari itu dapat dikatakan hasil

penelitian ini menjelaskan bahwa variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, sikap inovatif, dan motivasi berprestasi dapat dijadikan untuk meningkatkan komitmen afektif guru di SMK TI subrayon 2 Medan.

Saran kepada guru dan komponen yang terkait untuk berupaya meningkatkan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, sikap inovatif, dan motivasi berprestasi agar komitmen afektif guru semakin meningkat.


(4)

iv

ABSTRACT

MORIA. The Influence of the Perception of Teachers about Leadership of Headmaster,

Innovative Attitude and Motivation of Achievement to Teachers’ Affective Commitment in SMK Teknologi Industri sub-rayon 2 Medan. Thesis. Medan : Study Program Education Administration Post Graduates Program. UNIMED. 2013

Key words : Perception, Leadership, Innovative Attitude, Motivation to Achievement, Affective Commitment

This research was aimed to describe and know (1) direct infuence of teachers’s perception about leadership of headmaster to teachers’ innovative attitude at SMK TI subrayon 2 Medan; (2)direct influence of teachers’ perception about leadership of headmaster to teachers’motivation of achievement at SMK TI subrayon 2 Medan; (3) direct influence of innovative attitude to teachers’motivation of achievement at SMK TI subrayon 2 Medan; (4) direct influence of teachers’ perception about leadership of headmaster to teachers’ affective commitment at SMK TI subrayon 2 Medan; (5) direct influence of innovative attitude to teachers’ affective commitment at SMK TI subrayon 2 Medan; (6)direct influence of motivation of achievement to teachers’ affective commitment at SMK TI subrayon 2 Medan.

The formulation of the problems : (1) was teachers’s perception about leadership of headmaster directly related to teachers’ innovative attitude at SMK TI subrayon 2 Medan; (2)was teachers’ perception about leadership of headmaster directly related to teachers’motivation of achievement at SMK TI subrayon 2 Medan; (3) was innovative attitude directly related to teachers’motivation of achievement at SMK TI subrayon 2 Medan; (4) was teachers’ perception about leadership of headmaster directly related to teachers’ affective commitment at SMK TI subrayon 2 Medan; (5) was innovative attitude directly related to teachers’ affective commitment at SMK TI subrayon 2 Medan; (6)was motivation of achievement directly related to teachers’ affective commitment at SMK TI subrayon 2 Medan ?

This research used quantitative method, the model used path analysis model or cause and effect relationship, data analysis technique used descriptive and inferential. The population were all teachers at AMK TI subrayon 2 Medan who are actively teaching in 2012/2013 for 133 teachers. The samples were 56 teachers using stratified random sampling. Data collection technique used the instrument of questionnaire with validity using Product Moment and significance level 95% or 0,05. The reliability was calculated using alpha coefficient formula (r11) and it was found 28 questions were

valid and 30 questions were reliable.

The data of research was firstly tested using Lilifors formula to know the distribution of its variable normality, and to test the liniearity and signifiance of regression equation, it was tested with ANAVA ( analysis of varians). To test the hypothesis, it used first rank partial correlation and its significance was tested with t-test. Multiple correlation was tested using multiple regression analysis, homogenity was tested with Bartlett formula, and independency test was carried out using Product Moment formula.

The results of researh showed that all calculated variables were analysed using F-test and it was obtained Fh > Ft. It can be concluded that the variable of teachers’

perception about leadership of headmaster, innovative attitude, and motivation of achievement can be made to add teacher’s affective commitment at SMK TI subrayon 2 Medan.

It is suggested for the teachers and related parties to add the perception of teachers about leadership of headmaster, innovative attitude, and motivation of achievement in order to improve teachers’ affective commitment.


(5)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh karena berkat kasih dan anugrahNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul: Pengaruh Persepsi Guru Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah, Sikap Inovatif dan Motivasi Berprestasi terhadap Komitmen Afektif Guru SMK TI di Sub Rayon 2 Dinas Pendidikan Kota Medan. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi dalam menyelesaikan tesis ini. Dengan rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Muin Sibuea, M.Pd, Direktur Pascasarjana. Kepada yang terhormat Bapak Prof. Parlindungan Pangaribuan, MA., Ph.D. selaku pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk proaktif dan tetap bersemangat selama penyusunan tesis. Kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd. sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya kepada penulis dengan sepenuh hati. Penulis juga berterimakasih kepada yang terhormat Prof. Dr. Belferik Manulang, Prof. Dr. Milfayetti, M.Pd. dan Dr. Arif Rahman, M.Pd., sebagai narasumber yang telah memberikan banyak ilmu untuk kesempurnaan tesis ini. Penulis juga berterimakasih kepada yang terhormat Prof. Dr. Ibnu Hajar Damank, M.Si, Rektor Universitas Negeri Medan, Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta jajarannya yang telah berupaya meningkatkan situasi kondusif pada Program Pascasarjana Unimed. Penulis juga


(6)

vii

berterimakasih kepada yang terhormat Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd. dan Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd. sekretaris Prodi beserta jajarannya yzng telah menerima penulis, memperkenankan penulis menggunakan fasilitas kampus serta membantu, membimbing, dan memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Negeri Medan.

Demikian juga kepada seluruh dosen dan staf administrrasi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah banyak membekali penulis dengan berbagai teori dan ilmu pengetahuan saya ucapkan terima kasih. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih juga pada Bapak Drs. Pius Anjur Silalahi, M.Pd. yang senantiasa mendukung penulis untuk menyelesaikan tesis ini serta teman-teman mahasiswa Pascasarjana Program Studi Administrasi Pendidikan atas dukungan dan tetus memberi semangat dalam perkuliahan serta menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan hormat yang tidak terbatas kepada kedua orangtuaku Bapak Bental Sinuraya dan Ibu Ndobah Tarigan serta anakku tersayang Nikita Anastasya Ginting yang senantiasa memanjatkan doa dan memberi dukungan, selama penulis mengikuti pendidikan. Kiranya hasil penelitian ini dapat memberi sumbangsih dalam pengembangan sumberdaya manusia di Negara Republik Indonesia tercinta ini.

Medan, 29 Agustus 2013

MORIA


(7)

viii DAFTAR ISI

Hal

Abstrak ... iv

Abstrac ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 15

A. Kajian Teoretis ... 15

1. Komitmen Afektif ... 15

2. Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah 23

3. Sikap Inovatif ... 28

4. Motivasi Berprestasi ... 32

B. Penelitian Yang Relevan ... 36

C. Kerangka Berpikir ... 37

1. Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Sikap Inovatif ... 37

2. Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Motivasi Berprestasi ... 38

3. Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Komitmen Afektif Guru ... 39

4. Pengaruh Sikap Inovatif Terhadap Komitmen Afektif Guru ... 40


(8)

ix

5. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Komitmen

Afektif Guru ... 41

D. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

B. Metode Penelitian ... 44

C. Populasi dan Sampel ... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 46

D. Definisi Operasional ... 50

E. Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 52

F. Uji Coba Instrumen ... 54

G. Tehnik Analisis Data ... 57

BAB IV ANALISA DATA ... 63

A. Deskripsi Data Penelitian ... 63

B. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 68

C. Uji Persyaratan Analisis ... 71

D. Pengujian Hipotesis ... 80

E. Pengujian Kesesuaian Model ... 83

F. Temuan Penelitian ... 84

G. Pembahasan ... 87

H. Keterbatasan Penelitian ... 93

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ... 94

A. Simpulan ... 94

B. Implikasi ... 95

C. Saran ... 98

Daftar Pustaka ... 101


(9)

x

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Tiga Jenis Komitmen Organisasional ... 20

Tabel 3.1 Model Teoritik Variabel Penelitian ... 46

Tabel 3.2 Distribusi Jumlah Sampel ... 47

Tabel 3.3 Perhitungan Besar Sampel ... 48

Tabel 3.4 Penentuan Sampel Penelitian ... 49

Tabel 3.5 Indikator Variabel Komitmen Afektif Guru ... 52

Tabel 3.6 Indikator Variabel Persepsi Guru tentang Kepemiminan Kepala Sekolah ... 53

Tabel 3.7 Indikator Variabel Sikap Inovatif ... 53

Tabel 3.8 Indikator Variabel Motivasi Berprestasi ... 53

Tabel 4.1 Ringkasan Karakteristik Data Dari Setiap Variabel Penelitian ... 63

Tabel 4.2 Ditribusi Frekuensi Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 64

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Inovatif (X2) ... 65

Tabel 4.4 Ditribusi frekuensi Variabel Motivasi Berprestasi (X3) ... 66

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) .... 67

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 68

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Sikap Inovatif (X2) ... 69

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Motivasi Berprestasi (X3) ... 70

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) ... 70

Tabel 4.10 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi Motivasi Berprestasi (X3) atas Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 72

Tabel 4.11 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi Motivasi Berprestasi (X 3) atas Sikap Inovatif (X2) ... 72


(10)

xi

Tabel 4.12 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi Komitmen Afektif Guru (X4 ) atas Persepsi Guru tentang Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X1) ... 73

Tabel 4.13 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi Komitmen Afektif Guru (X4 ) atas Sikap Inovatif (X2) ... 74

Tabel 4.14 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi Komitmen Afektif Guru (X4 ) atas Motivasi Berprestasi (X3) ... 75

Tabel 4.15 Ringkasan Analiss Perhitungan Uji Normalitas Setiap Variabel Penelitian ... 76

Tabel 4.16 Hasil Homogenitas antar Variabel Penelitian ... 78

Tabel 4.17 Perhitungan Koefisien Korelasi antar Variabel Penelitian ... 79


(11)

xii

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1 Organizational commitment ... 12 Gambar 2.2 Model Teoritik Variabel Penelitian ... 30 Gambar 4.1 Histogram Distribusi Skor Variabel Persepsi Guru tentang

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)... 64

Gambar 4.2 Histogram Distribusi Skor Variabel Sikap Inovatif (X2) ... 65

Gambar 4.3 Histogram Distribusi Skor Variabel Motivasi Berprestasi (X3) ... 66

Gambar 4.4 Histogram Distribusi Skor Variabel Komitmen Afektif Guru (X4)... 67

Gambar 4.5 Hubungan Kausal Empiris Variabel X1, X2, dan X3


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1 Instrumen Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X1) ... 104

Lampiran 2 Instrumen Variabel Sikap Inovatif (X2) ... 106

Lampiran 3 Instrumen Variabel Motivasi Berprestasi (X3) ... 108

Lampiran 4 Instrumen Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) ... 110

Lampiran 5 Tabel Uji Instrumen Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 112

Lampiran 6 Tabel Uji Instrumen Variabel Sikap Inovatif (X2) ... 113

Lampiran 7 Tabel Uji Instrumen Variabel Motivasi Berprestasi (X3) ... 114

Lampiran 8 Tabel Uji Instrumen Variabel Komitmen Afektif Guru (X4)... 115

Lampiran 9 Perhitungan Validitas Angket Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 116

Lampiran 10 Perhitungan Validitas Variabel Sikap Inovatif (X2) ... 119

Lampiran 11 Perhitungan Validitas Variabel Motivasi Berprestasi (X3) . 121 Lampiran 12 Perhitungan Validitas Variabel Komitmen Afektif Guru (X4)... 123

Lampiran 13 Perhitungan Reliabilitas Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 125

Lampiran 14 Perhitungan Reliabilitas Variabel Sikap Inovatif (X2) ... 127

Lampiran 15 Perhitungan Reliabilitas Variabel Motivasi Berprestasi (X3)... 129

Lampiran 16 Perhitungan Reliabilitas Variabel Komitmen Afektif Guru (X3)... 131

Lampiran 17 Data Hasil Penelitian Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 133

Lampiran 18 Data Hasil Penelitian Variabel Sikap Inovatif (X2) ... 135

Lampiran 19 Data Hasil Penelitian Variabel Motivasi Berprestasi (X3) .. 137

Lampiran 20 Data Hasil Penelitian Variabel Komitmen Afektif Guru (X4)... 139


(13)

Lampiran 21 Data Ubahan Penelitian ... 141 Lampiran 22 Perhitungan Mean, Standar Deviasi, Modus, dan Median

dari Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 143

Lampiran 23 Perhitungan Mean, Standar Deviasi, Modus, dan Median dari Variabel Sikap Inovatif (X2)... 146

Lampiran 24 Perhitungan Mean, Standar Deviasi, Modus, dan Median dari Variabel Motivasi Berprestasi (X3) ... 149

Lampiran 25 Perhitungan Mean, Standar Deviasi, Modus, dan Median dari Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) ... 152

Lampiran 26 Identifikasi Tingkat Kecenderungan Ubahan Penelitian .... 155 Lampiran 27 Uji Kelinearan dan Keberartian Persamaan Regresi

Variabel Motivasi Berprestasi (X3) atas Variabel Persepsi

Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)... 158

Lampiran 28 Uji Kelinearan dan Keberartian Persamaan Regresi Variabel Motivasi Berprestasi (X3) atas Variabel Sikap

Inovatif (X2) ... 162

Lampiran 29 Uji Kelinearan dan Keberartian Persamaan Regresi Variabel Komitmen Afektif Guru (X4) atas Persepsi Guru

tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 166

Lampiran 30 Uji Kelinearan dan Keberartian Komitmen Afektif Guru (X4) atas Sikap Inovatif (X2) ... 171

Lampiran 31 Uji Kelinearan dan Keberartian Persamaan Regresi Komitmen Afektif Guru ( X4) atas Motivasi Berprestasi

(X3)... 175

Lampiran 32 Perhitungan Uji Normalitas Distribusi data Ubahan Penelitian ... 179 Lampiran 33 Perhitungan Uji Homogenitas ... 189 Lampiran 34 Perhitungan Koefisien Korelasi antar Variabel Penelitian . 199 Lampiran 35 Perhitungan Koefisien Jalur Variabel Penelitian ... 205 Lampiran 36 Perhitungan Uji Hipotesis ... 208 Lampiran 37 Perhitungan Uji Model Analisis Jalur ... 215


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi manusia merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dilaksanakan, sebab dengan proses pendidikan manusia akan dapat mengembangkan semua potensi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yaitu tercapai tingkat kedewasaan. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia, ilmu pengetahuan akan selalu diikuti sesuai dengan perkembangan jaman seperti yang dikemukakan oleh Mc Donald yang dikutip oleh Snelbecker (1974: 3).

Sekolah sebagai sistem adalah sekolah yang memberdayakan seluruh komponen yang ada di dalamnya secara terpadu, satu sama lain saling berkaitan erat dan mendorong kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan, antara lain input, proses, output, dan outcome (Depdiknas, 2007:5).

Pimpinan sekolah bertugas untuk menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, dalam arti menjadi semakin bermanfaat bagi sekolah itu sendiri dan bagi masyarakat luas penggunanya. Agar tugas dan tanggung jawab para pimpinan sekolah tersebut menjadi nyata, kiranya mereka perlu memahami, mendalami, dan menerapkan beberapa konsep ilmu manajemen yang dewasa ini telah dikembang-mekarkan oleh pemikir-pemikir dalam dunia bisnis. Manakala diperdalam secara sungguh-sungguh, kiranya konsep-konsep ilmu manajemen tersebut memiliki nilai (dalam arti values) yang tidak akan menjerumuskan dunia pendidikan kita ke arah bisnis yang dapat merugikan atau mengecewakan masyarakat luas penggunanya (Buchori, 1998:46).


(15)

2

Suatu keprofessionalnnya yang paling menonjol dari keprofessionalan suatu jabatan atau pekerjaan adalah kompetensi, keterampilan dan kemampuan seseorang untuk menjalankan segala tugas yang diemban profesinya. Guru sebagai bagian dari profesi maka dituntut kemampuan, ketarampilan dan kompetensi keguruannya. Tanggung jawab guru harus juga diterima oleh seluruh elemen masyarakat yang menggunakan anak didiknya. Oleh karena itu guru yang professional adalah mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap hasil kerjanya, tentunya akan melaksanakan tugas yang diembannya sesuai dengan tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan guru yang baik bukan hanya yang datang ke kelas, kemudian memberi tugas yang banyak kepada anak didiknya lalu pulang. Tapi guru yang baik adalah dan guru yang dapat menjadikan suritauladan bagi anak didiknya guru dan dapat mentransfer seluruh ilmu yang ada pada dirinya untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan (Roestiyah 1989:4).

Namun kenyataannya pendidikan masih tetap bermasalah. Hal ini dilihat dari pengamatan UNICEF tahun 2008 yang menyatakan bahwa tantangan yang muncul pada pendidikan adalah kualifikasi guru, metode mengajar yang efektif, manajemen sekolah, dan keterlibatan masyarakat dalam pendidikan. Data dari

United National Development Project (UNDP) tahun 2008 menyatakan, mutu

Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia berada di urutan 109, dibandingkan dengan Brunai ke-27, Singapura ke-28, Malaysia ke-63, Thailand ke-81 dan Srilanka ke-104, Data ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih rendah (http:hdr. Undp.org/en/statistics). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang PDIP pada tahun 2007 menyatakan


(16)

3

bahwa presentasi guru yang layak sesuai dengan profesinya adalah sebagai berikut: guru SMA 67,1%, guru SMP 64,1%, dan guru SD sebesar 50,7%. Hal ini menandai rata keseluruhan guru, mulai dari guru SD, SMP, dan SMA rata-rata 60,6% yang layak dan 39,4% belum profesional atau belum layak menjadi guru. Oleh karena itu mutu pendidikan perlu diperbaiki dengan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru. Tugas guru tidak akan berjalan dengan baik tanpa memperhatikan faktor-faktor, yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas.

Berdasarkan hasil observasi empirik Pendidikan Menengah Kejuruan (Kurikulum SMK, 2004:1), mengindikasikan bahwa sebagian besar lulusan pendidikan kejuruan kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan maupun perkembangan ilmu dan teknologi, sulit untuk bisa dilatih kembali, dan kurang bisa mengembangkan diri. Studi juga memperoleh gambaran, bahwa sebagian lulusan SMK tidak bisa diserap di lapangan kerja karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (dalam Renstra PMK 2005-2009, 2006:9), setiap tahun sekitar 52,16% tamatan pendidikan kejuruan tidak dapat diserap pasar kerja, diakibatkan kompetensi tamatan kurang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha dan industri, kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja.

Pada saat ini, terdapat kecenderungan bahwa penyebab rendahnya kualitas kompetensi para peserta didik diakibatkan belum optimalnya kinerja para guru produktif. Diduga guru produktif belum mampu menganalisis, merencanakan, dan


(17)

4

menyajikan materi kompetensi yang ada dalam kurikulum ke dalam proses pembelajaran teori maupun praktek (Dikmenjur, 2004 :15).

Dalam pendidikan kejuruan, untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh dunia usaha dan industri serta asosiasi profesi, subtansinya dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokkan menjadi program normatif, adaptif, dan produktif. Program normatif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh dan memiliki norma-norma sosial. Program adaptif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan program produktif adalah kelompok mata diklat membekali peserta didik memiliki kompetensi kerja sesuai dengan standar kompetensi di pasar kerja. Ketiga program ini merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk mengembangkan potensi peserta didik. Sedangkan dalam proses pembelajarannya hampir 70% alokasi waktu adalah untuk program produktif yang didapat dari sekolah maupun dari dunia usaha/industri, melalui program pendidikan sistim ganda (dual system). Oleh karena itu, indikator keberhasilan lulusan dan pendidikan kejuruan adalah merupakan gambaran dan hasil kinerja guru produktif, tanpa mengesampingkan kinerja guru normatif dan adaptif.

Guru produktif memiliki peranan yang strategis dalam pencapaian kualitas pendidikan kejuruan, namun dinilai belum melaksanakan tugas profesinya sebagai jabatan profesional. Guru produktif yang memiliki peran ganda yaitu sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pelatih/instruktur, harus mampu merancang program pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran teori dan praktek untuk


(18)

5

mencapai standar kompetensi minimal yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan kejuruan.

Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia usaha selalu membawa dampak perubahan terhadap kurikulum pendidikan kejuruan, hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang selalu berorientasi pasar kerja. Guru produktif sebagai pelaku perubahan dituntut memiliki sikap kepekaan yang tinggi terhadap perubahan tersebut. Tidak bisa dielakkan bahwa perubahan (inovasi) akan terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu sikap keterbukaan untuk menerima dan melakukan inovasi merupakan langkah awal dalam nenumbuhkembangkan kreativitas yang pada akhirnya meningkatkan kinerja.

Profesionalitas dan kualitas kerja para guru merupakan salah satu faktor penting yang sangat dibutuhkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan dalam bidang pendidikan. Profesionalitas dan kualitas kerja guru merupakan indikasi dari adanya komitmen guru terhadap sekolah sebagai suatu organisasi tempatnya mengajar. Sehingga dapat dikatakan seorang guru yang memiliki komitmen terhadap sekolah (organisasi) tempatnya mengajar akan berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai organisasi dengan sepenuh hati demi kemajuan organisasinya.

Namun berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada umumnya guru produktif masih menyajikan materi pembelajaran secara tradisional, belum memiliki program pembelajaran yang terencana seperti: modul, analisis kebutuhan alat dan bahan, standar kompetensi, sistim penilaian dan program tindak lanjut hasil penilaian. Akibatnya sering ditemukan guru produktif menyuruh peserta


(19)

6

didik menyalin materi pelajaran di papan tulis, masuk ke ruang praktek tanpa program yang jelas, pelaksanaan praktek hanya bersifat simulasi dan belum adanya validasi kurikulum antara pihak sekolah dengan dunia usaha dan industri yang menjadi institusi pasangan dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda. Artinya kurikulum selalu disempurnakan baik materi kompetensi maupun metode pendekatan pembelajaran, akan tetapi tidak diikuti dengan perubahan perilaku dalam penerapan inovasi yang terkandung dalam kurikulum tersebut.

Sejalan dengan tuntutan paradigma perubahan dalam pendidikan kejuruan yang selalu disesuaikan dengan perkembangan di dunia usaha dan industri, kepala sekolah harus mampu memberi dorongan yang kuat kepada guru untuk menerima perubahan tersebut. Penerimaan akan perubahan tersebut adalah tercermin dalam diri kepala sekolah melalui sistem kepemimpinan yang diterapkan.

Dalam kenyataan kepala sekolah hanya melaksanakan tugas sehari-harinya masih bersifaf rutinitas, terkait dengan pelaksanaan administrasi, jadwal mengajar, pembuatan laporan dan peraturan yang sifatnya kaku, belum memiliki program kerja yang disusun bersama dengan guru, dan minimnya hubungan kerjasama dengan dunia usaha dan industni. Dengan demikian ada kesan kepala sekolah sebagai faktor penghalang dalam perubahan yang pada akhinya memiliki pengaruh negatif tethadap kinerja guru (P3GT Sawangan Bogor, 2003:5).

Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen guru, antara lain persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dapat berpengaruh terhadap komitmen guru. Persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah yaitu tanggapan atau daya memahami seorang guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi guru-guru untuk mencapai tujuan sekolah. Menurut Husaini


(20)

7

(2008:275) kepemimpinan ialah ilmu dan seni mempengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Dalam temuannya Lubis (2007) menyatakan terdapat hubungan komitmen organisasi dan pengetahuan manajemen dengan kinerja kepala sekolah dengan korelasi 0,540. Dari temuan tersebut dapat dilihat bahwa ada pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru dalam organisasi sekolah.

Sikap inovatif dapat dipengaruhi oleh persepsi guru terhadap kualitas kepemimpinan kepala sekolah, hal ini dinyatakan oleh Lubis (2005) yang melakukan penelitian tentang kinerja guru yang mengatakan bahwa sikap inovatif menentukan tinggi rendahnya kinerja guru dalam pelaksanaan operasional di sekolah. Semakin tinggi tingkat sikap inovatif guru, semakin tinggi pula kinerja guru dalam pelaksanaan operasional di sekolah. Dan untuk itu kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dalam organisasi sekolah harus menggerakkan guru untuk bersikap inovatif.

Menurut Kenneth (dalam Rosyanda, 2004:141), sikap memiliki kecakapan indikator yang dapat dijadikan ukuran yaitu penerimaan, tanggapan, penanaman nilai, pengorganisasian nilai-nilai, dan karakteristik kehidupan. Sedangkan inovasi menurut Sherwood (2005:1) adalah menemukan (membawa) sesuatu gagasan yang baru. Proses inovasi memerlukan beberapa tahapan yaitu: pengajuan gagasan, evaluasi, dan implementasi. Menurut Winardi (2000:167), inovasi senantiasa perlu dimasukkan ke dalam fungsi manajemen. Inovasi terdiri dari tindakan-tindakan mengembangkan cara-cara baru yang lebih baik untuk melaksanakan pekerjaan.


(21)

8

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap inovatif adalah wujud keberanian untuk memilih dan mengajukan suatu gagasan baru, serta mampu mempertahankannya lewat argumentasi-argumentasi yang bertanggungjawab, kukuh dan bernalar atau dapat diterima akal.

Berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa penelitian dan pendapat ahli tersebut ditemukan bahwa secara empiris, terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi komitmen afektif guru. Keadaan ini menunjukkan bahwa berbagai variabel memberi pengaruh terhadap komitmen afektif guru, sehingga dalam melakukan penelitian tentang komitmen afektif guru, peneliti mendapatkan peluang yang sangat besar untuk menentukan variabel-variabel lain yang akan diuji, terutama dalam menjelaskan, memprediksi dan menemukan alternatif dari fenomena-fenomena permasalahan komitmen afektif guru.

Tuntutan untuk meningkatkan kemampuan guru melaksanakan tugasnya secara lebih baik didukung dengan kondisi atau fenomena yang ditemukan di kalangan guru (Prayitno, 2008) secara umum antara lain :

1. Masih adanya guru yang lebih senang menggunakan suatu produk pembelajaran yang bersifat “instan”, fotocopy, “copy-paste” silabus, RPP, media pembelajaran dari sesama guru atau dari internet yang belum tentu sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran yang diasuhnya, daripada berlatih mendesain sendiri, dimana hal tersebut sebagai petunjuk belum teraktualisasinya kompetensi guru.

2. Masih adanya guru yang lebih senang dan bangga menjadi satu-satunya sumber belajar di kelas tanpa berpikir perlunya menciptakan iklim interaksi dengan siswa dan antarsiswa. Menjadi satu-satunya sumber


(22)

9

materi dengan siswa sebagai peserta didik duduk tenang tanpa perlawanan, juga menjadi kebanggaannya. Padahal keterlibatan peserta didik dalam proses pembalajaran merupakan conditio sine qua non atau mutlak dilakukan.

3. Masih adanya guru yang lebih senang menggunakan “ancaman” untuk mengingatkan peserta didik agar memperhatikan uraiannya daripada menerapkan teknik-teknik profesional mengaktifkan siswa berbekal pengalaman mereka saat dididik menjadi guru atau pengalaman mengikuti berbagai seminar, workshop atau pelatihan tentang pembelajaran pakem. 4. Juga terlihat adanya guru yang masih asing bahkan sinis terhadap inovasi

atau melakukan inovasi dalam pembelajaran, mereka lebih suka menganggukkan kepala tanda setuju, setuju tanpa memikirkan secara mendalam makna anggukan kepala tersebut serta tidak adanya keinginan untuk melakukan upaya inovasi meski sesedehana apapun. Gurupun seakan merasa kebingungan ketika datang suatu ide perubahan tanpa mencerna terlebih dahulu makna perubahan tersebut, dan pada gilirannya apriori dan skeptis terhadap ide perubahan itu.

5. Masih adanya guru yang lebih senang menyimpan alat peraga secara rapi di lemari daripada memanfaatkan alat peraga tersebut guna kepentingan proses pembelajaran. Padahal guru sudah belajar tentang teori perkembangan kognitifnya Piaget dan telah memahami sejak dari dulunya, bahwa pembelajaran dengan alat peraga lebih bermakna daripada pembelajaran tanpa alat peraga.


(23)

10

6. Masih adanya guru yang tidak mau belajar membuat karya ilmiah dan lebih senang dengan pilihan golongan kepegawaiannya tetap mentok di IV/a, sehingga merasa sudah aman atau bebas administrasi.

7. Ada juga guru yang senang menggunakan peserta didiknya sebagai objek “les privat” dengan memberikan perhatian khusus bagi peserta didik yang mengikuti les privatnya.

Berbagai variabel yang mempengaruhi komitmen afektif guru baik secara empiris maupun konseptual dapat digunakan untuk memahami, memprediksi dan menemukan alternatif fenomena permasalahan komitmen guru. Seperti studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari 2011 yang lalu di sub rayon 2 SMK TI Medan yang terdiri dari sembilan sekolah yaitu SMK Negeri 2 Medan, SMK Swasta Multi Karya Medan, SMK Swasta Dharma Bakti 2 Medan, SMK Swasta Karya Agung Medan, SMK Swasta Indonesia Membangun 1, SMK Swasta Medan Area 2, SMK Swasta Panca Budi 1 Medan, SMK Swasta Parulian 3 Medan, dan SMK Swasta Penerbangan Angkasa Medan, melalui pengamatan hasil yang diperoleh sekolah tersebut mengalami masalah komitmen afektif guru.

Beberapa fenomena menunjukkan antara lain masih adanya guru yang terlambat datang ke sekolah dan tidak segera masuk ke dalam kelas untuk mengajar walaupun bel masuk sudah berbunyi. Tanggung jawab kerja guru masih rendah, ditunjukkan dengan masih ada guru yang belum menyusun sendiri silabus dan program pembelajaran yang cenderung hanya dengan menyalin dari pekerjaan guru lainnya. Selain itu dalam hal melaksanakan program pembelajaran masih ditemukan guru mengajar tidak sesuai dengan program yang telah disusun, dapat dilihat dari guru yang masuk ke dalam kelas tanpa membawa buku program pembelajaran. Koreksi terhadap tugas-tugas pekerjaan siswa belum berjalan


(24)

11

sebagaimana mestinya, ditambah lagi keinginan berprestasi guru masih rendah dan kurang dalam mengembangkan diri, dilihat dari adanya guru yang tidak memanfaatkan waktu luang untuk mempelajari hal-hal peningkatan kompetensi diri dalam mengikuti perkembangan jaman yang selalu berubah dan berkembang.

Memahami fenomena di sub rayon 2 SMK TI Medan ini dapat dilakukan eksplorasi terhadap beberapa variabel, yang mempengaruhi komitmen afektif guru baik secara empiris dan konseptual, sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, diduga ketiga variabel yaitu persepsi guru dalam kepemimpinan kepala sekolah, sikap inovatif, dan motivasi berprestasi berpengaruh terhadap komitmen afektif guru. Jika dugaan ini teruji maka konsep tentang hubungan keempat variabel ini dapat digunakan untuk menjelaskan, meramalkan, dan menemukan alternatif terhadap fenomena masalah komitmen afektif guru di sekolah tersebut. Beranjak dari pemikiran ini maka direncanakan suatu penelitian yang berjudul: “Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Sikap Inovatif Dan Motivasi Berprestasi terhadap Komitmen Afektif Guru Di SMK TI Subrayon 2 Medan”.

B. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan beberapa hal yang telah dikemukakan dalam bagian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi sebagai masalah yang berhubungan dengan komitmen afektif guru. Hal ini mengundang sejumlah pertanyaan tentang ditemukannya kesenjangan pada komitmen afektif guru tersebut. Di antaranya adalah apakah variabel-variabel sebagai berikut: persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, sikap inovatif, dan motivasi berprestasi berpengaruh terhadap komitmen afektif guru? Apakah persepsi guru tentang kepemimpinan


(25)

12

kepala sekolah dan sikap inovatif berpengaruh terhadap motivasi berprestasi guru? Apakah persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi berpengaruh terhadap sikap inovatif? Mengapa setiap model mengemukakan model variabel yang berbeda satu dengan lainnya? Model manakah yang lebih komprehensif dalam mejelaskan komitmen afektif guru?

C. Pembatasan Masalah

Mencermati beragamnya variabel yang diduga mempengaruhi komitmen afektif guru yang telah diidentifikasi pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada pembahasan terhadap variabel yang berhubungan dengan komitmen afektif guru yaitu variabel: persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, sikap inovatif, dan motivasi berprestasi. Pembatasan masalah ini bukan berarti mengabaikan pengaruh faktor lain akan tetapi lebih pada pertimbangan fenomena awal dan kemampuan peneliti yang belum memungkinkan untuk meneliti keseluruhan variabel.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah seperti diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan atas:

1. Apakah persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh langsung terhadap motivasi berprestasi guru?

2. Apakah sikap inovatif berpengaruh langsung terhadap motivasi berprestasi guru?

3. Apakah persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru?.


(26)

13

4. Apakah sikap inovatif berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru?

5. Apakah motivasi berprestasi berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh langsung terhadap motivasi berprestasi.

2. Untuk mengetahui sikap inovatif berpengaruh langsung terhadap motivasi berprestasi

3. Untuk mengetahui persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru.

4. Untuk mengetahui sikap inovatif berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru.

5. Untuk mengetahui motivasi berprestasi berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang baik untuk:

1. Secara teoritis

a. Memberi informasi untuk pengembangan model manajemen terutama pada perilaku organisasi di institusi pendidikan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran.


(27)

14

b. Memberi sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi kepala sekolah, guru, pengelola, pengembang, lembaga pendidikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah, sikap inovatif, dan motivasi berprestasi berpengaruh terhadap komitmen afektif guru.

2. Secara praktis

a. Bagi para guru dapat memberi manfaat dalam pengembangan diri, hal ini penting karena dengan mengetahui sebab-sebab dan cara-cara meningkatkan komitmen afektif guru dapat meningkatkan kualitas kompetensi sehingga akan meningkat output pendidikan yang diselenggarakan di sub rayon SMK TI Medan.

b. Bagi Kepala Sekolah sebagai otoritas pengambil keputusan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan, terutama yang berhubungan dengan kepemimpinan, sikap inovatif dan motivasi berprestasi.

c. Bagi para stake holders dan pihak-pihak yang yang terkait termasuk dinas pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan hal-hal yang menyangkut komitmen afektif guru.

d. Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan dapat dikembangkan dengan variabel-variabel yang berbeda dan lebih kompleks.


(28)

94 BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

1. Secara Deskriptip

a. Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMK TI sub rayon 2 Medan adalah termasuk dalam kategori kurang baik.

b. Sikap Inovatif Guru di SMK TI sub rayon 2 Medan adalah termasuk dalam kategori cukup baik.

c. Motivasi Berprestasi Guru di SMK TI sub rayon 2 Medan adalah termasuk dalam kategori kurang memiliki motivasi untuk berprestasi. d. Komitmen Afektif Guru di SMK TI sub rayon 2 Medan adalah

termasuk dalam kategori cukup memiliki komitmen afektif.

2. Secara Inferensial

a. Terdapat pengaruh langsung antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi berprestasi guru di SMK TI sub rayon 2 Medan sebesar 46,6%, dan sisanya sebesar 53,4% diluar persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, hal ini menandakan semakin tinggi persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi guru di SMK TI sub rayon 2 Medan

b. Terdapat pengaruh langsung antara sikap inovatif terhadap motivasi berprestasi guru di SMK TI sub rayon 2 Medan sebesar 41,7%, dan sisanya sebesar 58,3% diluar sikap inovatif, hal ini menandakan


(29)

95

semakin tinggi sikap inovatif, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi guru di SMK TI sub rayon 2 Medan.

c. Terdapat pengaruh langsung antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru di SMK TI sub rayon 2 Medan sebesar 28,6%, dan sisanya sebesar 71,4% diluar persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, hal ini menandakan semakin tinggi persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, maka semakin tinggi pula komitmen afektif guru di SMK TI sub rayon 2 Medan.

d. Terdapat pengaruh langsung antara sikap inovatif guru terhadap komitmen afektif guru di SMK TI sub rayon 2 Medan sebesar 28,5%, dan sisanya sebesar 71,5% diluar sikap inovatif guru, hal ini menandakan semakin tinggi sikap inovatif guru, maka semakin tinggi pula komitmen afektif guru di SMK TI sub rayon 2 Medan.

e. Terdapat pengaruh langsung antara motivasi berprestasi guru terhadap komitmen afektif guru di SMK TI sub rayon 2 Medan sebesar 29,2%, dan sisanya sebesar 70,8% diluar motivasi berprestasi guru, hal ini menandakan semakin tinggi motivasi berprestasi guru, maka semakin tinggi pula komitmen afektif guru di SMK TI sub rayon 2 Medan.

B. Implikasi

Dari hasil dan kesimpulan penelitian, maka diberikan upaya-upaya sebagai implikasi penelitian sebagai berikut:

1. Upaya peningkatan komitmen afektif guru melalui peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah.


(30)

96

Kepala sekolah perlu membangun terciptanya persepsi yang baik dari guru melalui perilaku dan sikapnya dalam memimpin bawahan dalam hal ini sebagai guru, karena persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah yang baik akan meningkatkan keyakinan dan kepatuhan guru terhadap atasannya dengan demikian komitmen afektif guru akan semakin baik atau meningkat.

2. Upaya peningkatan komitmen afektif guru melalui peningkatan sikap inovatif.

Sebagai seorang guru perlu meningkatkan sikap inovatif ketika melaksanakan tugasnya mengajar. Guru Lebih terbuka, imajinatif dan lebih bertanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya di sekolah. Karena guru yang memiliki skap inivatif akan dapat meningkatkan komitmen afektifnya, dimana guru yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan lebih serius dan mencintai pekerjaannya.

3. Upaya peningkatan komitmen afektif guru melalui peningkatan motivasi berprestasi.

Sebagai seorang guru perlu membangun motivasi berprestasi dalam dirinya. Guru yang memiliki motivasi berprestasi yang lebih baik akan dapat meningkatkan komitmen afektifnya. Guru yang memiliki motivasi berprestasi akan lebih serius untuk bekerja, menjadikan dirinya lebih unggul dari yang lain dan lebih menghargai waktu ketika. Guru yang memiliki motivasi berprestai lebih senang melakukan, studi banding, mengikuti seminar atau lokakarya, berdiskusi dengan teman yang lain dan berusaha mencari informasi-informasi terbaru serta mau melanjutkan jenjang studi yang lebih tinggi.


(31)

97

4. Upaya peningkatan motivasi berprestasi guru melalui peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah.

Persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dapat mempengaruhi motivasi berprestasi guru itu. Bila persepsi guru kurang baik terhadap kepemimpinan kepala sekolah kurang baik dapat menngurangi motivasi berprestasi guru itu atau sebaliknya, motivasi berprestasi guru akan meningkat bila persepsinya terhadap kepemimpinan kepala sekolah semakin baik. Oleh karena itu persepsi guru terhadap kepemimpnan kepala sekolah perlu dibangun melaui perilaku dan sikap kepemimpinan kepala sekolah yang lebig baik lagi. Kepala sekolah perlu memperbaiki diri dengan menunjukkan rasa keadilan, kejujuran keterbukaan dan menghargai guru. Bila hal ini terjadi akan dapat meningkatkan persepsi guru tentang kepemimpinannya dengan demikian motivasi berprestasi gurunya akan semakin meningkat pula.

5. Upaya peningkatan motivasi berprestasi guru melalui peningkatan sikap inovatif.

Guru perlu mengembangkan sikap inovatif yang lebih terbuka lagi ketika melakukan pekerjaan dalam hal ini melakukan proses pembelajaran. Sikap inovatif yang lebih terbuka dan lebih maju akan menjadikan motivasi berprestasi lebih baik lagi. Melalui ide-ide yang lebih cemerlang, memilih metode, dan strategi pembelajaran yang tepat, dan membuat alat peraga yang terbaru akan menunjukkan sikap inovatif yang maju. Dengan demikian motivasi berprestasi guru juga akan semakin baik pula.


(32)

98

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, maka disarankan: 1. Dinas Pendidikan tentang :

a. Persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, sebaiknya Dinas Pendidikan membangun persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah melaui pemilihan kepala sekolah yang tepat dan yang berprestasi untuk ditempatkan di sekolah, bukan mengangkat kepala sekolah melalui karena kedekatan, pemberian imbalan atau karena hubungan famili.

b. Sikap inovatif, sebaiknya Dinas Pendidikan menunjukkan kepedulian terhadap guru yang memiliki sikap inovatif yang lebih baik dengan melalui penilaian dan pengamatan memilih guru yang lebih maju bersikap inovatif memberikan penghargaan sehingga guru terus mau untuk meningkatkan karya-karyanya yang lebih inovatif.

c. Motivasi Berprestasi, sebaiknya Dinas Pendidikan memperhatikan guru yang memiliki motivasi berprestasi, dengan mengutamakan guru yang memiliki motivasi berpresatsi untuk dipromosikan ke jabatan yang lebih baik atau memberikan kemudahan untuk naik pangkat. 2. Kepala Sekolah tentang:

a. Persepsi guru tentang kepala sekolah, sebaiknya kepala sekolah menunjukkan sikap dan perilaku yang baik kepada guru misalnya dalam mengambil keputusan, berlaku adil, jujur dan terbuka.

b. Sikap inovatif, sebaiknya kepala sekolah menunjukkan kepedulian dan memberikan penghargaan kepada guru yang memiliki sikap


(33)

99

inovatif yang lebih baik, misalnya memberikan kemudahan untuk naik pangkat atau golongan, dan mempromosikannya, serta memberikan penghargaan.

c. Motivasi berprestasi, sebaiknya kepala sekolah memberikan dorongan yang kuat kepada guru-guru agar guru mau dan berusaha untuk terus meningkatkan prestasinya dengan memperhatikan kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang ketercapaian prestasi guru-guru yang maksimal.

3. Guru tentang :

a. Persepsi guru tentang kepala sekolah, sebaiknya guru jangan selalu berpersepsi negatif tentang kepemimpinan kepala sekolah sebab persepsi seeorang baik terhadap pemimpinnya, maka dia akan berperilaku positip dan bersikap lebih baik terhadap pekerjaanya. b. Sikap Inovatif, sebaiknya guru perlu menumbuhkan sikap inovatifnya

lebih terbuka ketika melakukan pekerjaan, sebab ide-ide yang cemerlang yang diciptakan oleh guru akan menjadikan keberhasilan terhadap siswanya dan semakin bergiat untuk mengikuti pembelajaran. Guru yang mempunyai sikap inovatif akan tercermin dalam pengetahuan/pengalarnan, respon terhadap inovasi, dan kreatif yaitu kemampuan dalam pemecahan masalah dan imajinasi.

c. Motivasi Berprestasi, sebaiknya guru memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai keberhasilan yang terbaik sesuai standar yang ditelah ditetapkan demi kesuksesan tugasnya sebagai guru dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan.


(34)

100

4. Peneliti lain, yaitu supaya dapat menjadi bahan pertimbangan baginya dalam mengembangkan penelitian tentang bagaimana meningkatkan Komitmen Afektif Guru diluar variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Sikap Inovatif, dan Motivasi Berprestasi Guru.


(35)

101 DAFTAR PUSTAKA

Allen, N.J., & Meyer, J.P. 1990. The measurement and antecedents of

affective,continuance, and normative commitment to organization. Journal of occupational.

Blanchard, H., 1988, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta : Erlangga

Buchori, Mochtar, 1994 Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam

Renungan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Cochran, Wiliam, G. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Penerjemah Rudiansyah, Jakarta: Ul-Press.

Colquit Jason A., Jeffry A.LePine, Michael J.Wesson. 2009. Organizational

Behavior: Improving performance and commitment in the workplace.

New York: the McGraw-Hill Companies.

Davis, Keith and Newstron John W. 1993. Organization Behavior; Human

Behavior at Work. USA: McGraw-Hill Companies, Inc.

Gibson, dkk, 1997. Organisasi, Jakarta : Erlangga.

Greenberg, J., & Baron, R.A. (1993). Behavior in organizations: Understanding and

managing the human side of work (5th Ed.), Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

Dikmenjur, 2004, Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Husaini, Usman .2008. Manjemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Juniman, 2009. Hubungan antara komitmen organisasi dan motivasi kerja dengan kinerja guru. Tesis. Medan: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

Kusnendy, 2005. Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS &

Lisre 8. Bandung : UPI.

Lubis, 2007. Hubungan komitmen organisasi dan pengetahuan manajemen dengan kinerja kepala sekolah. Medan: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

Luthans, Fred. 2003. Organizational Behavior. New York: McGraw Hill Book Company.


(36)

102 Mowday, R.T., Porter, L.W., & Steers, R.M. (1982). Employee-organization

linkages: The psychology of commitment, absenteeism, and turnover. New

York: Academic Press.

Renstra, 2006, Pendidikan Menengah Kejuruan.

Rhoades, L., EIsenberger, R.,& Armeli, S. 2001. Affective Commitment to Organization: The Contribution of Perceived Organizational Support.

Journal of Applied Psychology. 86. 5. 825-836

Robbins Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi. Indonesia: Macanan Jaya Cemerlang.

Robbins Stephen P., Timothy A. Judge. 2009. Orgnizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Roestiyah, NK, 1989, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara. Schultz,O.P. & Ellen,S. 1994. Psychology at Work Today. An introduction to

Industrial and Organizational Psychology. New York : Mac Millan

Publising Company.

Schatz, K. And Schatz L. 1995. Managing by Influence. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sopiah, 2000. Perilaku Organisasional, Bandung :ANDI. Sudjana, 1989. Statistika, Tarsito: Bandung.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Tanjung, 2007. Hubungan motivasi kerja dan kemampuan manajemen kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Tesis. Medan: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

Tarihoran, Awan. 2009. Hubungan Perilaku Kepemimpinan dan Motivasi Kerja kepala Sekolah dengan Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran di SMPN Kabupaten Taput. Tesis, Medan: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

Tjiptono., 2000. Manajemen jasa, Edisi Pertama. Andi offset, Yogyakarta.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: Sinar Grafika.


(37)

103 Wesson, J.Michael, Colquit, Jason A, Jeffry A.LePine, 2009. Organizational

Behavior : Improving performance and commitment in the workplace.

Newyork : the McGraw-Hill Companies.

Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yukl, Gary. 2007. Kepemimpinan dalam organisasi. Jakarta : Indeks: Website: http:hdr.undp.org/en/statistics/


(1)

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, maka disarankan: 1. Dinas Pendidikan tentang :

a. Persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, sebaiknya Dinas Pendidikan membangun persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah melaui pemilihan kepala sekolah yang tepat dan yang berprestasi untuk ditempatkan di sekolah, bukan mengangkat kepala sekolah melalui karena kedekatan, pemberian imbalan atau karena hubungan famili.

b. Sikap inovatif, sebaiknya Dinas Pendidikan menunjukkan kepedulian terhadap guru yang memiliki sikap inovatif yang lebih baik dengan melalui penilaian dan pengamatan memilih guru yang lebih maju bersikap inovatif memberikan penghargaan sehingga guru terus mau untuk meningkatkan karya-karyanya yang lebih inovatif.

c. Motivasi Berprestasi, sebaiknya Dinas Pendidikan memperhatikan guru yang memiliki motivasi berprestasi, dengan mengutamakan guru yang memiliki motivasi berpresatsi untuk dipromosikan ke jabatan yang lebih baik atau memberikan kemudahan untuk naik pangkat. 2. Kepala Sekolah tentang:

a. Persepsi guru tentang kepala sekolah, sebaiknya kepala sekolah menunjukkan sikap dan perilaku yang baik kepada guru misalnya dalam mengambil keputusan, berlaku adil, jujur dan terbuka.

b. Sikap inovatif, sebaiknya kepala sekolah menunjukkan kepedulian dan memberikan penghargaan kepada guru yang memiliki sikap


(2)

inovatif yang lebih baik, misalnya memberikan kemudahan untuk naik pangkat atau golongan, dan mempromosikannya, serta memberikan penghargaan.

c. Motivasi berprestasi, sebaiknya kepala sekolah memberikan dorongan yang kuat kepada guru-guru agar guru mau dan berusaha untuk terus meningkatkan prestasinya dengan memperhatikan kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang ketercapaian prestasi guru-guru yang maksimal.

3. Guru tentang :

a. Persepsi guru tentang kepala sekolah, sebaiknya guru jangan selalu berpersepsi negatif tentang kepemimpinan kepala sekolah sebab persepsi seeorang baik terhadap pemimpinnya, maka dia akan berperilaku positip dan bersikap lebih baik terhadap pekerjaanya. b. Sikap Inovatif, sebaiknya guru perlu menumbuhkan sikap inovatifnya

lebih terbuka ketika melakukan pekerjaan, sebab ide-ide yang cemerlang yang diciptakan oleh guru akan menjadikan keberhasilan terhadap siswanya dan semakin bergiat untuk mengikuti pembelajaran. Guru yang mempunyai sikap inovatif akan tercermin dalam pengetahuan/pengalarnan, respon terhadap inovasi, dan kreatif yaitu kemampuan dalam pemecahan masalah dan imajinasi.

c. Motivasi Berprestasi, sebaiknya guru memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai keberhasilan yang terbaik sesuai standar yang ditelah ditetapkan demi kesuksesan tugasnya sebagai guru dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan.


(3)

4. Peneliti lain, yaitu supaya dapat menjadi bahan pertimbangan baginya dalam mengembangkan penelitian tentang bagaimana meningkatkan Komitmen Afektif Guru diluar variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Sikap Inovatif, dan Motivasi Berprestasi Guru.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, N.J., & Meyer, J.P. 1990. The measurement and antecedents of affective,continuance, and normative commitment to organization. Journal of occupational.

Blanchard, H., 1988, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta : Erlangga

Buchori, Mochtar, 1994 Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam Renungan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Cochran, Wiliam, G. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Penerjemah Rudiansyah, Jakarta: Ul-Press.

Colquit Jason A., Jeffry A.LePine, Michael J.Wesson. 2009. Organizational Behavior: Improving performance and commitment in the workplace. New York: the McGraw-Hill Companies.

Davis, Keith and Newstron John W. 1993. Organization Behavior; Human Behavior at Work. USA: McGraw-Hill Companies, Inc.

Gibson, dkk, 1997. Organisasi, Jakarta : Erlangga.

Greenberg, J., & Baron, R.A. (1993). Behavior in organizations: Understanding and managing the human side of work (5th Ed.), Upper Saddle River, NJ: Prentice

Hall.

Dikmenjur, 2004, Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Husaini, Usman .2008. Manjemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Juniman, 2009. Hubungan antara komitmen organisasi dan motivasi kerja dengan kinerja guru. Tesis. Medan: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

Kusnendy, 2005. Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS & Lisre 8. Bandung : UPI.

Lubis, 2007. Hubungan komitmen organisasi dan pengetahuan manajemen dengan kinerja kepala sekolah. Medan: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

Luthans, Fred. 2003. Organizational Behavior. New York: McGraw Hill Book Company.


(5)

Mowday, R.T., Porter, L.W., & Steers, R.M. (1982). Employee-organization linkages: The psychology of commitment, absenteeism, and turnover. New York: Academic Press.

Renstra, 2006, Pendidikan Menengah Kejuruan.

Rhoades, L., EIsenberger, R.,& Armeli, S. 2001. Affective Commitment to Organization: The Contribution of Perceived Organizational Support. Journal of Applied Psychology. 86. 5. 825-836

Robbins Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi. Indonesia: Macanan Jaya Cemerlang.

Robbins Stephen P., Timothy A. Judge. 2009. Orgnizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Roestiyah, NK, 1989, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara. Schultz,O.P. & Ellen,S. 1994. Psychology at Work Today. An introduction to

Industrial and Organizational Psychology. New York : Mac Millan Publising Company.

Schatz, K. And Schatz L. 1995. Managing by Influence. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sopiah, 2000. Perilaku Organisasional, Bandung :ANDI. Sudjana, 1989. Statistika, Tarsito: Bandung.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Tanjung, 2007. Hubungan motivasi kerja dan kemampuan manajemen kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Tesis. Medan: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

Tarihoran, Awan. 2009. Hubungan Perilaku Kepemimpinan dan Motivasi Kerja kepala Sekolah dengan Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran di SMPN Kabupaten Taput. Tesis, Medan: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

Tjiptono., 2000. Manajemen jasa, Edisi Pertama. Andi offset, Yogyakarta.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: Sinar Grafika.


(6)

Wesson, J.Michael, Colquit, Jason A, Jeffry A.LePine, 2009. Organizational Behavior : Improving performance and commitment in the workplace. Newyork : the McGraw-Hill Companies.

Winardi. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yukl, Gary. 2007. Kepemimpinan dalam organisasi. Jakarta : Indeks: Website: http:hdr.undp.org/en/statistics/


Dokumen yang terkait

PENGARUH DISIPLIN KERJA, PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN SAMOSIR.

0 1 35

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK KESEHATAN DI KOTA MEDAN.

0 5 22

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di SMA Sragen Kota.

0 2 12

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dan Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru ( Studi Pada Penerima Tunjangan Sertifikasi Guru ).

0 2 17

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG EFEKTIVITS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, SIKAP INOVATIF, PENGETAHUAN KURIKULUM DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMK SWASTA KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG.

0 3 39

PENGARUH MOTIVASI GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU Pengaruh Motivasi Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2012/2

0 0 18

PENGARUH MOTIVASI GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI Pengaruh Motivasi Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 201

0 0 13

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA, DAN PENGENDALIAN STRES TERHADAP KOMITMEN GURU.

0 1 11

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI BERPRESTASI DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SMA SWASTA DI KOTA SALATIGA.

0 0 30

PERAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PROFESIONALISME GURU SD NEGERI Peran Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Profesionalisme Guru SD Negeri Se-Kecamata

0 1 11