HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK KESEHATAN DI KOTA MEDAN.

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA ORGANISASI DAN PERSEPSI
GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL
KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMITMEN AFEKTIF
GURU SMK KESEHATAN DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

SRI HARTINI
NIM. 8126131017

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015


DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Faktor-Faktor Penentu Komitmen Organisasi ...................... 19
3.1 Model Konstelasi Masalah ..................................................... 49
4.1 Histogram Skor Iklim Kerja Organisasi … ........................... 64
4.2 Histogram Skor Persepsi Kepemimpinan Transformasional . 65
4.3 Histogram Skor Komitmen Afektif Guru .............................. 67
4.4 Grafik Regresi Linier Sederhana X1 denan Y ........................ 73
4.5 Grafik Regresi Linier Sederhana X2 denan Y ........................ 75

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Masalah Komitmen Afektif Guru ............................................

5


2.1 Perbedaan Pola Kepemimpinan ............................................... 33
3.1 Distribusi Populasi Penelitian .................................................. 46
3.2 Distribusi Sampel Penelitian .................................................... 47
3.3 Kisi-kisi Instrumen Komitmen Afektif Guru ........................... 50
3.4 Kisi-kisi Instrumen Iklim Kerja Organisasi … ........................ 51
3.5 Kisi-kisi Instrumen Persepsi Kep. Transformasional .............. 51
4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Kerja Organisasi …........ 63
4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Pers. Kep. Transformasional ... 65
4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Komitmen Afektif Guru .......... 66
4.4 Distribusi Frekuensi dan kategori skor Iklim Kerja ................ 67
4.5 Distribusi Frekuensi dan kategori skor K.Transformasional .... 68
4.6 Distribusi Frekuensi dan kategori skor Komitmen Afektif....... 69
4.7 Ringkasan Hasil Uji Normalitas ............................................... 70
4.8 Ringkasan Analisis Varians Variabel Y atas X1 ....................... 71
4.9 Rangkuman Analisis Varians Variabel Y atas X2 ..................... 72
4.10 Rangkuman Hubungan Variabel X1 dengan Y ....................... 74
4.11 Rangkuman Hubungan Variabel X2 dengan Y ....................... 76
4.12 Rangkuman Analisis Varians Regresi Ganda .......................... 77
4.13 Ringkasan Hasil Analisis Korelasi Parsial ............................... 79


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkankepada Tuhan Yang Maha Esa dimana
selalu memberikan rahmat dan Hidayat-Nya, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian besar persyaratan
mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan. Tesis ini berjudul “Hubungan Antara Iklim Kerja Organisasi
dan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan ”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada didalam tesis
ini, meskipun demikian penulis telah berupaya melakukan usaha maksimal, tentu
saja hal ini disertai bantuan dari berbagai pihak. Atas bantuan yang diberikan,
maka Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1.

Bapak Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik,
M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan pada program Pascasarjana selama ini.

2.


Bapak Direktur, Asisten Direktur, Ketua Prodi dan Sekretaris, Bapak/Ibu
Dosen serta segenap Pegawai Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membimbing dan
memberikan pelayanan kepada Penulis selama menjadi mahasiswa.

3.

Bapak Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd dan Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd, selaku
pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu dalam
mengarahkan, memotivasi, membimbing serta memberi nasihat kepada
Penulis dalam penyelesaian tesis ini.

4.

Bapak Dr. Saut Purba, M.Pd selaku narasumber sekaligus validator,
Dr.Rosamala Dewi, M.Pd dan Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, selaku
narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada
Penulis dalam penyelesaian tesis ini.


5.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian bagi penulis.

6.

Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan di Kota Medan yang
telah membantu dalam pelaksanaan uji coba instrumen sampai pengumpulan
data penelitian ini.

7.

Bapak/Ibu Guru SMK Kesehatan di Kota Medan yang telah bersedia
memberikan waktu dan tenaga dalam proses pengumpulan data penelitian ini.

8.

Teristimewa buat orang tua saya, suami, anak-anak saya yang tercinta dan
saudara-saudara saya yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi,

pengertian serta do’a disepanjang sujudnya (terima kasih Penulis ucapkan
semoga selalu disertai kemuliaan dan perlindungan Allah SWT Amin)
sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

9.

Keluarga besar Yayasan Sentra Medika tempat Penulis belajar dan bekerja.
Kepala Yayasan, Kepala Sekolah dan Rekan Kerja saya, dan Para Siswa saya
yang tercinta yang senantiasa mendukung dan memotivasi saya dalam
menyelesaikan tesis ini.

10. Teman-teman Penulis, mahasiswa AP khususnya angkatan XXI kelas A
Reguler serta rekan-rekan kelas AP lainnya yang telah banyak memberikan

motivasi dan kenangan terindah selama masa perkuliahan yang tak akan
terlupakan.
Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian pendidikan dan
penyusunan tesis ini, Penulis berharap kiranya seluruh perhatian, kebaikan, dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal kebajikan dan

mendapat barakah dari Allah SWT. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan khasanah pengetahuan.

Medan, Maret 2015
Penulis

SRI HARTINI
NIM. 8126131017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai salah satu komponen dari pendidikan yang eksistensinya
tidak dapat diabaikan, karena sekolah merupakan wadah penyelenggara
pendidikan dalam bidang intelektual memikul beban yang berat dalam upaya
mewujudkan tujuan pendidikan. Guru merupakan komponen pendidikan yang
sangat penting dan menentukan keberhasilan pendidikan. Menurut Aqib (2002:42)
guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru
merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar.

Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan, sangat diharapkan guruguru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab mereka. Komitmen merupakan keputusan seseorang dengan dirinya sendiri
untuk melakukan suatu kegiatan. Dengan adanya komitmen akan menghasilkan
kinerja yang lebih baik dan memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi. Rasa
bangga sebagai guru yang mengemban tugas mulia akan melahirkan semangat
dari dalam diri guru itu sendiri untuk memberikan yang terbaik dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran.
Dalam usaha mewujudkan suasana yang kondusif di sekolah, maka
komitmen kerja guru merupakan

salah satu faktor penting. Komitmen guru

merupakan kesadaran seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di sekolah yang ditunjukkan dengan sikap, nilai dan kebiasaan atau

kelakuan dalam bekerja. Komitmen guru ini berkaitan dengan pencapaian prestasi
kerja guru dan erat pula hubungannya dengan prestasi siswa karena gurulah yang
merangsang dan mendorong siswa untuk berprestasi.
Guru dengan komitmen tinggi pada umumnya menghasilkan kinerja yang
tinggi. Komitmen akan memberikan dukungan positif terhadap hasil yang

diharapkan organisasi, seperti terhadap kinerja, menghindari pekerja berhenti dan
ketidakhadiran kerja. Dengan adanya komitmen dalam melaksanakan tugas maka
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dalam hubungannya
dengan siswa, kepala sekolah dan warga sekolah lain bukan menjadi hal yang
menghambat guru untuk berkinerja baik.
Jika guru mempunyai komitmen yang tinggi, maka guru dengan
kesederhanaannya akan menunjukkan rasa pengabdian dan tanggung jawab, rasa
tulus ikhlas, konsentrasi dan kepeduliannya, semangat dan rasa kecintaan terhadap
anak didik dan terhadap pekerjaannya sebagai guru, ia akan sediakan waktu,
tenaga yang cukup dan tanpa keluh kesah untuk membantu siswa kelak menjadi
generasi yang berguna bagi bangsa dan negara. Dengan memiliki komitmen yang
tinggi, maka guru akan memberikan kinerja yang lebih baik. Kebanggaan sebagai
guru akan melahirkan komitmen guru untuk terus memajukan dunia pendidikan
melalui perbaikan proses kegiatan belajar mengajar secara terus menerus. Guru
yang berkomitmen akan juga terus berupaya mencari cara-cara baru dalam
peningkatan kualitas pekerjaannya.
Menurut Luthans (2006:218) komitmen organisasi terdiri dari tiga
komponen yaitu komponen afektif (affective commitment), komitmen kontiniu

(continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment).

Komitmen afektif adalah komitmen organisasi yang lebih menekankan pada
pentingnya kongruensi (kesebangunan) antara nilai dan tujuan karyawan dengan
nilai dan tujuan organisasi. Komitmen kontiniu adalah komitmen organisasi
dimana pekerja akan bertahan atau meninggalkan organisasi karena melihat
adanya pertimbangan rasional dari segi untung dan ruginya. Komitmen normatif
adalah komitmen organisasi dimana pekerja bertahan dalam organisasi karena ia
merasakan adanya kewajiban.
Selanjutnya

Luthans

(dalam Sutrisno,2009:296) bahwa komitmen

ditentukan oleh variabel personal dan variabel organisasi. Variabel personal
meliputi usia dan masa jabatan dalam organisasi, sedangkan variabel organisasi
meliputi rancangan tugas, gaya kepemimpinan, serta budaya dan iklim dalam
organisasi itu. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa iklim yang baik
dalam suatu organisasi akan dapat meningkatkan komitmen para pekerjanya.
Guru yang memiliki komitmen dalam bekerja khususnya komitmen afektif
juga dapat terlihat dari sikap yang ditunjukkan terhadap institusi sekolah berupa

sikap senang sebagai guru, bangga terhadap sekolah, peduli terhadap sekolah, dan
bertanggung jawab dalam tugas mengajar, mampu melibatkan diri sepenuhnya
kepada aktivitas-aktivitas sekolah, siap dan bersedia mempertahankan nama baik
sekolah serta mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada sekolah.
Komitmen afektif
identifikasi, dan

berkaitan
keterlibatan

sekolah. Komitmen afektif merupakan

dengan

aspek
guru

proses

emosional
dalam organisasi

sikap dimana

seorang

guru berpikir tentang hubungannya

sekolah

dengan

mempertimbangkan kesesuaian antara nilai dan tujuannya dengan nilai dan tujuan
organisasi. Guru yang memiliki komitmen afektif dalam bekerja juga dapat
terlihat dari kemampuan menjadikan dirinya sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan sekolah. Artinya guru tersebuat mau dan mampu
menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi sekolah, mampu melibatkan diri
sepenuhnya pada aktivitas-aktivitas sekolah siap dan sedia mempertahankan nama
baik sekolah, serta mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi terhadap sekolah.
Komitmen afektif guru adalah sikap yang ditunjukkan seorang guru terhadap
institusi sekolah yangsenang sebagai guru, bangga terhadap sekolah, peduli
terhadap sekolah; dan bertanggung jawab dalam tugas mengajar.
Menurut pengamatan peneliti keadaan tersebut seharusnya terjadi pula
guru SMK Kesehatan di Kota Medan, pengamatan dan wawancara menunjukkan
adanya kesenjangan antara yang diharapkan dan kenyatan tentang komitmen
afektif guru. Berdasarkan data empirik yang diperoleh dari hasil survey
pendahuluan selama dua minggu pada bulan November 2013 di salah satu SMK
Kesehatan yang ada di Kota Medan, diperoleh data bahwa masih rendahnya
komitmen afektif guru dalam melaksanakan tugas. Rendahnya komitmen afektif
guru dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Masalah Komitmen Afektif Guru
No.
Masalah Komitmen Afektif Guru
1. Masalah mengenai penerimaan nilai-nilai dan tujuan
organisasi sekolah yang tergambar dari:
 Guru terlambat mengikuti upacara bendera setiap hari
senin
 Guru terlambat datang sesuai jadwal kerja
2. Guru tidak menjadikan diri sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari sekolah, tergambar dari:
 Guru jarang memberikan gagasan pembaharuan untuk
mewujudkan citra sekolah pada rapat dewan guru
 Kurangnya semangat guru dalam melaksanakan tugas
mengajar
3. Masalah keterlibatan guru dalam aktivitas sekolah,
tergambar dari:
 Kemalasan guru dalam menghadiri rapat guru


4.

5.

Guru jarang berpartisipasi dalam semua kegiatan yang
diselenggarakan sekolah tempatnya bekerja
Masalah kesediaan mempertahankan nama baik sekolah
 Merasa kurang di hargai di tempat kerja
 Penilaian tempat tugas yang kurang sesuai dengan
harapan
Masalah loyalitas
 Mengeluh dalam melaksanakan tugas tambahan yang
diberikan kepala sekolah di dalam maupun di luar jam
kerja

Keterangan

2-3 guru/
mggu
3-5 guru/ hri

Hampir
semua guru
2-3 guru

3-4 guru/
rapat
2-3 guru/
kegiatan
2 guru
1 guru

Hampir
semua guru

Suasana lingkungan tempat bekerja juga dapat mempengaruhi komitmen
pekerja yang ada di dalamnya, dalam hal ini adalah guru. Suasana dalam suatu
lembaga yang kondusif dapat mengembangkan potensi diri guru sehingga mereka
akan puas dalam bekerja dan dengan adanya komitmen yang kuat memungkinkan
mereka dapat meningkatkan prestasi kerja guru yang akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan prestasi siswa.

Dalam lingkungan organisasi (sekolah), setiap individu terlibat dalam
proses persepsi, misalnya bawahan (guru) mempersepsikan atasan (kepala
sekolah) sebagai figur yang komunikatif, protektif, tegas tetapi mendidik, arogan,
acuh tak acuh, berwibawa, dan lan-lain tergantung masing-masing individu (guru)
untuk mempersepsikannya. Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam
diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasikan dan
mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya
ataupun keadaan lain yang melekat atau yang ada dalam diri orang yang
dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek
persepsi tersebut. Dengan persepsi akan terbentuk dorongan-dorongan dan hasrat
dalam diri seseorang untuk merespon stimulus yang diperoleh dari lingkungan
atau individu, kemudian memaknai dan mengambil manfaat bagi dirinya yaitu
terjadinya perubahan perilaku dan motivasi.
Peningkatan kualitas guru dipengaruhi oleh bagaimana baiknya seorang
kepala sekolah memimpin sebuah sekolah. Kepala sekolah dalam menjalankan
roda kepemimpinan turut menentukan bagaimana baiknya kualitas pendidikan di
sekolah. Dalam hal peningkatan kompetensi guru, mengajar tidak hanya faktor
pedagogisnya yang harus menjadi perhatian tetapi juga faktor akademis (isi materi
yang disampaikan oleh guru). Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai
pembina dan pembimbing guru dalam proses pembelajaran. Gaya kepemimpinan
yang terbuka dan mendorong guru agar terus memberikan kinerja yang terbaik
kepada sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran
yang sangat penting untuk membantu guru. Di dalam kepemimpinannya kepala

sekolah harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangankekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah. Gaya kepemimpinan apa yang
diterapkan oleh kepala sekolah dalam memimpin juga mempengaruhi komitmen
kerja dari para warga sekolah.
Dalam penelitian ini persepsi guru terhadap kepala sekolah adalah tentang
kepemimpinan transformasional dengan alasan kepemimpinan transformasional
merupakan pemimpin yang efektif dalam hubungannya dengan bawahan yaitu
pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan pribadi dari
bawahan adalah visi pemimpin serta mampu meyakinkan bahwa mereka
mempunyai andil dalam mengimplementasikannya. Persepsi guru tentang
kepemimpinan transformasional sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan
kinerja guru secara maksimal.
Kepemimpinan
dipertentangkan

dengan

transformasional
kepemimpinan

adalah
yang

kepemimpinan
memelihara

status

yang
quo.

Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai
kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju
sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak
pernah diraih sebelumnya. Kepemimpinan transformasionl bukan sekedar
mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, melainkan
lebih dari itu bermaksud ingin merubah sikap dan nilai-nilai dasar para
pengikutnya melalui pemberdayaan dan meningkatkan rasa percaya diri dan tekad
untuk terus melakuan perubahan walaupun mungkin ia sendiri akan terkena
dampaknya dengan perubahan itu.

Fenomena yang ditemukan di SMK Kesehatan Medan antara lain
kepemimpinan kepala sekolah yang tidak memberikan motivasi dan inspirasi bagi
guru-guru, sehingga adanya keluhan tentang ketidakpuasan terhadap keadaan
tempat kerja serta keadaan siswa, seperti kerja yang menjenuhkan, suasana
lingkungan yang tidak kondusif, sikap sesama guru yang tidak saling mendukung.
Di lain pihak ada dari mereka yang menurun semangatnya dalam mengajar,
merasa bosan, jenuh dengan pekerjaannya dan masih ada guru yang belum merasa
bangga memiliki peran sebagai guru sehingga keinginan untuk terus
meningkatkan kemampuan dan kompetensi masih kurang. Dalam pelaksanaan
tugas mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang
bersemangat dan penuh tanggung jawab, ada juga guru yang dalam melakukan
pekerjaan itu tanpa dilandasi rasa tanggung jawab.
Ketidakpercayaan guru terhadap kepala sekolah juga masih kurang.
Adanya beberapa guru yang menganggap kepala sekolah kurang adil dan kurang
mampu menjaga keharmonisan anggotanya. Hal ini terlihat dari ketidaktaatan
guru terhadap aturan yang dibuat sekolah, masih ada guru yang belum membuat
program pembelajaran dan bahan ajar yang sudah ditentukan dengan tepat waktu.
Hal lain terlihat dari ketidakkompakan atau kebersamaan di antara guru masih
kurang, ketidakpedulian guru terhadap keadaan atau situasi yang ada di
lingkungan sekolah. Masih terdapatnya guru yang pro dan kontra terhadap situasi
yang terjadi di sekolah misalnya dalam penegakan disiplin siswa maupun guru.
Hal ini membuktikan bahwa kemampuan manajemen kepala sekolah kurang

dalam menjaga keharmonisan antara guru, sehingga persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah masih rendah.
Berdasarkan realita-realita yang telah dipaparkan, mengindikasikan bahwa
guru belum mempunyai komitmen afektif yang baik dalam melaksanakan
tugasnya, ketidakpercayaan guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah juga
masih kurang dan iklim organisasi sekolah yang kurang baik. Jika hal ini terus
dibiarkan maka pendidikan di daerah ini akan terpuruk, oleh karena itu perlu
diambil tindakan agar bisa keluar dari permasalahan ini.
Masalah komitmen guru harus dikaji secara ilmiah dengan menganalisis
komitmen guru, khususnya komitmen afektif guru. Teori tentang komitmen
dibahas oleh para ahli dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Collquit,
Lepine dan Wesson (2009:63) komitmen dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
meliputi : budaya organisasi (organizational culture), struktur organisasi
(organizational structure), gaya dan perilaku kepemimpinan (leadership style and
behavior), kekuatan dan pengaruh kepemimpinan (leadership power and
influence), proses dan karakteristik tim (processes and characterisrics team),
personal dan nilai budaya (personaity and cultural values), kemampuan (ability),
sebagai faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pada komitmen. Faktor
lain seperti kepuasan kerja (job satisfaction), stres (stress), motivasi (motivation),
kepercayaan, keadilan, dan etika (trust, justice, and ethics), dan pengambilan
keputusan (learning and decision making)sebagai faktor yang secara langsung
mempengaruhi komitmen. Selanjutnya Robbins (2007) menggolongkan faktor

penentu komitmen organisasi terdiri dari tiga faktor utama yaitu karakteristik
organisasi, karakteristik individu dan proses individu.
Robbins (2003:115) menjelaskan dalam 27 studi yang telah dilakukan
menunjukkan antara komitmen dan kinerja, komitmen afektif nampaknya
berkaitan lebih kuat dengan organisasi. Studi menemukan bahwa komitmen
afektif merupakan prediktor yang penting terhadap beberapa hasil. Peneliti lain,
Yui-tim (2000) dengan judul “Affective Organizational Commitment of worker in
Chinese Joint Venture”. Penelitian ini dilakukan terhadap 295 karyawan di 4
perusahaan joint venture di China. Tujuan penelitian ini adalah menguji komitmen
afektif karyawan yang bergabung dalam People Republic China. Hasil
penelitiannya menyimpulkan: (1) kepercayaan pada organisasi memediasi
hubungan antara keadilan destributif, keadilan prosedural, keamanan pekerjaan
yang dipersiapkan karyawan dan komitmen afektif; (2) keamanan pekerjaan yang
dipersepsikan karyawan dan komitmen afektif memiliki efek yang mencolok pada
niat para pekerja untuk ganti pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor penentu komitmen organisasi
tersebut dapat dipahami bahwa komitmen afektif guru dapat ditentukan oleh
banyak faktor baik yang sifatnya internal dan eksternal dari individu itu sendiri
yang mengabdi pada suatu organisasi. Berdasarkan pendapat Collquit, et all
(2009:63) juga dapat dilihat berbagai faktor yang dapat menentukan tingkat
komitmen baik yang berkaitan dengan mekanisme organisasi, mekanisme
kelompok, karakteristik individu maupun mekanisme individu dengan masingmasing variabel yang melingkupinya.

Perbedaan pendapat ahli terhadap faktor-faktor penentu komitmen guru
telah mendorong peneliti untuk melakukan penelitian model komitmen afektif
guru dilihat dari variabel persepsi tentang kepemimpinan transformasional dan
iklim kerja organisasi. Hal-hal di atas yang mendorong untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai “hubungan iklim kerja organisasi dan persepsi
guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan komitmen
afektif guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan Kota Medan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang berhubungan dengan komitmen afektif guru, diantaranya:
(1) Apakah iklim kerja organisasi memiliki hubungan dengan komitmen afektif
guru? (2) Apakah struktur organisasi memiliki hubungan dengan komitmen
afektif guru? (3) Apakah gaya dan perilaku kepemimpinan memiliki hubungan
dengan komitmen afektif guru? (4) Apakah kepuasan kerja memiliki hubungan
dengan komitmen afektif guru? (5) Apakah stres memiliki hubungan dengan
komitmen afektif guru? (6) Apakah motivasi memiliki hubungan dengan
komitmen afektif guru? (7) Apakah pengambilan keputusan memiliki hubungan
dengan komitmen afektif guru? (8) Apakah persepsi guru tentang kepemimpinan
transformasional kepala sekolah memiliki hubungan dengan komitmen afektif
guru?

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, ditemukan banyak faktor yang dapat
berhubungan dengan komitmen afektif. Namun dalam penelitian ini faktor-faktor
tersebut hanya dibatasi pada: iklim kerja organisasi, persepsi guru tentang
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan komitmen afektif guru.
Kajian antara ketiga faktor tersebut dapat dilakukan dimana saja, namun
karena gejala masalahnya mengenai komitmen afektif SMK Kesehatan di Kota
Medan, maka penelitian dibatasi di sekolah tersebut.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1.

Apakah terdapat hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dengan Komitmen
Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan?

2.

Apakah terdapat hubungan antara Persepsi Guru tentang Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah dengan Komitmen Afektif Guru SMK
Kesehatan di Kota Medan?

3.

Apakah terdapat hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dan Persepsi Guru
tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah secara bersamasama dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dengan
Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan.

2.

Untuk mengetahui hubungan antara Persepsi Guru tentang Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah dengan Komitmen Afektif Guru SMK
Kesehatan di Kota Medan.

3.

Untuk mengetahui hubungan antara Iklim Kerja Organisasi dan Persepsi Guru
tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah secara bersamasama dengan Komitmen Afektif Guru SMK Kesehatan di Kota Medan.

F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka diperoleh manfaat sebagai
berikut:
a. Manfaat secara teoretis:
1. Untuk menguatkan teori yang berkaitan dengan persepsi guru tentang
kepemimpinan transformasional kepala sekolah, iklim kerja dan komitmen
afektif guru.
2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama
dengan penelitian ini.
b. Manfaat secara praktis:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya untuk meningkatkan komitmen afektif guru dalam
usaha meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan.

2. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam evaluasi diri dan
organisasi sekolah tentang komitmen afektif guru dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan.
3. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan
sebagai pengambil kebijakan pendidikan khususnya terhadap SMK
Kesehatan dalam mengawasi komitmen afektif dan kinerja guru serta
efektifitas kepemimpinan kepala sekolah.

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Persepsi Guru Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dengan Komitmen Kontinuans Guru

0 58 113

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SMK SWASTA KECAMATAN BINJAI KOTA.

0 1 32

HUBUNGAN BUDAYA MUTU DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN PERSEPSI KEPEMIMPINAN GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SMK NEGERI BISNIS MANAJEMEN MEDAN.

0 2 25

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMA SWASTA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG.

0 3 46

HUBUNGAN IKLIM ORGANISAI DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI KOTA MEDAN.

0 1 12

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU.

0 0 13

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, TIM KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI (STUDI EMPIRIS DI SMK PARIWISATA KOTA MEDAN).

0 0 37

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI KOTA MEDAN.

0 0 22

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU.

0 2 13

KONTRIBUSI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU, IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Iklim Organisasi dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru dan Kinerja Sek

0 1 16