t ips 0907653 chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Realitas Indonesia sebagai “negeri bencana” tidak dapat ditampik lagi. Hal

ini terlihat dari fakta yang ada bahwa bencana yang menimpa hampir di seluruh wilayah Indonesia. Gempa bumi, letusan gunungapi, longsor, banjir, kebakaran hutan, kekeringan serta, bencana alam lainnya senantiasa menjadi fenomena yang dominan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari refleksi fenomena alam yang secara geografis merupakan kekhasan dari wilayah Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak diantara tiga lempeng besar dunia yaitu, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng tersebut menempatkan Indonesia menjadi wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi.

UU No. 24 tahun 2007 pasal 1 angka 1 mendefinisikan bencana adalah “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”.


(2)

Maryani (2008:1) menjelaskan bahwa interaksi manusia dengan alam ini tidak begitu menimbulkan banyak masalah, manakala jumlah manusia masih sedikit, tidak rakus dalam menggali sumberdaya alam, serta menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Demikian juga dengan bencana alam ketika terjadi di wilayah yang jumlah penduduknya jarang atau bahkan tidak terdapat penduduk, maka fenomena alam tersebut tidak dikatakan sebagai bencana alam karena tidak menimbulkan kerugian, baik jiwa maupun harta. Seperti yang diungkapkan oleh Maryani (2008:2) bahwa :

Beberapa dinamika alam, khususnya yang menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia dapat dideteksi dan diantisipasi, seperti letusan gunungapi, angin topan, dan banjir. Adapun dinamika alam yang menimbulkan bencana dan sulit untuk dideteksi adalah gempa bumi. Untuk meminimalkan kerugian dan korban akibat dari bencana alam tersebut perlu kiranya ada pengetahuan, pemahaman, keterampilan untuk mencegah, kesiapsiagaan, mampu mendeteksi dan mengantisipasi lebih dini tentang berbagai bencana khususnya di tempat-tempat yang memang rawan terhadap terjadinya bencana alam.

Serangkaian bencana alam telah melanda Indonesia, khususnya Jawa Barat yang merupakan wilayah daerah dengan kerentanan bencana cukup besar seperti bencana gunungapi, gempa bumi dan tsunami, longsor, banjir, kekeringan, dan kegagalan teknologi. Selain itu juga kerentanan penduduk terhadap bencana termasuk tinggi hal ini dilihat dari kedekatan dengan sumber bencana, kualitas bangunan yang masih rendah, kemampuan kebencanaan yang rendah, struktur demografi yang padat dan usia non produktif yang tinggi.

Bencana alam akan selalu datang dan mengancam wilayah Indonesia, karena itu masyarakat Indonesia harus selalu siap menghadapinya. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran masyarakat (public awareness) tentang pentingnya upaya


(3)

penanganan bencana alam. Upaya itu tentu memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup tentang bencana alam tersebut.

Masyarakat,saat ini sudah jauh dari alam walaupun mereka tinggal di dalamnya. Mereka tidakmengenal alam, apalagi akrab dengan alam. Mereka tidak dapat memahamilagi tanda-tanda dari alam. Demikian juga dengan teknologi kealaman, mereka lebih percaya isudaripada data seismogram. Berbeda sekali dengan orang Jepang, baik orangdewasa maupun anak-anak tahu persis apa yang harus dilakukan ketika terjadigempa dan untuk antisipasi bahaya gempa, mereka membangun bangunan-bangunan tahan gempa. Satria (2006:10) menerangkan bahwa, Prosedur Operasional Standar (POS) bagi setiap warga Jepang saatmenghadapi gempa diperkenalkan di sekolah-sekolah maupun media massa. AnakTK dan SDpun paham langkah-langkah saat terjadi gempa, seperti berdiam dibawah meja dengan tangan dan bantal di atas kepala.

Sebagaimana yang dikutip dari United States Geological Survey (USGS, 2002),bahwa untuk “memahami mekanismekejadian-kejadian alam seperti gempa bumi, erupsi vulkanik, longsor, banjir,kekeringan, angin topan, tsunami sangat penting bagi masyarakat”. Denganpemahaman yang baik mengenai mekanisme kejadian-kejadian alam, manusiadapat merencanakan dan mengelola cara yang dapat mengurangi akibat yangdisebabkan oleh kehebatan bencana alam, hal ini dapat dilakukan melalui jalur pendidikan di sekolah.

Fakta bencana yang terjadi di Indonesia hampir selalu menelan korban jiwa dan juga harta benda yang besar, hal ini menggambarkan kekurangsiapan


(4)

masyarakatnya. Hal ini dapat timbul karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman msayarakat akan potensi bencana dari lingkungannya serta bagaimana cara penanggulangan dampak dari bencana itu. Selain itu, hal ini disebabkan oleh masih lemahnya sistem penanggulangan bencana yang dipersiapkan oleh pemerintah.

Sejatinya masyarakat jauh hari menyadari bahwa wilayah Indonesia ini merupakan daerah yang amat rentan bencana, pemerintah sudah seharusnya memberikan pengetahuan dan pemahaman yang memadai kepada warga akan potensi bencana yang ada di sekitar lingkungan hidupnya. Salah satu jalan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang potensi-potensi bencana yang senantiasa mengancam itu adalah melalui jalan pendidikan.

Dalam Undang-Undang pendidikan No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai pengertian pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian di atas, bahwasanya pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan kehidupan manusia serta mampu menghasilkan output yang berkualitas. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menciptakan manusia yang


(5)

berkepribadian, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, kreatif, terampil, beretos kerja, profesional, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi diharapkan mampu mengembangkan platform nasional yang terkait dengan pengembangan pengetahuan yang diperlukan dalam upaya mitigasi. Menurut Astuti dan Sudarsono (2010: 33) bahwasanya “sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi yang efektif dalam mengubah pola pikir dan pola perilaku masyarakat dengan memberikan pendidikan mitigasi di sekolah”. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir yang dikembangkan dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi, meliputi 4 kerangka konseptual, yaitu:

1. Awarenesss (Perubahan Perilaku),

2. Knowledge Development (salah satunya pendidikan dan pelatihan), 3. Public Commitmen,

4. Risk Assesment.

Dari keempat konseptual di atas, pada konseptual kedua sudah dengan jelas tergambar bahwasanya pendidikan merupakan salah satu elemen yang penting dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah, psikologis dan pedagogis untuk mencapai tujuan pembelajaran. National Council for the Social Studies (NCSS) tahun 1992 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah:


(6)

Social studies is the integrated study of the social science and humanities to promote civic competence. Within the school program social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such diciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent word.

Dari pengertian tersebut memberikan batasan pengertian pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan sebuah kajian yang terintegrasi dalam ilmu sosial dan kemanusiaan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat. Bagian-bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial ini adalah: antropologi, geografi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, psikologi. Sejalan dengan pengertian NCSS, Kenworthy (Maryani, 2008:4) menegaskan pula bahwa “pada kenyataannya yang menjadi lapangan pendidikan IPS adalah antropologi, sosiologi, ekonomi, geografi, ilmu politik, sejarah dan psikologi, dan PIPS pun berkaitan erat dengan seni dan musik, agama, serta filsafat dan juga ilmu-ilmu lainnya”.

Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Menengah pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi ataupun gabungan dari ilmu-ilmu sosial, yaitu: geografi, sejarah sosiologi, dan ekonomi sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) IPS sudah merupakan bidang ilmu yang berdiri sendiri, seperti: ekonomi, sejarah, geografi dan ilmu-ilmu lainnya.

Ilmu pengetahuan sosial memegang peranan penting dan menjadi salah satu yang menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional.


(7)

Jarolimek (1993:5-8) menjelaskan bahwa PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledgeandinformation), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan ketrampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan keterampilan intelektual.

Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan IPS tersebut, kurikulum Pendidikan IPS diharapkandapat memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Kaitannya dengan keberhasilan tujuan IPS di atas ditentukan oleh implementasi kurikulum, standar pengelolaan, standar fasilitas, standar biaya, profesionalisasi guru dan penilaian.Semua itu akan menentukan efektifitas proses pembelajaran IPS secara berkesinambungan. Bencana, perlu dipahami dan diantisipasi oleh semua masyarakat. Potensi kerawanan diharapkan dapat dipahami oleh birokrasi, rumah tangga dan satuan pendidikan.

Halnya dengan para peserta didik SMP di kecamatan Pangalengan yang berada di kawasan rawan bencana. Diharapkan dapat memahami karakteristik wilayahnya yang merupakan wilayah rawan bencana terutama bencana gempa.

Berkenaan dengan hal di atas, tesis ini akan membahas lebih fokus

menyoroti masalah dengan tema yaitu: ”Kontribusi Pembelajaran IPS

TerhadapKesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Peserta Didik SMP” khususnya di kecamatan Pangalengan kabupaten Bandung.


(8)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakahtingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta didik SMP di Kecamatan Pangalengan?

2. Bagaimanakah kontribusi pembelajaran IPS terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta didik SMP di Kecamatan Pangalengan? 3. Kendala apakah yang dihadapi guru dan peserta didik dalam

meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebencanaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai efektivitas pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bencana gempa bumi.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan peserta didik SMP di kecamatan Pangalengan

2. Mengetahui kontribusi pembelajaran IPS terhadap tingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta didik

3. Untuk mengidentifikasikesiapsiagaanpeserta didik terhadap bencana gempa bumi.


(9)

D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan lebih bermakna apabila mampu memberikan manfaat, baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat secara umum. dalam segi keilmuan penelitian ini diharapkan akan mampu bermanfaat :

a. Bagipesertadidik :

1) Meningkatkankesiapsiagaanbencanagempa bumi bagipesertadidik 2) Pesertadidikdapatmengaplikasikan kesiapsiagaan bencana gempa

bumi dalam perilaku nyata ketika terjadi bencana b. Bagi guru/peneliti diharapkan:

1) Bermanfaat sebagai bahan dan sumber belajar dalam pengembangan pembelajaran IPS di SMP/MTs

2) Guru dapat mengetahui tingkat kesiapsiagaan peserta didik 3) Bermanfaat sebagai wacana serta bahan penelitian lebih lanjut c. Bagi aparatur pemerintah selaku pemegang kebijakan:

1) Aparatur pemerintah dapat memahami mengenai pentingnya sosialisasi kebencanaan

2) Bermanfaat sebagai wacana bagi pemerintah dalam merancang kurikulum yang berbasis mitigasi bencana.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan beberapa teori dan kerangka berfikir yang dikemukakan, dapat dirumuskan hipotesis sementara yaitu, terdapat hubungan positif yang sejajar antara pembelajaran IPS dengan pemahaman peserta didik terhadap bencana gempa.


(10)

1. H0: tidak terdapat kontribusi fungsional yang linier dan signifikan antara

hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pengetahuan peserta didik terhadap kebencanaan

Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan

peningkatan pengetahuan peserta didik terhadap kebencanaan

2. H0 : tidak terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS

dengan peningkatan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan

peningkatan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan

3. H0 : tidak terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS

dengan peningkatan kesiapsiagaan peserta didik terhadap kebencanaan Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan

peningkatan kesiapsiagaan peserta didik terhadap kebencanaan

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai. Metode survai digunakan untuk mendapatkan data dari suatu tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya. Dengan demikian menggunakan teknik penelitian survai hal ini dimaksudkan bahwa penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1995:1).


(1)

berkepribadian, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, kreatif, terampil, beretos kerja, profesional, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi diharapkan mampu mengembangkan platform nasional yang terkait dengan pengembangan pengetahuan yang diperlukan dalam upaya mitigasi. Menurut Astuti dan Sudarsono (2010: 33) bahwasanya “sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi yang efektif dalam mengubah pola pikir dan pola perilaku masyarakat dengan memberikan pendidikan mitigasi di sekolah”. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir yang dikembangkan dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi, meliputi 4 kerangka konseptual, yaitu:

1. Awarenesss (Perubahan Perilaku),

2. Knowledge Development (salah satunya pendidikan dan pelatihan),

3. Public Commitmen,

4. Risk Assesment.

Dari keempat konseptual di atas, pada konseptual kedua sudah dengan jelas tergambar bahwasanya pendidikan merupakan salah satu elemen yang penting dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah, psikologis dan pedagogis untuk mencapai tujuan pembelajaran. National Council for the Social Studies (NCSS) tahun 1992 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah:


(2)

Social studies is the integrated study of the social science and humanities to promote civic competence. Within the school program social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such diciplines as

anthropology, archeology, economics, geography, history, law,

philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent word.

Dari pengertian tersebut memberikan batasan pengertian pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan sebuah kajian yang terintegrasi dalam ilmu sosial dan kemanusiaan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat. Bagian-bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial ini adalah: antropologi, geografi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, psikologi. Sejalan dengan pengertian NCSS, Kenworthy (Maryani, 2008:4) menegaskan pula bahwa “pada kenyataannya yang menjadi lapangan pendidikan IPS adalah antropologi, sosiologi, ekonomi, geografi, ilmu politik, sejarah dan psikologi, dan PIPS pun berkaitan erat dengan seni dan musik, agama, serta filsafat dan juga ilmu-ilmu lainnya”.

Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Menengah pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi ataupun gabungan dari ilmu-ilmu sosial, yaitu: geografi, sejarah sosiologi, dan ekonomi sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) IPS sudah merupakan bidang ilmu yang berdiri sendiri, seperti: ekonomi, sejarah, geografi dan ilmu-ilmu lainnya.

Ilmu pengetahuan sosial memegang peranan penting dan menjadi salah satu yang menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional.


(3)

Jarolimek (1993:5-8) menjelaskan bahwa PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledgeandinformation), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan ketrampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan keterampilan intelektual.

Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan IPS tersebut, kurikulum Pendidikan IPS diharapkandapat memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Kaitannya dengan keberhasilan tujuan IPS di atas ditentukan oleh implementasi kurikulum, standar pengelolaan, standar fasilitas, standar biaya, profesionalisasi guru dan penilaian.Semua itu akan menentukan efektifitas proses pembelajaran IPS secara berkesinambungan. Bencana, perlu dipahami dan diantisipasi oleh semua masyarakat. Potensi kerawanan diharapkan dapat dipahami oleh birokrasi, rumah tangga dan satuan pendidikan.

Halnya dengan para peserta didik SMP di kecamatan Pangalengan yang berada di kawasan rawan bencana. Diharapkan dapat memahami karakteristik wilayahnya yang merupakan wilayah rawan bencana terutama bencana gempa.

Berkenaan dengan hal di atas, tesis ini akan membahas lebih fokus

menyoroti masalah dengan tema yaitu: ”Kontribusi Pembelajaran IPS

TerhadapKesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Peserta Didik SMP” khususnya di kecamatan Pangalengan kabupaten Bandung.


(4)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakahtingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta didik SMP di Kecamatan Pangalengan?

2. Bagaimanakah kontribusi pembelajaran IPS terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta didik SMP di Kecamatan Pangalengan? 3. Kendala apakah yang dihadapi guru dan peserta didik dalam

meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebencanaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai efektivitas pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bencana gempa bumi.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan peserta didik SMP di kecamatan Pangalengan

2. Mengetahui kontribusi pembelajaran IPS terhadap tingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta didik

3. Untuk mengidentifikasikesiapsiagaanpeserta didik terhadap bencana gempa bumi.


(5)

D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan lebih bermakna apabila mampu memberikan manfaat, baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat secara umum. dalam segi keilmuan penelitian ini diharapkan akan mampu bermanfaat :

a. Bagipesertadidik :

1) Meningkatkankesiapsiagaanbencanagempa bumi bagipesertadidik 2) Pesertadidikdapatmengaplikasikan kesiapsiagaan bencana gempa

bumi dalam perilaku nyata ketika terjadi bencana b. Bagi guru/peneliti diharapkan:

1) Bermanfaat sebagai bahan dan sumber belajar dalam pengembangan pembelajaran IPS di SMP/MTs

2) Guru dapat mengetahui tingkat kesiapsiagaan peserta didik 3) Bermanfaat sebagai wacana serta bahan penelitian lebih lanjut c. Bagi aparatur pemerintah selaku pemegang kebijakan:

1) Aparatur pemerintah dapat memahami mengenai pentingnya sosialisasi kebencanaan

2) Bermanfaat sebagai wacana bagi pemerintah dalam merancang kurikulum yang berbasis mitigasi bencana.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan beberapa teori dan kerangka berfikir yang dikemukakan, dapat dirumuskan hipotesis sementara yaitu, terdapat hubungan positif yang sejajar antara pembelajaran IPS dengan pemahaman peserta didik terhadap bencana gempa.


(6)

1. H0: tidak terdapat kontribusi fungsional yang linier dan signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pengetahuan peserta didik terhadap kebencanaan

Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pengetahuan peserta didik terhadap kebencanaan

2. H0 : tidak terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan

3. H0 : tidak terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan kesiapsiagaan peserta didik terhadap kebencanaan Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan kesiapsiagaan peserta didik terhadap kebencanaan

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai. Metode survai digunakan untuk mendapatkan data dari suatu tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya. Dengan demikian menggunakan teknik penelitian survai hal ini dimaksudkan bahwa penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1995:1).