Pengaruh Perendaman dan Konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4) terhadap Perkecambahan Benih Jati (Tectona grandis Linn.f) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi
Suyatmi, Endah Dwi H, Sri Darmanti, 28-36

Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4)
terhadap Perkecambahan Benih Jati (Tectona grandis Linn.f)

Suyatmi*, Endah Dwi Hastuti*, Sri Darmanti*

*Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi F. MIPA UNDIP
Abstract
The Aims of the research to determine the effect of soaking time and concentration of H2SO4 on the germination of
seeds jati (Tectona grandis Linn. f). The research using a Completely Randomized Design (CRD) with factorial
pattern 3 x 4. Factor I is a long time soaking (W1: 20 minutes, W2: 30 minutes and W3: 40 minutes), factor II is the
concentration of H2SO4 (K0: 0%, K1: 70%, K2: 80% and K3: 90%). Each treatment with three replications. The
data obtained were analyzed by ANAVA at 95% significance level, followed by Duncan's test at the 95% test level.
Parameters observed were: the percentage of germination (%),hipokotil seedling length (cm), radicels seedling
length (cm) and seedling dry weight (gr). The results showed there were interactions between treatment long time
soaking and H2SO4 concentration on the percentage of seed germination of jati. Interaction treatment 70% H2SO4
concentration on the length of soaking of 30 and 40 minutes showed the highest percentage germination. Seeds that
capable to germinate under thus treatment the seedling growth is not affected by treatment.
Key words: germination, Tectona grandis Linn. f, soaking, concentration, H2SO4.


Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dan konsentrasi H2SO4 terhadap perkecambahan
benih Jati (Tectona grandis Linn. f). Menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola factorial 3 X 4.
Faktor I adalah lama perendaman (W1 : 20 menit, W2 : 30 menit dan W3 : 40 menit), faktor II adalah konsentrasi
asam sulfat (K0 : H2SO4 0%, K1 : H2SO4 70%, K2 : H2SO4 80% dan K3 : H2SO4 90%). Masing-masing perlakuan
dengan 3 ulangan. Data dianalisis dengan ANAVA pada taraf signifikasi 95%, dilanjutkan dengan uji Duncan’s
pada taraf uji 95%. Parameter yang diamati adalah : persentase perkecambahan (%), panjang hipokotil kecambah
(cm), panjang akar (cm), berat basah kecambah (gr) dan berat kering kecambah (gr). Hasil penelitian menunjukkan
terdapat interaksi antara perlakuan lama perendaman dan konsentrasi H2SO4 terhadap persentase perkecambahan
benih jati. Interaksi perlakuan H2SO4 konsentrasi 70% pada lama perendaman 30 dan 40 menit menunjukkan
persentase perkecambhan yang paling tinggi. Benih yang mampu berkecambah dengan perlakuan tersebut
pertumbuhan kecambahnya tidak dipengaruhi oleh perlakuan.
Kata kunci : perkecambahan, Tectona grandis Linn. f, perendaman, konsentrasi, H2SO4.

Tanaman ini termasuk golongan kayu kelas awet

PENDAHULUAN
Jati (Tectona grandis Linn.f) merupakan


dan kelas kuat yang tinggi, sehingga banyak

salah satu jenis tanaman hutan industry (HTI)

dibutuhkan dalam industri properti (Sumarna,

yang saat ini dikembangkan di berbagai daerah

2001). Menurut Cordes (1992), tanaman jati

baik oleh pemerintah, pihak swasta maupun

juga tergolong tanaman obat dan pewarna kain.

masyarakat

Menurut Sumarna (2001), limbah produksi

(Sumiasri dan Priyadi,


2000).

28

Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi
Suyatmi, Endah Dwi H, Sri Darmanti, 28-36
berupa cabang dan serbuk gergaji dapt diproses

kimia yang dilakukan adalah dengan cara

menjadi briket arang yang memiliki kalori

merendam benih dalam

tinggi.

(Sagala,
Jati juga memegang peranan penting

dalam


menjaga

Menurut

Harjadi

(1979),

perendaman benih dalam asam sulfat pekat

ekosistem.

selama 20 menit berpengaruh pada pelunakan

Tingginya laju penebangan hutan akhir-akhir ini

kulit benih bagian luar (testa), sedangkan

menyebabkan populasi tanaman jati mengalami


menurut Bewley dan Black (1978) asam sulfat

kemerosotan yang sangat tajam. Oleh karena itu,

dapat mempegaruhi perkecambahan melalui

untuk

produksi,

peningkatan temperatur. Apabila temperatur

perbaikan

pada saat pengenceran asam sulfat tinggi, maka

lingkungan hidup perlu dilakukan rehabilitasi

akan meningkatkan imbibisi asam sulfat ke


dan penanaman kembali jenis jati. Penanaman

dalam benih.

menjaga

keanekaragaman

keseimbangan

1990).

asam sulfat (H2SO4)

kelestarian
hayati

dan


kembali pohon jati diperlukan penyediaan bibit

Perlakuan perendaman dengan asam

yang berkualitas. Bibit yang berkualitas ini dapat

sulfat dikombinasikan dengan lama perendaman

diperoleh melalui perbanyakan tanaman secara

yang berbeda, karena lama perendaman akan

generative.

ini

mempengaruhi banyaknya larutan H2SO4 yang

mempunyai kwalitas yang baik maka perlu


terserap kedalam benih. Semakin pekat asam

memperhatikan kualitas benih. Pengujian benih

sulfat

merupakan sala satu cara untuk menghasilkan

semakin cepat (Harjadi, 1979). Perkecambahan

benih yang berkualitas (Hufaid, 1990).

benih jati dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

Agar

hasil

perbanyakan


yang

digunakan

maka

perendaman

Setyasih (2000) dan Corriyanti (2002)

ketersediaan air pada medium, temperatur,

menyatakan bahwa pengujian benih dilakukan

oksigen dan cahaya (Kamil, 1982). Dari latar

untuk mengurangi resiko kegagalan dalam

belakang diatas maka perlu untuk dikaji


memperhitungkan kebutuhan bibit di lapangan,

bagaimanakah pengaruh

dengan membandingkan jumlah kecambah yang

konsentrasi

hidup terhadap benih yang dikecambahkan.

terhadap perkecambahan binih jati.

asam

sulfat

lama

perendaman,


dan

interaksinya

Tanaman jati mempunyai benih dengan kulit
yang sangat keras (Anonim, 1997a). Hal ini akan

METODOLOGI PENELITIAN

menghambat proses perkecambahan benih. Kulit

Penelitian dilakukan di labortaorium

benih ini sedemikian kerasnya sehingga bila

Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi

akan di semai perlu diberi perlakuan khusus.

fakultas

Perlakuan khusus ini dapat dilakukan dengan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola

cara fisik maupun kimia. Salah satu perlakuan

factorial

MIPA

UNDIP.

Menggunakan

3 X 4. Faktor I adalah lama
29

Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi
Suyatmi, Endah Dwi H, Sri Darmanti, 28-36
perendaman (W1 : 20 menit, W2 : 30 menit dan

perlakuan yaitu : 20 menit, 30 menit dan

W3 : 40 menit), faktor II adalah konsentrasi

40 menit. Setiap kombinasi perlakuan

asam sulfat (K0 : H2SO4 0%, K1 : H2SO4 70%,

sejumlah 10 benih. Setelah direndam

K2 : H2SO4 80% dan K3 : H2SO4 90%). Data

dalam H2SO4, benih dicuci dengan air

yang diperoleh dianalisis dengan ANAVA pada

untuk

taraf signifikasi 95%, dilanjutkan dengan uji

masih menempel pada kulit benih

Duncan’s pada taraf uji 95%. Masing-masing

kemudian dikecambahkan dalam media

perlakuan dengan 3 ulangan. Parameter yang

pasir dengan cara benih dimasukkan

diamati adalah : persentase perkecambahan (%),

pada lubang dengan kedalaman 2 cm,

panjang hipokotil kecambah (cm), panjang akar

kemudian ditutup dengan pasir. Jarak

(cm) dan berat kering kecambah (mg). Tahap-

antar benih 3 X 3 cm dengan posisi

tahap penelitian adalah sebagai berikut:

benih tegak (Anonim, 1997b).

a. Persisapan.
Benih

jati

menghilangkan

H2SO4

yang

c. Pemeliharaan
diperoleh

dari

Pusat

Pemeliharaan berupa penyiraman air

Pengembangan Sumber Daya Hutan

dengan volume sama

(Pusbanghut) Cepu Jawa Tengah. Benih

perlakuan. Penyiraman dilakukan sekali

dipilih yang tidak cacat, ukuran seragam

sehari (Sumarna, 2001)

pada

semua

dengan dimeter 12-14 mm. Media

d. Pengamatan

perkecambahan berupa pasir yang sudah

Pengamatan

dilakukan

diayak dan dijemur selama 2 hari

mencapai

perkecambahan

(Purwanto, 1992).

(Anonim, 1997a). Dengan mengamati

b. Perlakuan dengan asam sulfat (H2SO4)

parameter

bila

perkecambahan,

sudah
60%

panjang

Benih direndam dalam H2SO4 dengan

hipokotil, panjang radikula, beret basah

konsentrasi sesuai perlakuan yaitu : 0%,

dan

70%, 80% dan 90%, masing-masing

perkecambahan dihitung dengan rumus :

dengan

waktu

perendaman

berat

kering

kecambah.

%

sesuai

Jumlah kecambah normal
Persen perkecambahan = _________________________ X 100%
Jumlah benih

30

Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi
Suyatmi, Endah Dwi H, Sri Darmanti, 28-36
tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN

berbeda

nyata

dengan

W3K1

dan

Pengamatan pengaruh perlakuan lama

menunjukkan hasil paling tinggi. Hal ini karena

peredaman dan konsentrasi asam sulfat yang

konsentrasi W1 (70%) merupakan konsentrasi

berbeda terhadap persentase perkecambahan

yang belum terlalu pekat sehingga hanya

benih jati seperti pada gambar 1.

melunakkan kulit benih dan pada perendaman

Hasil Anava pada taraf signifikasi 95%
menunjukkan
perendaman

bahwa
tidak

perlakuan

berpengaruh

lama

30 dan 40 menit H2SO4 tidak terserap sampai
embrio sehingga

embrio tidak mengalami

terhadap

kerusakan. Perendaman benih dalam H 2SO4

persentase perkecambahan sedangkan perlakuan

menyebabkan kulit benih menjadi lunak, air dan

konsentrasi

terhadap

gas dapat berdifusi masuk dan senyawa-senyawa

persentase perkecamhan benih, dan terdapat

inhibitor perkecambahan seperti fluoride dan

interaksi antara perlakuan konsentrasi

H2SO4

kaumarin larut ke dalam H 2SO4 selama proses

dengan lama perendaman. Dari uji Duncan’s

perendaman (Salisbury dan Ross, 1995; Isbandi,

menunjukkan bahwa interaksi perlakuan W2K1

1989).

H2SO4

berpengaruh

Persentase perkecambahan (%)

Rerata Persentase Perkecambahan (%) Benih Jati dengan Perlakuan
Lama Perendaman dan Konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4)

60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0

K0(0%)
k1(70%)

K2(80%)
W1(20 W2(30
menit) menit)

K3(90%)
W3 (40
menit)

Lama Perendaman

Gambar 1. Histogram rerata persentase perkecambahan (%) benih jati pada perlakuan lama perendaman (menit) dan
konsentrasi H2SO4 (%) yang berbeda.

31

Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi
Suyatmi, Endah Dwi H, Sri Darmanti, 28-36
Proses pelunakan kulit benih melalui

protein baru misalnya α amilase. Apabila enzim

mekanisme sebagai berikut : dinding sel

α amilase semakin meningkat maka proses

tersusun atas mikrofibril selulosa yang terikat

hidrolisis amilum menjadi gula sederhana dapat

pada

berlangsung

matrik

nonselulosik

polisakarida.

lebih

cepat.

Pembentukan

α

Mikrofibril selulosa terdiri dari protein, pektin

amylase juga dipengaruhi oleh giberelin yang

dan polisakarida. Pektin dapat berubah menjadi

ada dalam embrio. Pada awal perkecambahan

Ca pektat melalui reaksi esterisasi dengan

asam giberelin diaktifkan untuk membentuk α

menambahkan Ca

2+

(Wareing dan Phillips,

amylase (Gardner dkk, 1991).

1989). Perlakuan H2SO4 dalam hal ini adalah

Hasil yang paling rendah diperoleh pada

merubah posisi ion Ca2+ dari subtansi pektin,

perlakuan W1K0, W2K0, W3K0 dan perlakuan

dikarenakan H2SO4 melepaskan hydrogen pada

W3K2, W1K2, W1K3, W2K3 dan W3K3. Lama

mikrofibril

komponen

perendaman selama 20, 30 dan 40 menit dalam

matrik satu dengan komponen matrik yang lain

konsentrasi 0% atau tanpa H2SO4 tidak mampu

melalui ikatan hidrogen. Salah satu komponen

melunakkan

matrik yaitu siloglukan yang terikat dengan serat

mempengaruhi banyaknya air yang terserap

mikrofibril selulosa dengan membentuk ikatan

benih.

hidrogen. Ikatan hidrogen ini mudah lepas

W1K3,W2K3 dan W3K3 konsentrasi H2SO4

dengan

terlalu pekat, sehingga mengganggu proses

selulosa.

adanya

Pengikatan

H2SO4

sehingga

terjadi

kulit

benih,

Sedangkan pada

sehingga

tidak

perlakuan W3K2,

perubahan komponen dinding sel kemudian

metabolism

dinding

menjadi

Konsentrasi H2SO4 80% dan 90% yang terlalu

berkurang dan kulit benih menjadi lunak

pekat menyebabkan denaturasi protein enzim.

(Wareing dan Phillips, 1989).

Page (1985) menjelaskan bahwa protein enzim

sel

melonggar,

turgor

pada

kotiledon

dan

embrio.

Setelah terjadi penyerapan air, enzim

dapat mengalami denaturasi akibat derajad

diaktifkan dan masuk ke dalam endosperm dan

keasamam yang terlalu tinggi atau terlalu

mendegradasi zat cadangan makanan..Enzim

rendah. H2SO4 dapat mempengaruhi pH pada

amilase merombak pati menjadi glukosa, enzim

materi yang dikenainya. Derajad keasaman (pH)

lipase merombak lemak menjadi asam lemak

sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim.

dan

Hampir

gliserol,

merombak

sedangkan

protein

menjadi

enzim
asam

protease
amino.

perubahan

semua
pH

enzim
dan

sensitive

biasanya

terhadap

aktivitasnya

Senyawa-senyawa sederhana ini akan ditrasport

berkurang bila pH medium berubah dari pH

ke embrio untuk pertumbuhan. Selain itu dari

optimalnya (Manitto, 1992). Dari penjelasan

aktivitas kerja enzim protease akan dihasilkan

diatas dapat diduga bahwa rendahnya persentase

asam amino yang berguna untuk pembentukan

perkecambhan disebabkan adanya penurunan
32

Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi
Suyatmi, Endah Dwi H, Sri Darmanti, 28-36
metabolism sebagai akibat adanyan gangguan

perkecambahan karena absorbsi H2SO4 pada

pada reaksi enzimatis di dalam benih akibat

perendaman 20 menit sudah mencapai titik

perubahab pH.

jenuh dan pada perendaman selanjutnya tidak

Perendaman benih dalam H2SO4 pada

terjadi penyerapan H2SO4. Jadi perbedaan waktu

konsentrasi 70% dan 890% selama 20,30 dan 40

ini tidak mempengaruhi banyaknya H2SO4 yang

menit menghasilkan persentase perkecambahan

terserap oleh benih.

yang

lebih

tinggi

dari

control.

Hal

ini

Hasil pengamatan dan analisis data yang

dikarenakan kombinasi perlakuan ini lebih

diperoleh

optimal dn lebih cepat untuk melunakkan kulit

perendaman dan konsentrasi H2SO4 terhadap

benih daripada benih hanya direndam dalam air

pertumbuhan kecambah yang diamati dengan

pada lama perendaman yang sama.

parameter panjang hipokotil kecambah, panjang

pada

pengaruh

perlakuan

lama

Konsentrasi H2SO4 yang digunakan

radikula kecambah dan berat kering kecambah

pada setiap perlakuan memberikan pengaruh

menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak

yang berbeda. Konsentrasi K0 (0%) berbeda

berpengaruh nyata terhadap semua parameter

nyata dengan K1 (70%) dan K2 (80%).

pertumbuhan yang diamati. Hal ini berarti

Konsentrasi K1 berbeda nyata dengan K2 dan

bahwa

K3, konsentrasi K2 berbeda nyata dengan K3

konsentrasi H2SO4 pada beberapa konsentrasi

tetapi K0 tidak berbeda nyata dengan K3. K0

dan interaksinya hanya berpengaruh terhadap

tidak berbeda nyata dengan dengan K3. Karena

persentase pwrkecambahan, tetapi setelah benih

konsentrasi

sehingga

berkecambah pertumbuhan selanjutnya tidak

mengganggu metabolism di kotiledon dan

dipengaruhi oleh perlakuan tersebut. Hasil

embrio di dalam benih serta menyebabkan

tersebut dapat dilihat pada gambar histogram

persentase perkecambahan rendah.

berikut ini :

K3

Perbedaan
berpengaruh

terlalu

lama

nyata

tinggi

perendaman

terhadap

perlakuan

lama

perendaman

dan

tidak

persentase

33

Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi
Suyatmi, Endah Dwi H, Sri Darmanti, 28-36

Panjang hipokotil kecambah (cm)

Rerata Panjang Hipokotil Kecambah Jati (cm) pada Perlakuan
Lama Perendaman (menit) dan Konsentrasi Asam Sulfat (%)

1.520
1.500
1.480

K0(0%)

1.460

K1(70%)

1.440

K2(80%)

1.420

K3(90%)
W1(20mnt)
W2(30mnt)

W3(40mnt)

Lama perendaman (menit)

Gambar 2. Histogram rerata panjang hipokotil (cm) kecambah jati pada perlakuan lama perendaman (menit) dan
konsentrasi H2SO4 (%) yang berbeda.

Panjang Radikula (cm)

Rerata Panjang Radikula Kecambah (cm) pada perlakuan
lama perendaman (menit) dan konsentrasi asam sulfat (H2SO4) (%)

2.000
1.500

1.000
500
0

K0(0%)
K1(70%)
K2(89%)
K3(90%)

Lama Perendaman (menit)

Gambar 3. Histogram rerata panjang radikula (cm) kecambah jati pada perlakuan lama perendaman (menit) dan
konsentrasi H2SO4 (%) yang berbeda.

34

Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi
Suyatmi, Endah Dwi H, Sri Darmanti, 28-36

Rerata Berat kering kecambah (mg)

Rerata berat kering kecambah (mg) jatipada perlakuan
lama perendaman dan konsentrasi H 2S4

10

8
6
4
K3(90%)
K2(80%)

2

K1(70%)

0
W1(20mnt)

K0(0%)
W2(30mnt)

W3(40mnt)

Gambar 4. Histogram rerata berat kering kecambah jati (mg) pada perlakuan lama perendaman (menit) dan
konsentrasi H2SO4 (%) yang berbeda.

Perlakuan perendaman dengan H 2SO4

persentase perkecambahan benih jati. Perlakuan

tidak mempengaruhi panjang hipokotil, panjang

H2SO4 konsentrasi 70% pada lama perendaman

radikula dan berat kering kecambah dikarenakan

30 dan 40 menit menunjukkan persentase

biji

setelah

perkecambhan yang paling tinggi. Benih yang

terpengaruh pada

mampu berkecambah dengan perlakuan tersebut

pelunakan kulit benih dan tidak sampai ke

pertumbuhan kecambahnya tidak dipengaruhi

embrio sehingga embrio tetap dapat tumbuh

oleh perlakuan.

yang

mampu

perlakuan H2SO4

berkecambah

hanya

dengan normal. Tetapi apabila perlakuan H 2SO4
sampai pada embrio benih, maka embrio tidak

DAFTAR PUSTAKA

akan mengalami pertumbuhan sehingga tidak

Anonim, 1997a, Pedoman Pengecambahan
Benih Jati, penerbit Direksi Perum
Perhutani, Jakarta.
Anonim, 1997b, Bibit Tanaman, PT Penebar
Swadaya, Jakarta.
Bewley, D dan M. Black, 1978, Physiology and
biochemistry of Seed, Springer verlag,
Berlin Heidlberg.
Cordes, J.W.H, 1992, Hutan Jati di Jawa,
Perum Perhutani Unit II, Malang jawa
Timur.

sampai terjadi perkecambahan.

KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa kombinasi perlakuan lama perendaman
dan konsentrasi H2SO4 berpengaruh terhadap

35

Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi
Suyatmi, Endah Dwi H, Sri Darmanti, 28-36
Gardner, F.W; P. Pearce dan Michen, 1991,
Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Harjadi, S.S., 1979, Pengantar Agronomi,
Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Hufaid, A.R.E., 1990, Pengaruh Perendaman
Air Panas Dalam Beberapa Temperatur
Terhadap Prosentase Perkecambahan Benih
jati (Tectona grandis), Tugas akhir STIF,
Semarang.
Isbandi, 1989, Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman, UGM Press, Yogyakarta.
Kamil, J, 1982, Teknologi Benih, Penerbit
Angkasa, Bandung.
Manitto P., 1981, Biosintesis Produk Alami,
diterjemahkan oleh Koesoemardiyah, IKIP
Semarang Press, Semarang.
Page,D.S., 1985, Prinsip-Prinsip Biokimia, edisi
ke 2, diterjemahkan oleh Soendoro, Penerbil
Erlangga, Jakarta.

Sagala, J., 1990, Perlakuan Benih cendana
Dengan Air, asam Sulfat, GA3, Jurnal
Departemen Kehutanan, Bogor.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross, 1995, Fisiologi
Tumbuhan, diterjemahkan oleh Diah R
Lukman, Penerbit ITB, Bandung.
Setyasih, M. 2002, Pengujian Benih jati
(Tectona grandis Linn. f) di Pusat
Pengembangan Sumber Daya Hutan Cepu
(Pusbanghut), PKL Fakultas Pertanian UPN
Veteran, Jawa timur.
Sumarna, Y., 2001, Budidya Jati, PT. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sumiasri, N. dan D. Priyadi, 2002, Pertumbuhan
Biji Sengon Pada variasi Lamanya
Perendaman dalam Zat pengatur Tumbuh
BAP, Jurnal Duta farming Vol. 2 no. 1, STIP
Farming, semarang.
Wareing, P.F. dan I.D. Phillips, 1989, Growth
and defferntiation Plants, 3rd edition,
Pergamon Press, Chicago.

36