116991 ID peningkatan keterampilan sosial melalui

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL
MELALUI METODE BERMAIN PERMAINAN TRADISIONAL
PADA ANAK TK B
PUTRI ADMI PERDANI
PAUD PPs Uniersitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. Email: [email protected]
The aims of this research is to get information and data about the effort to increase children’s
social skills in grade B kindergarten through playing method of traditional games in TK Nurul
‘Ain, Desa Gue Gajah, Aceh Besar.Research method used action research method. This method
conduced in two cycles according to Kemmis and Taggart model which consist of 4 stages (plan,
action, observation, and reflection). Data collecting techniques used field notes, interview,
documentation, and observation. Sample was taken from 20 children of 5-6 years old.The result of
the research shows that children’s social skills through playing method of traditional games could
increase of grade B kindergarten. Analysis of data obtained from the comparison between pretest
and posttest score. The end result of the overall analysis of the data is the percentage increase of
78,61% which showed from pretest the class average is 42,55 up to 54,13 at posttest result.
Keywords: Social skills, traditional games, playing method

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data tentang upaya
meningkatkan keterampilan sosial anak kelas B melalui metode bermain permainan tradisional
bermain di TK Nurul 'Ain, Desa Gue Gajah, metode Aceh Besar. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian tindakan. Metode dilakukan dalam dua siklus menurut model Kemmis
dan Taggart yang terdiri dari 4 tahap (rencana, tindakan, observasi, dan refleksi). Teknik
pengumpulan data adalah catatan lapangan, wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sampel
diambil dari 20 anak usia 5-6 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan sosial anak
melalui metode bermain permainan tradisional kelas B meningkatkan. Hasil akhir dari keseluruhan
analisis data adalah peningkatan persentase = 78,61% yang menunjukkan dari pretest rata-rata
kelas adalah 42,55 sampai dengan 54,13 pada hasil posttest.
Kata kunci: keterampilan sosial, permainan tradisional, metode bermain

Pendidikan bagi anak usia

kehidupan, baik sebagai pribadi yang

dini sangat penting, kareana anak

utuh maupun sebagai bagian dari

berada pada masa “golden age”,

kehidupan sosial masyarakat. Taman


yaitu masa dimana anak tumbuh dan

Kanak-Kanak sebagai salah satu

berkembang

bentuk lembaga pendidikan yang

dengan

cepat.

Pendidikan anak sejak usia dini

bertugas

melakukan

berfungsi mempersiapkan diri anak


pembinaan

melalui

untuk

pendidikan

menjadi

bagian

dari

dalam

upaya
rangsangan
bentuk

335

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

pembelajaran, diharapkan melalui

juga menemukan beberapa hal yang

pembelajaran

diberikan

menjadi masalah yang dihadapi oleh

lembaga tersebut, maka anak akan

sekolah tersebut, terutama tentang

memiliki kesiapan untuk memasuki


keterampilan sosial, seperti masih

pendidikan ke jenjang lebih lanjut.

ditemui

Kenyataan

cenderung senang dan memilih untuk

di

yang

lapangan,

Kanak-Kanak

Taman


cenderung

beberapa

bermain

siswa

sendiri,

yang

tidak

dan

mau

menganggap bahwa Taman Kanak-


berinteraksi

Kanak merupakan miniatur Sekolah

dengan anak lain, dan mengasingkan

Dasar (SD).

diri.

Ada

bersosialisasi

yang

lebih

suka


tradisional

mengganggu anak lain, sukar diatur,

di

dunia

dan suka membantah. TK Nurul „Ain

pendidikan, anak, dan kehidupan

berdiri pada tahun 1994, guru di TK

sosial dalam masyarakat, karena

Nurul „Ain adalah guru-guru yang

banyaknya


permainan-permainan

sering mendapatkan pelatihan dan

modern yang bermunculan sehingga

seminar tentang pendidikan anak TK,

permainan

lagi

bahkan 2 dari 7 orang guru di TK

dimanfaatkan sebagai salah satu

Nurul „Ain merupakan guru yang

metode yang diajarkan di sekolah,


berprestasi. Atas dasar ini peneliti

termasuk di TK Nurul „Ain. Hal ini

ingin dan perlu memberikan motivasi

dapat dipastikan bahwa satu elemen

juga inovasi kepada guru-guru di TK

kebudayaan telah hilang, salah satu

ini,

peran pendidikan adalah mewariskan

meningkatkan keterampilan sosial

budaya


anak. Oleh karena itu,

Permainan
semakin

terpinggirkan

tradisional

dan

tidak

sekaligus

pembawa

perubahan (Adiwikarta, 1988:58).

terutama

dalam

rangka

peneliti

melakukan penelitian dengan metode

Hasil observasi pra penelitian

penelitian tindakan (action research)

yang dilakukan oleh peneliti di TK

untuk meningkatkan keterampilan

Nurul

„Ain

ditemukan

bahwa

kegiatan bermain bukanlah salah satu

sosial

melalui

metode

bermain

permainan tradisional.

metode yang sering dilakukan, apa

Fokus penelitian ini yaitu

lagi permainan tradisional. Peneliti

upaya meningkatkan keterampilan
336

PeningkatanKeterampilan…
Putri Admi Perdani

sosial melalui bermain permainan

berbagi (sharing), bekerja sama,

tradisional pada anak TK Kelompok

berpartisipasi

B di Taman Kanak-Kanak Nurul

masyarakat (Seefeldt dan Barbour,

„Ain, Desa Gue Gajah, Kabupaten

1994: 578-159). Anak-anak yang

Aceh

ini

mempunyai kesadaran diri yang kuat

penelitian

siap untuk belajar hidup bersama

Besar.

menggunakan

Penelitian
metode

tindakan (action research)

yang

dengan

dalam

orang lain.

kelompok

Kemampuan

meliputi empat tahapan, yaitu (1)

berkomunikasi

perencanaan (planning); (2) tindakan

perilaku

(action);

digunakan individu dalam situasi-

(3)

(observation);

dan

(reflection).

pengamatan
(4)

Bentuk

refleksi

adalah

yang

situasi

perilaku-

dipelajari

interpersonal

dan

untuk

penelitian

memperoleh

tindakan ini adalah memberikan

pengukuhan

suatu tindakan pada subjek yang

Dengan

diteliti

bermain

sosial bukanlah kemampuan yang

menggunakan permainan tradisional

dibawa sejak lahir tetapi diperoleh

“Galasin”, “Kejar-Kejaran (Kriim)”,

melalui proses belajar, baik belajar

dan

sebagai

dari orang tua sebagai figur yang

varibel bebas dan untuk mengetahui

paling dekat dengan anak maupun

peningkatan

belajar

dengan

“Lompat

Karung”
keterampilan

sosial

sebagai varibel terikat.

atau
dari

demikian,

dari

teman

memelihara
lingkungannya.
keterampilan

sebaya

dan

lingkungan masyarakat. Kurikulum
bagi anak usia dini perlu dirancang
untuk

Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial adalah

mendorong

keterampilan

sosial anak dan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat.

keahlian

memelihara

hubungan

dengan

membangun

jaringan

Keterampilan sosial (social

untuk

skill) adalah kemampuan mengatasi

serta

segala permasalahan yang timbul

membangun hubungan baik (Osland,

sebagai hasil dari interaksi dengan

2002: 372). Keterampilan sosial

lingkungan

meliputi keterampilan komunikasi,

menampilkan diri sesuai dengan

berdasarkan

kemampuan

menemukan

titik

temu

sosial

dan

mampu

337

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

aturan dan norma yang berlaku

menawarkan

(Fatimah, 2006: 94). Keterampilan

memberikan atau menerima pujian.

sosial secara umum diartikan sebagai

Keterampilan

respon-respon dan keterampilan yang

berhubungan dengan usia dan jenis

memberikan seorang individu untuk

kelamin.

dan

mempertahankan

bantuan

ini

Kedua,

hubungan

dan

kemungkinan

perilaku

yang

positif dengan orang lain (Walker

berhubungan dengan diri sendiri,

dalam

keterampilan mengatur diri sendiri

Rosenberg,

Penerimaan

1992:

teman

41).

sebayanya,

dalam

situasi

penguasaan ruang kelas yang baik

keterampilan

dan memberikan individu untuk

memahami

mengatasi masalah sosial secara

mengontrol

efektif, dan bisa diadaptasi dengan

kemampuan

lingkungan sosial.

memperkirakan

sosial,

misalnya

menghadapi
perasaan

stres,

orang

emosi.
ini

lain,

Dengan

anak

dapat

kejadian-kejadian

Uraian di atas disimpulkan

yang mungkin akan terjadi dan

bahwa keterampilan sosial adalah

dampak perilakunya pada situasi

kemampuan

berkomunikasi,

sosial tertentu.

bekerjasama, berbagi, berpartisipasi,

Ketiga,

perilaku

dan beradaptasi (simpati, empati dan

berhubungan

mampu memecahan masalah serta

akademis,

disiplin sesuai dengan peraturan dan

keterampilan

sosial

norma

mendukung

prestasi

yang

berlaku).

Ciri-ciri

dengan
yaitu

keterampilan sosial (Elksnin dan

sekolah,

misalnya

Elksnin, 1999: 2), sebagai berikut:

dengan

tenang

Pertama,

perilaku

yang

kesuksesan

perilaku

atau

yang

dapat

belajar

di

mendengarkan
saat

guru

menerangkan pelajaran, mengerjakan

interpersonal adalah perilaku yang

pekerjaan

menyangkut

yang

melakukan apa yang diminta oleh

melakukan

guru, dan semua perilaku yang

digunakan

keterampilan
selama

interaksi sosial.

Perilaku ini disebut

keterampilan menjalin persahabatan,
misalnya

memperkenalkan

diri,

sekolah

dengan

baik,

mengukuti aturan kelas.
Keempat,
berhubungan

perilaku

dengan

yang

penerimaan
338

PeningkatanKeterampilan…
Putri Admi Perdani

teman

sebaya

(peer

acceptace),

bekerja sama, mampu menempatkan

misalnya memberi salam, memberi

diri

dan meminta informasi, mengajak

menghargai

teman terlibat dalam suatu aktivitas,

keterampilan

dan dapat menangkap dengan tepat

menggunakan

emosi oran lain.

kontrol social; serta (3) keterampilan

Kelima,
komunikasi

adalah

dalam

lingkungan
orang

social,

lain;

untuk

(2)
belajar

kontrol

diri

dan

keterampilan

untuk saling bertukar pikiran dan

salah

pengalaman dengan orang lain.

satu

Sejalan

keterampilan yang diperlukan untuk

dengan

pendapat

menjalin hubungan sosial yang baik.

tersebut, keterampilan sosial anak di

Kemampuan

antaranya meliputi beberapa hal

anak

dalam

berkomunikasi dapat dilihat dalam

(McIntyre,

beberapa bentuk, antara lain menjadi

berikut:

pendengar

interaksi

yang

responsif,

2005:

(1)

120)

tingkah

positif

sebagai

laku

dengan

dan
teman

mempertahankan perhatian dalam

lainnya; (2) perilaku sesuai di dalam

pembicaraan dan memberikan umpan

kelas;

balik terhadap kawan bicara.

frustasi dan kemarahan; (4) cara-cara

Aspek-aspek

keterampilan

untuk mengatasi konflik dengan

social, siswa hendaknya memiliki

orang lain. Sementara itu, untuk anak

cakupan

keterampilan

pra sekolah perlu dikembangkan

(Jarolimek,

1977:

208),

social
sebagai

(3)

keterampilan

cara-cara

sosial,

mengatasi

seperti:

(1)

berikut: (1) Living and working

keterampilan yang dapat membantu

together, taking turns, respecting the

anak di tingkat selanjutnya, seperti

rights of others, being socially

keterampilan

mendengarkan;

(2)

sensitive; (2) Learning self-control

keterampilan

bertanya;

(3)

and self-direction, and (3) Sharing

bagaimana menjalin dan memelihara

ideas and experience with others.

pertemanan; (4) perasaan; (5) positif,

Adapun yang dimaksud Jarolimeks

tidak agresif ketika menghadapi

adalah

itu

konflik; dan (6) membiasakan diri

(1)

dengan stress.

meliputi

keterampilan

sosial

aspek-aspek

Keterampilan hidup bersama dan
339

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

Berdasarkan

Bermain Permainan Tradisional
Bermain

merupakan

suatu

atas,

maka

pengertian

disimpulkan

di

bahwa

sarana yang memungkinkan anak

bermain pada masa kanak-kanak

berkembang secara optimal. Bermain

merupakan: (1) kegiatan keseharian

dapat mempengaruhi seluruh area

sebagai dasar pembelajaran yang

perkembangan

dengan

dilakukan dengan serius oleh setiap

kepada

anak secara alamiah mengenai diri

anak

memberikan

kesempatan

anak untuk belajar tentang dirinya

sendiri

sendiri,

dan

pekerjaan anak yang menunjukkan

Bermain

tingkah laku yang menyenangkan,

orang

lain

lingkungannya.

dan

lingkungannya;

memberikan kebebasan kepada anak

dinamis,

untuk berimajinasi, bereksplorasi,

Karakteristik

dan menciptakan sesuatu (Carron &

2007: 143-144), sebagai berikut: (1)

Jan, 1999: 21). Menurut Bruner

Bermain merupakan motivasi yang

bermain adalah kegiatan yang serius

lahir dari dalam diri pribadi (Play is

dan

pokok

Personally Motivated); (2) Bermain

dalam masa kanak-kanak (Hurlock,

merupakan kegiatan yang aktif (Play

1980: 121). Orang dewasa bermain

is Active); (3) Bermain merupakan

merupakan kegiatan relaksasi setelah

kegiatan yang berpura-pura atau

mereka menyelesaikan pekerjaannya

bukan sungguhan (Play is Often

sedangkan bagi anak-anak adalah hal

Nonliteral);

yang mereka lakukan sepanjang hari

memiliki sasaran yang pasti atau

karena hidupnya adalah bermain

ekstrinsik (Play has No Extrinsic

(Mayesky, 1990: 196). Bermain

Goals); (5) Para pemainlah yang

merupakan

memaknai permainannya (Players

merupakan

kegiatan

kegiatan

keseharian

aktif,

dan

(2)

konstruktif.

bermain

(4)

Bermain

Supply

1977: 243). Bermain adalah dunia

Bermain tidak memiliki peraturan

kerja anak usia prasekolah dan

yang pasti/ekstrinsik (Play has No

menjadi hak setiap anak untuk

Extrinsic Rules)

tanpa

dibatasi

(Tedjasaputra, 2001: xvi).

usia

Ada

tiga

to

Play),

tidak

setiap anak (Ki Hajar Dewantara,

bermain,

Meaning

(Brewer,

tipe

(6)

bermain

(Brewer, 2007: 142), yaitu: (1)
340

PeningkatanKeterampilan…
Putri Admi Perdani

Bermain bebas, anak bebas memilih

kebutuhan

berbagai bentuk mainan dan juga

Kebanyakan permainan tradisional

bebas

dengan

dipengaruhi oleh alam sekitarnya.

caranya sendiri; (2) Bermain dengan

Oleh karena permainan ini selalu

panduan,

menarik, menghibur sesuai dengan

memainkannya

anak

mainannya

dapat

namun

memilih

berdasarkan

masyarakat

kondisi

masyarakat

setempat.

saat

itu.

pilihan mainan atau permainan yang

Sukirman

Dharmamulya

sudah ditetapkan oleh guru sesuai

mengungkapkan nilai-nilai budaya

dengan maksud untuk menanamkan

yang terkandung dalam permainan

konsep tertentu; (3) Bermain dengan

tradisional (Andang Ismail, 2006:

peraturan, guru memberikan arahan

106), antara lain: (1) melatih sikap

dan petunjuk kepada anak tentang

mandiri;

bagaimana cara anak memainkan

keputusan;

permainan tertentu.

jawab; (4) jujur; (5) sikap dikontrol

(2)

berani

(3)

mengambil

penuh

tanggung

tradisional

oleh lawan; (6) kerjasama; (7) saling

merupakan salah satu folkfore yang

membantu dan saling menjaga; (8)

beredar

membela kepentingan kelompok; (9)

Permainan

secara

lisan

dan

turun

termurun serta banyak mempunyai

berjiwa

demokrasi;

(10)

patuh

variasi

terhadap

peraturan;

(11)

penuh

sehingga

permainan

tradisional dipastikan usianya sudah

perhitungan; (12) ketepatan berpikir

tua, tidak diketahui asal usulnya juga

dan bertindak; (13) tidak cengeng;

tidak

(14) berani; (15) bertindak sopan;

diketahui

menciptakan

siapa

permainan

yang
tersebut

(Danandjaya, 1987: 171). Permainan
tradisional
permainan

sering
rakyat,

disebut

juga

merupakan

dan (16) bertindak luwes.
Karakteristik

permainan

tradisional, diantaranya: Pertama,
permainan

tradisional

lebih

dan

menggunakan alam sekitar sebagai

berkembang pada masa lalu terutama

sumber bermain dan sebagai sumber

tumbuh di masyarakat pedesaan

alat permainan. Yang dibutuhkan

(Yunus, 1981). Permainan tradisional

hanya kemauan dan daya kreativitas

tumbuh dan berkembang berdasarkan

dalam mengolah bahan yang ada di

permainan

yang

tumbuh

341

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

lingkungan

sekitar

menjadi

alat

nilai

kebersamaan,

kejujuran,

permainan. Misalkan mobil-mobilan

tanggung jawab, sikap lapang dada

yang terbuat dari kulit jeruk bali,

(kalau kalah), dorongan berprestasi,

egrang yang dibuat dari bambu atau

menghargai orang lain, keakraban,

kayu atau batok kelapa, permainan

toleransi, aktif, kreatif, kemandirian,

tembak-tembakan dari tulang daun

kepedulian

pisang atau bambu kecil, dan lain

sekitar, solidaritas, sportivitas, dan

sebagainya.

taat

lebih

terhadap

pada

aturan.

lingkungan

Semua

itu

Kedua, permainan tradisional

didapatkan bila pemain benar-benar

sering

menghayati, menikmati, dan mampu

dimainkan

dengan

jumlah pemain yang ramai, walau

memaknai permainan tersebut.
Keempat, memiliki sifat yang

beberapa dapat dimainkan hanya
ini

fleksibel, yaitu dapat dimainkan di

merupakan kekuatan dari bermain

dalam ruangan maupun di luar

permainan

berdua

atau

bertiga.

Hal

tradisional,

yaitu

ruangan

interaksi

sosial

dimainkan di luar ruangan atau di

dengan mengutamakan kerjasama,

lapangan) dan peraturan permainan

kekompakan, saling asah asih asuh,

pun

dan melatih emosi juga moral anak

kesepakatan para pemain. Kelima,

karena anak selain dituntut untuk

pengalaman

bermain jujur juga bermain dengan

pemainnya merupakan pengalaman

adil dan penuh tanggung jawab

yang bersifat emosional yang lahir

kepada

dari kontak fisik dan kontak mata

mengutamakan

anggota

sepermainannya.

Faktor kesenangan bersama adalah
hal

(walau

dapat

lebih

disesuaikan

yang

banyak

dengan

didapat

dari

juga komunikasi antarpemain.

yang dijunjung oleh setiap

anggota

sepermainan,

contohnya

dalam permainan “Galasin”, “Petak
Umpet” atau “Tarik Tambang”.
Ketiga, permainan tradisional

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode penelitian tindakan (action
research)

model
yang

Kemmis
meliputi

dan

memiliki nilai-nilai luhur dan pesan-

Taggart,

empat

pesan moral tertentu seperti nilai-

tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2)
342

PeningkatanKeterampilan…
Putri Admi Perdani

tindakan, (3) pengamatan, dan (4)

Penelitian dilaksanakan pada

refleksi. Dengan memberikan suatu

semester akhir, pada bulan Januari-

tindakan pada subjek yang diteliti

Maret 2013 di TK Nurul Ain, Desa

melalui

permainan

Gue Gajah, Aceh Besar. Sumber data

“Kejar-

adalah siswa kelompok B dengan

“Lompat

rentang usia 5-6 tahun. Guru kelas

Karung” sebagai varibel bebas dan

yang mengajar di kelas B3 TK Nurul

keterampilan sosial anak sebagai

„Ain merupakan partisipan yang

varibel terikat dilakukan dalam dua

berperan sebagai pelaksana proses

siklus.

belajar mengajar. Kepala Sekolah

bermain

tradisional
Kejaran

“Galasin”,

(Kriim)”,

dan

Instrumen

penelitian

dikembangkan oleh peneliti yang

merupakan

terbagi dalam 5 aspek diuraikan

mengamati kegiatan dan memberikan

dalam

penilaian

19

berdasarkan

indikator
uji

yang valid

validitas

dan

sesuai

observer,

terhadap

dengan

yang

kinerja

lembar

guru

kegiatan

realibitas. Teknik pengumpulan data

proses belajar mengajar. Peneliti

penelitian

teknik

sebagai perancang atau pendesain

catatan lapangan, wawancara, teknik

dan observer terhadap pembelajaran

observasi, dan pengisian lembar

yang dirancang bersama guru dan

instrument penelitian. Selama proses

kepala sekolah. Peneliti merupakan

penelitian,

partisipan aktif ikut serta dalam

menggunakan

peneliti

bersama

kolaborator melakukan pengamatan

melakukan

yang

membantu

hasilnya

kolaboratif

dievaluasi

dan

memberikan

dan
tindakan

dan

kepada subjek penelitian. Peneliti

dipergunakan sebagai bahan analisis

membuat perencanaan tindakan yang

data dan perencanaan untuk siklus

akan dilakukan secara sistematik

selanjutnya. Hasil tes awal (pretest)

kemudian

dibandingkan dengan hasil tes akhir

kepada subjek yang diteliti. Selama

tindakan (posttest) untuk melihat

proses penelitian, peneliti bersama

apakah tindakan yang dilakukan

kolaborator melakuan pengamatan.

sudah

Hasil dari pengamatan dievaluasi

menunjukkan

atau belum.

refleksi

secara

pengamatan

peningkatan

memberikan

tindakan

secara kolaboratif dan refleksi. Hasil
343

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

tindakan digunakan sebagai bahan

yaitu: (1) aspek kerjasama, meliputi:

analisis data dan perencanaan untuk

menolong atau meminta pertolongan

siklus selanjutnya.

dari teman; (2) aspek komunikasi,

Kriteria

keberhasilan

meliputi:

menyampaikan

tindakan dari masing-masing siklus

pendapatatau ide, mengajak teman

yaitu siklus pertama dan kedua

bermain bersama, mau menjawab

dilihat

dan memberi pertanyaan; (3) aspek

berdasarkan

Syarat

Ketuntasan Minimal dari sekolah

berbagi

tersebut (TK Nurul „Ain) sebesar

mainan atau makanan; (4) aspek

70%. Kriteria penilaiannya adalah <

partisipasi, meliputi: bermain dalam

25 % = kurang, 26-50 % = cukup,

kelompok,

51-75% = baik, 76-100 %= baik

bertiga dengan teman dekat; (4)

sekali

Aspek adaptasi, meliputi: simpati,
empati,

meliputi:

mau

bermain

disiplin,

berbagi

berdua

dan

atau

mampu

menyelesaikan masalah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
mengukur

Nilai yang diperoleh siswa

peningkatan keterampilan sosial anak

dari instrument yang terdiri dari 19

kemudian membandingankan hasil

butir

peningkatan antara sebelum dan

maksimum yang bisa diperoleh anak

sesudah

Peneliti

pernyataan,

dengan

nilai

diberikannya

tindakan.

untuk setiap butirnya adalah sebesar

dilakukan

selama

3 poin dan keseluruhannya adalah

pelaksanaan

tindakan

dengan

sebesar 57 poin. Status keterampilan

melakukan

pencatatan,

Observasi

baik

sosial

yang

dimiliki

siswa

B3

menggunakan catatan lapangan (field

sebelum adanya perlakuan (pretest)

note), lembar observasi maupun

adalah sebagai berikut.

instrumen yang telah disediakan.
Data yang diperoleh dianalisis secara
kuantitatif dan kualitatif.
Fokus
keterampilan

peningkatan
sosial

anak

dari

penelitian ini dalam beberapa aspek
344

PeningkatanKeterampilan…
Putri Admi Perdani

Tabel 1 Status Keterampilan Sosial Anak

keterampilan sosial anak TK B3 pada

Kelas B3 TK Nurul ‘Ain pada Pretest

akhir penelitian (posttest).

Nama

Skor
Pretest

(%)

Keterangan

29

50,88

Cukup

48
46
43
49
46
52
44

84,21
80,70
75,44
85,97
80,70
91,23
77,19

Baik Sekali
Baik Sekali
Baik
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali

39

68,42

Baik

40
44

70,18
77,14

Baik
Baik Sekali

33

57,89

Baik

26

45,61

Cukup

54
49
48
47
52
40

94,74
85,97
84,21
82,46
91,23
70,18

Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali

22

38,60

Cukup

Sf
Sl
Hh
Zk
Ir
Sm
Au
RK
In
Az
Ik
Fd
Fw
Nd
Ap
Ph
CD
Dk
RS
Sb
Rerata

Syarat
Kelulusan
Belum
Lulus

Belum
Lulus

Belum
Lulus
Belum
Lulus

Belum
Lulus

disimpulkan
orang

tabel

bahwa

siswa

dinyatakan

dengan jumlah nilai sebesar 68,42%
dan 57,89% masuk ke dalam kriteria
“baik” sedangkan 2 orang siswa lagi
45,61%
dalam

jumlah

nilai

sebesar

dan 38,60% masuk ke
kriteria

“cukup”,

Fw
Nd
Ap
Ph
CD
Dk
RS
Sb
Rerata

(%)

Keterangan

83,33
97,37
99,12
95,61
98,25
98,25
100
98,25
96,49
99,12
99,12
87,72

Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali

39,50

69,30

Baik

56,50
55,50
56,50
55,50
55,00
54,50
52,50

99,12
97,37
99,12
97,37
96,49
95,61
92,11

Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
54,13

Berdasarkan tabel di atas,

4

“belum lulus”, yaitu 2 orang siswa

memiliki

Sf
Sl
Hh
Zk
Ir
Sm
Au
RK
In
Az
Ik
Fd

Skor
Postest
47,50
55,50
56,50
54,50
56,00
56,00
57,00
56,00
55,00
56,50
56,50
50,00

1,

sebanyak

(20%)

Kelas B3 TK Nurul ‘Ain pada Posttest
Nama

42,55

Berdasarkan

Tabel 2 Status Keterampilan Sosial Anak

dengan

rerata sebesar 42,55. Berikut tabel
untuk melihat peningkatan status

maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah masih ada seorang siswa yang
dinyatakan

“belum

lulus”

yaitu

dengan jumlah nilai sebesar 69,30%
walaupun termasuk ke dalam kriteria
“baik”.

Seorang

siswa

mampu

mencapai peningkatan keterampilan
sosial dengan nilai sempurna yaitu
sebesar 100%, dengan rerata sebesar
54,13.

Peningkatan

keterampilan
345

Syarat
Kelulusan

Belum
Lulus

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

sosial anak di kelas B3 TK Nurul

memberikan pujian kepada temannya

„Ain per aspek dibandingkan hasil

ketika bermain bersama. Peningkatan

pretest dengan posttest-nya adalah

terendah

terjadi

pada

aspek

sebagai berikut:

partisipasi

yaitu

indikator

ke-12

Tabel 3 Perbandingan Nilai Pretest dengan Nilai Posttest Keterampilan Sosial Anak per
Aspek di Kelas B3 TK Nurul ‘Ain
Aspek

Indikator

Kerjasama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Komunikasi

Berbagi
Partisipasi

Adaptasi

Jumlah
Rerata

Skor
Pretest
56
45
41
41
43
50
38
45
52
53
48
57
44
41
39
31
40
40
46
850
42,50

Posttest
60,00
60,00
56,00
57,50
56,00
59,50
56,00
60,00
60,00
59,00
59,00
59,50
56,50
54,50
53,50
49,50
57,00
53,50
57,50
1084,50
54,23

Peningkatan
(%)
6,67
25,00
21,67
27,50
21,67
15,83
30,00
25,00
13,33
10,00
18,33
4,17
20,83
22,50
24,17
30,83
28,33
22,50
19,17

Total peningkatan

Tabel di atas dapat dilihat

(Anak mau bermain dengan teman

bahwa peningkatan terbesar terjadi

dekat) karena sudah bayak anak yang

pada aspek adaptasi yaitu indikator

mampu mempraktikkan keterampilan

ke-16

sosialnya dalam hal mau bermain

pujian).

(Anak

mau

Artinya

memberikan

terjadi

banyak

dengan teman dekat. Bila diuraikan

perubahan kearah yang lebih baik

dalam histogram, maka akan tampak

pada keterampilan anak untuk mau

sebagai berikut.

346

PeningkatanKeterampilan…
Putri Admi Perdani

60
40

Perbandingan Skor Pretest

20

Perbandingan Skor Postest
Persentase (Peningkatan)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Histogram 1 Perbandingan Nilai Pretest dengan Nilai Posttest Keterampilan Sosial
Anak per Aspesk di Kelas B3 TK Nurul ‘Ain

tradisional

SIMPULAN
Berdasarkan

hasil

cukup

efektif

untuk

analisis

dijadikan menu pembelajaran dalam

data dan pembahasan, disimpulkan

meningkatkan keterampilan sosial

bahwa keterampilan sosial anak di

anak di kelas B3 TK Nurul „Ain.

kelas B3 TK Nurul „Ain mengalami
peningkatan

setelah

stimulus

dengan

metode

bermain

tradisional

(Galasin,

Permainan tradisional yang

diberikan

digunakan dalam penelitian ini, yaitu

menggunakan

“Galasin”, “Kriim”, dan “Lompat

permainan

Karung” yang memiliki karakteristik

Kriim,

dan

permainan

yang

mengasah

dan

Lompat Karung). Hal ini dapat

mampu memberikan stimulus kepada

dilihat dari hasil pretest dimana

siswa dalam interaksi teman sebaya

keterampilan sosial yang dimiliki

yang

siswa B3 secara keseluruhan sebesar

berbagi, berkomunikasi, partisipasi

851 dengan rerata 42,55.

yang

Setelah

baik

aktif

berupa

serta

kebersamaan,

kemampuan

diberikan tindakan pada siklus I

beradaptasi yang baik. Hal ini juga

terjadi peningkatan sebesar 939,50

didukung dari kemampuan guru

dengan rerata 46,98 dan pada siklus

dalam menempatkan dirinya sebagai

II sebesar 1039,50 dengan rerata

fasilitator dan motivator sehingga

51,98. Pada data posttest yang

pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dilakukan sebagai refleksi setelah

dapat dilaksanakan sesuai dengan

dilakukannya siklus I dan siklus II,

apa

hasil yang diperoleh adalah 1082,50

sebelum proses tindakan dilakukan.

dengan rerata 54,13. Data tersebut
memberi bukti bahwa permainan

yang

sudah

Pelaksanaan

direncanakan

proses

pembelajaran dengan menggunakan
347

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

permainan

keterampilan sosial anak di kelas B3

tradisional perlu adanya perhatian

TK Nurul „Ain berimplikasikan pada

dan pemahaman yang baik bagi guru

perlunya

untuk dapat melihat dan memberikan

permainan tradisional sebagai salah

bimbingan, arahan, dan motivasi

satu metode pembelajaran di taman

serta

berdasarkan

kanak-kanak.

kebutuhan dan karakter siswa. Cara

menunjukkan

yang

peningkatan hasil pada keterampilan

metode

bermain

penguatan

ditempuh

adalah

dengan

penerapan

memberikan contoh nyata pada anak

sosial

sesuai

lingkungannya.

metode

yang

tradisional.

dengan

Beberapa

hal

biasa

anak

bermain

Hasil

penelitian

adanya

proses

melalui

penerapan

bermain

permainan

Namun

demikian,

disampaikan guru kepada siswa,

peningkatan ini dirasakan belum

seperti: anak yang sholeh adalah

maksimal. Oleh karena itu perlu

anak yang memiliki perilaku yang

adanya usaha ke arah yang lebih baik

baik, sopan, mau berteman baik, mau

lagi.

berbicara dengan bahasa dan intonasi
yang

baik,

atau

menerapkan

1. Bagi siswa TK diharapkan
hasil

penelitian

ini

dapat

peraturan yang disepakati bersama

berdampak bagi keterampilan

berikut dengan sanksi yang harus

siswa yang akan berguna bagi

dijalankan bila terjadi pelanggaran.

siswa sebagai makhluk sosial

Guru melibatkan anak yang kurang

yang akan terjun ke masyarakat

suka

yang lebih luas dari waktu ke

bermain

dalam

kelompok
tugas-tugas

waktu

ringan atau mengajak siswa tersebut

kelak.

dengan

memberikan

ke dalam diskusi-diskusi ringan. Hal

dalam

kehidupannya

2. Bagi guru TK diharapkan dapat

ini dimaksudkan agar keberhasilan

pengalaman

tindakan dapat dicapai dengan hasil

alternatif bagi penentuan dan

yang optimal dan bermanfaat bagi

perencanaan

siswa.

pembelajaran
Hasil

penelitian

dan

solusi

kegiatan
yang

dapat

tindakan

diterapkan oleh guru dalam

yang dilakukan untuk meningkatkan

membimbing dan menstimulus
348

PeningkatanKeterampilan…
Putri Admi Perdani

keterampilan sosial siswa yang

cukup, bimbingan, dan mau

disesuaikan

bekerjasama

dengan

tahap

perkembangan anak.

dalam

dengan

kegiatan

guru

pembinaan

anak, karena tanpa kerjasama
maka sulit mencari jalan keluar

SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan
implikasi penelitian tersebut di atas,
ada beberapa saran yang dapat
disampaikan sebagai berikut:
1. Guru

diharapkan

bagi permasalah yang dihadapi
putra-putri kita.
4. Penelitian

lebih

mendalam untuk memecahkan
terus

permasalahan

menggali dan mengembangkan

terutama

potensi yang dimiliki setiap

dengan

siswa

anak.

dengan

yang

menerapkan

di

yang

sekolah,
berkaitan

keterampilan

sosial

Mungkin

dapat

metode yang menyenangkan,

menerapkan metode bermain

inovatif, dan kreatif. Salah

dengan permainan tradisional,

satunya dengan menerapkan

namun

bermain permainan tradisional

permainan yang berbeda.

sebagai

menu

2. Kepala sekolah untuk dapat
pembinaan,

arahan, dan motivasi kepada
guru agar mau menjadi guru
yang berdedikasi tinggi dan
memantau

kegiatan

pembelajaran, baik di dalam
kelas maupun di luar kelas,
terutama

dalam

pilihan

pembelajaran

sekolah.

memberikan

dengan

penekanan

“belajar sambil bermain”.
3. Kepada orang tua untuk dapat
memberikan perhatian

yang

DAFTAR PUSTAKA
Adiwikarta, Sudardja, Sosiologi
Pendidikan:
Isyu
dan
Hipotesis tentang Hubungan
Pendidikan
dengan
Masyarakat.
Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Proyek
Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, 1988.
Anggraika, Keterampilan Sosial
Anak. (online)
www.google.com (diakses 5
juni 2008).
Brewer, Jo Ann, Introduction to
Early Childhood Education.
Sixth Edition. United States
349

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

of
America:
Pearson
Education, Inc., 2007.
Carron, Carol E. & Ellen Jan, Early
Childhood
Curricullum:
Creative Play Model. New
Jersey, USA: Prentice-Hal.
Inc., 1999.
Danandjaya,
James.
Folklore
Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1987.
Dewantara, Ki Hajar, Bagian
Pertama
Pendidikan.
Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa,
1997.
Elksnin & Elksnin, Keterampilan
Sosial pada Anak Menengah
Akhir.
1999.
(http:f4jar.multiply.com/journ
al/item/191) (diakses 23 April
2012)
Fatimah,
Enung,
Psikologi
Perkembangan:
Perkembangan
Peserta
Didik. Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2006.
http://id.shvoong.com/socialsciences/psychology/2176661
-pengertian-keterampilansosial-socialskill/#ixzz1uWuzEio8
(diakses 23 Mei 2012)
Ismail, Andang. Education Games:
Menjadi Cerdas dan Ceria
dengan Permainan Edukatif.
Yogyakarta: Pilar Media,
2006.
Jarolimek,
John.
Social
Competencies and Skill:
Learning to Teach as an
Intern. New York: McMillan
Publishing, 1977.
Mayesky, Mary, Creative Activities
for Young Children. Fourth

Edition. New York: Delmar
Publishers Inc.,1990.
McIntyre, Teaching Social Skills to
Kids Who Don’t Have Them
Now Behavior Advisor. New
York: Merril, an Imprint of
Macmillan
Publishing
Company, 2005.
Osland, Joice. S, David Kolb, dan
Irwin
Rubin,
The
Organizational
Behavior
Reader. New Jersey: Prentice
Hall, 2002.
Rosenberg, Michael S., et.al.,
Educating Students With
Behavior Disorders. Boston
London: Allyn and Bacon,
1992.
Sari, Dini P. Daeng, Metode
Mengajar di Taman KanakKanak. Bagian II. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Proyek Pendidikan Tenaga
Akademik, 1996.
Seefeldt, Carol dan Nita Barbour,
Early Childhood Education.
An
Introduction.
Third
Edition.
New
York:
Macmillan
College
Publishing Company, 1986.
Tedjasaputra, Mayke S., Bermain,
Mainan, dan Permainan.
Jakarta: PT Grasindo, 2001.
Yunus, Ahmad. Permainan Rakyat
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta:
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Proyek, Inventarisasi, dan
Dokumentasi Kebudayaaan
Daerah, 1981.

350