Praktik bank-bank ilegal di kalangan pedagang pasar - USD Repository

PRAKTIK BANK-BANK ILEGAL DI KALANGAN PEDAGANG PASAR SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Ekonomi

  Oleh : Ratna Setyo Utami NIM : 031324026 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

PRAKTIK BANK-BANK ILEGAL DI KALANGAN PEDAGANG PASAR SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Ekonomi

  Oleh : Ratna Setyo Utami NIM : 031324026 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  PE

  RSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan kepada :

Tuhan Yesus serta Bunda M aria v

  Bapak Agustinus beserta keluarga v

  I bu terkasih dan keluarga besar di Ngrambe v

  Diri saya sendiri, dan v

  v Sahabat hatiku Agoenk W

  MOTTO Percayalah kepada Tuhan dengan sepenuh hat imu Dan j anganlah mengandalkan pert anyaan sendiri I ngat lah pada Tuhan dalam segala sesuat u yang kau lakukan Maka ia akan menj anj ikan padamu cara hidup yang baik Keberhasilan dalam hidup Tergant ung Pada diri, hat i kemauan j uga usahamu

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebaga imana layaknya karya ilmiah.

  

ABSTRAK

PRAKTIK BANK-BANK ILEGAL

DI KALANGAN PEDAGANG PASAR

Ratna Setyo Utami

  

Universitas Sanata Dharma

2007

  Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan cara kerja bank ilegal dalam memperoleh nasabah, penetapan bunga yang dilakukan bank ilegal, pertimbangan bank ilegal dalam pemberian kredit kepada para nasabah dan cara bank ilegal dalam menyelesaikan kredit yang bermasalah.

  Penelitian dilakukan di Pasar Desa Ngrambe, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada bulan Juni sampai Agustus 2007. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur dan observasi. Sampel penelitian adalah seluruh bank ilegal yang memberikan kredit di Pasar Desa Ngrambe yaitu sebanyak 15 bank. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

  Hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1.

  Dalam menawarkan kredit pada nasabah bank ilegal mendatangi nasabah, dibayar nasabah dan melakukan pengamatan terhadap nasabah mengenai jenis dan besar usaha, jika nasabah setuju petugas meminta Kartu Tanda Penduduk dan nasabah dapat langsung menerima dana yang diajukan.

  2. Bank ilegal menetapkan bunga sebesar 20%-25% perperiode pinjaman yang berkisar antara 1-6 bulan. Bunga tidak akan berubah berapapun besarnya pinjaman dan lamanya waktu angsuran.

  3. Bank ilegal menggunakan pertimbangan berdasarkan capacity untuk nasabah baru dan character untuk nasabah lama dalam menilai kelayakan mendapatkan kredit dari bank ilegal .

  4. Bank ilegal tidak melakukan tindakan hukum jika ada kredit yang bermasalah, tetapi hanya memberikan peringatan dan kemudahan dal;am mengangsur kepada nasabah.

  

ABSTRACT

  

ILEGAL BANKS PRACTICE

AMONG TRADITIONAL MARKET SELLERS

Ratna Setyo Utami

Sanata Dharma University

  

2007

  This research aim to reveal the way ilegal banks get the custumer, determine interest, consider the credit receiver and the credit solve the problems. This research was held at traditional market Ngrambe, District Ngrambe,

  Ngawi, East Java. From June 2007 to August 2007. The data collecting methods used were structural interviews and observation. The samples were all ilegal banks which gave credit at traditional market Ngrambe consisted of 15 banks. The data analysis method used was descriptive qualitative with data reduction, data provided and draw conclusion. This research results are as follows : 1.

  The ilegal banks proceduces in offering credit are by visiting the customers, explaining about the interest, explaining about the amount of installment payment, and surveying on customers type of business. If the customer agree, the bank ask the copy of customer identification card as a quarantee and then

  2. The ilegal banks state interest 20%-25% for 1-6 months loan. This is a fixed interest means that the interest does not depend on the amount and period of loan.

  3. The ilegal banks use capacity and character consideration to choose the credit receivers.

  4. The ilegal banks do not take any law track if bad debt happened, but the banks only warn to the customers and give an easy way for install payment.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya. Sehingga penulisan skripsi berjudul “ Praktik Bank-bank Ilegal di Kalangan Pedagang Pasar” ini dapat selesai dengan lancar dan baik. Skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

  Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Jurusan

  Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

  Ekonomi Universitas Sanata Dharma sekaligus selaku pembimbing I, yang telah membimbing penulis dengan sabar dan penuh perhatian, serta memberikan banyak kritik dan saran membangun yang berguna bagi penyelesaian skripsi ini.

  4. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto selaku pembimbing II, yang telah membimbing penulis dengan sabar dan telaten, memberikan masukan- masukan dan semangat sehingga penulis termotivasi menyelesaikan skripsi ini.

  5. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si. yang telah membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  6. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. yang telah banyak memberikan saran, masukan dan motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini dengan lancar.

  7. Ibu Catur Rismiati selaku pembimbing abstrak, yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian abstrak.

  8. Pihak sekretariat Pendidikan Ekonomi, mbak titin yang baik dan sabar, yang telah banyak membantu kelancaran urusan selama penulis melaksanakan studi di Universitas Sanata Dharma.

  9. Bapak Agustinus Karno dan keluarga yang telah memberikan kesempatan belajar serta dukungan dalam bentuk doa, nasehat juga materi pada penulis, sehingga dapat melaksanakan studi sampai tingkat perguruan tinggi.

  10. Bapak dan ibuku terkasih, terima kasih atas segala doa juga kerja keras buat sekarang giliran iut yang berjuang buat ibuk.

  11. Mbak Endang terkasih beserta calon jagoan ciliknya dan Mas Yus, atas perhatian, doa, materi juga semangat yang diberikan. Mas Agus dan mbak Muji beserta keluarga, kapan kita kumpul bareng lagi.

  12. Keponakan-keponakanku tersayang, Candra & Bily yang manis jangan sering bikin ibuk marah ya, pertahankan terus rangking satunya lek ut selalu doa buat kalian. Faiz & Dilla kapan tempat kakung uti, lek ut kangen lho. Dek Rizky juga alm. Dimas yang ganteng. Makasih atas kelucuan, kenakalan juga celotehnya yang selalu bikin lek ut bahagia memiliki kalian.

  13. Sahabat hati juga hidupku Agoenk W, atas kebersamaan kita selama ini, doa, semangat, kasih, pengertian, omelan juga materi beserta keluarga besar yang selalu mendukung. Mz…ade’ dah lulus, terima kasih atas 7 tahun yang menyenangkan beserta kesedihan-kesedihannya.

  14. Seluruh warga Menur II, mz Nino, mz Cndra juga mz Anka yang baik, Sastro teman setia dalam menjalani suka duka di Jogja, akhirnya kita lulus ya….ari”yem” yang baik, yuyu yang sering kasih makanan, ndut yang sering kena omelam, mba Q-thul dah selesai nich cepat nyusul ya…..Christo yang manja juga baik, mba ut dah selesai dek jadi manjanya ganti ke mbak wahyu aja ya….oke, ciip. Balong doanya sekarang sendiri aja ya.., tutik, ika item, wigiz, momon, tari, dedy atas kebersamaan yang indah selama ini.

  15. Sahabat-sahabatku Ika Yoganingsih, Pipit Anistia Ageska, Christina Yuyun K, 16.

  Teman-teman Pendidikan Ekonomi ’03 ( Meyta, Nining, Rini, Riska, Ningsih, Asih, Asti, Ian, Isnani, Nanik, M’ Sandi, Diah, Wayah, Tasya, Lius, Istadi, Urbanus, Anang, Hendra, Koko, Bona, Okta, Wisnu, Andika, Heri, Romo Fredi, Rino).

  17. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu Yogyakarta, 22 November 2007

  Penulis

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….. iv HALAMAN MOTTO…………………………………………………. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………. vi ABSTRAK……………………………………………………………… vii

  ABSTRACT…………… ………………………………………………….. viii

  KATA PENGANTAR………………………………………………….. ix DAFTAR ISI……………………………………………………………. xii DAFTAR TABEL………………………………………………………. xiv DAFTAR BAGAN……………………………………………………… xv DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………… 1 B. Rumusan Masalah………………………………………. 4 C. Tujuan Penelitian……………………………………….. 4 D. Manfaat Penelitian……………………………………… 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Perbankan dalam Perekonomian…………………. 6 B. Akses Masyarakat terhadap Perbankan…………………. 8 C. Pelayanan Jasa Perbankan bagi Masyarakat Kecil……… 10 D. Gambaran Umum Bank Ilegal…………………………… 14 E. Penelitian Terdahulu……………………………………... 18 F. Kerangka Pemikiran……………………………………… 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian…………………………………………… 22 B. Lokasi Penelitian…………………………………………. 22 C. Subyek dan Obyek Penelitian……………………………. 23

  D.

  Populasi dan Sampel……………………………………… 23 E. Batasan Operasional……………………………………… 24 F. Variabel Penelitian……………………………………… 25 G.

  Teknik Pengumpulan Data……………………………… 25 H. Data yang dicari………………………………………… 27 I. Teknik Analisis Data…………………………………… 28

  BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Bank Ilegal…………………………... 30 1. Sejarah Bank Ilegal…………………………………… 30 2. Struktur Organisasi…………………………………… 31 3. Modal dan Keanggotaan……………………………… 36 B. Gambaran Umum Pasar Ngrambe………………………. 39 1. Keadaan Geografis…………………………………… 39 2. Keadaan Pedagang…………………………………… 40 3. Fasilitas-fasilitas Pasar……………………………….. 42 4. Pengelola Pasar………………………………………. 43 BAB V PEMBAHASAN 1. Cara kerja Bank-bank ilegal dalam memperoleh nasabah….. 45 2. Penetapan bunga yang dilakukan oleh bank-bank ilegal…… 52 3. Pertimbangan bank-bank ilegal dalam pemberian kredit kepada Nasabah…………………………………………………… 56 4. Cara bank-bank ilegal dalam menyelesaikan kredit bermasalah 58 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………… 63 B. Saran……………………………………………………….. 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 2 HASIL WAWANCARA LAMPIRAN 3 SURAT PERMOHONAN IJIN KEPADA BAPPEDA LAMPIRAN 4 SURAT IJIN PENELITIAN DARI BAPPEDA

  DAFTAR TABEL A. Halaman

  Tabel III.1 Kisi-kisi Wawancara……………………………………

  26 Tabel III.2 Kisi-kisi Kuesioner……………………………………..

  27 Tabel IV.1 Nama Bank-bank ilegal………………………………..

  37 Tabel IV.2 Nama Bank-bank ilegal, Nama petugas……………….

  38 Tabel IV.3 Jumlah Pedagang Berdasarkan Tempat Berdagang……

  40 Tabel IV.4 Jumlah Pedagang Menurut Jenis Kelamin……………..

  41 Tabel V.1 Besarnya Pinjaman, Besarnya Pinjaman yang harus Dikembalikan, Lama dan Besarnya Angsuran………..

  54 Tabel V.2 Besarnya Pinjaman, Besarnya Pinjaman yang harus Dikembalikan, Lama dan Besarnya Angsuran………..

  54

  DAFTAR BAGAN B. Halaman

  Bagan II.1 Fungsi bank sebagai Lembaga Intermediasi……………. 7 Bagan V.1 Tahap-Tahap Dalam Pemberian Kredit Oleh Bank-Bank Ilegal yang Telah Lama Memberikan Kredit …………..

  48 Bagan V.2 Tahap-Tahap Dalam Pemberian Kredit Oleh Bank-Bank Ilegal yang baru…………………………………………

  49 Bagan V.3 Tahap-tahap Pemberian Kredit Oleh Bank Umum……...

  51 Bagan V.4 Tahap-tahap Pengembalian Pinjaman Secara Normal Pada bank-bank Ilegal………………………………………….

  59 Bagan V.5 Tahap-tahap Pengembalian Pinjaman Bermasalah Pada bank-bank Ilegal………………………………………….

  60 Bagan V.6 Tahap-tahap Pengembalian Pinjaman yang macet Pada bank-bank Ilegal…………………………………………

  61

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

  Gambar IV.1 Struktur Bank Ilegal Tipe I……………………………

  33 Gambar IV.2 Struktur Bank Ilegal Tipe II…………………………..

  34 Gambar IV.3 Struktur Bank Ilegal Tipe III………………………….

  34 Gambar IV.4 Struktur Organisasi Bank Umum………………………

  35 Gambar IV.5 Struktur Organisasi Petugas di Pasar Ngrambe………..

  44

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil makmur yang merata materiil dan spirituil bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan pedesaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

  pembangunan nasional. Dalam usaha peningkatan kesejahteraan rakyat dan melaksanakan pembangunan pedesaan melalui pemerataan kesempatan berusaha, pemerintah telah memberikan perhatian melalui sektor perbankan dengan memberikan bantuan kredit bagi kegiatan usaha di pedesaan.

  Peningkatan usaha di pedesaan di sektor pertanian dan di luar sektor pertanian sangat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan selanjutnya taraf hidup mereka. Tingkat hidup masyarakat pedesaan pada umumnya relatif rendah, disebabkan pendapatan dari sektor pertanian kecil sehingga kesempatan mereka untuk memulai usahanya di luar sektor pertanian sangat terbatas.

  Pada umumnya permodalan merupakan masalah yang senantiasa dihadapi. Padahal permodalan merupakan unsur penting dalam mendukung peningkatan usaha dan selanjutnya taraf hidup. Kekurangan modal akan sangat membatasi ruang gerak aktivitas usaha, yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan. Pemilikan modal yang terbatas, sementara sumber dana dari luar yang biasa membantu mengatasi kekurangan modal tidak

  2 mudah diperoleh, telah membuat semakin sulitnya masyarakat untuk meningkatkan usahanya.

  Masalah kekurangan modal yang dihadapi masyarakat sebenarnya sudah mendapat perhatian dari pemerintah. Hal ini terbukti dengan adanya kebijakan yang ditujukan untuk membantu masyarakat mencukupi kebutuhan modalnya melalui lembaga kredit formal, seperti : Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu bank swasta yang mendapatkan pengawasan dan pembinaan dari Bank Indonesia dan mempunyai kedudukan sama seperti bank-bank umum lainnya serta BRI Unit Desa dengan bermacam- macam jenis kreditnya.

  Pada kenyataannya usaha pemerintah mengadakan lembaga kredit formal belum sepenuhnya mencapai sasaran yang diharapkan. Prosedur yang berbelit-belit seperti harus membawa surat keterangan dari desa dan juga harus tersedianya jaminan untuk memperoleh kredit, serta jangka waktu yang relatif lama untuk terkabulnya permohonan kredit telah menjadi penghambat ditinjau dari segi tingkat bunga lembaga kredit formal lebih rendah, namun adanya faktor- faktor penghambat tersebut telah menyebabkan unsur bunga rendah yang ditawarkan tidak lagi menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk meminjam uang di lembaga kredit formal. Bahkan ada kecenderungan di kalangan masyarakat untuk mencari tambahan modal kepada pihak lain di luar lembaga kredit formal. Salah satu alternatif bagi masyarakat tersebut adalah dengan meminjam uang kepada pelepas uang atau lebih dikenal dengan sebutan bank ilegal atau “bank plecit”.

  3 Bank ilegal atau bank plecit sebagai istilah yang timbul dan populer di kalangan masyarakat, merupakan suatu fenomena dalam masyarakat yang diakui dan diperlukan keberadaanya, khususnya di kalangan pedagang pasar. Bank ilegal ini merupakan usaha perseorangan tetapi ada pula yang berbadan usaha dengan tujuan meminjamkan uang dengan persyaratan yang mudah dan prosedur yang tidak berbelit-belit. Sehingga, dewasa ini bank ilegal menjadi salah satu tumpuan bagi para pedagang pasar untuk memperoleh pinjaman modal.

  Ditinjau dari prosedur pemberian kredit dengan persyaratan mudah seperti itu, tidaklah mengherankan apabila sebagian besar pedagang pasar tertarik untuk meminjam uang kepada bank ilegal. Praktik Bank-bank ilegal dengan bunga yang tinggi mencapai 30% jelas mencekik usaha kecil, namun praktik seperti ini tetap hidup dan mempunyai pangsa pasar tersendiri karena memang bermanfaat dan sangat membantu para masyarakat ataupun pedagang (http://www.smeeda.com/deputi7/file_infokop/edisi%2023/m.taufik.3.htm). Selain karena kemudahan dalam prosedur, bank-bank ilegal mempunyai keunggulan lain, yaitu dapat menjangkau daerah-daerah terpencil. Karena umumnya lembaga keuangan formal hanya ada didaerah-daerah yang letaknya strategis (http://www.samarinda.go.id/v4/?q=node/8533).

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Praktik Bank-Bank Ilegal

  Di Kalangan Pedagang Pasar”

  4

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara kerja bank-bank ilegal dalam memperoleh nasabah ? 2.

  Bagaimana penetapan bunga yang dilakukan oleh bank-bank ilegal ? 3. Apa saja yang menjadi pertimbangan bank-bank ilegal dalam pemberian kredit kepada para nasabah ?

  4. Bagaimana cara bank-bank ilegal dalam menyelesaikan kredit bermasalah ?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini untuk :

  1. Mengetahui bagaimanakah cara kerja bank-bank ilegal dalam memperoleh nasabah

2. Mengetahui bagaimana penetapan bunga yang dilakukan bank-bank ilegal.

  3. Mengetahui apa saja yang menjadi pertimbangan bank-bank ilegal dalam pemberian kredit kepada para nasabah

  4. Mengetahui bagaimana cara atau hal-hal yang dilakukan bank-bank ilegal dalam menyelesaikan kredit yang bermasalah

  5

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1.

  Bank-bank ilegal Dengan penelitian ini, penulis berharap bank-bank ilegal mempunyai pandangan mengenai hal- hal yang berkaitan dengan pemberian kredit pada para nasabah yang diharapkan dapat digunakan untuk perbaikan dan pengembangan usaha.

  2. Bagi masyarakat Dengan penelitian ini penulis berharap masyarakat mengetahui keuntungan dan kerugian dengan meminjam uang kepada Bank-bank ilegal sehingga menjadi pertimbangan bagi masyarakat.

  3. Bagi penulis Penulis dapat mengetahui dan mempelajari tentang usaha Bank-bank ilegal baik dalam tata cara pemberian kredit maupun penentuan bunga Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi dan selanjutnya dikaji lebih mendalam oleh Universitas.

  5. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk melihat dan menyikapi kenyataan yang ada, sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki kebijakan kredit yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Perbankan dalam Perekonomian Secara garis besar lembaga keuangan dapat dikelompokkan menjadi

  lembaga keuangan bank, atau seringkali hanya disebut bank, dan lembaga keuangan bukan bank. Bank menurut UU RI no 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk la innya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan melihat pengertian bank tersebut, maka bank mempunyai tugas menjadi perantara bagi masyarakat yang ingin menyimpan maupun memperolah tambahan dana.

  Menurut Suseno dan Piter Abdullah (2003), bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi- fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat.

  Sebagai suatu lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi atau lembaga perantara, bank merupakan suatu lembaga yang menjembatani kepentingan pihak yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan

  7 pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Sebagai lembaga perantara, pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan atau deposito berjangka sesuai dengan kebutuhannya. Sementara itu, pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank.

  Apabila proses intermediasi tersebut berjalan dengan baik, maka semua pihak yaitu bank, pihak yang mempunyai kelebihan dana, pihak yang membutuhkan dana, dan pada gilirannya perekonomian secara keseluruhan akan memperoleh manfaat dari keberadaan suatu bank. Berikut merupakan bagan arus bank sebagai suatu lembaga yang mempunyai fungsi intemediasi atau sebagai lembaga perantara :

  

Bagan 1. 1. Fungsi Bank sebagai Lembaga Intermediasi

  Bank kelebihan dana kekurangan dana atau kreditur atau debitur

  Pihak yang mempunyai kelebihan dana akan memperoleh manfaat berupa pendapatan bunga dari dana yang disimpan di bank, sementara itu pihak yang menbutuhkan dana memperoleh manfaat berupa ketersediaan dana dari bank untuk melakukan investasi atau produksi. Bank sendiri akan memperoleh manfaat berupa selisih pendapatan dan biaya bunga. Di sisi lain, perekonomian juga mendapat manfaat berupa mekanisme alokasi sumber- sumber dana secara efektif dan efisien.

  8 Selain sebagai lembaga intermediasi, bank juga memberikan pelayanan dalam lalu lintas pembayaran. Dengan adanya bank, masyarakat dapat melakukan berbagai pembayaran melalui bank, maka berbagai cara pembayaran dapat berjalan dengan lebih lancar. Dengan sistem pembayaran yang efisien, aman, dan lancar, perekonomian juga akan dapat berjalan dengan lancar (Suseno dan Piter Abdullah, 2003).

B. Akses Masyarakat terhadap Perbankan

  Peran perbankan sebagai lembaga intermediasi dan lalu lintas pembayaran jika berjalan dan dilakukan dengan baik maka akan sangat membantu terwujudnya suatu perekonomian yang baik, yang nantinya akan berpengaruh terhadap kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

  Melalui fungsi intermediasi tersebut, perbankan diharapkan dapat menjadi tumpuan atau tempat bagi masyarakat kecil yang membutuhkan dana sebagai modal usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Saat ini, adanya keterbatasan akses masyarakat ke sumber-sumber permodalan, terutama akses ke bank (Taufiq, 2007). Keterbatasan akses tersebut mengakibatkan masyarakat kecil sulit untuk mendapatkan pinjaman kredit untuk modal usahanya.

  Bank hanya memberikan layanan kredit yang sesuai dengan prosedur dan persyaratan tertentu untuk menghasilkan keuntungan secara proposional.

  Prosedur dan persyaratan tersebut menjadi parameter baku yang harus dipenuhi jika masyarakat ingin mendapatkan kredit dari bank.

  9 Persyaratan administrasi yang menjengkelkan, jaminan kekayaan yang harus tersedia, serta prosedur yang berbelit-belit telah menjadi pembatas bagi masyarakat untuk mendapatkan kredit dari bank (Mubyarto, 1986:5). Persyaratan dan prosedur yang sulit tersebut tidak akan dapat dipenuhi oleh masyarakat kecil yang mengharapkan terpenuhinya kebutuhan modal dalam waktu yang cepat, dengan persyaratan dan prosedur yang mudah serta biaya murah, kurangnya pengetahuan dan kemampuan dalam mencukupi prosedur dan persyaratan perbankan untuk memperoleh kredit semakin menambah sulitnya akses masyarakat terhadap pelayanan jasa bank.

  Akses kredit dari perbankan, umumnya hanya dinikmati oleh para pengusaha atau perusahaan besar yang dengan mudah dapat memenuhi persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh bank. Sehingga menimbulkan kesan bahwa kredit dari perbankan hanya untuk para pengusaha yang modal dan skala usahanya sudah besar dan bukan untuk masyarakat yang usahanya kesejahteraan hidupnya. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya Loan to Deposit

  Ratio ( rasio total penyaluran kredit terhadap total penghimpunan dana) yang

  hanya sebesar 40 % dari batas yang ideal yaitu 90 % - 100 %. Dari total dana pihak ketiga yang mencapai 800 triliun yang disalurkan berupa kredit kepada masyarakat hanya 411,2 triliun, dan dari kredit yang disalurkan tersebut masyarakat kecil dan UKM hanya menerima 42,47 triliun (Bussines News, 10 Mei 2003). Hal ini semakin membuktikan bahwa akses dan kesempatan masyarakat untuk memperoleh pinjaman dana dari bank sangat terbatas, dan

  10 meskipun ada sangat kecil jumlahnya dibandingkan dengan yang diperoleh para pengusaha dan industri besar.

C. Pelayanan Jasa Perbankan bagi Masyarakat Kecil

  Untuk membantu kesulitan-kesulitan para pengusaha kecil, pemerintah telah mencanangklan beberapa program kredit yang diharapkan dapat membantu kebutuhan modal yang diperlukan para pengusaha kecil. Beberapa jenis kredit tersebut diantaranya :

  1. Kredit Usaha Tani (KUT) Kredit ini bertujuan untuk membantu para petani dalam mengembangkan usaha pertaniannya seperti membeli bibit, pupuk dan keperluan lain yang digunakan untuk meningkatkan hasil pertaniannya. Pemerintah menunjuk Bank Rakyar Indonesia sebagai pelaksananya melalui Koperasi Unit Desa. Suku bunga yang harus di bayar para petani adalah 12 % setahun dan jangka waktu pinjaman adalah 7 bulan. Prosedur koperasi yaitu: Pertama. Petani mengajukan pinjaman kepada pihak Koperasi kemudian menunggu jawaban dari pihak koperasi; Kedua, setelah pihak koperasi mengabulkan permoohonan kreditnya, maka petani tersebut akan mendapatkan pinjaman yang telah diajukannya, setelah itu petani harus membeli barang-barang yang dibutuhkannya di koperasi. Selain melayani peminjaman kredit berupa uang, koperasi juga memberikan kredit dalam bentuk barang seperti pupuk, obat hama, bibit. Untuk mengembalikan pinjaman berupa barang, para petani membayarnya dengan

  11 cicilan berupa uang yang besarnya telah ditentukan dan disepakati. Akan tetapi, pemberian kredit ini tidak berlangsung lama karena adanya penyelewengan yang dilakukan oleh pihak Koperasi Unit Desa sehingga dana yang seharusnya dipinjamkan kepada para petani untuk meningkatkan produksi pertaniannya tidak tersedia lagi, dan para petani harus mencari sumber kredit yang lain.

  2. Kredit Investasi Kecil (KIK) Kredit Investasi Kecil (KIK) adalah kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada pengusaha-pengusaha kecil dengan persyaratan dan prosedur khusus guna pembiayaan usahanya. Jangka waktu kredit didasarkan atas kemampuan membayar kembali para peminjam dengan batas maksimum 8 tahun, termasuk masa tenggang 4 tahun. Suku bunga kredit ditetapkan masing- masing sebesar 12% setahun, disamping bunga akan dikenakan pula bunga tambahan sebesar 3% setahun bila terjadi melebihi 90 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran atau pelunasan hutang pokok maupun pembayaran bunga.

  Peminjam harus dapat memberikan jaminan berupa surat tanah atau barang berharga lainnya, apabila nasabah menyerahkan jaminan maka pengusaha tersebut akan dapat menerima pinjaman tambahan dengan batas maksimum sebesar 50% dari kredit yang dapat diterimanya. Selain itu para mengusaha harus menunjukkan surat izin usaha dari instansi berwenang. Setelah nasabah mengajukan kredit, maka harus menunggu beberapa waktu

  12 karena pihak pemberi kredit akan meneliti persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, jika semua persyaratan terpenuhi maka nasabah dapat menerima pinjaman.

  3. Kredit Candak Kulak ( KCK) Kredit Candak Kulak adalah kredit modal kerja jangka pendek

  (maksimum3 bulan) yang diberikan kepada pedagang kecil di pasar-pasar untuk memperlancar usahanya. Setiap nasabah yang ingin mendapatkan kredit harus terlebih dahulu menjadi anggota koperasi dan harus memenuhu persyaratan-persyaratan yang ada seperti membayar simpanan wajib dan simpanan pokok Besarnya pinjaman ditentukan oleh panitia yang bertugas mengadakan penilaian terhadap permohonan kredit yang telah diajukan oleh nasabah dan didaftar dalam buku permohonan kredit, menentukan dapat atau tidaknya seseorang diberi kredit, memutuskan besarnya kredit yang dapat diterima seorang nasabah. waktu kredit maksimum 3 bulan dengan angsuran sebagai berikut : kredit dengan angsuran harian, kredit pasaran dengan angsuran maksimum 10 pasaran, kredit mingguan dengan angsuran maksimum 10 minggu, kredit bulanan dengan angsuran maksimum 3 bulan, kredit lapan dengan angsuran maksimum 2 lapan.

  Program-program kredit yang dicanangkan pemerintah tersebut bertujuan membantu para pengusaha dan masyarakat yang membutuhkan dana untuk usaha. Namun, hasil dari program-program tersebut belum mencapai

  13 sasaran yang diharapkan karena masyarakat belum merasa sepenuhnya terbantu. Hal ini dikarenakan adanya persyaratan dan prosedur yang harus dilalui oleh masyarakat, yang mengurangi minat masyarakat untuk memanfaatkan jasa kredit yang tersedia (Mubyarto,1986).

  Sehingga sesuatu yang sangat baik bagi perekonomian nasional kalau jumlah bank di Indonesia tidak terlalu besar. Namun yang penting adalah pelayanan transaksi perbankan dapat menjangkau kepentingan masyarakat secara luas dan dapat memenuhi kebutuhan kredit yang diperlukan masyarakat dengan persyaratan dan prosedur yang mudah. Hal ini sangat diperlukan karena masih banyaknya keluhan dari masyarakat, bahwa pelayanan bank terutama soal pemberian kredit pada mereka sangat kurang atau bahkan dipandang sebelah mata ( Yiyok T. Herlambang, 2006).

  Pandangan masyarakat semacam ini cukup beralasan, karena pelayanan perbankan saat ini sangat rumit khususnya dalam hal pengajuan Padahal, sebagian besar anggota masyarakat sangat membutuhkan dukungan sektor perbankan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Artinya, fungsi intermediasi masih belum optimal menyentuh usaha kecil yang menjadi gantungan hidup masyarakat (Coki Ahmad S, 2007). Pelayanan jasa perbankan dinilai masih diskriminatif, terutama bagi debitur berskala kecil, mereka tidak mendapatkan respon yang baik dengan alasan faktor resiko. Layanan kredit dari perbankan kurang menyentuh keluarga miskin, terutama karena adanya kewajiban agunan dan kelayakan usaha juga prosedur yang sulit (B. S. Kusmuljono, 2007).

  14 Adanya kegagalan program kredit yang dicanangkan pemerintah bagi masyarakat kecil, keterbatasan akses masyarakat terhadap perbankan dan pelayanan yang minim dan kurang baik dari bank tersebut, mengakibatkan masyarakat kecil yang ingin mendapatkan modal untuk usahanya lebih memilih lembaga keuangan informal yang memberikan persyaratan dan prosedur yang mudah juga waktu yang cepat walaupun bunga yang ditetapkan sangat tinggi.

  D. Gambaran Umum Bank Ilegal

  Yang termasuk dalam bank ilegal adalah lembaga- lembaga keuangan yang meminjamkan modal kepada masyarakat, beberapa bentuk bank ilegal yang ada dan populer di kalangan masyarakat antara lain : tukang kredit, pelepas uang atau bank plecit, rentenir, lintah darat, tukang riba ( Soetatwo H, 1984 : 419-420 ) :

  1. Tukang Kredit ( Mindring ) yang memberikan kredit berupa barang-barang konsumsi atau alat-alat rumah tangga dengan pembayaran cicilan berkisar antara 75 % sampai 150 % perpinjaman, dibayar di belakang dan diberikan tanpa jaminan.

  Prosedur pemberian kreditnya sangat mudah, dimana mereka mendatangi rumah-rumah calon peminjam untuk menawarkan kredit barang-barangnya dan sekaligus juga menagih pembayaran angsurannya.

  2. Pelepas uang yang memberikan kredit berupa uang tunai, sumber dananya berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman dengan bunga 5 – 10 %

  15 perbulan. Mereka memberikan kredit untuk tujuan usaha pertanian, perdagangan, industri kecil dan atau untuk kebutuhan konsumsi.

  Jangka waktu pinjaman adalah 10 – 15 hari atau satu bulan dengan suku bunga 20 – 50 % perbulan atau per periode pinjaman dibayar di belakang. Pembayaran kembali pinjaman adalah secara sekaligus atau secara angsuran. Kredit kadang-kadang diberikan tanpa penyerahan barang jaminan. Bila debitur terlambat membayar biasanya didatangi dan diperingatkan. Prosedur pemberian pinjaman mudah, di mana calon peminjam cukup mendatangi pelepas uang atau sebaliknya.

  3. Rentenir Kata rentenir mempunyai beberapa arti atau istilah, ada yang mengartikan rentenir sama dengan bank plecit, lintah darat dan tukang riba. Rentenir berasal dari kata “Rente” yang berarti bunga, sedangkan rentenir sendiri adalah orang yang mempunyai usaha atau menjalankan usaha pemberian kemungkinan mendapatkan laba dari uang itu, karena adanya pembebanan bunga yang tinggi dibandingkan dengan bunga bank pada umumnya.

  Pada dasarnya rentenir mempunyai persamaan dengan tukang riba karena keduanya sama-sama memperhitungkan bunga dari uang yang dipinjamkan. Akan tetapi perbedaannya jauh lebih banyak, dan perbedaan itu sangat pokok. Rente itu sifatnya produktif, yakni orang yang meminjam uang bukan untuk keperluan sehari- hari tetapi digunakan untuk modal usaha yang nantinya akan menghasillkan keuntungan. Sedangkan

  16 riba sifatnya konsumtif, yakni orang yang meminajam uang untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari atau konsumsi.

  Pada jenis-jenis bank ilegal yang ada tersebut rata-rata mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seorang nasabah memperoleh pinjaman, akan tetapi biasanya syarat-syarat tersebut tidaklah sulit dan lebih banyak mengandalkan rasa saling percaya antara kedua belah pihak khususnya pihak bank ilegal sebagai pemberi kredit. Adanya penetapan bunga yang tinggi pada pemberian pinjaman tidak lagi menjadi hal yang dapat menghalangi keinginan para pedagang untuk meminjam atau memperoleh kredit dari bank ilegal tersebut.

  Keunggulan lain dari bank ilegal adalah adanya kemampuan mengakomodasikan debitor yaitu, menggunakan sistem door to door yang amat efektif menjaring nasabah. ”Armada” bank ilegal biasanya gigih menebar kredit dan gigih pula mengumpulkan pembayaran kembalinya dari hari ke hari

  Sekarang ini bank-bank ilegal tersebut telah banyak berkembang diantara masyarakat, keberadaannya bahkan sangat dibutuhkan oleh para pedagang yang membutuhkan pinjaman dana. Menurut Heru N. Soegiarto dan Vidhyandika M, ada 2 alasan yang membuat para pelepas uang tersebut populer dan banyak diminati oleh masyarakat :

  1. Para pelepas uang umumnya lebih bersifat aktraktif daripada lembaga keuangan formal. Pelepas uang beroperasi secara luwes karena sering menjadikan hubungan bisnisnya bersifat personal dengan nasabah,

  17 sedangkan lembaga keuangan formal seperti bank sangat memperhatikan prosedur dan tidak begitu mengenal nasabah. Luwes di sini juga menunjukkan cara praktik mereka yang mencoba memahami kondisi nasabah dengan periode waktu tagihan yang kadangkala tidak ketat.

  2. Pelepas uang dapat mengatasi ”problem kepercayaan” bagi masyarakat desa yang belum begitu tahu tentang sistem legal. Mereka tidak mengetahui transaksi berdasarkan prosedur hukum, tetapi transaksi kredit dijalankan hanya dengan kepercayaan kedua belah pihak dan hal ini sesuai dengan kebiasaan masyarakat.

  Para nasabah bank ilegal umumnya adalah pedagang, baik pedagang eceran maupun pedagang besar. Kredit yang diperoleh dari bank ilegal bagi pedagang besar biasanya digunakan untuk keperluan meluaskan usahanya, tetapi untuk pedagang kecil selain digunakan untuk meluaskan usaha juga digunakan untuk keperluan konsumsi sehari- hari. perdagangan nasabahnya, sehingga dapat mengetahui berapa besar kredit yang pantas diberikan kepada pedagang tersebut. Prosesnya, pada tahap pertama nasabah diberi kredit sedikit terlebih dahulu sebagai percobaan, setelah beberapa kali transaksi kredit dapat dilunasi, maka pedagang tersebut diperbolehkan mengambil kredit yang lebih besar pada peminjaman selanjutnya ( Heru dan Vidhyandika, 1994).

  18

E. Penelitian Terdahulu

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal- hal apa saja yang membuat keberadaan bank ilegal masih tetap bertahan dan dibutuhkan oleh masyarakat meskipun bunga yang ditetapkan sangat tinggi. Berikut ini adalah hasil penelitian dari peneliti sebelumnya yang dapat memberikan gambaran tentang masalah tersebut di atas.

  Judul penelitiannya Perbedaan Kredit Usaha yang diberikan oleh

  Bank dengan Lembaga Keuangan Informal , studi kasus pada pengusaha kecil

  di Desa Wiladeg, Karangmojo, Gunung Kidul pada tahun 2005. Penelitian dilakukan oleh Nuning Praptiria Utami, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kredit usaha yang diberikan oleh Bank dengan Lembaga Keuangan Informal. Unsur- unsur yang dicari dalam perbedaan tersebut meliputi : prosedur peminjaman kredit, bunga kredit, jaminan kredit dan prosedur pengembalian kredit. Jenis penelitian adalah studi dengan wawancara dan analisis data menggunakan statistik deskriptif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kredit usaha yang diberikan oleh Bank dengan kredit usaha yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Informal. Perbedaannya yaitu prosedur peminjaman kredit pada Bank lebih rumit dibandingkan prosedur peminjaman pada Lembaga Keuangan Informal, bunga kredit pada Bank lebih rendah daripada bunga kredit pada Lembaga Keuangan Informal, untuk mendapatkan kredit dari Bank harus menggunakan agunan sedangkan pada Lembaga Keuangan

  19 Informal agunan tidak mutlak diperlukan, prosedur pengembalian kredit pada Lembaga Keuangan Informal lebih fleksibel dibandingkan prosedur pengembalian pada Bank dan alasan yang paling mempengaruhi para pengusaha kecil di Wiladeg lebih tertarik untuk meminjam kredit pada Lembaga Keuangan Informal daripada Bank adalah prosedur yang mudah.

F. Kerangka Pemikiran

  Pembangunan pedesaan sebenarnya merupakan suatu hal yang penting, ini karena perkembangan masyarakat di daerah pedesaan juga akan berpengaruh terhadap perkembangan suatu negara. Dengan adanya kemajuan pembangunan di pedesaan maka akan dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

  Masyarakat di pedesaan umumnya sulit untuk mengembangkan usahanya di luar sektor pertanian yang dewasa ini kurang dapat diandalkan karena adanya keterbatasan atau kesulitan modal. Keterbatasan dan kesulitan bagi masyarakat kecil karena kurangnya minat masyarakat yang diakibatkan adanya persyaratan dan prosedur yang rumit, adanya kesulitan akses pada lembaga keuangan formal atau bank, antara lain karena adanya prosedur yang berbelit-belit dan harus tersedianya jaminan untuk memperoleh kredit, serta jangka waktu yang relatif lama ditambah lagi keraguan tentang kelayakan usaha dari pihak bank.

  Layanan jasa bank sangat memperhatikan dan mempertimbangkan skala dan prospek usaha, padahal biasanya mereka membutuhkan dana

  20 tersebut untuk modal usaha dan bukan untuk mengembangkan usaha. Sehingga, kesempatan masyarakat untuk mendapatkan kredit dari bank sangat kecil.

  Karena kesulitan-kesulitan tersebut dan adanya kegagalan program- program kredit yang dicanangkan pemerintah untuk membantu para pengusaha kecil membuat masyarakat cenderung lebih suka dan tertarik meminjam uang untuk modal usaha pada para pelepas uang atau bank plecit, walaupun bunga yang dibebankan sangat tinggi. Tetapi hal tersebut tidak menjadi hal yang menghalangi masyarakat untuk meminjam uang pada para pelepas uang atau bank plecit.