Hubungan sosial asosiatif pemerintah dan pedagang dalam pembangunan pasar Parang Magetan

PEMBANGUNAN PASAR PARANG MAGETAN

Disusun Oleh : FERDY HARLASTIKO NIM D 0305030 SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PERSETUJUAN

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dosen Pembimbing

Dra. L.V. Ratna Devi S, M.Si NIP. 196004141986012002

PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada Hari

Tanggal

Panitia Penguji

1. Dr. Mahendra Wijaya, M.S NIP. 19600723 198702 1 001

(_____________________) Ketua

2. Eva Agustinawati, S.Sos, M.Si NIP. 19700813 199512 2 001

(_____________________) Sekretaris

3. Dra. LV. Ratna Devi S, M.Si NIP. 19600414 198601 2 002

(_____________________) Penguji

Disahkan Oleh: Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Drs. Supriyadi, SN. SU NIP. 19530128 198103 1 001

MOTTO

"Aku berpegang teguh pada kebesaran Allah karna dialah yang maha kuasa dan maha segala-galanya. dan, aku percaya pada diri dan kemampuanku,

karna aku tahu bahwa sebutir kepercayaan diri, lebih besar nilainya dari pada sekarung bakat yang tertidur. Orang yang tidak yakin bahwa tujuannya akan tercapai sesungguhnya ia telah jatuh sebelum melangkah. Yakin kepada Allah

Dan percaya diri

menciptakan mukjizat di atas dunia."

(Mahabbatullah)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat penulis selesaikan. Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:

Hari dan Heny Sulasih, Ayahanda dan Ibunda tercinta, terima kasih atas semua petunjuk Bijak serta doa yang telah membimbingku selama ini. dan Erwin Hardewantoro, Kakakku tercinta, yang tak kenal lelah memberi dorongan kepadaku.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kenikmatan dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Sosial Asosiatif Pemerintah dan Pedagang Pembangunan Pasar Parang Magetan “.

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Drs. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. L.V. Ratna Devi, M.Si selaku pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademis yang penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam masa perkuliahan sekaligus menyelesaikan skripsi ini.

4. Akbar Pristiati selaku Koordinator Pelaksana Pasar Parang Magetan, Wiji Harto selaku Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Parang Magetan, Budi hartoyo selaku kepala bagian pasar DPPKAD Kab. Magetan, terima kasih untuk informasi- informasi yang telah diberikan.

5. Semua informan pedagang di Pasar Parang yang dengan tulus memberikan informasi kepada penulis.

6. Teman-teman Sosiologi FISIP UNS khususnya angkatan 2005 ( Angga, Sukro, Penyol, Grina, Herlin, Angga, Aik, Lina, Pak Ndut, Fatwa, Zunita, Bram, Miko, Anus, Sugeng dkk ) terima kasih untuk kebersamaannya. Teman-teman Sosiologi Angkatan 2006 sampai angkatan 2009, tetap semangat dan selamat berjuang.

7. Teman-teman Wisma Generus (Aix, Santox, Ipan, Gusur, Jindar, Zaki, Iksan, Ucup, Angga, Bima, Galih, Bang Kris, Dixi, Kliwon), Kos Ex. Wisma Wijaya ( Kamplenk, Rangga, Iphin, Alex, Ipunk dkk) yang selalu berbagi keceriaan, Teman-teman KPB Futsal (Bayu, Hadex, Pak Mik, Didit, Agung, Fosil dkk) Teman-teman Interisti Solo, dukung terus Inter Milan, Forza Internazionale!!

8. Seluruh jajaran KPU dan Sekretariat Kota Surakarta (Pak Didik, Pak Pata, Pak Agus, Pak Untung, Pak Wisnu, Pak Gik, Mas Risang, Mas Dendi, Mas Bayu, Agnes, Nanda, Novi, Grina, Wawan, Edi, Pak Tatag, Pak Beno, Mas Eko, Mbak Lina, Mbak Arum, Pak Sayid dkk) yang telah memberi pengalaman berharga selama ini.

9. Segala pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah keilmuan bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr Wb. Surakarta, Mei 2010

Ferdy Harlastiko

ABSTRAK

Ferdy Harlastiko, D0305030. 2010. Hubungan Sosial Asosiatif Pemerintah Dan Pedagang Dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan. Skripsi: Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan memaparkan bentuk-bentuk hubungan sosial antara Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan metode utamanya deskriptif kualitatif, yang mengambil lokasi di Pasar Parang Magetan. Data dari penelitian ini berwujud data primer dari hasil observasi dan wawancara mendalam kepada informan yaitu pedagang kios, los dan pelataran khususnya pedagang grosir-eceran. Adapun data yang berwujud data sekunder diperoleh dari kantor pengelola pasar, data dari Dinas DPKKAP dan BAPEDDA Kab. Magetan. Pengambilan sampel dilakukan dengan maximum variation sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi tidak berpartisipasi dan wawancara secara mendalam (in-depth-interview). Analisis data menggunakan analisis data model interaktif. Validitasnya adalah trianggulasi data (sumber).

Setelah dilakukan kajian dapat diperoleh kesimpulan bahwa bentuk-bentuk hubungan sosial memiliki komponen yang sama dengan Teori Solidaritas Sosial. Yaitu dalam hal bentuk-bentuk kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi, terdapat komponen dari solidaritas sosial berupa keterikatan dan kepercayaan nilai-nilai masyarakat, pengalaman emosional bersama, adanya interaksi sehingga timbul rasa kebersamaan, rasa sepenanggungan dan saling membutuhkan.

Dalam bentuk kerjasama berupa gotong royong kerja bakti dalam membersihkan pasar, bantuan tenaga untuk menyiapkan acara untuk sosialisasi di Pasar, kerjasama dalam pendataan pasar dan pedagang dengan mengisi kuesioner dari pemkab untuk keperluan data pedagang, penyiapan acara sosialisasi tentang SIP (Surat ijin Pedagang), kerjasama untuk segera mengurus SIP pedagang yang belum memiliki dan mengingatkan kepada pedagang lain, dan kerjasama dalam keamanan kebersihan pasar. Dalam bentuk akomodasi berupa Pembangunan Pasar Parang tetap dilaksanakan dengan kompromi-kompromi tertentu dari pedagang, komunikasi pedagang dengan pihak ketiga yaitu DPRD Kabupaten Magetan, Pedagang sering berkomunikasi dengan pengelola pasar yaitu mengeluh tentang masalah kebersihan Pasar Parang, dan toleransi atau saling menghargai kepentingan masing-masing dan pendapat baik dari Pemerintah maupun dari pedagang. Dalam bentuk asimilasi berupa adanya sikap sok akrab atau dalam bahasa jawa disebut gapryak, menyapa dengan sopan dan ramah kepada pedagang, ada sikap antusias dan keingintahuan dari pedagang, dan adanya sikap keterbukaan kepada pedagang. Dalam bentuk akulturasi berupa adanya sikap ngeluh atau sambat dari pedagang kepada pejabat, sikap menarik perhatian atau simpati dari pejabat kepada pedagang, dan timbal balik dalam pemberian informasi.

xvi

ABSTRACT

Ferdi Harlastiko, D0305030. The Associative Social Relation between the Government and Trader in Developing Magetan Parang Market . Thesis: Graduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.

This research aims to describe the associative social relation forms between the Government and Trader in Developing Magetan Parang Market. The study belongs to a qualitative research, with descriptive qualitative method as the primary method, taken place in Magetan Parang Market. The data of research was primary data from the result of observation and in-depth interview with the informants consisting of kiosk, los (shed without interior walls), and yard traders particularly the grocery-retail traders. Meanwhile the secondary data was obtained from the market manager office, data from DPKKAP and BAPPEDDA Services of Regency Magetan. The sampling technique employed was maximum variation sampling. The data collection was done using non-participatory observation technique and in-depth-interview. The data analysis was done using an interactive model data analysis. The validity was data triangulation (source).

From the result of research, it can be concluded that the social relation forms have similar component with the Social solidarity theory. That is in the forms of cooperation, accommodation, assimilation and acculturation, there is the component of social solidarity constituting the relatedness and belief in society values, jointly emotional experience, the presence of interaction so that sense of togetherness emerges, sense of one fate and need.

In the form of cooperation constituting service work mutual cooperation in cleaning the market, labor aid for preparing the event for socialization in the Market, cooperation in market and trader registration by filling the questionnaire from the Regency Government for trader data requirement, preparing the socialization event about SIP (Trader License), cooperation for administering the trader license immediately for those had not had them and reminding other traders, and cooperation in the market cleanliness safety. The form of accommodation constituting Parang Market Development is still implemented with certain compromise from the trader, communication between the trader and third parties, namely, DPRD of Regency Magetan, the traders frequently communicate with the market management, that is, grieving about the Parang Market Cleanliness problem, and tolerance for respective needs and opinion both from the Government and trader. The form of assimilation constituting the pretending familiar attitude or in Javanese called grapyak, addressing respectfully and friendly the trader, the presence of enthusiastic and curios attitude from the trader, and the presence of openness attitude to the trader. The form of acculturation constitutes the grieving or complaining attitude from the trader to the officials, attention- or sympathy-appealing attitude from the officials to the trader, and feedback from the information giving.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar merupakan tempat pertemuan pembeli dan penjual dalam melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pada akhir-akhir ini yang sering menjadi perbincangan dan perhatian banyak kalangan, adalah pasar tradisional. Pasar Tradisional merupakan Infrastruktur ekonomi daerah, menjadi pusat kegiatan distribusi dan pemasaran, penting bagi sebagian masyarakat Indonesia Keberadaannya kian menurun dengan berkembangnya perpasaran swasta modern khususnya diperkotaan. Berbagai kendala dan perubahan yang terjadi telah meminggirkan pasar tradisional yang telah lama memiliki fungsi redistribusi produk-produk yang dihasilkan masyarakat. Kondisi pasar tradisional pada umumnya tidak layak ditinjau dari fisik dan pengelolaannya. Padahal keberadaan pasar tradisional tidak hanya memiliki arti ekonomis semata, melainkan juga terkait dengan nilai-nilai kultural masyarakatnya.

Sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi kerakyatan, pola hubungan ekonomi yang terjadi di pasar tradisional menghasilkan terjalinnya interaksi sosial yang akrab antara pedagang-pembeli, pedagang-pedagang, dan pedagang-pemasok yang merupakan warisan sosial representasi kebutuhan bersosialisasi antar- individu. Fungsi pasar tradisional selanjutnya menjadi pusat pertemuan, pusat pertukaran informasi, aktivitas kesenian rakyat, bahkan menjadi paket wisata yang ditawarkan. Dalam pemikiran demikian, pasar tradisional merupakan aset Sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi kerakyatan, pola hubungan ekonomi yang terjadi di pasar tradisional menghasilkan terjalinnya interaksi sosial yang akrab antara pedagang-pembeli, pedagang-pedagang, dan pedagang-pemasok yang merupakan warisan sosial representasi kebutuhan bersosialisasi antar- individu. Fungsi pasar tradisional selanjutnya menjadi pusat pertemuan, pusat pertukaran informasi, aktivitas kesenian rakyat, bahkan menjadi paket wisata yang ditawarkan. Dalam pemikiran demikian, pasar tradisional merupakan aset

Kondisi Pasar Parang Magetan saat ini mengalami peningkatan omset yang diakibatkan oleh over load pedagang sehingga pasar dinilai sudah tidak sanggup menampung pedagang lagi. Artinya, dibutuhkan lokasi baru lantaran jumlah pedagang dari hari ke hari terus bertambah. Hal ini bisa disimpulkan bahwa pergerakan roda perekonomian di kawasan Parang sangat potensial dan sayang bila kesempatan tersebut dilewatkan begitu saja. Rencana pembangunan Pasar Parang sendiri akan berlokasi tidak jauh dengan lokasi Pasar Parang lama. Tentunya akan sangat menguntungkan bagi para pedagang. Disisi lain dari tahun ke tahun penerimaan daerah dari Penerimaan Retribusi dari Pasar Parang rari tahun ke tahun terus merangkak naik.

Tabel 1.1 Pendapatan Retribusi Pasar Parang Tahun

Sumber : Wawancara Pengelola Pasar Parang Magetan

Dikatakan, pembangunan pasar ini dilakukan karena Pasar Parang lama sudah terlalu penuh. Artinya, dibutuhkan lokasi baru lantaran jumlah pedagang dari hari ke hari terus bertambah. ''Kami melihat pergerakan roda perekonomian di kawasan Parang sangat potensial. Karena itu, butuh lahan yang memadai. Apalagi, pasar lama sudah tidak mampu menampung,'' terang Kepala Dinas Pekerjaan Umum Samuri. Pasalnya, tahun ini, pemkab berencana membangun megaproyek Pasar Parang. Tak tangung-tanggung, mega proyek tersebut menyedot dana APBD sekitar Rp 7,4 milyar untuk Tahap awal. ''Pasar Parang itu kebutuhan, bukan sekedar proyek,'' terang Kepala Dinas Pekerjaan Umum Samuri. (Mbak Sri, 2009)

Pasar Parang Magetan merupakan salah satu pasar tradisional yang berada di Kabupaten Magetan bagian Selatan mendapat perhatian khusus dari Pemerintahan Kabupaten Magetan. Apalagi didukung realita bahwa keberadaan Pasar Parang merupakan aset penting bagi Pemerintahan Kabupaten Magetan dari sisi ekonomi dan sosial. Pasar Parang ini merupakan Rujukan bagi masyarakat Magetan bagian Selatan dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan adanya Pembangunan Pasar Parang yang baru dan kemudian diperkuat dengan pembangunan infrastruktur lain diharapkan akan mempercepat perkembangan Kabupaten Magetan khususnya bagian selatan. Pasar Parang dinilai sangat sentral dan mempunyai jaringan yang sangat luas dalam pemasok hasil bumi khususnya untuk Magetan bagian selatan.

Pasar Parang Magetan selama ini dinilai sudah tidak layak lagi, masih kumuh, kusan, bahkan pada saat sedang musim penghujan menjadi becek karena drainase air pembuangan yang kurang baik, posisi kios hingga konstruksi pasar serta suasana kurang nyaman. Citra demikian tidak dapat memberikan keuntungan baik bagi pemerintah Kabupaten Magetan untuk merencanakan pengembangan wilayah. Apalagi dari hari ke hari jumlah pedagang terus bertambah dan Pasar tidak sanggup lagi menampungnya, jadi perlu adanya suatu alokasi wilayah untuk Pasar Parang Magetan selama ini dinilai sudah tidak layak lagi, masih kumuh, kusan, bahkan pada saat sedang musim penghujan menjadi becek karena drainase air pembuangan yang kurang baik, posisi kios hingga konstruksi pasar serta suasana kurang nyaman. Citra demikian tidak dapat memberikan keuntungan baik bagi pemerintah Kabupaten Magetan untuk merencanakan pengembangan wilayah. Apalagi dari hari ke hari jumlah pedagang terus bertambah dan Pasar tidak sanggup lagi menampungnya, jadi perlu adanya suatu alokasi wilayah untuk

Samuri, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU ) Magetan, menilai pembangunan Pasar Parang sangat dibutuhkan. Alasannya, pedagang sudah overload serta kondisi pasar lama kurang reprsentatif. Dikatakan, pembangunan pasar ini dilakukan karena Pasar Parang lama sudah terlalu penuh. Artinya, dibutuhkan lokasi baru lantaran jumlah pedagang dari hari ke hari terus bertambah. 'Kami melihat pergerakan roda perekonomian di kawasan Parang sangat potensial. Pasar baru nanti diproyeksikan bisa menampung setidaknya 60 bedak dan 800 los. Saat ini, lanjut Samuri, pembangunan tahap pertama sudah dilakukan. Yakni, pekerjaan pemerataan tanah yang menelan dana Rp 2,2 miliar lebih. (Mbak Sri, 2009)

Selama ini pihak pedagang mengeluhkan macetnya jalan dari dan ke Pasar pada waktu hari-hari tertentu, mengeluhkan kondisi prasarana pasar yang rusak. Menurut pedagang walaupun macet pada hari-hari tertentu, sangat mengganggu aktifitas dalam berdagang. Baik atap los pasar maupun jalan masuk. Juga soal kebersihan dan keamanan yang dinilai kurang optimal.

Di dalam Pembangunan pasar tradisional diperlukan adanya kesamaan persepsi pemerintah daerah dan pedagang dalam pembangunan pasar tradisional ini. Hubungan antar pihak-pihak tersebut, jika berjalan dengan baik maka akan mempercepat dan memperlancar pembangun pasar tradisional tersebut dan begitu pula sebaliknya. Pembangunan pasar tradisional ini memiliki pola hubungan sosial ekonomi yang terjadi di pasar tradisional dan menghasilkan terjalinnya Di dalam Pembangunan pasar tradisional diperlukan adanya kesamaan persepsi pemerintah daerah dan pedagang dalam pembangunan pasar tradisional ini. Hubungan antar pihak-pihak tersebut, jika berjalan dengan baik maka akan mempercepat dan memperlancar pembangun pasar tradisional tersebut dan begitu pula sebaliknya. Pembangunan pasar tradisional ini memiliki pola hubungan sosial ekonomi yang terjadi di pasar tradisional dan menghasilkan terjalinnya

Hubungan sosial dalam pembangunan pasar tradisional merupakan hubungan antara pemerintah dengan pedagang, dapat dilihat dari kontak dan komunikasi yang telah terjadi diantara keduanya. Dalam kontak dan komunikasi yang terjadi yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Hubungan sosial juga dapat dilihat pada kontak dan komunikasi yang menunjuk pada totalitas kepercayaan- kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama. Komponen-komponen tersebut membentuk suatu kontak sosial dan komunikasi sosial sebagai kesadaran kolektif bersama untuk menjalin solidaritas bersama.

Dengan latar belakang yang diuraikan di atas penulis terdorong untuk mengkaji Pasar Parang Magetan dengan judul “HUBUNGAN SOSIAL

ASOSIATIF

PEMERINTAH DAN PEDAGANG DALAM

PEMBANGUNAN PASAR PARANG MAGETAN”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

“ Bagaimanakah Hubungan Sosial Asosiatif Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan”?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah dirumuskan, perlu dikemukakan pula tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sehingga permasalahan dapat diungkapkan secara jelas di dalam analisis. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

 Mengetahui Hubungan Sosial Asosiatif Pemerintah dan Pedagang dalam Pembangunan Pasar Parang Magetan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian sejenis secara mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintahan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengambil kebijakan publik terutama berkaitan dengan pasar.

b. Bagi pihak-pihak berkepentingan dan punya perhatian pada masyarakat lemah dan negara, penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan dalam menyusun agenda kerja maupun kajian-kajian.

E. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Yang Digunakan

a. Hubungan Sosial (Interaksi Sosial)

Hubungan sosial (Interaksi Sosial) menurut Sutherland kriminolog sosiologi, sebagaimana dikutip oleh Wila Huky (1986), merupakan saling pengaruh- mempengaruhi secara dinamis antar kekuatan-kekuatan dalam mana kontak di antara pribadi dan kelompok menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku daripada partisipan. Jika manusia tidak dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu oleh dirinya sendiri, maka hal ini dapat mendorong timbulnya organisasi formal, institusi, dan birokrasi.

Secara umum, hubungan sosial merupakan proses pokok dalam masyarakat yang timbul kalau ada kontak-kontak sosial di antara sesama. Kontak sosial hanya terjadi bila ada komunikasi yang dalam di antara mereka. Menurut Gillin dan Gillin (1964: 740), hubungan sosial adalah hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok,dan antar orang dengan kelompok.

Maryati dan Suryawati (2003 : 22 ) menyatakan bahwa, “Hubungan sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau anta r individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004 : 50 ), “Hubungan sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya Maryati dan Suryawati (2003 : 22 ) menyatakan bahwa, “Hubungan sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau anta r individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004 : 50 ), “Hubungan sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya

Berdasarkan definisi di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok. Proses hubungan sosial akan terjadi pada saat ada dua individu atau lebih yang saling mengadakan kontak sosial maupun komunikasi.

1) Syarat-syarat Terjadinya Hubungan Sosial (Interaksi Sosial) Syarat-syarat terjadinya hubungan sosial meliputi:

a) Kontak sosial Pengertian kontak berasal dari bahasa Latin, yaitu “cun” atau “cum” yang

berarti bersama, dan tango yang berarti menyentuh. Jadi, secara harfiah istilah kontak artinya bersama-sama menyentuh. Dengan demikian, secara fisik suatu kontak akan terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Namun, dalam gejala sosial pengertian kontak sosial tidak hanya terbatas pada terjalinnya suatu hubungan secara fisik saja. Soerjono Soekanto (2002: 60). Ketika kita berteriak memanggil teman yang ada di seberang jalan, atau ketika kita sedang menulis atau membaca sms dari orang lain, berarti sudah terjadi kontak sosial. Bahkan kemajuan teknologi juga telah mengubah pengertian kontak sosial, di mana kontak social tidak harus terjadi melalui sentuhan fisik.

 Berdasarkan proses berlangsungnya, kontak sosial dapat dibedakan menjadi dua yakni :

a. Kontak primer, terjadi secara langsung bertatapan muka, baik melalui persentuhan fisik maupun tidak, misalnya berjabat tangan, berbicara, bahasa isyarat, tersenyum.

b. Kontak sekunder, terjadi secara tidak langsung menggunakan media tertentu, misalnya melalui TV, telepon, dan lain-lain.

 Berdasarkan jumlah individu yang terlibat di dalamnya, kontak sosial dapat dibedakan:

a. Kontak antar individu. Contohnya: kontak antara guru dengan guru, antara penjual dengan pembeli, dan lain-lain.

b. Kontak antar kelompok. Contohnya pertandingan sepak bola yang mempertemukan dua tim sepak bola, pertandingan voli, perlombaan cerdas cermat, dan lain-lain.

c. Kontak antara individu dengan kelompok. Contohnya guru sedang mengajar murid-muridnya, penceramah dengan peserta seminar, dan lain-lain.

b) Komunikasi Sosial Komunikasi Sosial adalah adanya tanggapan atau reaksi seseorang

terhadap suatu tindakan tertentu dari orang lain. Dalam hal ini komunikasi terjadi setelah adanya kontak sosial. Namun, belum tentu terjadinya kontak sosial berlanjut pada komunikasi. Ketika kalian melemparkan senyuman kepada seseorang dan orang tersebut tidak menanggapi sama sekali, hal tersebut terhadap suatu tindakan tertentu dari orang lain. Dalam hal ini komunikasi terjadi setelah adanya kontak sosial. Namun, belum tentu terjadinya kontak sosial berlanjut pada komunikasi. Ketika kalian melemparkan senyuman kepada seseorang dan orang tersebut tidak menanggapi sama sekali, hal tersebut

2) Ciri-ciri hubungan sosial Menurut Soekanto (2002: 60), ciri-ciri hubungan sosial, unsur-unsur hubungan sosial dan tujuan hubungan sosial Secara ringkas hubungan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat kita identifikasikan melalui ciri-ciri yang Nampak berupa:

a. Ada pelaku lebih dari satu orang.

b. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pelaku.

c. Ada komunikasi antar pelaku dengan memakai simbol-simbol dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa isyarat.

d. Ada dimensi waktu (masa lalu, sekarang, dan masa datang) yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

Bentuk umum Hubungan Sosial (interaksi sosial) ada empat yaitu kerjasama, persaingan, akomodasi dan konflik (Soekanto, 2002: 61) sedangkan menurut Gillin dan Gillin (1964: 740), Hubungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang asosiatif dan disosiatif. Hubungan sosial asosiatif Bentuk umum Hubungan Sosial (interaksi sosial) ada empat yaitu kerjasama, persaingan, akomodasi dan konflik (Soekanto, 2002: 61) sedangkan menurut Gillin dan Gillin (1964: 740), Hubungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang asosiatif dan disosiatif. Hubungan sosial asosiatif

I. Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial Asosiatif Hubungan sosial asosiatif adalah proses interaksi yang cenderung menjalin

kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Hubungan sosial asosiatif memiliki bentuk-bentuk berikut ini.

a. Kerja sama

Kerja sama dapat dilakukan paling sedikit oleh dua individu untuk mencapai suatu tujuan bersama. Di dalam mencapai tujuan bersama tersebut, pihak-pihak yang terlibat dalam kerja sama saling memahami kemampuan masing- masing dan saling membantu sehingga terjalin sinergi. Kerja sama dapat terjalin semakin kuat jika dalam melakukan kerja sama tersebut terdapat kekuatan dari luar yang mengancam. Ancaman dari pihak luar ini akan menumbuhkan semangat yang lebih besar karena selain para pelaku kerja sama akan berusaha mempertahankan eksistensinya, mereka juga sekaligus berupaya mencapai tujuan bersama. (Soekanto, 2002: 61).Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian Kerja sama dapat dilakukan paling sedikit oleh dua individu untuk mencapai suatu tujuan bersama. Di dalam mencapai tujuan bersama tersebut, pihak-pihak yang terlibat dalam kerja sama saling memahami kemampuan masing- masing dan saling membantu sehingga terjalin sinergi. Kerja sama dapat terjalin semakin kuat jika dalam melakukan kerja sama tersebut terdapat kekuatan dari luar yang mengancam. Ancaman dari pihak luar ini akan menumbuhkan semangat yang lebih besar karena selain para pelaku kerja sama akan berusaha mempertahankan eksistensinya, mereka juga sekaligus berupaya mencapai tujuan bersama. (Soekanto, 2002: 61).Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian

Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out- group- nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya. (Gillin dan Gillin, 1964: 740). Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna.

Kerja sama dapat dibedakan atas beberapa bentuk berikut ini.

1) Kerukunan; merupakan bentuk kerja sama yang paling sederhana dan mudah diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk kerukunan, misalnya kegiatan gotong royong, musyawarah, dan tolong menolong. Contohnya gotong- royong membangun rumah, menolong korban becana, musyawarah dalam memilih kepanitiaan suatu acara di lingkungan RT.

2) Bargaining; merupakan bentuk kerja sama yang dihasilkan melalui 2) Bargaining; merupakan bentuk kerja sama yang dihasilkan melalui

3) Kooptasi (cooptation); proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik suatu organisasi agar tidak terjadi keguncangan atau perpecahan di tubuh organisasi tersebut. Contohnya pemerintah akhirnya menyetujui penerapan hukum Islam di Nanggroe Aceh Darussalam yang semula masih pro kontra, untuk mencegah disintegrasi bangsa.

4) Koalisi (coalition); yaitu kombinasi antara dua pihak atau lebih yang bertujuan sama. Contohnya koalisi antara dua partai politik dalam mengusung tokoh yang dicalonkan dalam pilkada.

5) Joint venture ; yaitu kerja sama antara pihak asing dengan pihak setempat dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. Contohnya kerjasama antara PT Exxon mobil Co.LTD dengan PT Pertamina dalam mengelola proyek penambangan minyak di Blok Cepu.

b. Akomodasi

Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses. Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi antar individu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku. Sebagai proses, akomodasi menunjuk pada Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses. Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi antar individu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku. Sebagai proses, akomodasi menunjuk pada

Menurut Gillin & Gillin (1964: 740) , Akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi yang digunakan ahli biologi untuk suatu proses penyesuaian mahkluk hidup dengan alam sekitarnya. Tujuan akomodasi dapat berupa berbeda-beda , sesuai dengan situasi yang dihadapi, antara lain :

a. Mengurangi pertentangan antara orang perorang/kelompok sebagai akibat perbedaan faham

b. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu/ temporer

c. Untuk memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok- kelompok sosial yang hidupnya terpisah, sebagai akibat faktor sosial , psikologis, & kebudayaan

d. Mengusahaakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah

Menurut Profesor Hayes (2007:2) dalam American Journal of Sociology "Social Relations and Social Interaction.", konflik dan akomodasi adalah proses yang melibatkan jenis interaksi. Konflik muncul dari klaim yang saling bertentangan, dan akomodasi adalah proses di mana sebuah keseimbangan konflik melalui redefinisi klaim didirikan. Menrurut (Soekanto, 2002: 61), berikut ini Menurut Profesor Hayes (2007:2) dalam American Journal of Sociology "Social Relations and Social Interaction.", konflik dan akomodasi adalah proses yang melibatkan jenis interaksi. Konflik muncul dari klaim yang saling bertentangan, dan akomodasi adalah proses di mana sebuah keseimbangan konflik melalui redefinisi klaim didirikan. Menrurut (Soekanto, 2002: 61), berikut ini

1. Koersi (coercion); suatu bentuk akomodasi yang dilaksanakan karena adanya paksaan, baik secara fisik (langsung) ataupun secara psikologis (tidak langsung). Di dalam hal ini, salah satu pihak berada pada kondisi yang lebih lemah. Contoh: Koersi secara fisik adalah perbudakan dan penjajahan, sedangkan koersi secara psikologis contohnya tekanan negara-negara donor (pemberi pinjaman) kepada negara-negara kreditor dalam pelaksanaan syarat-syarat pinjaman.

2. Kompromi (compromize); suatu bentuk akomodasi di antara pihak- pihak yang terlibat untuk dapat saling mengurangi tuntutannya agar penyelesaian masalah yang terjadi dapat dilakukan. Contohnya perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan gerakan separatis Aceh dalam hal menjaga stabilitas keamanan stabilitas keamanan di Aceh.

3. Arbitrasi (arbitration); suatu cara mencapai kesepakatan yang dilakukan antara dua pihak yang bertikai dengan bantuan pihak ketiga. Gillin dan Gillin mengelompokkan bentuk-bentuk akomodasi ke dalam dua kelompok besar yaitu coordinate accomodation di mana pihak-pihak sederajat kedudukan- nya; dan super-ordinate accomadation, di mana satu pihak lebih tinggi kedudukannya dari pihak lainnya. Pihak ketiga tersebut memiliki wewenang dalam penyelesaian sengketa dan biasanya merupakan suatu badan yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertikai.

Contohnya penyelesaian pertikaian antara buruh dengan pemilik perusahaan oleh Dinas Tenaga Kerja. mediasi hampir sama dengan arbitrasi. Akan tetapi, dalam hal ini fungsi pihak ketiga hanya sebagai penengah dan tidak memiliki wewenang dalam penyelesaian sengketa. Contohnya mediasi yang dilakukan oleh pemerintah Finlandia dalam penyelesaian konflik antara pemerintah Indonesia dengan GAM.

4. Mediasi (mediation); mediasi hampir sama dengan arbitrasi. Akan tetapi, dalam hal ini fungsi pihak ketiga hanya sebagai penengah dan tidak memiliki wewenang dalam penyelesaian sengketa. Contohnya mediasi yang dilakukan oleh pemerintah Finlandia dalam penyelesaian konflik antara pemerintah Indonesia dengan GAM.

5. Konsiliasi (conciliation); yaitu usaha mempertemukan keinginan dari beberapa pihak yang sedang berselisih demi tercapainya tujuan bersama. Contohnya konsultasi antara pengusaha angkutan dengan Dinas Lalu Lintas dalam penetapan tarif angkutan.

6. Toleransi (tolerance); suatu bentuk akomodasi yang dilandasi sikap saling menghormati kepentingan sesama sehingga perselisihan dapat dicegah atau tidak terjadi. Dalam hal ini, toleransi timbul karena adanya kesadaran masing- masing individu yang tidak direncanakan. (Soekanto, 2002:61)

7. Stalemate; suatu keadaan perselisihan yang berhenti pada tingkatan tertentu. Keadaan ini terjadi karena masing- masing pihak tidak dapat 7. Stalemate; suatu keadaan perselisihan yang berhenti pada tingkatan tertentu. Keadaan ini terjadi karena masing- masing pihak tidak dapat

8. Pengadilan (adjudication); merupakan bentuk penyelesaian perkara atau perselisihan di pengadilan oleh lembaga negara melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku.Contohnya penyelesaian kasus sengketa tanah di pengadilan.

c. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu lama. Dengan demikian, lambat laun kebudayaan asli akan berubah sifat dan wujudnya menjadi kebudayaan baru yang merupakan perpaduan kebudayaan dan masyarakat dengan tidak lagi membeda- bedakan antara unsur budaya lama dengan kebudayaan baru. (Soekanto, 2002: 60)

Asimilasi, dimana kontrol sosial adalah konsolidasi, biasanya sudah dianggap sebagai proses di mana budaya homogenitas dihasilkan. homogenitas Budaya, tetapi tidak pernah adalah mutlak atau hampir mutlak di kelompok ditemukan di dunia beradab, bahkan diragukan apakah ada kecenderungan untuk mendekati homogenitas budaya dapat didalilkan. Asimilasi adalah proses di mana orang-orang datang ke, atau terus merasa di rumah di hadapan masing-masing, di agak dengan cara yang sama di mana seseorang datang merasa di rumah dalam Asimilasi, dimana kontrol sosial adalah konsolidasi, biasanya sudah dianggap sebagai proses di mana budaya homogenitas dihasilkan. homogenitas Budaya, tetapi tidak pernah adalah mutlak atau hampir mutlak di kelompok ditemukan di dunia beradab, bahkan diragukan apakah ada kecenderungan untuk mendekati homogenitas budaya dapat didalilkan. Asimilasi adalah proses di mana orang-orang datang ke, atau terus merasa di rumah di hadapan masing-masing, di agak dengan cara yang sama di mana seseorang datang merasa di rumah dalam

Menurut Profesor Hayes (2007: 2) Asimilasi, adalah istilah yang menunjuk hasil dari proses sosial atau proses kombinasi. Perbedaan yang ia berusaha untuk membuat di sini adalah inti dari seluruh pertanyaan dari satu sudut pandang, seperti yang akan kita tunjukkan saat ini. Di sini kita hanya dapat mencatat bahwa istilah asimilasi, karena kebiasaan bahasa yang mewujudkan, dapat diambil baik sebagai kegiatan atau sebagai hasil dari suatu kegiatan.

Proses ini ditandai dengan adanya usaha mengurangi perbedaan yang ada. Proses asimilasi bisa timbul jika ada:

1. kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya;

2. orang perorangan sebagai anggota kelompok saling bergaul secara intensif, langsung, dan dalam jangka waktu yang lama;

3. kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan. Contohnya perkawinan antarsuku sehingga terjadi pembauran dari kebudayaan masing-masing individu sehingga muncul kebudayaan baru.

Asimilasi terjadi dikarenakan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat proses asimilasi.

 Faktor pendukung proses asimilasi adalah

1. Adanya toleransi dan saling keterbukaan untuk saling menghargai dan menerima unsur-unsur kebudayaan lain.

2. Adanya sikap saling menghargai orang asing dan kebudayannya.

3. Adanya kesamaan harkat dan tingkat unsur kebudayaan.

4. Adanya upaya untuk saling menerima dan saling memberi dari unsur kebudayaan atas kerjasama yang saling menguntungkan.

 Faktor penghambat proses asimilasi adalah

1. Adanya kelompok masyarakat yang terisolir.

2. Adanya diskriminasi dan ketidakadilan

3. Adanya kecurigaan dan kecemburuan social terhadap kelompok lain

4. Primodialisme

5. Adanya perbedaan yang sangat mencolok, seperti perbedaan cirri-ciri ras, suku dan lain sebagainya.

d. Akulturasi

Menurut Soerjono Soekanto (2002: 60), Akulturasi adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke dalam kebudayaan sendiri. Diterimanya unsur-unsur budaya asing tersebut berjalan secara lambat dan disesuaikan dengan kebudayaan sendiri, sehingga kepribadian budaya sendiri tidak hilang. Akulturasi juga diartikan sebagai pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua atau beberapa kebudayaan yang saling berhubungan atau saling betemu. DeVito (1997:479), akulturasi mengacu pada proses di mana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain.

Proses akulturasi dapat dengan mudah terjadi di suatu daerah karena adanya interaksi sosial yang baik antara si pembawa kebudayaan dan si pendukung kebudayaan. Namun, jika proses akulturasi tersebut terjadi di suatu daerah yang memegang teguh terhadap ideology ataupun kepercayaan dengan amat sangat fanatiknya, maka unsur kebudayaan tidak dapat diterima disana karena di anggap tidak sesuai bahkan bertentang dengan kepercayaannya. Proses akulturasi dapat terwujud jika kebudayaan itu di anggap bermanfaat bagi masyarakat pendukung (si penerima) kebudayaan tersebut dan sesuai dengan kebudayaan yang telah mereka miliki. Budaya luar yang dimaksud adalah budaya yang dibawa oleh pejabat-pejabat pasar dalam menghadapi pedagang. Tentunya pedagang juga mempunyai budaya dasar yang sudah kental dan tidak bisa dirubah-rubah. Begitu sebaliknya dengan budaya-budaya pejabat. Tapi pergaulan tersebut disesuaikan dengan kebudayaan sendiri, sehingga kepribadian budaya sendiri tidak hilang.

Dalam penelitian ini berusaha melihat bentuk akulturasi yang terjadi yaitu cara bersikap yang terjadi antara pedagang dengan pejabat pasar jika bertemu dan saling bertukar informasi ketika terjalin suatu kontak maupun komunikasi.

II. Bentuk-Bentuk Hubungan Disosiatif

a) Persaingan; adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tanpa adanya ancaman atau kekerasan dari para pelaku.

b) Kontravensi; merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada di b) Kontravensi; merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada di

c) Pertentangan/Perselisihan; adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok menantang pihak lawan dengan ancaman dan atau kekerasan untuk mencapai suatu tujuan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial adalah hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok,dan antar orang dengan kelompok. Proses hubungan sosial dapat terjadi secara langsung dengan tatap muka maupun secara tidak langsung.

Syarat-syarat Terjadinya Hubungan Sosial meliputi 1) adanya Kontak Sosial dan 2) adanya Komunikasi. Dalam penelitian ini hubungan sosial yang dimaksud adalah bentuk hubungan sosial yang bersifat assosiatif karena merupakan termasuk proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Di dalam mencapai tujuan bersama, pihak-pihak yang terlibat dalam kerja sama saling memahami kemampuan masing- masing dan saling membantu sehingga terjalin sinergi.

b. Pemerintah

Dalam perspektif teologi pemerintah adalah orang-orang yang diberi kesempatan oleh Tuhan memegang kekuasaan Negara untuk dilaksanakan di dalam penyelenggaraan Negara; dan kesempatan itu diberikan oleh Tuhan di dalam rangka tata-reksaNya atas kehidupan makluk. Tetapi, bukan berarti bahwa karena anugerah tersebut penyelenggaraan pemerintah menutup diri dari control

masyarakat. Rakyat memiliki kemungkinan untuk “melawan” pemerintah kalau ternyata pemerintah tidak memenuhi fungsinya di dalam tata-reksaNya. Rakyat

melakukan perlawanan kepada pemerintah apabila di dalam melaksanakan kekuasaannya Negara tidak mendatangkan kesejahteraan rakyat, tidak menghormati hak-hak asasi manusia, tidak memperlakukan manusia sesuai dengan martabatnya, dan semua bentuk ketidak-adilan.

Dari sudut sosiologis (dalam hal ini tinjauan Publik Service), pemerintah pada hakekatnya adalah pelayanan kepada Masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama.

Umumnya yang dimaksud dengan pemerintah adalah Presiden beserta jajaran kabinetnya. Dan semua gerbong pembantu-pembantunya termasuk PNS (Pegawai negeri sipil) adalah bagian integral dari pemerintahan. Karenanya mereka melakukan aksinya atas nama pemerintah. Itu artinya jajaran pemerintah yang melakukan tugasnya sebagai bagian dari pemerintahan.

Dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara tertulis bahwa yang dimaksud „Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau

pemerintah da erah“. Kemudian, Pasal 1 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 merumuskan Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945“. Selanjutnya, di dalam Pasal 1 ayat (3) juga dirumuskan bahwa ”Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah”.

Pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah yaitu Bupati dan segenap jajarannya, disini termasuk dinas-dinas yang ada di Pemerintahan Kabupaten Magetan. Berkaitan dengan pembangunan pasar tradisional ini adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Magetan dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Magetan yang menangani segala urusan pembangunan Pasar Parang Magetan ini.

c. Pedagang

Pedagang merupakan orang atau kelompok yang mencari nafkah dengan cara menjual dan membeli barang yang memperoleh keuntungan (www.wikipedia.com).

Parang, pedagang diklasifikasikan sebagai berikut:

Dalam masyarakat pasar

1. Pedagang Kios yaitu pedagang yang melakukan aktivitas perdagangannya di toko, biasanya terletak di pinggir bangunan pasar, bangunan toko ini 1. Pedagang Kios yaitu pedagang yang melakukan aktivitas perdagangannya di toko, biasanya terletak di pinggir bangunan pasar, bangunan toko ini

2. Pedagang los yaitu pedagang yang melakukan aktifitas perdagangnya di bangsa pasar. Bangunan luas tanpa sekat (tembok). Bangsal ini diatur sedemikian rupa sehingga letak barang dagangan terlihat teratur dan tertib. Pedagang yang menempati los biasanya menjajakan barang dagangannya dengan bantuan rak atau meletakkannya di dasar los.

3. Pedagang Pelataran yaitu pedagang yang menggelar barang dagangannya di lorong-lorong jalan dan gang-gang dalam pasar.

4. Pedagang kaki lima yaitu pedagang yang berjualan di serambi muka (emper) toko atau lantai sepanjang trotoar pasar.

Menurut Damsar (1997) pedagang adalah orang atau instansi yang memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yaitu:

a) Pedagang Distributor (tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak distribusi satu produk dari perusahaan tertentu.

b) Pedagang (partai) yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam jumlah besar yang dimaksud unuk dij+ual kepada pedagang lain.

c) Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada konsumen.

Pedagang dalam sosiologi ekonomi membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan Pedagang dalam sosiologi ekonomi membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan

a. Pedagang Profesional: pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga

b. Pedagang semi Profesional: pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

c. Pedagang Subsistensi: Merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dan hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.