Analisis kenaikan harga BBM, kurs Rp/US$, dan indeks harga saham gabungan : event study kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 - USD Repository

  

ANALISIS KENAIKAN HARGA BBM, KURS Rp/US$, DAN

  

INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

(Event Study Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005)

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

  Oleh: Yusnita Siwi Arthanti

  032214117

  

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  HALAMAN PERSEMBAHAN JESUS Christ.

  ♦ Simbah buyut di Rumah Bapa, yang mengasuh dan mendukungku. ♦ Bapak dan Ibu, yang selalu memberi semangat belajar. ♦ Simbah kakung dan putri, om-omku, tante-tanteku, dan sepupu-sepupuku, matur nuwun. ♦ Mas heri, mbak lina, dan ‘baby kecilku’ Oix, trimakasih menjadi penyemangat. ♦ Mas Popi, terimakasih banyak atas kasih dan dukungannya. ♦ Teruntuk EKA, Titis, Evi, Kamel, Ida (Chen-chen), Wika,

  Adi, Isha, Sigit, Arby, Edi: Sitepu & Prajoko, Dadang, Yoyok, Soni, Elman, Amandus, Roy, Tommy, Cu-ya Atmaja, Windra, Cristian, dan semua teman-teman manajemen angkatan 2003.

  ♦ anak-anak UKF BECEK (BadmintonE Cah EKonomi) ♦ Semua temen-temen KKP XIII

  

ABSTRAK

ANALISIS KENAIKAN HARGA BBM, KURS RP/US$, DAN

INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

  

(Event Study Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005)

Yusnita Siwi Arthanti

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

YOGYAKARTA

2007

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005, dan untuk mengetahui apakah kurs RP/US$ mempengaruhi IHSG. Periode penelitian selama 6 bulan atau 144 hari (tanggal pasar) yang dibagi menjadi dua periode yaitu periode estimasi selama 86 hari dan periode peristiwa selama 58 hari.

  Teknik analisis yang digunakan untuk masalah yang pertama adalah

  

independent-samples t test dengan program SPSS. Dari hasil analisis data dapat

  diketahui bahwa terdapat perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan BBM

  1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005. Nilai kurs rupiah menguat setelah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005.

  Sedangkan untuk masalah yang kedua digunakan analisis regression dengan program SPSS. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa kurs Rp/US$ mempengaruhi negatif IHSG secara signifikan.

  

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF FUEL PRICE RAISING, IDR/USD RATE,

AND JAKARTA COMPOSITE INDEX

  

(Event Study the Fuel Price Raising on October 1, 2005)

Yusnita Siwi Arthanti

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

  

2007

  The research was aimed to identify whether there were any differences between IDR/USD rate before the fuel price raising on October 1, 2005 and after the fuel price raising on October 1, 2005 and to identify whether IDR/USD rate influences JCI. The period of the research was 6 month or 144 days (market days) divided into 2 periods, estimated period of 86 days and phenomenon period of 58 days.

  The technique analysis used to solve the first problem was independent- samples t test by SPSS. The result of analysis indicated was that there was difference between IDR/USD rate before the fuel price raising on October 1, 2005 and after the fuel price raising on October 1, 2005. IDR/USD rate was strong after the fuel price raising on October 1, 2005.

  The technique analysis used to solve the second problem was simple linier regression. The result of analysis indicated that IDR/USD rate significantly influenced JCI.

KATA PENGANTAR

  Penulis memanjatkan puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan berkah dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi dengan judul “ Analisis Kenaikan harga BBM, Kurs Rp/US$, dan Indeks Harga Saham Gabungan (Event Study Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005)” ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan jenjang Strata Satu, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan yang bersifat moral maupun spiritual dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rama Dr. Ir. P. Wiryono P, SJ, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak Drs. Hendra Poerwanto G., M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen.

  4. Bapak Drs. A Triwanggono, M.S, selaku dosen pembimbing I.

  5. Bapak A. Yudi Yuniarto, SE, MBA, selaku dosem pembimbing II.

  6. Seluruh staf pengajar, karyawan dan karyawati Universitas Sanata Dharma.

  7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa angkatan 2003.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan menambah pengetahuan di bidang pasar modal dan pasar uang. Penulis sangat mengharap kritik dan saran dari berbagai pihak yang dapat berguna bagi penulis.

  Yogyakarta, Agustus 2007 Penulis

  Yusnita Siwi Arthanti

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL …………………………………………….………..i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………..ii HALAMANGAN PENGESAHAN ………………………………….………...iii HALAMAN PERSEMBAHAN ……………….……………………………iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………...………………....................v ABSTRAK …………………………………………………………………….vi ABSTRACT ……………………………………………………………………vii KATA PENGANTAR …..…………………………………………………......viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………….….x

DAFTAR TABEL …………………………………………………………..xiii

BAB I PENDAHULUAN

  ……………………………………..1 ……………………………………..1

  A. Latar Belakang ……………………………………..6

  B. Batasan Masalah ……………………………………..6

  C. Masalah Penelitian ……………………………………..7

  D. Tujuan Penelitian ……………………………………..7

  E. Manfaat Penelitian

  F. Sistematika Penulisan ……………………………………..8

BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………10 A. Investasi ……………………………………………10

1. Pengertian ……………………………………10

  Halaman

  B. Indeks Harga Saham (IHS) ……………………………12

  C. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ………………...15

  D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi IHSG ….……………17 …………………………………... 22

  E. Kurs Valuta Asing

  F. Penelitian Terdahulu ……………………………………26

  

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………29

  ……………………………………29

  A. Jenis Penelitian

  B. Variabel Penelitian ……………………………………29

  C. Data yang Dibutuhkan ……………...……………………30

  D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………31

  E. Lokasi dan Periode Penelitian …………………………...31

  F. Subyek dan Obyek Penelitian …………………….……...31

  G. Definisi Operasional ……………………………………32

  H. Teknik Analisis Data ……………………………………32

  BAB IV GAMBARAN UMUM DATA PENELITIAN………………...36 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……………………50 A. Analisis Perbedaan Kurs Rp/US$ Sebelum Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005 ………………..……..……50 B. Analisis Pengaruh Kurs Rp/US$ terhadap IHSG ……………………...…….52 C. Pembahasan ……………………………………………55

BAB VI PENUTUP ……………………………………………………59

  Halaman

  A. Kesimpulan ……………………………………………59 ……………………………………………60

  B. Saran

  C. Keterbatasan Penelitian ………………………………….61

  

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………62

  LAMPIRAN 1 : Output independent-samples t test .……………………………64 LAMPIRAN 2 : Output regression ……………………………………………66 LAMPIRAN 3 : Tabel t ……………………………………………………68 LAMPIRAN 4 : Grafik Kurs Rp/US$ Sebelum Kenaikan

  Harga BBM 1 Oktober 2005 …………………………………..72 LAMPIRAN 5 : Grafik Kurs Rp/US$ Sesudah Kenaikan

  Harga BBM 1 Oktober 2005 …………………………………..74

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 4.1 Data Perusahaan yang Tercatat di BEJ tahun 2005 ………….36Tabel 4.2 Data Kurs Rp/US$ ……………………………………42Tabel 4.3 Data IHSG ……………………………………46

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di jaman modern sekarang ini uang tidak hanya alat tukar untuk

  pembelian barang dan jasa sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, tetapi juga merupakan salah satu bukti kekayaan yang dimiliki. Menurut John Maynard Keynes ada tiga motif yang mendorong orang untuk melakukan permintaan terhadap uang yaitu (1) motif untuk transaksi (transaction motive), (2) motif untuk berspekulasi (speculative motive), dan (3) motif berjaga-jaga dalam keadaan tidak menentu (precautionary motive) (Herlambang, 2002: 119). Orang akan berinvestasi jika memiliki kelebihan dana, baik investasi riil (real assets) maupun investasi di sektor finansial (financial assets), dengan harapan nilainya akan berkembang (memperoleh keuntungan) di masa yang akan datang. Investasi riil

  (real assets) dapat berbentuk pembelian tanah, gedung, peralatan pabrik,

  pembukaan perkebunan atau pertanian, dan lain-lain. Sedangkan investasi di sektor finansial (financial assets), misalnya pembelian saham, obligasi, ORI, reksa dana, opsi, waran, deposito, SBI, dan lain-lain.

  Sebelum masuk dalam suatu instrumen investasi, investor harus memperhitungkan return dan risiko yang akan dihadapi, dan disesuaikan dengan dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Tidak ada satu pun instrumen investasi yang tidak memiliki risiko, pada umumnya semakin tinggi return yang diharapkan maka semakin tinggi pula risiko yang ditanggung oleh investor, tetapi dengan perhitungan dan analisis yang cermat risiko tersebut dapat diminimalkan, misalnya dengan diversifikasi (portfolio).

  Berinvestasi pada financial assets dapat dilakukan di pasar modal maupun di pasar uang. Di pasar modal salah satu yang menjadi tolak ukur kinerja adalah perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Semakin tinggi IHSG maka dikatakan semakin baik kinerja di pasar modal. Investor maupun broker harus memiliki pengetahuan yang cukup, berpengalaman dan memiliki naluri bisnis untuk dapat menganalisis efek-efek apa saja yang harus dijual (sell), dibeli

  

(buy), dan tetap dimiliki (hold) pada suatu periode. Sedangkan kinerja di pasar

  uang khususnya pasar luar negeri diukur melalui kurs rupiah, terutama terhadap mata uang dolar AS. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan.

  Pada umumnya, menguatnya kurs rupiah akan berdampak positif terhadap

  IHSG yaitu kenaikan IHSG, begitu pula sebaliknya ketika kurs rupiah melemah akan diikuti dengan turunnya IHSG. Meskipun demikian terjadi keanehan beberapa bulan sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005, yaitu pada bulan Februari 2005, kurs rupiah melemah tetapi IHSG menguat. Pada awal bulan Februari 2005, kurs rupiah pada awal bulan sebesar Rp 9.165 per dolar AS, dan pada akhir bulan melemah menjadi Rp 9.250 per dolar AS. Sedangkan IHSG pada posisi 1.047,5 dan meningkat menjadi 1.073,8 pada akhir bulan. Mengawali bulan Maret 2005, pada minggu pertama rupiah semakin melemah dari posisi Rp 9.250 menjadi Rp 9.327 per dolar AS, namun demikian IHSG terus naik dari posisi 1.093,3 ke posisi 1.103 (Suara Merdeka, 7 Maret 2005).

  Nilai kurs rupiah cenderung melemah selama periode Januari 2005 sampai Agustus 2005 dari sebesar Rp9.130 pada pekan keempat Agustus 2005, bahkan sempat menembus Rp11.000. Namun berbagai kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) ditempuh untuk memulihkan nilai tukar, antara lain dengan meningkatkan BI rate menjadi 9,50% pada tanggal 30 Agustus 2005. Langkah tersebut berhasil mengangkat nilai tukar menjadi Rp10.200,00 pada 30 Agustus 2005 dari sebesar Rp10.750,00 pada hari sebelumnya. Gejolak nilai tukar ini dipicu oleh berbagai faktor baik faktor eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, tekanan terhadap rupiah didorong oleh melonjaknya harga minyak dunia, gejolak mata uang regional, dan meningkatnya premi risiko di emerging market. Dari sisi internal, tekanan terhadap rupiah ditambah dengan meningkatnya kekawatiran masyarakat terhadap sustainabilitas fiskal terkait dengan semakin meningkatnya beban subsidi, serta kebijakan moneter yang dianggap belum sepenuhnya mengantisipasi tingginya ekspektasi inflasi. (Purwiyanto, Hidayat Amir, Amnu Fuady, Gunawan Setiyaji: www.baf@depkeu.go.id.)

  Melonjaknya harga minyak mentah di pasar dunia yang mencapai diatas US$ 50 per barel sejak pertengahan tahun 2004, menyebabkan membengkaknya subsidi yang harus ditanggung pemerintah hingga mengalami defisit. Pemerintah tentu saja mengalami kewalahan dalam membiayai subsisi tersebut. Dengan keadaan tersebut pemerintah mulai membuat skenario untuk menaikkan harga BBM, pada masa itu masih di bawah pemerintahan Megawati. Namun skenario tersebut tidak dapat dijalankan, mengingat pada masa itu sedang berlangsung pemilihan umum.

  Menurut majalah Tempo 6 Maret 2005, ongkos yang ditanggung oleh pemerintah untuk menunda kenaikan harga BBM tersebut tidak murah. Subsidi yang harus ditanggung Negara sepanjang tahun 2004 mencapai hampir Rp 70 triliun, jauh membengkak dari nilai semula yang direncanakan, yaitu Rp 14,5 triliun. Argo subsidi yang kencang berlari memaksa pemerintahan baru di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengutak-atik harga BBM.

  Kenaikan harga BBM semaikin sulit dielakkan di awal tahun 2005.

  Berdasarkan data historis tahun 1980 sampai 2002, kenaikan harga BBM tidak menaikkan inflasi yang cukup besar. Tetapi untuk tahun 2005, skenario kenaikkan harga BBM terlalu diumbar oleh pemerintah, dan menjadi sorotan di berbagai media masa, sehingga banyak spekulan yang memanfaatkan momen tersebut.

  Perbincangan di berbagai media masa mengenai akan adanya kenaikan harga BBM pada waktu itu membuat kepanikan dari berbagai pihak, termasuk para investor yang menanamkan modalnya di pasar modal maupun di pasar uang. Kenaikan harga BBM yang mencapai 87,5 % (dari Rp 2.400 per liter menjadi Rp 4.500 per liter), akan sangat mempengaruhi kondisi makro ekonomi. Dengan meningkatnya harga BBM secara otomatis kegiatan produksi akan mengalami kendala, yaitu biaya-biaya produksi akan meningkat pula, terutama industri yang menggantungkan usahanya dengan BBM. Untuk menutup biaya-biaya produksi yang meninggkat tersebut, perusahaan mengambil kebijakan menurunkan jumlah produksinya dan atau menaikkan harga jual produksinya, sehingga daya beli masyarakat menjadi menurun, dan pada akhirnya tingkat inflasi semakin tinggi.

  Teori Purchasing Power Parity (PP), yang dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia yaitu Gustav Cassel, mendasarkan teorinya pada perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh tenaga beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-masing Negara. Pada pokoknya ada dua versi teori PP, yaitu interpertasi absolut dan relatif. Menurut interpertasi absolute purchasing power parity, perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing Negara. Misalnya harga gandum di Amerika 1$ dan di Indonesia sebesar Rp

  Rp kg

  1000 , 00 /

  Rp US 1000,00, maka kursnya = = 1000 / $ . kg

  $ 1 / Sedangkan kurs PP dalam arti relatif didasarkan pada perubahan harga

  (Nopirin, 1999: 156), misalnya kenaikan harga-harga di Indonesia naik tiga kali lipat akibat kenaikan BBM dan di Amerika Serikat hanya naik dua kali lipat,

  Rp 1000

  3 Rp 1500 ,

  00 Rp 1500 / US $ maka kursnya menjadi = × = = . $

  1 2 $

  1 Begitu besar dampak dari kenaikan harga BBM terhadap berbagai segi kehidupan, baik di lingkungan sosial maupun ekonomi masyarakat dalam negeri, terutama di pasar uang dan pasar modal, yang ditunjukkan oleh fluktuasi kurs rupiah dan IHSG. Oleh sebab itu dalam penelitian ini mengangkat Analisis Kenaikan Harga BBM, Kurs Rp/US$ dan Indeks Harga Saham Gabungan (Event Study Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005) sebagai judul dalam penelitian ini.

  B. Batasan Masalah

  Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi:

  1. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada satu atau beberapa instrumen investasi, dengan harapan akan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi riil (real assets) dan investasi finansial (financial assets), namun dalam penelitian ini yang dimaksud investasi hanya dibatasai pada invesatsi finansial (financial assets).

  2. Kurs rupiah atau nilai tukar rupiah menunjukkan kekuatan atau kelemahan nilai mata uang dalam negri terhadap mata uang asing atau luar negri, misalnya kurs rupiah terhadap yen Jepang, dolar Amerika, peso Filipina, bath Thailand, dolar Singapura, dan lain-lain. Namun dalam penelitian ini hanya terbatas pada kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

  C. Masalah Penelitian

  Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini penulis mengemukakan masalah-masalah penelitian yang menarik untuk dibahas. Masalah-masalah tersebut meliputi:

  1. Apakah ada perbedaan kurs Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005?

  2. Apakah kurs Rp/US$ mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?

  D. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

  1. Mengetahui apakah ada perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM Oktober 2005.

  2. Mengetahui apakah kurs Rp/US$ mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

  E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi investor Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang ada tidaknya perbedaan kurs Rp/US$ sebagai akibat dari kenaikan harga BBM 1 Oktober

  2005, dan apakah kurs Rp/US$ mempengaruhi IHSG berkaitan dengan adanya suatu fenomena di pasar yaitu isu kenaikan harga BBM. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Dengan kata lain penelitian ini dapat membantu investor maupun broker untuk memberikan gambaran tentang situasi pasar khususnya kurs Rp/US$ dan IHSG, ketika beredar suatu rumour yang memungkinkan gejolak di pasar modal maupun di pasar uang.

  2. Bagi Peneliti Pada penelitian ini, peneliti diharapkan mampu menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan, khususnya manajemen keuangan, teori portofolio, dan ekonomi makro. Selain itu peneliti juga memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pasar modal serta lingkungan di sekitarnya yang mampu mempengaruhi, baik lingkungan sosial, ekonomi makro, maupun politik.

  3. Bagi Universitas Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi kepustakaan untuk pihak-pihak yang membutuhkan. Sehingga jika akan di adakan penelitian yang serupa, penelitian ini dapat menjadi acuan ataupun inspirasi bagi peneliti yang lain.

F. Sistematika Penulisan

  Bab I Pendahuluan Pada bab pertama adalah pendahuluan. Bab pendahuluan ini akan menguraikan tentang latar belakang, batasan masalah, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II Landasan Teori Bab kedua adalah landasan teori, yang meliputi investasi (pengertian dan instrumen investasi), Indeks Harga Saham (IHS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG, kurs valuta Asing, dan penelitian terdahulu.

  Bab III Metode Penenlitian Pada bab ketiga yaitu metode penelitian, yang terdiri dari jenis penelitian, variabel penelitian, jenis data, data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan data, lokasi dan periode penelitian, subjek dan objek penelitian, definisi operasional, dan teknik analisis data.

  Bab IV Gambaran Umum Data Gambaran umum mengenai data penelitian akan di sajikan pada bab ke empat. Data penelitian tersebut meliputi data nilai kurs Rp/US$ per hari dan data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per hari. Selain itu disajikan pula nama perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEJ selama tahun 2005.

  Bab V Kesimpulan dan Saran Bab yang terakhir adalah kesimpulan dan saran, yang akan menyajikan hasil dari olah data yang telah dilakukan. Selain itu pada bab ini akan memberikan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi pihak- pihak yang berkepentingan, terutama investor, setelah diketahui hasil penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI A. Investasi

1. Pengertian

  Investasi merupakan kegiatan menanamkan sejumlah uang kita pada suatu instrumen dengan harapan nilainya akan bertambah di masa yang akan datang. Investasi adalah penggunaan uang untuk objek-objek tertentu dengan tujuan bahwa nilai objek tersebut selama jangka waktu investasi akan meningkat, paling tidak bertahan, dan selama jangka waktu itu pula memberikan hasil secara teratur. Karena dikatakan memberikan hasil secara teratur, maka banyak objek yang tidak memenuhi persyaratan investasi, misalnya perhiasan, emas, berlian, barang antik, tanah, dan banyak hal.

  Jadi investasi yang dimaksud disini adalah penanaman uang dengan harapan (1) mendapat hasil dan (2) nilai tambah. Dengan demikian harapan dapat mengimbangi kemerosotan, erosi nilai uang atau tabungan yang kita miliki. Syukur lagi jika kedua hasil itu dapat melampaui besarnya kemerosotan nilai uang (Koetin, 1993:16).

  Pengertian investasi yang diungkapkan Koetin tidak jauh berbeda dengan Eko Priyo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha dalam bukunya “Reksa Dana: Solusi Perencanaan Investasi Di Era modern”, bahwa berinvestasi pada dasarnya adalah “membeli” suatu aset yang diharapkan di masa yang akan datang dapat “dijual kembali” dengan nilai yang lebih tinggi. Salah satu alasan utama kita berinvestasi adalah mempersiapkan masa depan sedini mungkin melalui perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. Adanya suatu perencanaan investasi adalah jauh lebih baik dari pada tidak ada perencanaan sama sekali.

2. Instrumen Investasi

  Berbicara mengenai pilihan jenis investasi, kita sering mendengar atau bahkan telah memiliki beberapa jenis investasi. Sebut saja misalnya deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat berharga (commercial paper), saham, obligasi, serta surat berharga lainnya yang dapat dikategorikan sebagai jenis investasi di pasar finansial (financial market atau sering disebut securities

  market). Pasar finansial umumnya dibagi menjadi dua: pasar uang, dimana

  surat berharga jangka pendek (antara lain deposito, SBI, surat berharga komersial) diperdagangkan dan pasar modal, dimana surat berharga jangka panjang (antara lain saham dan obligasi) diperdagangkan. (Pratomo dan Ubaidillah, 2002: 14).

  Selain itu instrumen investasi yang ada di Indonesia adalah right, saham deviden, saham bonus, obligasi konvertibel, waran, sertifikat / ADR / CDR, sertifikat dana atau saham, dalam arti saham yang diterbitkan oleh suatu reksa dana (Koetin, 1993: 24).

B. Indeks Harga Saham (IHS)

  Indeks pasar merupakan indikator kinerja secara agregat untuk suatu jenis instrumen atau portofolio tertentu. Sedangkan Indeks Harga Saham adalah ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Bahkan saat ini

  IHS tidak saja menampung kejadian-kejadian ekonomi, tetapi juga menampung kejadian-kejadian soaial, politik dan keamanan. Di BEJ terdapat 6 jenis indeks, yaitu (Halim, 2005: 12):

  1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), menggunakan saham masing- masing perusahaan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: NP t

  IHSIt = × 100 ND Keterangan simbol: IHSIt = indeks saham individual pada hari ke-t.

  NPt = nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar.

  ND = nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSI 100 ketika saham diluncurkan pada pasar perdana dan berubah sesuai dengan perubahan pasar.

  2. Indeks harga saham sektoral, menggunakan saham masing-masing sektor usaha. Di BEJ indeks sektoral dibagi atas 9 sektor usaha, yaitu:

  3. Sektor usaha primer (ekstratif), meliputi: 1) Pertanian

  2) Pertambangan

  b. Sektor usaha sekunder (manufaktur), meliputi: 1) Industri dasar kimia 2) Aneka industri 3) Industri barang konsumsi

  c. Sektor usaha tersier (jasa), meliputi: 1) Properti dan real estate 2) Infrastruktur, utilitas, dan transportasi 3) Keuangan 4) Perdagangan, jasa, dan investasi

  3. Indeks LQ 45, menggunakan saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan sekali (setiap awal Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang termasuk dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

  4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dihitung menggunakan seluruh saham yang tercatat di bursa, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: NPt

  IHSGt = × 100 ND

  Keterangan simbol: IHSGt = indeks harga saham gabungan pada hari ke-t.

  NPt = nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar.

  ND = nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSG 100 pada tanggal 10 Agustus 1982. IHSG untuk tanggal 10 Agustus selalu disesuaikan dengan kejadian-kejadian seperti: penawaran perdana (Initial Public

  offering atau IPO), right issues, company listing, delisting, dan

  konversi. Rumus untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya kejadian-kejadian tersebut, adalah: NPL + NPT

  NDB= × NDL NPL

  Keterangan simbol: NDB = nilai dasar baru NDL = nilai dasar lama NPL = nilai pasar lama NPT = nilai pasar tambahan.

  5. Indeks syariah atau Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang termasuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak betentangan dengan syariat Islam. Usaha-uasaha tersebut berikut dikeluarkan dalam perhitungan

  JII, antara lain: a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi.

  b. Usaha lembaga keuangan yang konvensional (mengandung unsur riba).

  c. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan atau menyediakan barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

  6. Indeks papan utama atau Main Board Index (MBI), dan indeks papan pengembangan atau Development Board Index (DBI). MBI dibentuk dengan menggunakan saham-saham yang dipilih dengan kriteria berikut. Pertama perusahaan telah melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core

  business) yang sama sekurang-kurangnya selama 36 bulan terakhir. Kedua,

  laporan keuangan auditan perusahaan memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengecualain (WTP) selama dua tahun buku terakhir. Ketiga berdasarkan aporan keuangan auditan terakhir, perusahaan memiliki aktiva bersih berwujud (net tangible assets) sekurang kurangnya Rp 100 miliar, dan tidak mengalami kondisi dan atau gugatan/perkara yang secara material diperkirakan dapat mempengaruhi usaha. BDI dibentuk dengan menggunakan saham perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi seluruh kriteria di atas.

C. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

  Seperti yang dijelaskan di atas, Indeks Harga Saham Gabungan atau sering dikenal dengan IHSG, merupakan salah satu cara yang digunakan oleh BEJ sebagai indikator kinerja pasar modal secara agregat, yang didalamnya terkandung unsur-unsur yang berpengaruh (kejadian-kejadian, ekonomi, sosial, politik, dan keamanan). Setiap Negara memiliki indeks harga saham sebagai tolak ukur perkembangan pasar modalnya, di Amerika Serikat terdapat dua indeks utama yang digunakan di pasar modal yaitu Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan NASDAQ composite index. Sedangkan di Asia ada Nikkei (Jepang), Hang

  

Seng (Hong Kong), Strait Times (Singapura), Manila composite Index (Filipina),

Stock Exchange of Thai (Thailand).

  IHSG di Bursa Efek Jakarta meliputi pergerakan-pergerakan harga saham biasa dan saham preferen. IHSG mulai diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 dengan menggunakan landasan dasar (baseline) tanggal 10 agustus 1982. Jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah hanya sebanyak 13 saham. ( Jogiyanto, 2000: 60).

  Menurut Vonny Dwiyanti (dalam bukunya yang berjudul Wawasan Bursa Saham), IHSG sering digunakan oleh investor sebagai patokan dalam berinvestasi, karena dengan IHSG investor dapat menentukan apakah saat yang tepat untuk berinvestasi sudah tiba, dan apakah saat investasi dihentikan. Kenaikan IHSG yang terus menerus menandakan bahwa pasar sedang bullish dan IHSG yang terus menerus menurun adalah indikator bahwa pasar sedang bearish.

  Berikut ini adalah cara melihat IHSG. Anggka positif yang menyertai perubahan IHSG menunjukan adanya kenaikan dari IHSG sebelumnya. Angka negatif menunjukan IHSG turun dibanding IHSG sebelumnnya. Jika IHSG tidak berubah menunjukkan bahwa kondisi stabil. Rumus IHSG adalah: (Dwiyanti Vonny, 1999: 55)

  ∑ H1 × 100 %

  IHSG = ∑ H0

  IHSG adalah angka yang menunjukkan situasi pasar efek secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham. H1 adalah seluruh jumlah harga saham yang terakhir. Sedangkan H0 adalah jumlah harga saham pada waktu dasar. Waktu dasar ditentukan pada saat pasar sedang stabil kondisinya, tidak bullish ataupun bearish.

D. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi IHSG

  Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG dapat diketahui melalui faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, karena indeks harga saham merupakan indikator/suatu angka yang secara sederhana menggambarkan rata-rata turun atau naiknya harga pasar saham pada suatu periode tertentu.

  Harga saham bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal (bisa disebut faktor fundamental) tersebut meliputi (Halim dan Sarwoko, 1995: 7):

  1. Pengaruh Pendapatan Para pemegang saham sangat memperhatikan pendapatan, karena pendapatan yang dilaporkan maupun ramalan pendapatan membantu para investor dalam memperkirakan atau meramalkan arus deviden di masa yang akan datang.

  2. Pengaruh Deviden Harga saham adalah nilai sekarang dari seluruh deviden yang diharapkan di masa yang akan datang. Banyak studi telah memperlihatkan pengaruh perubahan deviden terhadap penghasilan saham. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengumuman- pengumuman yang dihubungkan dengan kenaikan deviden terhadap harga saham.

  3. Pengaruh Aliran Kas Investor yang serius tentu ingin memeriksa aliran kas dari perusahaan dengan hati-hati, karena hasil suatu analisis mungkin memberikan suatu wawasan yang berharga terhadap profitabilitas perusahaan itu. Beberapa studi menunjukkan bahwa bertahun-tahun sebelum kebangkrutan operasi perusahaan merupakan pemakaian kas, bukannya penghasil kas.

  4. Pengaruh Pertumbuhan Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perkembangan penjualan, perkembangan laba atau perkembangan aktiva. Perkembangan penjualan memberi arti bahwa perusahaan mampu mengatasi persaingan dan penjualan yang tinggi mempengaruhi keuntungan perusahaan.

  Perkembangan laba umumya digunakan sebagai ukuran oleh lembaga-lembaga keuangan dan pemegang saham. Mereka melihat sejauh mana perusahaan mampu mengubah pertumbuhan penjualan dan kegiatan operasinya ke dalam kenaikan penghasilan bagi pemegang saham.

  Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham adalah :

  1. Hukum Permintaan dan Penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran berada diurutan ke dua setelah faktor fundamental, karena begitu investor tahu kondisi fundamental perusahaan, tentunya mereka akan melakukan transaksi jual maupun beli. Transaksi-transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham.

  2. Tingkat Suku Bunga Faktor suku bunga ini penting untuk diperhatikan karena rata-rata semua orang, termasuk investor saham, selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan.

  Ada yang cenderung naik, ada juga yang cenderung turun. Instrumen investasi yang mengalami kecenderungan naik, misalnya investasi di pasar uang seperti tabungan, deposito, valuta asing (valas), dan masih banyak lagi. Suku bunga yang dimaksud disini adalah suku bunga yang diberlakukan Bank Indonesia (BI), selaku bank sentral, dengan mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pemerintah melalui BI akan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga guna mengontrol perekonomian nasional, ini yang disebut dengan kebijakan moneter.

  Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya dibanding investasi dalam bentuk saham, karenanya investor akan menjual sahamnya dan hanya kemudian akan ditempatkan di bank. Penjualan saham secara serentak ini akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan.

  Selain itu dampak dari tingkat suku bunga bank yang tinggi adalah tingkat bunga yang tinggi juga untuk para debitur. Bank tidak mau rugi. Jika mereka memberikan bunga yang tinggi untuk mereka yang menyimpan uangnya, maka bank akan menuntut bunga yang lebih tinggi lagi bagi mereka yang meminjam dana dari bank. Selisih antara keduanya adalah keuntungan bank dan inilah salah satu sumber penghasilan bank.

  Karena hampir semua perusahaan besar, termasuk yang mencatatkan sahamnya di bursa juga menikmati pinjaman bank, otomatis mereka terkena dampak dari kenaikan bunga pinjaman. Ini artinya penambahan pengeluaran perusahaan (hutang). Kalau pos hutang bertambah maka dampaknya adalah pengurangan pos laba bersih yang akhirnya berdampak pada pembagian deviden. Jika ini terjadi maka kondisi fundamental perusahaan tersebut akan kurang menguntungkan. Dampaknya akan banyak investor yang melepas sahamnya dan terjadilah penurunan harga.

  3. Dana Asing Di Bursa Dana asing di bursa perlu diketahui karena memiliki dampak yang sangat besar. Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing maka ada kecenderungan transaksi saham sedikit banyak tergantung pada investor asing tersebut. Investor lokal pun akan banyak yang menjadi pengikut investor asing. Jika ada aksi, baik jual maupun beli, yang dilakukan investor asing maka mereka akan melakukan hal yang sama. Mengapa investor lokal lebih suka mengikuti gaya investor asing? Ada beberapa alasan mengapa investor lokal mengikuti investor asing, yaitu: investor asing lebih berpengalaman termasuk pada trik dan strategi dalam bursa, sebab umur bursa di Indonesia masih sangat muda. Selain itu investor asing memiliki dana yang besar, yang secara otomatis termasuk golongan

  big player. Mengikuti permainan big player lebih bijaksana dari pada

  mencoba melawannya, begitu kata banyak analis. Alasan yang akhir tepat karena memang masih minimnya minat masyarakat Indonesia terhadap pasar modal akibat kurangnya informasi dan sosialisasi bursa itu sendiri.

  Mengapa penting mengamati jumlah dana investasi asing, karena dengan semakin besarnya dana yang ditanamkan, hal itu menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya, jika investasi asing berkurang ada perkiraan bahwa mereka sedang ragu atas negri ini, baik atas keadaan sosial, politik, maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham.

4. News and Rumours

  Yang dimaksud news dan rumours disini adalah semua berita yang beredar di tengah masyarakat berbagai hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, keamanan, hingga berita seputar rencana penyusunan kabinet. Seperti kita ketahui, pergerakan harga saham sangatlah tergantung pada berita. Oleh sebab itu ada istilah yang mengatakan “no news is bad

  news”. Bukan hanya berita ekonomi saja, seperti suku bunga, kurs valuta

  asing, berita emiten, kebijakan ekonomi, sektoral dari pemerintah yang akan mempengaruhi fluktuasi saham, melainkan juga berita seperti pernyataan tegas aparat keamanan seputar masalah Aceh, Maluku, pelaku peledakan bom dan masih banyak lagi yang akan ikut menentukan harga saham. Dengan adanya berita tersebut para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negri ini sehingga kegiatan investasi bisa dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.

  Sedangkan rumours adalah berita-berita yang belum tentu benar yang terkadang juga terselip di antara news berbagai media masa.

  Misalnya isu-isu seputar penurunan Presiden di tengah jalan, isu mengenai penangkapan Tommy Suharto, isu bom, isu kenaikan harga BBM, dan sebagainya.

  Penelitian yang dilakukan Chen, Roll, dan Ross (1996), dalam bukunya Suad Husnan (2003), berpendapat bahwa terdapat 4 faktor yang mendasari perubahan harga saham. Faktor-faktor tersebut adalah:

  a. Tingkat kegiatan industri

  b. Tingkat inflasi

  c. Perbedaan antara tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang

  d. Perbedaan antara tingkat keuntungan obligasi yang berresiko tinggi dan berresiko rendah.

E. Kurs Valuta Asing

  Antara tahun 194 dan 1970, kurs antara mata uang utama tetap. Semua negara disyaratkan menetapkan satu kurs paritas untuk mata uang mereka terhadap dolar AS. Kurs yang sebenarnya terjadi pada tiap hari dibolehkan ada antara jarak yang sempit di sekitar kurs paritas. Sebuah negara dapat menerapkan penyesuaian besar dalam kurs dengan mengubah kurs paritas terhadap dolar. Jika mata uang dibuat lebih murah terhadap dolar penyesuaian ini disebut devaluasi. Revaluasi terjadi jika mata uang menjadi lebih mahal terhadap dolar.

  Sejak 1973, sistem mata uang internasional kurs mengambang berlaku. Untuk sebagian mata uang, tidak ada kurs paritas dan tidak ada jarak antara di mana mata uang dapat berfluktuasi. Sebagian besar mata uang utama, termasuk dolar AS, berfluktuasi dengan bebas tergantung pada nilai mereka yang diberikan oleh pedagang dalam pasar valuta asing. Kekuatan ekonomi relatif negara itu, tingkat ekspor dan impornya, tingkat kegiatan moneternya, dan defisit atau surplus dalam neraca pembayarannya semua adalah faktor penting dalam penentuan kurs. Fluktuasi jangka pendek hari per hari dalam kurs disebabkan oleh perubahan kondisi supply dan demand dalam pasar valuta asing (Keown, Scott, Martin, Petty, 2000: 881). Meskipun demikian Indonesia baru menerapkan sistem kurs bebas mengambang (free floating exchange rate system) pada tanggal 14 Agustus 1997.

  Kurs valuta asing menyatakan hubungan penukaran antara valuta asing dan tergantung pada hubungan permintaan dan penawaran antara dua valuta asing.

  Kurs valuta asing adalah harga satu valuta asing dinyatakan dalam valuta asing yang lain. Kurs valuta asing dapat dinyatakan dalam dolar per unit valuta asing, atau dinyatakan dalam unit valuta asing per dolar (Weston, Brigham, 1983: 548).

  Menurut Dominick Salvatore (1990: 116), kurs mata uang asing adalah harga dalam negeri dari mata uang luar negeri (asing). Kurs tukar ini dipertahankan dana di semua bagian pasar oleh arbitrase. Arbitrase mata uang asing adalah pembelian mata uang asing apabila harganya rendah dan menjualnya bilamana harganya tinggi. Suatu kenaikan dalam kurs disebut depresiasi atau penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Suatu penurunan dalam kurs disebut apresiasi, atau kenaikan dalam mata uang dalam negeri.

  Pada umumnya, kurs mata uang asing ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva penawaran dari mata uang asing tersebut. Permintaan untuk mata uang asing timbul terutama bila kita mengimpor barang-barang dan jasa-jasa dari luar negri atau melakukan investasi dan pinjaman luar negri.

  Penawaran mata uang asing timbul bila kita mengekspor barang-barang dan jasa- jasa, atau menerima investasi dan pinjaman luar negri.

  Perbedaan kurs timbul karena beberapa hal (Nopirin, 1999: 138):

Dokumen yang terkait

dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (bbm) terhadap tingkat pendapatan nelayan puger

0 26 23

Analisis pengaruh harga emas dunia, variabel makro ekonomi dan indeks dow Jones terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia ( BEI)

0 7 135

Analisis pengaruh indeks harga saham sektor keuangan, tingkat inflansi suku bungan bank Indonesia terhadap indeks harga saham gabungan di bursa efek Indonesia tahun 2000-2009 dengan menggunakan model Arch-Garch

21 67 63

Analisis metode backpropagation untuk memperediksi indeks harga saham pada kelompok indeks bisnis-27

2 7 74

Pengaruh aksi jual-beli asing kurs SBI, inflasi PDB dan indeks harga seng terhadap pndeks harga saham gabungan di bursa efek Indonesia dengan modelgarch

4 21 153

Pengaruh indeks Dow Jones dan kurs mata uang Rupiah terhadap perkembangan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI0

0 15 1

Makalah dampak akibat kenaikan harga bar

0 0 11

Pengaruh tingkat inflasi, harga crude oil, dan indeks dow jones terhadap indeks harga saham gabungan di bursa efek Indonesia periode 2011-2015 - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh tingkat inflasi, harga crude oil, dan indeks dow jones terhadap indeks harga saham gabungan di bursa efek Indonesia periode 2011-2015 - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 10

Latar Belakang - Dampak guncangan faktor makroekonomi terhadap jakarta islamic index dan indeks harga saham gabungan - Repository Sekolah Bisnis IPB

0 0 6