Pengaruh aksi jual-beli asing kurs SBI, inflasi PDB dan indeks harga seng terhadap pndeks harga saham gabungan di bursa efek Indonesia dengan modelgarch

(1)

PENGARUH AKSI JUAL-BELI ASING, KURS, SBI, INFLASI, PDB DAN INDEKS HANG SENG TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL GARCH

Disusun oleh:

Khodijah Nurbaeti

NIM: 106081002338

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH AKSI JUAL-BELI ASING, KURS SBI, INFLASI, PDB, DAN INDEKS HANG SENG TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL GARCH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

KHODIJAH NURBAETI NIM:106081002338

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I PembimbingII

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19731221 200501 2 002

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGARUH AKSI JUAL-BELI ASING, KURS SBI, INFLASI, PDB, DAN INDEKS HANG SENG TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL GARCH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

KHODIJAH NURBAETI 106081002338

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Ahmad Rodoni Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP.19690203 200112 1 003 NIP.19731221 200501 2 002

Penguji Ahli I Penguji Ahli II

Herni Ali, SE., MM Arief Mufraini, Lc., M.Si Nip. 19770122 200312 1 001

Penguji Proposal

Indoyama Nasaruddin, SE., M.AB Nip. 19741127 200112 1 002

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M


(4)

Hari ini pada tanggal 18 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama KHODIJAH NURBAETI NIM: 1060801002338 dengan judul Skripsi ”PENGARUH JUAL BELI ASING, KURS, SBI, INFLASI, PDB, DAN INDEKS HANGSENG TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL GARCH”. Memperhatikan dan menguji kemampuan masiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Mei 2010

Tim Penguji Komprehensif

Indoyama Nasaruddin, SE., M.AB Hemmmy Fauzan, SE.,MM Ketua Sekretaris

Prof. DR. Ahmad Rodoni Penguji Ahli


(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda-tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Khodijah Nurbaeti

NIM : 106081002338

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Mei 2010


(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Khodijah Nurbaeti

Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 13 Maret 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Sunan Gunung Jati, Desa Cibogo Kaum RT 004 RW 001 No.41, Kecamatan Cibarusah, Bekasi. Kode pos: 17343

Nomor Telepon : 02198533041

Pendidikan :

2006-2010 Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Manajemen 2003-2006 SMA Islam YASPIA Cibarusah

2000-2003 MTS YASPIA Cibarusah 1994-2000 SDN Sindang Mulya 01


(7)

ii ABSTRACT

The research analyze the influence between net foreign fund variable, a rate exchange, SBI, inflation, Gross Domestic Product (GDP) and Hang Seng index toward IHSG and to know how big it influence.With using Time Series data on 2006-2008 period. The method that is used is GARCH.

The researcher looking for the most proper model by process Trial and Error. The analysis result point out TARCH(0,1) model is the most proper one. As a whole that the sixth of variable (net foreign fund, exchange rate, SBI, inflation, Gross Domestic Product, and Hang Seng index) have influence significant. Model TARCH (0,1) is model the most proper one show a result with value R2 highest

94,8% it’s means variety of variable net foreign fund, exchange rate, SBI,

Inflation, Gross Domestic Product and Hang Seng index explains variety variable IHSG 94,8% with value AIC (Akaike Info Criterion) and SIC (Schwarz Info Criterion) is lowest each 12,52 and 12,96 (SIC).

Keywords: Net foreign fund, exchange rate, SBI, inflation, Gross Domestic Product, Hang Seng index, IHSG, model GARCH, TARCH.


(8)

iii ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis pengaruh antara variabel aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), dan indeks Hang Seng terhadap IHSG dan mengetahui berapa besar pengaruhnya. Dengan menggunakan data Time Series periode 2006-2008. Metode yang digunakan adalah model GARCH. Untuk menghasilkan model yang paling layak maka dilakukan proses trial dan error. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model TARCH (0,1) yang paling layak. Hasil ini ditunjukkan bahwa ke-enam variabel (aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, PDB, indeks Hang Seng) memiliki pengaruh yang signifikan. Model TARCH (0,1) adalah model yang paling layak ditunjukkan dengan nilai R2 yang paling tinggi sebesar 94,8% yang berarti variasi variabel aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, PDB dan indeks Hang Seng dalam menjelaskan variasi variabel IHSG sebesar 94,8% dengan nilai AIC (Akaike Info Criterion) dan SIC (Schwarz Info Criterion) yang paling rendah masing-masing sebesar 12,52 (AIC) dan 12,96 (SIC).

Keywords: Aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, PDB, indeks Hang Seng, IHSG, model GARCH, TARCH.


(9)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim

Segala puji dan syukur bagi ALLAH SWT, Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga dan para sahabatnya, dan seluruh umatnya.

Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas rahmat dan karunia kekuatan yang diberikan Allah SWT, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

”Pengauh Aksi Jual-Beli Asing, Kurs, SBI, Inflasi, PDB Dan Indeks Hang

Seng Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Dengan Model GARCH”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat mencapai tujuan dan sasaran serta bermanfaat bagi para pembaca.

Dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan penghormatan dan rasa terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan Skripsi ini dan juga membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Terutama kepada:

1. ALLAH SWT atas segala nikmat dan karunianya.

2. Ibu tercinta Neneng Rosih (ALM) terima kasih telah melahirkan penulis ke dunia yang indah ini, meskipun penulis tidak pernah melihat dan merasakan limpahan kasih sayangnya sejak penulis dilahirkan ke dunia yang indah ini, semoga engkau ditempatkan ditempat terbaik di sisi ALLAH SWT.

3. Kedua orang tua, aap dan umi tercinta yang memberikan dukungan, kepercayaan dan doa, semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka, dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya, amin Ya Robbal ’Alamin.

4. Nenek tercinta dan tersayang Umi Kulsum yang telah merawat penulis dari kecil, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, pehatian, dukungan baik moral maupun materil hingga saat ini, semoga ALLAH SWT selalu


(10)

v

memberikan kesehatan, panjang umur, dan kebahagiaan serta kemuliaan kepadanya, dan semoga penulis dapat membahagiakannya, Amin Ya Robbal

’Alamin.

5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan Bid. Akademik FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan, dan meluangkan waktunya hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku pembimbing II terima kasih atas bimbingan, motivasi dan arahan yang diberikan kepada penulis hingga terselesaikan skripsi ini.

8. Bapak Indoyama Nasaruddin, SE., MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu dan memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di bangku kuliah.

10. Kakak-kakak (Teh a’i, Teh Imas, Teh Adah, Aa Asep) terima kasih atas dukungan moral dan materil serta adik-adik (Dinar, Nina, Rusdi, Aam) terima kasih selalu menjadi adik yang baik.

11. Dede Husban Rijali terima kasih atas segala perhatian, kasih sayang dan dukungan moral maupun materil yang diberikan kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat terbaik yang selama ini mewarnai dengan suka dan duka terutama kepada Budhe dan Emil yang banyak membantu dalam pembuatan skripsi, kepada Ziah yang banyak memberikan bantuan, Yani yang sering memberi nasihat dan membuat lebih berwarna dengan keceriaannya, Tya yang selalu melindungi dan seorang figur kakak yang baik, Mamih, Jody, serta anak-anak manajemen A dan keuangan A lainnya yang telah bersama-sama berjuang dan saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih sudah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan pelajaran yang paling berharga.


(11)

vi

13. Sahabat sekaligus saudara Syifa terimakasih telah banyak sekali membantu penulis, sahabat-sahabat dikosan Mba duwi, Moel, Emar, Euis, Teh Iwi, Iyom, Kori, Atikoh yang sering menghiasi kehidupan penulis dengan canda tawa serta dukungan moral yang telah diberikan.

14. Pihak-pihak lain yang mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga mereka semua mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda dan selalu dijaga dan dilindungi serta benar-benar menjadi orang yang dikasihi dan disayangi oleh Allah SWT. Tiada balasan apapun yang dapat penulis berikan selain doa.

Penulis sangat menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar bisa lebih baik lagi. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah wawasan bagi semua pihak.

Jakarta, 2010 Khodijah Nurbaeti

(Penulis)


(12)

vii DAFTAR ISI

Halaman Cover Skripsi

Lembar Pengesahan

Daftar Riwayat Hidup... i

Abstract... ii

Abstrak... iii

Kata Pengantar...………... iv

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel... x

Daftar Gambar... xi

Daftar Lampiran………... xii

BAB I: PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

BAB II: LANDASAN TEORI... 12

A. Indeks Harga Saham... 12

B. Aliran Dana Asing (net foreign fund)... 17

C. Nilai Tukar Rupiah... ... 20

D. Suku Bunga SBI... 23


(13)

viii

E. Tingkat Inflasi... 24

F. Produk Domestik Bruto... 29

G.Indeks Hang Seng ... 32

H. Penelitian Terdahulu... 34

I. Kerangka Pemikiran.……... 37

J. Hipotesis... 40

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN... 41

A. Ruang Lingkup Penelitian…... 41

B. Metode Penentuan Sampel………... 41

C. Metode Pengumpulan Data... 42

D. Metode Analisis...………... 43

E. Definisi Operasional Variabel... 49

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN... 54

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 54

1. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia... 54

B. Analisis Deskriptif... 55

C. Hasil dan Pembahasan... 72

1. Uji Stasioneritas... 72

2. Uji GARCH... 82

D. Interpretasi... 100

BAB V: IMPLIKASI DAN KESIMPULAN... 105

A. Kesimpulan... 105


(14)

ix

Daftar Pustaka... 107 Lampiran... 111


(15)

x Daftar Tabel

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Variabel Aksi jual-beli Asing 58

4.2 Variabel Kurs 60

4.3 Variabel SBI 62

4.4 Variabel Inflasi 64

4.5 Variabel PDB 66

4.6 Variabel Indeks Hang Seng 68

4.7 Variabel IHSG 70

4.8 Uji GARCH (1,1) 84

4.9 Uji GARCH (1,2) 86

4.10 Uji GARCH (0,1) 88

4.11 Uji GARCH (0,2) 89

4.12 Uji GARCH (0,3) 90

4.13 Uji GARCH (2,1) 92

4.14 Uji TARCH (0,1) 94

4.15 Uji TARCH (1,1) 96

4.16 Uji TARCH (2,1) 98


(16)

xi

Daftar Gambar

Nomor Keterangan Halalaman

2.1 Kerangka Pemikiran 39

4.1 Grafik Variabel Aksi Jual-Beli Asing 59

4.2 Grafik Variabel Kurs 61

4.3 Grafik Variabel SBI 63

4.4. Grafik Variabel Inflasi 65

4.5 Grafik Variabel PDB 67

4.6 Grafik Variabel Indeks Hang Seng 69


(17)

xii Daftar Lampiran

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Mentah Variabel Aliran Dana Asing 111

2 Data Mentah Variabel Kurs 111

3 Data Mentah Variabel SBI 112

4 Data Mentah Variabel Inflasi 112

5 Data Mentah Variabel PDB 113

6 Data Mentah Variabel Indeks Hang Seng 113

7 Data Mentah IHSG 114

8 Uji Unit Root ADF Variabel Aksi 115

Jual-Beli Asing

9 Uji Unit Root ADF Variabel Kurs 116

10 Uji Unit Root ADF Variabel SBI 117

11 Uji Unit Root ADF Variabel Inflasi 118

12 Uji Unit Root ADF Variabel Inflasi Pada 119

Diferensi Tingkat Pertama

13 Uji Unit Root ADF Variabel PDB 120

14 Uji Unit Root ADF Variabel Indeks 121

Hang Seng

15 Uji Unit Root ADF Variabel Indeks 122

Hang Seng Pada Diferensi Tingkat Pertama

16 Uji Unit Root ADF Variabel IHSG 123


(18)

xiii

18 Hasil Uji GARCH (1,2) 125

19 Hasil Uji GARCH (0,1) 126

20 Hasil Uji GARCH (0,2) 127

21 Hasil Uji GARCH (0,3) 128

22 Hasil Uji GARCH (2,1) 129

23 Hasil Uji TARCH (0,1) 130

24 Correlogram Of Standardized Squared 131

25 Histogram-Normality Test 132

24 Hasil Uji TARCH (1,1) 133

25 Hasil Uji TARCH (2,1) 134


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian

Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan (financial market), disamping pasar uang (money market) yang sangat penting peranannya bagi pembangunan nasional pada umumnya, khususnya bagi pengembangan dunia usaha sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal oleh perusahaan. Di lain pihak, dari sisi pemodal (investor), pasar modal sebagai salah satu sarana investasi dapat bermanfaat untuk menyalurkan dananya ke berbagai sektor produktif dalam rangka meningkatkan nilai tambah terhadap dana yang dimilikinya. Berdasarkan pengalaman di masa lalu, pasar modal ibarat lazimnya suatu pasar selalu akan mengalami pasang surut, yang ditunjukkan dengan tanda-tanda bullish atau bearish, sehingga karenanya dalam hal berinvestasi tiada suatu investasi tanpa risiko (M. Irsan Nasarudin dkk, 2008).

Keberadaan pasar modal sangat penting peranannya bagi perkembangan ekonomi suatu negara, termasuk Indonesia sebagai negara berkembang yang memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai wahana investasi bagi para investor atau masyarakat dalam rangka menciptakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, dapat memberikan pengaruh positif bagi pemerintah dan juga perusahaan yang menanamkan dana-nya dipasar modal. Bagi pemerintah, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat membantu pemerintah dalam menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran yang pada akhirnya dapat


(20)

2

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan bagi perusahaan, tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, dapat memberikan pengaruh positif atas ekpektasi para investor untuk menanamkan dana-nya dipasar modal dengan kondisi ekonomi negara yang semakin kondusif.

Perkembangan pasar modal Indonesia saat ini disebabkan oleh keadaan perekonomian atau trend global. Hal ini tidak hanya ditunjukkan oleh data yang bersifat kuantitatif semata seperti meningkatnya volume perdagangan dan nilai kapitalisasi pasar serta jumlah perusahaan go public, akan tetapi juga peningkatan kemampuan perusahaan, ketaatan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal, kualitas keterbukaan informasi pasar modal serta diberlakukan standar internasional dalam kegiatan perdagangan (M.Irsan Nasarudin dkk, 2008:84).

Perkembangan pasar modal di Indonesia yang marak berakhir pada tahun 1997, karena bencana krisis moneter yang terjadi (M.Irsan Nasarudin dkk, 2008:3). Krisis yang melanda Indonesia tentu saja berimbas pada pengembangan pasar modal Indonesia sebagai salah satu sumber pembiayaan yang banyak dimanfaatkan oleh perusahaan (M.Irsan Nasarudin dkk, 2008:78).

Nilai-nilai saham perusahaan merosot drastis akibat krisis yang terjadi pada tahun 1997. Saat itu, bagi investor dan masyarakat luas, investasi di sektor pasar modal bukan wahana investasi yang menarik, karena nilai sahamnya turun, potensi ruginya besar, dan pendapatannya juga turun. Akibatnya, pasar modal Indonesia mengalami koreksi hebat menyesuaikan diri dengan krisis. perkembangan pasar modal pada saat krisis menunjukkan adanya penurunan jumlah emiten yang layak tampil di papan utama bursa, harga saham anjlok,


(21)

3

indeks harga saham turun terus, investor asing berkurang, perusahaan sekuritas pergi. Sektor riil tidak mampu bertahan, nilai saham perusahaan-perusahaan terbuka turun drastis (M.Irsan Nasarudin dkk, 2008:3).

Tahun 2004 perekonomian Indonesia belum lagi kembali mencapai tingkat pertumbuhan seperti pada masa sebelum krisis, tetapi bergerak menuju pemulihan. Bagi pasar modal keadaan ini sudah jauh lebih baik. Harga dan indeks saham memang tidak setinggi pada waktu sebelum krisis, tetapi harga saham telah terkoreksi secara siginifikan (M.Irsan Nasarudin dkk, 2008:5).

Perkembangan tersebut tercermin pada September 2004, IHSG mencapai 820,1 dan sampai Desember 2005 telah mencapai 1162,63. Angka indeks Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan mengingat IHSG pada tahun 2001, 2002, dan 2003 baru mencapai 392,03, 424,94, dan 679,3. Kemudian sepanjang periode bulan Januari-Juli 2006, PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) terus-menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukkan prestasi yang sangat menggembirakan. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada tanggal 11 Mei 2006 di level 1.553,062 (www.jsx.co.id).

Indeks Harga Saham Gabungan yang terus-menerus mengalami peningkatan yang semakin pesat ini ditunjukkan dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai IHSG mengalami peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga diikuti nilai transaksi yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi merupakan bentuk kepercayaan


(22)

4

investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif. Namun krisis ekonomi global mulai pertengahan tahun 2008 telah mendorong jatuhnya nilai IHSG sebesar 50 persen dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Krisis yang berasal dari Amerika Serikat telah meruntuhkan perekonomian di benua Eropa dan Asia, khususnya negara berkembang. Dimana Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup besar dari krisis finansial global (Pananda Pasaribu dkk, 2009:1-2).

Indeks harga saham itu sendiri dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market). Sebagaimana diketahui bahwa, saham sebagai bukti kepemilikan perusahaan merupakan surat berharga atau efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa (go public). Fluktuasi harga saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang dibayarkan juga relatif tinggi. Apabila dividen yang dibayarkan relatif tinggi, akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, dan investor akan tertarik untuk membelinya. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi meningkat, sehingga akhirnya harganya juga akan meningkat. Peningkatan harga saham ini akan menimbulkan capital gain bagi para pemegangnya (Abdul Halim, 2005:12).

Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh


(23)

5

ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global (Pananda Pasaribu dkk, 2009:2).

Variabel aksi jual-beli asing yang dibahas dalam penelitian ini mengikuti pergerakan indeks saham yang ditandai dengan optimisme dan pesimisme para investor. Untuk Indonesia dan beberapa bursa saham yang kapitalisasi pasarnya relatif kecil, optimisme dan pesimisme para investor saham asing diduga sangat menentukan pergerakan indeks sahamnya. Optimisme investor asing ini yang ditandai dengan maraknya aksi beli oleh mereka akan memberikan sentimen positif. Sedangkan pesimisme investor asing terjadi jika aksi jual mereka melebihi aksi belinya pada hari atau periode perdagangan tertentu. Adanya aksi jual bersih dari para investor asing diyakini memberikan sentimen negatif kepada pasar. Investor asing dipandang memiliki modal besar dan mempunyai analisa fundamental dan informasi yang lebih baik daripada investor lokal (Budi Frensidy, 2009:2).

Pergerakan indeks saham di suatu negara juga tidak pernah lepas dari kondisi perekonomian negara itu sendiri secara makro (Budi Frensidy, 2009:1). Faktor makro yang digunakan dalam penelitian ini yang di anggap mempengaruhi indeks saham adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar, suku bunga SBI, inflasi, dan Produk Domestik Bruto. Variabel makro ekonomi sangat berpengaruh terhadap peluang untuk berbisnis di suatu negara. Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentu akan lebih menarik investor dibandingkan dengan negara yang pertumbuhan ekonominya lambat (Budi Rahardjo, 2009:69). Selain itu, menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2008:


(24)

6

110), pertumbuhan ekonomi yang baik secara umum menunjukkan tingkat perbaikan kesejahteraan masyarakat, dan hal ini biasanya diikuti dengan kegiatan pasar modal yang bergairah.

Variabel berikutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Hang Seng. Karena era globalisasi dengan batas antar negara yang semakin tidak jelas membuat indeks bursa saham antar negara saling terkait. Oleh karena itu, Indeks Harga Saham Gabungan, sangat dipengaruhi indeks Dow Jones dan indeks regional lainnya (Budi Frensidy, 2009:2). Hal ini merupakan salah satu implikasi dari bentuk globablisasi dan semakin terintegrasinya pasar modal di seluruh dunia. Kondisi ini memungkinkan timbulnya pengaruh dari bursa-bursa yang maju (developed) terhadap bursa yang sedang berkembang (Pananda Pasaribu dkk, 2009:2).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya oleh Budi Frensidy (2009) meneliti pengaruh aksi jual-beli asing, kurs dan indeks Hang Seng terhadap indeks harga saham gabungan di BEJ dengan model GARCH, hasil penelitian menunjukkan aliran bersih dana asing (NFF) mempengaruhi perubahan IHSG secara positif dengan koefisien 0,0009γ6 dan signifikan pada α = 1%. Sementara itu, hubungan antara perubahan kurs dengan perubahan IHSG adalah negatif dengan koefisien –0,593601 dan koefisien hubungan antara perubahan indeks Hang Seng dengan perubahan IHSG adalah 0,6128.

Igantius Roni Setyawan (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh net Buying (Selling) investor asing dan perubahan kurs terhadap pergerakan IHSG


(25)

7

dengan model model ARCH/GARCH, hasilnya model terbaik untuk memprediksi arah pergerakan IHSG adalah TARCH plus AR (1) karena memilki R2 yang lebih tinggi dibanding ARCH-M.

Pananda Pasaribu dkk, (2009) dalam penelitiannya mengenai pengaruh variabel makro ekonomi terhadap IHSG dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, hasil regresi menunjukkan bahwa sebagian besar faktor domestik tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Indikator ekonomi domestik berupa: inflasi, SBI dan kurs tengah. Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran modal mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas pergerakan IHSG. Indeks regional yang diproksi indeks Hang Seng mempunyai pengaruh yang sangat signifikan atas pergerakan IHSG, ketika indeks Hang Seng turun maka IHSG juga akan mempunyai arah yang sama.

Ana Octavia (2007) meneliti tentang analisis pengaruh nilai tukar rupiah/US$ dan tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG di BEJ dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (ordinary least square), hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara nilai tukar rupiah/US$ dan tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan secara parsial juga terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara nilai tukar rupiah/US$ terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.


(26)

8

Titman dan Warga (1989) dalam Zaenal Arifin (2007:155) menemukan adanya hubungan yang positif antara return saham dengan tingkat inflasi di masa yang akan datang dan tingkat bunga. Temuan ini menunjukkan bahwa return saham telah memprediksi perubahan tingkat harga di masa yang akan datang atau dengan kata lain naik (turun)-nya harga saham merupakan prediksi tinggi (rendah)-nya tingkat inflasi dan suku bunga.

Manurung (1996) dalam Pananda Pasaribu dkk, (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh makro ekonomi dan faktor luar negeri (asing) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan metode akar unit dan kointegrasi. Manurung menemukan bahwa faktor asing memegang peranan penting dalam pergerakan indeks. Sedangkan PDB dan pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap IHSG.

Moh.Mansur (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh indeks global terhadap IHSG di BEI. Hasil yang diperoleh secara individual indeks global yang didalamnya termasuk indeks Hang Seng, terbukti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG di BEI pada tahun 2000-2002.

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu maka penulis tertarik untuk meneliti

Pengaruh Aksi Jual-Beli Asing, Kurs, SBI, Inflasi, PDB dan Indeks Hang Seng Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Dengan Model GARCH”.

Penelitian ini berbeda dengan peneitian sebelumnya, periode penelitian 2006-2008, selain itu adanya penambahan variabel yang terdiri dari inflasi, suku bunga


(27)

9

SBI dan PDB, serta data yang digunakan yaitu data bulanan dari 1 Januari-31 Desember sedangkan penelitian sebelumnya hanya menggunakan data dari

3 Januari- 31 Oktober.

A.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), indeks Hang Seng terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.

2. Berapa besar pengaruh variabel independen aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), indeks Hang Seng terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.

B.Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis pengaruh signifikan variabel aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), indeks Hang Seng terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.


(28)

10

b. Untuk menganalisis berapa besar pengaruh aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), indeks Hang Seng pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut:

a. Manfaat bagi pemerintah:

- Bagi pembuat kebijakan yang berusaha untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil.

- Sebagai fakta empiris, berfungsi sebagai petunjuk dan pengingat untuk selalu mengkaji efektivitas setiap kebijakan yang dilaksanakan.

b. Bagi Akademisi/Peneliti

- Sebagai penambah kepustakaan dibidang ilmu ekonomi makro dan pasar modal.

- Berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis sebagaimana yang telah dipelajari di dalam perkuliahan dan sebagai pengetahuan tentang pasar modal dan investasi.

- Bagi civitas akademika dapat menambah informasi, sumbangan penelitian bahan kajian dalam penelitian.


(29)

11

- Hasil dari penelitian ini dapat membantu mereka dalam menentukan apakah akan menjual, membeli, atau menahan saham yang mereka miliki berkenaan dengan aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), dan indeks regional (dengan proxy indeks Hang Seng) Karena kesalahan dalam menentukan dan menerapkan strategi perdagangan di pasar modal, akan berakibat buruk bagi perusahaan atau investor sehingga dapat mengalami kerugian apabila memang aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), dan indeks regional (dengan proxy indeks Hang Seng) benar-benar berpengaruh terhadap IHSG.

- Pemahaman menyeluruh tentang hubungan antara pasar saham sangat penting, karena dapat membantu mereka meramalkan pergerakan dalam pasar modal.


(30)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Indeks Harga Saham

Indeks Harga Saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian ekonomi. Bahkan saat ini, IHS tidak saja menampung kejadian-kejadian ekonomi, tetapi juga kejadian-kejadian-kejadian-kejadian sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian, IHS dapat menjadi barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (Current Market) (Abdul Halim, 2005:12). Saham sebagai bukti kepemilikan perusahaan merupakan surat berharga atau efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa (go public). Fluktuasi harga saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang dibayarkan juga relatif tinggi. Apabila dividen yang dibayarkan relatif tinggi, akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, dan investor akan tertarik untuk membelinya.

Akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi meningkat, sehingga akhirnya harganya juga akan meningkat. Penigkatan harga saham ini akan menimbulkan capital gain bagi para pemegangnya. Sementara itu, kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tersebut tidak saja ditentukan oleh kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang ada, tetapi juga


(31)

13

dipengaruhi oleh faktor lain di luar perusahaan, seperti kondisi sosial masyarakat, politik, dan keamanan. Semuanya itu akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, yang pada gilirannya akan berpengaruh juga terhadap fluktuasi harga saham. Karena itu, fenomena ekonomi, sosial, politik, dan keamanan berperan dalam penentuan kesehatan ekonomi suatu negara (Abdul Halim, 2005:12).

Agar dapat melakukan investasi di pasar modal dengan baik, maka investor harus mengetahui Indeks Harga Saham. Di BEI terdapat 6 (enam) jenis indeks, yaitu (Abdul Halim, 2005:12-14):

1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), menggunakan saham masing-masing perusahaan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Abdul Halim (2005)

Dimana:

IHSI = Indeks harga saham individual pada hari ket. NPt = Nilai pasar pada hari ket, diperoleh dari jumlah

lembar saham yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar.

ND = Nilai dasar, BEI memberi nilai dasar IHSI 100 ketika saham diluncurkan pada pasar perdana berubah sesuai dengan perubahan pasar.

IHSIt= NPt × 100


(32)

14

2. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS), menggunakan saham masing-masing sektor usaha. Di BEI indeks sektoral dibagi atas 9 (sembilan) sektor usaha, yaitu:

a. Sektor usaha primer (Ekstraktif) meliputi: 1) Pertanian

2) Petambangan

b. Sektor usaha sekunder (Manufaktur) meliputi: 1) Industri dasar dan kimia

2) Aneka industri

3) Industri barang konsumsi c. Sektor usaha tersier (jasa) meliputi:

1) Properti dan real estate

2) Infrastruktur, utilitas, dan transportasi 3) Keuangan

4) Perdagangan, jasa dan investasi

3. Indeks LQ 45 (ILQ 45), menggunakan saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan sekali (setiap awal Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang termasuk dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan seluruh saham yang tercatat dibursa, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Abdul Halim (2005) IHSGt = NPt × 100


(33)

15 Dimana:

IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada hari Ke-t.

NPt = Nilai pasar pada hari ket, diperoleh dari jumlah lembar saham.

ND = Nilai dasar, BEI memberi nilai dasar IHSG 100 pada tanggal 10 Agustus 1982.

IHSG untuk tanggal 10 Agustus 1982 selalu disesuaikan dengan kejadian-kejadian seperti: penawaran saham perdana (Initial Public Offering-IPO), right issue, company listing, delisting, dan konversi. Rumus untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya kejadian-kejadian tersebut adalah:

Sumber: Abdul Halim (2005) Dimana:

NDB = nilai dasar baru NDL = nilai dasar lama NPL = nilai pasar lama NPT = nilai pasar tambahan

5. Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat islam. Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan

NDB = NPL + NPT × NDL NPL


(34)

16

dengan syariah islam. Usaha-usaha berikut dikeluarkan dalam perhitungan JII, antara lain:

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi.

b. Usaha lembaga keuangan yang konvensional (mengandung unsur riba).

c. Usaha memproduksi, mendistribusikan serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan/atau menyediakan barang-barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 6. Indeks Papan Utama atau Main Board Index (MBI) dan Indeks Papan

Pengembangan atau Development Board Index (DBI).

MBI dibentuk dengan menggunakan saham-saham yang dipilih berdasarkan kriteria berikut:

a. Perusahaan telah melakukan kegitan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama sekurang-kurangnya selama 36 (tiga puluh enam) bulan terakhir.

b. Laporan Keuangan Auditan perusahaan memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 2 (dua) tahun buku terakhir.

c. Berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir, perusahaan memiliki Aktiva Bersih Berwujud (net tangible assets) sekurang-kurangnya Rp.100 miliar, dan tidak mengalami kondisi dan atau gugatan/perkara yang secara material diperkirakan dapat


(35)

17

mempengaruhi kelangsungan usaha. DBI dibentuk dengan menggunakan saham peusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi seluruh kriteria di atas.

B. Aliran Dana Asing (Net Foreign Fund)

Ada banyak pengertian tentang investasi. Menurut Frank J. Fabozzi manajemen investasi adalah proses pengelolaan uang. Smith dan Skousen

mengatakan, ”investing activities: transaction and events the purchase and sale of scurities (excluding cash equivalents), and, building, equipment. And other asset not generally held for sale, and the making, and collecting of loans. There are not classified as operating activities, since the relate only indirectly to the central, ongoing operations ofentity”. Disisi lain relly dan Brown memberikan pengertian investasi adalah, “investment is the current commitment of dollar for a period of time to device future payment that will compensate the investor for (1) the time the funds are commited, (2) the expected rate of inflation, (3) the uncertainty of the

future payment”. (Irham Fahmi dan Yovi Laviannti Hadi, 2009:4).

Menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi keuangan per 1 Oktober 2004 investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, devident, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi (Irham Fahmi dan Yovi Laviannti Hadi, 2009:6).


(36)

18

Menurut Warsini (2009:1) investasi adalah kegiatan penanaman modal/penanaman dana yang dilakukan pada saat sekarang (current) dalam berbagai wujud aktiva untuk memperoleh penghasilan dimasa yang akan datang (Future).

Pengertian investasi menurut Moeljadi (2006:121) merupakan suatu tindakan melepaskan arus dana masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (initial investment).

Ditinjau dari segi ruang lingkupnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Investasi pada aktiva nyata (real assets atau real investment) misalnya

untuk pendirian pabrik-pabrik, pendirian hotel/restoran, perkebunan, dan lain-lain.

2. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets atau financial investment), seperti pembelian surat berharga, baik berupa saham maupun obligasi (Moeljadi, 2006:121).

Ditinjau dari segi kepastian memperoleh keuntungan, investasi dapat dibagi menjadi (Moeljadi, 2006:122):

a. Investasi yang bebas risiko (free risk investment) yaitu investasi yang akan memperoleh keuntungan secara pasti, seperti pembelian obligasi (investment in bonds).

b. Investasi yang berisiko (risk investment) yaitu investasi yang ditujukan bagi pembelian saham biasa (investment in real assets). Sedangkan investasi asing merupakan kegiatan untuk upaya mentransformasikan sumber daya potensial menjadi salah satu kekuatan ekonomi


(37)

19

riil. Sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya daerah yang diolah dan di manfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara adil dan merata. Modal asing merupakan salah satu persyaratan pertumbuhan ekonomi. Dimana peningkatan pertumbuhan perekonomian biasanya didorong oleh masuknya modal asing. Negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia biasanya memiliki problem besar berkenaan dengan kelangkaan modal pembangunan (Thomas Budiman Syah, 2005:16).

Para investor asing ini biasanya bergerak mengikuti optimisme dan pesimisme mereka terhadap indeks saham. Optimisme investor asing ini yang ditandai dengan maraknya aksi beli oleh mereka akan memberikan sentimen positif. Sedangkan pesimisme investor asing terjadi jika aksi jual mereka melebihi aksi belinya pada hari atau periode perdagangan tertentu. Adanya aksi jual bersih dari para investor asing diyakini memberikan sentimen negatif kepada pasar. Investor asing dipandang memiliki modal besar dan mempunyai analisa fundamental dan informasi yang lebih baik daripada investor lokal (Budi Frensidy, 2009:2).

Menurut Neal, et.al, 2002 dalam Ignatius Roni Setyawan (2007:2-3) Positive Feedback Trading adalah tindakan pelaku pasar asing untuk beli saham unggulan saat winner (bullish) dan jual saham unggulan saat losser (bearish). Indikasi adanya positive feedback trading dapat dilihat salah satunya dari makin meningkatnya net buying.


(38)

20

Biasanya positive feedback trading dari investor asing akan memicu aksi beli juga oleh investor domestik. Situasi ini akan membuat market index naik. Kondisi berbeda (negative feedback trading) membuat market index turun.

C. Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah tingkat di mana mata uang domestik dapat dikonversi menjadi mata uang asing (Bodie, Kane, Marcus, 2006: 175).

Kurs (exchange rate) dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan (Gregory Mankiw, 2003:123).

Menurut Gugup Kismono (2001:47) nilai tukar atau exchange rate diartikan mata uang suatu negara apabila ditukarkan dengan mata uang negara lain.

Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur/dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama (Krugman, 2000:40).

Type of exchange –rate systems (Mc.Connell & L.Brue, 2005:381):

1 A flexible-or floating- exchange rate systems: through which demand and

supply determine exchange rates and in which no government intervention occurs.


(39)

21

2 A fixed-exchange rate systems: trough which government determine

exchange rates and make necessary adjustment in their economies to maintain those rates.

Menurut Mankiw (2003:123) Dalam literatur ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara. Misalnya, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka anda bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang.

Sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain (Mankiw, 2003:125).

Kurs Riil = Kurs Nominal × Rasio Tingkat Harga ε = e × (P/P*)

Kurs riil diantara kedua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang-barang domestik relatif lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barang-barang luar negeri relatif lebih mahal, dan barang-barang domestik relatif lebih murah.

Menurut Hady Hamdy (2008:44). Kurs mata uang suatu negara dapat mengalami devaluasi dan revaluasi. Devaluasi adalah naiknya nilai tukar mata uang negara lain apabila di pertukarkan dengan mata uang domestik, atau dapat


(40)

22

didefinisikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang asingnya terhadap nilai mata uang asing yang bertujuan untuk:

a Mendorong ekspor dan membatasi impor. b Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.

c Dengan BOP yang equilibrium, diharapkan kurs valas dapat menjadi relatif stabil.

Revaluasi adalah turunnya nilai tukar mata uang negara-negara lain apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain, nilai tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing. Revaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing yang dilakukan karena perekonomiannya sudah mencukupi atau mendekati full employed atau terjadi kecenderungan inflasi. Kebijakan ini dalam jangka pendek bertujuan untuk mengurangi agregat demand dan inflasi (Hady Hamdy, 2008:45).

Risiko nilai kurs merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjelaskan aktivitas operasional dan investasi akan menghadapi risiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut (Pananda Pasaribu dkk, 2009:6).


(41)

23 D. Suku Bunga SBI

Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan harga masa kini dan harga masa depan, serta merupakan variabel paling penting diantara variabel-variabel makro ekonomi (Mankiw, 2003:86).

Tingkat bunga merupakan harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati. Tingkat bunga mengirim isyarat harga kepada peminjam, pemberi pinjaman, penabung dan investor. Jika tingkat bunga naik, maka lebih besar volume tabungan dan merangsang peminjam dana. Sebaliknya, jika tingkat bunga menurun cenderung menurunkan aliran tabungan dan akibatnya mengurangi kegiatan pemberian pinjaman. Tingkat bunga yang tinggi cenderung mengurangi volume peminjaman dan investasi modal (Herman Darmawi, 2006:181).

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 Bulan) dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.

Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI

menggunakan mekanisme ”BI rate” (suku bunga BI) yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan (www.Wikipedia.0rg).


(42)

24

1. Hubungan tingkat bunga dengan risiko investasi

Seseorang dalam melakukan investasi cenderung untuk menghindar dari kemungkinan menanggung risiko, tetapi tidak ada seorang pun yang terbebas dari risiko (Kamaruddin, 2004:4).

Timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi bersamaan atau hanya muncul dari salah satu saja. Risiko tingkat bunga merupakan salah satu sumber risiko investasi, terutama jika terjadi kenaikan (Kamaruddin, 2004:4).

Risiko tingkat bunga, biasanya diukur atas pengaruhnya terhadap nilai sekarang investasi. Rumus nilai sekarang:

Sumber: Kamaruddin (2004) Dimana: Pt-1 = nilai sekarang saham/obligasi.

Pt = nilai penjualan akhir periode. Ct = arus kas masuk (seperti bunga). r = tingkat bunga pasar.

Rumus ini memberikan gambaran, jika r (tingkat bunga) meningkat, nilai (investasi) sekarang menurun, dan sebaliknya jika tejadi penurunan tingkat bunga, nilai (investasi) sekarang meningkat (Kamaruddin, 2004:5).

E. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu barang/dua barang saja tidak disebut

Pt-1 = Pt +Ct 1 + r


(43)

25

inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga-harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan menaik terus menerus juga karena: musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi. Kenaikan harga semacam itu tidak dianggap sebagai masalah atau penyakit ekonomi dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk menanggulanginya (Boediono, 2001:155).

Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang-barang secara umum. Inflasi yang tinggi sering dikaitkan dengan perekonomian “terlalu panas“ (overheated), yaitu perekonomian di mana permintaan atas barang dan jasa melampaui kapasitas produksinya, yang akan mendorong kenaikkan harga. Sebagian besar pemerintah menginginkan perjalanan yang baik di dalam kebijakan ekonominya. Mereka berharap dapat mendorong perekonomian yang cukup kuat untuk berproduksi mendekati kapasitas penuhnya, tetapi tidak sampai menciptakan tekanan inflasioner (Bodie, Kane, Marcus, 2006:178).

Inflation is the rate of charge in prices (Dornbursch, et.al, 2004:38). Inflation is the a rise in the general level of prices (Mc.Connell & L.Brue, 2005:141). Inflation is a continual rise in the price level (Colander,2006:529).

Inflation, in contrast, is a measure of how fast the average price level is changing over time. Rate of inflation the annual percentage rate of change in the price level (Frank & Bernanke, 2001:486).


(44)

26

Menurut Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2005:184-187) ada empat indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu.

1. Indeks Harga Konsumen (IHK).

Angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli oleh konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu.

2. Indeks Harga Perdagangan Bebas (IHPB).

Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka IHPB melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.

3. Indeks Harga Implisit (IHI).

Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga implisit (IHI). Perhitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks.

a. Alternatif Dari Indeks Harga Implisit.

Menurut Boediono (2001:156-158) ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi, dan penggolongan mana yang kita pilih tergantung pada tujuan kita.


(45)

27

Penggolongan pertama didasarkan atas “parah“ tidaknya

inflasi tersebut, yaitu terdiri dari:

1) Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)

2) Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)

3) Inflasi berat (antara 30-100% setahun)

4) Hiperinflasi (di atas 100% setahun)

Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari inflasi. Atas dasar ini dibedakan dua macam inflasi, antara lain:

a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation.

b. Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Ini disebut cost inflation.

Penggolongan yang ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi, yaitu terdiri dari:

a) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).


(46)

28

Ada beberapa masalah sosial yang timbul jika terjadi inflasi (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2005:184).

a) Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat

Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhana-nya diukur dengan tingkat daya beli pendapatan yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap.

b) Makin Buruknya Distribusi Pendapatan

Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat dihindari jika pertumbuhan tingkat pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi.

c) Terganggunya Stabilitas Ekonomi

Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik. Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak dari yang seharusnya atau biasanya. Tujuannya adalah untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi. Akibatnya, permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat. Bagi produsen perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa mendorong mereka menunda penjualan, untuk mendapat keuntungan yang


(47)

29

lebih besar. Akibatnya, kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi.

Menurut Tandelilin (2010:342), tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya, jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini akan menurunkan sinyal positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan.

Laju inflasi dapat diukur dengan rumus sebagai berikut : IHKt - IHKt-1

X 100%

IHKt-1

F. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto adalah ukuran produksi total barang dan jasa di dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukkan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang berlimpah bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan (Bodie, Kane, Marcus, 2006: 177).

Gross domestic product is the total market value of all final goods and services produced in a given year. GDP includes all goods and services produced


(48)

30

by either citizen-supplied or foreign-supplied resources employed within the country (Mc Connel & Brue, 2005:112).

Produk Domestik Bruto (GDP) mengukur pendapatan setiap orang dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang dan jasa perekonomian (Mankiw, 2003:16).

Gross Domestic Product is the value of final goods and services produced in the country within a given period (Dornbusch, dkk, 2004:22). Gross Domestic Product measure the total value for final use of output produced by an economy, by both residents and non residents (Todaro, 2009:46).

Menurut Sadono Sukirno (2000:33-34) Produk Domestik Bruto adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Nilai PDB dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

PDB = PNB- PFN dari LN Sumber: Sadono (2000)

Dimana PFN dari LN merupakan pendapatan neto dari luar negeri. PFN dari LN adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang dibayarkan ke luar negeri.

Gross domestic product (GDP) is the total value of final goods and services produced for the marketplace during a given year, within the nation’s borders (Robert E. Hall & Lieberman, 2001:93).


(49)

31

Menurut Mishkin (2010:21-ββ) “Gross Domestic Product is the market value of all final goods and services produced in a country during the course of the year. Gross domestic bruto measured with constant prices is reffered to as real

GDP, the word real indicating that values are in terms of fixed”.

Menurut Tandelilin (2010:342) Produk Domestik Bruto adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka kesempatan perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin meningkat.

Gross domestic product (GDP) is the most comprehensive measure of a nation’s total output of good and services. It is the sum of the dollar values of consumption (C), gross invesment (I), government purchases of goods and services (G), and net exports (X) produced within a nation during a given year (Samuelson & Nordhaus, 2005:424).

Menurut Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2005:16-21) ada tiga cara perhitungan pendapatan nasional, yaitu

a. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi diperoleh dengan cara membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian


(50)

32

berasal dari output sektor lain. Dengan kata lain jika tidak berhati-hati akan terjadi perhitungan ganda (double-counting) atau bahkan multiple counting.

b. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

c. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran. Menurut pendekatan ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian:

1. Konsumsi Rumah Tangga. 2. Konsumsi Pemerintah. 3. Pengeluaran Investasi. 4. Ekspor Neto.

G. Indeks Hang Seng

Dengan semakin terintegrasinya perekonomian global dan menyatunya pasar uang beberapa negara dalam wilayah yang berdekatan, ketergantungan ekonomi suatu negara pada ekonomi dunia juga semakin besar. Demikian juga yang terjadi dengan pasar modal suatu negara (Budi Frensidy, 2009:5).

Menurut Nachrowi dan Usman (2006) dalam Budi Frensidy (2009:5) pasar modal yang kuat dapat mempengaruhi pasar modal yang lemah. Sebagai salah satu pasar modal yang sedang berkembang, BEI diduga sangat dipengaruhi indeks pasar saham dunia dan Asia yang berkapitalisasi besar yaitu Dow Jones Industrial


(51)

33

Average (DJIA) dari bursa saham New York, Nikkei 225 (bursa saham Tokyo), dan Hang Seng (bursa saham Hong Kong). Indeks ketiga bursa itu dapat digunakan sebagai salah satu variabel independen yang menentukan pergerakan IHSG.

Indeks Hang Seng atau juga dikenal dengan nama Hang Seng Index (HSI) merupakan indeks saham utama dari Hong Kong Stock Exchange (HKEX). Hang Seng Index adalah indeks harga saham di pasar modal Hong Kong yang dihitung dengan menggunakan metode kapitalisasi pasar tertimbang bebas-disesuaikan. Indeks ini digunakan untuk memonitor dan mencatat perubahan harian dari perusahaan-perusahaan terbesar di pasar modal Hong Kong dan merupakan indikator utama untuk kinerja keseluruhan pasar di Hong Kong. Saat ini Hang Seng terdiri dari 42 perusahaan dan mewakili sekitar 65% dari kapitalisasi Hong Kong Stock Exchange) (www.mahadanalearning.com).

Namun demikian, penulis memilih indeks Hang Seng sebagai proxy indeks regional karena alasan-alasan berikut:

1. Dibandingkan bursa saham di New York-AS dan di Tokyo-Jepang, indeks Hang Seng lebih dekat secara geografis dengan perbedaan waktu yang paling sedikit yaitu hanya 1 jam. Bursa saham kita berbeda hingga 12 jam dengan bursa saham di New York dan 2 jam dengan bursa saham di Tokyo.

2. Indeks Hang Seng adalah berdasarkan nilai, sama seperti IHSG. Sedangkan DJIA dan Nikkei 225 adalah indeks saham berdasarkan harga.


(52)

34

3. Penghitungan indeks Hang Seng adalah menggunakan seluruh populasi, sama seperti penghitungan IHSG kita. Ini berbeda dengan DJIA dan Nikkei 225. DJIA dihitung dari sampel sebanyak 30 saham perusahaan yang menjadi pemimpin pasar di industrinya dan Nikkei 225 dihitung dari sampel 225 saham di bursa Tokyo.

4. Dilihat dari kapitalisasi pasar per awal Desember 2007, bursa efek kita dengan kapitalisasi pasar hanya sebesar 278 miliar dolar AS, lebih dekat dengan bursa saham Hong Kong (Hang Seng) dengan kapitalisasi pasar 2.974 miliar dolar AS. Bursa saham Tokyo berkapitalisasi 4.627 miliar dolar AS, sedangkan kapitalisasi bursa saham New York sudah mencapai 16.281 miliar dolar AS.

5. Indeks Hang Seng lebih mendekati pergerakan IHSG karena sifat bearish atau terus turunnya indeks Nikkei selama belasan tahun terakhir sejak 1989. Pada saat itu indeks Nikkei 225 sempat menyentuh indeks 39.000-an, namun kini indeks Nikkei hanya berkisar di angka 16.000-an.

H. Penelitian Terdahulu

Budi Frensidy (2009) dalam penelitiannya mengenai pengaruh aksi jual-beli asing, kurs dan indeks Hang Seng dengan model GARCH. Hasilnya ditemukan bahwa aliran bersih dana asing (NFF) mempengaruhi perubahan IHSG secara

positif dengan koefisien 0,0009γ6 dan signifikan pada α = 1%, Sementara itu,

hubungan antara perubahan kurs dengan perubahan IHSG adalah negatif dengan koefisien –0,593601 dan koefisien hubungan antara perubahan indeks Hang Seng dengan perubahan IHSG adalah 0,6128. Secara keseluruhan, variasi variabel


(53)

35

bebas seperti aliran bersih dana asing, perubahan kurs, dan perubahan indeks Hang Seng menyumbangkan 56,9% terhadap variasi variabel perubahan IHSG, cukup signifikan. Semua varabel independen signifikan pada = 1%. Begitu juga dengan nilai F-stastitik untuk keseluruhan model yang juga signifikan pada α = 1%.

Igantius Roni Setyawan (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh net Buying (Selling) investor asing dan perubahan kurs terhadap pergerakan IHSG dengan model ARCH/GARCH, hasilnya model terbaik untuk memprediksi arah pergerakan IHSG adalah TARCH plus AR (1) karena memilki R2 yang lebih tinggi dibanding ARCH-M.

Tendi Haruman, Trimanto S Wardoyo dan Rosi rosmayanti (2005) dalam Muhammad Arief Yusuf (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh nilai tukar per dollar AS, tingkat suku bunga SBI, dan inflasi IHK terhadap IHSG di BEI (periode Juli 2003- Juli 2005), menyimpulkan bahwa hasil analisa statistik secara simultan terdapat pengaruh antara nilai tukar rupiah per dollar AS, tingkat suku bunga SBI dan inflasi IHK terhadap IHSG di BEI. Hal ini dapat dibuktikan karena tingkat signifikansi pada uji F yang dihasilkan secara simultan < Q (0,05) yaitu sebesar 0,000. Sedangkan hubungannya adalah sebesar 0,396 atau 39,6%.

Sitinjak dan Kurniasari (2003) dalam Ana Octavia (2007) mereka menyimpulkan bahwa jika kurs (nilai tukar dolar terhadap rupiah) naik satu satuan berarti akan terjadi penurunan indikator pasar (IHSG) saham sebesar satu satuan. Terutama sekali pada saat kondisi pasar sedang bearish. Sedangkan pada pasar sedang bullish, indikator pasar saham dan indikator pasar uang secara


(54)

bersama-36

sama berpengaruh positif. Terutama pada indikator pasar uang SBI, signifikan positif untuk mempengaruhi pasar saham.

Pananda Pasaribu dkk, (2009) dalam penelitiannya mengenai pengaruh variabel makro ekonomi terhadap IHSG dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, hasil regresi menunjukkan bahwa sebagian besar faktor domestik tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Indikator ekonomi domestik berupa: inflasi, SBI dan kurs tengah. Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran modal mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas pergerakan IHSG. Indeks regional yang diproksi indeks Hang Seng mempunyai pengaruh yang sangat signifikan atas pergerakan IHSG, ketika indeks Hang Seng turun maka IHSG juga akan mempunyai arah yang sama.

Ana Octavia (2007) meneliti tentang analisis pengaruh nilai tukar rupiah/US$ dan tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG di BEJ dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (ordinary least square), hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara nilai tukar rupiah/US$ dan tingkat suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan secara parsial juga terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara nilai tukar rupiah/US$ terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Titman dan Warga (1989) dalam Zaenal Arifin (2007:155) menemukan adanya hubungan yang positif antara return saham dengan tingkat inflasi di masa


(55)

37

yang akan datang dan tingkat bunga. Temuan ini menunjukkan bahwa return saham telah memprediksi perubahan tingkat harga di masa yang akan datang atau dengan kata lain naik (turun)-nya harga saham merupakan prediksi tinggi (rendah)-nya tingkat inflasi dan suku bunga.

Manurung (1996) dalam Pananda Pasaribu dkk, (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh makro ekonomi dan faktor luar negeri (asing) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan metode akar unit dan kointegrasi. Manurung menemukan bahwa faktor asing memegang peranan penting dalam pergerakan indeks. Sedangkan PDB dan pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap IHSG.

Moh Mansur (2005) meneliti pengaruh indeks global terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEJ pada tahun 2000-2002 dengan menggunakan model analisis Path Analysis, hasil yang diperoleh secara individual indeks global yang didalamnya termasuk indeks Hang Seng, terbukti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG di BEI pada tahun 2000-2002.

I. Kerangka Pemikiran

Sebelum dilakukan uji GARCH, seluruh variabel harus dilakukan uji stasioneritas data terlebih dahulu. Jika seluruh data stasioner, maka bisa langsung dilakukan uji GARCH. Akan tetapi, jika data tidak stasioner, maka harus dilakukan diferensi data pada tingkat pertama, apabila data sudah stasioner uji GARCH bisa dilakukan, akan tetapi jika belum, maka harus dilakukan diferensi data pada tingkat selanjutnya.


(56)

38

Penulis akan mencari model GARCH yang paling layak untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel aksi jual-beli asing (net foreign fund), kurs, SBI, inflasi, Produk Domestik Bruto dan indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dan berapa besar pengaruhnya.

Pencarian model GARCH yang paling layak dilakukan dengan proses trial dan error atau mencoba beberapa kemungkinan model, sehingga menghasilkan model yang terbaik (Nachrowi, 2007:424). Penulis akan mencoba model GARCH (1,1,) (1,2) (0,1) (0,2) (0,3) (2,1) dan TARCH (0,1) (1,1) (2,1).


(57)

39 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Variabel

Variabel Indeks Harga Saham

Gabungan

Tidak Stasioneritas

Data Stasioner

Variabel Aksi Jual-Beli Asing, Kurs, SBI, Inflasi, PDB,

Indeks HangSeng

Mencari Model GARCH Yang Paling Layak

Uji Differensi Data Uji GARCH

Interpretasi

Uji Stasioneritas Data


(58)

40 J. Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali variabel-variabel aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, PDB dan indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan analisis dan temuan peneliti terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut:

 H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, PDB dan indeks Hang Seng terhadap variabel Indeks Harga Saham Gabungan.

 Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan variabel aksi jual-beli asing, kurs, SBI, inflasi, PDB dan indeks Hang Seng terhadap variabel Indeks Harga Saham Gabungan.


(59)

41 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang listing yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006 sampai dengan 2008. Jangka waktu 2006 sampai dengan 2008 dipilih karena periode tersebut perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang semakin membaik, hal ini ditandai dengan bursa saham di Indonesia menunjukkan perkembangan yang makin membaik yang ditunjukkan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.

Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah aksi jual-beli asing, nilai tukar rupiah (Kurs) tengah Rupiah terhadap US Dollar, suku bunga SBI, inflasi, Produk Domestik Bruto, indeks Hang Seng, IHSG.

B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi

Penelitian ini mengambil populasi perusahaan-perusahaan yang listing yang terdaftar di BEI tahun 2006 sampai dengan 2008.

2. Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu sampel yang memiliki kriteria sebagai berikut :


(60)

42

1. Perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2006 sampai dengan 2008.

2. Saham perusahaan telah tercatat di BEI periode 2006 sampai dengan 2008.

C.Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini dalah sebagai berikut:

a. Field Reseach

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan) dengan penulisan skripsi ini, seperti Bank Indonesia, pusat referensi pasar modal di Bursa Efek Indonesia.

b. Library Reseach

Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan hal lain yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.

c. Internet Reseach

Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang berkembang, yaitu


(61)

43

dengan internet sehingga data yang diperoleh up to date seperti:

www.yahoofinance.com.

D.Metode Analisis 1. Uji Stasioneritas

Langkah pertama sebelum melakukan uji GARCH, terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas data pada semua variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data time series. Data time series dikatakan stasioner jika rata-rata, varian dan kovarian pada setiap lag adalah tetap sama pada setiap waktu. Jika data time series tidak memenuhi kriteria tersebut maka data dikatakan tidak stasioner. Dengan kata lain data time series dikatakan tidak stasioner jika rata-ratanya maupun variannya tidak konstan, berubah-ubah sepanjang waktu (Widarjono, 2007:340-341). Variabel-variabel ekonomi yang terus menerus meningkat sepanjang waktu adalah contoh dari variabel non stasioner dalam persamaan mengakibatkan standar error yang dihasilkan menjadi bias. Adanya bias ini menyebabkan kriteria konvensional yang biasa digunakan untuk menjustifikasi kausalitas antara dua variabel menjadi tidak valid. Dalam ekonometri dikenal dengan beberapa pengujian unit root dan data ekonomi makro umumnya adalah data time series yang rentan dengan ketidakstasioneran, untuk itu sebelumnya dilakukan uji stasioner (Alfirman dan Sutriono, 2006 dalam Siti Amaliah, 2005).


(62)

44

Ide dasar untuk menguji ada tidaknya masalah akar unit dengan mengestimasi persamaan:

∆Yt-1 = Yt-1 + et... (3.1)

Dengan hipotesis nul =0 maka ρ=1 sehingga data Y mengandung akar unit yang berarti data time series Y adalah tidak stasioner. Jika nilai koefisien =0 maka bisa disimpulkan bahwa data Y adalah tidak stasioner. Tetapi jika  negatif maka data Y adalah stasioner karena agar  tidak sama dengan nol maka nilai ρ harus lebih kecil dari satu (Widarjono, 2007:342-343).

Dalam penelitian ini uji stasioner yang digunakan adalah uji Augmented Dickey Fuller (ADF) pengujian ini dapat dilakukan untuk mengetahui kestasioneran data. Formulasi uji ADF sebagai berikut:

∆Yt = α0 + Yt-1 +

p

i 2

i ∆Yt-1 +1 + et... (3.2)

Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritisnya distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. Apabila data yang diperoleh belum stasioner pada tingkat level, maka diperlukan langkah untuk


(63)

45

membuat data menjadi stasioner melalui proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut dengan uji derajat integrasi. Formulasi uji derajat integrasi dari ADF sebagai berikut:

∆βYt = α0 + ∆Yt-1 +

p

i 2

i ∆βYt-1+1 + et ... (3.3)

Jika nilai absolut dari statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi, sehingga diperoleh data yang stasioner (Widarjono, 2007:344-349).

2. Uji GARCH

Setelah dilakukan uji stasioneritas data pada seluruh variabel dan diyakini bahwa seluruh variabel tersebut sudah stasioner, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji GARCH untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel yang digunakan dan berapa besar pengaruhnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series. Data time series terutama data di sektor keuangan atau finansial, sangat tinggi tingkat volatilitasnya. Volatilitas yang tinggi ini ditunjukkan oleh suatu fase dimana fluktuasinya relatif tinggi dan kemudian diikuti fluktuasi yang rendah dan kembali tinggi. Dengan kata lain, data ini mempunyai rata-rata dan varian yang tidak konstan.


(64)

46

Adanya volatilitas yang tinggi ini tentunya menyulitkan para peneliti untuk membuat estimasi dan prediksi pergerakan variabel tersebut. Oleh karena itu, di dalam menganalisis perilaku data runtut waktu (time series) untuk sektor finansial misalnya harga saham, nilai tukar rupiah, suku bunga dan sebagainya, peneliti seringkali menemukan bahwa kemampuan atau presisi peramalan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Misalnya, pada satu periode, peramalan mengalami kesalahan yang kecil tetapi di waktu lain mengalami kesalahan yang cukup besar dan kemudian kesalahan kembali mengecil. Variabilitas ini disebabkan oleh kenyataan bahwa variabel ekonomi seperti kebijakan moneter dan fiskal, maupun variabel non ekonomi seperti ketidakstabilan politik bahkan yang sifatnya sekedar rumor (Widarjono, 2007:319).

Dengan tingginya volatilitas data maka perlu dibuat suatu model pendekatan untuk mengukur masalah residual. Salah satu model estimasi yang membahas perilaku data dengan volatilitas tinggi tersebut adalah model GARCH (Widarjono, 2007:319).

Model GARCH merupakan model perkembangan dari model ARCH. Model ARCH (Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) dikembangkan oleh Robert Engle (1982) dan dimodifikasi oleh Mills (1999), selanjutnya Tim Bollerslev (1986 dan 1994) juga memperkenalkan model generalisasi ARCH yang


(65)

47

disebut GARCH. GARCH ini dimaksudkan untuk memperbaiki ARCH (Wing Wahyu Winarno, 2007:8.1).

Untuk menjelaskan model GARCH dapat menggunakan model regresi sedehana sebagai berikut (Widarjono, 2007:327):

Yt = 0 + 1Xt +et ...(3.4 ) Dimana: Y = Variabel dependen

X = Variabel independen e = residual

Model residual dalam persamaan (3.3) disebut model GARCH (1,1) karena varian residual hanya dipengaruhi oleh residual periode sebelumnya dan varian residual periode sebelumnya. Secara umum model GARCH yakni GARCH (p,q) dapat dinyatakan melalui persamaan sebagai berikut:

σt2= α0 + α1et2-1 + ...+ αpet2-p + λ1σt2-1 + ...+λqσt2-q... (3.5) Dimana p menunjukkan unsur ARCH dan q unsur GARCH (Widarjono, 2007:328).

Dalam model ARCH GARCH, ada beberapa bentuk lain model ARCH GARCH antara lain:

a. ARCH in mean (M-ARCH) b. Threshold ARCH (TARCH)

c. Eksponential ARCH/GARCH (E-GARCH) d. Simple Asymetric ARCH (SAARCH)


(1)

130

Lampiran23. Uji TARCH (0,1)

Dependent Variable: IHSG

Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 01/05/04 Time: 10:17

Sample: 2006M01 2008M12 Included observations: 36

Convergence achieved after 8 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

GARCH = C(8) + C(9)*RESID(-1)^2 + C(10)*RESID(-1)^2*(RESID( -1)<0)

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

C 3108.630 168.0460 18.49869 0.0000

DN -4.29E-06 1.22E-07 -35.13649 0.0000

KURS -0.045728 0.012808 -3.570270 0.0004

SBI -2610.360 101.8251 -25.63573 0.0000

INF 386.6186 58.51478 6.607195 0.0000

PDB 0.000141 2.58E-05 5.473780 0.0000

IH 0.048908 0.002165 22.58646 0.0000

Variance Equation

C 8074.152 3626.133 2.226657 0.0260

RESID(-1)^2 0.615549 0.336294 1.830391 0.0672

RESID(-1)^2*(RESID(-1)<0) -0.749333 0.341390 -2.194947 0.0282

R-squared 0.948074 Mean dependent var 1913.586

Adjusted R-squared 0.930099 S.D. dependent var 508.4170 S.E. of regression 134.4193 Akaike info criterion 12.52430 Sum squared resid 469782.2 Schwarz criterion 12.96417

Log likelihood -215.4374 F-statistic 52.74539


(2)

131

Lampiran24. Correlogram Of Standardized Squared

Date: 01/07/04 Time: 11:14 Sample: 2006M01 2008M12 Included observations: 36

Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob . |* . | . |* . | 1 0.123 0.123 0.5877 0.443 . |* . | . |* . | 2 0.095 0.081 0.9509 0.622 . *| . | . *| . | 3 -0.135 -0.159 1.7042 0.636 . | . | . | . | 4 0.002 0.031 1.7044 0.790 . |* . | . |* . | 5 0.093 0.123 2.0879 0.837 . | . | . *| . | 6 -0.057 -0.117 2.2377 0.897 . |* . | . |* . | 7 0.086 0.095 2.5841 0.921 . *| . | . *| . | 8 -0.098 -0.075 3.0497 0.931 . | . | . | . | 9 0.042 0.018 3.1394 0.959 . |**. | . |**. | 10 0.219 0.273 5.6628 0.843 . |* . | . | . | 11 0.122 0.032 6.4794 0.840 . | . | . *| . | 12 0.004 -0.101 6.4803 0.890 . *| . | . | . | 13 -0.125 -0.015 7.4043 0.880 . *| . | . *| . | 14 -0.111 -0.117 8.1771 0.880 . | . | . | . | 15 -0.018 -0.012 8.1977 0.916 . | . | . |* . | 16 0.033 0.073 8.2743 0.940


(3)

132

Lampiran25. Histogram-Normality Test

0 1 2 3 4 5 6

-2 -1 0 1

Series: Standardized Residuals Sample 2006M01 2008M12 Observations 36

Mean 0.033277

Median 0.136424

Maximum 1.596892

Minimum -1.881771

Std. Dev. 1.013193

Skewness -0.152501

Kurtosis 1.963864

Jarque-Bera 1.749905


(4)

133

Lampiran24. Uji TARCH (1,1)

Dependent Variable: IHSG

Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 01/05/04 Time: 10:19

Sample: 2006M01 2008M12 Included observations: 36

Convergence achieved after 38 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

GARCH = C(8) + C(9)*RESID(-1)^2 + C(10)*RESID(-1)^2*(RESID( -1)<0) + C(11)*GARCH(-1)

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

C 3108.639 163.8680 18.97039 0.0000

DN -1.50E-06 7.74E-08 -19.35573 0.0000

KURS -0.055640 0.010404 -5.347723 0.0000

SBI -2610.382 148.4238 -17.58735 0.0000

INF 386.5686 55.00784 7.027518 0.0000

PDB 0.000399 1.50E-05 26.66516 0.0000

IH 0.048406 0.003260 14.84703 0.0000

Variance Equation

C 7986.393 3962.687 2.015398 0.0439

RESID(-1)^2 0.931153 0.311982 2.984635 0.0028

RESID(-1)^2*(RESID(-1)<0) -0.949790 0.309712 -3.066686 0.0022

GARCH(-1) -0.188544 0.093112 -2.024919 0.0429

R-squared 0.943195 Mean dependent var 1913.586

Adjusted R-squared 0.920473 S.D. dependent var 508.4170 S.E. of regression 143.3763 Akaike info criterion 12.59497 Sum squared resid 513918.9 Schwarz criterion 13.07882

Log likelihood -215.7094 F-statistic 41.51023


(5)

134

Lampiran25. Hasil Uji TARCH (2,1)

Dependent Variable: IHSG

Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 01/05/04 Time: 10:20

Sample: 2006M01 2008M12 Included observations: 36

Convergence achieved after 9 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance Variance backcast: ON

GARCH = C(8) + C(9)*RESID(-1)^2 + C(10)*RESID(-1)^2*(RESID( -1)<0) + C(11)*GARCH(-1) + C(12)*GARCH(-2)

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

C 3108.638 275.3747 11.28876 0.0000

DN -6.57E-06 4.13E-07 -15.89676 0.0000

KURS -0.041352 0.019776 -2.090957 0.0365

SBI -2610.389 179.4960 -14.54288 0.0000

INF 386.5694 61.65086 6.270300 0.0000

PDB -3.69E-05 3.87E-05 -0.951617 0.3413

IH 0.050015 0.004305 11.61865 0.0000

Variance Equation

C 7918.134 6440.412 1.229445 0.2189

RESID(-1)^2 0.571740 0.310028 1.844154 0.0652

RESID(-1)^2*(RESID(-1)<0) -0.446631 0.419167 -1.065520 0.2866

GARCH(-1) 0.156882 0.791568 0.198192 0.8429

GARCH(-2) -0.308170 0.158580 -1.943304 0.0520

R-squared 0.948528 Mean dependent var 1913.586

Adjusted R-squared 0.924937 S.D. dependent var 508.4170 S.E. of regression 139.2941 Akaike info criterion 12.83391 Sum squared resid 465668.1 Schwarz criterion 13.36175

Log likelihood -219.0104 F-statistic 40.20689


(6)

135

Lampiran26. Hasil Uji Beberapa Alternatif Model

Model

Akaike Schwarz

R-squared

GARCH (1,1)

12,49

12,93

94,2%

GARCH (1,2)

12,62

13,10

94,5%

GARCH (0,1)

12,47

12,86

94,3%

GARCH (0,2)

12,49

12,93

94,3%

GARCH (0,3)

12,61

13,09

94,6%

GARCH (2,1)

12,60

13,09

94,8%

TARCH (0,1)

12,52

12,96

94,8%

TARCH (1,1)

12,59

13,07

94,3%

TARCH (2,1)

12,83

13,36

94.8%