Analisis pengaruh harga emas dunia, variabel makro ekonomi dan indeks dow Jones terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia ( BEI)

(1)

ANALISIS PENGARUH HARGA EMAS DUNIA, VARIABEL

MAKROEKONOMI, INDEKS DOW JONES (DJIA) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK

INDONESIA(BEI)

Oleh Sela Oktaria 107081000500

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS PENGARUH HARGA EMAS DUNIA, VARIABEL MAKROEKONOMI DAN INDEKS DOW JONES TERIIADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

(IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Sela Oktaria

NIM: 107081000500

Di bawah Bimbinsan

Pembimbing I

Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP. 19690203 200It2t 003 NIP. 19760822200701 | 0t4

,^""ffi"Jfil#frY13Kil,,*,,

Pembimbing II


(3)

LEMBAR PENGESAIIAN UJIAN KOMPREHENSIF'

Hari ini, Rabu, 3 Agustus 20ll telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa : 1. Nama : Sela Oktaria

2. NIM : 107081000500 3. Jurusan : Manajemen Keuangan

4. Judul Skripsi :"Analisis Pengaruh Harga Emas Dunia, Variabel Makroekonomi dan Indeks Dow Jones (DJIA) terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI)"

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,3 Agustus 2011

l. Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP 19690203 2001t21 003

2. Leis Suzanawati, SE,M.Si NIP 19720809 20050t 2 004

Sekretaris 3. Muniaty Aisyah, ST,M.M

NrP r9780307 201101 2 003

AI

'O\^,;t*fu:,

Penguji Ahli


(4)

Yang bertanda tangan di Nama

No. Iduk Mahasiswa Fakultas

Jurusan

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

bawah ini:

Sela Oktaria 1 0 7 0 8 1 0 0 0 5 0 0 Ekonomi dan Bisnis Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya;

1. Tidak menggunakan ide orang.lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungi awabkan.

Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya.

Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, temyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan atruan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, Agustus 2011

v.qlg

Vg,lr"31?5$r

SEfi5'H

P^itle3131su{#rcsr

W

w/

qrur{gffiruztsza

"--6!W@,W

2. 3. 4. f,.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Sela Oktaria

2. Tempat&Tgl. Lahir : Jakarta, 3 Oktober 1989.

3. Alamat` :Jl. Karang Tengah No 64 RT 005/RW 005 cilandak Jakarta Selatan 12440

4. Telepon : 08568289766

II. PENDIDIKAN

1. MI : Nurul Huda

2. MTS : Miftahul Umam. 3. MAN : MAN 11 Jakarta

4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Seksi Acara di MAN 11 Jakarta Periode Tahun 2004-2007 2. Anggota LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Tahun 2008

IV. PENGALAMAN KERJA

1. Praktek Kerja di Koperasi SMP 6

2. Periode : Juli 2010 – Agustus 2010 Tujuan : Persyaratan Kelulusan Kuliah Posisi : Pengawas dan Pembukuan Koperasi


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis pengaruh antara harga emas dunia, variabel makroekonomi (inflasi, kurs, BI rate) dan indeks dow jones terhadap IHSG dan mengetahui seberapa besar pengaruhnya. Dengan menggunakan data time series periode 2006-2011. Metode yang digunakan adalah model ARCH/GARCH.

Untuk menghasilkan model yang paling layak maka dilakukan trail dan

error. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TARCH (1,1) yang paling layak. Hasil ini ditunjukkan bahwa dari ke-lima variabel (harga emas dunia, inflasi, kurs, BI rate dan Dow Jones) hanya satu variabel yaitu inflasi yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Model TARCH (1,1) adalah model yang paling layak di tunjukkan dengan nilai R2 yang paling tinggi sebesar 95,48% yang berarti variabel harga emas dunia, inflasi, kurs, BI rate dan indeks Dow Jones dalam dalam menjelaskan variasi variabel IHSG sebesar 95,48% dengan nilai AIC (Aikake Info Criterion) dan SIC (Schwarz Info Criterion) yang paling rendah masing-masing sebesar 12,95 dan 13,29

Kata Kunci : Harga Emas Dunia, Inflasi, Kurs, BI rate, indeks Dow Jones, IHSG, model ARCH/GARCH


(7)

ABSTRACT

This Research analyzed the influence between Word Gold Price, Makroeconomic variabel (Inflation, a exchange rate, BI rate) and Dow Jones Stock Index Toward IHSG to know how big influence. By using time series data on 2006 – 2010 periode. The method that is used a ARCH/GARCH model.

To produce the most appropriate model will be process trail and error. The analyzed result point out TARCH (1.1) model is the most feasible. As a whole that the five of variabel (Word Gold Price, Inflation, a exchange rate, BI rate and Dow Jones Stock Index) only one variabel Inflation that does not have a significant effect. TARCH (1.1) model is the most feasible show a result with value R2 highest 95,48%. It mean variety of variabel Word Gold Price, Inflation, a exchange rate, BI rate and Dow Jones Index in explaining variations variabel IHSG 95,48% with value AIC and SIC is lowest each 12,95 and 13,29.

Keywords:Word Gold Price, Inflation, Exchange rate, BI rate, Dow Jones Stock Index, ARCH/GARCH model.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim Assalamu`alaikum

Alhamdulillahirobbil`alamin puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya melimpahkan rahmat dan hidayatnya kepada seluruh hambanya. Selawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah menuntun umat manusia dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang. Atas rahmat Allah SWT saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Harga Emas Dunia, Variabel Makroekonomi dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG di BEI”.Adapun skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana.

Perjalanan menuntun ilmu sekitar empat tahun, bukanlah waktu yang singkat, banyak hal yang telah didapatkan baik itu dari para dosen pengajar maupun temen-temen seperjuangan. Perjalanan panjang ini telah sampai kepada tujuan yang telah di cita-citakan oleh penulis. Banyak sekali orang-orang yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik yang bersifat materil maupun dukungan dan doa.

Penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusun skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan informasi bagi masyarakat dan juga bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Penulis ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih ini terutama ingin penulis tujukan kepada:


(9)

1. ALLAH SWT

2. Kedua Orang Tuaku papah ku Sri Haryanto dan mamah ku Siti Halimah yang selalu memberi cinta setiap harinya agar anaknya bahagia. Mencurahkan kasih sayangnya dan menjadi motivator bagi penulis. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya. Amin..

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengarahkan dan memotivasi selama penulis menggali ilmu di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr.Ahmad Rodoni, selaku Pudek I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan arahan, motivasi, dan nasihat serta saran-saran yang berharga kepada penulis.

5. Bapak Suhendra,S.Ag.,MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk berkarya.

6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I dan Bapak Hemmy Fauzan SE.M.M selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar bagi penulis.

7. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu manajemen, semoga amal baktinya dijadikan amalan sholeh. Amin.

8. Staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu Siska, Pak Rahmat, Ibu Umi, Mas Heri yang telah membantu penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.

9. Kedua kaka ku mbak Fetri dan mas Exwat yang selalu memberiku dorongan agar skripsiku cepet selesai dan berusaha membantu adiknya. Mas Andi dan juga keponakanku Firly dan Faqih yang membuatku tertawa

10. My Best Friend yang selalu rajin ke perpus diantaranya Viki, Nisa, Dian, Suci dan Nesia yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, serta selalu ada dalam keadaan susah dan senang. Semoga kita selalu bersahabat sampai jadi nenek. Amin


(10)

11. Kawan-kawan seperjuangan di FEB Manajemen Keuangan A (Gita Sahara, Ayu, Rizka, Dito, Yoga, Toni, Irsyam) semangat untuk kalian.

12. Buat anak Soneta 07 (Fifah, Ari, Zainal, Ipul, Ayip, Wandi, Caunk, Abang) makasih banget yaa atas tumpangannya selama ini kalo ada acara kalian sangat berjasa. Untuk ombi dan yuli makasih juga buat kalian yang selama ini udah bikin penulis senang.

13. Buat tiga ibu hebat Gustin, Get dan Iik selalu yang selalu semangat mengerjakan skripsinya.

14. Temenku genk Mak Lampir (Janah, Owe Ica, Fauziah, Ratih dan Fitri Cerement) makasih atas persahabatan kita yang awet dari MAN sampai sekarang komunikasi dan silaturahmi tetap berjalan dengan baik. Buat sahabat kecilku sampai udah Gede kayak gini Desi, makasih ya buat traktirannya moga rezekinya tambah banyak. Amin

15. Kawan-kawan Manajemen A ‘07 dan Manajemen Keuangan A, Pemasaran, Perbankan, SDM, Akuntansi dan IESP yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima Kasih banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan, maupun kritikan yang demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhir kata penulis mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam perjalanan panjang ini penulis pernah melakukan kekhilafan dalam bertutur kata maupun dalam tindakan.

Wassalamu`alaikum, Wr. Wb.

Jakarta, Agustus 2011


(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 10

B. Harga Emas ... 17

C. Inflasi ... 19

D. Kurs ... 25

E. BI rate ... 28

F. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ... 31

G. Penelitian terdahulu ... 33

H. Keterkaitan Antar Variabel ... 36

I. Kerangka Pemikiran ... 38


(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

B. Metode Penentuan Sampel ... 41

C. Metode Pengumpulan Data ... 42

D. Metode Analisis ... 43

1. Uji Stasioner ... 44

2. ARCH/GARCH ... 45

3. Pengujian Best Fit Model ... 47

E. Operasional Variabel Penelitian ... 51

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55

B. Analisis Deskriptif ... 58

C. Hasil dan Pembahasan ... 72

1. Uji Stasioner... 72

2. Uji ARCH/GARCH ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Implikasi...100

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Harga Emas Dunia 60

4.2 Inflasi Bulanan Indonesia 62

4.3 Kurs Rp Terhadap USD 64

4.4 Tingkat Suku Bunga BI 66

4.5 Indeks Dow Jones 68

4.6 Indeks Harga Saham Gabungan 70

4.7 Uji GARCH (0,1) 80

4.8 Uji GARCH (0,2) 81

4.9 Uji GARCH (1,1) 83

4.10 Uji GARCH (1,2) 84

4.11 Uji TARCH (0,1) 86

4.12 Uji TARCH (0,2) 87

4.13 Uji TARCH (1,1) 89

4.14 Uji TARCH (1,2) 91


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 39

4.1 Grafik Perkembangan Harga Emas Dunia 61 4.2 Grafik Perkembangan Laju Inflasi Bulanan 63 4.3 Grafik Perkembangan Kurs Rp Terhadap USD 65

4.4 Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga BI 67 4.5 Grafik Perkembangan Indeks Dow Jones 69


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Mentah 106

2 Uji Stasioneritas pada Tingkat Diferensi Pertama 109

3 Uji ARCH /GARCH 115


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pasar modal memiliki peran strategis dalam perekonomian modern, sehingga pasar modal di sebut sebagai indikator utama perekonomian suatu negara. Perkembangan pasar modal saat ini telah mengalami era globalisasi yang memungkinkan hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi dari hampir seluruh pasar modal di dunia yang telah tersambung jaringan online shares trading quotations yang dibangun oleh perusahaan jasa layanan trading seperti

Blommberg (Budi Frensidy, 2009:8). Perkembangan dan penerapan teknologi informasi yang semakin canggih dapat menunjang penyebarluasan informasi pasar modal. tidak hanya kepada para investor tapi juga masyarakat luas di seluruh dunia yang ingin menginvestasikan dananya di pasar modal.

Dalam perekonomian suatu negara, pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Selain itu, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, dan reksadana (Ridwan S.Sudjaja dkk, 2010:427). Saham merupakan salah satu alternatif investasi yang paling menarik dalam pasar modal.


(17)

Hal ini ditandai dengan perkembangan pasar modal yang pesat yaitu meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pasar modal diharapkan mampu meningkatkan aktifitas perekonomian, karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan jangka panjang bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan kegiatan dengan meningkatkan kegiatan operasionalnya dengan skala yang besar, sehingga dapat memakmurkan masyarakat luas karena naiknya pendapatan. Perkembangan pasar modal di Indonesia disebabkan oleh keadaan perekonomian atau trend global. Hal ini tidak hanya ditujukkan oleh data yang bersifat kuantitatif semata seperti meningkatnya volume perdagangan dan nilai kapitalisasi pasar serta jumlah perusahaan go public, akan tetapi juga meningkatkan kemampuan perusahaan, ketataan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal, kualitas keterbukaan informasi pasar modal serta diberlakukan standar internasional dalam kegiatan perdagangan (M. Irsan Nasarudin, 2008:84).

Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pasar modal adalah harga emas, dalam penelitian ini harga emas diduga menjadi salah satu komoditi yang mempengaruhi IHSG. Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepanjang sejarah kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas juga banyak di jadikan sebagai alternatif investasi. Selain itu emas juga menjadi suatu indikator dari tingkat kekayaan individu maupun suatu bangsa (M. Abi Anwar, 2008:9). Secara umum kebutuhan akan emas di bagi di dalam dua kategori yaitu fungsi dan asset, berdasarkan fungsinya emas memiliki keistimewaan di bandingkan logam lainnya, antara lain sifat yang mudah di


(18)

bentuk sesuai dengan keinginan, memiliki warna yang menarik dan merupakan logam yang memiliki sifat konduktor yang sangat baik. Umumnya emas di gunakan untuk industri seperti perhiasan, medali, coin dan komponen elektronika lainnya. Dapat juga sebagai asset memiliki nilai yang berharga di banding dengan logam lainnya, dalam sistem priodik unsur logam emas termasuk ke dalam golongan logam mulia sejenis komoditas yang memiliki nilai intrinsik yang tinggi. Emas sejak lama di pergunakan sebagai aset untuk melindungi nilai suatu kekayaan (Domi Romadhan, 2010:5).

Harga emas di anggap sebagai sebagai suatu komoditas yang berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian baik di indonesia maupun dunia. Masyarakat yang memiliki dana pada saat ini cenderung menginvestasikan dananya untuk membeli emas guna mendapat keuntungan yang lebih tinggi. Keuntungan investasi emas adalah daya tahannya yang kuat terhadap inflasi. Levin dan Wright (2006:14) melakukan penelitian mengenai hubungan antara indeks harga dan harga saham di Amerika dan di beberapa negara produsen serta konsumen emas, salah satunya di Indonesia. Penelitian tersebut membandingkan harga emas yang patut untuk mempertahankan daya beli akibat inflasi dengan harga nominalnya, hasilnya emas dapat di gunakan sebagai lindung nilai atas inflasi di Amerika, sehingga emas dapat mempertahankan daya beli pemiliknya yang melemah akibat kenaikan tingkat harga.

Ketika investasi naik harga emas ikut naik, semakin tinggi tingkat inflasi semakin tinggi pula kenaikan harga emas yang di miliki. Oleh sebab itu, kenaikan harga emas akan mendorong penurunan indeks harga saham karena investor yang


(19)

semula berinvestasi di pasar modal akan mengalihkan dananya untuk berinvestasi di emas yang relatif lebih aman daripada berinvestasi di bursa saham. Didukung oleh penelitian Graham Smith (2001) yang berjudul “The Price of Gold And Stock Price Indices For The United States” hasil penelitiannya menunjukkan harga emas memilki pengaruh negatif terhadap indeks bursa saham di AS.

Pada prinsipnya agar mendapat margin dari fluktuasi harga emas tidak sulit dengan tetap memegang prinsip investasi : “beli saat harga rendah dan jual saat harga tinggi”(buy low sell high and sell high buy low). Pada tahun 1996 sebelum krisis terjadi di Indonesia harga emas di pasaran hanya berkisar Rp 26.000/gram, sampai pertengahan tahun 1997 harga emas sekitar Rp 30.000/gram. Mulai akhir 1997 harga emas melonjak drastis sampai Rp 75.000/gram, ketika krisis datang pada awal 1998, harga emas melambung menjadi sekitar 108.000/gram, Pada Maret 2008 dan Januari 2009 emas mencapai titik tertinggi yaitu sampai $ 1.000/oz . Dari data tersebut nampak jelas harga emas mengalami kenaikan dan penurunan (Sholeh Dipraja, 2011:35)

Selain faktor harga emas diatas, faktor berikutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor makroekonomi. Pasar modal dapat di jadikan sebagai salah satu indikator kinerja ekonomi secara keseluruhan dan dapat juga mencerminkan apa yang terjadi dalam perekonomian secara makro. Indeks Harga Saham Gabungan, kurs rupiah, tingkat inflasi, suku bunga bebas resiko, pertumbuhan ekonomi dan beberapa variabel makroekonomi lainnya merupakan cerminan ekonomi suatu negara (Budi Frensidy, 2009).


(20)

Secara garis besar, ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG (Pananda Pasaribu dkk, 2009) yaitu, Faktor domestik berupa faktor-faktor fundamental suatu negara seperti inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang beredar, suku bunga, maupun nilai tukar rupiah. Berbagai faktor fundamental tersebut di anggap berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya berpengaruh terhadap IHSG. Faktor asing juga menjadi salah satu implikasi dari bentuk globalisasi dan semakin terintegrasinya pasar modal di seluruh dunia seperti Indeks Dow Jones dan Indeks Hang Seng yang juga berpengaruh terhadap IHSG. Dan termasuk juga aliran modal ke Indonesia yang berupa cadangan devisa turut mempengaruhi IHSG.

Kondisi perekonomian suatu negara dan bursa saham negara lainnya, mempengaruhi pergerakan harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia, dengan adanya era globalisasi yang membuat batas negara semakin tidak jelas membuat indeks bursa saham antar negara saling memiliki keterkaitan. Indeks harga saham gabungan karenanya, juga sangat di pengaruhi indeks Dow Jones dan indeks regional lainnya (Budi Frensidy, 2009:2). Sehingga penelitian ini menggunakan Indeks Dow Jones sebagai variabel yang dapat mempengaruhi IHSG. Tentu kita masih ingat anjoknya bursa saham dunia akibat mencuatnya kasus subprime mortage di Amerika yaitu Krisis ekonomi yang melanda Amerika serikat tahun 2008 pada bulan Agustus menyebabkan keguncangan perekonomian global. Bangkrutnya perusahaan sekuritas Lehman Brother, begitu juga dengan kolapsnya beberapa bank dan perusahaan besar lainnya di Amerika Serikat dan di ikuti oleh perusahaan sekuritas penjamin kredit, juga sejumlah bank investasi lainnya jatuh


(21)

satu-persatu. Peristiwa ini menyebabkan keguncangan yang luar biasa di lantai bursa Wallstreet, jatuhnya pasar saham terbesar di dunia tersebut ikut menguncang pasar saham di beberapa negara lainnya termasuk indonesia. Keadaan ini menyebabkan IHSG terkoreksi cukup dalam, bahkan pada bulan November 2008 IHSG menyentuh level terendah 1.241,541 bps selama tiga tahun terakhir. Akibat terpuruknya harga saham, kerugian yang di alami investor di pasar modal mencapai Rp 364 trilliun, dalam setahun akhir 2008 di bandingkan akhir 2007, kerugian mencapai Rp 911,83 trilliun (Kontan edisi 13 agustus 2008)

Pada akhir tahun 2008, gejala pemulihan kepercayaan masyarakat mulai tampak pada akhir 2008, jumlah emiten mencapai 485 perusahaan dengan nilai emisi mencapai 1.064 trilyun rupiah sampai pada Desember 2009 telah mencapai 432 dengan nilai emisi 1.467 trilyun rupiah. Hal ini tercermin dari IHSG yang mulai mengalami kenaikan (bullish), kenaikan IHSG ini berlangsung selama tahun 2009, pada akhir tahun 2009 IHSG tercatat mencapai level 2.543,356 atau naik 86,98% dibandingkan pada periode yang sama pada tahun 2008. Sepanjang pada periode di atas, bursa telah menunjukkan prestasi yang membanggakan terbaik se-Asia bahkan dunia, diantara lima bursa saham terbesar di Asia Tenggara hanya Bursa Efek Indonesia (IHSG) yang sanggup mengalahkan kinerja indeks bursa Taiex Taiwan yang mencatat kenaikan sebesar 49%. Sejak awal tahun 2009, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik 51,74% (Kontan edisi 9 juni 2009).

Dari kondisi tersebut dapat di jelaskan, bahwa pada intinya pasar modal yang kuat dapat mempengaruhi pasar modal yang lemah, dengan demikian indeks pasar


(22)

modal di Amerika Serikat yang di wakili oleh dow jones industrial Average (DJIA) yang mempresentasikan bahwa pasar modal yang kuat di harapkan dapat menjelaskan pergerakan harga saham di indonesia yang di wakili oleh IHSG karena pasar modal di indonesia relatif lemah di bandingkan indeks Dow Jones (Nachrowi dan Usman, 2007:76). Perusahaan yang tercatat di Indeks Dow Jones pada umumnya merupakan perusahaan multinasional. Kegiatan operasi mereka tersebar di seluruh dunia. Perusahaan seperti Coca-Cola, ExxonMobil, Citigroup, Procter & Gamble adalah salah satu contoh perusahaan yang tercatat di Dow Jones dan beroperasi di Indonesia (www.kompas.com). Perusahaan-perusahaan tersebut pada umumnya beroperasi secara langsung di Indonesia.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh Harga Emas Dunia , Variabel Makroekonomi (Inflasi, Kurs Rp terhadap USD dan Tingkat Suku Bunga BI) dan Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia”.


(23)

A.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang di jelaskan di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut:

Apakah terdapat pengaruh harga emas dunia, variabel makroekonomi (inflasi, kurs Rp terhadap Dollar dan tingkat Suku bunga BI) dan Indeks Dow Jones Average (DJIA) terhadap IHSG?

B.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh harga emas dunia, variabel makroekonomi (inflasi, kurs Rp terhadap Dollar dan tingkat suku bunga BI) dan Indeks Dow Jones Average (DJIA) terhadap IHSG.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat memperdalam dan memperluas wawasan mengenai seberapa besar perubahan dari harga komoditas emas, variabel makro ekonomi dan Indeks Dow Jones (DJIA) dapat mempengaruhi IHSG.

b. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat di jadikan bahan perbandingan terhadap penelitian. Penelitian terdahulu yang sejenis, karena penelitian tersebut menggunakan ruang, metode dan waktu yang berbeda-beda sehingga dapat di jadikan sebagai bahan pembelajaran.


(24)

c. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat di jadikan suatu wawasan mengenai perkembangan pasar modal. Perusahaan-perusahaan yang tertarik menjual sahamnya di BEI dapat memperluas jaringan usahanya dan ini akan mewujudkan adanya kesempatan kerja bagi masyarakat dan juga dapat terpenuhinya pemerataan pembangunan.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks harga saham merupakan suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu (Ridwan S. Sudjaja dkk, 2010:464). Dengan adanya indeks dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini apakah sedang naik, stabil atau turun. Penentuan indeks harga saham, bisa dibedakan menjadi dua, yaitu yang disebut dengan Indeks Harga Saham Individu dan Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks Harga Saham Individu hanya menunjukan perubahan dari suatu saham suatu perusahaan. Indeks ini tidak bisa mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu, apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan. Sedangkan untuk Indeks Harga Saham Gabungan akan menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang terdapat di bursa efek. Indeks inilah yang paling banyak digunakan sebagai acuan perkembangan kegiatan di pasar modal dan melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa. (Anoraga Pandji dan Piji Pakarti, 2008: 101)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena


(26)

harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks akan bergerak turun naik dalam hitungan yang cepat (Ridwan S.Sudjaja dkk, 2010:465). IHSG mulai diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 april 1983 dengan menggunakan landasan dasar tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah saham yang tercatat pada waktu itu hanya sebanyak 13 saham. Rumus yang digunakan untuk menghitung IHSG adalah sebagai berikut:

Sumber : Jogiyanto Hartono (2009:102) Keterangan:

IHSGt = indeks harga saham gabungan hari ke-t

Nilai Pasar = rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat dibursa dikalikan dengan harga pasar perlembarnya) dari saham umum dan saham preferen pada hari ke-t.

Nilai Dasar = sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari tanggal 10 agustus 1982. Indeks pasar ini merupakan alat ukur kinerja sekuritas khususnya saham yang listing di bursa yang digunakan oleh bursa-bursa di Dunia. IHSG digunakan untuk mengukur kinerja saham. Fungsinya sebagai benchmark kinerja portofolio, indikator trend pasar, indikator tingkat keuntungan dan sebagai fasilitas perkembangan produk derivatif (Rodoni dan Ali 2010:183).

Dengan demikian IHSG pada tanggal 10 agustus 1982 adalah bernilai 100 (nilai ini merupakan indeks dasar). Menurut Jogiyanto Hartono (2009:103) rumus untuk menyesuaikan nilai dasar adalah sebagai berikut:


(27)

Keterangan:

NDB = nilai dasar baru yang disesuaikan NPL = nilai pasar lama

NPTS = nilai pasar tambahan saham NDL = nilai dasar lama

Perhitungan IHSG di lakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, di harapkan perhitungan IHSG dapat di lakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat di lakukan setalah sistem perdagangan otomasi di implementasikan dengan baik (Paulus Situmorang, 2008:137). Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap bagi investor tentang perkembangan bursa, BEI menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini, BEI mempunyai 10 macam indeks saham (Sunariyah, 2011:117), yaitu :

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks.

2. Indeks Sektoral

Menggunakan semua perusahaan tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang


(28)

Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan dan Jasa, dan Manufaktur.

3. Indeks LQ45

Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal transaksinya tipis, yaitu pasar modal yang sebagian besar sekuritasnya kurang aktif diperdagangkan. IHSG di anggap kurang tepat sebagai indikator suatu kegiatan pasar modal karena mencakup semua saham yang tercatat yang sebagian kurang aktif diperdagangkan. Oleh karena itu pada tanggal 24 Februari 1997 dikenalkan alternatif indeks yang lain, yaitu indeks liquid-45 (ILQ-liquid-45) di mulai pada tanggal 13 juli 1994 dan tanggal ini merupakan hari dasar indeks dengan nilai awal 100. Indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Sebagai berikut ini:

a. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi sahamnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler.

b. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler.

c. Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan.

Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.


(29)

4. Jakarta Islamic Index (JII)

JII di buat oleh BEI bekerjasama dengan PT. Dana Reksa Investment Management. JII menggunakan basis tanggal Januari 1995 dengan nilai awal sebesar 100. JII di perbarui tiap 6 bulan sekali, yaitu pada awal bulan Januari dan Juli.

JII merupakan indeks yang berisi dengan 30 saham perusahaan yang memenuhi kriteria investasi berdasarkan syariah islam, dengan prosedur sebagai berikut ini:

a. Saham yang terpilih harus sudah tercatat paling tidak 3 bulan terakhir, kecuali saham yang termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.

b. Mempunyai rasio utang terhadap aktiva tidak lebih dari 90% di laporan keuangan tahunan atau tengah tahun.

c. Di pilih 60 saham dengan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama 1 tahun terakhir.

d. Kemudian di pilih 30 saham dengan urutan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

Indeks ini menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.

5. Indeks Kompas 100

Pada tanggal 10 Agustus 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) berkerjasama dengan harian kompas merilis indeks yang baru yang di sebut dengan


(30)

Indeks Kompas 100. Indeks ini terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.

6. Indeks BISNIS-27

Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.

7. Indeks PEFINDO25

Indeks Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 8. Indeks SRI-KEHATI

Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah


(31)

kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float.

9. Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan.

Pada tanggal 8 april 2002, BEJ memperkenalkan dua indeks lagi yaitu

Main Board Index (MBX) dan Development Board Index (DBI). Indeks Papan Utama (Main Board) di maksudkan untuk menampung emiten yang berukuran besar dan mempunyai catatan dan kinerja yang baik dan Indeks Papan Pengembangan (Development Board) dimaksudkan untuk penyehatan perusahaan-perusahaan yang kinerjanya menurun, perusahaan yang berprospek baik tetapi belum menguntungkan.

Perusahaan-perusahaan yang tidak masuk kedalam Main Board Index (Indeks Papan Utama), maka akan masuk kedalam Development Board Index (Indeks Papan Pengembangan). Perusahaan yang baru masuk ke papan pengembangan dapat berpindah ke papan utama atau sebaliknya. 10.Indeks Individual


(32)

B.Harga Emas

Emas adalah logam yang padat, lembut, mengkilat, dan salah satu logam yang paling lentur diantara logam lainnya. Dibandingkan dengan jenis logam lainnya emas memiliki beberapa kelebihan, seperti pendapat Jack Weatherford ”dimanapun orang ingin menyentuhnya, mengenakannya, bermain-main dengannya dan juga memilikinya, karena berbeda dengan tembaga yang berubah menjadi hijau, besi yang mudah berkarat dan perak yang memudar, emas murni tetaplah murni dan tidak berubah. sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau harga emas menjadi amat bernilai (Sholeh Dipraja, 2011:7).

Harga emas dapat mencerminkan ekspektasi atau harapan terhadap tingkat inflasi, emas dicari pada saat-saat tidak menentu, yakni ketika uang kertas perlahan-lahan mulai kehilangan nilainya. Inflasi hanya mengikis nilai uang kertas, tapi tidak mengurangi harga emas (Tanuwidjaja, 2009:40). Dengan kondisi kenaikan tingkat harga inflasi yang cendrung tinggi maka menjadi wajar harga emas di indonesia naik cukup pesat.

Emas merupakan media investasi yang kemungkinan besar tidak akan terkena dampak inflasi (Sholeh Dipraja, 2011:21) termasuk bentuk investasi yang cendrung bebas resiko, emas banyak di pilih karena nilai harganya yang cukup cendrung stabil dan naik, sangat jarang sekali emas mengalami penurunan yang tajam, emas juga dapat di gunakan sebagai penangkal inflasi yang kerap terjadi di suatu negara (investopedia.com). Investor akan memilih tingkat imbal hasil yang tinggi dengan resiko tertentu, investasi di pasar saham tentunya akan lebih beresiko daripada berinvestasi di emas, yang secara umum tingkat pengembalian


(33)

cendrung lebih tinggi. Di Indonesia terdapat salah satu tambang emas terbesar di dunia yaitu terletak di tembagapura, papua yang di kelola oleh PT. Freeport Indonesia (kompas.com). Emas termasuk investasi jenis middle risk investment yang mempunyai beban resiko jauh lebih tinggi dan memberikan keuntungan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan investasi pada bank atau deposito (Sholeh Dipraja, 2011:20).

Menurut Sholeh Dipraja (2011,12), ada empat faktor kelebihan dari emas: a. Keterbatasan jumlahnya dan termasuk barang tambang (sumber daya alam

yang tidak dapat diperbarui), emas terbentuk karena proses alami dan manusia hanya dapat menambangnya, proses penambangan tidak mudah, bahkan dapat mempertaruhkan nyawa.

b. Tidak terikat dengan sistem bunga sebagaimana halnya dengan uang kertas.

c. Kemampuan emas atas daya beli terkini, dalam arti emas mampu beradaptasi terhadap inflasi yang terus membuat barang dan jasa menjadi mahal.

Sejak tahun 1968, yang menjadi patokan harga emas seluruh dunia adalah harga emas berdasarkan standar pasar emas london. Sistem ini di namakan London Gold Fixing (LGF), suatu prosedur di mana harga emas di tentukan dua kali sehari setiap hari kerja di pasar london, oleh lima anggota pasar london terdiri dari : Bank of Nova Scottia, Baclay Capital, Deutsche Bank, HSBC dan Societe Generale.


(34)

Formulasi harga emas :

C.Inflasi

Menurut Mishkin Frederic S (2008:342) Inflasi di definisikan sebagai kondisi kenaikan tingkat harga secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam itu naik dengan presentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan, yang terpenting terdapat kenaikan harga-harga barang secara umum berlangsung terus-menerus selama satu priode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dalam persentasi yang cukup besar) bukan termasuk inflasi.

Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat. Pembangunan akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Perhitungan inflasi negara dihitung berdasarkan inflasi di 45 kota yang terdiri dari 30 provinsi dan meliputi 293-397 harga barang dan jasa (Pananda Pasaribu dkk, 2009:4).

Menurut Asfia Murni (2006:203-205) Jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan berdasarkan tingkat atau laju inflasi yang terdiri dari:

a. Moderat Inflation (laju inflasi antara 7-10%) adalah laju inflasi yang di tandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat.

b. Galloping Inflation adalah inflasi ganas (tingkat laju inflasinya antara 20-100%) yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius terhadap perekonomian, hal ini ditandai dengan uang kehilangan nilainya dengan


(35)

cepat sehingga orang tidak suka memegang uang atau lebih baik memegang barang. Kredit jangka panjang berdasarkan Indeks harga atau menggunakan mata uang asing seperti dolar. Kegiatan investasi masyarakat lebih banyak diluar negeri.

c. Hyper inflation, adalah tingkat inflasinya sangat tinggi (di atas 100%). Inflasi ini cendrung mematikan kegiatan perekonomian masyarakat. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cendrung mengalami kenaikan (Eduardus Tandelilin, 2010:342).

Berdasarkan alasan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut (Junaiddin Zakaria,2009:62):

a. Demand full inflation atau inflasi sebagai akibat dari tarikan permintaan yang sering disebut juga dengan kelebihan permintaan. Apabila permintaan tersebut terus-menerus bertambah sedangkan seluruh faktor produksi sudah digunakan secara full, maka hal ini akan menimbulkan kenaikan harga. Kenaikan harga secara terus-menerus ini akan menimbulkan inflasi, dan inflasi yang tinggi akan menimbulkan pengangguran tenaga kerja.

b. Cost full inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan biaya produksi, upah dan biaya produksi yang tinggi akan mendorong


(36)

produsen untuk menjual hasil produksinya dengan harga yang tinggi, yang akhirnya akan mendesak harga-harga barang lain ikut naik.

c. Pemerintah banyak mencetak uang melalui bank sentral pemerintah menciptakan uang yang cukup banyak karena ingin melayani permintaan kredit dari masyarakat umum dan dari dunia usaha pada khususnya. Pertambahan jumlah uang beredar jika tidak diimbangi dengan penciptaan barang dipasar maka harga-harga barang tersebut akan naik, jika hal ini terjadi secara terus-menerus maka akan timbul inflasi.

Menurut Sadono Sukirno (2008:339) Inflasi akan membawa dampak terhadap perekonomian suatu negara, yaitu:

a. Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang-orang yang berpendapatan tetap.

b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. c. Memperburuk pembagian kekayaan

Upaya-upaya untuk mengendalikan laju inflasi dapat berupa penerapan kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah untuk mengubah dan mengendalikan penerimaan dan pengeluran pemerintah melalui APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dengan maksud mengatasi masalah yang sedang di hadapi. Ada 3 Bentuk kebijakan fiskal untuk jangka pendek:

a. Membuat perubahan yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah b. Membuat perubahan yang berkaitan sistem pajak dan jumlah pajak yang


(37)

Untuk jangka panjang kebijakan fiskal:

a. Kebijakan penstabilan otonomik yang artinya menjalankan sistem pajak yang telah ada.

b. Kebijakan fiskal diskresioner artinya kebijakan secara khusus membuat perubahan terhadap sistem yang ada, misalkan membuat peraturan yang baru dibidang penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan bank sentral dalam mengatur dan mengendalikan jumlah uang beredar. Kebijakan ini meliputi:

a. Kebijakan operasi pasar terbuka (open-market operation) yaitu membeli atau menjual obligasi pemerintah.

b. Kebijakan tingkat diskonto yaitu kebijakan dalam menetapkan tingkat bunga.

c. Kebijakan cadangan wajib yaitu cadangan dalam menetapkan deposito bank dan juga lembaga keuangan lainnya (Asfia Murni, 2006:209).

Menurut Paul A. Samuelson (2004:116) terdapat efek buruk yang disebabkan adanya inflasi yaitu sebagai berikut:

a. Inflasi dan perkembangan ekonomi

Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik meyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk spekulasi. Inflasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun, akan mengakibatkan semakin banyak jumlah penganggur.


(38)

b. Inflasi dan kemakmuran rakyat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.

c. Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang-orang yang berpendapatan tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan individu yang berpendapatan tetap, sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.

d. Inflasi akan megurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang

Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang, simpanan di bank, simpanan tunai dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lainnya. Nilainya akan menurun apabila inflasi berlaku.

e. Memperburuk pembagian kekayaan

Penerimaan pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill pendapatannya, dan pemilik kekayaaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill kekayaannya. Sebagian penjual atau pedagang dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik harta tetap dan pedagang menjadi semakin tidak merata.


(39)

Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010:184) terdapat dua indikator untuk mengukur inflasi:

a. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan harga dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Dilakukan atas dasar survei bulanan di 45 kota, dipasar tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang atau jasa disetiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komunitas. b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang

menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.

Disagregasi Inflasi:

1. Inflasi inti yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental: a. Interaksi permintaan dan penawaran.

b. Lingkungan eksternal : nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra.

c. Ekspansi inflasi dari perdagangan kekonsumen.

2. Inflasi non inti yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental. Dalam hal ini terdiri dari:

a. Inflasi Volatile Food yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh shock dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam dan gangguan penyakit


(40)

b. Inflasi Administered Prices yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh shock

berupa kebijakan harga pemerintah, seperti harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan dan lain-lain.

D.Kurs

Menurut Adler Haymans Manurung (2010:10) Kurs (exchange rate) suatu mata uang adalah nilai tukar atau „harga‟ nya jika di tukar dengan mata uang lain. Sama halnya dengan harga-harga lain dalam ekonomi yang ditentukan oleh interaksi pembeli dan penjual, kurs juga terbentuk oleh interaksi para pelaku ekonomi yang digunakan untuk keperluan transaksi internasional Kurs valuta asing dapat juga di definisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing (Asfia Murni, 2006:244).

Menurut Hady Hamdy (2008:44). Kurs mata uang suatu negara dapat mengalami devaluasi dan revaluasi. Devaluasi adalah naiknya nilai tukar mata uang negara lain apabila di pertukarkan dengan mata uang domestik, atau dapat di definisikan sebagai tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang asingnya terhadap nilai mata uang asing yang bertujuan untuk:

a. Mendorong ekspor dan membatasi import. b. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.

c. Dengan BOP yang equilibriumnya, di harapkan kurs valas dapat menjadi relatif stabil

Revaluasi adalah turunnya nilai mata uang negara-negara lain apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain, nilai tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing. Revaluasi diartikan sebagai


(41)

suatu tindakan pemerintah untuk menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing yang dilakukan karena perekonomiannya sudah mencukupi atau mendekati full employed atau terjadi kecendrungan inflasi. Kebijakan ini dalam jangka pendek bertujuan untuk mengurangi agregat demand dan inflasi (Hady Hamdy, 2008:45).

Menurut Mishkin Frederic S (2008:111) Kurs dapat mempengaruhi perekonomian dan kehidupan kita sehari-hari, karena ketika dollar AS menjadi lebih berharga relatif terhadap mata uang asing, barang-barang luar negeri menjadi lebih murah untuk orang amerika dan harga barang-barang Amerika menjadi lebih mahal, ketika dollar AS jatuh nilainya, barang-barang luar negeri menjadi lebih mahal untuk orang Amerika dan barang-barang Amerika menjadi lebih murah untuk orang asing, alasan tersebut membawa kita pada kesimpulan: ketika mata uang suatu negara terapresiasi (nilainya naik secara relatif terhadap mata uang lainnya), barang yang dihasilkan oleh negara tersebut diluar negeri menjadi lebih mahal dan barang-barang luar negeri di negara tersebut menjadi lebih murah. Sebaliknya, ketika mata uang suatu negara terdeperesiasi, barang-barang negara tersebut menjadi lebih murah dan barang-barang-barang-barang luar negeri menjadi lebih mahal.

Nilai kurs memiliki hubungan yang erat dengan pergerakan harga saham, menurunnya nilai kurs (depresiasi) memberikan pengaruh pada perusahaan yang mengunakan bahan baku impor. Saat ini bahan baku perusahaan perusahaan di indonesia masih mengandalkan import dari luar negeri (kompas.com).


(42)

Berdasarkan sistem moneter internasional, terdapat tiga macam sistem dalam penetapan kurs valuta asing yaitu sebagai berikut:

a. Fixed exchange rate system, merupakan sistem kurs tetap atau sering disebut kurs berdasarkan sistem Bretton Woods yang beroperasi atas dasar standar pertukaran emas.

b. Floating exchange rate system, sistem kurs mengambang yang ditetapkan melalui mekanisme kekuatan permintaan dan penawaran pada bursa valuta asing, ada dua bentuk sistem kurs mengambang yaitu sistem kurs variabel secara murni, artinya penentuan kurs terjadi melalui kekuatan permintaan dan penawaran di pasar valas tanpa intervensi pemerintah. Dan yang kedua sistem kurs mengambang terkendali, hampir sama dengan kurs murni perbedaannya adanya intervensi pemerintah, melalui kebijakan moneter, fiskal, dan perdagangan luar negeri.

c. Pegged exchange rate system, sistem nilai tukar ini ditetapkan dengan mengaitkan nilai mata uang asing suatu negara dengan nilai tukar mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu (Mudrajad Kuncoro,2001:31).

E.Tingkat Suku Bunga BI (BI rate)

Menurut sukirno (2004: 204) suku bunga adalah harga yang dibayar peminjam (debitur) kepada pihak yang meminjamkan (kreditur) untuk pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu. Tingkat suku bunga dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian asset yang mempunyai risiko mendekati nol. Investor dapat menggunakan tingkat bunga sebagai patokan


(43)

(benchmark) untuk perbandingan bila ingin berinvestasi (Pananda Pasaribu dkk, 2009:5). BI rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh bank Indonesia secara periodic yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter. Secara sederhana, BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan oleh bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi (Bank Indonesia, 2006). BI rate di gunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga BI satu bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate di harapkan mempengaruhi suku bunga simpanan dan suku bunga lainnya.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya bank Indonesia akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan di perkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan (bi.go.id)

Pengertian dasar dari teori tingkat suku bunga yaitu harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Bunga merupakan imbalan atas ketidaknyamanan karena melepas uang, bisa dikatakan bunga adalah harga kredit. Tingkat suku bunga berkaitan dengan peranan waktu dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Tingkat suku bunga muncul dari kegemaran mempunyai uang sekarang (Kurniawan, 2004).

Menurut Dewi Indah Indriani (2008) dengan naiknya tingkat suku bunga Dengan adanya tingkat suku bunga yang tinggi akan membuat bank dan lembaga keuangan lainnya menikmatinya dan otomatis akan memberikan tingkat bunga


(44)

yang tinggi untuk produk-produknya. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi pada produk bank seperti tabungan jelas akan lebih kecil resikonya dibandingkan investasi pada saham. Sehingga kemungkinan besar para investor akan menjual sahamnya dan mengalihkan dananya ke bank, tentunya akan berdampak menurunnya harga saham. Menurut Pananda Pasaribu dkk (2009:6) Umumnya tingkat bunga mempunyai hubungan negatif dengan bursa saham. Bila pemerintah mengumumkan tingkat bunga yang lebih tinggi maka investor akan menjual sahamnya dan mengganti pada instumen berpendapatan tetap yang memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi.

Menurut Sadono Sukirno (2002:385) didalam teorinya menyatakan penentuan tingkat bunga selalu menanggap bahwa dalam perekonomian hanya terdapat satu tingkat bunga namun dalam kenyataannya berbeda, tingkat bunga pinjaman pemerintah berbeda dengan tingkat pinjaman yang dibayarkan kepada konsumen. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: Perbedaan resiko, Jangka waktu pinjaman dan Biaya administrasi pinjaman.

Menurut Hermawan Darmawi (2006:188) tingkat suku bunga BI merupakan salah satu indikator moneter yang mempunyai dampak dalam berbagai kegiatan perekonomian sebagai berikut:

a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan

pemilik modal apakah akan berinvestasi pada real assets ataukah pada financial assets.


(45)

c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha terutama pihak bank dan lembaga keuangan lainnya.

d. Tingkat suku bunga akan dapat mempengaruhi volume uang yang beredar.

F. Indeks Dow Jones

Perusahaan Dow Jones company pertama kali didirikan oleh Charles Dow dan Edward Jones di tahun 1882 dengan tujuan utama menyediakan informasi dan berita yang mempengaruhi pasar modal. Dua tahun setelah berdiri, perusahaan ini menyajikan rata-rata nilai saham untuk 11 perusahaan kereta api sebagai indikator harga saham di industri lokomotip. Pada tahun 1897 jumlah perusahaan yang dilibatkan ditambah menjadi 20 perusahaan kereta api (Jogianto Hartono, 2009:102).

Pada tahun yang sama, oleh editor wall street journal dan Dow Jones and company. Indeks Dow Jones merupakan representasi dari rata-rata 12 saham dari berbagai industri penting di Amerika Serikat. Ketika pertama kali di publikasikan indeks berada pada posisi 40,94 sekarang ini pemilihan daftar perusahaan yang berhak tercatat dalan indeks Dow Jones di lakukan oleh auditor dari wall street journal, pemilihan ini di dasarkan pada kemampuan perusahaan, aktifitas ekonomi, pertumbuhan laba dan lain sebagainya (Jogianto Hartono, 2009:103). Perusahaan yang di pilih pada umumnya adalah perusahaan Amerika yang kegiatan ekonominya telah mendunia. Sekarang DJIA melaporkan tiga macam rata-rata, yaitu rata-rata untuk 30 perusahaan industri, 20 perusahaan transportasi dan 15 perusahaan utiliti.


(46)

Dow Jones Industrial Average (DJIA) menyajikan nilai rata-rata, bukan nilai indeks. DJIA menggunakan 30 saham industri tertentu yang dikenal dengan istilah blue chip stocks yaitu saham yang mempunyai kualitas tinggi dengan reputasi earnings dan deviden yang baik. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Sumber (Jogianto Hartono, 2009:104)

Dengan semakin terintegrasinya perekonomian global dan menyatunya pasar uang beberapa negara dalam wilayah yang berdekatan, ketergantungan ekonomi suatu negara pada ekonomi dunia juga semakin besar. Demikian juga yang terjadi dengan pasar modal suatu negara (Budi Frensidy, 2009:5).

Menurut Nachrowi dan Usman (2007:80) Pengaruh Dow Jones terhadap Indeks Saham di Indonesia ini, secara tidak langsung memberikan gambaran betapa kuatnya pengaruh kinerja ekonomi negara Amerika terhadap Indonesia, ketika Indeks Dow Jones mempunyai kinerja baik maka indonesia akan menikmati pula kinerja tersebut dan begitupula sebaliknya, ketika Indeks Dow Jones mempunyai kinerja yang buruk maka buruk pula bagi indonesia.


(47)

G.Penelitian Terdahulu

Judul dan Nama Penulis Hasil Penelitian 1. Budi Frensidy (2009) yang

berjudul ”Analisis Pengaruh Aksi Beli-Jual Asing, Kurs dan Indeks Hang Seng Terhadap IHSG di BEJ dengan model GARCH.

Secara keseluruhan, variasi variabel bebas seperti aliran bersih dana asing, perubahan kurs dan perubahan Indeks Hang Seng menyumbangkan 56,9% variasi variabel perubahan IHSG cukup signifikan, semua variabel independen signifikan pada α = 1%.

2. Pananda Pasaribu dkk (2009). “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap IHSG dengan model OLS

Hasil penelitian OLS secara umum sudah cukup baik R-Square sebesar 95% variasi pergerakan IHSG dapat dijelaskan oleh model sedangkan sisanya di jelaskan oleh faktor lain, hasil regresi menunjukan bahwa sebagian faktor domestik tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG, indikator seperti: inflasi, SBI, dan Kurs Tengah. Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran modal mempunyai pengaruh yang sig terhadap IHSG.


(48)

3. Graham Smith (2001) yang berjudul “The Price of Gold And Stock Price Indices For The United States”

hasil penelitiannya menunjukkan harga emas memilki pengaruh negatif terhadap indeks bursa saham di AS.

4. Nachrowi dan Hardius Usman (2007) “Prediksi IHSG dengan Model GARCH dan ARIMA”

Pengaruh indeks saham Nikkei, DJIA, SET, dan Nilai Tukar dolar terhadap IHSG. Hasil penelitian semua variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG. Indeks Nikkei dan DJIA secara tidak langsung menggambarkan betapa kuatnya pengaruh antara kinerja ekonomi kedua negara terhadap indonseia sedangkan Indeks Thailand SET dan Kurs Dolar ternyata mempunyai koefisien bertanda negatif.

5. Garry Twite, 2002, “Gold Prices, Exchange Rates, Gold, Stocks and Gold Premium

Harga emas memiliki pengaruh yang positif terhadap pasar modal Australia

Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Periode penelitian ini menggunakan tahun 2006 -2010, data yang digunakan adalah data bulanan di mulai dari 1 Januari - 31 Desember. Penelitian ini menggunakan variabel Harga Emas Dunia yang menjadi salah satu alternatif investasi yang dapat


(49)

mempengaruhi pasar modal karena emas termasuk dalam bagian middle risk investment mempunyai beban resiko lebih tinggi dibandingkan berinvestasi di bank atau deposito. Penelitian ini menggunakan metode ARCH/GARCH untuk mendapatkan model yang tepat supaya dapat menjelaskan hubungan tersebut menjadi lebih tepat dan relevan dengan fenomena yang terjadi.


(50)

H.Keterkaitan Antar Variabel

Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui adanya keterkaitan antara variabel dependen (IHSG) dengan variabel independen (inflasi, kurs, BI rate dan indeks Dow Jones). Di bawah ini dijelaskan para peneliti yang melakukan penelitian yang sama dengan variasi variabel yang berbeda:

1. Graham Smith (2001) pernah melakukan penelitian mengenai harga emas dunia dengan indeks bursa saham Amerika dalam penelitiannya mengungkapkan harga emas berpengaruh negatif terhadap indeks bursa di Amerika. Karena harga emas di Amerika dianggap sebagai komoditas yang menarik. Pada saat terjadi inflasi kenaikan harga emas akan mendorong penurunan indeks harga saham di Amerika. Hal ini disebabkan investor yang semula berinvestasi di pasar modal akan mengalihkan dananya untuk berinvestasi di emas karena harga emas dianggap suatu komoditas yang lebih aman dan cendrung sedikit resiko dibandingkan berinvestasi di bursa saham. Hasil penelitian ini tidak sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Gary Twite (2002) yang menyatakan bahwa harga emas berpengaruh positif terhadap pasar modal di Australia. 2. Budi Frensidy (2009) meneliti pengaruh variabel makro ekonomi terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (OLS) periode pengamatan dilakukan secara triwulan di mulai pada Januari 2000 – Oktober 2008, hasil regresi menunjukkan bahwa sebagian besar faktor domestik tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Indikator ekonomi domestik berupa inflasi, BI


(51)

rate dan kurs tengah. Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran modal mempunyai pengaruh yang signifikan atas pergerakan IHSG. 3. Budi Frensidy (2009) meneliti mengenai aksi jual beli asing, kurs dan

Indeks Hang Seng terhadap IHSG dengan model GARCH, periode pengamatan harian di mulai pada Januari 2006 – Oktober 2007. Hubungan antara perubahan kurs dengan perubahan IHSG adalah negatif dengan koefisien -0,593601 dengan probabilitasnya 0,0000 signifikan pada α=5%. 4. Nachrowi dan Usman (2007) meneliti pengaruh prediksi IHSG dengan

model GARCH dan ARIMA, meneliti hubungan antara indeks Nikkei, Dow Jones, SET dan juga nilai tukar (kurs) terhadap IHSG. Periode pengamatan menggunakan data harian 3 Januari 2005 - 2 Januari 2006. Hasil penelitian menunjukkan semua variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Koefisien untuk variabel indeks Dow Jones (DJIA) positif sebesar 0,0791 memberikan arti bahwa pada setiap kenaikan 100 poin DJIA akan mengakibatkan IHSG naik hampir 8 poin. Kurs dollar ternyata mempunyai hubungan negatif dengan koefisien sebesar -0,078319, angka tersebut dapat diinterprestasikan bahwa pada setiap kenaikan harga dollar sebesar Rp.100 maka IHSG turun hampir 8 poin.


(52)

I. Kerangka Pemikiran

Sebelum melakukan pengolahan data, berikut ini akan dijelaskan kerangka pemikiran yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu :

1. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menginput data antara variabel independen (harga emas dunia, inflasi, kurs, BI rate dan Dow Jones) dengan variabel dependen (IHSG) kemudian menguji kestasioneritasan data-data yang digunakan dalam penelitian ini. Uji stasioneritas data menggunakan uji ADF (Augmented Dickey Fuller) apabila data belum stasioner pada tingkat level, maka diperlukan langkah-langkah agar menjadi stasioner dengan diferensiasi data dilakukan uji pertama (first difference) apabila belum stasioner juga maka dilanjutkan dengan uji kedua (second difference).

2. Tahap selanjutnya melakukan uji ARCH/GARCH dengan metode trail and error (coba-coba) sebagai alternatif untuk mendapatkan model yang terbaik. Model ini dipilih berdasarkan kriteria memiliki nilai R2 tertinggi, SIC (Schwarz Information Criterion) dan AIC (Aikake Information Criterion) terendah. Setelah didapatkan model yang terbaik maka model terseebut digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas IHSG selama periode pengamatan.

Secara sistematik alur penelitian terlihat pada gambar kerangka berfikir sebagai berikut :


(53)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Stasioner

Uji ARCH/GARCH Uji Deferensi Data

Pemilihan Model Terbaik

R2 AIC

Interprestasi Hasil

Kesimpulan

Input Data

Variabel Independen

Harga Emas Dunia, Variabel MakroEkonomi (Inflasi, Kurs, tingkat Suku Bunga BI) dan

Indeks Dow Jones

Variabel Dependen

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Uji Perilaku Data Stasioneritas

Tidak Stasioner


(54)

J. Perumusan Hipotesa

Untuk menganalisis apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, maka penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan Harga Emas Dunia, variabel Makroekonomi (Inflasi, Kurs, dan Suku Bunga BI), dan Indeks Dow Jones Average (DJIA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan Harga Emas Dunia, variabel

Makroekonomi (Inflasi, Kurs, dan Suku Bunga BI), dan Indeks Dow Jones Average (DJIA) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah pada bab sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh Harga Emas Dunia, Variabel Makro Ekonomi, dan Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Periode penelitian ini di mulai dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember 2010, periode ini di pilih karena mulai dari Januari 2006 terjadi kenaikan dan penurunan harga komoditas yang sangat signifikan dari pada periode sebelumnya, dan juga adanya krisis Global yang terjadi di Amerika pada Agustus 2008 yang berpengaruh terhadap harga saham di negara lain termasuk di Indonesia.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dari indeks harga saham yang meliputi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai dari Januari 2006 sampai Desember 2010. Sedangkan variabel independennya di batasi pada harga emas dunia, variabel makro (inflasi, kurs, tingkat suku bunga) dan indeks saham luar negeri yaitu indeks Dow Jones terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga Komoditas emas yang di gunakan adalah data yang banyak di publikasikan di internet, juga dapat di lihat dari situs-situs yang menjadi acuan Pada pasar Komoditas yang ada di london seperti di London Metal Exchange (LME), mata uang yang di gunakan sebagai acuan adalah dalam penelitian ini adalah Dollar USD, hal ini di karenakan Dollar Amerika Serikat merupakan Hard Currency atau


(56)

mata uang dunia yang selalu dipergunakan oleh berbagai negara sebagai alat bertransaksi jual-beli.

C. Metode Pengumpulan Data

Menurut Muhammad Teguh (2006:117) langkah yang perlu dilakukan didalam kegiatan penelitian sebelum peneliti sampai pada konklusi adalah pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data-data kurun waktu (time series) dengan skala bulanan, jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data telah dipublikasikan sehingga tidak perlu dilakukan pengolahan data diterbitkan oleh berbagai instansi dan dikumpulkan dari studi-studi sebelumnya.

Metode yang di gunakan dalam pengumpulan data dan sumber informasi lainnya yang menjadi pendukung dalam penelitian ini, adalah:

1. Library Research (Riset Kepustakaan)

Penelitian kepustakaan di lakukan dengan cara mengunjungi lembaga lembaga yang terkait dalam pembuatan penelitian, seperti mengunjungi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan (UIN, UI, STIE TRISAKTI), kemudian mengumpulkan, memilih, memahami dengan cara membaca laporan atau jurnal penelitan terdahulu, seperti Skripsi, Tesis dan lain sebagainya yang berkaitan dengan dengan topik pembahasan penulis.

2. Internet Research

Terkadang literatur atau buku yang kita gunakan belum cukup untuk menunjang uatu penelitian dan biasanya sudah tidak sesuai dengan


(57)

perkembangan, penulis melakukan penelitian dengan teknologi media internet karena dapat ter-up date setiap saat, data yang di peroleh dari www.yahoofinance.com dan www.bi.go.id

D. Metode Analisis

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data time series terutama disektor finansial seperti harga emas, nilai tukar rupiah, inflasi dan tingkat suku bunga. Peneliti seringkali menemukan data finansial memiliki tingkat volatilitas yang tinggi. kondisi volatilitas data mengindikasikan bahwa perilaku data time series

memiliki varian residual yang tidak konstan dari waktu ke waktu atau bisa dikatakan data tersebut mengandung gejala heteroskedasitas karena terdapat varian error yang besarnya tergantung pada varian error masa lalu, adakalanya varian error tidak tergantung pada variabel bebasnya saja melainkan varian tersebut berubah-ubah seiring dengan perubahan waktu (Agus Widarjono, 2009:299 ). Karena alasan itulah, penulis menggunakan suatu model pendekatan untuk memasukan masalah volatilitas data yaitu dengan model ARCH/GARCH agar di peroleh estimator yang lebih efisien. Langkah awal Sebelum melakukan uji ARCH dan GARCH terlebih dahulu melakukan uji seperti dibawah ini:

1. Uji Stasioneritas

Pengujian stasioner digunakan untuk menganalisis apakah data yang digunakan stasioner ataukah tidak stasioner, data yang stasioner adalah data time series yang tidak mengandung akar-akar unit begitu juga sebaliknya. Pengujian stasioner data dilakukan dengan penggunaan uji akar unit Augmented Dickey Fuller (ADF), pengujian ini dilakukan untuk


(58)

mengetahui kestasioneran data. Ide dasar uji stasioneritas data dengan uji akar unit dapat dijelaskan dengan fomulasi sebagai berikut :

Yt = PYt-1 + et

Jika nilai p = 1 maka kita katakan bahwa variabel random (stokastik) Y mempunyai akar unit. Jika data time series mempunyai akar unit maka dikatakan data tersebut bergerak secara random walk. Jika data mempunyai sifat random walk maka dikatakan data tidak stasioner (Widarjono, 2009:341-343)

Hipotesis ini membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritisnya distribusi statistik Mac Kinnon dan juga probablitasnya (α=5%). Jika nilai absolut ADF lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunujukan data tidak stasioner, apabila data yang diperoleh belum stasioner pada tingkat level, maka diperlukan langkah untuk membuat data menjadi stasioner dengan melalui proses diferensi data. Uji pertama (first difference) dan apabila data belum stasioner juga maka dilakukan uji kedua (second difference) hingga data stasioner (Gujarati, 2006).

2. Uji ARCH/GARCH

Menurut Nachrowi dan Hardius Usman (2006:419), pada umumnya data cross-section sering memunculkan varians yang heteroskedasitas. Akan tetapi, bukan berati data time series terhindar dari permasalahan tersebut, data keuangan, seperti : seperti indeks harga saham, inflasi, nilai tukar atau suku bunga seringkali mempunyai varians error yang tidak


(59)

konstan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan yang bersifat time series yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Dow Jones Industrial Average (DJIA), variabel makro ekonomi (inflasi, kurs, dan suku bunga tingkat suku bunga BI). Data dalam penelitian ini mempunyai varians error (et) yang tidak konstan (heteroskedasitas). Dalam

metode ARCH dan GARCH varian error (et) yang tidak konstan

(heteroskedasitas) itu dapat dimanfaatkan untuk membuat model.

Berdasarkan alasan diatas maka sangatlah tepat untuk menggunakan model ARCH/GARCH sebagai metode analisis dalam penelitian ini. Dalam metode ARCH dan GARCH tidak memandang heteroskedasitas sebagai permasalahan, tetapi justru memanfaatkan kondisi tersebut untuk membuat model. Bahkan dengan memanfaatkan heteroskedasitas dalam error dengan tepat, maka akan diperoleh estimator yang lebih efisien. Adakalanya dalam sebuah model varian dari error tidak tergantung pada variabel bebasnya melainkan varian tersebut berubah-ubah seoring dengan perubahan waktu. Pada permodelan seperti ini, ada suatu periode dimana votalitiasnya sangat tinggi dan ada periode lain yang votalitasnya sangat rendah. Pada votalitas yang demikian menunjukkan adanya heteroskedasitas karena terdapat varian error yang besarnya tergantung pada volatilitas error dimasa lalu (Nachrowi dan Usman, 2006:420). Data yang mempunyai sifat heteroskedasitas seperti ini dapat dimodelkan dengan model ARCH (Autoregresive Conditional Heteroscedasticity) dikembangkan oleh Engle (1982), Engle adalah pihak yang pertama kali


(60)

menganalisis adanya masalah heteroskedasitas dari varian residual dalam data time series. Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel dependen digunakan estimasi persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + et

Keterangan : Y = IHSG

a = intercept (variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel dependen dan independen.

b = Koefisien dari X

x1 = Perubahan harga emas dunia

x2 = Perubahan inflasi

x3 = Perubahan kurs rupiah terhadap USD

x4 = Perubahan BI rate

x5 = perubahan Indeks Dow Jones

Setelah dilakukan uji stasioner data pada seluruh variabel dan diyakini bahwa variabel sudah stasioner maka langkah selanjutnya melakukan Uji GARCH untuk menjelaskan pengaruh variabel yang digunakan dan seberapa besar pengaruhnya. Data time series dianggap lebih baik terutama dibidang finansial atau keuangan, sangat tinggi tingkat volatilitasnya, volatilitas di ikuti oleh relatif tingginya fase fluktuasi kemudian rendah dan kembali tinggi, data kata lain data ini mempunyai rata dan varian yang tidak konstan (Agus Widarjono,2009:297).


(61)

Model GARCH merupakan model perkembangan dari model ARCH. Model ARCH (Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) di kembangkan oleh Robert Engle (1982) dan di modifikasi oleh Mills (1999), selanjutnya oleh Tim Bollerslev (1986 dan 1994) juga memperkenalkan model generelisasi ARCH di sebut GARCH. GARCH ini di maksudkan untuk memperbaiki ARCH (Wing Wahyu Winarno, 2007:8.1). Penulis akan mencari model ARCH/GARCH yang paling layak untuk menjelaskan pengaruh variabel Harga Emas Dunia, variabel Makroekonomi (Kurs, Inflasi, dan Suku bunga BI), indeks Dow Jones Terhadap IHSG dan berapa besar pengaruhnya, dan menganalisis variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

3. Pengujian Best Fit Model

Dalam melakukan penelitian, peneliti tidak hanya menggunakan satu model saja untuk menguji hipotesisnya, ada beberapa kriteria untuk menilai dan membandingkan model, yaitu:

a. R2 Adjusted

R2 sangat berguna untuk mengukur kedekatan antara nilai prediksi dan nilai sesungguhnya dari variabel terikat. Semakin besar R2 maka semakin kuat pula hubungan antara variabel terikat dengan satu atau banyak variabel bebas.


(62)

Berdasarkan rumusan di atas, terlihat bahwa SST tidak dipengaruhi oleh variabel bebas, karena formulasinya hanya memperhitungkan variabel terikat dalam arti, berapapun jumlah variabel bebas yang digunakan dalam membentuk regresi, tidak akan mempengaruhi SST (Nachrowi dan Usman, 2006:126).

Bila kita berpatokan pada R2 tentu kita akan selalu memutuskan bahwa variabel terbaik adalah model dengan variabel bebas yang banyak, padahal kenyataan tidaklah demikian terkadang satu variabel dalam regresi sederhana dapat menerangkan variabel terikat dengan yang lebih baik dibandingkan beberapa variabel bebas dalam regresi majemuk. Oleh karena itu, agar keputusan lebih tepat, untuk membandingkan regresi dengan variabel terikat yang sama akan digunakan R2 yang disesuaikan atau yang dikenal dengan sebutan R2 Adjusted yang dinotasikan dengan R2, adapun formulasi perhitungan adalah sebagai berikut:

Dimana:

K = banyaknya parameter model regresi termasuk intercept (Nachrowi dan Usman,2006:130).

b. Aikake Information Criterion (AIC)

Profesor Hirotugu Aikake, seorang ahli statistik dari Jepang, pada


(1)

Garch (0,2)

Dependent Variable: IHSG

Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 09/06/11 Time: 22:35

Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60

Convergence achieved after 35 iterations

GARCH = C(7) + C(8)*GARCH(-1) + C(9)*GARCH(-2)

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

C 210.5461 1356.854 0.155172 0.8767

EMAS 2.087866 0.308770 6.761870 0.0000

INFLASI 13113.75 20749.17 0.632013 0.5274

KURS -0.108046 0.059346 -1.820610 0.0687

BIRATE -129879.7 69975.01 -1.856087 0.0634

DJIA 0.180713 0.023752 7.608312 0.0000

Variance Equation

C 1109.854 4951.305 0.224154 0.8226

GARCH(-1) -0.076585 0.086535 -0.885014 0.3761

GARCH(-2) 1.047944 0.189931 5.517513 0.0000

R-squared 0.952036 Mean dependent var 2170.142

Adjusted R-squared 0.944512 S.D. dependent var 664.7567 S.E. of regression 156.5898 Akaike info criterion 13.04490 Sum squared resid 1250539. Schwarz criterion 13.35905

Log likelihood -382.3470 F-statistic 126.5358


(2)

Tarch (1,1)

Dependent Variable: IHSG

Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 09/06/11 Time: 22:47

Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60

Convergence achieved after 25 iterations

GARCH = C(8) + C(9)*RESID(-1)^2 + C(10)*GARCH(-1)

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

@SQRT(GARCH) -8.496134 1.104277 -7.693843 0.0000

C 770.5128 59.61538 12.92473 0.0000

EMAS 2.184574 0.128165 17.04505 0.0000

INFLASI 11605.55 15565.04 0.745616 0.4559

KURS -0.053202 0.019576 -2.717749 0.0066

BIRATE -131663.8 31582.41 -4.168896 0.0000

DJIA 0.196211 0.006673 29.40536 0.0000

Variance Equation

C 13379.39 4283.231 3.123668 0.0018

RESID(-1)^2 0.195213 0.040018 4.878159 0.0000

GARCH(-1) 0.269408 0.149436 1.802837 0.0714

R-squared 0.961713 Mean dependent var 2170.142

Adjusted R-squared 0.954821 S.D. dependent var 664.7567 S.E. of regression 141.2960 Akaike info criterion 12.95024 Sum squared resid 998227.4 Schwarz criterion 13.29930

Log likelihood -378.5072 F-statistic 139.5471


(3)

Date: 09/17/11 Time: 21:17 Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60

Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob

. |** | . |** | 1 0.228 0.228 3.2908 0.070 . |*. | . |*. | 2 0.196 0.152 5.7507 0.056 . | . | . | . | 3 0.029 -0.047 5.8072 0.121 . | . | . | . | 4 0.050 0.025 5.9714 0.201 .*| . | .*| . | 5 -0.113 -0.133 6.8281 0.234 . | . | . | . | 6 -0.007 0.033 6.8314 0.337 . | . | . | . | 7 0.006 0.048 6.8335 0.446 .*| . | .*| . | 8 -0.143 -0.177 8.2927 0.405 .*| . | .*| . | 9 -0.118 -0.059 9.3057 0.410 .*| . | . | . | 10 -0.076 -0.004 9.7354 0.464 .*| . | .*| . | 11 -0.100 -0.065 10.498 0.486 .*| . | .*| . | 12 -0.188 -0.139 13.240 0.352 .*| . | . | . | 13 -0.059 -0.004 13.515 0.409 .*| . | .*| . | 14 -0.103 -0.065 14.366 0.423 .*| . | .*| . | 15 -0.096 -0.058 15.129 0.442 . | . | . | . | 16 0.013 0.058 15.144 0.514 . | . | . | . | 17 0.037 -0.017 15.263 0.577 . |*. | . | . | 18 0.078 0.062 15.797 0.607 . | . | .*| . | 19 -0.036 -0.099 15.916 0.663 . |*. | . |*. | 20 0.154 0.104 18.112 0.580 . |*. | . |*. | 21 0.142 0.127 20.031 0.519 . |*. | . |*. | 22 0.190 0.084 23.577 0.370 . | . | .*| . | 23 0.018 -0.118 23.611 0.426 . | . | . | . | 24 0.040 -0.047 23.778 0.474 .*| . | . | . | 25 -0.076 -0.041 24.389 0.497 . | . | . | . | 26 -0.030 0.011 24.489 0.548 .*| . | . | . | 27 -0.060 -0.050 24.891 0.581 . | . | . | . | 28 -0.025 -0.020 24.964 0.630


(4)

Tarch (1,2)

Dependent Variable: IHSG

Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 09/06/11 Time: 22:49

Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60

Convergence achieved after 16 iterations

GARCH = C(8) + C(9)*RESID(-1)^2 + C(10)*GARCH(-1) + C(11) *GARCH(-2)

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

@SQRT(GARCH) -9.559483 0.037575 -254.4135 0.0000

C 887.3448 100.6189 8.818867 0.0000

EMAS 2.210004 0.105344 20.97902 0.0000

INFLASI 11581.00 17803.32 0.650496 0.5154

KURS -0.053079 0.002544 -20.86526 0.0000

BIRATE -131673.7 37834.99 -3.480210 0.0005

DJIA 0.199170 0.010031 19.85555 0.0000

Variance Equation

C 13181.74 3889.717 3.388869 0.0007

RESID(-1)^2 0.140727 0.062889 2.237699 0.0252

GARCH(-1) 0.263075 0.122883 2.140852 0.0323

GARCH(-2) 0.067183 0.117739 0.570605 0.5683

R-squared 0.961191 Mean dependent var 2170.142

Adjusted R-squared 0.953271 S.D. dependent var 664.7567 S.E. of regression 143.6997 Akaike info criterion 12.98979 Sum squared resid 1011830. Schwarz criterion 13.37375

Log likelihood -378.6937 F-statistic 121.3600


(5)

Tarch (0,1)

Dependent Variable: IHSG

Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 09/06/11 Time: 22:42

Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60

Convergence achieved after 427 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance GARCH = C(8) + C(9)*GARCH(-1)

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

@SQRT(GARCH) 105.9955 300.4165 0.352829 0.7242

C -15259.49 43071.17 -0.354286 0.7231

EMAS 2.204570 0.449397 4.905614 0.0000

INFLASI 6876.263 13977.76 0.491943 0.6228

KURS -0.053778 0.043003 -1.250579 0.2111

BIRATE -158524.3 43161.82 -3.672791 0.0002

DJIA 0.202810 0.023693 8.560079 0.0000

Variance Equation

C 2524.300 450.7883 5.599746 0.0000

GARCH(-1) 0.870538 0.002427 358.6875 0.0000

R-squared 0.956349 Mean dependent var 2170.142

Adjusted R-squared 0.949502 S.D. dependent var 664.7567 S.E. of regression 149.3829 Akaike info criterion 12.99256 Sum squared resid 1138077. Schwarz criterion 13.30671

Log likelihood -380.7769 F-statistic 139.6697


(6)

Tarch (0,2)

Dependent Variable: IHSG

Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 09/06/11 Time: 22:44

Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60

Convergence achieved after 72 iterations

Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance GARCH = C(8) + C(9)*GARCH(-1) + C(10)*GARCH(-2)

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

@SQRT(GARCH) -9.193425 9.656851 -0.952011 0.3411

C 1612.452 1576.357 1.022898 0.3064

EMAS 2.090764 0.212058 9.859418 0.0000

INFLASI 12199.46 10272.66 1.187565 0.2350

KURS -0.116173 0.041973 -2.767801 0.0056

BIRATE -133997.8 36081.50 -3.713753 0.0002

DJIA 0.178676 0.022778 7.844292 0.0000

Variance Equation

C 15289.45 1113.999 13.72483 0.0000

GARCH(-1) 1.226154 0.018278 67.08194 0.0000

GARCH(-2) -1.021087 0.007312 -139.6500 0.0000

R-squared 0.959178 Mean dependent var 2170.142

Adjusted R-squared 0.951830 S.D. dependent var 664.7567 S.E. of regression 145.8981 Akaike info criterion 12.95812 Sum squared resid 1064313. Schwarz criterion 13.30718

Log likelihood -378.7437 F-statistic 130.5373