Analisis trend perkembangan hutang luar negeri di Indonesia tahun 1996-2006 - USD Repository

  

ANALISIS TREND PERKEMBANGAN HUTANG

LUAR NEGERI DI INDONESIA

TAHUN 1996 - 2006

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

  Oleh : TRI PORNAWATI

  NIM : 021324015

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  Jadikanlah Kemarin Sebagai Pengalaman, Hari Ini Sebagai Usaha, dan Esok Sebagai Harapan dan Cita- cita

  Dengan Penuh Syukur Kehadirat Allah SWT, Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk: Bapak dan Ibu tercinta kakakku PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 9 Oktober 2007 Penulis

  Tri Pornawati ABSTRAK ANALISIS TREND PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA TAHUN 1996 – 2006

  Oleh Tri Pornawati

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2007 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) trend perkembangan jumlah hutang luar negeri pemerintah di Indonesia, (2) trend perkembangan jumlah hutang luar negeri swasta di Indonesia, (3) trend perkembangan jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah Indonesia, (4) trend perkembangan jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri swasta di Indonesia, dan (5) trend perkembangan jumlah posisi netto penerimaan hutang luar negeri di Indonesia.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deret berkala dengan metode kuadrat minimum.

  Hasil penelitian ini adalah :

  1. Trend perkembangan jumlah hutang luar negeri pemerintah di Indonesia setiap tahunnya meningkat sebesar 3,21%.

  2. Trend perkembangan jumlah hutang luar negeri swasta di Indonesia setiap tahunnya menurun sebesar 3,75%.

  3. Trend perkembangan jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah Indonesia setiap tahunnya menurun sebesar 13,57%.

  4. Trend perkembangan jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri swasta di Indonesia setiap tahunnya menurun sebesar 14,20%.

  5. Trend perkembangan jumlah posisi netto penerimaan hutang luar negeri di Indonesia setiap tahunnya menurun sebesar 3,94%.

  ABSTRACT ANALYSIS ON THE TREND OF FOREIGN COUNTRY DEBT DEVELOPMENT IN INDONESIA 1996 – 2006

  Tri Pornawati Sanata Dharma University

  Yogyakarta 2007

  This research aims to analyse the development of (1) foreign debt of Indonesian government; (2) private debt of Indonesian government; (3) the payment of interess and basic instalment of foreign debt of Indonesian goverment; (4) the payment of interess and basic instalment of foreign debt of Indonesian private; and (5) of netto side acceptance of foreign debt in Indonesian.

  The research is descriptive research. The data of this research were secondary data, collected from the Indonesia Bank. The data analysis technique of the research was the periodical geometrical progression on minimum quadratic .

  method

  The finding of the research shows that :

  1. The development of foreign debt of Indonesian government to increases about 3,21% every year.

  2. The development of private debt of Indonesian government decreases about 3,75% every year.

  3. The development of the payment of interess and basic instalment of foreign debt of Indonesian goverment decreases 13,57% every year.

  4. The development of the payment of interess and basic instalment of foreign debt of Indonesian private decreases 14,20% every year.

  5. The development of netto side acceptance of foreign debt in Indonesian decreases 3,94% every year.

  KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat serta hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancer. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Srata I (SI) dan meraih gelar Sarjana pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa dalam proses penukisan skripsi ini tidak lepas dari keterlibatan banyak pihak. Oleh kerna itu pada kesempatan ini sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Bapak Drs. T. Sarkim. M.Ed.,Ph.D. Dekan fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas sanata Dharma Yogyakarta yang Telah memberi ijin dalam menyelesaikan sekripsi ini.

  2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si. Dosen pembimbing satu yang dengan sabar dan seksama memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga selesainya penulisan sekripsi ini.

  3. Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd. Dosen pembimbing dua yang dengan sabar dan seksama memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga selesainya penulisan sekripsi ini.

  4. Mbak Titin,atas segala keramahannya dalam melayani mahasiswa- mahasiswi untuk kelancaran studi

  5. Bapak dan Ibu tercinta yang selama ini selalu mendampingi,memberi semangat,dorongan dan juga doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini.

  6. Kakakku yang selalu memberikan semgat kapada penulis untuk segera menyelesaikan sekripsi ini.

  7. Teman- temanku Erwin, Nina, Heni P.A, Novi, Luri, Mery, Yentri, Didik Totok ,Willy, yang selalu memberikan dorongan,semangat dan perhatian kepada penulis.

  8. Semua teman-teman angkatan 2002,terima kasih atas perhatian, dukungan, dan kebersamaan selama ini.

  9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari akan segala kekurangan yang termuat dalam sekripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan sekripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga sekripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

  Yogyakarta, 9 Oktober 2007 Penulis

  Tri Pornawati

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi ABSTRACT..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xiv BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah...........................................................

  1 B. Rumusan Masalah ....................................................................

  3 C. Tujuan Penelitian......................................................................

  4 D. Manfaat Penelitian ...................................................................

  4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................

  6 A. Pembangunan Ekonomi Negara Berkembang..........................

  6 B. Perkembangan Luar Negeri dari Masa ke Masa ......................

  12 C. Hutang Luar Negeri dalam Struktur APBN Indonesia.............

  16 D. Penelitian Terdahulu.................................................................

  20

  BAB III. METODE PENELITIAN...............................................................

  23 A. Jenis Penelitian.........................................................................

  23 B. Variabel Penelitian ...................................................................

  23 C. Pengukuran Data ......................................................................

  24 D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................

  25 E. Teknik Analisis Data ................................................................

  25 BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...................................

  28 A. Analisis Data ............................................................................

  28

  1. Analisis Data Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah Tahun Anggaran 1996- 2006...............

  28

  2. Analisis Data Trend perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Swasta .....................................................................

  33

  3. Analisis Data Trend Perkembangan Pembayaran Bunga Dan Cicilan Pokok Hutang Luar negeri Pemerintah Tahun Anggaran 1996- 2006 .........................................................

  40

  4. Analisis Data Trend Perkembangan pembayaran Bunga Dan Ciciclan Pokok Hutang Luar Negeri Swasta Tahun Anggaran 1996- 2006 .........................................................

  46

  5. Analisis Data Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Hutang Luar negeri 1996- 2006..........................................

  52 B. Pembahasan .............................................................................

  58

  1. Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah Tahun Anggaran 1996- 2006...........................

  58

  2. Pembahasan Trend perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Swasta .....................................................................

  61

  3. Pemabahasan Trend Perkembangan Pembayaran Bunga Dan Cicilan Pokok Hutang Luar negeri Pemerintah Tahun Anggaran 1996- 2006 .........................................................

  64

  4. Pembahasan Trend Perkembangan pembayaran Bunga Dan Ciciclan Pokok Hutang Luar Negeri Swasta Tahun Anggaran 1996- 2006 .........................................................

  66

  5. Pembahasan Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Hutang Luar negeri 1996- 2006..........................................

  68 BAB V. PENUTUP......................................................................................

  70 A. Kesimpulan...............................................................................

  70 B. Saran.........................................................................................

  72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR GRAFIK GRAFIK IV.1 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah .....

  30 GRAFIK IV. 2 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta ............

  36 GRAFIK IV. 3 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan Hutang Luar Negeri Pemerintah.........................................

  42 GRAFIK IV. 4 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan Hutang Luar Negeri Swasta................................................

  48 GRAFIK IV. 5 Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Penerimaan Hutang Luar .......................................................................

  54 GRAFIK IV.6 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah .....

  59 GRAFIK IV. 7 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta ............

  62 GRAFIK IV. 8 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan Hutang Luar Negeri Pemerintah.........................................

  65 GRAFIK IV. 9 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan Hutang Luar Negeri Swasta................................................

  67 GRAFIK IV. 10 Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Penerimaan Hutang Luar Negeri ............................................................

  69

  DAFTAR TABEL TABEL IV. 1 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah ........

  29 TABEL IV. 2 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta ...............

  35 TABEL IV. 3 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan Hutang Luar Negeri Pemerintah............................................

  41 TABEL IV. 4 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan Hutang Luar Negeri Swasta...................................................

  47 TABEL IV.5 Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Penerimaan Hutang Luar ..........................................................................

  53 TABEL IV.6 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah ........

  58 TABEL IV. 7 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta ...............

  61 TABEL IV. 8 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan Hutang Luar Negeri Pemerintah............................................

  64 TABEL IV. 9 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga dan cicilan Hutang Luar Negeri Swasta...................................................

  66 TABEL IV.10 Trend Perkembangan Jumlah Posisi Netto Penerimaan Hutang Luar Negeri ...............................................................

  68

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia, dalam upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi menuju masyarakat yang adil dan makmur material maupun spiritual memerlukan dana pembiayaan yang sangat besar, baik dalam berasal dari dalam negeri yang berupa tabungan masyarakat, tabungan swasta dan tabungan pemerintah. Sedangkan dana dari luar negeri berupa bantuan, hibah, pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing.

  Bagi negara yang sedang berkembang khususnya Indonesia sumber pembiayaan yang berupa pinjaman atau hutang luar negeri memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasionalnya. Bagi negara Indonesia sebagian besar hutang luar negeri itu berupa pinjaman pemerintah dan relatif kecil saja yang merupakan hutang swasta.

  Hutang luar negeri yang selama ini diterima oleh Indonesia tidak diperoleh dengan gratis. Tentunya ada kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh Indonesia sebagai debitur antara lain, pembayaran cicilan dan bunga hutang, sehingga perlu adanya pengelolaan huang supaya tidak terjadi penyelewengan penggunaan hutang. Pengalaman selama tiga dekade ini membuktikan bahwa hutang luar negeri tidak digunakan dengan produktif, penggunaannya tanpa pengawasan memadai, tidak transparan dan terjadi kebocoran dana yang parah.

  Pemerintahan Soeharto mengeluarkan kebijakan yang populis dan selalu mengatakan kepada rakyat bahwa hutang luar negeri sebagai pendukung pembangunan ekonomi bukan menjadi modal utama, karena Indonesia memiliki modal utama pembangunan yaitu sumber daya alam yang berlimpah.

  Pemerintahan Soeharto akhirnya lengser yang diikuti dengan krisis ekonomi dan jumlah hutang luar negeri yang semakin meningkat. Pada saat itu Indonesia masuk ke dalam kelompok negara miskin di dunia, yang hutang luar negerinya sama dengan negara-negara miskin di Benua Afrika seperti Kongo, Angola, Nicaragua, Kongo Demokratik dan Zambia.

  Posisi hutang luar negeri Indonesia saat ini menduduki urutan ketiga besar setelah Brazil dan Mexico. Hal ini masih menjadi keprihatinan bagi bangsa Indonesia dimana Indonesia masih termasuk negara yang sedang berkembang tetapi mempunyai hutang yang sangat banyak. Pembayaran cicilan pokok dengan bunga hutang luar negeri saat ini juga semakin memberatkan anggaran negara. Bunga plus cicilan pokok hutang luar negeri yang harus dibayar sudah lebih besar dari hutang diterima. Bila suatu ketika hutang luar negeri tidak terbayar, maka ada kewajiban yang harus ditanggung.

  Kewajiban tersebut tentu mengarah pada konsekuensi politik politik dan ekonomi atau hukum terutama hukum internasional.

  Dilihat dari segi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, anggaran rutin semakin di bebani dengan beban hutang luar negeri dan pemerintah kembali berusaha menambah pos-pos penerimaan pembangunan dan mencari hutang baru berarti pelaksanaan pembangunnan Indonesia semakin tidak mandiri. Prosentase hutang luar negeri akan meningkat dalam komposisi dana pembangunan di bandingkan dengan dana yang berasal dari tabungan pemerintah.

  Bukanlah suatu hal yang mustahil apabila Indonesia bisa menjadi hancur, jika Indonesia sudah tidak mampu lagi untuk membayar hutang.

  Karena menurut John Perkin hutang luar negeri merupakan rencana strategis Amerika Serikat untuk menaikkan beban hutang negara berkembang dan menaikkan ketergantungan perekonomian kepada luar negeri yang berjalan sejak tahun 1971, maka hal ini akan sangat membahayakan masa depan bangsa Indonesia.

  Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian dengan judul ANALISIS TREND PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA TAHUN 1996 - 2006.

  B. Perumusan Masalah

  1. Bagaimana trend perkembangan jumlah hutang pemerintah di Indonesia Tahun 1996-2006 ?

  2. Bagaimana trend perkembangan jumlah hutang swasta di Indonesia Tahun 1996- 2006?

  3. Bagaimana trend perkembangan pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah di Indonesia Tahun 1996- 2006 ?

  4. Bagaimana trend perkembangan pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri swasta di Indonesia Tahun 1996- 2006 ?

  5. Bagaimana trend perkembangan posisi netto penerimaan hutang luar negeri (selisih hutang dan cicilan) Tahun 1996- 2006? C. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui trend perkembangan hutang pemerintah di Indonesia Tahun 1996- 2006.

  2. Untuk mengetahui trend perkembangan hutang swasta d Indonesia Tahun 1996- 2006.

  3. Untuk menganalisis perkembangan pembayaran hutang di Indonesia Tahun 1996- 2006.

  4. Untuk menganalisis cicilan hutang pemerintah di Indonesia tahun 1996- 2006.

  5. Untuk menganalisis posisi netto penerimaan hutang luar negeri (selisih hutang dan cicilan) tahum 1996- 2006 ? D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Pemerintah Dapat memberi informasi supaya pemerintah dapat menjalankan kebijakan sebaik mungkin dan untuk menjalankan pengelolaan keuangan negara.

  2. Bagi penulis Penelitian ini merupakan kesempatan baik sekali bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam penerapan teori di bangku kuliah.

  3. Bagi peneliti lain Penelitian ini mungkin dapat di gunakan sebagai bahan pembanding.

  4. Bagi universitas Sanata Dharma Penulis berharap hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan informasi dan dapat juga menambah referensi perpustakaan Universitas Sanata Dharma dalam rangka pembangunan ilmu sosial

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Negara Berkembang Menurut Sukirno (1981:13) pembangunan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Gilarso (1992:428) pembangunan ekonomi merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu di tandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekomomi masyarakat yang bersangkutan.

  Hakekat pembangunan adalah membentuk manusia atau individu otonom yang memungkinkan mereka bisa mengatualisasikan segala potensi yang terbaik yang dimilikinya secara optimal (Anwar,1996:50). Peranan modal dalam pembangunan tidak sepenting yang pada mulanya dianggap oleh ahli-ahli bahwa modal mempunyai kedudukan yang istimewa dalam pembangunan. Berdasarkan pada sumber modal yang dapat di gunakan untuk pembangunan (Sukirno,1981:350), modal tersebut berasal dari dua sumber yaitu:

  1. Tabungan sukarela masyarakat Tabungan sukarela masyarakat adalah pendapatan yang diterima masyarakat secara sukarela tidak digunakan untuk konsumsi.

  2. Tabungan pemerintah Tabungan pemerintah adalah kelebihan pendapatan pemerintah dari pajak dan sumber lainnya setelah pendapatan tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin. (Sukirno, 1981 : 359) Pendapatan pemerintah di peroleh dari pemungutan pajak.

  Jenis pajak tersebut meliputi:

  a. Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan atas pendapatan yang diterima atau kekayaan yang di miliki. Pajak ini meliputi pajak pendapatan rumah tangga, pajak pendapatan perusahaan dan pajak kekayaan.

  b. Pajak tidak langsung merupakan pajak yang dikenakan kepada para pembeli yang menggunakan barang-barang dan jasa yang terdapat dalam masyarakat. Pajak ini meliputi pajak penjualan, pajak impor dan pajak ekspor.

  Untuk membiayai pengeluaran pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana yang digunakan untuk membiayai pengeluaran tersebut berasal dari masyarakat. Gilarso (1992:190) sumber-sumber pendapatan pemerintah terdiri dari : a. Pajak

  Pajak adalah sumbangan wajib, yang di pungut pemerintah yang sah tanpa adanya balas jasa yang secara langsung diterima oleh pembayar pajak. Salah satu sumber keuangan negara yang amat penting bagi Indonesia adalah pajak-pajak yang diperoleh dari produksi dan ekspor minyak bumi dan gas b. Penerimaan bukan pajak Penerimaan bukan pajak adalah penerimaan pemerintah dari sumber- sumber seperti: laba perusahaan Negara, bagi hasil dengan perusahan- perusahaan asing, retribusi, dan tarif jasa pelabuhan.

  c. Penciptaan uang Dulu pemerintah sendiri juga mencipta uang (uang negara), terutama uang kecil, sekarang hak seluruhnya di percayakan pada bank Indonesia.

  d. Bantuan luar negeri Bantuan dapat diterima baik dari pemerintah negara lain, maupun dari swasta dan lembaga-lembaga internasional (UNESCO, UNICEF, FAO, WHO) . Bantuan dalam bentuk sumbangan tidak perlu dibayar kembali, dan dipergunakan untuk membiayai program-program pembangun. Pajak merupakan sumber utama bagi pembiayaan keperluan negara dan pembangunan nasional seperti terlihat dalam APBN setiap tahun. Dengan demikian fingsi pajak adalah:

  a. Sebagai sumber utama penerimaan negara guna membiayai seluruh kegiatan penyelenggaraan pemeirntahan negara serta pembangunan nasional.

  b. Sebagai sarana untuk mengatur kegiatan perekonomian nasional

  c. Sebagai sarana untuk memajukan keadilan sosial dengan jalan pemerataan pendapatan masyarakat.

  Argumen-argumen yang mendukung dan yang menentang pinjaman luar negeri.

  a. Arguman yang mendukung Argumen yang mendukung penanaman modal asing sebagian besar dari analisis neoklasik treadisional yang memusatkan perhatiannya pada determinan pertumbuhan ekonomi. Menurut analisis ini penanaman modal asing merupakan sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut mengisi kekurangan tabungan yang dapat dihimpun dari dalam negeri, menambah cadangan devisa, memperbesar penerimaan pemerintah dan mengembangkan keahlian manejerial bagi perekonomian di negara penerimanya. Semua manfaat yang akan dibuahkan oleh investasi tersebut jelas sangat penting karena semuanya itu memang merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai target pembangunan.

  Dengan demikian hal pertama dan yang sering di sebut sebagai sumbangan positif penanaman modal asing terhadap pembangunan nasional di negara penerimanya (ini jika proses pembangunan diartikan sebagai angka pertumbuhan GDP yang merupakan asumsi konseptual penting secara implisit dalam argumen ini) adalah peranannya dalam mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara tingkat investasi yang ditargetkan dengan jumlah aktual tabungan domestik yang dapat di mobilisasi.

  Sumbangan positif kedua dari investasi asing hampir sama dengan yang pertama, terletak pada perananyan dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah devisa yang di butuhkan dan hasil aktual devisa dari ekspor di tambah dengan bantuan luar negeri netto itulah yang dinamakan kesenjangan devisa. Kesenjangan yang ketiga yang dikatakan dapat diisi oleh modal swasta asing adalah kesenjangan antara target penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat dikumpulkan. Dengan memungut pajak atas keuntungan perusahaan multinasional dan ikut serta secara finansial dalam kegiatan mereka di dalam negeri, pemerintah negera-negara berkembang berharap bahwa mereka pada akhirnya akan dapat memobilisasikan sumber-sember finansial dalam rangka membiayai proyek-proyek pembangunan secara lebih baik.

  Keempat dan yang terakhir adalah kesenjangan di bidang manejemen semangat kewiraswastaan, teknologi produksi, dan ketrampilan kerja dan yang menutut pemikiran neoklasik akan diisi sebagian maupun seluruhnya oleh perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di negara berkembang yang bersangkutan (Todaro, 1998 : 151-153).

  b. Argumen-argumen yang menentang hutang luar negeri 1) Walaupun perusahaan- perusahaan multinasional tersebut memang menyediakan sejumlah modal, namun dalam kenyataannya mereka bisa saja menurunkan tingkat tabungan maupun investasi domestik di negara tuan rumah sehubungan akan terciptanya aneka bentuk persaingan tidak sehat yang bersumber dari perjanjian-perjanjian produksi eksklusif antara pihak perusahaan multinasional dengan pihak pemerintah di negara tuan rumah, tidak terlaksananya reinvestasi atas keuntungan yang mereka dapatkan dalam perekonomian tuan rumah, terpacunya tingkat konsumsi domestik sehingga menurunkan minat masyarakat setempat untuk menabungkan, terhambat perkembangan perusahaan-perusahaan domestik yang sebenarnya bisa menjadi pemasok barang sejenis atau barang-barang setengah jadi, seandainya saja perusahaan- perusahaan multinasional tersebut tidak membuat sendiri atau mengimpor dari cabang-cabangnya di luar negeri, serta melonjaknya biaya bunga atas modal yang di pinjam tuan rumah.

  2) Walaupun dampak awal (berjangka pendek) dari penanaman modal perusahaan multinasional memang dapat memperbaiki posisi devisa negara yang menerima mereka, namun dalam jangka panjang dampaknya justru negatif yaitu dapat mengurangi penghasilan devisa tersebut baik dari sisi neraca transaksi berjalan maupun neraca modal. Neraca transaksi bisa memburuk karena adanya impor besar atas barang barang setengah jadi dan barang modal oeh perusahaan multinasional tersebut dan ini masih di perburuk adanya pengiriman kembali keuntungan hasil bunga, royaliti dan biaya-biaya manejeman kenegara asalnya. Jadi pihak negara tuan rumah tidak memperoleh bagian keuntungan yang wajar dan adil.

  3) Walaupun perusahaan multinasional memang bisa memberi kontribusi bagi penerimaan pemerintah dalam bentuk pajak namun dalam prakteknya nilai kontrubusi tersebut jauh lebih kecil daripada yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh adanya konsensi- konsensi pajak yang bersifat liberal, pemeberi fasilitas penanaman modal yang berlebihan, subsidi-subsidi terselubung, serta proteksi tarif yang di berikan pemerintah negara tuan rumah. 4) Ketrampilan dan pengalaman manejemen, semangat kewirausahaan, teknologi dan jaringan hubungan dagang luar negeri yang di berikan oleh perusahaan- perusahaan multinasional ternyata tidak banyak memberi manfaat nyata bagi pengembangan sumber daya dan ketrampilan kerja yang masih tergolong langka di negara tuan rumah (Todoro,1998: 153).

  B. Perkembangan Hutang Luar Negeri dari Masa ke Masa Beban hutang yang menumpuk dalam waktu yang relatif singkat adalah biaya yang harus dibayar sebagai akibat pengelolaan ekonomi.

  Keadaan ini ditandai dengan konsumsi yang lebih besar dari pada proyeksi serta impor barang dan jasa lebih besar dari pada ekspor barang dan jasa.

  Hingga bulan Maret 2000, total utang luar negeri Indonesia US$144,5 miliar yang terdiri dari utang sektor publik US$85,9 miliar di dalamnya termasuk pemerintah (US$75,2 miliar), bank pemerintah (US$4,7 miliar ) dan Badan Usaha Milik Negara (US$6 miliar). Utang sektor swasta sebesar US$58,5 miliar terdiri dari utang bank swasta sebesar US$5,5 miliar dan utang perusahaan swasta sebesar US$52,8 miliar. Beberapa hal penting dari total utang luar negeri Indonesia, pertama 60 persen total utang luar negeri sektor publik, yakni utang pemerintah 52 persen, bank pemerintah 3,24 persen dan BUMN 4,13 persen.

  Kedua, proporsi sektor swasta cukup besar terhadap total utang luar negeri sebesar 40,5 persen. Proporsi utang sebesar adalah dari perusahaan swasta penanaman modal asing 19,3 persen dan perusahaan swasta PMDN 10 persen. Utang swasta yang besar proporsinya ini karena optiminisme yang berlebihan akan proses investasi, selain karena banyak bidang usaha yang di geluti merupakan bidang usaha yang mengharapkan rente ekonomi bukan atas asosiensi produksi atau inovasi.

  Ketiga, utang pemerintah terbesar berasal dari utang multirateral (21,2 persen), utang bilateral (17,2) serta kredit ekspor (10,8 persen). Perjanjian- perjanjian hutang jenis ini banyak dipengaruhi pertimbangan politik di bandingkan pertimbangan rasionalitis ekonomi. Pemberian utang lembaga- lembaga multirateral atau utang bilateral pada masa awal pemerintahan orde Baru sebetulnya di dorong oleh suasana perang dingin. Melalui pemberian utang kepada rezim Orde baru, maka keterikatan rezim ini dengan Blok Barat menjadi nyata. Setelah perang dingin mereka pemberi utang lebih di dorong oleh kepentingan negara-negara pemberi utang untuk meningkatkan permintaan terhadap perekonomian domestiknya tanpa pertimbangan dengan baik kebutuhan negara penerima.

  Sedangkan total utang pemerintah yang terdiri dari utang luar negeri dan utang domestik berjumlah US$134 miliar. Jumlah sebesar ini terdiri dari utang luar negeri sebesar US$75,2 miliar dan sisanya adalah utang domestic US$58,8 milliar. Seperti terlihat pada gambar 2.1 sebelum krisis ekonomi, utang domestik pemerintah sangat rendah. Tetapi setelah krisis ekonomi utang domestik pemerintah membengkah karena pemerintah harus mengeluarkan obligasi untuk rekapilitasi perbankkan yang jumlahnya mencapai US$637 triliun (data oktober 1999).

  Tabel II.1 Utang/ GDP tahun 1994/ 1995-2000

   Sumber : Bank Indonesia 2000 Tabel II.2. Utang Pemerintah Menurut Sumber Domestik dan Broto 1994/1995-1999/2000

   Sumber : Bank Indonesia 2000

  Utang pemerintah yang dahsyat disebabkan oleh pengelolan yang diwarnai kepentingan kelompok. Ini ditandai adanya intervensi-intervensi politik yang selalu menyertai segala upaya penyelesaian program retrukturisasi perbankan dan perusahaan. Dengan demikiam utang bertambah besar karena penundaan dan inkonsistensi dalam upaya menjalankan program pemulihan ekonomi. Selalu terlambat program pemilihan, sikap seperti ini menambah biaya yang harus ditanggung perekonomian. Bank dunia memperkirakan bahwa setiap penundaan resturklisasi bank-bank negara menimbulkan beban kerugian minimum US$600 juta perbulan.

  Dilihat dari utang pemerintah terhadap pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang melonjak tajam dari 26 persen, pada tahun 1996, menjadi 93 persen. Peningkatan sebesar ini tidak pernah dialami satu Negara pun di dunia ini. C. Hutang Luar Negeri dalam Struktur APBN Indonesia Di Indonesia APBN harus didasarkan pada program pembangunan lima tahunan, yang sekarang di kenal dengan program pembangunan Nasional

  (Propenas). Sebelumnya disebut Repelita, dan Rencana pembangunan tahunan. Keduanya harus tunduk pada Garis-Garis Besar Haluan Negara.

  Propenas dan Repeta masyarakat persetujuan dari DPR, sedangkan GBHN dari MPR. Bisa saja pemerintah memiliki posisi tawar yang kuat terhadap DPR untuk menggolkan rancangan Anggaran menjadi APBN, asalkan yang sedang kuasa merupakan koalisi yang menghasilkan mayoritas di DPR. Tetapi Di Indonesia tidak menganut sistem parlementer. Di sinilah letak serba salahnya. Keadaan tidak menentu tersebut akan terus berlanjut seandainya akar permasalahan tidak mau disentuh yakni carut marut tata kenegaraan kita.konsekuensinya adalah ketidakjelasan atau bahkan lepas antara sosok APBN dengan aspirasi rakyat yang terpresentasikan pada berbagai partai yang ada di DPR. Jadi sosok APBN tidak mencerminkan optimalisasi keseimbangan dan berbagai kepentingan masyarakat yang berbeda-beda. Kenyataan demikian kita jumpai pada APBN kita sekarang (Basri, 2002 : 230- 231).

  Krisis fiskal akhirnya menerpa Indonesia ditahun 2001 yang diliputi ketidakpastian ini. Krisis fiskal tahun 2001 diawali dari kemungkinan tidak terpenuhinya beberapa target penerimaan dan penggeluaran negara karena asumsi-asumsi yang dipergunakan untuk menyusun anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) tahun 2001 nyaris seluruhnya melesat pada perkiraan. Akibatnya, perkiraan angka defisit anggaran Negara menjadi semakin membengkak, yang akan sukar sekali untuk membiayai dalam negeri perbankan dan non perbankan privatisasi dan penjualan aset restukturisasi perbankan serta pembiayaan luar negeri. Sementara itu pihak kreditor asing seperti, Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia dan beberapa donor bilateral masih belum menguncurkan pinjamannya karena berbagai hal yang mungkin amat berhubungan dengan faktor non ekonomi yang sering dipersoalkan seperti politik, keamanan, kepastian dan penegaan hukum.

  Perkembangan terakhir yang dapat dipantau adalah kesepakatan antara pemerintah dengan IMF untuk mempertahankan defisit anggaran dari sekitar 3,7 persen produk Domestik Broto (PDB) suata angka logis dalam rangka pemulihan ekonomi. Implikasinya, pemerintah “dipaksa” untuk mngambil beberapa langkah kebijakan dalam menanggulangi defisit anggaran tersebut, yang dapat meredam gejolak perekonomian pada jangka pendek, tetapi dapat menciptakan akumulasi persoalan yang lebih besar pada jangka panjang (Basri, 2002 : 232).

  Krisis fiskal sekarang, selain karena ketidaktercapaian pembiayaan defisit juga sangat erat kaitannya dengan beban-beban (baru) pengeluaran negara karena anjloknya nilai tukar rupiah. Ketidak lulusan hubungan antara pemerintah dan Bank Indonesia juga amat penting berpengaruh terhadap koordinasi hubungan kebijakan fiskal moneter yang tentu saja amat diperlukan sebagi modal utama untuk melakukan pemulihan ekonomi. Dampak dari krisis fiskal tahun 2001 adalah munculnya tanda-tanda kebangkrutan ekonomi, karena persoalan kebijakan fiskal tidak hanya berdemensi satu tahun anggaran saja, tetapi berdemensi spiral terhadap keselamatan anggaran tahun-tahun berikut (Basri, 2002 : 233).

  Tabel

  II.1 Perkembangan APBN Tahun 2002- 2006 (dalam triliun rupiah)

  ! ! !

" # # #

! " ! #$%

  & '! ( " % ) $ " '

  • !$ $ + " " % & "
  • !$ $ + " " , & " , $ % & & ! # !

    ' () ) *' + , - . , ., !., ., .,!! ., ., .

    / & ,/ 1 2 / 11. # ! , .

  & - . - . $ ,

& / - !$. - . - . - .

  /

& 0 1 $ $ '! / - . - . - . - . - . Keadilan ekonomi menjadi amat dominan ketika ritual seluruh rangkaian proses penganggaran, alokasi anggaran dalam pembahasan tingkat legislatif dan komitmen implementasi atau pelaksanaan anggaran tidak memberikan perubahaan besar bagi terciptanya suatu nuansa pertumbuhan ekonomi.

  Setidaknya APBN 2002 tidak menampilkan keseriusan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran untuk sektor-sektor vital dalam membangun suatu bangsa yang maju seperti pada sektor pendidikan, kesehatan, dan peningkatan kualitas hidup seluruh bangsa.

  2

  2

  2

  2

  2

  2 ,

  2

  2

  2

  2

  2

  3

  2

  2

  2

  2

  2 3 *!$ $ + " "

  2

  2

  2

  2

  2 % & & 4! !4 4# 4 !4

% & 3&)& , 4 . ,!4 . ,! 4 . , 4 . , 4#.

  & 4 !4 ! 4 4 4# ,

  2

  2

  2

  2

  2 , / - 2 . - 2 . - 2 . - 2 . - 2 .

  2 3 ( " %

  2

  Tabel II.2 APBN Th.2005-2006 (triliun rupiah)

  2

  3 - ' ' ! ! 4 ! 4

  4

  4

  4 ,

  2

  2

  2

  2

  2 ,

  2

  2

  2

  2 ,

  2

  2

  2

  2

  2

  2 "

  4

  4 4 #4# !4 , ! " !

  2

  2

  2

  2

  2 3 & '!

  2

  Tabel II.2 menampilkan besara-besaran total dan komponen penerimaan, pengeluaran Negara, dan skema pembiayaan untuk dapat menutup defisit anggaran tersebut. Total angka penerimaan Negara dengan asumsi sebesar Rp 625,2 Triliun, total pengeluaran Negara Rp 647,7 Triliun, Defisit anggaran Rp 22,5 Triluin. Beberapa komponen mengalami perubahaan terutama asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi juga mengalami perubahaan.

  D. Penelitian Terdahulu Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Lestari yang berjudul “Analisis APBN Mengenai Hutang

  Luar Negeri Indonesia Tahun Anggaran 1969/1970-1993/1994”. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui berapa besar APBN mengenai hutang luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun. Penulis menganggap penelitian yang dilakukan oleh Sri Lestari relevan dengan penelitian penulis lakukan, karena terdapat kesamaan Variabel yang akan diteliti dan mempunyai tujuan yang sama yaitu menganalisis hutang luar negeri.

  Abstrak dalam penelitian ini adalah pembangunan Nasional dalam upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi dan menuju masyarakat yang adil dan makmur materiil dan sperituil memerlukan dana yang cukup besar baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri yang berupa hibah, pinjaman dan penanaman modal asing.Bagi negara berkembang khususnya Indonesia sumber pinjaman atau hutang luar negeri memegang peranan yang sangat penting. Hutang luar negeri sebagian besar sebagai sumber pembiayaan, yang secara makro tercermin dalam anggaran pembangunan. Dewasa ini hutang luar negeri Indonesia mencapai 95 milyar dolar AS dengan perincian 58 milyar dolar AS hutang pemerintah dan 37 milyar dolar AS hutang swasta.

  Dari pembahasan diketahui bahwa pada era minyak sangat berpengaruh pada tabungan pemerintah, hutang luar negeri dan penerimaan dalam negeri banyak ditunjang oleh penerimaan minyak bumi dan gas alam. Pada paska minyak penerimaan dalam negeri menurun demikian pula tabungan pemerintah dan hutang luar negeri pemerintah Indonesia meningkat.

  Dari pengolahan data diketahui hubungan hutang luar negeri Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi menunjukkan interprestasi rendah karena r sebesar 0,329. Beban hutang luar negeri Indonesia yang diukur melalui:

  1. Rasio hutang luar negeri Indonesia masih dibawah batas bahaya yaitu dibawah 30%.

  2. Rasio bunga dan cicilan hutang terhadap:

  a. DSR, mengalami pasang surut pada waktu DSR pemerintah DSR rendah di bawah 20% setelah swasta ambil bagian mengalami penimgkatan bahkan pernah di atas batas bahaya sebesar 40.3%.

  b. PDB, menunjukkan semakin kecil prosentase semakin kecil pula beban yang ditanggung oleh pemerintah Indonesia. Semakin besar presentase menunjukkan semakin besar pula beban yang ditanggung.

  c. Pengeluaran total, menunjukkan berapa presen untuk membayar cicilan bunga dan hutang luar negeri. Semakin besar presentase semakin menunjukkan sebagian besar pengeluarn pemerintah untuk membayar bunga dan cicilan hutang luar negeri. Dari pembahasan juga dapat diketahui hubungan antara: 1) Tabungan (S) demgan hutang luar negeri Indonesia kuat karena r sebesar 0,714614 dan bersifat positif dan signifikan.

  2) Investasi dengan hutang luar negeri Indonesia kuat karena r sebesar 0,785906 dan bersifat positif dan signifikan.

  3) Pajak dengan hutang luar negeri kuat dan positif karena r sebesar 0,747370 serta signifikan.

  4) Pengeluarn pemerintah dengan hutang luar negeri Indonesia kuat dan positif serta signifikan.

  5) Expor netto dengan hutang luar negeri Indonesia sangat lemah dan tidak signifikan Dari pembahasan juga diketahui hubungan tabungan, investasi, pajak, pengeluaran pemerintah, ekspor netto sangat kuat karena R sebesar 0,9613 dan positif serta signifikan karena F hitung sebesar 43, 824 lebih besar dibanding dengan F tabel hannya sebesar 2,77.

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis yang digunakan adalah metode deskriptif, digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian di lakukan dan memeriksa sebab-sebab yang berkaitan dengan hutang luar negeri.

  B. Jenis Dan Sumber Data

  1. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah serangkaian pengukuran atau observasi yang dinyatakan dalam angka, merupakan data kasar karena langsung diperoleh dari hasil pengukuran dan masih berwujud catatan yang belum mengalami pengolahan yaitu data yang berbentuk angka-angka. Teknik pengumpulan data diperoleh dari dokumentasi yaitu sumber-sumber catatan dan arsip- arsip yang dimiliki dan literatur yang berkaitan dengan perkembangan hutang luar negeri. Data yang dicari adalah jumlah hutang luar negeri pemerintah dan swasta di Indonesia, serta cicilan pokok dan hutang pemerintah dan swasta.

  2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah diolah menjadi suatu informasi. Dalam penelitian ini data dapat diperoleh dari Bank Indonesia.

  C. Variabel Penelitian Variabel Dalam Penelitian ini adalah:

  1. Perkembangan hutang luar negeri swasta di Indonesia

  2. Perkembangan hutang luar negeri pemerintah di Indonesia

  3. Perkembangan pembayaran cicilan pokok dan bunga swasta di Indonesia

  4. Perkembangan pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang pemerintah di Indonesia

  5. Perkembangan posisi netto penerimaan hutang luar negeri (selisih hutang dan cicilan) D. Batasan Operasional

  Dalam penelitian ini ada batasan masalah yang digunakan yaitu

  1. Trend

  Trend adalah kecenderungan terhadap suatu gejala baik berupa

  peningkatan maupun penurunan. Dalam hal ini penulis memberikan batasan trend hutang luar negeri pemerintah, dan swasta serta pembayaran pokok serta cicilan bunga hutang dan posisi netto penerimaan hutang luar negeri.

  2. Hutang Luar Negeri Hutang luar negeri adalah pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, yang akan digunakan untuk pembangunan di negaranya dan akan disertai kewajiban-kewajiban sebagai negara debitur antarnegara kredit dan negara debitur.