Kebijakan luar negeri Indonesia terhadap konflik Palestina pasca Agresi Israel di Jalur Gaza (2008)

(1)

Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Konflik

Palestina Pasca Agresi Israel Di Jalur Gaza (2008)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh :

Muhammad Imam Noviar

108083000032

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Konflik Palestina Pasca Agresi Israel Di Jalur Gaza (2008)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

saya atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Juli 2015


(3)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan Ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa : Nama : Muhammad Imam Noviar NIM : 108083000032

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional Telah selesai penulisan skripsi dengan judul :

Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Konflik Palestina Pasca Agresi Israel Di Jalur Gaza (2008)

Telah memenuhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 2 Juli 2015

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Badrus Sholeh, MA


(4)

(5)

iv

ABSTRAKSI

Skripsi ini menganalisa tentang upaya Indonesia dalam memberikan bantuan-bantuan ke Palestina melalui berbagai respon dalam konflik Palestina-Israel yang terjadi di Gaza pada tahun 2008. Agresi Israel di jalur Gaza merupakan agresi yang terjadi selama 22 hari lamanya pada waktu itu, agresi tersebut merupakan bentuk dari serangkaian konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel. Selain itu, Israel juga menginginkan penguasaan sumber daya alam yang ada di Gaza berupa minyak mentah. Agresi tersebut mendapat kecaman dalam dunia Internasional, salah satunya Indonesia. Untuk mencapai kepentingan nasionalnya, indonesia memberikan kebijakan luar negerinya berupa respon sosial dan kemanusiaan pasca agresi Israel di jalur Gaza. Indonesia mengirimkan beberapa relawan untuk membantu korban agresi israel dengan mengirimkan tim medis. Selain tim medis, obat obatan juga diberikan Indonesia untuk para korban agresi Israel dalam jumlah yang banyak, Indonesia juga mendirikan sebuah rumah sakit Indonesia di Gaza. Dalam kerangka kerja sama regional, Indonesia menginisiasi New Asian African Strategic Partnership (NAASP) for Palestinian Development. Inisiatif kerja sama ini lebih terfokus untuk membantu Palestina melalui program-program peningkatan kapasitas pembangunan, yang bertujuan untuk melatih warga Palestina dalam meningkatkan kapasitasnya dalam bidang keuangan mikro, pertanian, infrastruktur, kearsipan, project cycle, keramik, diplomatik, keprotokolan, kepemerintahan, dan usaha kecil dan menengah. Selain itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui Direktorat Kerja Sama Teknik bekerjasama dengan berbagai kementerian, lembaga dan institusi, telah melaksanakan berbagai program kapasitas pembangunan untuk membantu peningkatan SDM Palestina seperti pelatihan microfinance, pelatihan teknologi informasi di bidang UKM, dan good governance agar pembangunan sumber daya di palestina dapat tumbuh kembali.

Keyword: Indonesia Foreign Policy, NAASP, Dewan Keamanan PBB, GNB, PLO, Red Cross, Mer-C.


(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Palestina Pasca Agresi Israel Di Jalur Gaza”.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini juga dikerjakan dengan tekun dan penuh keseriusan, dan dibantu pula oleh dosen pembimbing untuk mengkoreksi skripsi ini. Untuk itu penulis berterima kasih kepada berbagai pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada :

1. Yang tercinta orang tua penulis, Ayahanda Mawardi dan Ibunda Fatmawati, yang selalu mendoakan dan mendukung kerja keras penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas dukungan dan doa kalian sehinga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bpk. M. Adian Firnas, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yang telah memberikan arahan, saran, dan ilmunya yang sangat membantu hingga penulisan skripsi ini selesai dengan baik.

3. Ketua Jurusan Program Studi ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bapak Badrus Sholeh, MA, Dosen Pembimbing Akademik Penulis, Bpk Agus Nilmada, M. Si, dan semua dosen


(7)

vi

pengajar studi ilmu Hubungan Internasional yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat.

4. Teman-teman seperjuangan penulis: Fachri Tri Utama, Ari Suprianto, Vicky Fabiansyah, Ananda Afnan Raihan, Aditya Pradipta, Rizki Mauliadi, Bintang Agassi, Roy Arisman, Wahyu Tri Nugroho, Sahabat seperjuangan HI Kingdom dan HI angkatan 2008, KMPLHK Ranita, Metri Apriyana, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas persahabatan ini dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

Terimakasih banyak, semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan yang ada. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia akademis sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang studi Ilmu Hubungan Internasional.

Jakarta, 2 Juli 2015


(8)

vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME…………... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI... iii

ABSTRAKSI... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D. Tinjauan Pustaka... 6

E. Landasan Teori... 7

F. Hipotesa... 13

G. Metode Penelitian... 14

H. Sistematika Penulisan... 14

BAB II GAMBARAN UMUM HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-PALESTINA………..………. 17

A. Sejarah Singkat... 17

1. Sejarah Politik Luar Negeri Indonesia-Palestina……... 18

2. Sejarah Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia-Palestina... 20

B. Dinamika Kerjasama Indonesia-Palestina Sebelum Tahun 2008... 22

1. Periode Soekarno……….... 22

2. Periode Soeharto... 25

3. Periode B.J Habibie... 29

4. Periode Abdurrahman Wahid... 30

5. Periode Megawati... 33

BAB III KONFLIK PALESTINA-ISRAEL DI JALUR GAZA... 35

A. Sejarah Singkat Palestina dan Israel... 35

1. Palestina... 35

2. Israel... 37

B. Latar Belakang Agresi Israel di Gaza (2008)... 43


(9)

viii

BAB IV RESPON INDONESIA TERHADAP PALESTINA PASCA

AGRESI ISRAEL KE JALUR GAZA (2008)... 50

A. Respon Indonesia Sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan

Keamanan PBB dan GNB... 50 B. Respon Sosial dan Kemanusiaan Indonesia Untuk

Palestina……… 57


(10)

ix

DAFTAR SINGKATAN

AAPSO : Afro-Asian People Solidarity Organization. AIPAC : American Israel Public affairs Committe.

CEAPAD : Conference on Cooperation among East Asian Countries for Palestinian Development.

Dit.KST : Direktorat Kerja Sama Tehnik. DK PBB : Dewan Keamanan PBB.

GANEFO : Game of the New Emerging Force. GNB : Gerakan Non Blok.

HAM : Hak Asasi Manusia.

HAMAS : Harokat al-Muqawamah al-Islamiyyah. IMF : International Monetary Fund.

IOC : International Olympic Committe. IPU : Inter Parliamentary Union. JIM : Jakarta Informal Meeting. KAA : Konferensi Asia Afrika.

KISPA : Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina. LBB : Liga Bangsa Bangsa.

MER-C : Medical Emergency Rescue Committe. MU PBB : Majelis Umum PBB.

NAASP : New Asian African Strategic Partnership. OISRAA : Organisasi Setia kawanan Rakyat Asia Afrika.

OKI : Organisasi Konferensi Islam / Organisasi Kerja sama Islam. PBB : Perserikatan Bangsa Bangsa.

PD : Perang Dunia.


(11)

x PMI : Palang Merah Indonesia. RSI : Rumah Sakit Indonesia. SBY : Susilo Bambang Yudhoyono. TNI : Tentara Republik Indonesia. UKM : Unit Kegiatan Masyarakat.

UNEF : United Nations Emergency Force. UUD : Undang Undang Dasar.


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak lahirnya negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia berpegang teguh pada prinsip sistem politik luar negeri yang bebas dan aktif dalam melakukan interaksi atau hubungan dengan negara-negara lain. Politik bebas dan aktif yaitu politik luar negeri yang dianut Indonesia dengan tidak bergabung atau terpengaruh dengan alasan politik dan mengecam, akan tetapi aktif mewujudkan perdamaian dunia, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam prakteknya, salah satu bentuk hubungan Indonesia dengan negara lain adalah hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah1, seperti hubungan bilateral Indonesia dengan Mesir yang pada tahun 1947 terkait kesepakatan pembuatan perjanjian persahabatan diantara kedua negara tersebut. Hingga hubungan bilateral Indonesia dengan Palestina yang sampai saat ini masih marak untuk diperbincangkan.

Palestina adalah bangsa yang sampai saat ini berusaha untuk mendapatkan kedaulatan diranah dunia Internasional. Konflik politik yang terjadi telah menjadikan Palestina hingga saat ini belum dapat mewujudkan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Ditambah dengan adanya konflik internal antara Hamas dan fatah menyebabkan wilayah Palestina terpecah menjadi dua wilayah

1


(13)

2

kekuasaan, yaitu wilayah Tepi Barat (West Bank) yang dikuasa oleh partai Fatah dan wilayah Jalur Gaza (Gaza Strip) yang dikuasai oleh partai Hamas2.

Konflik Palestina-Israel kembali terjadi di Jalur Gaza, konflik antara Hamas dengan Israel pada tanggal 27 desember 2008. Ini merupakan titik puncak dari gencatan senjata yang telah terjadi selama 6 bulan sebelumnya, setelah Israel memutus suplay gas dan listrik bagi warga Palestina dijalur Gaza. Dalam agresi kali ini, Israel melakukan agresinya berupa serangan udara atau Operation Cast Lead3 sebagai balasan dari serangan roket Hamas. Dari agresi yang berlangsung selama 22 hari (gencatan sepihak oleh Israel pada 17 Januari 2009 yang menandai akhir konflik) lebih dari 6.000 warga Palestina menjadi korban4.

Indonesia yang berprinsip bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan menentang setiap penjajahan, salah satunya negara Israel. Selain itu, Indonesia yang merupakan negara dunia ketiga berpenduduk mayoritas muslim memiliki kesamaan pandangan dalam agama dengan Palestina yaitu islam, dan menjaga tempat yang dianggap suci dan bersejarah yaitu Masjidil Aqsa5. Hubungan yang cukup baik antara Indonesia dengan Palestina mendorong Indonesia untuk melakukan langkah inisiatif guna

2

www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/we.html

3

Operation Cast Lead disebut juga dengan perang gaza. Konflik bersenjata yang terjadi di Palestina, tepatnya di jalur Gaza. Secondary source, book Studies on the Israeli Aggression on Gaza Strip: Cast Lead Operation / Al-Furqan Battle by Abdul-Hameed al-Kayyali Published in: 2009, www.alzaytouna.net/en/publications/books/151173-studies-on-the-israeli-aggression-on-gaza-strip-cast-lead-operation-al-furqan-battle.

4

Habiebiecenter.or.id/news/Di.Balik.Agresi.Israel.ke.Gaza.

5

Masjidil Aqsa adalah salah satu tempat suci agama Islam yang menjadi bagian dari

kompleks bangunan suci di Kota Lama Yerusalem. Dikenal oleh umatIslam dengan sebutan

Al-Haram Asy-Syarif atau "tanah suci yang mulia". Tempat ini, oleh umat Yahudi dan Kristen dikenal

pula dengan sebutan Bait Suci, suatu tempat paling suci dalam agama Yahudi. Barton, George


(14)

3

berperan dalam membantu penanganan korban agresi dan proses pencapaian perdamaian antara Palestina dengan Israel.

Berbagai upaya telah dilakukan, seperti pengiriman bantuan obat-obatan dan tim dokter Indonesia untuk merawat korban agresi Israel, hingga upaya diplomasi Indonesia di Organisasi Internasional PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk membantu dan membela warga Palestina seperti dengan mendesak PBB agar membuat suatu pernyataan yang mengecam agresi Israel dan membuat resolusi terkait agresi Israel tersebut.

Berdasarkan sejarah, hubungan bilateral antara Indonesia dengan Palestina sudah lama terjalin, yaitu sejak masa peralihan Indonesia menuju kemerdekaan hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia. Palestina merupakan bangsa pertama di kawasan Timur-Tengah yang menyiarkan kemerdekaan Indonesia di Radio Internasional melalui Mufti Palestina yang bernama Amin AlHusaini. Berkat jasa dari Amin inilah, kemerdekaan Indonesia mendapatkan gemanya pada masyarakat Internasional.

Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Palestina semakin baik setelah didirikannya sebuah kantor Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia pada 13 September 1993. Dalam agresi Israel ke Jalur Gaza pada tanggal 27 Desember 2008, Indonesia dapat lebih berperan secara aktif lagi untuk membantu penyelesaian konflik di Jalur Gaza, akan tetapi peran Amerika dalam agresi tersebut menjadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pemerintah presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).


(15)

4

Hal ini dikarenakan dengan kuatnya lobi Yahudi melalui salah satu Organisasi lobi Yahudi yang bernama AIPAC6 (American Israel Public Affairs Committe). Hal tersebut telah disampaikan pada masa kampanya calon Presiden Amerika pada tanggal 4 Juni 2008, Barrack Obama mengatakan bahwa:

mereka yang mengancam Israel berarti mengancam kita. Israel selalu saja menghadapi ancaman ini pertama kali, dan saya akan membawa komitmen keamanan Israel ke Gedung Putih. Awalnya adalah memastikan kualitas militer Israel. Saya akan memastikan Israel dapat mempertahankan diri dari ancaman yang datang dari Gaza hingga Teheran. Kerjasama pertahanan antara Israel dan Amerika adalah modal kesuksesan dan harus diperdalam.Sebagai Presiden, saya akan menyediakan US $30 Miliar untuk mengawal Israel pada dekade berikutnya, penanaman modal bagi keamanan Israel tidak terikat oleh bangsa lain.”

Pernyataan tersebut perlu dipertimbangkan karena pada kenyataannya, Indonesia mempunyai keterikatan hubungan dengan Amerika, seperti keterikatan ekonomi berupa peminjaman modal melalui IMF guna penanganan krisis di Tanah Air yang lambat laun sekarang merupakan bentuk ketergantungan Indonesia terhadap Amerika.

Agresi Israel ke Jalur Gaza juga menyebabkan berbagai reaksi di Tanah Air, seperti aksi yang dilakukan oleh massa Hizbut Tahrir di Jakarta yang menuntut agar pemerintahan SBY tidak hanya mengecam tindakan agresi Israel yang sangat brutal, tetapi membantu warga Palestina di Jalur Gaza dengan mengirimkan pasukan-pasukan TNI sebagai pasukan perdamaian di Gaza. Selain

6

Sebuah kelompok lobi di Amerika Serikat yang bertujuan melobi Kongres Amerika

Serikat dan badan eksekutif pemerintahan dengan tujuan menghasilkan kebijakan yang

meningkatkan hubungan dekat antara Amerika Serikat dan Israel. AIPAC dibentuk pada masa

pemerintahan Eisenhower, dan sejak saat itu membantu meningkatkan bantuan dan dukungan

Amerika Serikat kepada Israel. AIPAC telah sering disebut-sebut dalam berbagai survei sebagai

salah satu kelompok lobi paling berpengaruh dalam politik Amerika Serikat.


(16)

5

itu, di Bandung, aksi aktivis Islam juga menuntut agar pemerintahan SBY segera memutus hubungan diplomatik dengan Amerika jika Presiden Obama masih berstandar ganda dalam menangani konflik Palestina Israel.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya tekanan dari dalam negeri agar pemerintah segera bersikap dan mengambil kebijakan terkait agresi Israel, serta pentingnya menjaga hubungan pemerintahan Indonesia dengan Amerika adalah dua hal yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan pemerintah. Disatu sisi pemerintah harus merealisasikan tuntutan masyarakat agar stabilitas nasional tetap terjaga dan citra pemerintah tidak dinilai lamban dalam penanganan suatu masalah, di sisi lain pemerintah harus mengambil kebijakan yang tidak bertentangan dengan Amerika, sehingga tidak mempengaruhi hubungan bilateral Indonesia dengan Amerika7.

B. Rumusan Masalah

Dari Latar Belakang Masalah di atas maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah yaitu, “Bagaimana respon Indonesia terhadap konflik Palestina pasca agresi Israel ke Jalur Gaza pada Tahun 2008?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan luar negeri Indonesia dalam membantu Palestina pasca agresi Israel pada tahun 2008. Manfaat penulisan ini adalah untuk menambah wawasan tentang isu Timur tengah khususnya di Palestina, terutama yang terkait adalah kebijakan luar Indonesia

7


(17)

6

terhadap Palestina. Secara akademis, manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini adalah membantu program studi Hubungan Internasional, khususnya di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memberikan informasi dan data yang terkait dengan kerja sama atau kebijakan luar negeri Indonesia dalam isu Palestina-Israel.

D. Tinjauan pustaka

Dalam sebuah thesis (Reaksi Masyarakat Muslim Indonesia terhadap Agresi Militer Israel ke Gaza, Studi kasus MUI dan DPP PKS) yang membahas tentang serangan Israel ke jalur Gaza pada tahun 20088, menjelaskan beberapa faktor kedekatan Palestina dan Indonesia, tetapi dalam thesis tersebut tidak menyebutkan peran politik luar negeri Indonesi, thesis tersebut lebih terfokus membahas tentang bagaimana reaksi masyarakat muslim di Indonesia dalam agresi Israel pada tahun 2008.

Dalam sebuah skripsi yang di tulis oleh Narendra Wisnu Karisma, mahasiswa Fakultas FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret9 membahas beberapa dokumentasi gambar ketika agresi Israel pada tahun 2008, bagaimana pesan-pesan yang terdapat dalam foto-foto obyek, makna, dan penilaian mengenai analisis simiotik jurnalistik dalam dokumentasi tersebut.

Dari beberapa tulisan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan beberapa tulisan tersebut. Hal ini karena penelitian ini memfokuskan pada kebijakan luar negeri yang diambil oleh Indonesia dalam

8

http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t10494.pdf.

9


(18)

7

agresi Israel ke jalur Gaza. Selain itu penelitian hanya membatasi sejak 2008 sampai dengan 2009, karena ketegangan antara kedua negara semakin meningkat dan juga pemberitaan media massa terhadap isu Palestina-Israel juga meningkat.

E. Landasan Teori

Dalam studi ilmu-ilmu sosial terutama ilmu hubungan internasional, teori menjadi sebuah alat analisa utama yang memberitahu kita mengapa sesuatu terjadi dan kapan sesuatu bisa terjadi. Teori juga dapat didefinisikan sebagai suatu pandangan atau persepsi tentang apa yang terjadi, sehingga berteori dapat diartikan pekerjaan yang menjelaskan atau mendeskripsikan apa yang terjadi dan mungkin juga meramalkan kemungkinan berulangnya kejadian itu di masa depan10.

Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas, maka penulis akan menggunakan teori sebagai berikut :

1. Kebijakan Luar Negeri

Menurut Jack C. Plano, politik luar negeri diartikan sebagai:

”A strategy or plan course of action developed by decision makers of a state vis a visother state or international entities, aimed at achieving specific goals defined in termsof national interest11

.”

Lebih spesifik lagi, politik luar negeri diartikan sebagai iringan kebijaksanaan disertai rentetan tindakan yang rumit tetapi dinamis, yang ditempuh

10 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi, LP3ES,

Jakarta, 1990, Hal.185.

11

Jack C. Plano and Roy Olto, The International Relation Dictionary, Halt Richart and Winstone Inc, USA 196.


(19)

8

oleh suatu negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain atau kegiatannya dalam Organisasi-organisasi Internasional maupun Regional12.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, politik luar negeri bertujuan untuk memenuhi kepentingan nasional. Kepentingan nasional dapat menggambarkan aspirasi suatu negara secara operasional. Dalam aplikasinya berupa tindakan atau kebijaksanaan yang aktual dan rencana-rencana yang dituju oleh suatu negara. Selain itu, politik luar negeri juga mengandung tindakan yang merupakan bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk mendukung atau mengubah perilaku negara lain. Hal ini merupakan tanda dimulainya proses politik internasional.

Dalam kaitannya dengan Agresi Israel ke Jalur Gaza pada tanggal 27 Desember 2008, Indonesia melalui pemerintah mengecam dan mengutuk tindakan genosida yang dilakukan oleh Israel. Sedangkan dari agresi tersebut, kepentingan Indonesia lewat politik luar negeri yang bersifat bebas dan aktif adalah secara konsisten membela dan mendukung perjuangan warga Palestina demi terwujudnya perdamaian di tanah Palestina dan berdirinya negara Palestina yang berdaulat.

Oleh sebab itulah, segala daya dan upaya dilakukan pemerintahan Indonesia untuk mencapai kepentingan tersebut, baik melalui usaha-usaha diplomasi pada Organisasi Internasional seperti PBB sampai dukungan dalam bentuk bantuan kemanusiaan.

12

Supri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1989.


(20)

9 2. National Interest

National Interest atau kepentingan nasional merupakan istilah esensial yang wajib dan perlu dikaji dalam fenomena-fenomena hubungan internasional oleh kalangan studi hubungan internasional. Kepentingan nasional digunakan untuk menggambarkan dan mendukung kebijakan-kebijakan tertentu13. Kepentingan nasional juga sering disebut sebagai konsepsi umum yang merupakan unsur vital bagi negara karena tujuan mendasar serta faktor yang paling yang menentukan bagi para pembuat keputusan atau kebijakan dalam merumuskan politik luar negeri adalah inti dari kepentingan nasional.

Kepentingan nasional juga dapat diartikan sebagai kepentingan negara untuk melindungi territorial dan kedaulatan negaranya. Jika menggunakan pendekatan realisme akan kepentingan nasional dapat diartikan sebagai kepentingan negara sebagai unitary aktor yang menekankan pada peningkatan

national power (kekuasaan nasional) untuk mempertahankan keamanan nasional dan survival dari negara tersebut14.

National interest merupakan dasar dalam pembentukan kebijakan luar negeri. Konsep National interest digunakan sebagai dasar guna menjelaskan perilaku negara dalam politik internasionalnya15. Pemerintah memproyeksikan kepentingan nasionalnya melalui kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri

13 Griffiths, M. & O’Callagan,T. 2002.International Relations: The key Concept.

Rouledge, hal. 203.

14

Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu: Yogyakarta, hal. 67-68.

15


(21)

10

berisi cara tertentu untuk membantu negara-negara mencapai kepentingan nasionalnya.

Sebagai contoh kebijakan Indonesia dalam mendukung Palestina. Untuk pertama kalinya Indonesia ikut ambil bagian dalam misi Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB (UNEF) untuk Timur Tengah dengan mengirimkan Pasukan Garuda 1. Partisipasi dalam UNEF merupakan sumbangan bangsa Indonesia sebagai solidaritas dengan negara-negara Timur Tengah. Sebaliknya, Timur Tengah juga memberikan dukungan besar mereka kepada perjuangan Indonesia untuk merebut kembali Irian Barat16.

3. Diplomasi

Menurut S.L. Roy:

“Diplomasi adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara melalui negosiasi dengan cara-cara damai apabila mungkin dalam hubungan dengan negara lain, jika cara damai gagal, cara ancaman untuk kekuatan nyata diperbolehkan17.”

Secara definisi, dalam kamus The Oxford English Dictionary, Diplomasi diartikan Sebagai manajemen hubungan internasional melalui negosiasi yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh duta besar dan para wakil bisnis atau seni para diplomat18.

16

Abdulgani, Ruslan, Hubungan Internasional dengan Mesir dan Timur Tengah Sepanjang Sejarah, Jakarta, 1974, hal. 40.

17

Diplomacy, 1984.

18


(22)

11

Menurut KM Panikkar dalam bukunya yang berjudul The Principle and

Practice of Diplomacy menyatakan:

“Diplomasi, dalam hubungannya dengan politik internasional, adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain19.”

Adapun diantara tipe Diplomasi yang dapat diterapkan Indonesia terkait konflik yang terjadi di Jalur Gaza adalah Diplomasi Konperensi20.

Diplomasi Konprensi pertama kali muncul pada awal abad dua puluh, Yaitu pada perang dunia pertama. Pada awalnya, tujuan awal kemunculan Diplomasi Konperensi ini adalah pembentukan sebuah Konfrensi untuk membicarakan masalah-masalah mendesak tentang strategi dan politik demi keberhasilan perang, seperti membicarakan tentang pelaksanaan perang gabungan, pembelian material perang dan sebagainya.

Sejalan dengan waktu, diplomasi konferensi berkembang menjadi lembaga-lembaga yang lebih dari sekedar mekanisme koordinasi masa perang. Pasca PD I, Diplomasi Konferensi ini berwujud LBB (yang sekarang berubah menjadi PBB), dimana parawakilan negara-negara membicarakan kepentingan yang saling menguntungkan atau bahkan saling bertentangan, dan berusaha

19

Ibid.

20

Diplomasi konferensi, dimana dalam pola ini lebih menekankan komunikasi secara lisan atau dengan face-to-face. Isu yang dibahas dalam pola diplomasi ini juga memiliki cakupan dan birokrasi yang lebih luas sehingga negara-negara tidak hanya terpaku pada satu masalah saja dan juga penyelesaian masalahnya lebih bervariasi. Dalam sebuah konferensi, hanya memfokuskan pada satu isu spesifik saja sehingga pada pola ini, fokus para peserta konferensi tidak teralihkan ke dalam kasus-kasus lainnya serta pemberian waktu dalam pencapaian penyelesaian masalah agar konferensi tidak berlangsung dalam waktu yang lama. Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(23)

12

memecahkan melalui perundingan. Sebagaimana Sir Thomas Hovet Jr mengatakan:

“yang mendasar bagi jenis diplomasi ini adalah keyakinan akan pentingnya pendapat umum dunia, dengan memfokuskan pendapat umum suatu keadaan, diperkirakan perhatian umum itu akan mampu mendinginkan situasi dan mencegah rentetan peristiwa yang bisa mengarah kepada konflik21.”

Lewat jalan diplomasi, Indonesia berupaya untuk membantu dan mewujudkan perdamaian di Jalur Gaza. Hal ini terbukti dari keikut sertaan Indonesia dalam Annapolis Conference22, sebuah konfrensi yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel, pada akhir Desember 2008 lalu. Indonesia juga diundang pada Konferensi Paris guna memberikan dukungan ekonomi bagi Palestina. Dan atas inisiatif sendiri, Indonesia mengadakan Asian-African Conference on Capacity Building for Palestine23. Tidak hanya itu, ketika Resolusi Dewan Keamanan PBB No 1860 mengenai Situasi di Jalur Gaza telah ditetapkan, Indonesia sepenuhnya mendukung Resolusi tersebut, yang disinyalir sebagai jalan utama untuk mendatangkan perdamaian di Jalur Gaza.

Salah satu diplomasi yang dilakukan Indonesia adalah keikut sertaan Indonesia dalam forum Konferensi Rekonstruksi Gaza yang digelar di Sharm

21

Ibid.

22

Konferensi perdamaian Timur Tengah yang diselenggarakan pada tanggal 27 November 2007, di Amerika, Annapolis, Maryland, Amerika Serikat. Konferensi ini bertujuan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Palestina-Israel. Konferensi ini berakhir dengan dikeluarkannya pernyataan bersama dari semua pihak. Setelah Konferensi Annapolis, negosiasi dilanjutkan. U.S state Department, 20 November 2007, Announcement of Annapoli Conference at the way back machine, (archived November 22,2007), web.archive.org/web/20071122125447.

23

Disebut juga dengan NAASP, yaitu hasil dari KTT Asia-Afrika di Jakarta. Berkomitmen dalam menjalin kemitraan strategis baru antara Asia dan Afrika, berdiri pada tiga pilar, yaitu solidaritas politik, kerja sama ekonomi, dan hubungan sosial budaya, di mana pemerintah, regional atau organisasi sub-regional, serta orang-orang dari negara-negara Asia dan Afrika berinteraksi.


(24)

13

Sheikh Mesir pada tanggal 2-3 Maret 2009. Dalam Konferensi tersebut membahas tentang rencana rekonstruksi di gaza diantaranya berupa pembersihan Gaza dari puing puing bangunan, mengidentifikasi dan menjinakkan bom yang tidak meledak, pembangunan kembali sanitasi air bersih dan mendesak Israel untuk membuka semua blokade terhadap Gaza tanpa syarat.

F. Hipotesa

Dari pembahasan diatas dapat ditarik hipotesa bahwa kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Palestina pasca agresi Israel ke Jalur gaza pada 27 Desember 2008 adalah lebih memilih langkah diplomasi yaitu dengan meningkatkan hubungan yang bersifat sosial dan kemanusiaan.

Hubungan yang bersifat sosial dan kemanusiaan antara Indonesia dengan Palestina itu terwujud dari sikap Indonesia melakukan seruan moral dan mengecam agresi yang dilakukan oleh Israel, mengirimkan bantuan dalam bentuk obat-obatan, alat-alat medis, sarana dan prasarana medis, serta kendaraan medis.

Disamping dua hal tersebut, Indonesia juga mengirimkan para diplomatnya di berbagai konfrensi internasional untuk ikut andil dalam penyelesaian dan perdamaian di Palestina, diantaranya keikut sertaan Indonesia dalam perumusan resolusi DK PBB terkait situasi di Jalur Gaza, keikut sertaan Indonesia dalam sidang IPU yang diselenggarakan di jenewa serta keikut sertaan Indonesia dalam konfrensi rekonstruksi Gaza yang diselenggarakan di Mesir pada tanggal 2 maret 2009.


(25)

14

G. Metode Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis memutuskan untuk menggunakan metodologi penelitian kualitatif, yang mana metode penelitian tersebut menggunakan cara mencari atau pengumpulan data dari berbagai literatur seperti buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal ilmiah, majalah-majalah, media cetak, media elektronik, dan literatur lainnya yang memiliki fungsi dan keterbatasan24 sehingga penulis dapat menganalisis dan membahas mengenai kebijakan Indonesia dalam merespon palestina pasca agresi Israel di jalur Gaza pada tahun 2008.

H. Sitematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Tinjauan Pustaka

E. Landasan Teori

1. Kebijakan Luar Negeri 2. National Interest 3. Diplomasi F. Hipotesa

G. Metode Penelitian

24

John W. Creswell, Research Design : Qulitative, Quantitative and mixed methods approaches. Sage publication, 2002.


(26)

15

BAB II GAMBARAN UMUM HUBUNGAN BILATERAL

INDONESIA-PALESTINA

A. Sejarah Singkat

1. Sejarah Politik Luar Negeri Indonesia-Palestina 2. Sejarah Kebijakan Luar Negeri Indonesia-Palestina

B. Dinamika Kerjasama Indonesia-Palestina Sebelum Tahun 2008 1. Periode Soekarno

2. Periode Soeharto 3. Periode B.J Habibi

4. Periode Abdurrahman Wahid 5. Periode Megawati

BAB III KONFLIK PALESTINA-ISRAEL DI JALUR GAZA

A. Sejarah Singkat Palestina dan Israel 1. Palestina

2. Israel

B. Latar Belakang Agresi Israel Di Gaza (2008) C. Dinamika Agresi Israel


(27)

16

BAB IV RESPON INDONESIA TERHADAP PALESTINA PASCA AGRESI ISRAEL KE JALUR GAZA (2008)

A. Respon Indonesia Sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB dan GNB

B. Respon Sosial dan Kemanusian Indonesia Untuk Palestina


(28)

17

BAB II

GAMBARAN UMUM HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-PALESTINA

A. Sejarah Singkat

Negara adalah aktor yang rasional1, sebagai aktor yang rasional maka sebuah negara yang berdaulat tentu saja menginginkan adanya hubungan dengan negara lain yang diharapkan memberi keuntungan kepada negaranya. Artinya, politik luar negeri suatu negara ingin mencapai kepentingan nasional atau national

interest yang mengharuskan mereka untuk memanfaatkan segala sumber daya dalam negeri untuk mencapai tujuan nasional yang berasal dan berada di pihak eksternal.

Berdasarkan UUD 1945, telah ditetapkan bahwa politik luar negeri yang dianut Indonesia adalah politik luar negeri bebas aktif. Bebas berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau politik negara asing atau blok-blok negara tertentu. Sedangkan aktif artinya dengan sumbangan nyata giat mengembangkan kebebasan, persahabatan, dan kerjasama internasional dengan menghormati kedaulatan negara-negara lain.

Selain politik luar negeri ada pula kebijakan luar negeri. Perbedaanya adalah jika politik luar negeri lebih menekankan pada aksi atau tindakan atau kebijakan suatu negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam rangka

1


(29)

18

memperjuangkan atau mempertahankan kepentingan nasionalnya. Sedangkan kebijakan luar negeri merupakan implementasi dari sebuah corak politik luar negeri suatu negara tertentu. Perbedaanya keduanya sangat jelas, politik luar negeri cenderung teoretikal berlawanan dengan kebijakan luar negeri yang cenderung praktikal2.

Indonesia sebagai negara yang berdaulat memiliki kerjasama dengan negara-negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Adanya kerjasama tersebut bisa terjadi karena disetiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda-beda, dan setiap negara membutuhkan bantuan satu sama lain. Begitu pun dengan Palestina yang sudah sejak lama menjalin hubungan bilateral dengan Indonesi, hal ini disebutkan juga karena antara Indonesia dan Palestina mayoritas penduduknya menganut muslim dan memiliki persamaan nasib yaitu dijajah oleh bangsa lain. Hal inilah yang membuat kedua negara tersebut melakukan hubungan bilateral.

1. Sejarah Politik Luar Negeri Indonesia-Palestina

Sejak proklamasi Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif. Bebas artinya Indonesia tidak memihak kepada salah satu blok dan menempuh cara sendiri dalam menangani masalah-masalah internasional. Sedangkan aktif artinya Indonesia berusaha sekuat tenaga untuk ikut memelihara perdamaian dunia dan berpartisipasi meredakan ketegangan internasional. Politik ini dipilih dalam rangka menjamin kerjasama dan hubungan baik dengan bangsa lain di dunia.

2

Yanyan Mochamad Yani, Politik Luar Negeri http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf, diakses 30 nov 2014. www.academia.edu.


(30)

19

Politik yang dicetuskan Mohammad Hatta ini mulai dilakukan dari awal berdirinya Indonesia hingga saat ini meskipun dalam pelaksanannya tidak sesuai karena adanya pengaruh dengan perubahan politik di dunia.

Indonesia secara de facto diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan perjuangan dan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Palestina merupakan salah satu negara yang membantu Indonesia demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajahan imperium Belanda, Portugis dan Jepang. Dari sanalah Indonesia berterima kasih kepada negara-negara Timur Tengah khususnya Palestina untuk mengakui Indonesia sebagai negara yang berdaulat.

Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini3 seorang mufti besar Palestina, secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia pada tanggal 6 September 1944 melalui radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan “ucapan selamat”. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut disebarluaskan, bahkan harian Al-Ahram4 yang terkenal juga menyiarkan.

Sejak Palestina mengakui kedaulatan Indonesia, diitulah mulai terjalinnya hubungan bilateral antara Indonesia dan Palestina. Hingga saat ini, ketika

3

Mohammad Amin al-Husayni, seorang anggota klan al-Husayni Yerusalem,

adalah nasionalis Arab-Palestina dan pemimpin Islam di daerah Mandat Britania atas Palestina.

Dari 1921 hingga 1948, dia adalah Mufti Besar Yerusalem, dan memainkan peran penting dalam

menentang Zionisme dan negara untuk tempat tinggal orangYahudi di Palestina.

4

Surat kabar kedua yang paling tua didirikan, setelah Al-Waqi'a Al-Masriya (1828). Harian ini diterbitkan di Kairo, Mesir, dan memiliki dua versi bahasa asing, yaitu bahasa Inggris Al-Ahram Weekly (sejak 1991) dan bahasa Prancis Al-Ahram Hebdo.


(31)

20

Palestina belum memiliki kedaulatan dan masih dijajah oleh Israel, Indonesia sering memberikan bantuan. Baik bantuan berupa materil maupun non materiil. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:

“Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Dengan ini jelas sudah bahwa penjajahan yang terjadi di Palestina hingga saat ini harus segera diselesaikan, untuk itu Indonesia berusaha membantu kemerdekaan Palestina dan menjalin hubungan bilateral dengan Palestina.

2. Sejarah Kebijakan Luar Negeri Indonesia-Palestina

Dalam mencapai kepentingan nasional, Indonesia menjalankan kebijakan luar negeri bebas aktif. Kebijakan luar negeri Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh kondisi di dalam negeri. Mayoritas penduduk yang didasari oleh agama akan mendukung terhadap kebijakan pemerintah Indonesia dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel. Namun, kesamaan identitas agama, tidak dapat dijadikan landasan pembuatan kebijakan. Kebijakan Luar Negeri Indonesia berdasarkan amanat konstitusi. Maka, Indonesia menjalankan politik luar negeri bebas aktif. Dukungan Indonesia terhadap Palestina sebagai negara yang berdaulat sebagai bagian upaya untuk mewujudkan perdamaian dunia5.

Pada tanggal 5 November 1956, PBB membentuk pasukan untuk memelihara keamanan dan mengawasi penghentian tindakan permusuhan di

5

https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Upay Mendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Kancah Global


(32)

21

Timur Tengah. Dalam kesempatan itu, Indonesia untuk pertama kalinya ikut ambil bagian dalam misi Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB (UNEF)6 untuk Timur Tengah dengan mengirimkan Pasukan Garuda I. Partisipasi tersebut merupakan sumbangan bangsa Indonesia sebagai solidaritas dengan negara-negara Timur Tengah khususnya. Sebaliknya, negara-negara Timur Tengah juga memberikan dukungannya kepada perjuangan Indonesia untuk merebut kembali Irian Barat.

Indonesia juga mendukung Resolusi Majelis Umum (MU) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) No. 194 tentang isu Palestina. Resolusi ini dikeluarkan pada 11 Desember 1948 yang berbunyi:

“Majelis Umum menegaskan bahwa harus diizinkan secepat mungkin bagi pengungsi yang ingin kembali kerumah mereka dan hidup damai dengan tetangganya, dan demikian juga harus mendapat ganti rugi dari harta benda sesuai dengan hukum internasional dan standar keadilan bagi mereka yang tidak ingin kembali lagi7.”

Oleh karena itu Indonesia sangat setuju atas dikeluarkannya resolusi Majelis Umum PBB yang memberikan hak-haknya atas rakyat Palestina untuk memiliki negara yang merdeka dan berdaulat. Begitu juga dengan Palestina, resolusi tersebut sangat bearti bagi orang-orang Palestina yang meninggalkan kampung halamannya pada saat itu karena situasi dan keadaan yang sangat darurat.

6

Merupakan pasukan pemgamanan dari PBB, biasanya diterjunkan ke daerah-daerah yang berkonflik. Resolution 1001 (ES-1), 5 November 1956.

7

Rahmat, Musthafa, Abd, Jejak-jejak Juang Palestina, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2002. Cetakan Pertama, hlm 274


(33)

22

B. Dinamika Kerjasama Indonesia – Palestina Sebelum Tahun 2008

1. Periode Soekarno

Perjuangan Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel telah dilakukan sejak periode Presiden Soekarno. Sejak awal, Indonesia tidak mau mengakui Israel yang diproklamasikan oleh David Ben-Gurion8 pada 14 Mei 1948. Menurut Presiden Soekarno, tiap bangsa punya hak menentukan nasibnya sendiri tanpa melalui pengaturan dan campur tangan negara lain. Selain itu, dikarenakan Israel merebut tanah rakyat Palestina.

Sejak saat itu pemerintah Indonesia tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Bahkan ucapan selamat dan pengakuan kemerdekaan Indonesia yang dikirimkan Presiden Israel Chaim Weizmann dan Perdana Menteri Ben Gurion tidak pernah ditanggapi serius pemerintah Indonesia. Mohammad Hatta hanya mengucapkan terima kasih, namun tidak menawarkan timbal balik dalam hal pengakuan diplomatik9.

Pada saat Konferensi Asia-Afrika10 (KAA) tahun 1953, Indonesia dan Pakistan menolak keras diikut sertakannya Israel dalam konferensi tersebut. Dikarenakan akan menyinggung perasaan bangsa Arab, yang pada saat itu masih berjuang memerdekaan diri. Sementara Israel adalah bagian dari imperialis yang

8

Perdana menteri Israel yang pertama, selain itu ia juga seorang pemimpin Zionis besar dan Kepala Eksekutif Organisasi Zionis Dunia pada tahun 1946. Brenner, Michael; Frisch, Shelley

(April 2003). Zionism: A Brief History. Markus Wiener Publishers. p. 184.

9

http://historia.id/modern/sukarno-dan-palestina.

10

Sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja

memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri

Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia


(34)

23

hendak di hilangkan Soekarno. Dalam pidato pembukannya di KAA pada 1955 yang juga dihadiri pejuang Palestina Yasser Arafat, Soekarno menyatakan:

“Bahwa kolonialisme belum mati, hanya berubah bentuknya. Neo -kolonialisme itu ada diberbagai penjuru bumi, seperti Vietnam, Palestina, Aljazair, dan seterusnya11.”

Maka dari itu, dalam buku Ali Sastroamidjojo yang berjudul “

Tonggak-Tonggak di Perjalananku,” presiden Soekarno mengajak agar bangsa-bangsa Asia dan Afrika didalam Konferensi ini membentuk satu front anti-kolonialisme12 dengan membangun dan memupuk solidaritas Asia-Afrika. Seiring dengan waktu, presiden Soekarno semakin tegas mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina. Perlawanan terhadap Israel kembali dilakukan oleh Soekarno ketika Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games IV pada 1962. Pemerintah Indonesia tidak memberikan visa kepada kontingen Israel. Dikarenakan Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi alasan politik anti imperialisme Soekarno mendasari kebijakan tersebut13.

Akibatnya, Komite Olimpiade Internasional (IOC) menskors keanggotaan Indonesia dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Bahkan, Soekarno justru memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia keluar dari IOC pada Februari 1963. Soekarno terus melawan dengan sikap dan aksi yang nyata, Soekarno membentuk

11

Ibid

12

Anti-imperialisme dan Front Nasional. Seri Kursus Rakyat No. 2. Depagitprop, CC PKI, Jakarta, 1962.

13


(35)

24

GANEFO14 pada tahun 1963, yang menjadi pertanda kebesaran bangsa Indonesia dan pertanda ketidak tergantungan pada kekuatan-kekuatan dunia yang ada15.

Semasa pemerintahan Soekarno, Indonesia aktif mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Tidak hanya ditingkat pemerintahan, rakyat Indonesia juga aktif mendukung kemerdekaan Palestina dan bangsa-bangsa lain seperti Aljazair dan Afrika Selatan. Melalui OISRAA (Organisasi Indonesia untuk Setiakawanan Rakyat Asia-Afrika) yang berdiri pada 1960 dan tergabung dalam AAPSO (Organisasi Solidaritas Rakyat Asia-Afrika).

Hingga saat Presiden Soekarno lengser dan digantikan oleh Jenderal Soeharto pada tahun 1966, Soekarno tetap pada pendiriannya dalam hal perjuangan rakyat Palestina melwaan Israel. Dalam pidatonya pada hari ulang tahun Republik Indonesia ke-21, Soekarno menyatakan:

“Kita harus bangga bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus, bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa anti imperialisme, tetapi juga konsekuen terus berjuang menentang inperialisme. Itu pulalah sebabnya kita tidak mau mengakui Israel!16.”

Indonesia juga mendukung Resolusi Majelis Umum (MU) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) No. 194 tentang isu Palestina. Resolusi ini dikeluarkan pada tanggal 11 Desember 1948 yang berbunyi:

14

Games of the New Emerging Force adalah ajang olahraga tandingan Olimpiade yang didirikan oleh presiden Soekarno, pada 10 November 1963. Sebelumnya, dalam pelaksanaan Asian Games 1962 yang diadakan di Jakarta. Indonesia melarang Israel dan Taiwan mengikuti kegiatan tersebut, dikarenakan simpati yang besar terhadap Republik Rakyat Cina dan negara-negara Arab, Ewa T. Parker, “Ganefo I: Sports and Politics in Djakarta,” Asian Survey, 5:4

(1965), p.181.

15

http://historia.id/modern/sukarno-dan-palestina

16


(36)

25

“Majelis Umum menegaskan bahwa harus diizinkan secepat mungkin bagi pengungsi yang ingin kembali ke rumah mereka dan hidup damai dengan tetangganya, dan demikian juga harus mendapat ganti rugi dari harta benda yang ditinggalkan, dan mendapat ganti rugi dari kerugian atau kerusakan harta benda sesuai dengan hukum Internasional dan standar keadilan bagi yang tidak ingin kembali lagi.”

Oleh karena itu, Indonesia sangat setuju atas dikeluarkannya resolusi Majelis Umum PBB yang memberikan hak-haknya atas rakyat Palestina.

2. Periode Soeharto

Pergantian pemerintahan dari orde lama ke orde baru di bawah presiden Soeharto pada tahun 1965, memperburuk hubungan Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah, dikarenakan respon dan sikap Indonesia dalam masalah konflik Arab-Israel. Ketika masalah terusan Suez17 pada tahun 1956, Indonesia denga tegas memihak negara-negara Arab, tetapi dalam perang Arab-Israel 1967 Indonesia memperlihatkan sikap kurang tegas. Hal ini menimbulkan kecurigaan negara-negara Arab selama 12 tahun kepada Indonesia, dikarenakan posisi Indonesia sejak perang 1967 lebih banyak menguntungkan Israel daripada negara-negara Arab18.

Sikap Indonesia waktu itu didasari oleh realisme dan pragmatisme. Hal tersebut kemungkinan besar merupakan faktor penyebab kecurigaan negara-negara Arab tersebut. Kepentingan nasional Indonesia tertinggi pada masa itu

17

Konflik yang terjadi di terusan Suez merupakan serangan militer Inggris,

Perancis dan Israel terhadap Mesir yang dimulai pada tanggal 29 Oktober 1956. Serangan ini

dilancarkan karena pada tanggal 26 Juli 1956, Mesir menasionalisasikan Terusan Suez setelah

tawaran Inggris dan Amerika Serikat untuk mendanai pembangunan Bendungan Aswan dicabut.

"Suez crisis" The Concise Oxford Dictionary of Politics. Ed. Iain McLean and Alistair McMillan. Oxford University Press, 2003.

18

Soetomo, Rusnandi, Hubungan Antara Indonesia dan Timur tengah; Analisa vlll, no. 3, CSIS, 1979. Hlm 250.


(37)

26

adalah pembangunan nasional yang difokuskan pada bidang ekonomi guna memperoleh ketahanan nasional yang optimal19. Yang pada akhirnya, Indonesia dihadapkan pada dilema antara kepentingan nasional yang harus diprioritaskan dan meningkatkan hubungan diplomasi lebih erat dengan negara-negara Timur Tengah.

Indonesia menyadari pentingnya kebijakan politik luar negeri untuk menjalankan pembangunan yang memerlukan kondisi stabil, aman dan damai, bukan hanya didalam negeri Indonesia bahkan ke wilayah-wilayah yang lebih jauh lagi diantaranya dengan Timur Tengah. Oleh karena itu, pada Oktober 1977 Presiden Soeharto berkunjung ke beberapa negara Arab di timur Tengah antara lain Mesir, Arab Saudi, Kuwait, Suriah, Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab untuk menjalin hubungan yang lebih erat baik dalam bidang ekonomi, politik dan lain sebagainya20.

Pada tanggal 30 November 1987, presiden Soeharto membuat pernyataan terhadap Organisasi Pembebasan Palestina dengan tegas mendukung sepenuhnya rakyat Palestina dalam perjuangan mereka mempertahankan hak-hak mereka yang tidak bisa dihilangkan. Presiden Soeharto menyatakan:

“Sebagai suatu bangsa, yang bangga akan warisan perjuangan melawan pendudukan kolonial demi kemerdekaan nasional, kita bangsa Indonesia selalu memandang perjuangan Palestina sebagai perkara suci, seperti perjuangan kita sebagai bagian dari gerakan global yang tidak dapat diingkari melawan kuatan kolonial dan dominasi asing21.”

19

Soetomo, Rusmadi, Op-Cit, halaman 250.

20

Sihbudi, Riza,, Menyandera Timur Tengah, hlm 337.

21


(38)

27

Ia juga menyatakan konflik di Timur Tengah hanya dapat diselesaikan jika rakyat Palestina diberi kemerdekaan atas negaranya dan Israel meninggalkan tanpa syarat seluruh wilayah yang diduduki termasuk Jerusalem.

Setidaknya ada 3 pola hubungan yang terjadi antara Orde Baru dan Islam yang berkuasa selama 32 tahun pada masa presiden Soeharto. Pertama, pada 70-an hubung70-an Islam d70-an orde baru bersifat konfrontatif, rivalitas atau 70-antagonis. Pada waktu itu, hubungan islam dan negara tampak renggang, bertolak belakang dan bermusuhan, bahkan bertentangan. Periode ini ditandai kuatnya negara secara ideologi politik menguasai wacana pemikiran sosial politik dikalangan masyarakat. Orde Baru memberlakukan islam sebatas memajukan kesalehan pribadi dan menentang politisasi agama22.

Kedua, hubungan Islam dan Orde Baru bersifat reaktif kritis atau resiplokal, yaitu suatu hubungan saling pengertian, timbal balik, serta pemahaman diantara kedua belah pihak. Pada periode ini, Orde Baru mulai memandang islam merupakan denominasi politik yang tidak bisa dikesampingkan. Dan ini berdampak membaiknya hubungan Indonesia-Timur Tengah.

Ketiga, bersifat akomodatif atau integritas simbiosis. Pola hubungan ini saling mengerti antara satu sama lain ditandai dengan responsipnya pemerintah terhadap kelompok islam. Kebijakan Indonesia atas Israel sejak kemerdekaan sampai masa Soeharto pada dasarnya tidak pernah berubah, tetap tidak mengakui

22

Thaha, Idris, Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurholish Madjid dan M. Amien Rais, Jakarta: Penerbit Teraju, 2005. hlm 168-190.


(39)

28

negara Israel dan karena itu tidak ada hubungan diplomatik dan tidak ada kantor perwakilan diantara kedua belah pihak23.

Pada tahun 1987, Presiden Soeharto menerima kunjungan pimpinan PLO24, Yasser Arafat. Dalam pertemuan ini, Yasser Arafat meminta dukungan Indonesia terhadap pendirian negara Palestina, dan Indonesiapun mendukungnya. Maka pada tahun 1989 hubungan diplomatik Indonesia dengan Palestina sudah mulai akrab, ditandai dengan berdirinya Kedutaan Besar Palestina di Jakarta.

Setelah Kedutaan Palestina dibuka, Menteri Luar Negeri Ali Alatas Alatas sangat gigih memperjuangkan Palestina untuk merdeka. Ali Alatas sangat tegas menolak hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel. Bahkan Ali Alatas menyatakan:

“Indonesia tidak akan pernah mengakui Israel sebagai negara selama Israel tidak menyelesaikan permasalahannya dengan negara-negara di Timur Tengah25.”

23

Prayitno, Adi, Politik Akomodasi Islam: Percikan, Pemikiran Politik Bahtiar Effendi, , hlm 65-66.

24

Sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 1964 dengan tujuan pembebasan Palestina. Hal ini diakui sebagai wakil sah satu-satunya rakyat Palestina oleh lebih dari 100 negara yang memegang hubungan diplomatik. Madiha Rashid al Madfai, Jordan, the United States and the Middle East Peace Process, 1974–1991, Cambridge Middle East Library, Cambridge

University Press (1993).ISBN 0-521-41523-3. p. 21:"On 28 October 1974.

25

https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Upaya Mendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Kancah Global


(40)

29

3. Periode B.J Habibie

Prof. Dr. Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden ketiga Indonesia (1998-1999) setelah lengsernya Soeharto dari Jabatannya. Pada masa B.J Habibie dinilai Mehdawi tidak ada tindakan yang berarti dalam peningkatan hubungan Indonesia dan Palestina26. Diawal masa pemerintahannya, presiden Habibie menghadapi persoalan legitimasi yang cukup serius. Akan tetapi, Habibie berusaha mendapatkan dukungan Internasional dengan berbagai cara.

Upaya yang dilakukan pada masa presiden Habibie adalah,menghasilkan dua Undang-Undang yang berkaitan dengan perlindungan atas Hak Asasi Manusia. Selain itu, pemerintahan Habibie pun berhasil mendorong ratifikasi empat konvensi internasional dalam masalah hak-hak pekerja. Pembentukan Komnas perempuan juga dilakukan pada masa pemerintahan Habibie yang pendek tersebut. Dengan catatan positif atas beberapa kebijakan dalam bidang HAM yang menjadi perhatian masyarakat internasional ini, presiden Habibie berhasil memperoleh legitimasi yang lebih besar dari masyarakat Internasional untuk mengkompensasi minimnya legitimasi dari kalangan domestik.

26

https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Upaya Mendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Kancah Global


(41)

30

4. Periode Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid sebagai tokoh yang sangat peduli akan persoalan Palestina-Israel. Persoal Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi pertimbangan-pertimbangan dalam menjalankan berbagai tindak kepeduliannya. Ketika menjadi presiden, Abdurrahman Wahid mengambil langkah untuk perdamaian Palestina-Israel. Sehingga presiden Abdurrahman Wahid memiliki gagasan untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel demi menjadi penengah konflik kekerasan Palestina-Israel yang berkepanjangan27.

Menurut presiden Abdurrahman Wahid, untuk mencapai perdamaian antara Palestina-Israel yaitu dengan menegakkan keadilan dan memberikan hak-hak Palestina kemudian baru membicarakan soal perdamaian. Hal tersebut cukup dibuktikan dengan penegakkan keadilan terkait pemberian apa yang menjadi hak Palestina merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya perdamaian antara Palestina-Israel. Dalam kutipan presiden Abdurrahman Wahid, menyatakan:

“Meminta kepada pihak Palestina Hamas maupun Fatah dan Israel kembali ke meja perundingan. Jika tidak, jumlah rakyat tidak berdosa yang menjadi korban perang akan semakin banyak. Keduanya harus berunding dan bernegoisasi. Jika tidak, rakyat Palestina akan habis karena mesin perang Israel itu jauh diatas mesin perang Palsetina. Saya ngeblok rakyat Palestina, karena itu saya tidak tega melihat mereka jadi korban perang. Kasihan mereka28.”

Salah satu bentuk nyata presiden Abdurrahman Wahid adalah keterlibatannya dalam pembentukan komisi tiga agama (Islam, Kristen, Yahudi)

27

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jahid19445cef82full.pdf

28

Pernyataan Gus Dur dalam Duta, Sabtu, 10 Januari 2009 dalam M. Rofiq Madji. 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka Tebuireng Hal. 45.


(42)

31

demi mengupayakan percepatan perdamaian Palestina-Israel29. Kesepakatan tersebut dicapai pada pertemuan informal di Bordeaux, Paris. Abdurrahman Wahid merupakan satu dari beberapa tokoh yang dipercaya mewakili dunia islam bersama Choiri Jambek dari Jordania dan seorang Imam Masjid Legend Park London, Syekh Sulaiman. Pertemuan tersebut dianggap sebagai suatu babak baru dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel.

Tugas utama komisi 3 agama adalah memberi berbagai masukan terkait percepatan pencapaian perdamaian. Komisi 3 agama juga bertugas merumuskan segala materi yang akan menjadi bahasan mereka, termasuk pula perundingan dengan Hamas, yang hingga saat ini masih berperang dengan tentara Israel30.

Menurut presiden Abdurrahman Wahid, pihak konservatif Israel adalah penyebab kekerasan dalam konflik Palestina-Israel. Segala tindak kekerasan yang dilakukan kaum konservatif Israel tidak akan pernah bisa menyelesaikan konflik. Penyelesaian permasalahan melalui kekerasan hanya akan mengarahkan pada kehancuran. Dan yang paling penting adalah serangan-serangan tersebut merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia, terutama bagi rakyat Palestina yang menjadi korban kekerasan dan prinsip-prinsip perdamaian di kawasan Timur Tengah. Bahwa tindakan Palestina dan Israel merupakan tindakan yang tidak dilandasi oleh rasa keadilan31.

29

M. Rofiq Madji, 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka Tebuireng Hal. 73-74.

30

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jahid19445cef82full.pdf

31


(43)

32

Disisi lain, dalam menyikapi hubungan diplomatik Indonesia-Israel yang tidak pernah ada, presiden Abdurrahman Wahid memilih berpihak kepada Israel. Bahwa pertentangan Arab-Israel serta prasangkaan tentang permusuhan Islam-Yahudi tidak seharusnya menghalangi Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Karena menurutnya, dengan yang atheis (RRC, Uni Soviet, dan Kuba) saja Indonesia mengadakan hubungan diplomatik32. Dalam salah satu pernyataanya, “Beberapa waktu lalu saya katakan kepada ribuan warga Yahudi Amerika Serikat di Los Angeles, jika pemerintah Israel ingin diakui sebagai negara yang berdaulat, mestinya Israel juga harus mengakui Palestina sebagai negara yang merdeka33.”

Abdurrahman Wahid sangat peduli dengan konflik Palestina-Israel yang tidak kunjung usai, termasuk pula kepeduliannya terhadap pembebasan bangsa Palestina. Mengingat semakin membaiknya hubungan Israel dengan beberapa negara di kawasan Timur Tengah saat itu, meski hubungan tidak resmi dalam hubungan diplomatik, seperti pembukaan atas perdagangan atau pengiriman mahasiswa-mahasiswa untuk belajar di Israel telah dijalankan. Apabila Indonesia tetap diam menutup hubungan diploatik, maka akan sama artinya dengan merusak komitmen bangsa Indonesia dalam melaksanakan kebijakan luar negerinya dengan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial34.

32

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jahid19445cef82full.pdf

33

M. Rofiq Madji, 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka Tebuireng Hal. 89.

34


(44)

33

Terlebih lagi posisi Indonesia sebagai salah satu pemrakarsa Gerakan Non Blok yang seharusnya memberi panutan kepada anggota lain bahwa pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel adalah semata-mata demi kepentingan ekonomi dan politik GNB secara umum, disamping kepentingan nasional Indonesia yang seharusnya diutamakan diatas segalanya35.

5. Periode Megawati Soekarno Putri

Megawati dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tanggal 23 Juli 2001. Pada awal pemerintahannya, suasana politik dan keamanan menjadi kondusif. Walaupun ekonomi Indonesia mengalami perbaikan, seperti nilai tukar rupiah yang agak stabil, tetapi Indonesia pada masa pemerintahannya tetap saja tidak menunjukkan perubahan yang berarti dalam bidang-bidang lainnya.

Pada masa Megawati Soekarno Putri menurut Mehdawi tidak ada tindakan yang berarti dalam peningkatan hubungan Indonesia dan Palestina36. Belajar dari pemerintahan presiden yang sebelumnya, Megawati lebih memperhatikan keadaan dalam negeri, seperti mengunjungi wilayah-wilayah konflik di Tanah Air seperti Aceh, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan Selatan atau Timor Barat.

Dengan mengunjungi wilayah-wilayah tersebut, anggaran presiden ke luar negeri dapat dihemat dan dialokasikan untuk membantu dan mengurangi penderitaan rakyat di daerah-daerah itu, tanpa harus mengabaikan pelaksanaan

35

Ibid

36

https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Upaya Mendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Kancah Global.


(45)

34

politik luar negeri sebagai salah satu aspek penting penyelenggaraan pemerintah yang pelaksanaannya di bawah koordinasi Menteri Luar Negeri. Dan yang lebih penting, untuk membuktikan kepada rakyat bahwa pemerintahan Megawati memiliki sense of urgency dan sense of crisis yang belum berhasil dibangun pemerintahan sebelumnya37.

Dari pembahasan diatas, dapat kita pahami bahwa tidak semua kepemimpinan memiliki kesamaan paradigma. Setiap pemimpin memiliki kebijakan politiknya masing-masing, tetapi dengan perbedaan paradigma tersebut tidak seutuhnya memutuskan hubungan diplomatik antara negara-negara lain, salah satunya hubungan diplomatik Indonesia-palestina, sehingga hubungan diplomatik tersebut tetap terjalin hingga saat ini.

37


(46)

35

BAB III

KONFLIK PALESTINA-ISRAEL DI JALUR GAZA

A. Sejarah Singkat Palestina dan Israel

1. Palestina

Konflik palestina dan Israel dilatar belakangi oleh klaim kedua bangsa tersebut atas wilayah yang sama, yaitu tanah Palestina. Seperti yang dikemukakan oleh Kriesberg (1998):

“a conflict exists when two or more persons or groups manifest they belief that they have incompatible goals1.

(bahwa suatu konflik akan muncul ketika dua atau lebih orang atau kelompok memiliki keinginan atau tujuan yang saling bertentangan), maka kedua belah pihak pun saling bertentangan untuk merebutkan wilayah ini.

Palestina berasal dari bangsa philistines, yaitu masyarakat asli Yunani, yang menetap disekitaran pantai Palestina bersamaan ketika Yahudi menguasai bukit-bukit dibagian dalam wilayah tersebut2. Sedangkan kata Israel berasal bangsa Yahudi, yang menyebut diri mereka Bnei Israel (the people or tribe of Israel), yang mana yang mempercayai bahwa tanah tersebut telah diberikan kepada mereka oleh Tuhan (eretz

Israel/Land of Israel).

1

Louis Kriesberg, mediation and the transformation of the Israeli-palestinian conflict, journal of peace research, 38:3 (May, 2001), h. 374.

2

Charles D. Smith, Palestine and the Arab-Israeli Conflict, United states of America: Bedford/st. Martin’s, 2001, h. 1-2.


(47)

36

Tahun 800-an SM kerajaan Israel berkuasa atas tanah Palestina, dikarenakan bangsa asing datang dan menjajah Palestina, bangsa Yahudi diusir dan terpaksa mengungsi ke wilayah lain seperti Eropa dan Mesopotamia (sekarang lebih di kenal Irak). Pada tahun 700-an SM, kerajaan tersebut telah berhasil ditaklukkan oleh kerajaan-kerajaan lain secara berturut-turut yakni assyria3, Babylon4, dan Romawi sebagai bagian dari rencana perluasan pengaruh kerajaan.

Setelah berhasil dikuasai Romawi, penaklukan terhadap Palestina mulai dilakukan atas dasar penyebaran agama. Agama yang pertama kali masuk ke Palestina adalah agama Islam, yang dibawa oleh pasukan gurun5, dan kemudian agama Kristen dibawa oleh Crusader6. Tidak lama setelah Crusader berkuasa, Palestina diambil alih oleh Ottoman7, Ottomanlah yang paling lama menguasai Palestina yakni selama hampir 750 tahun dari tahun 1187 hingga 1918. Dan selama dibawah kekuasaan Ottoman bangsa yang paling dominan pada saat itu adalah bangsa Arab yang mayoritas memeluk agama Islam.

3

Assyria adalah kerajaan besar mesopotamia, berhasil menguasai tanah pelestina pada tahun 722 SM.

4

Kerajaan Babylon adalah kerajaan yang mewarisi kerajaan setelah Assyria, yang menguasai Palestina hingga tahun 63 SM ketika Romawi berhasil mengalahkan kerajaan ini dan kemudian menguasai Palestina.

5

Menganggap Yarussalem, yang merupakan wilayah daerah Palestina, adalah tanah sakral karena disanalah Nabi terakhir umat Islam berada setelah melakukan perjalanan isra’ dan mi’raj.

6

Sama halnya dengan pasukan gurun yang menganggap tanah tersebut begitu sacral, Crusader menganggap Yarussalem adalah rumah Tuhan yang harus dikuasai untuk melindunginya dari pihak pihak lain yang tidak mengakui Tuhan mereka.

7

Kerajaan yang berasal dari Turki, penaklukan Ottoman terhadap Palestina pada saat itu dilakukan oleh rajanya yang bernama Saladin.


(48)

37

2. Israel

Penduduk Israel atas tanah Palestina tidak terlepas dari peran kaum Yahudi. Kaum Yahudi merupakan satu dari tiga agama samawi8, merupakan satu bangsa yang tersebar di seantiaro dunia selama berabad-abad. Sejarah panjang bangsa Yahudi memproyeksikan citra Yudaisme atau Zionisme, yaitu suatu keyakinan dan praktek keagamaan yang memungkinkan integrasi sosial bangsa Yahudi.

Kaum Yahudi yang bepergian dibeberapa negara kususnya di benua Eropa, tetap memelihara integrasi sosial bangsa yahudi. Yudaisme diduga kuat mengambil peran penting dalam kelangsungan proses tersebut, melalui konformitas atau penyamaan penampilan orang Yahudi terhadap agamanya dan pelestarian komunalisme9. Sejarah, Bahasa, tradisi dan kebiasaan telah memelihara konsep kemasyarakatan Yahudi yang bersifat integralistik10.

Dengan dilandasi konsep kemasyarakatan Yahudi, kalangan terpelajar dari bangsa tersebut menegaskan makna moralitas kekuasaan dengan pengertian kesadaran nasionalitas bangsa Yahudi. Bagi mereka bangsa Yahudi harus memiliki

8

Dalam ilmu perbandingan agama, agama Abrahamik yang sering pula disebut

sebagai agama samawi atau agama Ibrahimiyyah adalah agama yang muncul dari suatu

tradisi Semit kuno bersama dan yang ditelusuri oleh para pemeluknya kepada Abraham atau Ibrahim.

Preston Hunter, Major Religions of the World Ranked by Number of Adherents.

9

Komunalisme biasanya mengacu pada sistem yang mengintegrasikan kepemilikan komunal

dan federasi komunitas independen yang sangat lokal. Murray Bookchin, mendefinisikan komunalisme

sebagai teori pemerintahan atau sistem pemerintahan dimana komune independen berpartisipasi dalam federasi, serta prinsip-prinsip dan praktek kepemilikan komunal. Random House Unabridged Dictionary, Second Edition,1998, New York.

10

Najamuddin Muhammad, Sejarah Konflik dan Peperangan Kaum Yahudi, Cetakan pertama, Jogjakarta, 2014. Hal. 13.


(49)

38

tanah wilayah dan tempat pemerintahan yang berfungsi menyelenggarakan kekuasaan. Tidak ada pilihan lain, bangsa Yahudi harus memiliki negara sendiri agar bisa sederajat dengan bangsa-bangsa di dunia.

Namun kesadaran nasionalitas yang terwujud dalam gerakan nasionalis zionis bukan merupakan kekuatan inti kolonial. Nasionalitas Yahudi modern terwujud gerakaan kebangsaan yang bertujuan menegakkan kekuasaan Yahudi di tanah Palestina, mengikuti ajaran agama Yahudi. Jadi, yudaisme menjadi ideologi gerakan nasionalis Yahudi yang secara resmi menamakan diri sebagai gerakan Zionisme.

Motivasi kembali ke tanah Bani Israel, yang menjadi seruan keagamaan Yahudi merupakan sumber kekuatan gerakan Nasionalis Yahudi. Para pendukung gerakan Nasionalis berpendapat bahwa penguasaan tanah Palestina merupakan proses normalisasi bangsa Yahudi, sebagai suatu bangsa yang memiliki tanah wilayah. Normalisasi Bangsa Yahudi tampaknya hanya bisa dicapai melalui penegasan keyakinan keagamaan karena persyaratan keabsahan yang legal untuk menguasai wilayah sulit terpenuhi.

Nasionalisme Yahudi telah terpisah dengan tanah Palestina yang menjadi basis suatu nasioalitas berabad-abad lamanya. Nasionalisme ini sangat aneh, karena terlahir atau tumbuh di negeri perantauan. Cukup jelas sudah bahwa Nasionalisme Yahudi tidak berjenis pembebasan wilayah dari kekuasaan bangsa asing, melainkan


(50)

39

pengakuan kesejarahan atau pembagian wilayah oleh bangsa Yahudi, oleh karena itu Bangsa Arab tidak dapat mendukung Nasionalisme Yahudi11.

Gerakan Zionis dengan tujuan membentuk kembali bangsa Yahudi di tanah Palestina pertama kali menjadi wacana umum pada tahun 1886 melalui ungkapan ideoligis Nathan Birnbaum, Zionisme. Pengertian Zionisme kemudian menunjuk penegasan hubungan Yahudi dengan Palestina sebagai tanah leluhur.

Kesadaran nasionalis bangsa Yahudi terutama di kalangan cerdik cendikia, mengalami transformasi menjadi kekuatan riil berupa organisasi-organisai zionis, sesudah organisasi-organisasi melakukan serangkaian kongres dunia mulai kongres di Bazel, Swiss, pada tahun 1897 beragendakan politik pembentukan negara Yahudi semakin bulat. Kongres Bazel, Swiss yang diikuti oleh 204 delegasi Yahudi dari 16 negara telah menyusun program perwujudan agenda politik awal12.

Theodore Herzl, ketua organisasi zionis dunia dalam kongres ini telah menegaskan urgensi pembentukan negara Yahudi bagi seluruh aktualisasi bangsa Yahudi karena kesulitan menegakkan keyakinan keagamaan diluar wilyahnya sendiri. Sebelum kongres itu, Herzl aktif menyerukan pembentukan negara Yahudi di Rumania dan Uni Soviet. Semula, Herzl cenderung mendorong gerakan asimilasi

11

M. Hamdan Basyar dkk, problematika minoritas muslim di Israel (Jakarta: Pusat Penelitian Politik LIPI, 2002), h. 17-21.

12

Herzl, Theodor. A Jewish state: an attempt at a modern solution of the Jewish


(51)

40

Zionis dengan Eropa. Namun, Herzl kemudian membuang pemikirannya itu karena tidak realistis.

Sebagai gantinya, pembentukan negara Yahudi merupakan pilihan terbaik karena terbebas dari prasangka rasial dan keagamaan di Eropa. Hal ini bearti bahwa pembentukan negara Yahudi bisa mendorong perlawanan bangsa Yahudi terhadap tindakan persekusi yang mengganas dalam Perang Dunia II. Perlawanan Yahudi berlangsung melalui milisinya yang menjadi bagian tentara Inggris berperang melawan German. Gagasan pembentukan negara Yahudi bahkan bisa mendorong proses rikonsiliasi terjadi mengikuti peran negara Yahudi dalam gugus eksistensi Internasional yang menjamin bangsa Yahudi bermartabat sama dengan bangsa lain13.

Untuk segera mewujudkan cita citanya, Herzl mengunjungi kesultanan Ottoman guna meminta sebuah daerah otonomi yang nantinya digunakan sebagai tempat bermukimnya bangsa Yahudi. Sebagai bahan pertimbangan, Herzl akan memberikan beberapa bantuan yang di perlukan kesultanan Ottoman ketika itu. Namun, Sultan Abdul Hamid (1876-1909) dengan tegar menentang dan menolak semua keinginan Herzl tersebut14.

Kekuataan riil kesadaran nasionalitas bangsa Yahudi tercermin pada pembentukan komunitas Yahudi di Palestina. Para pemukiman tinggal di daerah

13

Basyar, problematika minoritas, h. 21-21.

14

Muhsin M. Shaleh, Palestina; Sejarah, Perkembangan,dan konspirasi (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 37-39.


(52)

41

pertanian membentuk kibbutz15. Kibbutz membentuk kerjasama produksi dan distribusi kebutuhan konsumsi di kalangan warganya. Peningkatan jumlah pemukiman telah mendorong pembentukan yishuv16, suatu komunitas pemukiman dengan menyelenggarakan system sosial, ekonomi, dan politik.

Yishuv memiliki institusi-institusi pendidikan, politik, dan militer. Penyelenggaraan yishuv merupakan perwujudan konsep komunalisme, sebagai kelanjutan sistem ekonomi Yahudi-Eropa. Integrasi sosial Yahudi yang terbina dalam system otonomi yang memiliki solidaritas etnik yang kuat. Ikatan primordial seperti ini membuat komunitas Yahudi menjadi bersifat organik, dimana kepentingan perorangan tenggelam dalam kepentingan kelompok.

Bangsa Palestina sejak awal telah menggalang aksi untuk menghadang gerakan zionis, konflik berdarah pertama terjadi antara petani Palestina dan pendatang Yahudi pada tahun 188617. Para petani telah membuat petisi kepada kesultanan Ottoman sebagaimana juga dengan media surat kabar yang gencar mengekpos bahaya zionis al-karmal dan Filistin.

Bermodal pemaknaan baru Zionisme, organisasi zionis berusaha mendapatkan dukungan pemerintah Inggris dengan menggerakkan keterlibatan Yahudi dalam

15

Tempat-tempat pemukiman kolektif di Israel dengan sistem kepemilikan bersama dan

dengan struktur-struktur dasar demokratis. Avrahami, E, Kibbutz. An Evolving Community, Yad Tabenkin, 1992.

16

Istilah yang mengacu pada pertumbuhan warga Yahudi di Palestina, sebelum pembentukan negara Israel. Walter Laqueur, A History of Zionism, p153.

17


(53)

42

Perang Dunia I dengan mendukung pasukan sekutu. Setrategi Zionis ini berhasil menggerakkan perhatian pemerintah Inggris lebih besar membantu pembentukan negara Yahudi. Dukungan Inggris bermula dengan kemunculan pandangan Lord Arthur Balfour, menteri Luar Negeri Inggris, yang memihak pembentukan negara Yahudi di Palestina. Pandangan ini tertuang dalam surat Balfour kepada Lord Rothschild, yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour18, bertanggal 2 November 1917. Dengan maksud menjaga netralitas pemerintah Inggris, pandangan Balfour menyebutkan penghormatan terhadap hak sipil dan agama masyarakat non-Yahudi yang ada di Palestina.

Dukungan Inggris sangat penting bagi bangsa Yahudi untuk mendirikan negara Israel, karena Inggris sudah menguasai tanah Palestina sejak 191719. Dalam konferensi Perdamaian Paris 1919, Chaim Weizman, pengganti Theodore Herlz, menegaskan penerimaan dukungan Deklarasi Balfour dengan segera bereaksi positif memobilisasi para migran. Pertumbuhan penduduk Yahudi di Palestina yang besar memungkinkan pembentukan pemerintahan dan negara Yahudi. Hal ini sesuai visi negara Yahudi herlz tentang tanah Palestian yang mayoritas berpenduduk Yahudi yang disampaikannya pada tahun 1897, ketika Kongres pertama Organisasi Zionis Dunia berlangsung. Kenyataannya menunjukkan bahwa sampai menjelang

18

Surat pernyataan yang disetujui pada rapat Kabinet Inggris pada 31 Oktober 1917, bahwa

pemerintah Inggris mendukung rencana-rencana Zionis buat tanah air bagi Yahudi di Palestina, dengan

syarat bahwa tak ada hal-hal yang boleh dilakukan yang mungkin merugikan hak-hak dari

komunitas-komunitas yang ada di sana. http://www.zionism-israel.com/Balfour-Declaration-1917.

19


(54)

43

pembentukan negara Israel, penduduk Yahudi hanya berjumlah setengah dari jumlah penduduk Arab. Rencana pembentukan negara Yahudi bagi bangsa Yahudi tampak telah mengakibatkan penghancuran secara sistematis penduduk Arab melalui pembantaian dan pengusiran.

B. Latar Belakang Agresi Israel di Gaza (2008)

Kemenangan Hamas20 dalam Pemilu 2006 mengejutkan banyak pihak, terutama Israel dan jaringan Yahudi Internasional. Pemilu yang dihasilkan dari sistem demokrasi ini ternyata mendapat apresiasi negative sehingga banyak pihak banyak menolak hasil Pemilu tersebut, bahkan tidak diakui oleh fiksi lain di Palestina21, yaitu Fatah22. Sebelumnya, Hamas mendapat peringatan keras, apabila Hamas memenangkan Pemilu maka Uni Eropa dan pemerintah Amerika Serikat tidak akan bekerja sama dengan Palestina. Sebaliknya, dengan sikap keras terhadap Israel dan Amerika, Hamas pun menentang keras Perjanjian Oslo23, itulah yang menyebabkan bangsa Yahudi melakukan tekanan terus menerus terhadap Hamas.

20

Harakat al-Muqawah al-Islamiyah, secara harfiah Gerakan Pertahanan Islam adalah

organisasi PalestinaIslam Sunni. The Palestinian Hamas: Vision, Violence, and Coexistence, by Shaul

Mishal & Avraham Sela, 2006, p. xxviii. 21

Yeyen Rostiyani, Inside gaza (Jakarta: 2009), h. 103.

22Harakat at-Tahrir al-Wathani al-Filasthini

atau Gerakan Nasional Pembebasan Palestina, adalah sebuah partai politik di Palestina yang didirikan pada tahun 1958. Partai ini memiliki tujuan

untuk mendirikan negara Palestina di daerah yang sedang menjadi tempat konflik Israel dan Palestina.

"Who are Hamas?”, London: BBC News. January 26, 2006.

23

Perjanjian Oslo adalah perjanjian damai antara Israel yang diwakili oleh Perdana Menteri Yitzak Rabin dan Pemimpin PLO Yasser Arafat pada masa itu. Isinya antar lain Israel sepakat untuk menarik pasukannya dari wilayah kependudukan, membagi wilayah Palestina menjadi dua wilayah administrative (Gaza dan Tepi Barat), dan mengakui PLO sebagai otoritas administrative sementara di wilayah kependudukan.


(1)

67 BAB V

KESIMPULAN

Indonesia berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif, yang mengandung kemerdekaan dan kedaulatan negara serta berdasarkan pada kepentingan rakyat dan bertujuan untuk perdamaian dunia.

Bebas berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau politik negara asing atau blok-blok negara tertentu. Sedangkan aktif artinya dengan aksi yang nyata giat mengembangkan kebebasan, persahabatan, dan kerjasama internasional dengan menghormati kedaulatan negara-negara lain.

Konflik Palestina-Israel kembali terjadi pada tahun 2008, antara Hamas dan Israel di Gaza. Saat itu pemerintahan Indonesia dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Banyak bantuan yang telah diberikan oleh Indonesia saat itu, upaya-upaya yang dilakukan seperti mencari resolusi perdamaian dalam forum-forum Internasional, menjalin kerjasama dan komunikasi terhadap PLO dan OKI, hingga aktif dalam berbagai forum multilateral seperti Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan PBB, dan Dewan HAM PBB. Selain upaya-upaya tersebut, Indonesia juga melakukan bantuan lainnya berupa bantuan kemanusiaan dan sosial.

Indonesia juga bekerjasama denga Jepang membentuk komite Indonesia-Palestina-Jepang. Terbentuk dalam forum Conference on Cooperation among East Asian Countries for Palestinian Development (CEAPAD), yang bertujuan untuk meningkatkan SDM Palestina.


(2)

68

Selain CEAPAD, Indonesia juga aktif untuk mengajak negara-negara anggota Asean seperti Bali Democracy Forum dan New Asian African Strategic Partnership (NAASP) for Palestinian Development. untuk ikut serta dalam mendukung perdamaian di tanah Palestina.


(3)

69

DAFTAR PUSTAKA

Alistair, McMillan. 2003 "Suez crisis" The Concise Oxford Dictionary of Politics. Ed. Iain McLean and Oxford University Press, 2003.

Abdulgani, Ruslan, Hubungan Internasional dengan Mesir dan Timur Tengah Sepanjang Sejarah, Jakarta, 1974.

Anti-imperialisme dan Front Nasional. Seri Kursus Rakyat No. 2. Depagitprop, CC PKI, Jakarta, 1962.

Barton, George (1901-1906). “Temple of Solomon”. Jewish Encyclopedia. Diakses 29 juni 2008, book Studies on the Israeli Aggression on Gaza Strip

Brenner, Michael; Frisch, Shelley (April 2003). Zionism: A Brief History. Markus Wiener Publishers.

Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ewa T. Parker, “Ganefo I: Sports and Politics in Djakarta,” Asian Survey, 5:4 (1965).

Griffiths, M. & O’Callagan,T. 2002.International Relations: The key Concept. Rouledge.

Habiebiecenter.or.id/news/Di.Balik.Agresi.Israel.ke.Gaza.

Jack C. Plano and Roy Olto, The International Relation Dictionary, Halt Richart and Winstone Inc, USA 1996.


(4)

70

Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu: Yogyakarta.

M. Rofiq Madji, 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka Tebuireng.

_____________, 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka Tebuireng.

_____________, 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka Tebuireng.

Madiha, Rashid al Madfai, Jordan, the United States and the Middle East Peace Process, 1974–1991, Cambridge Middle East Library, Cambridge University Press (1993).

Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta, 1990.

Prayitno, Adi, 2009 “Politik Akomodasi Islam: Percikan, Pemikiran Politik Bahtiar Effendi.

Rahmat, Musthafa, 2002 Abd, Jejak-jejak Juang Palestina, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2002.

Sunario, 1990. Politik Luar Negeri Indonesia yang Bebas, Penerbit Endang, Jakarta.

Supri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1989.

Thaha, Idris, Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurholish Madjid dan M. Amien Rais, Jakarta: Penerbit Teraju.


(5)

71 Bahan Dari Jurnal Dan Artikel

Ant, Setengah Juta Aktivis Islam Kutuk Israel di Gedung Sate, http://SURYA Online.com, 20/01/2009.

Cast Lead Operation / Al-Furqan Battle by Abdul-Hameed al-Kayyali Published in: 2009, www.alzaytouna.net/en/publications/books/151173-studies- on-the-israeli-aggression-on-gaza-strip-cast-lead-operation-al-furqan-battle.

Demokrat dan Israel, Majalah Islam Sabili, 12/03/2009.

Diplomacy, 1984.

Soetomo, Rusnandi, Hubungan Antara Indonesia dan Timur tengah; Analisa vlll, no. 3, CSIS, 1979.

U.S state Department, 20 November 2007, Announcement of Annapoli Conference at the way back machine, (archived November 22,2007), web.archive.org/web/20071122125447

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jahid19445cef82full.pdf.

UpayaMendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Kancah Global https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Indonesian News and Views (Washington DC), Vol. 8, No. 3.


(6)

72

S.L. Roy, Diplomacy (edisi Indonesia), Yogyakarta, 1990. Shofwan Al-Banna Choiruzzad, Indonesia-Palestina,

Bahan Dari Media Elektronik

http://eprints.uns.ac.id/10859/1/Unlock-a.pdf. http://historia.id/modern/sukarno-dan-palestina http://historia.id/modern/sukarno-dan-palestina.

http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id, diakses pada 20 okt 2009. http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t10494.pdf.

http://www.aipac.org/.

http://www.kemlu.go.id/Pages/Default.aspx.

http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/tips-hidup-sehat/tim-medis-indonesia-masuk-ke-jalur-gaza.

https://frenndw.wordpress.com/tag/politik-luar-negeri-republik-indonesia/ https://kinanti0205.wordpress.com/

http://muftialy.wordpress.com, 09/01/2009.

Wagejava.com/en/politik/pemerintah/politik-luar-negeri-bebas-aktif-republik-indonesia. https://mail-attachment.googleusercontent.com/attachment. www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/we.html

www.gerbangilmu.com/2014/12/politik-luar-negeri-bebas-aktif.

Yanyan Mochamad Yani, Politik Luar Negeri http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf, diakses 30 nov 2014. www.academia.edu.