Pengaruh penanaman modal asing, dan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia feriode 1985-2009

(1)

PENGARUH PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI,

PENANAMAN MODAL ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

PERIODE 1985-2009

Di susun oleh Febrina Rizki Syaharani

1060 8400 2717

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama mahasiswa:

1. Nama : Febrina Rizki Syaharani

2. NIM : 1060 8400 2717

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Ekonomi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode 1985-2009

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Juni 2011

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS (___________________) NIP. 19570617198503 1 002 Ketua

2. Utami Baroroh, M. Si (___________________)

Sekretaris

3. Dr. Lukman, M. Si (___________________) NIP. 196406072003021000 Penguji Ahli

4. Pheni Chalid, SF. MA. Ph, D (___________________)

NIP. 195605052000121001 Pembimbing I

5. Fitri Amalia, M. Si (___________________)


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, 07 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Febrina Rizki Syaharani

2. NIM : 1060 8400 2717

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 4. Judul Skripsi : Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri,

Penanaman Modal Asing, dan Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1985-2009

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasisa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Maret 2011

1. Lukman M. Si (___________________)

NIP. 196406072003021000 Ketua

2. Utami Baroroh, M. Si (___________________)

Sekretaris

3. Pheni Chalid, SF. MA. Ph, D (___________________) NIP. 1956050520001210012 Penguji Ahli


(4)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Febrina Rizki Syaharani

NIM : 106084002717

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 16 Juni 2011 Yang Menyatakan,


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Febrina Rizki Syaharani

2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 26 Februari 1988

3. Alamat : Komplek Marna Putra

Jln. Danau Singkarak Blok B No.7 Jatibening Baru, Pondok Gede Bekasi.

4. Kebangsaan : Indonesia

5. Telepon : 0856 974 51700/ 021 8478251 6. Jenis Kelamin : Perempuan

7. Agama : Islam

II. PENDIDIKAN Pendidikan Formal

Tempat Waktu

1. SD Swasta Pelita Alam 1994 – 2000

2. SMP Islam As-syafi’iyah 06 Bekasi 2000 – 2003 3. SMA Islam As-syafi’iyah 02 Bekasi 2003 – 2006 4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi


(6)

Pendidkan Non Formal

Pelatihan/Seminar Waktu

1. Seminar Ekonomi Islam " Ekonomi Syariah sebagai Pondasi Pembangunan di Indonesia".

Juni 2007 2. Peserta Training Motivation ”Kuliah

Lancar Kerja Sukses”. Mei 2008

3. Seminar Ekonomi ”Dampak Kenaikan

BBM dari sudut pandang APBN”. Juni 2008

4. Pelatihan SPSS.17, UIN Syarif

Hidayatullah Desember 2009

5. KKN di Desa Situ Daun, Bogor

Juli 2009 – Agustus 2009

6. Magang di Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata

Maret 2010-April 2010

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : H. Kusmantoro, ST

2. Tempat & Tgl Lahir : Yogyakarta, 08 November 1957

8. Alamat : Komplek Marna Putra

Jln. Danau Singkarak Blok B No.7 Jatibening Baru, Pondok Gede Bekasi.

3. Telepon : 021 8478251

4. Ibu : Ulfah Maryani

5. Tempat & Tgl Lahir : Tegal, 05 Maret 1963

9. Alamat : Komplek Marna Putra

Jln. Danau Singkarak Blok B No.7 Jatibening Baru, Pondok Gede Bekasi.


(7)

ABSTRACT

An economic growth is the improvement of economic activities to develop goods and services and increase social prosperity.

This research was aimed to know how domestic and foreign investment, as well as foreign loan influence to economic growth in Indonesia. Data used in this research were time series of 1985—2009 period. In analyzing, the author used multiple regression in the program of Eviews 5.1.

Simultaneously, the research showed that Domestic Direct Investment, Foreign Direct Investment, and foreign loan positive influenced to the economic growth in Indonesia with its value probability: F-statistic 0,000000. Partially, regression in

the actual level (α = 5%) of Domestic Direct Investment resulted in significantly influenced in the economic growth with co-efficient 9,462474 and probability 0,0099 and foreign loan significantly influenced to the economic growth with co-efficient 9,357007 and probability 0,0000. Otherwise, Foreign Direct Investment did not significantly influence to the economic growth as its co-efficiency is 2,18 and its probability is 0,7753. It means that the Domestic Direct Investment, the Foreign Direct Investment, and the foreign loan positively influenced to the economic growth in Indonesia although the Foreign Direct Investment did not significantly influence to the economic growth. The reason was the Foreign Direct Investment growth slowly because of complex processes for permission and worse coordination among interrelated ministries.

Keywords: Economic Growth, Domestic Direct Investment, Foreign Direct Investment, and Foreign Loan.


(8)

ABSTRAKSI

Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh investasi dalam negeri dan luar negeri serta utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data yang digunakan adalah time series yaitu periode 1985-2009. Untuk menganalisis penulis menggunakan metode analisis regresi berganda pada program Eviews 5.1.

Secara simultan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PMDN, PMA, dan utang luar negeri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan nilai probabilitas F-statistik 0,000000. Secara parsial, hasil

regresi pada taraf nyata (α = 5%) PMDN berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi dengan koefisien 9,462474 dan probabilitas 0,0099, utang luar negeri berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien 9,357007 dan probabilitas 0,0000. Sedangkan PMA berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien 2,18 dan probabilitas 0,7753.. Hal ini berarti PMDN, PMA dan utang luar negeri dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia meskipun PMA tidak terlalu memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan pengembangan PMA di Indonesia masih terhambat oleh rumitnya proses pengurusan izin dikarenakan birokrasi yang rumit dan kurangnya keterpaduan koordinasi antar departement terkait.

Kata kunci : pertumbuhan ekonomi, PMDN, PMA dan utang luar negeri


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, dan Utang

Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1985-2009”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam yang selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sebagai tauladan terbaik bagi kelaurga, sahabat dan para pengikutnya, yang telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah menjadi zaman yang terang benderang ini dengan adanya agama Islam (addinul islam) serta dengan ilmu pengetahuan semoga kita semua mendapatkan syafaatnya besok di hari kiamat. Amin

Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua saya yang tidak pernah henti-henti mengiringi langkahku dengan doanya yang penuh dengan keikhlasan, selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, serta dukungan baik materil maupun spiritual dalam


(10)

kebaikan dan keberhasilan untuk anak-anaknya sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Bapak dan Mamah. Amin.

2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

4. Utami Baroroh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada setiap mahasiswa dan mahasiswi.

5. Pheni Chalid Sf, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah banyak memberikan saran dan pembelajaran kepada penulis.

6. Fitri Amalia M.Si. selaku dosen pembimbing II skripsi yang juga telah banyak memberikan saran kepada penulis.

7. Seluruh Dosen FEB dan IESP atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan selama penulis melaksanakan perkuliahan.

8. Seluruh staf jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Khususnya ibu Lilih yang sangat baik hati dan sabar dalam membantu penulis mengurus segala urusan akademik.

9. Imam Chaerulsyah dan Irvan Aulia, adik-adikku tersayang yang telah memberikan semangat dan dukungan. Belajarlah yang rajin dan jangan pernah putus asa dalam meraih cita-citamu.


(11)

10. Muhammad Iqbal yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan motivasi untuk selalu memberikan semangat menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kamu tetap semangat.

11. Sahabatku Istiqomah. Fatmi Ratna Ningsih, Asri Amaliya dan Dwi Suciayu yang telah banyak memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena kalian telah menjadi sahabat terbaik yang menemani hari-hari ku selama lebih dari 4 tahun ini. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga sampai kapanpun.

12. Dwi Wahyuni dan Nurlaila Sofwan sahabatku dari kosan lama. Terimakasih karena selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis hingga terpacunya semangatku untuk segera lulus tahun ini. Semoga tali persahabatan terus terjalin.

13. Seluruh teman-teman kosan Pelangi yang banyak mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kalian sudah memberikan semangat dengan hiburan ocehan kalian. Semoga silaturahmi kita tidak berhenti sampai disini saja.

14. Rekan-rekan IESP 2006 yang sama-sama berjuang untuk lulus skripsi. Terimakasih karena kalian telah memberikan banyak kenangan manis baik selama perkuliahan maupun diluar perkuliahan.

15. Teman-teman kkn green bean’09, terima kasih untuk hari-hari yang indah yang tak terlupakan di posko Situ Daun-Bogor. Semoga komunikasi dan tali silaturahmi tidak putus yang dikarenakan punya kesibukan masing-masing.


(12)

16. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih

Jakarta, Juni 2011

FEBRINA RIZKI SYAHARANI Penulis


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian a. Identifikasi Masalah ... 1

b. Batasan Masalah... 7

c. Perumusan Masalah ... 7

d. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Pertumbuhan Ekonomi ... 11

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 11

2. Indikator Pertumbuhan Ekonomi ... 13

3. Teori–Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 19

a. Teori Harrod-Domar ... 19


(14)

B. Pengertian Investasi ... 24

1. Komponen-Komponen Pengeluaran Investasi ... 25

2. Penanaman Modal Dalam Negeri ... 27

3. Penanaman Modal Asing ... 31

C. Utang Luar Negeri... 35

1. Pengertian Utang Luar Negeri ... 35

2. Bentuk-Bentuk Utang Luar Negeri ... 36

3. Prinsip Dasar Penerimaan Utang Luar Negeri ... 42

4. Mekanisme Penerimaan Utang Luar Negeri ... 43

5. Biaya yang Harus Ditanggung Penerima Pinjaman ... 46

6. Teori Utang luar Negeri ... 47

7. Alasan dilakukannya Utang Luar Negeri ... 49

D. Hubungan Masing-Masing Variabel Independen terhadap Variabel Dependen ... 50

1. PMDN Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 50

2. PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 51

3. Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 53

E. Penelitian Terdahulu ... 54

F. Kerangka Pemikiran ... 60

G. Hipotesis Penelitian ... 63

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 64


(15)

C. Teknik Pengumpulan Data ... 66

D. Metode Analisis Data ... 66

1. Uji Stasioneritas ... 68

2. Uji Asumsi Klasik ... 69

a. Uji Normalitas ... 69

b. Uji Autokorelasi ... 70

c. Uji Heteroskedastisitas ... 71

d. Uji Multikolinieritas ... 71

3. Uji Statistik……… 72

a. Uji Signifikansi Individual (Uji t-Statistik)……… 72

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Statistik)………. 73

c. Koefisien Determinasi (R2)………. 74

E. Operasional Variabel Penelitian ... 74

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 78

1. Pertumbuhan Ekonomi ... 78

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 82

3. Penananaman Modal Asing (PMA) ... 84

4. Utang Luar Negeri ... 87

B. Analisis dan Pembahasan ... 89

1. Hasil Uji Stasioneritas ... 89

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 92


(16)

b. Hasil Uji Autokorelasi... 93

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 93

d. Hasil Uji Multikolinieritas ... 94

3. Hasil Uji Regresi Berganda ... 92

4. Hasil uji Statistik ... 96

a. Hasil Uji Parsial (Uji t-Statistik) ... 96

b. Hasil Uji F-Statistik ... 101

c. Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 ... 102

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 103

B. Implikasi ... 105

C. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, PMDN, PMA, dan Utang

Luar Negeri Tahun 1997-2000 ... 3

2.1 Penelitian Terdahulu ... 62

3.1 Operasional Variabel ... 77

4.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1985-2009 ... 80

4.2 Hasil Uji Stasioneritas Tahap Level ... 90

4.3 Hasil Uji Stasioneritas Tahap First Different ... 91

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 93

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 94

4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Regresi Auxiliary ... 95

4.7 Hasil Olahan Data Denga Regresi Berganda ... 96

4.8 Hasil Uji t-Statistik ... 97


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Contoh Pinjaman Multilateral ... 37

2.2 Contoh Pinjaman Bilateral ... 37

2.3 Contoh Pinjaman Sindikasi ... 38

2.4 Kerangka Pemikiran ... 62

4.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1985-2009 ... 81

4.2 Perkembangan PMDN Periode 1985-2009 ... 83

4.3 Perkembangan PMA Periode 1985-2009 ... 86

4.4 Perkembangan Utang Luar Negeri Periode 1985-2009 ... 88


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Observasi Penelitian ... 111

2 Hasil Uji Regresi OLS ... 112

3 Hasil Uji Stasioneritas Tahap Level ... 113

4 Hasil Uji Stasioneritas Tahap First Different ... 114

5 Hasil Uji Normalitas ... 115

6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 116

7 Hasil Uji Autokorelasi ... 117


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Selanjutnya, pembangunan ekonomi juga perlu dipandang sebagai suatu proses kenaikan dalam pendapatan perkapita, karena kenaikan tersebut mencerminkan tambahan pendapatan dan adanya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tingkat pertambahan PDB (Produk Domestik Bruto) atau PNB (Produk Nasional Bruto) (Lincolin Arsyad, 2010: 11). Dapat disimpulkan bahwa salah satu indikator kemajuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini pada dasarnya


(21)

mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya.

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur kemapanan suatu negara. Mempercepat pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara berkembang merupakan upaya untuk lebih mengejar ketertinggalan dengan negara lain serta dapat lebih mensejajarkan diri dengan negara-negara yang lebih maju. Namun, sebagian besar negara-negara berkembang mengalami hambatan terutama dalam hal dana untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunannya.

Indonesia sebenarnya pernah memiliki suatu kondisi perekonomian yang cukup menjanjikan pada awal tahun 1980-an sampai pertengahan tahun 1990-an. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan, yakni masing-masing 5,9% di


(22)

tahun 1986, kemudian 6,9% di tahun 1988 dan menjadi 7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 sampai dengan enam tahun kedepan tingkat pertumbuhan ekonominya fluktuatif. Namun, pada satu titik tertentu, perekonomian Indonesia akhirnya runtuh oleh terjangan krisis ekonomi yang melanda secara global di seluruh dunia. Ini ditandai dengan tingginya angka inflasi, nilai kurs rupiah yang terus melemah, tingginya angka pengangguran seiring dengan kecilnya kesempatan kerja, dan ditambah lagi dengan semakin membesarnya jumlah utang luar negeri Indonesia akibat kurs rupiah yang semakin melemah.

Tabel 1.1

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, PMDN, PMA dan Utang Luar Negeri Tahun 1997-2000

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sejak krisis melanda pertengahan tahun 1997 menjadi guncangan besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Krisis moneter yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi tahun 1998 mengalami minus -13,1%. Laju pertumbuhan ekonomi seburuk ini lebih banyak dipengaruhi situasi nasional. Mulai tahun 1999 perekonomian nasional menunjukkan Tahun Pertumbuhan

(%)

PMDN PMA ULN

1997 4,7 119,755,500,000.0 154,038,225.0 269,049,000 1998 -13,1 60,748,500,000.0 108,790,912.5 573,538,725 1999 0,79 55,600,300,000.0 77,328,940.0 573,140,400 2000 4,92 88,294,400,000.0 146,638,466.0 782,462,655


(23)

proses pemulihan dengan pertumbuhan yang semakin membaik. Keadaan pertumbuhan ekonomi pada saat krisis juga diikuti pada penurunan nilai PMDN dan PMA serta meningkatnya utang luar negeri yang melonjak hebat. Hal ini diperkirakan bahwa keterpurukan ekonomi telah sampai batas terendah dan kembali ke suatu perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 1999 mulai positif meski hanya tercatat 0,79% setelah sebelumnya pada tahun 1998 mengalami penurunan yang sangat besar. Tanda-tanda awal proses pemulihan ekonomi telah mulai Nampak, stabilitas moneter mulai terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang menguat, keadaan sosial politik yang sudah lebih membaik.

Tingkat suatu pertumbuhan ekonomi ditentukan antar lain oleh kekuatan sektor penanaman modal asing, sektor bantuan luar negeri, dan sektor penanaman modal dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi membutuhkan peningkatan investasi yang pada gilirannya membutuhkan dana pembiayaan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari kedua sumber pembiayaan ini, sumber dana dalam negeri seharusnya merupakan sumber pokok pembiayaan, terutama dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi jangka panjang dimana suatu negara haruslah mendasarkan pembiayaan investasi dari sumber dalam negeri.

Karena keterbatasan sumber daya domestik yang dimiliki sedangkan kebutuhan dana untuk pembangunan ekonomi sangat besar, maka untuk mengatasi kekurangan dana yang diperlukan dalam proses


(24)

pembangunan nasional sejak Pelita I hingga beberapa tahun belakangan ini, dilakukan pemasukan dana dari luar negeri, baik berupa utang luar negeri (ULN) maupun penanaman modal asing utamanya yang bersifat penanaman modal langsung (PMA) (Rustian Kamaluddin, 2007: 177).

Peranan dana bantuan luar negeri dan modal asing terhadap kemajuan, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara berkembang telah lama menjadi perdebatan hangat diantara kelompok–kelompok ekonomi dunia. Sekelompok ekonom pada tahun 1950-an dan 1960-an berpendapat dan meyakini bahwa banuan luar negeri mempunyai dampak yang positif terhadap pembangunan ekonomi suatu negara tanpa menimbulkan gangguan pada masa sesudahnya bagi negara–negara debitor tersebut (Rustian Kamaluddin, 2007: 103).

Sebagaimana halnya dengan utang luar negeri dan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Penanaman modal asing, diarahkan untuk menggantikan peranan dari utang luar negeri sebagai sumber pembiayaan pertumbuhan dan pembangunan perekonomian nasional. Peran modal asing dirasa semakin penting melihat kenyataan bahwa jumlah utang luar negeri Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada masa Orde Baru, modal asing, khususnya utang luar negeri, secara faktual ditempatkan sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan, meskipun secara normatif harus ditempatkan sebagai


(25)

sumber tambahan. Kenyataan inilah yang menyebabkan bahaya tersembunyi, yang secara inheren melekat pada pola pembangunan yang didorong modal asing. Apabila posisi ketergantungan semakin besar, semakin besar pula resiko terkait yang harus dihadapi oleh sistem ekonomi global dalam bentuk ketergantungan terhadap modal asing, khususnya utang luar negeri.

Utang luar negeri dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara untuk menunjang proses produksi dalam negeri. Artinya, utang luar negeri merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara. Tentunya jumlah dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga tidak menjadi beban yang berkepanjangan (Rustian Kamaluddin, 2007: 105).

Meningkatnya investasi di Indonesia dimulai dengan ditetapkannya Undang - Undang No. 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing (PMA) sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang No. 11 Tahun 1070, dan Undang – Undang No. 6 Tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No. 12 Tahun 1970. Dengan diberlakukanya undang – undang tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan Investasi di Indonesia dari waktu ke waktu yang kemudian menciptakan iklim investasi yang kondusif selam proses pembangunan di Indonesia.

Berdasarkan hal – hal yang dikemukakakan diatas, penulis mencoba untuk membahas masalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia


(26)

dalam hubungannya dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), penanaman modal asing (PMA), dan utang luar negeri dengan judul

“Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, Dan Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

1985-2009”.

2. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka agar permasalahan tidak meluas, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada pertumbuhan ekonomi yang berada di Indonesia, investasi dan utang luar negeri. Dalam penelitian ini data yang digunakan data time series dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2009.

Faktor investasi yang diteliti mencakup Peananaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sehingga bisa diketahui dari mana sumber yang paling berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Selain investasi, faktor utang luar negeri juga menjadi fokus dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Perekonomian Indonesia yang tertinggal mendorong pemerintah untuk mencari sumber-sumber pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Di negara-negara yang sedang berkembang seperti halnya Indonesia tidak mempunyai sumber dana yang


(27)

cukup guna membiayai pembangunan negaranya yang dikarenakan terbatasnya akumulasi berupa kapital, untuk membangun perlu adanya investasi baik dari dalam negeri maupun investasi asing guna mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang dikehendaki. Selain mengandalkan sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri, pemerintah juga mengandalkan sumber pembiayaan yang berasal dari luar negeri. Salah satu alternatifnya adalah dengan mengusahakan bantuan luar negeri, misalnya dalam bentuk pinjaman atau utang luar negeri. Sumber dana eksternal dimanfaatkan oleh negara berkembang (Indonesia) sebagai dana tambahan disamping sumber dana dari dalam negeri.

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka pertanyaan penelitian yang menjadi objek analisis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

2. Seberapa besar pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

3. Seberapa besar pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

4. Seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing dan utang luar negeri secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?


(28)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam negeri terhadap pertumbuhan eknomi di Indonesia.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan eknomi di Indonesia.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan eknomi di Indonesia.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, dan utang luar negeri secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak–pihak berikut ini :

1. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi jurusan Ilmu Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai hubungan penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, dan utang


(29)

luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan upaya menerapkan teori dan mencari jalan keluar mengenai permasalahan pertumbuhan ekonomi.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan data, serta masukan bagi perumus kebijakan dalam penetapan kebijakan mengenai penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, da utang negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pertumbuhan Ekonomi

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan terlihat adanya aspek dinamis dalam suatu perekonomian, yaitu terlihat bagaimana perekonomian suatu negara yang berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan dari kebijakan ekonomi makro. Perekonomian yang tumbuh akan mampu memberikan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk suatu negara yang bersangkutan. Istilah pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik harus dibedakan dengan istilah perkembangan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik yang berupa peningkatan produksi barang dan jasa. Sedangkan perkembangan ekonomi menyangkut tidak hanya pertumbuhan dalam produksi fisik barang dan jasa, melainkan juga kualitas barang dan jasa maupun kualitas faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi barang dan jasa tersebut (Boediono, 1998: 5).

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik


(31)

yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, untuk melihat peningkatan jumlah barang yang dihasilkan maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai pendapatan suatu daerah pada berbagai tahun harus dihilangkan. Caranya adalah dengan melakukan perhitungan didasarkan atas harga konstan.

Laju pertumbuhan ekonomi pada suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini (Prathama Rahardja, 2004: 118):

Dimana:

Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)

PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan)

PDBRt-1 = PDBR satu periode sebelumnya

Jika interval waktunya lebih dari satu periode, maka penghitungan tingkat pertumbuhan ekonomi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

PDBRt = PDBR0 (1 + r)t Dimana:

PDBRt = PDBR periode t PDBR0 = PDBR periode awal r = Tingkat pertumbuhan


(32)

2. Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Indikator yang digunakan untuk menhitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan angka-angka pendapatan nasional, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB). Dalam praktek, angka PDB lebih lazim digunakan ketimbang PNB mengingat batas wilayah perhitungan PDB terbatas pada negara yang bersangkutan (domestik), karena dengan demikian kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik bisa dinilai efektivitasnya.

Ada dua alasan mengapa angka-angka pendapatan nasional merupakan data dasar yang diperlukan guna menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertama, karena angka statistik tersebut diperoleh dengan jalan menjumlahkan nilai tambah bruto yang dhasilkan oleh aktivitas produksi di dalam perekonomian. Hal ini berarti peningkatan angka-angka tersebut mencerminkan peningkatan balas jasa. Kedua, angka-angka pendapatan nasional dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept). Artinya, angka pendapatan nasional hanya mencangkup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu , dan tidak mencangkup nilai produk yang dihasilkan pada periode-periode sebelumnya. Dengan digunakannya konsep aliran dalam erhitungan angka pendapatan nasional maka jumlah output yang dihasilkan dalam tiap-tiap periode dapat dibandingkan. (Hera Susanti et.all, 1995: 21).


(33)

Ada tiga cara penghitungan pendapatan nasional, yaitu cara output, cara pendapatan, dan cara pengeluaran. Masing-masing cara melihat pendapatan nasional dari sudut pandang yang berbeda, tetapi hasilnya saling melengkapi. Berikut ini merupakan metode-metode penghitungan pendapatan nasional (Prathama Rahardja, 2004: 16):

1. Metode Output

Menurut metode ini PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara penghitungannya adalah dengan membagi-bagi perekonomian jadi beberapa sektor produksi. Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output sluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain.atau bisa merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindarkan hal tersebut maka dalam perhitungan PDB dengan metode output, yang dijumlahkan adalah nilai tanbah (value added) masing-masing sektor yaitu selisih antara nilai output dengan nilai input antara. Berikut rumusnya:

NT = NO – NI Dimana:


(34)

NO = Nilai output NI = Nilai input antara

Dari rumus diatas dapat dikatakan bahwa proses produksi merupakan proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah. Aktivitas produksi yang baik adalah aktivitas yang menghasilkan NT > 0. Dengan demikian besarnya PDB adalah:

PDB = Dimana:

i = Sektor produksi ke 1, 2, 3, …., n

2. Metode Pendapatan

Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Hubugan antara tingkat output dengan faktor-faktor produksi yang digunakan digambarkan dalam funsi produksi sederhana di bawah ini:

Q = f(L, K, U, E) Dimana:

Q = Output L = Tenaga kerja K = Barang modal U = Uang / finansial


(35)

Fungsi produksi diatas menunjukkan bahwa untuk memproduksi output dibutuhkan input berupa tenaga kerja, barang modal dan uang / financial. Jumlah tenaga kerja, barang modal dan uang yang banyak tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak ada kemampuan entrepreneur. Kemampuan entrepreneur ini adalah kemampuandan keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang modal dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.

Balas jasa untuk tenaga kerja adala gaji. Untuk barang modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang / asset financial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut pendapatan nasional. Berikut ini rumusnya:

PN = w + i + r + π

Dimana:

PN = Pendapatan Nasional w = Upah / gaji

i = Pendapatan bunga r = Pendapatan sewa

π = Keuntungan 3. Metode Pengeluaran

Menurut metode ini ada beberpa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian:


(36)

1) Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis pakai dalam tempo setahun atau kurang maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun. 2) Konsumsi Pemerintah

Perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir. Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah. Itulah sebabnya dalam perhitungan data statistik PDB, pengeluaran konsumsi pemerintah nilainya lebihkecil dari pada pengeluaran yang tertera dalam anggaran pemerintah.

3) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara dan memperbaiki kemampuan menciptakan / meningkatkan nilai tambah. Termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik barang jadi maupun barang setengah jadi. Untuk mengetahui berapa potensi produksi, akan lebih akurat bila yang dihitunga adalah investasi neto, yaitu investasi bruto dikurangi penyusutan. Penghitungan PMTDB ini menunjukkan bahwa pendekatan pengeluaran, lebih


(37)

mempertimangkan barang-barang modal yang baru. Barang-barang modal tersebut merupakan output baru, Karen aitu harus dimasukkan dalam perhitungan PDB.

4) Ekspor Neto

Ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar dari pada impor. Begitu juga sebaliknya. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia).

Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah gabungan lima jenis pengeluaran tersebut:

PDB = C + G + I + (X – M) Dimana:

C = Konsumsi rumah tangga G = Konsumsi pemerintah

I = PMTDB

X = Ekspor M = Impor

3. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi serta bagaimana ketrkaitan antara faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Terdapat banyak teori pertumbuhan


(38)

ekonomi tetapi hanya dua yang dimasukkan dalam penelitian ini dikarenakan cukup untuk menerangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yaitu teori Harrod-Domar dan teori Keynes.

a. Teori Harrod-Domar

Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangkan oleh Evsey D. Domar dan Roy F. Harrod. Teori ini merupakan pengembangan dari teori makro Keynes dengan memasukkan masalah-masalah ekonomi jangka panjang, serta berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang. Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu antara lain (Lincolin Arsyad, 2010: 83): 1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan

barang-barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2) Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan

sektor perusahaan.

3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol. 4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS)

besarnya tetap, demikian juga rasio antara modal-output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-(capital-output (incremental capital-output ratio = ICOR).

Menurut Horrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan sejumlah proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk mengganti barang-barang modal (gedung-gedung, peralatan dan material) yang telah rusak. Namun demikian, untuk dapat meningkatkan laju perekonomian,


(39)

diperlukan pula investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Teori Harrod-Domar memandang bahwa ada hubungan ekonomis antara besarnya stok modal (K) dan tingkat output total (Y), maka setiap tambahan bersih terhadap stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modal output tersebut, hubungan ini dikenal dengan istilah rasio modal-output (COR).

Jika dianggap COR = k, rasio kecenderungan menabung (MPS) = s yang merupakan proporsi tetap dari output total dan investasi ditentukan oleh tingkat tabungan, maka dapat disusun model pertumbuhan ekonomi yang sederhana sebagai berikut :

Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), dapat diturunkan persamaan sederhana sebagai berikut :

1. S = s.Y ... (1) 2. Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan

dilambangkan dengan K maka :

I = ∆K ... (2) Tetapi karena stok modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan output total (Y), seperti ditunjukkan oleh COR atau k, maka:

Y k K atau k Y K atau k Y K      

 . ……….…………. (3)

3. Karena tabungan total (S) harus sama dengan investasi total (I), maka: S = I ... (4)


(40)

identitas dari tabungan yang sama dengan investasi pada persamaan (3) sebagai berikut

S = s.Y = ∆K = k.∆Y = I atau s.Y = k.∆Y …………..……..………. (5) Akhirnya di dapatkan:

k s Y

…………...……….……….... (6)

∆K/Y pada persamaan (6) menunjukkan tingkat pertumbuhan output (persentase perubahan output).

Persamaan (6), yang merupakan persamaan Harrod-Domar yang

disederhanakan, menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output (∆K/Y)

ditentukan secara bersama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output (COR=k). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output secara positif berhubungan dengan rasio tabungan. Sedangkan hubungan antara COR dengan tingkat pertumbuhan output adalah negatf, semakin besar COR maka rendah tingkat pertumbuhan output.

Logika ekonomi yang terkandung dalam persamaan diatas yaitu jika ingin tumbuh dengan pesat, maka perekonomian haruslah menabung dan menginvestasikan sejumlah proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat pula perekonomian tersebut akan tumbuh. Tetapi tingkat pertumbuhan yang nyata sebenarnya tergantung pada produktivitas dari investasi. Yang dimaksud dengan produktivitas investasi adalah banyaknya output yang dihasilkan dari satu unit investasi, dapat diukur dengan kebalikan dari rasio modal-output (COR- atau k), karena rasio ini


(41)

(1/k) menggambarkan rasio output-modal atau rasio output investasi. Selanjutnya dengan mengalikan tingkat investasi baru yaitu s = I/Y dan tingkat produktivitasnya, 1/k, maka akan didapat tingkat pertumbuhan output total. Karena:

s = S/Y dan 1/k dapat dituliskan dengan 1/(I/∆Y), maka s.1/k =

I/Y.∆Y/I = ∆Y/Y

c. Teori Keynes

Menurut pandangan Keynes, volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif menentukan tingkat keseimbangan pekerjaan dan pendapatan. Permintaan efektif terdriri dari permintaan konsumsi dan permintaan investasi. Permintaan konsumsi tergantung pada kecenderungan untuk mengkonsumsi, akan tetapi tidak meningkat secepat kenaikan pendapatan.

Kesenjangan antara pendapatan dan konsumsi dapat dijembatani oleh investasi. Jika volume investasi yang diperlukan tak terpenuhi maka harga permintaan agregat akan turun, lebih rendah daripada harga penawaran agregat. Akibatnya, pendapatan dan pekerjaan akan turun sampai kesenjangan tersebut terjembatani. Jadi perbedaan antara pekerjaan dan pendapatan ini sebagian besar akan tergantung pada investasi. Volume investasi tergantung pada efisiensi marginal dari modal dan suku bunga. Efisiensi marginal dari modal merupakan tingkat hasil yang diharapkan dari aktiva modal baru. Bilamana harapan laba tinggi, pengusaha menginvestasi lebih besar. Suku bunga, yang merupakan faktor lainnya


(42)

dari investasi, tergantung pada kuantitas. Sekarang investasi dapat dinaikkan melalui peningkatan efisiensi marginal dari modal atau penurunan suku bunga. Kenaikan investasi menyebabkan naiknya pendapatan, dank arena pendapatan meningkat, muncul permintaan ang lebih banyak atas barang konsumsi, yang pada gilirannya menyebabkan kenaikkan berikutnya pada pendapatan dan pekerjaan. Proses ini cenderung menggumpal (kumulatif).

Kenaikan investasi pada tingkat tertentu akan menyebabkan kenaikan yang berlipat pada pendapatan melalui kecenderungan berkonsumsi. Hubungan antara kenaikan investasi dan pendapatan ini oleh Keynes disebut multiplier K (pengali). Efek multiplier ini menperlihatkan hubungan yang tepat, bila investasi agregat naik, pendapatan akan meningkat yang besarnya adalah K kali keniakkan investasi tersebut. Rumusnya adalah YKIdan 1-1/K mewakili kecenderungan marginal berkonsumsi turun, berkat adanya kenaikan pendapatan, maka diperlukan suntikan investasi dengan dosis besar guna memperoleh tingkat pendapatan dan pekerjaan yang lebih tinggi dalam perekonomian (Jhingan, 2004: 133).

B. Pengertian Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah


(43)

kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 1993: 107). Investasi tidak hanya untuk memksimalkan output, tetapi untuk menentukan ditribusi tenahga kerja dan distribusi pendapatan, pertumbuhan dan kualitas penduduk serta teknologi.

Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-undang No. 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri, yang kemudian dilengkapi dan disempurnakan dengan Undang-undang No. 11 tahun 1970 tentang penanaman modal asing dan Undang-undang No.12 tahun 1970 tentang penanaman modal dalam negeri. Berdasarkan dari sumber kepemilikan modal, maka invetasi swasta dapat dibagi menjadi penanaman mdal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Investasi atau pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan mengganti dan untuk menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang kan digunkan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan.

Penggunaan modal baik PMDN maupun PMA digunakan bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya. Investasi tersebut dilakukan secara langsung. Yakni melalui pembelian-pembelian obligasi, surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi-emisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan oleh perusahaan serta deposito-deposito dan tabungan yang berjangka panjang sekurang-kurangnya satu tahun.


(44)

Harrod dan Dommar memberikan peranan kunci kepada investasi terhadap peranannya dalam proses pertumbuhan ekonomi khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama, investasi memiliki peran ganda dimana dapat menciptakan pendapatan, dan kedua, investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (Jhingan, 2004: 229).

1. Komponen – Komponen Pengeluaran Investasi

Pengeluaran investasi dibedakan menjadi empat komponen yaitu (Sadono, 2005):

1) Investasi perusahaan–perusahaan swasta

Investasi perusahaan–perusahaan merupakan komponen yang terbesar dari investasi dalam suatu Negara pada suatu tahun tertentu. Pengeluaran investasi ini yang terutama diperhatikan oleh ahli-ahli ekonomi dalam membuat analisis mengenai investasi. Pengeluaran investasi tersebut meliputi mendirikan bangunan industri, membeli mesin-mesin dan peralatan produksi lain, dan pengeluaran untuk menyediakan bahan mentah. Tujuan para pengusaha melakukan investasi ini adalah untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan produksi yan akan dilakukan di masa depan.

2) Investasi yang dilakukan oleh pemerintah

Pemerintah juga melakukan investasi. Berbeda dengan investasi perusahaan yang bertujuan untuk mnecari keuntungan,


(45)

investasi pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, investasi pemerintah dinamakan jiga investasi sosial. Investasi-invetasi tersebut meliputi pembangunan jalan raya, pelabuhan dan irigasi, mendirikan sekolah, rumah sakit, dan bendungan. Analisis untuk investasi tersebut bukanlah aspek yang dibahas secara mendalam dalam teori makro ekonomi.

3) Investasi untuk mendirikan tempat tinggal

Pembanguan rumah-rumah tempat tinggal juga merupakan pembelanjaan yang digolongkan sebagai investasi. Hal ini dikarenakan rumah mempunyai sifat yang mendekati peralatan produksi perusahaan, yaitu memakan waktu lama sebelum nilainya susut sama sekali, dan bangunan tersebut secara terus menerus menghasilkan jasa bagi pemilik atau penyewanya.

4) Investasi atas barang-barang inventaris

Komponen yang paling kecil dari investasi adalah inventaris atau inventory, yaitu stok barang simpanan perusahaan. Barang-barang yang digolongkan sebagai inventaris meliputi bahan mentah yang belum diproses, dan barang yang sudah dihasilkan olehperusahaan tetapi masih dalam simpanan dan belum dijual ke pasran. Menyediakan barang-barang seperti itu mempunyai arti penting dalam menciptakan efisiensi dan kelancaran kegiatan perusahaan.


(46)

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Didalam neraca nasional atau struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut penggunaannya investasi didefinisikan sebagai pembentukan modal tetap domestik (domestik fixed capital formation). Investasi sebagai salah satu komponen penting dari permintaan agregat di dalam ekonomi meruakan faktor yang sangat krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi dalam negeri (sustainable development). Salah satu indikator keberhasilannya adalah tingkat pendapatan nasional per kapita atau laju pertumbuhan produk domestik (PDB) rata-rata per tahun yang tinggi dan stabil. Proses pembangunan ekonomi dalam negeri melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor ekonomi domestik untuk keperluan kegiatan-kegiatan tersebut, perlu dibangun pabrik-pabrik, gedung perkantoran, mesin dan alat-alat produksi. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang terampil, untuk pengadaan semua itu, termasuk fasilitas seperti gedung sekolah, perpustakaan, dan sebagainya untuk mendukung penyiapan smber daya manusia, diperlukan dana yang disebut dana investasi (Tambunan, 2000 dalam Eny dan Siti: 62).

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 6 pasal 1 Tahun 1968 pengertian penanaman modal dalam negeri adalah bagian daripada kekayaan masyarakat Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang


(47)

dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di indonesia, yang disisihkan guna menjalankan sesuatu usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini.

Penanaman modal dalam negeri merupakan bagian dari penggunaan kekayaan yang dapat dilakukan secara langsung oleh pemilik sendiri atau secara tidak langsung, antara lain melalui pembelian obligasi, saham, deposito, dan tabungan yang jangka waktu minimal 1 tahun. Menurut undang-undang tersebut pada pasal 3, perusahaan yang dapat menggunakan modal dalam negeri dapat dibedakan dua jenis perusahaan, yaitu perusahaan nasional dan perusahaan asing. Dimana perusahaan nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh negara dan atau swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara negara dan atau swasta nasional dengan swasta asing dimana sekurang-kurangnya 51% modal dimiliki oleh Negara atau swasta nasional. Dalam setiap izin usaha yang diberikan kepada perusahaan asing yang menggunakan modal dalam negeri ditentukan jangka waktu berlakunya yang sudah diatur oleh pemerintah dan undang-undang.

Sedangkan batas waktu dalam berusaha bagi perusahaan asing, baik perusahaan baru maupun perusahaan lama dibatasi antara 10 tahun dan 30 tahun. Jika jangka waktu usaha bagi perusahaan asing telah berakhir, maka warga Negara asing yang bersangkutan dapat


(48)

melanjutkan usahanya dengan mengalihkan modalnya ke bidang usaha lain yang batas waktu usahanya belum berakhir dan mengadakan usaha gabungan dengan perusahaan nasional. Setelah waktu berusaha untuk perusahaan asing berakhir, maka perusahaan atau modal yang dimiliki oleh warga Negara asing yang bersangkutan harus dialihkan kepada warga Negara Indonesia. Jika perusahaan asing telah diberi peringatan secara tertulis sekurang-kurangnya dua kali oleh instansi pemerintah yang berwenang, warga Negara asing yang tersebut dalam waktu satu tahun sejak berakhirnya jangka waktu usahanya, maka pemerintah atau instansi terkait berhak melakukan likuiditas terhadap perusahaan asing tersebut.

Pemerintah berkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan dan menyelenggarakan usaha-usaha, agar pada waktunya perrusahaan-perusahaan nasional dapat menampung dan melakukan fungsi serta kegiatan-kegiatan perusahaan-perusahaan asing yang batas waktunya telah berakhir.

Dalam Undang-Undang No. 25 pasal 3 ayat 2 Tahun 2007, tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk:

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional 2) Menciptakan lapangan kerja

3) Meningkatkan pemabangunan ekonomi berkelanjutan 4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional 5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional


(49)

6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri

8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 juga menjelaskan bahwa pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, oral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdsarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kaspasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah.

Bentuk fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada penanaman modal dapat berupa (Undang-Undang No. 25 Tahun 2007): 1) Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap umlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu.


(50)

2) Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barangmodal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri.

3) Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan masuk atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu.

4) Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nialai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu.

5) Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.

6) Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

3. Penanaman Modal Asing (PMA)

PMA atau investasi asing merupakan invetasi yang dilakukan oleh para pemilik modal asing di dalam negeri untuk mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilakukan. Menurut Jhingan, pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun modal overhead ekonomi dan dalam mencipatakan kesempatan kerja yang lebih luas. Modal asing tidak hanya membawa uang dan mesin tetapi jiga keterambilan teknik. Ia membuka


(51)

daerah-daerah terpencil dan mengarap sumber-sumber baru yang belum dimanfaatkan. Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga ditanggung modal asing. Selanjutnya, modal asing mendorong pengusaha setempat untuk bekerja sama dengan perusahaan asing. Ia meniadakan problem neraca pembayaran dan menurunkan tekanan inflasi. Modal asing membnatu memodernisasi masyarakat dan memperkuat sektor Negara maupun sektor swasta. Penggunaan modal asing dengan demikian penting untuk mem[ercepat pembangunan eonomi Negara-negara terbelakang.

Pengertian PMA dari tinjauan dan pembahasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Nomor 11 Tahun 1970 tentang penanaman modal dan kredit luar negeri:

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

2. Alat-Alat untuk perusahaan, termasuk penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan Indonesia.

3. Bagian dari hasil perusahaan yang didasarkan dalam Undang-Undang ini diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.


(52)

Pengertian PMA diatas adalah penggunaan dari modal asing untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.

Peranan PMA dalam pembangunan adalah :

1. Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

2. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perubahan struktur produksi dan perdagangan.

3. Modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana.

Untuk PMA dari segi ekonomi dianjurkan berada dalam keadaan sebagai berikut :

1. Pemilik modal asing mau menginvestasikan modalnya pada proyek-proyek besar.

2. Pemerintah dalam menerima kredit PMA harus benar-benar menggunakan kredit untuk proyek-proyek yang bisa membangun tabungan dan capital lebih lanjut.

Kreditur berkeinginan baik untuk mendidik dalam keahlian manajerial, teknik, dan finansial.

Modal asing dapat memasuki suatu negara dalam bentuk modal swasta dan/atau modal negara. Modal asing swasta dapat mengambil bentuk penanaman modal asing langsung dan penanaman modal asing tidak langsung. Berikut penjelasannya (Jhingan, 2004: 483):


(53)

1) Penanaman Modal Asing Langsung

Penanaman Modal Asing langsung merupakan perusahaan dari negra penanam modal secara de facto atau de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di negara pengimpor modal dengan cara investasi itu.

Penanaman modal asing lansung dapat mengambil beberapa bentuk, yaitu: pembentukan suatu cabang perusahaan di negara pengimpor modal; pembentukan suatu perusahaan dalam mana perusahaan dari negara penananm modal memiliki mayoritas saham; pembentukan suatu perusahaan di negara pengimpor yang semata-mata dibiayai oleh perusahaan yang terletak di negara penanam modal; mendirikan suatu korporasi di negara lain oleh perusahaan nasional dari negara penanam modal.

2) Penanaman Modal Asing Tidak Langsung

Lebih dikenal sebagai investasi portfolio atau rentier yang sebagian besar terdiri dari penguasaan atas saham yang dapat dipindahkan (yang dikeluarkan atau dijamin oleh pemerintah negara pengimpor modal), atas saham atau surat utang oleh warga negara dari beberapa negara lain. Penguasaan saham tersebut tidaklah sama dengan hak untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya mempunyai hak atas deviden saja. Pada tahun-tahun terakhir ini telah berkembang investasi tidak langsung secara multilateral. Warga negara dri suatu negara membeli membeli surat-surat obligasi


(54)

yang dilambangkan atau yang membiayai suatu proyek khusus di beberapa negara terbelakang.

C. Utang Luar Negeri

1. Pengertian Utang Luar Negeri

Utang pada dasarnya adalah suatu alternatif yang dilakukan karena berbagai alasan yang rasional itu ada muatan urgensi dan ada pula muatan ekspansi. Muatan urgensi tersebut maksudnya ialah utang dipilih mungkin sebagai sumber pembiayaan Karena derajat urgensi kebutuhan yang membutuhkan penyelesaian segera. Sedangkan muatan ekspansi berarti utang dianggap dapat memberikan keuntungan.

Dalam Undang-undang peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/7/PBI/2008 tentang pinjaman luar negeri perusahaan bukan bank, dinyatakan bahwa pinjaman luar negeri merupakan salah satu faktor penting yang dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap neraca pembayaran, kestabilan moneter dan kesinambungan pembangunan. Untuk mengurangi pengaruh negatif terhadap neraca pembayaran, kestabilan moneter dan kesinambungan pembangunan, maka pinjaman luar negeri perlu dikelola dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian dan kepentingan perekonomian nasional serta menjaga kepercayaan pasar keuangan internasional.

Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dengan ketua Bapennas No. 185/KMK. 03/1995 dan No. KEP.


(55)

031/KET/1995 tanggal 5 Mei 1995 yang telah dirubah dengan SKB No. 459/KMK. 03/1999 dan No. KEP. 264/KET/09/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam Pelaksanaan APBN, pengertian Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.

2. Bentuk-Bentuk Utang Luar Negeri

Bentuk utang luar negeri dapat dilihat dari sumber dan persyaratan, yaitu:

a. Dilihat dari sumber dananya, utang luar negeri dapat dibedakan dalam: 1) Pinjaman Multilateral, yaitu pinjaman yang berasaal dari badan-badan

internasional, misalnya World Bank, Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB).


(56)

Gambar 2.1

Contoh Pinjaman Multilateral

Sumber: Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia

2) Pinjaman Bilateral, yaitu pinjaman yang berasal dari negara-negara baik yang tergabung dalam CGI maupun antar negara secara langsung (intergovernment).

Gambar 2.2

Contoh Pinjaman Bilateral

Sumber: Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia

3) Pinjaman Sindikasi, yaitu pinjaman yang diperoleh dari beberapa bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) internasional. Pemberian pinjaman tersebut dikoordinir oleh satu bank/LKBB yang bertindak sebagai sindication leader. Pinjaman ini biasanya dalam jumlah besar NEGARA

NEGARA

NEGARA NEGARA

NEGARA

LEMBAGA INTERNATION

PENERIMA PINJAMAN Loan Agreement

NEGARA PEMBERI PINJAMAN

NEGARA PENERIMA PINJAMAN Loan Agreement


(57)

dan bersifat komersial (commercial loan), misalnya dengan tingkat suku bunga yang mengambang (floating rate). Syarat-syarat pinjaman yang dituangkan dalam loan agreement merupakan konsensus dan kesepakatan diantara para pemberi pinjaman.

Gambar 2.3 Contoh Pinjaman Sindikasi

Sumber: Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia

b. Dilihat dari segi persyaratannya, utang luar negeri dapat dibedakan menjadi:

1) Pinjaman lunak (Concessional Loan), yaitu pinjaman luar negeri dalam rangka pembiayaan proyek-proyek pembangunan. Pinjaman lunak biasanya diperoleh dari Negara-negara yang tergabung dalam kerangka CGI maupun non CGI. Pengertian concessional loan biasanya juga diartikan sebagai pinjamn yang diperoleh dari Official Development Assistance (ODA) baik yang bersifat bilateral yang bersifat bilayeral maupun multilateral. Berdasarkan Inpres No. 8 tahun

MEMBER MEMBER

SYNDICATION LEADER MEMBER

MEMBER

NEGARA PENERIMA PINJAMAN

Loan Agreement Sharing Dana


(58)

1984 pinjaman yang dapat diklasifikasikan pinjaman lunak harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a) Jangka waktu pengembalian pinjaman selama 25 tahun atau lebih b) Masa tenggang (grace period) pembayaran pokok pinjaman selama

7 sampai dengan 10 tahun

c) Tingkat bunga pinjaman berkisar 2% sampai dengan 3%

d) Dalam pinjaman yang diberikan terdapat unsure hibah (grant element) sebesar 25% atau lebih

2) Pinjaman setengah lunak (semi concessional loan), yaitu pinjaman yang penggunaannya hamper sama dengan penggunaan pinjaman lunak, namun persyaratannya lebih berat dari pinjaman lunak tetapi lebih ringan daripada pijaman komersial. Pinjaman semi lunak terdiri dari:

(a) Fasilitas Kredit Ekspor (FKE), adalah pinjaman luar negeri yang disediakan oleh suatu badan pengembangan ekspor di luar negeri kepada Pemerintah Indonesia untuk membiayai pembelian barang modal bagi proyek tertentu. Fasilitas pinjaman ini dijamin oleh Pemerintah negara yang bersangkutan atau lembaga yang ditunjuk. Pada umumnya FKE diberikan hanya sebesar 65% sampai dengan 90% dari keseluruhan nilai proyek yang dibiayai, sedangkan sisanya dibiayai dengan dana sendiri atau dana pendampingan oleh Pemerintah RI. Fasilitas Kredit Ekspor dapat dalam bentuk


(59)

Suppliers Credit atau Buyers Credit. Buyers Credit adalah injaman FKE yang diterima dari Bank komersial atau lembaga keuangan bukan bank luar negeri, dimana tujuan pinjaman tersebut adalah untuk pembelian barang dari Negara pemberi pinjaman. Sedangkan Supplier Credit adalah pinjaman FKE yang diterima pemerintah langsung dari pemasok barang di luar negeri kepada Pemerintah RI yang akan diberikan dalam bentuk barang dalam keperluan proyek. Dapat diartikan bahwa dalam supplier credit ini, pihak yang menerima pnjaman adalah pihak pemasok barang.

(b) Purchase Installment Sale Agreement (PISA), yaitu pinjaman yang diberikan oleh perusahaan leasing untuk pembiayaan proyek pembangunan tertentu yang dituangkan dalam bentuk persetujuan jual beli dengan pembayaran angsuran. Besarnya pinjaman PISA adalah 100% dari nilai proyek.

(c) Pinjaman Komersial (Commercial Loan), yaitu pinjaman yang diterima dengan syaratsyarat yang ditetapkan berdasarkan kondisi pasar uang dan pasar modal internasional. Pinjaman ini lazim pula disebut cash loan karena pinjaman diterima dalam bentuk uang tunai dan penggunaannya lebih fleksibel atau tidak mengikat. Jumlah pinjaman komersial umumnya berjumlah besar karena pemberi pinjaman berupa sindikasi yang anggotanya terdiri atas perbankan dan lembaga-lembaga


(60)

keuangan internasional. Beberapa pertimbangan bagi Pemerintah dalam menerima pinjaman komersial adalah mendukung penganekaragaman (diversifikasi) pinjaman atau memperluas sumber pinjaman yaitu memperoleh pinjaman dari perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, jumlah pinjaman relative lebih besar dan tata cara penarikannya lebih mudah, dan penggunaan dana tidak terikat pada satu proyek tertentu namun lebih fleksibel, baik untuk diinvestasikan kembali, untuk membiayai proyek atau untuk memperkuat cadangan devisa.

Bentuk lain dari pinjaman komersial adalah penerbitan Surat Utang Negara (Notes) dan penerbitan Obligasi Pemerintah (Bonds). Notes dan Bonds adalah commercial papers yang diterbitkan oleh borrower dalam valuta tertentu dengan nilai tertentu yang merupakan bukti pengakuan hutang dan janji untuk membayar kembali pada saat yang telah ditentukan. Bukti pengakuan hutang ini dapat diperjual belikan di pasar internasional tertentu dan akan dilunasi kepada pemegang oleh borrower pada saat jatuh tempo. Bonds merupakan surat hutang berjangka waktu sampai dengan 30 tahun yang diterbitkan oleh suatu Negara atau badan usaha yang bunganya dapat bersifat tetap (fixed) atau mengambang (floating). Sedangkan Notes, atau biasanya dalam bentuk FRN (Fixed Rate Notes) adalah surat hutang dengan suku bunga mengambang yang berjangka waktu dari 5 tahun hingga 10 tahun.


(61)

3. Prinsip Dasar Penerimaan Utang Luar Negeri

Dalam menerima utang dari luar negeri, Pemerintah menetapkan kebijakan yang ditetapkan sejalan dengan kebijakan umum dan dijadikan prinsip dasar dan pertimbangan dalam menerima setiap utang luar negeri. Prinsip dasar itu adalah:

a. Utang yang diterima harus berjangka panjang dengan syarat-syarat yang ringan, yaitu syarat yang masih dapat dipenuhi secara normal dan wajar. b. Utang yang diterima tidak disertai dengan suatu ikatan politik apapun dan

dilandasi azas yang saling menguntungkan secara wajar.

c. Jumlah dan syarat pinjaman disesuaikan dengan batas kemampuan untuk membayar kembali dan tidak menimbulkan beban yang terlalu memberatkan terhadap neraca pembayaran. Indikator kemampuan membayar adalah rasio antara jumlah utang dan bunga pada satu periode dengan hasil ekspor pada periode yang sama atau disebut Debt-Service ratio (DSR).

d. Penggunaan dan penarikan dana pinjaman tidak terlalu ketat dan lebih disukai jenis pinjaman yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. e. Sumber dana pinjaman harus jelas dan pihak kreditor dikenal mempunyai

reputasi yang baik.

f. Perlu adanya penganekaragaman (diversifikasi) sumber dan bentuk pinjaman, sehingga dapat meningkatkan borrowing capacity Indonesia. Hal ini dilakukan karena Indonesia tidak selamanya dapat memperoleh pinjaman bersifat lunak sehingga perlu dicari bentuk-bentuk pinjaman lain


(62)

sumber-sumber lain seperti dari bank-bank, non bank, corporate atau individual investor potensial yang diorganisir oleh Pemerintah negara kreditor.

g. Penggunaan pinjaman diarahkan pada pembiayaan proyek-proyek yang member manfaat langsung bagi pengembangan industri dalam negeri serta mendorong perluasan lapangan kerja.

h. Penggunaan pinjaman tidak dibatasi untuk impor barang/jasa dari negara pemberi pinjaman saja, tetapi hendaknya bebas digunakan untuk kepentingan impor dari Negara lain.

4. Mekanisme Penerimaan Utang Luar Negeri

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa utang luar negeri yang diterima adalah merupakan penerimaan sebagai pelengkap dalam membiayai pembangunan di luar penerimaan lain dalam bentuk penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak. Dengan kata lain, penerimaan utang luar negeri merupakan komponen PBN Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang proses penyusunannpa melibatkan seluruh departemen dan lembaga pemerintah non departemen serta parelemen (DPR). Demikian juga dalam pengelolaan pinjaman luar negeri, pengelolaannya dilakukan secara bersama oleh instansi-instansi terkait di bawah koordinasi Menteri Koordinator Perekonomian yang antara lain terdiri atas Bappenas, Departemen Keuangan, Bank Indonesia dan Departemen Teknis terkait sebagai executing agency. Masing-masing instansi mengelola pinjaman ini sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan pinjaman yang meliputi tahap-tahap pengusulan proyek,


(63)

pencairan pinjaman, penggunaan pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman. Pejabat yang ditunjuk (in charge) atas nama Pemerintah RI sebagai peminjam (borrower) adalah Menteri Keuangan, sedangkan yang bertindak sebagai pelaksana proyek (executing agency) adalah Departemen Teknis atau BUMN/BUMD yang membawahi proyek.

a. Pengajuan Usulan Proyek yang Dibiayai Pinjaman Luar Negeri 1) Prosedur Pengusulan Proyek Utang Luar Negeri:

a) Menteri/Ketua Lembaga Pemerintah Non Departemen, mengusul-kan proyek-proyek yang direncanamengusul-kan untuk mencapai sasaran pembangunan (yang didukung oleh sumber Pinjaman/Hibah luar negeri), yang sebagian atau seluruh pembiayaannya berasal dari pinjaman/hibah luar negeri, kepada Kepala BAPPENAS.

b) Untuk proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (BUMN/ BUMD) maka usulan proyek dikoordinasikan dan diajukan oleh Menteri/Ketua Lembaga Pemerintah Non Departemen yang memberikan pembinaan teknis.

Selanjutnya Bappenas melakukan penilaian terhadap proyek-proyek yang diusulkan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a) Kesesuaian dengan kebijakan, sasaran dan program Pembangunan.

b) Mempunyai prioritas tinggi dan layak untuk dibiayai dengan Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN).


(64)

c) Pertimbangan-pertimbangan lain yang sejalan dengan perkem-bangan kebijaka pembangunan nasional.

Usulan proyek-proyek yang dinilai prioritas dan layak, dituangkan dalam Daftar Rencana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (DRPHLN atau Blue Book/Buku Biru), yang disusun dan berlaku untuk 1 (satu) tahun. Buku biru terdiri dari dua bagian, yaitu:

a) Bagian pertama berisi usulan bantuan proyek (project aid) yang umumnya berupa usulan proyek baru, rehabilitasi atau peningkatan proyek yang sudah ada dan persiapan disain teknik proyek yang akan dibangun.

b) Bagian kedua berisi usulan bantuan teknik (technical assistance) yang biasanya merupakan proyek-proyek penunjang yang luas pula cakupannya, seperti persiapan pra-studi, studi kelayakan, peningkatan keahlian tenaga-tenaga proyek dan pengadaan peralatan dan fasilitas penunjang lainnya yang dana pembiayaannya dapat berupa hibah atau pinjaman.

2) Persyaratan Pengusulan Proyek Utang dan Hibah Luar Negeri

Proyek-proyek yang dapat dibiayai dengan pinjaman/hibah luar negeri pada prinsipnya memiliki karakteristik yang terkait dengan strategi, kebijakan dan prosedur pemberi pinjaman/bantuan, jenis dan sifat pinjaman/bantuan itu sendiri, sifat dan besaran proyek, kompleksitas manajemen proyek, dan aspek-aspek yang harus diperkuat dalam penyiapan maupun pelaksanaan proyek.


(65)

5. Biaya yang Harus Ditanggung Penerima Pinjaman

Terdapat beberapa biaya dan beban lainnya yang harus ditanggung oleh penerima pinjaman luar negeri baik atas beban PBN Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau beban Bank Indonesia. Beberapa jenis beban biaya tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bunga Pinjaman, merupakan biaya bunga atas fasilitas pinjaman luar negeri yang telah disediakan yang telah ditarik (disburshed loan). Besarnya bunga pinjaman telah ditetapkan dalam perjanjian pinjaman (loan agreement) tergantung pada jenis pinjaman, yaitu pinjaman lunak, semi lunak, komersial.

b. Commitment Fee, yaitu fee yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman (lender) atas komitmen pinjaman yang telah diberikan dan telah dituangkan dalam loan agreement. Besarnya commitment fee dihitung berdasarkan plafond pinjaman yang belum ditarik (undisburshed loan). c. Agent Fee, adalah fee yang dibayarkan kepada agen yang ditunjuk oleh

Pemerintah RI dalam rangka perolehan pinjaman sindikasi. Agen tersebut berfungsi sebagai penghubung antara Pemerintah RI dengan member dapam kredit sindikasi. (Direktorat Luar Negeri Bagian Ekspor dan Impor, 2005).


(66)

6. Teori Utang Luar Negeri

Sumber keuangan dari luar berupa pinjaman luar negeri dapat memainkan peranan penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya yang berupa devisa atau tabungan domestik. Pendekatan inilah yang disebut sebagai analisis bantuan luar negeri dua kesenjangan (two-gap model) ini mengatakan bahwa negara berkembang pada umumnya menghadapi kendala berupa kterbatasan tabungan domestik yang jauh dari mencukupi untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada, serta kelangkaan devisa yang tidak memungkinkan mengimpor barang-barang modal dan antara yang penting bagi usaha pembangunannya. Secara umum model ini berasumsi bahwa kekurangan atau kesenjangan (antara persediaan dan kebutuhan) tabungan (saving gap) serta kesenjangan devisa (foreign-exchange gap) itu tidak sama bobotnya, dan satu sama lain berdiri sendiri (artinya keduanya tidak saling menggantikan). Kekurangan tabungan tidaklah dapat digantikan oleh cadangan devisa dan sebaliknya, kekurangan devisa tidak pula dapat dipenuhi oleh tabungan dalam negeri.

Secara matematis, model dua kesenjangan secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Kesenjangan tabungan

Dimulai dengan suatu persamaan atau identitas atas hubungan antara arus pemasukan modal (misalnya, selisih antara ekspor dan impor) dan dengan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk


(1)

116

3.

PMA

Null Hypothesis: D(PMA) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.965665 0.0000

Test critical values: 1% level -3.769597

5% level -3.004861

10% level -2.642242

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

4.

Utang Luar Negeri (ULN)

Null Hypothesis: D(ULN) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.940980 0.0007

Test critical values: 1% level -3.752946

5% level -2.998064

10% level -2.638752


(2)

117

Lampiran 5: Hasil Uji Normalitas

0 1 2 3 4 5 6

-200000 0 200000

Series: Residuals Sample 1985 2009 Observations 25

Mean -2.44e-11 Median -23444.47 Maximum 255062.2 Minimum -234827.1 Std. Dev. 114836.5 Skewness 0.418273 Kurtosis 2.776296 Jarque-Bera 0.781098 Probability 0.676685


(3)

118

Lampiran 6: Hasil Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 2.945861 Probability 0.031266

Obs*R-squared 15.96663 Probability 0.067582

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:35 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5.57E+10 2.16E+10 -2.581327 0.0209

PMDN -1769187. 3220188. -0.549405 0.5908

PMDN^2 90.98471 49.85124 1.825124 0.0880

PMDN*PMA 1.34E-05 1.88E-05 0.716718 0.4846

PMDN*ULN -31.62629 29.07612 -1.087707 0.2939

PMA -0.779276 0.552523 -1.410394 0.1788

PMA^2 1.08E-12 4.13E-12 0.262122 0.7968

PMA*ULN 2.07E-06 5.11E-06 0.404323 0.6917

ULN 2478079. 705501.0 3.512510 0.0031

ULN^2 -9.969097 2.801621 -3.558332 0.0029

R-squared 0.638665 Mean dependent var 1.27E+10

Adjusted R-squared 0.421864 S.D. dependent var 1.72E+10

S.E. of regression 1.31E+10 Akaike info criterion 49.71787

Sum squared resid 2.57E+21 Schwarz criterion 50.20542

Log likelihood -611.4734 F-statistic 2.945861


(4)

119

Lampiran 7: Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.522288 Probability 0.243665

Obs*R-squared 3.452750 Probability 0.177928

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:36

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PMDN -0.591777 3.329238 -0.177752 0.8608

PMA 2.88E-07 7.57E-07 0.380192 0.7080

ULN -0.246232 0.698894 -0.352317 0.7285

C 10674.18 58832.14 0.181435 0.8579

RESID(-1) 0.406922 0.235330 1.729159 0.1000

RESID(-2) -0.087569 0.236112 -0.370880 0.7148

R-squared 0.138110 Mean dependent var -2.44E-11

Adjusted R-squared -0.088703 S.D. dependent var 114836.5

S.E. of regression 119821.5 Akaike info criterion 26.43096

Sum squared resid 2.73E+11 Schwarz criterion 26.72349

Log likelihood -324.3870 F-statistic 0.608915


(5)

120

Lampiran 8: Hasil Multikolinieritas

1.

PMDN

Dependent Variable: PMDN Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:44 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PMA 1.40E-07 3.77E-08 3.716448 0.0012

ULN -0.009736 0.043940 -0.221572 0.8267

C 6649.415 3535.114 1.880962 0.0733

R-squared 0.418509 Mean dependent var 13676.80

Adjusted R-squared 0.365646 S.D. dependent var 9843.797

S.E. of regression 7840.225 Akaike info criterion 20.88409

Sum squared resid 1.35E+09 Schwarz criterion 21.03035

Log likelihood -258.0511 F-statistic 7.916879

Durbin-Watson stat 0.908737 Prob(F-statistic) 0.002570

2.

PMA

Dependent Variable: PMA Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:45 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PMDN 2752552. 740640.7 3.716448 0.0012

ULN 319474.9 182685.1 1.748774 0.0943

C -6.74E+09 1.68E+10 -0.400852 0.6924

R-squared 0.488337 Mean dependent var 5.55E+10

Adjusted R-squared 0.441822 S.D. dependent var 4.65E+10

S.E. of regression 3.47E+10 Akaike info criterion 51.49291

Sum squared resid 2.66E+22 Schwarz criterion 51.63918

Log likelihood -640.6614 F-statistic 10.49853


(6)

121

3.

Utang Luar Negeri (ULN)

Dependent Variable: ULN Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:45 Sample: 1985 2009

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PMA 3.82E-07 2.18E-07 1.748774 0.0943

PMDN -0.228699 1.032163 -0.221572 0.8267

C 58926.51 13525.33 4.356754 0.0003

R-squared 0.168961 Mean dependent var 77002.00

Adjusted R-squared 0.093412 S.D. dependent var 39908.65

S.E. of regression 37998.99 Akaike info criterion 24.04067

Sum squared resid 3.18E+10 Schwarz criterion 24.18694

Log likelihood -297.5084 F-statistic 2.236438