METODE DISCOVERY UNTUK MENGAKTIFKAN DAN MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM BELAJAR LISTRIK DINAMIS KELAS X DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA

  METODE DISCOVERY UNTUK MENGAKTIFKAN DAN MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM BELAJAR LISTRIK DINAMIS KELAS X DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh :

PAULINA ENDANG SUSIANI

  

NIM : 081424007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2012

  ABSTRAK

  Susiani, P.E. 2012. Metode Discovery Untuk Mengaktifkan dan Meningkatkan

  

Prestasi Siswa Dalam Belajar Listrik Dinamis Kelas X Di SMA Stella Duce 1

Yogyakarta . Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan

  Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode discovery: (1) dapat mengaktifkan siswa kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam pembelajaran materi listrik dinamis; (2) menaikkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam materi listrik dinamis.

  Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4-26 Mei 2012 di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta berjumlah 99 siswa.Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar peneliti menggunakan soal pretest dan posttest, sedangkan untuk mengetahui keaktifan peneliti menggunakan angket, foto, hasil LKS serta video.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretest yang menunjukkan bahwa kelas eksperimen tidak lebih pandai dari kelas control akan tetapi hasil posttestnya setara dengan kelas control. Metode discovery dapat mengaktifkan siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa dengan pembelajaran menggunakan metode

  

discovery siswa menjadi berani bertanya baik di dalam kelompok maupun kepada

  peneliti, mengungkapkan pendapat, serta mengerjakan tugas-tugas serta melaksanakan tugas dalam LKS yang diberikan serta mengumpulkannya.

  ABSTRACT Susiani, P.E. 2012.

  Discovery method to activate and improve the students’

achievement in learning dynamic electricity in class X of SMA Stella Duce 1

Yogyakarta . Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural

Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

  The purpose of this study was to determine whether the discovery method is able to: (1) activate the students of class X in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta in learning the dynamic electricity, (2) improve the achievement of the students of class X in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta in the dynamic electricity.

  The research was conducted on May 4-26, 2012 in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. The subjects of this research were the 99 students of class X of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. To find out the increase of the students’ achievement, the researcher used pre-test and post-test. Meanwhile, to find out about the activeness of the students, the researcher used questionnaires, photos, videos and worksheets.

  The results showed that the discovery method could improve the students’ achievement on the subject of Dynamic Electricity. It could be seen from the results of the pre-test which showed that the experimental class was not better than the control class but the result of the post-test showed that they were equivalent. Discovery method could improve the students’ activeness on the subject of Dynamic Electricity. It could be seen from the results of the analysis which showed that by using the discovery method, the students became more often ask questions to the researcher, to give opinions, as well as to do the tasks in the worksheets and collect them.

KATA PENGANTAR

  Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul METODE DISCOVERY UNTUK MENGAKTIFKAN DAN MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM BELAJAR LISTRIK DINAMIS KELAS X DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA ini merupakan salah satu syarat kelulusan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Proses penyusunan, pelaksanaan, serta penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan serta semangat dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing yang selalu setia dan sabar mendampingi penulis dalam penyusunan, pelaksanaan serta penyelesaian skripsi ini.

  2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. yang memberi semangat mulai dari semester-semester awal kuliah.

  3. Seluruh dosen JPMIPA yang sudah memberikan ilmu-ilmu pengetahuan dan juga pengalaman-pengalaman hidup.

  4. Petugas sekretariat yang sudah dengan sabar melayani kebutuhan persuratan peneliti.

  5. Suster Imelda, CB M.Pd. selaku kepala sekolah yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

  6. Bapak Ganjar selaku guru pendamping yang bersedia meluangkan waktu dan mendampingi penelitian.

  7. Bapak Laboratorium sekolah yang sudah membantu menyiapkan alat selama pelaksanaan penelitian.

  8. Para siswa kelas XA, XB, XC yang telah menjadi subyek dalam penelitian ini.

  9. Papa dan Mama yang sudah memberikan kasih sayang, semangat dorongan motivasi juga materil yang sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

  10. Yayasan Tarakanita yang telah memberikan kepercayaan kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.

  11. Nana Efraim beserta keluarga yang sudah memberikan cinta, waktu serta semangat kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian ini.

  12. Suster Benedict, CB., Suster Agnetta, CB., Suster Giovani, CB., Suster Kristian, CB., Suster Fransisca, CB., yang sudah membimbing, menyayangi, memotivasi dan membantu membentuk pribadi saya menjadi baik.

  13. Bapak A. Prasetyadi S.Si., M.Si., yang selama kuliah sudah membantu saya dan memberi semangat dalam memahami materi-materi yang kurang saya pahami.

  14. Teman Asrama Syantikara, kak Jojo, kak Tiagita, kak Irin, kak Oneng, kak Elis, kak Mita, kak Sari, kak Lisa, mbak Wik, mbak Ika, kak Ncis, kak Tyas Nina, kak Reni Temik, kak Maya, kak Cery, kak Tia, kak Anita, kak Cindy, kak Berta, kak Widya, kak Ntin, Mbak Suprih, mbak Peni, mbak Resti, mbak Eka, mbak Yana, Gelok Astrid, Dian Panggih, Nora, Daday, Angel, Bela, Wiwit ‘Ujang’, Etta ‘Coro’, Ina, Icol Risa, Jui, serta seluruh angkatan 2008 senasib dan seperjuangan yang sudah bersama-sama dalam suka dan duka.

  15. Anton Wibisono dan Nana Efraim Petters yang sudah membantu penelitian.

  16. Maria Angela Astrid Santoso, Lusia Niken, Atma Suganda, Theresia Yuni, Cicilia Ari, Martinha Dacosta, kak Eko, Novi, mas Gagan, mas Beni, mbak Kenil, Sisca Harumningtyas, suster Deti, suster Renata, fr Raja, Mongkey D.

  Luffy, Dimas, Enggar, Salib, kak Veronica Erni, Tia ‘Te’, yang sudah memberikan semangat dan bersama-sama dalam perjuangan.

  17. Seluruh teman angkatan 2008 yang selalu memberi semangat dalam persahabatan selama ini.

  18. Serta seluruh pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan dan menerima kritik serta saran yang membangun guna penulisan yang lebih baik. Penulis berharap semoga skrripsi ini berguna bagi pembaca.

  Penulis DAFTAR ISI i HALAMAN JUDUL……………………………………………… ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………...

  HALAMAN iii PENGESAHAN…………………………………….. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………...

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v KARYA…………… vi

  ABSTRAK………………………………………………………… ABSTRACT vii ………………………………………………………. KATA PEN viii GANTAR…………………………………………….. DAFTA xii

  R ISI……………………………………………………… xvi DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………… DAFTAR TA xvii

  BEL………………………………………………… DAFTAR xix

  GAMBAR………………………………………………

  1 BAB I PENDAHULUAN………………………………………… A.

  1 Latar Belakang ………………………………………

  B. Perumusan Masalah

  4 …………………………………..

  C. Tujuan Penelitian 4 ……………………………………..

  D. Manfaat Penelitian

  4 ………………………………… .

  BAB II LANDASAN TEORI

  5 ………………………………………

  A. Metode Discovery

  5 ……………………………………

  1. Pengertian Discovery

  5 ……………………………

  2. Proses Discovery

  5 ………………………………..

  3. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Discovery

  6 …………………………

  4. Macam-Macam Discovery

  7 ……….……………….

  5. Keuntungan Discovery

  8 …………………………...

  6. Kelemahan Discovery

  9 …………………………….

  B. Belajar Aktif 11 …………………………….…….……...

  1. Pengertian Belajar Aktif

  11 …………….……………

  2. Proses Belajar

  12 ………………….……….…………

  3. Aktivitas Belajar

  13 …………………………..……...

  4. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar

  14 ……………………….

  C. Prestasi Belajar 15 ………………………………………...

  1. Pengertian Prestasi Belajar

  15 ………………………..

  2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  15

  a. Faktor-Faktor Stimuli Belajar

  15 ………….

  b. Faktor-Faktor Metode Belajar

  17 …………

  c. Faktor-Faktor Individual

  19 ………………

  D. Listrik Dinamis 21 ………………………………………..

  1. Listrik Dinamis

  21 ………………………………..

  2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hambatan Dalam Suatu Penghantar

  21 ………………………

  3. Hukum I Kirchoff

  24 ……………………………..

  4. Susunan Seri-Paralel Penghambat

  25 Listrik……..

  E. Kaitan Teori Dengan

  30 Langkah Penelitian……………..

  BAB III METODOLOGI 31 …………………………………………….

  A. Desain Penelitian 31 ……………………………………...

  B. Waktu Penelitian 31 ……………………………………...

  C. Populasi Dan Sampel

  32 …………………………………

  D. Treatment 32 ……………………………………………..

  E.

  44 Instrument…………………………………………….

  F. Analisis Data 53 ………………………………………….

  BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA

  56 ……………………………

  A. Data 56 …………………………………………………..

  1. Pelaksanaan Penelitian Yang Terlaksana Dan Tidak

  56

  a) Pelaksanaan LKS

  56 ………………………….

  b) Yang Ditemukan Siswa Dan Tidak

  57 ……….

  2. Pretest-Posttest

  58 …………………………………….

  a) Data Pretest-

  58 Posttest Kelas Eksperiment…..

  b) Data Pretest-Posttest Kelas

  60 Kontrol……….

  3. Angket 62 ……………………………………………..

  4. Foto 64 ……………………………….……………….

  5.

  66 Video …………………….………………………..

  6.

  67 Hasil LKS ……………………….………………...

  B. Analisis

  68 Data………………………..…………………

  1. Untuk Mengetahui Apakah Metode Pembelajaran

  Discovery Meningkatan Prestasi Pembelajaran

  Siswa Atau

  68 Tidak……………………………….…

  2. Untuk Mengetahui Apakah Metode Discovery Mengaktifkan Siswa Atau Tidak .

  73 ………..……….

  C.

  77 Keterbatasan Dalam Penelitian………………………..

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  78 …………….………………..

  A. Kesimpulan 78 ………………………….………………..

  B. Saran

  79 ……………………………………….…………

  DAFTAR PUSTAKA

  80 ………………………………….……………

  LAMPIRAN

  83 ………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN Halaman

  Lampiran 1. Materi A jar………………………………………..

  84 Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kampus. ….

  93 Lampiran 3. Surat Keterangan Sudah Meneliti …………………

  94 Lampiran 4. Soal Pretest ……………………………..………..

  95 Lampiran 5. Soal Posttest………………………………………

  98 Lampiran 6. Kunci jawaba n pretest dan posttest……………… 101

  Lampiran 7. Soal Angket ………………………………………

  107 Lampiran 8. Jawaban Pretest ………………………………….

  108 Lampiran 9. Jawaban

  Posttest………………………………… 111

  Lampiran 10. Jawaban Angket ………………………………….

  115 Lampiran 11. Jawaban LKS ……………………………………..

  116 Lampiran 12. Foto-Foto Proses Belajar Mengajar

  ………………… 117 DAFTAR TABEL Halaman

  Tabel 1. Pertemuan P ertama Pembelajaran……………………..

  48 Tabel 12. Skoring Soal No 4 …………………………………….

  60 Tabel 19. Data Hasil LKS Ke-2 Analogi Hukum I Kirchoff ……..

  58 Tabel 18. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ………….

  51 Tabel 17. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperiment …….

  50 Tabel 16. Kisi-Kisi Angket ………………………………………

  50 Tabel 15. Skoring Soal No 7 …………………………………….

  49 Tabel 14. Skoring Soal No 6 …………………………………….

  49 Tabel 13. Skoring Soal No 5 …………………………………….

  48 Tabel 11. Skoring Soal No 3 …………………………………….

  34 Tabel 2. Pertemuan Kedua Pembelajaran……………………….

  47 Tabel 10. Skoring Soal No 2 …………………………………….

  44 Tabel 9. Skoring Soal No 1 …………………………………….

  42 Tabel 8. Kisi-Kisi Test Uraian ………………………………….

  41 Tabel 7. Tabel Data Prakt ikum Hukum I Kirchoff……………...

  40 Tabel 6. Tabel Data Praktiku m Analogi Hukum I Kirchoff…….

  38 Tabel 5. Tabel Data Praktikum Faktor-Faktor yang Menghambat Suatu Kawat Penghantar………………..

  37 Tabel 4. Pertemuan Keempat Pembelajaran……………………..

  36 Tabel 3. Pertemuan Ketiga Pembelajaran……………………….

  67 Tabel 20. Analisis SPSS Pretest Kelas Eksperiment Dan Kelas Kontrol

  68 …………………………………………. Tabel 21. Analisis SPSS Pretest Posttest Kelas Eksperiment

  69 …….. Tabel 22. Analisis SPSS Pretest Posttest Kelas Kontrol

  ………….. 70 Tabel 23. Analisis SPSS Posttest Kelas Eksperiment dan Kelas Kontrol

  71 ………………………………………

  Tabel 24. Tabel 24. Hasil Analisis Keaktifan

  76 …………………….. DAFTAR GAMBAR Halaman

  Gambar 1. Gravik

  V Versus I………………………………………. 21 Gambar 2. Bacaan Ampermeter dari A

1 Sampai A

  4 Adalah Sama… 24

  Gambar 3. Jalannya Arus Pada Rangkaian Bercabang……………… 25 Gambar 4.

  Rangkaian Seri…………………………………………... 26 Gambar 5. Rangkaian Paralel

  ………………………………………. 28 Gambar 6. Siswa Sedang Melakukan Praktikum Factor-Faktor yang

  Menghambat Suatu Kawat Penghantar

  64 …………………

  Gambar 7. Siswa Sedang Melakukan Praktikum Analogi Hukum I Kirchoff

  65 ……………………………

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam berbagai macam teori belajar dikatakan bahwa agar siswa dapat belajar dengan baik maka siswa tersebut harus aktif dalam proses belajar yang berlangsung. Karena dengan aktif siswa ikut berperan serta mengolah, mencerna dan dapat

  menyimpulkan apa yang mereka peroleh, baik kesimpulan yang tepat maupun yang kurang tepat. Menurut Suparno (2001 : 123-124), Piaget sendiri menerangkan bahwa pengetahuan itu disebut benar apabila pengetahuan itu adalah viable (jalan) untuk menjelaskan persoalan yang terkait. Semakin pengetahuan itu dapat digunakan lebih luas dalam bidang yang beraneka, maka kebenaran pengetahuan itu semakin kuat.

  Menurut filsafat konstruktivisme (Suparno, 2007:72) untuk dapat mengetahui sesuatu, siswa haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya yang terpenting merangkumkannya sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti apa- apa .

  Menurut Hergenhahn & Olson (2008:31), kaum rasionalis berpendapat bahwa pikiran harus terlibat aktif dalam pencarian pengetahuan misalnya dengan berpikir, menalar atau mendeduksi. Hal ini juga dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles.

  Berdasar hasil wawancara bersama guru pendamping, siswa kelas X di SMA Stella Duce adalah siswa yang heterogen, artinya adalah siswa memiliki latar belakang dalam belajar yang sangat beragam, baik pada perilaku dalam mata pelajaran yang disukai dan cara belajar yang disukai. Siswa yang menyukai fisika akan gembira dan aktif dalam belajar, tetapi juga terdapat siswa yang menyukai fisika dan tidak aktif dalam belajar. Disisi lain, terdapat juga siswa yang kurang menyukai fisika tetapi aktif dalam belajar serta siswa yang tidak menyukai fisika dan tidak aktif dalam belajar.

  Selain itu keaktifan siswa juga dapat didasarkan pada pembelajaran yang dilaksanakan guru, bagaimana cara mengajar dan mengondisikan siswa agar siswa tersebut aktif.

  Dengan kata lain kondisi pembelajaran di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tidaklah selalu dapat membuat para siswa dapat terlibat aktif dalam belajar, sehingga prestasi nilai yang diperoleh juga beragam tergantung pada kondisi siswa dan cara pembelajaran yang dapat merangsang keingintahuan siswa.

  Keaktifan siswa merupakan kunci utama di mana siswa tersebut benar-benar mengolah ilmu pengetahuan yang mereka peroleh. Maka dari itu disini penulis ingin menawarkan sebuah metode pembelajaran Discovery yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Belajar adalah mengaktifkan pengetahuan dasar yang telah dipunyainya dengan cara menghubungkan pada pengetahuan baru yang diperolehnya, sehingga seseorang tersebut dapat menemukan sesuatu yang baru (Bruner 1966 dalam Suryosubroto, 2011). Dengan kata lain belajar adalah mengkontruksi sesuatu yang baru dengan pengetahuan awal yang dipunyai dan akhirnya pengetahuan awal tersebut semakin luas dan berkembang sehingga siswa tersebut dapat menggunakan pengetahuannya dalam persoalan yang lebih luas.

  Dalam penelitian Kartika Budi menyebutkan bahwa strategi pembelajaran dengan menyatakan sendiri pengertian suatu konsep dan/atau hukum; yang dibantu dengan LKS merupakan strategi yang sangat potensial untuk melibatkan siswa secara aktif.

  Discovery merupakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif

  sendiri mengumpulkan, menyelidiki, mengolah, dan pada akhirnya menemukan sendiri sesuatu yang sedang ia geluti. Selain itu dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Sochibin, dkk, (2009:96) menyatakan bahwa aspek psikologi yang terkandung dalam metode inkuiri memberikan banyak keuntungan, karena memungkinkan siswa menggunakan segala potensinya terutama proses mentalnya untuk menemukan sendiri konsep dan prinsip sains ditambah proses mental lainya yang memberikan ciri orang dewasa atau ciri seorang ilmuwan, sehingga siswa dapat menemukan konsep diri, kritis dan kreatif.

  Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui apakah metode discovery dapat melibatkan para siswa secara aktif dalam proses pembelajaran di SMA Stella Duce 1; dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Atas dasar itu penulis memberi judul penelitian: Metode Discovery Untuk Mengaktifkan dan Meningkatkan Prestasi Siswa Dalam Belajar Listrik Dinamis Kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

  B. Perumusan Masalah

  a. Apakah metode discovery dapat meningkatkan prestasi siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam materi listrik dinamis?

  b. Apakah metode discovery dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran materi listrik dinamis kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode discovery :

  a. Dapat mengaktifkan siswa kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam pembelajaran materi listrik dinamis.

  b. Menaikkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam materi listrik dinamis.

  D. Manfaat Penelitian

  a. Bagi para guru dan calon guru dapat menjadi referensi untuk mendidik para siswa agar mereka aktif berpikir dalam belajar dengan menggunakan metode

  discovery ini.

  b. Diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran fisika di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Discovery

  1. Pengertian Discovery

  Menurut Suparno (2001 : 143) teori pengetahuan Piaget menekankan pentingnya kegiatan seorang siswa yang aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan. Hanya dengan keaktifannya mengolah bahan, bertanya secara aktif, dan mencerna bahan dengan kritis, siswa akan dapat menguasai bahan dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan aktif dalam proses belajar perlu ditekankan.

  Metode Discovery merupakan model pembelajaran melalui proses induktif, yaitu ditemukan lewat pengamatan atas suatu obyek. Sehingga metode discovery ini sangat baik digunakan dalam pembelajaran.

  2. Proses Discovery

  Proses discovery menurut Suparno (2007 :73) meliputi : Mengamati. Siswa mengamati gejala atau persoalan yang dihadapi.

  Menggolongkan. Siswa mengklasifikasikan apa-apa yang ditemukan dalam pengamatan sehingga menjadi lebih jelas.

  Memprediksi. Siswa diajak untuk memperkirakan mengapa gejala itu terjadi atau mengapa persoalan itu terjadi.

  Mengukur. Siswa melakukan pengukuran terhadap yang diamati untuk memperoleh data yang lebih akurat yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan. Menguraikan atau menjelaskan. Siswa dibantu untuk menjelaskan atau menguraikan dari data pengukuran yang dilakukan.

  Menyimpulkan. Siswa mengambil kesimpulan dari data-data yang didapatkan.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Discovery

  Suryosubroto (2009 : 184) menyimpulkan berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan yang disarankan oleh Gilstrap (1975) dan membandingkan dengan langkah-langkah yang ditemukan oleh Richard Scuhman, langkah-langkah metode penemuan secara sederhana adalah sebagai berikut: a. Identifikasi kebutuhan siswa.

  b. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari.

  c. Seleksi bahan, dan problem / tugas-tugas.

  d. Membantu memperjelas.

  • Tugas / problem yang akan dipelajari.
  • Peranan masing-masing siswa.

  e. Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan. f. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.

  g. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.

  h. Membantu siswa dengan informasi / data, jika diperlukan oleh siswa. i. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses. j. Merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa. k. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan. l. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

4. Macam-Macam Discovery

  Weimer (1975, dalam Burden & Byrd, dalam Suparno : 2007 : 74) mengidentifikasikan adanya 6 tipe discovery, yaitu: Discovery. Proses menemukan sesuatu sendiri. Prosesnya lebih bebas, yang terpenting adalah orang menemukan sesuatu hukum, prinsip, atau pengertian sendiri. Discovery teaching. Model mengajar dengan cara menemukan sesuatu, seperti yang telah dibicarakan pada nomor 1 dan 2. Ini lebih digunakan guru untuk mengajar siswa dengan cara penemuan.

  Inductive discovery. Penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif, yaitu dari pengamatan banyak data, lalu disimpulkan. Prosesnya lengkap seperti metode ilmiah. Semi-inductive discovery. Penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi tidak lengkap. Ketidaklengkapan dapat pada data yang diamati yang diambil hanya sedikit, dapat pula prosesnya disederhanakan, dll. Unguided or pure discovery atau discovery murni: siswa diberi persoalan dan harus memecahkan sendiri dengan sedikit petunjuk guru.

  Guided discovery: siswa diberi soal untuk dipecahkan dengan guru menyediakan hint (petunjuk), dan arahan bagaimana memecahkan persoalan itu.

5. Keuntungan Discovery

  Menurut Bruner beberapa keuntungan dapat disebutkan antara lain sebagai berikut (dalam Trowbridge & Bybee, 1996, dalam Suparno, 2007 : 75) : Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan pikiran itu sendiri. Dengan model discovery pikiran siswa digunakan, dilatih untuk memecahkan persoalan.

  Mengembangkan motivasi instrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam siswa merasa puas secara intelektual. Kepuasan ini merupakan

  discovery penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih menguatkan untuk terus mau menekuni sesuatu.

  Belajar menemukan sesuatu. Untuk terampil dalam menemukan sesuatu, siswa hanya dapat lewat praktik menemukan sesuatu. Discovery ini adalah praktik menemukan sesuatu yang dapat memperkaya siswa dalam penemuan hal

  • – hal lain di kemudian hari. Ingatan lebih tahan lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat akan yang dipelajari; dan sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan lama; tidak mudah dilupakan.

  Discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu (Burden & Byrd, hal.140). Melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.

6. Kelemahan Discovery

  Menurut Suryosubroto (2009 : 186-187) kelemahan metode discovery adalah sebagai berikut : Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.

  Misalnya, siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas yang besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk- bentuk kata tertentu.

  Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional. Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional social secara keseluruhan. Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.

  Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses di bawah pembinaannya.

B. Belajar Aktif

1. Pengertian Belajar Aktif

  Menurut Soemanto (2006 : 104-105) belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan- perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari. Belajar itu bukan sekadar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan.

  Menurut Hamalik (2001 :154) belajar merupakan bagian dari hidup, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya.

  Lorenzen (2002), Paulson & Faust (2002) (dalam Nyoto Harjono, 2012) mensyaratkan belajar aktif sebagai cara membelajarkan siswa yang membuat siswa berpartisipasi di dalam kelas. Belajar aktif berlangsung melampaui peran siswa sebagai pendengar pasif dan membuat catatan, serta menjadikan siswa memperoleh arah dan berinisiatif selama pelajaran. Peran guru adalah mengurangi porsi berceramah, sebaliknya mengarahkan siswa agar siswa ―menemukan‖ bahan sewaktu belajar bersama siswa lainnya guna memahami bahan belajar.

2. Proses Belajar

  Proses belajar menurut Bruner (dalam Nasution, 1982 : 9

  • – 10) dapat dibedakan menjadi tiga fase yaitu:

  a. Informasi. Dalam tiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah dimiliki, ada yang memperhalus dan memperdalam, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah diketahui sebelumnya.

  b. Transformasi. Informasi tersebut harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.

  c. Evaluasi. Hasil belajar dinilai sejauh mana pengetahuan yang diperoleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

3. Aktivitas Belajar

  Beberapa aktivitas belajar menurut Soemanto (2001 : 107-113) yaitu sebagai berikut : a. Mendengarkan;

  b. Memandang;

  c. Meraba, Mencium, dan Mencicipi/Mencecap;

  d. Menulis atau Mencatat;

  e. Membaca;

  f. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan, dan Menggarisbawahi;

  g. Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram, dan Bagan-Bagan;

  h. Menyusun Paper atau Kertas Kerja; i. Mengingat; j. Berpikir; k. Latihan atau Praktek.

  Menurut Indriana (2011 : 160) pemrosesan aktif mencakup melakukan sesuatu dalam dunia eksternal dengan informasi tersebut (membahasnya, menjelaskannya, atau mengujinya dalam suatu cara tertentu).

4. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar

  Menurut Nana Sudjana (1992:61), keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dalam hal : a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;

  b. Terlibat dalam pemecahan masalah dan dalam proses memperdalam materi pelajaran; c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya dan berani mengungkapkan ide/gagasannya; d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah (berusaha untuk meningkatkan prestasi); e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;

  f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya;

  g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis (tekun menyelesaikan tugas dan latihan); h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

C. Prestasi Belajar

  1. Pengertian Prestasi Belajar

  Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut prestasi belajar.

  (Wardojo, hal 3).

  Menurut Surya (dalam Anggraeni, 1997) prestasi belajar adalah seluruh kecakapan hasil achievement) yang diperoleh melalui proses belajar, yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan hasil tes prestasi belajar.

  2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Menurut Soemanto (2001 : 113

  • – 121) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

  a. Faktor-Faktor Stimuli Belajar Yang dimaksudkan dengan stimuli belajar yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor stimuli belajar : 1) Panjangnya bahan pelajaran

  Bahan yang terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan belajar individu itu tidak semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelelahan serta kejemuan si pelajar.

  2) Kesulitan bahan pelajaran Semakin sulit bahan pelajaran, makin lambat untuk mempelajarinya.

  Bahan yang sulit membutuhkan aktivitas belajar yang lebih intensif. 3) Berartinya bahan pelajaran

  Modal pengalaman yang diperoleh diwaktu sebelumnya menentukan keberartian dari bahan yang dipelajari di waktu sekarang. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memungkinkan individu untuk belajar, karena individu dapat mengenalnya. 4) Berat - Ringannya Tugas

  Hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama, kesukarannya berbeda bagi masing-masing individu.

  5) Suasana Lingkungan Eksternal Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain : cuaca (suhu udara, mendung, hujan, kelembaban), waktu (pagi, siang, sore, malam), kondisi tempat (kebersihan, letak sekolah, pengaturan fisik kelas, ketenangan, kegaduhan), penerangan (berlampu, bersinar matahari, gelap, remang-remang), dan sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya. b. Faktor-Faktor Metode Belajar Metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut : 1) Kegiatan berlatih atau praktek

  Jam pelajaran atau latihan yang terlalu panjang kurang efektif. Semakin pendek-pendek distribusi waktu untuk bekerja atau berlatih, semakin efektiflah pekerjaan atau latihan itu. Kegiatan berlatih secara marathon baru dimungkinkan, apabila tugas mudah dikenal, tugas mudah dilakukan, materi pernah dipelajari sebelumnya.

  2) Overlearning dan Drill Overlearning dilakukan untuk mengurangi kelupaan dalam mengingat

  keterampilan-keterampilan yang pernah dipelajari tetapi dalam sementara waktu tidak dipraktekkan. Overlearning berlaku untuk latihan keterampilan motorik sementara drill berlaku untuk latihan kemampuan abstrak.

  3) Resitasi selama belajar Kombinasi kegiatan membaca dan resitasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca atau menghafalkan bahan pelajaran. Dalam praktek, setelah diadakan kegiatan membaca, kemudian si pelajar berusaha menghafalkan tanpa melihat bacaannya, lalu dapat dilanjutkan ke bahan berikutnya dan seterusnya. 4) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA TAMAN MADYA DONOMULYO

0 6 1

PENGARUH MODEL BELAJAR TEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY MODEL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI KELAS X SMA NEGERI 7 BINJAI T.P. 2012/2013.

0 1 20

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XA SMA PIRI 1 YOGYAKARTA

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X-1 POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS DI SMA KATOLIK SANTA AGNES SURABAYA

0 0 19

PENGGUNAAN FUNGSI KETERANGAN PADA KALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI IPA SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20062007

0 1 131

INTERAKSI SOSIAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA TOPIK LOGARITMA DI KELAS X SMA STELLA DUCE 3 BANTUL

0 5 214

MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE BANTUL TAHUN AJARAN 20072008 YANG DIUNGKAP MELALUI METODE FOCUS GROUP

0 0 125

KEGIATAN GURU MEMBIMBING SISWA DALAM LATIHAN SOAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TOPIK FUNGSI KUADRAT DI KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

0 0 200

KONSEP DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI

0 0 98

STUDI TENTANG KEBIASAAN BELAJAR PARA SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20082009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

0 0 107