PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DI MIN PANJANG AMBARAWA - Test Repository

  Perpustakaan STAIN Salatiga

  

PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

PROFESIONALISME GURU DI MIN PANJANG AMBARAWA

  Skripsi Disusun Guna Memenuhi Syarat dan kewajiban memperoleh gelar saijana ( S I )

  Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh

  Tsani Murtafiah NIM : 111 03 019 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDIPENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2008

DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Stadion 03 Tclp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721

  Website : E-mail :

  D K K L A R A S T Bh millah irrah munirrah im

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran- pikiran orang lain di luar rel'crensi yang peneliti eantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 1 Maret 2008 Peneliti

  TSAN1 MURTAF1AH NIM : 111 03 019

DEPARTEMEN AGAMA

  J1. Tentara Pelajar No.2 Telp. (0298) 323706,323433, Fax. (0298) 323433 Salatiga 50712

  7 hltp. / v . \ \ v \ e m a i l : ..LJ.m:!,,.

  Jaka Siswanta, M. Pd. Dosen STAIN Salatiga

N O T A P E M B IM B IN G

  Lamp. : 3 eksemplar

  11(iI : Naskali Ski ipsl

  Sdr. Tsani Murtafiah Kepada

  Yth. Ketua STAIN Salatiga d i- SALATIGA

  Assalamu ’alaikum Wr. Wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari: Nama : Tsani Murtafiah NIM : 111 03 019 Jurusan/Progdi

  Tarbiyah/Pendidikan Againa Islam

  Judul

  PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL1SME GURU DI MIN PANJANG AMBARAWA Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

  Demikian surat ini, harap mcnjadikan pcrhatian dan digunakan scbagaimana mestinya.

  Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, Maret2008 Jaka Siswanta, M. Pd

  NIP. 150 299 493

  D E PA R T E M E N A G A M A SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: E-mail:

  

PENGESAHAN

  Skripsi saudari: Tsani Murtafiah dengan Nomor Induk Mahasiswa: 111 03 019 yang beijudul:

  

Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di MIN Panjang

Ambarawa, telah dimunaqosahkan dalam sidang panitia ujian, Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga

  pada hari Rabu, 19 Maret 2008 M yang bertepatan dengan 11 Rabiul Awal 1929 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  19 Maret 2008 M

  Salatiga, ----------------------- ------

  11 Rabiul Awal 1429 H PANITIA UJIAN

  Sekretaris Sidang Y.

  Dr. H. Muh. Saerozi, M. Ag Imam Sutomo, M. Ag NIP. 150 216 814 NIP. 150 247 tiU Penguji I

  Penguji II Dra. Siti Farikhah, M. Pd Drs. Taufiqul M u’in, M. Ag NIP. 150 234 916 NIP 150 254 299 bing

  

.Taka Siswanta, M. Pd

  P E R S E M B A H A N Skripsi ini penulis persembahkan untuk : > Bapakku (Bpk. Zumroni) dan ibuku (Ibu Riayati) yang telah memberikan segalanya demi tercapainya cita-citaku. Amin. > Kakak dan adikku tcrcinta (Kuni A Yazid ) yang selalu memberi

semangat agar aku secepatnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

> Scluruh keluarga besarku (Kel. Mbah Matlub dan Kel. Mbah Kasmin) yang selalu memberi support kepadaku.

  V Pak Ja k a S, makasih banyak ya Pak a ta s bimbingannya selama ini.

  > The b est friend (Layla, Onny, Isna, Ani MM), teman-teman PAI A (Yati, Na'im, Eny, Iis, Wida, Widi, Nasir, David, Pak Kon, Jazuli, Jaya, Liena fromTBI) dan seluruh teman PAI serta semua angkatan .

  2003 > Teman-teman sekampung dan tetangga yang memberi motivasi padaku agar ku dapat terus menyelesaikan studiku. > Seluruh teman-temanku yang telah membantu proses penulisan skripsi ini.

  

DAFTARISI

  

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  I. Peningkatan kemampuan profesional guru melalui J. Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme

  BAB III METODE PENELITIAN

  

  

   BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

  

  

  C. Profesionalisme guru dalam pelaksanaan pembelajaran D. Bentuk aktualisasi peranan kepala sekolah dalam E. Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan

   BAB V PENUTUP

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  

   Tabel VII Penerimaan dan pengeluaran biaya sebelum tahun pelajaran

  

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan institusi pendidikan yang bersifat formal. Pendidikan formal berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas yaitu pada

  masa anak dan masa remaja. Masa pendidikan di sekolah mencakup masa belajar dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Sekolah menjalankan kegiatan belajar mengajar yang didalamnya mengandung unsur pemberian pengetahuan {transfer o f knowledge) dan penanaman nilai {transfer

  o f value).

  Pemberian pengetahuan dan nilai diberikan oleh tenaga profesional atau guru yang profesional.

  Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Profesionalisasi guru di pandang sebagai suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan {ignorance) menjadi tahu, dari ketidakmatangan {immaturity) menjadi matang, dari diarahkan orang \am{other-directedness) menjadi mengarahkan diri sendiri.1

  Guru harus memiliki kemampuan dan motivasi. Maksudnya adalah seseorang akan bekeija secara profesional bilamana memiliki kemampuan keija yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengeijakan tugas dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, seseorang tidak akan bekeija secara profesional bilamana hanya memenuhi salah satu di antara dua persyaratan tersebut. Betapapun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan bekeija secara

1 Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalism e Guru Sekolah D asar, Bumi Aksara: Jakarta, 2003. him. 5.

  2

  profesional apabila tidak memiliki motivasi keija yang tinggi. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi keija seseorang ia tidak akan sempuma dalam menyelesaikan tugas-tugasnya bilamana tidak di dukung oleh kemampuan. Disinilah peran kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam peningkatan profesionalisme guru.

  Kepala sekolah terlebih dahulu harus memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi. Kepala sekolah berkewajiban untuk berupaya meningkatkan kemampuan diri dan memotivasi para guru agar dapat menjadi kepala sekolah yang baik, sesuai dengan keinginan anak buahnya (guru).2 Bila tidak memiliki kemampuan yang memadai, ia tidak akan dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

  Kepala sekolah harus bisa memberikan penilaian terhadap tingkat mengajar para guru. Penilaian dilakukan untuk mengetahui guru yang sudah baik dalam mengajar dan guru yang perlu ditingkatkan profesionalismenya. Untuk itu, kepala sekolah hendaknya memberikan pengarahan melalui pembinaan secara teratur. Dalam pembinaan teijadilah komunikasi antara kepala sekolah dengan guru.

  Kepala sekolah harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dengan para guru.3 Dengan komunikasi yang baik, antara keduanya bisa memahami kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang kepala sekolah miliki dapat dijadikan contoh bagi para guru. Sebagaimana dalam

  2 Muhammad Saroni, M anajemen Sekolah (Kiat menjadi Pendidik yang Kompeten),Ar- Ruz: Yogjakarta, 2006. him. 48.

  3 Suparlan, Guru sebagai Profesi, Hikayat: Yogya, 2006. him. 5.

  3

  firman Allah yang menyatakan bahwa rasul adalah sebaik-baik contoh bagi umat islam.

  q j j j <y»l \£ & jiV lf JI

  ( n :vi>vi) \J& &\j> h

  Artinya : “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”.4

  Dengan menjadikan pribadi rasul sebagai contoh, kepala sekolah akan dapat membimbing anak buahnya (para guru) sesuai dengan syariat agama.

  Dengan contoh yang baik pula, pola pergaulan dan pola keija di sekolah dapat diarahkan pada kebijakan yang telah kepala sekolah programkan.

  Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Panjang Ambarawa, karena MIN ini merupakan madrasah yang berkualitas jika dibandingkan dengan sekolah lain yang ada di wilayah Ambarawa. Dikatakan berkualitas karena madrasah ini mampu menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi dan yang terpenting adanya guru-guru yang profesional. Siswa- siswa yang berprestasi dapat diketahui dari nilai raport siswa dan sikap santun siswa terhadap guru dan teman sehingga hal ini bisa menjadi bekal untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Profesionalitas guru dapat diketahui dengan melihat kemampuan guru dalam melakukan persiapan pengajaran dengan baik, menghadapi segala permasalahan yang muncul dalam

4 Proyek pengadaan kitab suci al qur’an, A l Q u r ’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta, 1971. him. 670.

  4

  kegiatan belajar mengajar, melakukan penilaian dengan baik, menjalankan tugas-tugas sekolah selain tugas mengajar serta kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan siswa, dengan guru dan dengan kepala sekolah.

  Berdasarkan hasil survey pada tanggal 9 juli 2007, ditemukan informasi bahwa madrasah ini pada mulanya kurang berkualitas karena kurangnya kemampuan guru dalam mengajar. Namun, dari tahun ke tahun madrasah ini mengalami perubahan dari yang pada mulanya kurang berkualitas ke arah berkualitasnya madrasah ini. Perubahan itu nampak pada teijadinya peningkatan jumlah siswa dan peningkatan rata-rata nilai UAS (Ujian Akhir Sekolah) siswa yang lulus dari tahun ke tahun. Peningkatan itu teijadi karena guru-guru di MIN Panjang Ambarawa ini sebagian besar sudah memiliki kemampuan mengajar yang baik dalam arti memiliki profesionalitas dalam mengajar.

  Keprofesionalan guru tidak akan berkembang bilamana tidak ada peran serta dari kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan di madrasah ini memiliki peran dalam peningkatan profesionalisme guru. Untuk itu berbagai usaha telah kepala sekolah lakukan diantaranya dengan menambah ruang kelas karena jumlah siswa juga meningkat, memberikan tugas mengajar kepada guru dengan sistem semi mapel (mata pelajaran) dan meningkatkan profesionalisme guru dengan mengangkat guru wiyata yang memiliki pendidikan terakhir SI kependidikan. Usaha-usaha yang telah kepala sekolah lakukan akan berdampak pada berkualitasnya madrasah ibtidaiyah ini. Untuk

  5

  itu, kepala sekolah sangat dibutuhkan guna memajukan dan mengembangkan profesionalisme guru di madrasah ini.

  Berdasarkan uraian di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Peranan Kepala Sekolah dalam meningkatkan

  Profesionalisme Guru di MIN Panjang Ambarawa”.

B. RUMUSAN MASALAH

  Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimanakah profesionalisme guru dalam pelaksanakan pembelajaran di MIN Panjang Ambarawa ?

  2. Bagaimanakah bentuk aktualisasi peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MIN Panjang Ambarawa ?

  3. Bagaimanakah pandangan guru terhadap peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MIN Panjang Ambarawa ?

C. TUJUAN PENELITIAN

  Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui profesionalisme guru dalam pelaksanakan pembelajaran di MIN Panjang Ambarawa.

  2. Untuk mengetahui bentuk aktualisasi peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MIN Panjang Ambarawa.

  3. Untuk mengetahui pandangan guru terhadap peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MIN Panjang Ambarawa.

  6

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

  Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi teoretis maupun praktis. Dari segi teoretis, diharapkan hasil penelitian dapat digunakan dalam mengembangkan kajian ilmu pendidikan terutama dalam bidang kepemimpinan. Sementara dari segi praktis diharapkan dapat membantu dalam pengembangan pendidikan di MIN Panjang Ambarawa.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

  Skripsi ini di susun dalam 5 bab yang secara sistematis dijabarkan sebagai berikut: Bab I PENDAHULUAN

  1.1 Latar belakang masalah

  1.2 Rumusan masalah

  1.3 Tujuan penelitian

  1.4 Manfaat penelitian

  1.5 Sistematika penulisan

  Bab II KAJIAN PUSTAKA

  2.1 Hakikat peranan kepala sekolah

  2.2 Kepala sekolah sebagai pemimpin (leader)

  2.3 Kepala sekolah sebagai administrator

  2.4 Kepala sekolah sebagai supervisor

  2.5 Profesionalisme guru

  2.6 Macam-macam kompetensi guru

  2.7 Sasaran sikap profesional

  2.8 Fungsi dan peran guru

  2.9 Program sertifikasi

  2.10 Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan Profesionalisme guru

  Bab III METODE PENELITIAN

  3.1 Pendekatan penelitian

  3.2 Subyek penelitian

  3.3 Metode pengumpulan data

  3.4 Metode analisis data

  Bab IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi umum MIN Panjang Ambarawa

  4.2 Keadaan kependidikan informan

  4.3 Profesionalisme guru dalam pelaksanaan pembelajaran di MIN Panjang Ambarawa

  4.4 Bentuk aktualisasi peranan kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya di MIN Panjang Ambarawa

  4.5 Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MIN Panjang Ambarawa Bab V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan

  5.2 Saran

  5.3 Penutup

BAB II A. Hakikat Peranan Kepala Sekolah Pengertian peranan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah

KAJIAN PUSTAKA

  bagian yang dimainkan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa..1 Sedangkan kepala sekolah adalah pemimpin di suatu sekolah.1

  2 Jadi, peranan kepala sekolah yaitu tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin guna memajukan dan mengembangkan sekolah.

  Kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggungjawab dalam pelaksanaan perjalanan sekolah dari waktu ke waktu. Ia adalah orang yang bertanggungjawab, baik ke dalam maupun keluar. Ke’dalam’ ia bertanggungjawab untuk memberdayakan guru, staf sekolah, tenaga teknisi dan siswa. Ke ‘luar’ ia bertanggungjawab kepada pengguna sekolah dan secara kedinasan keatasannya. Pada tataran pergulatan kerja, kepala sekolah harus mampu tampil atau berperan sebagai: 1. Administrator yang menjalankan tugas-tugas keadministrasian.

  2. Manajer yang menjalankan tugas-tugas manajerial.

  3. Pemimpin yang menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan.

  4. Kepala yang menjalankan fungsi-fungsi kekepalasekolahan.

  5. Motivator yang menjalankan fungsi memotivasi komunitas sekolah, baik dalam komunitas.

  6. Negosiator yang menjalankan fungsi untuk melakukan kegiatan yang bersifat kontraktual.

  7. Figuritas yang memerankan keteladanan kepada komunitas internal maupun ekstemal.

  1 E.M.Zul Fajr dan Ratu Aprilia, Kam us Lengkap Bahasa Indonesia, Dita Publisher: Jakarta, him. 641.

  2 Ibid.,, him. 453.

  9

  8. Komunikator yang menjalankan fungsi sebagai juru bicara ke dalam dan terutama ke luar.

  9. Wakil lembaga yang diperankan ketika melakukan hubungan secara ekstemal.

  10. Fungsi-fungsi lain yang terkait.3 Kepala sekolah yang memenuhi peran-peran tersebut akan dapat menjalankan tugas dan peranannya dengan sebaik-baiknya. Peranan-peranan inilah yang mengarahkan kegiatan kepala sekolah dan memberikan corak tertentu pada penampilannya sebagai kepala sekolah. Semua peran kepala sekolah ini saling berhubungan dan berkaitan. Banyak para ahli yang memaparkan tentang peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, administrator dan supervisor. Dengan demikian yang akan dipaparkan disini adalah tiga peran kepala sekolah tersebut.

B. Kepala sekolah sebagai pemimpin ( leader)

  1. Pengertian kepemimpinan kepala sekolah Menurut Husna Asmara, pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungan pada situasi tertentu, agar orang lain mau bekeija dengan penuh tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.4 Kegiatan yang dilakukan oleh seorang pemimpin disebut kepemimpinan (leadership). Kepemimpinan pada dasamya berarti kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia

  3 Sudarwan Danim, M enjadi Kom unitas P em belajar (kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajar), Bumi Aksara, Jakarta, 2005, him. 77.

  4 Husna Asmara, Pengantar Kepem im pinan Pendidikan, Ghalia Indah, Jakarta, 1982, hlm.5.

  10

  melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang haras dilakukan. Kepemimpinan dapat juga diartikan kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rapa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu.5 Sebagaimana dalam firman Allah:

  • j S j U) <SaLall t*lij c JU j

  Artinya : Ingatlah ketika Tuhan-Mu berfirman kepada para malaikat ‘Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di mukabumi’.6

  Sabda nabi, A jJC -(jc. ^ l j

  Artinya : “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya”.7 Jadi, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin bertindak sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk membimbing anak buahnya (para guru) sehingga tercapai tujuan bersama. Kepala sekolah haruslah dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik karena kedudukan kepala sekolah merapakan suatu bentuk menjalankan amanah dari Allah.

  2. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah Kepemimpinan kepala sekolah berfungsi:

  5 Soekarto Indra Fachrudi, M engantar Bagaim ana Memimpin Sekolah ya n g Baik, Ghalia Indah, Jakarta, 1993, him. 12.

  6 Proyek pengadaan kitab suci al qur’an, A l Q u r’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta, 1971, him. 13.

  

7 Zakiah Daradjat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, him. 14.

  11

  a. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara perseorangan maupun kelompok sebagai usaha mengumpulkan data dari anggota-anggota kelompok dalam menetapkan keputusan yang mampu memenuhi aspirasi di dalam sekolah.

  b. Mengembangkan suasana kerjasama yang efektif dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpinnya (para guru) sehingga timbul kepercayaan pada diri sendiri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing.

  c. Mengusahakan dan mendorong teijadinya pertemuan pendapat dengan sikap harga menghargai sehingga timbul perasaan ikut dan terlibat serta tanggungjawab di dalam kegiatan sekolah.

  d. Membantu menyelesaikan masalah-masalah, baik yang dihadapi secara perseorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-petunjuk dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan untuk memecahkannya dengan kemampuan sendiri.8

  Kepala sekolah hendaknya mampu menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan seperti yang disebutkan di atas. Dengan demikian, kepala sekolah akan lebih mudah menjalankan peranannya sebagai seorang pemimpin.

  3. Tipe-tipe kepemimpinan kepala sekolah Tipe kepemimpinan ada tiga yaitu kepemimpinan yang otokratis, kepemimpinan ‘laissez-faire’ dan kepemimpinan demokratis. Dalam kepemimpinan yang otokratis, semua kebijaksanaan atau “policy” dasar ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya.9 Semua perintah, pemberian dan pembagian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya.

  8 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedom an Penyelenggaraan Adm inistrasi Pendidikan Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, him. 89-90.

  9 Soekarto Indrafachrudi,dkk, Pengantar Kepem impinan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, hlm.49.

  12

  Pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya ‘memimpin’ ialah menggerakkan dan memaksa kelompoknya untuk mematuhi perintahnya, kekuasaannya hanya dibatasi oleh undang-undang.10 Bawahannya tidak diberi kesempatan untuk berinisiatif dan mengeluarkan pendapat-pendapatnya. Instruksi atau perintahnya hams dilaksanakan secara tertib dan konsekuen tanpa membuat kesalahan-kesalahan. Keputusannya merupakan yang terbaik sehingga hams dilaksanakan tanpa komentar. tip e kepemimpinan ‘laissez-faire’ menghendaki supaya kepada bawahannya diberikan banyak kebebasan sehingga ia sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekeijaan bawahannya. Pembagian tugas dan keijasama diserahkan kepada anggota-anggotanya tanpa dorongan dan bimbirtgan yang metodis dan kontinyu dari si pemimpin.11 Dengan demikian orang yang dipimpinnya merasa mampu mengambil keputusan sendiri dan melaksanakannya sendiri pula sehingga peran seorang pemimpin tidak berfungsi.

  Tipe kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah yang bemsaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan kemajuan dan perkembangan sekolah. Ia senantiasa membangun semangat bawahannya dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Ia memberi kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada bawahannya dengan jalan menyerahkan

10 Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto Adm inistrasi Pendidikan, Mutiara, Jakarta, cet. K.e-5, 1975, him. 41. " Hadari Nawawi, Adm inistrasi Pendidikan, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1984, hlm.95.

  13

  sebagian kekuasaan dan membagi tanggung jawab.12 Dengan demikian, tipe ini merupakan tipe gabungan dari kedua tipe di atas yaitu tipe otokratis dan tipe ‘laissez-faire’. Pemimpin bersama-sama dengan bawahannya ikut ambil bagian secara aktif di dalam pencapaian tujuan bersama.

  4. Peranan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin

  a. Sebagai pelaksana {executive) Seorang pemimpin tidak boleh hanya memaksakan kehendak sendiri terhadap kelompoknya. la harus berusaha menjalankan atau memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya juga program yang telah ditetapkan bersama.

  b. Sebagai perencana {planner) Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan, sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya atau tindakannya diperhitungkan dan bertujuan.

  c. Sebagai seorang ahli {expert) Seorang pemimpin haruslah mempunyai keahlian, terutama keahlian yang berhubungan dengan tugas jabatan kepemimpinan yang dipegangnya.

  d. Mewakili kelompok dalam tindakan keluar {external group

  representative) 12 Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto,o/? cit., him. 48.

  14

  Pemimpin harus menyadari bahwa baik buruknya tindakannya di luar kelompoknya mencerminkan baik buruknya kelompok yang dipimpinnya.

  e. Mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller

  o f internal relationship)

  Seorang pemimpin harus menjaga jangan sampai terjadi perselisihan dan berusaha membangun hubungan yang harmonis dan menimbulkan semangat bekeija kelompoknya.

  f. Bertindak sebagai pemberi ganjaran atau pujian dan hukuman

  (purvoyer o f Reward and punishment)

  Pemimpin harus dapat membesarkan hati anggotanya yang giat bekeija dan banyak sumbangannya terhadap kelompoknya, dan berani pula menghukum anggota yang berbuat merugikan kelompoknya.

  g. Bertindak sebagai wasit dan penengah ( arbitrator and mendiator) Pemimpin harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih atau mementingkan golongan dalam menyelesaikan perselisihan.

  h. Merupakan bagian dari kelompok {exemplar) Pemimpin adalah bagian yang tak terpisahkan dari kelompoknya sehingga segala tindakan dan usaha hendaknya dilakukan demi tujuan kelompoknya. i. Merupakan lambang daripada kelompok {symbol o f the group)

  15

  Pemimpin hendaknya menyadari bahwa baik buruknya kelompok yang dipimpinnya tercermin pada dirinya. j. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate

  fo r individual responsibility)

  Pemimpin harus bertanggungjawab terhadap perbuatyn- perbuatan anggota-anggotanya yang dilakukan atas nama kelompok. k. Sebagai pencipta atau memiliki cita-cita (ideologist)

  Pemimpin hendaknya mempunyai suatu konsepsi yang baik dan realistis, sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju arah yang telah dicita- citakan. l. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)

  Pemimpin dalam bertindak kepada anak buahnya (guru) hendaklah mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anaknya sehingga terjalin hubungan yang akrab. m. Sebagai ‘kambing hitam’ (scape goat)]i

  Seorang pemimpin haruslah menyadari bahwa dirinya merupakan tempat melemparkan kesalahan atau keburukan yang terjadi di dalam kelompoknya. Oleh karena itu, pemimpin harus pula mau dan berani turut bertanggungjawab terhadap kesalahan anggotanya. 1

  3 13 Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto, op cit., him 31-33.

  16

  Dengan melihat peranan-peranan tersebut, kiranya sangat berguna bagi kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan peranannya.

  Kepala sekolah merupakan seorang panutan bagi guru, jadi ia haruslah dapat memberikan contoh-contoh yang baik. Seorang kepala sekolah juga hams dapat memberikan bimbingan dan arahan serta perlindungan kepada gum.

  C. Kepala sekolah sebagai administrator Administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.14 Administrator adalah orang yang menjalankan kegiatan administrasi. Tugas kepala sekolah sebagai administrator dan bilamana diperinci adalah sebagai berikut:15

  1. Bidang akademik yang berkenaan dengan proses belajar mengajar di dalam dan di luar sekolah Bidang ini mencakup semua kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan mengatur proses belajar mengajar. Adapun tugas pokok kepala sekolah dalam mengatur kegiatan proses belajar mengajar yaitu:

  • menyusun program catur wulan/semester dan program tahunan, termasuk juga pembagian tugas mengajar.
  • menyusun jadwal pelajaran setiap tahun.

  14 Hadari Nawawi, op cit., hlm.7.

  15 Hadari Nawawi, O rganisasi Sekolah dan Pengelolaan K elas sebagai Lem baga Pendidikan, PT. Gunung Agung, Jakarta, cet. K e -2 ,1985, hlm.91-92.

  17

  • mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan pelajaran dan pembagian waktu yang digunakan.
  • mengatur pelaksanaan evaluasi belajar.
  • mengatur norma penilaian.
  • mengatur norma kenaikan kelas.
  • mengatur pencatatan kemajuan pelajaran murid.
  • mengatur usaha-usaha peningkatan perbaikan pengajaran

  (melaksanakan supervisi intern)

  • mengatur program pengisian waktu-waktu kosong karena guru berhalangan hadir.

  2. Bidang ketatausahaan dan keuangan sekolah Bidang ini merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang kelancaran kegiatan pembelajaran. Pengelolaan kegiatan yang harus dilakukan ialah:

  Menyelenggarakan surat menyurat. - Mengatur penerimaan keuangan.

  Mengelola penggunaan keuangan. Mempertanggungjawabkan keuangan. -

  3. Bidang kesiswaan Administrasi kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan siswa yang meliputi: mengatur penerimaan murid berdasarkan peraturan penerimaan murid baru.

  18

  • Mengatur program bimbingan dan penyuluhan.

  Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran guru dan murid. Mengatur program ko-kurikulum. (pramuka,UKS, dan lain-lain) - Mengatur mutasi (kepindahan) murid.

  4. Bidang personalia atau kepegawaian Administrasi personalia bertujuan untuk mendayagunakan tenaga guru secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal.

  Personil sekolah meliputi tenaga edukatif (tenaga fungsional) dan tenaga administratif (tenaga struktural). Tenaga edukatif terdiri dari unsur guru sedangkan tenaga adminisl'tratif terdiri dari unsur karyawan. Untuk itu, kegiatan bidang personalia meliputi:

  Menginventarisasi personalia. - Mengusulkan formasi guru dan merencanakan pembagian tugas-tugas guru, termasuk menghitung beban keija guru.

  Mengusulkan pengangkatan, kenaikan pangkat, perpindahan guru dan - administrasi kepegawaian lainnya.

  Mengatur kesejahteraan sosial staf sekolah - Mengatur pembagian tugas bilamana guru sakit, cuti, pensiun dan lain - sebagainya.

  5. Bidang gedung dan perlengkapan sekolah.

  Bidang gedung dan perlengkapan sekolah merupakan prasarana sekolah yang berfungsi sebagai penunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar. Kepala sekolah harus dapat menyediakan gedung yang baik dan

  19

  perlengkapan sekolah yang mencukupi untuk kelancaran kegiatan sekolah. Untuk itu, hal-hal yang perlu kepala sekolah lakukan adalah:

  • Mengatur pemeliharaan kebersihan gedung dan keindahan halaman sekolah (lingkungan sekolah secara fisik) termasuk juga lapangan olahraga, ruangan senam (aula), kebun sekolah dan lain-lain. Pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan sekolah (kursi, meja, lemari, papan tulis (white board, kapur (spidol), perlengkapan tata usaha atau alat tulis menulis kantor dan lain-lain. Menyelenggarakan inventarisasi tanah, gedung dan perlengkapan sekolah, baik yang habis di pakai maupun yang permanen.

  6. Bidang peralatan pelajaran.

  Bidang peralatan pelajaran merupakan sarana dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Sarana sekolah meliputi alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran. Kepala sekolah harus menyediakan peralatan pelajaran untuk kegiatan belajar mengajar yang meliputi:

  • Mengatur buku-buku pelajaran untuk pegangan guru dan murid.

  Mengatur perpustakaan guru/ murid di sekolah.

  • Mengatur alat-alat pelajaran/ peraga tiap bidang studi. Ketiga kegiatan itu meliputi pengadaan, pemeliharaan, penggunaan dan pertanggungjawabannya.

  7. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat.

  Menurut Don Bagin (1984) hubungan sekolah dan masyarakat dapat dibedakan menjadi external public relations (humas ke luar) dan

  20 internal public relations

  (humas ke dalam).16 Humas ke luar merupakan hubungan ke pada publik atau masyarakat di luar warga sekolah. Kegiatan humas ke luar misalnya rapat bersama dengan pengurus BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan), berkonsultasi dengan tokoh masyarakat dan pengawas (atasan), penyebaran informasi melalui TV, radio, media cetak, pameran sekolah dan lain sebagainya.

  Humas ke dalam merupakan publisitas ke dalam yang sasarannya tidak lain adalah warga madrasah yang bersangkutan, yaitu kepala sekolah, para guru, tenaga administrasi (TU), dan seluruh siswa. Kegiatan humas ke dalam misalnya berupa rapat dewan guru, upacara sekolah, karyawisata, penyebaran informasi melalui bulletin sekolah, penyelenggaraan majalah dinding dan lain sebagainya.

  Dengan ke tujuh bidang tersebut, kepala sekolah sebagai administrator harus memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi seluruh kegiatan yang diselenggarakan di madrasah ibtidaiyah.

D. Kepala sekolah sebagai supervisor

  1. Pengertian kepala sekolah sebagai supervisor Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan.17

  16 Suryo Subroto, Dim ensi-dim ensi Adm inistrasi Pendidikan di Sekolah, Bina Aksara, Jakarta, cet. K e -2 ,1988, him. 123.

  17 Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto,o/? cit., him. 59.

  21

  Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Supervisor adalah orang yang menjalankan supervisi.18

  Kepala sekolah sebagai seorang supervisor hendaknya selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk meningkatkan kemampuan guru baik dari segi mengajar guru maupun menjalankan tugas-tugas sekolah. Kepala sekolah hendaknya pandai meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang sangat diperlukan bagi peningkatan kemampuan guru sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah semaksimal mungkin dapat tercapai. Ia harus dapat meneliti dan menentukan syarat-syarat mana yang telah ada, yang belum ada atau kurang mencukupi yang perlu diusahakan dan dipenuhi.

  Supervisi dari kepala sekolah dimaksudkan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya situasi yang menghambat tujuan sekolah. Situasi yang menghambat dari pihak guru misalnya kurang adanya semangat kerja, kesediaan bekerjasama dan berkomunikasi, tanggungjawab dalam melaksanakan tugas, menguasai metode mengajar, memahami tujuan dan program kerja, mentaati peraturan ketertiban dan sebagainya.

  Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah

18 Oteng Sutisna, Adm inistrasi Pendidikan (Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional), Angkasa, Bandung, 1987, him. 117.

  22

  yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Jadi tugas ini mencakup bidang perbaikan dan pengembangan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum.

  2. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor Tugas kepala sekolah sebagai supervisor dalam pembinaan kurikulum memerlukan beberapa langkah yang perlu dikerjakan yaitu: a. Membimbing guru agar dapat memilih metode mengajar yang tepat b. Membimbing dan mengarahkan guru dalam pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan masyarakat.

  c. Mengadakan kunjungan kelas yang teratur, untuk di observasi pada saat guru mengajar dan selanjutnya didiskusikan dengan guru.

  d. Pada awal tahun pelajaran baru, mengarahkan penyusunan silabus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

  e. Menyelenggarakan rapat rutin untuk membahas kurikulum pelaksanaannya di sekolah.

  f. Setiap akhir pelajaran menyelenggarakan penilaian bersama terhadap program sekolah.19 Tugas kepala sekolah sebagai supervisor yaitu: (1) merancang, mengarahkan dan mengkoordinasi semua aktivitas agar madrasah beijalan dengan baik menuju tercapainya tujuan madrasah, (2) membimbing guru agar menunaikan tugasnya dengan penuh semangat dan kegembiraan, (3) menjaga suasana baik dalam madrasah, (4) melaksanakan hubungan baik ke dalam maupun ke luar, dan (5)

19 Ibid., him. 139.

  23

  menjaga adanya koordinasi antar guru.20 Adapun kegiatan kegiatan yang perlu mendapat supervisi dari kepala sekolah yaitu;

  • Guru: mengenai semangat atau pengabdian, kecakapan, keahlian, kerajinan, ketekunan, tanggungjawab, ketertiban, dan sebagainya.
  • Murid: mengenai kerajinan, kesehatan, umur, semangat kesusilaan, perkembangan, sikap hidup, usaha, prestasi, pembawaan dan sebagainya.
  • Prasarana: mengenai gedung, halaman, kesehatan, keamanan, lingkungan alat pelajaran/ peraga, dan sebagainya.
  • Tingkatan perkembangan dalam usaha mencapai tujuan sekolah.
  • Suasana: mengenai suasana guru, suasana murid, suasana kelas dan suasana sekolah.
  • Pelaksanaan program kerja, yang sudah ditentukan bersama dalam rapat.
  • Koordinasi antar seksi-seksi, subseksi dalam organisasi sekolah.
  • Partisipasi.
  • Komunikasi ke dalam dan ke luar.
  • Ketatalaksanaan, dan sebagainya. 21

  Kepala sekolah sebagai supervisor berperan membantu meningkatkan situasi belajar pada umumnya dan membantu guru, agar ia mengajar lebih baik dengan demikian siswa dapat belajar lebih baik lagi. Selain itu, tugas utama kepala sekolah sebagai seorang supervisor mencakup dua bidang kegiatan yaitu kegiatan administrasi dan kegiatan pembelajaran atau supervisi klinis.

  a. Kegiatan administrasi Kegiatan administrasi yang kepala sekolah lakukan meliputi kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru dan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.22 Pertama, kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru meliputi pembagian

  20 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, op tit., him. 73 21 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, op t i t , him. 78.

  22 Suryo Subroto, op tit.,him. 21.

  24

  tugas mengajar, pembagian tugas atau tanggungjawab dalam membina ekstrakurikuler dan koordinasi penyusunan persiapan mengajar.

  Pembagian tugas mengajar biasanya dibicarakan dalam rapat guru menjelang permulaan pelaksanaan program barn (pada awal tahun ajaran/menjelang semester baru). Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan penunjang pendidikan yang setiap cabang kegiatan ditangani oleh seorang guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah berdasarkan musyawarah (rapat guru).

  Selanjutnya, koordinasi penyusunan persiapan mengajar dikoordinir oleh kepala sekolah yang berdasarkan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional).

  Kedua, kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar (PBM) dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu administrasi sebelum mengajar, administrasi selama PBM dan administrasi sesudah selesai PBM. Kegiatan administrasi sebelum mengajar antara lain: mengatur pembagian tugas mengajar, menyusun jadwal pelajaran, menyusun program pengajaran dan membuat persiapan mengajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah.

  Kegiatan administrasi selama PBM antara lain: mengisi daftar kemajuan kelas, mengelola organisasi kelas dan menyelenggarakan evaluasi hasil belajar. Administrasi sesudah

  25

  selesai PBM antara lain: menyusun laporan hasil pendidikan dan kegiatan pencatatan yang berhubungan dengan masalah perbaikan PBM (remedial teaching).

  b. Kegiatan pembelajaran atau supervisi klinik Supervisi klinik pada dasamya merupakan pembinaan performa guru dalam mengelola PBM. Tujuan supervisi klinik adalah untuk membantu memodifikasi pola-pola pengajaran yang tidak atau kurang efektif dalam arti membantu meningkatkan pengajaran guru di kelas.

  Supervisi klinik merupakan suatu proses, yang terdiri dari sejumlah tahapan yang berbentuk siklus. Banyak teoritisi memberikan deskripsi yang berbeda mengenai siklus supervisi klinik, namun, sebenamya langkah-langkah ini bisa dikembangkan pada tiga tahap esensial yang berbentuk siklus. Ketiga tahap itu meliputi: tahap pertemuan awal, tahap observasi mengajar dan tahap pertemuan balikan.

  Dalam melaksanakan supervisi klinik ini diperlukan iklim keija yang baik. Faktor yang sangat menentukan keberhasilan supervisi klinik adalah kepercayaan guru bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantu guru mengembangkan pengajarannya.

  Upaya memperoleh kepercayaan diri dari guru ini memerlukan satu iklim keija yang disebut kolegial. Di samping itu, untuk melaksanakan supervisi klinik diperlukan kesediaan supervisor dan

  26

  guru untuk meluangkan waktunya. Setiap pelaksanaan supervisi klinik akan memerlukan waktu yang lama.

  Dalam proses supervisi klinik, perilaku supervisor terbentang dalam garis kontinum, yang meliputi: mendengarkan, mengklarifikasikan, mendorong, mempresentasikan, memecahkan masalah, bemegosiasi, mendemonstrasikan, mamastikan, standardisasi dan menguatkan.

  Ada tiga macam orientasi perilaku supervisi pengajaran, yaitu orientasi langsung, orientasi kolaboratif, dan orientasi tidak langsung. Dalam orientasi langsung, perilaku supervisor ditekankan pada presentasi, penegasan, mendemonstrasikan, standardisasi dan penguatan untuk mengembangkan tugas-tugas bagi guru. Dalam orientasi kolaboratif, perilaku supervisor ditekankan pada presentasi, klarifikasi, mendengarkan, pemecahan masalah, dan negosiasi untuk mengembangkan kontrak keija antara supervisor dan guru.

  Sedangkan dalam orientasi tidak langsung, perilaku supervisor ditekankan pada mendengarkan, mendorong, klarifikasi, presentasi dan pemecahan masalah untuk mengarahkan guru membuat sendiri rencananya.

  3. Teknik-teknik supervisi Menurut Gwynn, teknik supervisi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, teknik perorangan dan (individual devices) dan teknik

  27

  kelom pok (group devices).23 Teknik supervisi individual adalah semua teknik yang digunakan dalam memberikan supervisi terhadap guru secara perorangan. Yang termasuk teknik supervisi individual yaitu: 24 a. Kunjungan kelas

  Kunjungan kelas dilakukan kepala sekolah dengan cara masuk atau mengunjungi kelas-kelas tertentu untuk melihat guru yang sedang mengelola proses pembelajaran. Kepala sekolah dapat secara langsung mengamati cara keija guru, alat ,metode, dan teknik yang digunakan sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan setiap guru.

  b. Pembicaraan individual Pembicaraan individual dilakukan sebagai teknik untuk mengembangkan arah diri dan tumbuh dalam pekeijaan.

  c. Kunjungan antar kelas Kunjungan antar kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui cara kerja rekannya dalam mengajar sehingga dapat dijadikan sebagai pengalaman bagi para guru.

  d. Penilaian sendiri.