SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WAJIB PAJAK REKLAME TERHADAP PEMUNGUTAN JAMINAN BIAYA BONGKAR DAN TITIPAN UANG PAJAK DI KOTA SURABAYA

  SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WAJIB PAJAK REKLAME TERHADAP PEMUNGUTAN JAMINAN BIAYA BONGKAR DAN TITIPAN UANG PAJAK DI KOTA SURABAYA Oleh: ELOK CHOIRUN NISAK NIM. 031011147 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014

  PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WAJIB PAJAK REKLAME TERHADAP JAMINAN BIAYA BONGKAR DAN TITIPAN UANG PAJAK DI KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Mengajukan Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum DOSEN PEMBIMBING PENYUSUN

INDRAWATI, S.H., LL.M. ELOK CHOIRUN NISAK

  

NIP. 197705202005012002 NIM. 031011147

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014

  Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji pada hari Senin, 13 Januari 2014 Tim Penguji Skripsi: Ketua : Dr. Suparto Wijoyo, S.H., M.Hum. ........................ Anggota : 1. Dr. Deddy Sutrisno, S.H., M.H. ........................

   2. Soehirman Djamal, S.H., M.S. ........................

   3. Indrawati, S.H., LL.M. ........................

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Reklame Terhadap Jaminan Biaya Bongkar dan Titipan Uang Pajak di Kota Surabaya”. Penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi tugas akhir dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Penulis memilih judul tersebut karena selain penulis memiliki minat yang besar dalam bidang hukum pajak, juga karena untuk menjawab pertanyaan mengenai bentuk perlindungan hukum yang tepat bagi penyelenggara reklame di Kota Surabaya terhadap pengenaan jaminan biaya bongkar dan terhadap munculnya titipan pajak. Seperti kita ketahui bersama bahwa pajak erat berkait dengan uang masyarakat sehingga sangat diperlukan bentuk perlindungan hukum yang konkrit terhadap masyarakat atas terjadinya penyalahgunaan dalam dunia perpajakan.

  Penulis menyadari tanpa bantuan dari orang-orang disekitar penulis, skripsi ini sulit untuk diselesaikan. Terutama kepada Allah SWT pemilik kerajaan langit dan bumi. Dzat Yang Maha Penyayang dan Maha Penolong puji syukur tiada terkira atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Kepada kedua orang tua terkasih, bapak Fatkul Hadi dan Ibu Intowiyah, “matur suwun sanget bapak ibuk sampun sabar, telaten

  ngasuh lan mbimbing elok miwit alit ngantos dinten niki”. Kepada 2 (dua)

  penjagaku tersayang beserta keluarga, Heri Awalul Ilhamsah dan Firdia Nirsa Yusuf terima kasih sudah menjadi mas yang baik untuk elok, dua kata yang elok iv ingat “over protective” tapi elok suka. Terima kasih untuk dukungan dan doa yang selalu dihaturkan. Dan kepada seluruh keluarga yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kebaikan yang telah diberikan semoga Allah membalas dengan lebih.

  Kepada Dekan Fakultas Hukum yang terhormat Prof. Dr. Muhammad Zaidun, S.H., M.Si., terima kasih atas segala fasilitas yang disediakan sehingga sehingga proses belajar penulis menjadi lebih maksimal. Pembimbing skripsi terbaik Ibu Indrawati S.H., LL.M., terima kasih atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing skripsi ini serta kepada tim penguji Dr. Suparto Wijoyo, S.H., M.Hum., Dr. Deddy Sutrisno, Soehirman Djamal S.H., M.S., terima kasih atas masukan yang sangat bermanfaat pada skripsi penulis. Ibu Sinar Aju Wulandari, S.H., M.H., selaku dosen wali dan seluruh civitas akademika Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Airlangga terima kasih untuk ilmu dan bantuan yang telah diberikan selama masa perkuliahan penulis.

  Untuk seluruh teman-teman angkatan 2010 Fakultas Hukum Univeritas Airlangga, terutama Mitha, Nesi, Marsa, Ollak, Teteh, Icha, Cipa, indhy dan teman-teman KB2 yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih telah menjadi teman belajar yang baik bagi penulis. Untuk Tieffani Mega , Maya, Ito’ (teman sepembimbingan) penulis tidak akan melupakan kegalauan dan dukungan dari kalian. Untuk Ria Permata dan Puspitasari Hidayah terima kasih untuk saran dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis. Teman-Teman Scolah-Unair Mengajar terima kasih untuk amanah yang telah diberikan. Damay, Merinta, Uni Vici, Salmon, Ummik Ratna, Kak eryka, Mb Dira, Kak yuur, Mas Andri, Mas v

  Royan, Mas Adyas bahagia penulis mengenal kalian terima kasih untuk pembelajaran yang didapat di Scolah-Unair Mengajar.

  Untuk keluargaku di Surabaya, seluruh penghuni Gubeng Kertajaya 7 Raya No. 46 terima kasih sudah menjadi keluarga yang baik bagi penulis. My Roommate Ukhti Fitria Dewi tersayang terima kasih sudah menjadi “the real ukhtiku” saat suka maupu duka. Tidak lupa untuk keluarga bahagiaku (MSDT) Hanif, Kozin, Paksi, Chandra, Bagus (Jombang), Dery, Oka, mas Rifqi, Bang Zuhro, Naim, Adit terima kasih sudah mengenalkan dan mengajarkan hal-hal yang luar biasa bagi penulis, tidak lupa terima kasih telah membawa penulis ke tempat-tempat indah ciptaan Allah. Ditunggu petualangan-petualangan selanjutnya.

  Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman teman KKN BBM 49 Kelurahan Ampel, Sarah, dek Marieska, dek Debby, Galang, Om Nuzul, Ajeng, Ulfa, Alfa, Denny dan Fahmi. Terakhir terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik dalam hidup kita semua.

  Skripsi ini disusun dari hasil penelitian yang jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini agar dapat memberi manfaat bagi pembaca pada umumnya dan untuk bagi penulis khususnya. vi Surabaya, Februari 2014

  Abstrak

  Isu sentral dari penelitian ini adalah karakteristik objek reklame yang dapat dijadikan sumber pendapatan asli daerah Kota Surabaya menurut Undang-Undang perpajakan di Indonesia dan bentuk perlindungan hukum yang dapat dijadikan payung bagi penyelenggara reklame terhadap jaminan biaya bongkar reklame dan titipan uang pajak. Tipe dari penelitian ini adalah doktrinal research, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan statute approach, yaitu suatu pendekatan permasalahan berdasarkan legislasi dan regulasi (pendekatan perundang- undangan). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan terhadap karakteristik pemungutan reklame pada Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 9 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

  Yaitu adanya pemungutan jaminan biaya bongkar reklame dan munculnya titipan uang pajak sebagai akibat dari kesalahan penafsiran yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya dalam menafsirkan 2 (dua) sistem pemungutan pajak yang berlaku dalam Perda Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame. Bentuk perlindungan hukum yang kongkrit bagi penyelenggara reklame terhadap pemungutan jaminan biaya bongkar dan munculnya titipan uang pajak adalah perlindungan hukum dari perspektif hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana.

  Kata kunci: karakteristik, Perlindungan hukum, titipan uang pajak, jaminan biaya bongkar.

  vii

  Abstract

  The central issue of this research is characteristics of the object that can be used as a source of advertisement revenue in Surabaya based on tax act in Indonesia and legal protection that can be used as an shade for tax payer to guarantee the cost of unloading and deposit of tax money. The type of this research is a doctrinal research. In this research, the approach employe is statute approach, statute approach is taken at the beggining of this research to analyze the validity basic of the law for the taxation. The research results shows be found differences in the characteristics of the collection advertisement in the Regional Regulation Surabaya number 9 of 2010 Implementation of Advertising and the Advertising Tax with act number 28 of 2009 Regional Taxes and Levies. Namely the existence of the collection guarantees unloading costs and the emergence of surrogate advertisement tax as a result of interpretation errors made by the Departement of Revenue and Finance Management Surabaya in interpreting the two (2) system of taxation applicable in the Regional Regulation of Advertisement and Advertisement Tax . Concrete form of legal protection for the organizer of the collection guarantees billboard unloading costs and the advent of deposit of tax money is legal protection from the perspective of administrative law, civil law and criminal law.

  Key words : characteristic , legal protection , deposit the tax money , guarantee unloading costs . viii

DAFTAR ISI

  1.6 Metode Penelitian

  20 BAB II KARAKTERISTIK OBJEK REKLAME SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURABAYA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN

  1.6.6 Pertanggungjawaban Sistematika

  20

  1.6.5 Analis Bahan Hukum

  20

  1.6.4 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum

  17

  1.6.3 Sumber Bahan Hukum

  17

  1.6.2 Pendekatan Masalah

  16

  1.6.1 Tipe Penelitian

  16

  ix

  HALAMAN JUDUL i

  1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  15

  1.4 Alasan Pemilihan Judul

  12

  1.3 Penjelasan Judul

  12

  1.2 Rumusan Masalah

  1

  1.1 Latar Belakang

  BAB I PENDAHULUAN

  DAFTAR ISI ix

  ABSTRAK vii

  LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI iii KATA PENGANTAR iv

  HALAMAN PENGESAHAN ii

  15

  2.1 Karakteristik Objek Reklame Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah

  23

  2.1.1 Pengertian Reklame

  23

  2.1.2 Pemungutan Objek Reklame sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah di Kota Surabaya

  25

  2.2 Karakteristik Objek Reklame Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

  33

  2.2.1 Pajak Daerah Reklame

  35

  2.2.2 Retribusi Daerah atas Objek Reklame

  35

  2.2.3 Sistem Pemungutan Pajak Daerah Reklame

  38

  2.3 Karakteristik Objek Reklame Menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya

  42

  2.3.1 Pajak Daerah Reklame

  44 2.3.2 i Retribusi Daerah atas Penyelenggaran Reklame

  48

  2.3.3 Jaminan Biaya Bongkar Reklame

  52 2.3.4 i Sistem Pemungutan Pajak Daerah Reklame Kota Surabaya

  57 BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYELENGGARA REKLAME TERHADAP PEMUNGUTAN REKLAME KOTA SURABAYA

  3.1 Upaya Perlindungan Hukum terhadap Pemungutan Objek Reklame

  65

  3.1.1 Konsep Perlindungan Hukum

  65 3.1.2 i Perlindungan Hukum Penyelenggara Reklame dalam Perspektif Hukum Pajak

  68

  x xi

  3.1.3 i Perlindungan Hukum terhadap Penyelnggara Reklame dalam Perspektif Hukum Administrasi

  72

  3.1.4 Upaya Perlindungan Hukum Lainnya

  86

  3.1.4.1 Upaya Hukum Perdata

  86

  3.1.4.2 Upaya Hukum Pidana

  87 BAB IV PENUTUP

  4.1 Kesimpulan

  92

  4.2 Saran

  93 DAFTAR BACAAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang sedang berkembang yang terbagi atas daerah provinsi dan daerah kabupaten atau kota sedang giat-giatnya melakukan pembangunan nasional. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui

  1 peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

  Hal ini tentunya selaras dengan tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

  Mengingat wilayah Indonesia yang luas, sejak tanggal 1 Januari 2001

  2 Indonesia memberlakukan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah di

  Indonesia didasarkan atas Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI 1945) yang berbunyi “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur 1 Faizah Wachidin, “Pengaruh Pajak Reklame dan Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan

  

Asli Daerah Kota Surabaya ( Studi Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Veteran, Surabaya, 2010, h. 2 2 Marihot P Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, h. 1 dengan undang-undang”. Dalam ayat (2) ditegaskan bahwa ”pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi tersebut daerah dituntut untuk memiliki sumber penerimaan keuangan yang dapat digunakan dalam melaksanakan otonomi daerah tersebut. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU Pemerintahan Daerah) menetapkan pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat

  3

  dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Hal ini berdasarkan pasal 157 dan Pasal 158 UU Pemerintahan Daerah.

  Sejalan dengan adanya otonomi daerah, pemerintah juga menerbitkan peraturan perundang-undangan mengenai pajak daerah dan retribusi daerah. Hal ini terbukti dengan lahirnya Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian disempurnakan dengan Undang- Undang No. 34 Tahun 2000. Kemudian Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 diubah lagi dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah (selanjutnya disebut UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah).

  Berdasarkan kewenangan pemungutannya, secara garis besar pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah Provinsi yang kemudian disebut pajak propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang kemudian disebut pajak kabupaten/kota. Pengelompokan kewenangan jenis-jenis pajak tersebut diatur dalam Pasal 2 UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu: 3 Marihot Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Raja Grafindo Persada,

  Jakarta,2005 hal.1

  (1) Jenis Pajak Provinsi terdiri atas:

  a. Pajak Kendaraan Bermotor;

  b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

  c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

  d. Pajak Air Permukaan; dan

  e. Pajak Rokok (2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:

  a. Pajak Hotel;

  b. Pajak Restoran;

  c. Pajak Hiburan;

  d. Pajak Reklame;

  e. Pajak Penerangan Jalan;

  f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

  g. Pajak Parkir;

  h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Peroleh Hak Atas Tanah dan Bangunan

  Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai

  4 public investment. Sedangkan menurut P.J.A. Adriani, pajak adalah iuran kepada

  negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan

  5 pemerintahan.

  Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak dapat dipaksakan dan tidak memberikan imbalan yang secara langsung 4 Rochmat Sumitro, .Asas Dan Dasar Perpajakan, Refika Aditama, Bandung, 2005

  hal.2 5 Brotodiharjo dan Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak edisi keempat, Refika Aditama, Bandung, 2003, h.2 dapat ditunjuk, maka pemungutan pajak harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari rakyat melalui DPR. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 23A Amandemen ke III UUD NRI 1945, yaitu pajak dan pungutan lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Dengan adanya undang-undang tersebut dimaksudkan dapat memberikan jaminan hukum kepada wajib pajak agar keadilan dapat diterapkan. Disamping itu menurut Bohari terdapat faktor lain yang juga harus diperhitungkan oleh negara adalah agar pembuatan peraturan pajak diusahakan agar mencerminkan rasa keadilan bagi wajib pajak, sebab tingkat kehidupan dan daya pikul anggota masyarakat tidak

  6 sama. Anggota masyarakat ada yang mampu, kurang mampu, dan tidak mampu.

  Menurut Marihot P. Siahaan Pajak Reklame adalah pajak atas

  7

  penyelenggaraan reklame. Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 jo Pasal 1 angka 10 Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 10 Tahun 2009 yang dimaksud reklame adalah “benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah.”

  Berdasarkan Pasal 2 UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tersebut, maka Pajak Reklame tergolong sebagai Pajak Daerah Kabupaten/Kota. Kota 6 Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Cetakan III, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,

  h.29 7 Ibid, Hal.323

  Surabaya sebagai kota metropolitan tidak kalah pula dalam mengeluarkan produk hukum tentang pajak daerah hal ini terbukti pada tahun 2006 telah membuat regulasi produk hukum daerah tentang Pajak Reklame yakni Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame yang kemudian diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 10 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Reklame dan pajak Reklame (selanjutnya disebut Perda Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame).

  Sejalan dengan diterbitkannya peraturan tentang penyelenggaraan reklame dan pajak reklame, pemerintah kota Surabaya berharap dengan adanya peraturan tersebut kegiatan penyelenggaraan reklame di kota Surabaya dapat diselenggarakan secara tertib, dengan tujuan untuk menarik investor maupun pengusaha reklame di Surabaya. Dengan demikian pendapatan asli daerah kota Surabaya dari sektor pajak terutama dari pajak reklame akan meningkat.

  Selama ini, Pendapatan asli daerah Kota Surabaya terutama dari Pajak Reklame sedang menunjukkan geliatnya. Hal ini terbukti, pendapatan asli daerah Kota Surabaya dari sektor pajak reklame tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2011. Pernyataan tersebut selaras dengan

  8 tabel berikut ini.

8 Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya, “Catatan Atas Laporan

  Keuangan 2012 Pemerintah Kota Surabaya”, www.surabaya.go.id, h.112, dikunjungi pada tanggal 23 September 2013.

Tabel 1.2. Tabel Pendapatan Pajak Daerah Kota Surabaya 2011-2012

  Berdasarkan tabel tersebut di atas, pajak reklame mempunyai peran dalam peningkatan pendapatan asli daerah kota Surabaya. Peran pajak reklame dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Surabaya meningkat dari tahun 2011 ke tahun 2012. Yaitu pada tahun 2011 pendapatan pajak reklame sebesar Rp. 90.232.362.728,38 kemudian di tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 117.601.450.951,00.

  Kewenangan pemungutan pajak reklame di Kota Surabaya berada di tangan Walikota Surabaya. Selanjutnya kewenangan tersebut dilimpahkan kepada Kepala Dinas Pajak Kota Surabaya, hal ini berdasar Pasal 66 Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 Tentang penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame yang dinyatakan sebagai berikut, “Kepala Daerah dapat melimpahkan kewenangan dalam bidang perpajakan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini kepada Kepala Dinas Pajak”. Selanjutnya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame diubah dengan terbitnya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 10 Tahun

  2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame. Dalam hal ini Dinas Pajak yang dimaksud dalam Perda Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame diubah menjadi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan. Atas hal tersebut nyatalah saat ini yang berwenang mengelola serta mengawasi penyelenggaraan reklame di Kota Surabaya adalah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya.

  Pada sisi yang lain atas penyelenggaran reklame tersebut, pemerintah daerah juga dapat memungut retribusi atas penyelenggaran reklame. Kewenangan pemerintah daerah memungut retribusi sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah berdasar pada Pasal 108 UU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Atas hal tersebut melalui Perda tentang Penyelenggaran Reklame dan Pajak Reklame Jo Peraturan Walikota Surabaya No. 79 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Reklame menjadikan retribusi atas penyelenggaran reklame sebagai salah satu sumber penerimaan daerah kota Surabaya. Retribusi dimaksud adalah retribusi Izin Mendirikan Bangunan reklame, retribusi pemakaian kekayaan daerah dan retribusi pergantian biaya cetak peta.

  Berkaitan dengan pemberian kewenangan pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberlakukan sistem pembayaran pajak dengan menggunakan sistem pemungutan official assessment

  system dan self assessment system. Hal ini terbukti pada Pasal 96 ayat (2 )UU

  Pajak Daerah dan Retribusi Daerah “setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.” Selanjutnya pemberlakuan dua sistem pemungutan tersebut diadopsi dalam

  Perda Penyelenggaran Reklame dan Pajak Reklame Jo Peraturan Walikota Surabaya No. 79 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Reklame. Hal ini terbukti pada Pasal 43 Perda Penyelenggaran Reklame dan Pajak Reklame yang dinyatakan sebagai berikut:

  “(1) Wajib pajak memenuhi kewajiban pajak dengan cara dibayar sendiri atau berdasarkan penetapan kepala daerah.

  (2) Kepala daerah dapat menetapkan pajak terutang berdasarkan data yang dimiliki Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan.” Namun demikian Peraturan Pemerintah No. 91 Tahun 2010 tentang Jenis

  Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak secara tegas mengatur bawah untuk jenis pajak daerah reklame dipungut dengan menggunakan sistem pemungutan official assessment

  system. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 3 yang berbunyi “jenis pajak

  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, huruf b, hurud d dan ayat (3) huruf d, huruf h, huruf j dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah”.

  Yang dimaksud ayat (3) huruf d tersebut adalah pajak reklame.

  Pemberlakuan dua sistem pemungutan pajak atas objek pajak reklame yang berlaku pada pemungutan reklame Kota Surabaya, maka tentunya dapat menimbulkan salah penafsiran yang terjadi antara pemerintah dan wajib pajak daerah reklame. Salah penafsiran yang terjadi tersebut memunculkan “titipan uang pajak”.

  Berdasarkan berita yang sedang berkembang penyelenggara reklame dalam hal ini adalah pengusaha reklame dibuat gemas dengan adanya jasa titipan pajak yang ditawarkan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya (DPPK). Dinas tersebut berdalih uang titipan pajak reklame yang dititipkan di dinas tersebut digunakan sebagai jaminan apabila pengusaha reklame telat melakukan pembayaran pajak reklame. Sehingga uang titipan pajak reklame tersebut akan digunakan untuk membayar pajak reklame agar tidak jatuh tempo dan dikenakan denda. Namun pada kenyataannya pengusaha reklame tetap menerima tagihan pajak sekaligus tagihan denda keterlambatan atas pembayaran pajak, padahal pengusaha reklame sudah menitipkan uang tagihan pajak reklamenya ke Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kota Surabaya dengan cara disetorkan melalui Bank Jatim ke rekening bendahara Dinas Pendapatan dan

9 Pengelolaan Kota Surabaya.

  Selain adanya jasa titipan pajak reklame, dalam penyelenggaraan reklame juga terdapat jaminan biaya bongkar. Hal ini terbukti pada Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 yang disebutkan bahwa penyelenggara reklame dalam hal ini pengusaha reklame wajib membayar jaminan biaya bongkar reklame. Pengenaaan jaminan biaya bongkar tersebut berkaitan dengan izin reklame. Apabila penyelenggara reklame belum membayar jaminan biaya bongkar maka persyaratan pengurusan izin belum dianggap lengkap akibatnya izin tidak 9 Rum, Korupsi Jambong dan Dana Titipan Pajak Reklame, www.beritametro.co.id, 14 Agustus 2013, dikunjungi tanggal 24 september 2013. dapat diterbitkan. Disisi lain dalam permohonan pengurusan izin reklame juga terdapat pengenaan retribusi, antara lain retribusi izin mendirikan bangunan (IMB), retribusi penggantian biaya cetak peta dan retribusi pemakaian kekayaan yang dikuasai pemerintah daerah (apabila tempat reklame yang dimohonkan berada pada tempat-tempat yang dikuasai oleh pemerintah daerah). Berdasarkan

  Pasal 1 angka 42 Perda tentang Pentelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame, Jaminan biaya bongkar adalah biaya yang dibayarkan oleh penyelenggara reklame kepada Pemerintah Daerah yang dipergunakan oleh Pemerintah Daerah untuk membongkar reklame dan untuk pemulihan/perbaikan kembali lokasi/tempat bekas diselenggarakannya reklame, apabila lokasi/tempat tersebut merupakan milik atau yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah.

  Berbagai sikap dan tanggapan tentang jaminan biaya bongkar ternyata terselip permasalahan di masyarakat dalam hal ini adalah pengusaha reklame.

  Permasalahannya adalah bahwa Pemerintah Daerah Kota Surabaya dalam hal ini diwakili oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kota Surabaya tidak memberikan transparansi yang jelas tentang peruntukaan jaminan biaya bongkar tersebut. Apabila sesuai dengan tujuannya untuk biaya pembongkaran reklame yang sudah habis masa izinnya, maka pengusaha reklame tidak akan mempermasalahkan hal tersebut. Yang menjadi masalah adalah selama ini pengusaha reklame yang sering melakukan sendiri pembongkaran atas reklamenya yang sudah habis masa izinnya. Mestinya jika pengusaha reklame membongkar sendiri reklamenya maka uang jaminan biaya bongkar dikembalikan tapi ternyata hal ini tidak pernah dilakukan dan uang jaminan biaya tersebut

  10

  dianggap hangus. Fakta seperti tersebut di atas tentunya tidak sedasar dengan

  Pasal 38 Peraturan Walikota Surabaya No. 79 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa jaminan biaya bongkar dapat diajukan restitusi. Titipan uang pajak dan pemungutan jaminan biaya bongkar yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya ternyata tidak sesuai dengan UU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Karena dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan Pemerintah daerah hanya dapat memungut uang dari masyarakat yakni berupa pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam undang-undang. Hal tersebut dikuatkan lagi dengan Pasal 23 A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bahwa “pajak dan pungutan lain dari masyarakat yang bersifat memaksa harus ditetapkan berdasarkan undang-undang.”

  Terhadap titipan uang pajak, harus dilakukan penelitian yuridis mengenai penyebab dari munculnya jasa titipan uang pajak dalam pemerintah kota Surabaya. Karena titipan uang pajak yang dimaksud tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang perpanjakan. Jika hal ini dibiarkan maka bukan tidak mungkin adanya titipan uang pajak reklame di Kota Surabaya dapat disalahgunakan. Dan tentunya merugikan masyarakat dalam hal ini adalah penyelenggara reklame di kota Surabaya.

  Atas hal tersebut terdapat beberapa bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak wajib pajak atas titipan uang pajak dan jaminan biaya bongkar sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagai bentuk jaminan konstitusional hak-hak wajib pajak. Bentuk perlidungan hukum tersebut antara 10 Laurensius, “Kejati Jatim Akan Usut Dugaan Korupsi Jambong dan Titipan Pajak

  

Reklame Dispenda Surabaya”. www.kabarjagad.com, 30 Mei 2013 dikunjungi tanggal 28 September 2013. lain perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif sebagaimana diatur dalam undang-undang perpajakan di Indonesia. Disisi lain, terdapat bentuk perlindungan hukum diluar prespektif undang-undang perpajakan di Indonesia antara lain adalah upaya hukum administrasi, upaya hukum perdata dan upaya hukum pidana.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, selanjutnya dapat diajukan rumusan permasalahan sebagai berikut:

  1. Apakah karakteristik objek reklame sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Surabaya menurut undang-undang perpajakan di Indonesia?

  2. Bagaimana perlindungan hukum bagi penyelenggara reklame terhadap pemungutan jaminan biaya bongkar reklame dan titipan uang pajak reklame?

  1.3 Penjelasan Judul

  Judul yang dipilih dalam skripsi ini adalah: “Perlindungan Hukum Bagi

  Wajib Pajak Reklame Terhadap Jaminan Biaya Bongkar dan Titipan Uang Pajak di Kota Surabaya”. Penjelasan judul ini dimaksudkan untuk memberi gambaran secara singkat mengenai pokok permasalahan yang akan dibahas.

  Selain itu, penjelasan judul ini juga dimaksudkan dapat menghindari kesalahan penafsiran dan untuk menjaga agar tidak menyimpang dari rumusan masalah dan

  11

  tidak terlalu meluas. Dari judul tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diuraikan yaitu sebagai berikut: a. Perlindungan hukum. Definisi kata perlindungan hukum Berdasarkan kaidah bahasa indonesia perlindungan hukum berasal dari dua kata, yaitu “perlindungan dan hukum”. Kata perlindungan hukum berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi, misalnya memberi

  12

  perlindungan kepada orang yang lemah. Sedangkan yang dimaksud dengan kata hukum, menurut Sudikno Mertokusumo adalah kumpulan peraturan atau kaidah yang mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya

  13

  melaksanakan kepatuhan pada kaidah-kaidah. Jadi yang dimaksud perlindungan hukum adalah suatu perbuatan dalam hal melindungi subjek-subjek hukum dengan peraturan perundang-undangan yang

  14 berlaku dan pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan suatu sanksi.

  b. Wajib Pajak. Definisi kata Wajib Pajak berdasarkan Pasal 1 angka 45 11 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

  Potayanda, “Status Hukum Anak Perusahaan Yang Didirikan Oleh Perusahaan

BUMN (Persero)”, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2013, h.12-13

12 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan IX, Balai Pustaka,

  1986, h. 600 13 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, 2008, h. 41 14 Khristine Agustina, “BAB II Tinjauan Umum Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Karcis Parkir” Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2010, h.1

  Retribusi Daerah adalah “orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.” Sedangkan berdasarkan Pasal 35 Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 Tentang Penyelanggaraan Reklame dan Pajak reklame yang dimaksud dengan wajib pajak reklame adalah “orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame”.

  c. Jaminan Biaya Bongkar, adalah berdasarkan Pasal 1 angka 42 Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 Sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 10 Tahun 2009 jo Pasal 1 angka 44 Peraturan Walikota Surabaya No. 79 Tahun 2012 adalah biaya yang dibayarkan oleh penyelenggara reklame kepada Pemerintah Daerah yang dipergunakan oleh Pemerintah Daerah untuk membongkar reklame dan untuk pemulihan / perbaikan kembali lokasi / tempat bekas diselenggarakannya reklame, apabila lokasi/ tempat tersebut merupakan milik atau yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah d. Titipan Uang Pajak, adalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

  15 yang dimaksud titipan adalah sesuatu yang dititipkan. Menurut P.J.A.

  Adriani, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung 15 dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai

  Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Naional, Jakarta, 2008, h. 1533 pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk

  16

  menyelenggarakan pemerintahan. Jadi titipan uang pajak adalah uang yang dititipkan dalam rangka pembayaran pajak.

  1.4 Alasan Pemilihan Judul

  Penulis memilih judul “Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Reklame Terhadap Jaminan Biaya Bongkar dan Titipan Uang Pajak di Kota Surabaya” adalah karena perlunya perlindungan hukum bagi wajib pajak reklame terhadap pemungutan reklame di kota Surabaya terhadap pemungutan jaminan biaya bongkar dan adanya titipan uang pajak, mengingat karakteristik dari pemungutan reklame yang dapat dijadikan sumber pendapatan daerah kota surabaya adalah hanya pajak daerah reklame dan retribusi atas penyelenggaran reklame. Dengan terwujudnya perlindungan hukum bagi wajib pajak maka akan tumbuh rasa kepercayaan dari masyarakat yang diharapkan akan mampu menarik pengusaha ataupun investor reklame untuk menyelenggarakan reklame di Kota Surabaya sehingga akan berdampak meningkatkan sumber pendapatan daerah Kota Surabaya.

  1.5 Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Penulisan skripsi ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

  1. Untuk memenuhi dan melengkapi persyaratan wajib akademis dalam mencapai gelar Sarjana Hukum di Universitas Airlangga 16 Brotodiharjo dan Santoso, Op.Cit., h.2

  2. Sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga, penulis ingin meningkatkan profesionalisme serta dapat menganalisa suatu permasalahan dalam bidang hukum pajak terutama pajak reklame. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka manfaat yang ingin penulis capai dalam penulisan skripsi ini adalah:

  1. Untuk menambah wawasan, pemikiran, dan juga menambah pengetahuan khususnya yang berkaitan mengenai kebijakan pemerintah dibidang perpajakan serta pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.

  2. Bagi para pembaca skripsi ini diharapkan dapat membentuk gambaran dan dapat memperoleh kejelasan mengenai kebijakan pemerintah dibidang perpajakan daerah terutama pajak reklame.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Tipe Penelitian

  17 Dalam skripsi ini digunakan tipe penelitian Doctrinal Research , yaitu

  suatu penelitian yang menyediakan penjelasan/penyelesaian sistematis dari aturan-aturan hukum yang mengatur sebuah aturan hukum tertentu serta menjelaskan bidang-bidang yang sulit. Dalam penelitian ini berdasar pada aturan hukum yang membahas mengenai pajak reklame yang ada dalam Undang-Undang 17 No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

  Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2011, h. 32 sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang No. 16 Tahun 2009, Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah Kota Surabaya No.8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame jo Peraturan Walikota No. 79 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Reklame.

  1.6.2 Pendekatan Masalah

  Sesuai dengan penulisan skripsi ini, metode pendekatan masalah yang digunakan penulis adalah Statute Approach, yakni suatu pendekatan permasalahan

  18

  berdasarkan legislasi dan regulasi (melalui perundang-undangan). Selain kedua pendekatan tersebut, penulis juga melakukan pengamatan dan penelitian pada DPPK (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan) Kota Surabaya Jalan Jimerto No. 25-27 Surabaya untuk mendukung kebenaran dalam skripsi ini.

  1.6.3 Sumber Bahan Hukum

  Bahan Hukum yang menjadi sumber dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) sumber bahan hukum, yaitu:

  1. Bahan Hukum Primer:

18 Ibid, h. 93

  Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai kekuasaan.

19 Bahan hukum tersebut merupakan norma

  yang bersifat mengikat. Sumber bahan hukum dalam skripsi ini antara lain sebagai berikut:

  1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

  2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  3. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

  4. Undang-Undang No. 29 Tahun 2008 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

  5. Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

  6. Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

  7. Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

  8. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

19 Ibid, h.141

  9. Peraturan Pemerintah No. 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak

  10. Keputusan Presiden No. 14 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional

  11. Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame

  12. Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame

  13. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Umum Ibukota Jakarta No. 7 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Reklame

  14. Peraturan Walikota Surabya No. 79 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelenggaran Reklame

  15. Peraturan Walikota Batam No. 41 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Jaminan Bongkar

  2. Bahan Hukum Sekunder: Bahan hukum sekunder yaitu sumber bahan hukum yang menjadi bahan penunjang dalam penulisan skripsi ini, yang terdiri dari buku-buku atau literatur hukum, jurnal-jurnal hukum, majalah, surat kabar serta media internet yang berkaitan dengan pajak reklame dan retribusi daerah.

  20

20 Ibid, h. 142

  1.6.4 Prosedur Pengolahan dan Pengumpulan Bahan Hukum

  Untuk memperoleh bahan hukum seperti yang penulis debutkan diatas, maka langkah pertama yang dilakukan oleh penulis adalah pencarian data pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kota Surabaya berkaitan dengan Pajak Reklame dan Retribusi daerah yang menjadi fokus penelitian ini.

  Langkah kedua, penulis melakukan studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan data tertulis mengenai dasar-dasar teori dan ketentuan hukum yang relevan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Untuk selanjutnya bahan- bahan tersebut sudah diseleksi dan diklarifikasi kemudian diolah dan dirumuskan secara sistematis dalam bab dan sub bab sesuai dengan pokok bahasan.

  1.6.5 Analisis Bahan Hukum

  Bahan hukum yang terkumpul baik bahan hukum primer maupun sekunder diklasifikasikan menurut isu hukum yang diajukan dalam penelitian ini.

  Selanjutnya dilakukan analisa terhadap bahan-bahan hukum tersebut guna menjawab rumusan masalah yang diangkat dalam skripsi ini sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan.

1.7 Pertanggungjawaban Sistematika

  Penulisan skripsi ini disusun dengan sistematika pembahasan yang terbagi dalam 4 (empat) bab, dimana masing-masing bab dibagi lagi dalam beberapa sub bab, yaitu:

  BAB I adalah pendahuluan yang mengemukakan latar belakang dan

  permasalahan yang timbul, yaitu menguraikan secara singkat isi dari skripsi yang diangkat oleh penulis serta merupakan uraian yang menjadi landasan pemikiran penulis dalam pembahasan skripsi ini dan menjadi acuan bagi pembahasan bab- bab berikutnya. Dalam bab pendahuluan terdiri dari beberapa sub bab, yaitu latar belakang beserta rumusan masalah dari permasalahan yang penulis bahas, penjelasan judul dari skripsi penulis, alasan pemilihan judul tersebut, serta membahas mengenai tujuan penulisan, metode penelitian yang dibagi lagi atas pendekatan masalah, bahan hukum, prosedur pengumpulan dan pengolahan bahan hukum, dan yang terakhir adalah berisi mengenai pertanggungjawaban sistematika dari penulisan skripsi ini.

  BAB II adalah pembahasan awal mengenai karakteristik objek reklame di Kota Surabaya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 8 Tahun 2006

  tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame sebgaimana telah diubah oleh Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 10 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan daerah kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan Rekalme dan Pajak Reklame Jo Peraturan Walikota Surabaya No. 79 tahun 2012 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Reklame. Kemudian dibandingkan dengan karakteristik objek reklame berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pada bab II ini merupakan pembahasan terhadap rumusan masalah yang pertama.

  BAB III membahas tentang bentuk perlindungan hukum bagi wajib pajak

  pemungutan reklame di Kota Surabaya terhadap penyelenggaraan reklame di Kota

  Surabaya, terutama perlindungan hukum terhadap pengenaan jaminan biaya bongkar dan terhadap titipan uang pajak. Pada bab III ini merupakan pembahasan terhadap rumusan masalah yang kedua.

BAB IV adalah penutup, merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi,

  yang berisi kesimpulan dan saran dari penulis. Kesimpulan merupakan jawaban dari dua rumusan masalah yang diangkat. Sedangkan saran merupakan rekomendasi penulis yang terkait permasalahan yang diangkat.

BAB II KARAKTERISTIK OBJEK REKLAME SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURABAYA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN

2.1. Karakteristik Objek Reklame Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah

2.1.1. Pengertian Reklame