BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu - UPAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI AKTIVITAS EKONOMI DALAM MEMANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENERAPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu

a. Pengertian Rasa Ingin Tahu

  Menurut Mustari (2011 : 104) kurioritas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman manusia dan binatang, Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri yang disebabkan oleh emosi ingin tahu. Emosi ini mewakili kehendak untuk mengetahui hal-hal baru, rasa ingin tahu bisa diibaratkan “bensin” atau “kendaraan” ilmu dan disiplin lain dalam studi yang dilakukan oleh manusia.

  Rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui.

  Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik. Pengertian ini relevan dengan definisi yang menyebutkan bahwa ingin tahu adalah ungkapan pengalaman yang disediakan oleh lingkungan.

  Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan apa yang dipelajarinya dilihat dan di dengar

  Rasa ingin tahu itu ternyata bisa bertransformasi menjadi penerapan ilmu. Dan keunggulan teknologi yang gara-gara rasa ingin tahu itupun dapat memajukan masyarakat dan bangsa. Apalagi jika teknologinya itu laku, menjadi barang rebutan, suplai teknologi pun menjadi kekurangan untuk memenuhi permintaan pasar.

  Kuriositas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman manusia dan binatang. Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri yang disebabkan oleh emosi ingin tahu.

  Walaupun ingin tahu merupakan kemampuan bawaan makhluk hidup, ia tidak bisa dikategorikan sebagai naluri (instink) karena ia tidak merupakan pola tindakan yang fixed. Rasa ingin tahu lebih merupakan emosi dasar bawaan karena ingin tahu itu dapat diekspresikan dalam banyak cara, sementara ekspresi instink itu lebih

  fixed dan kurang fleksibel. Rasa ingin tahu itu umumnya terjadi pada

  manusia dari sejak bayi sampai orang tua, walaupun dapat juga dilihat pada species binatang. Ini termasuk monyet, kucing, ikan, reptil, dan serangga; dan lain-lain.

  Rasa ingin tahu yang kuat merupakan motivasi utama kaum ilmuwan. Dalam sifatnya yang bersifat heran dan kagum, rasa ingin tahu telah membuat manusia ingin menjadi ahli dalam suatu bidang pengetahuan. Walaupun manusia itu seringkali bersifat ingin tahu, namun tetap saja ada yang terlewati dari perhatian mereka.

  Di dalam otak, rasa ingin tahu ini membuat bekerjanya kedua jenis otak, yaitu otak kiri dan otak kanan. Satunya adalah kemampuan untuk memahami dan mengantisipasi informasi, sedang yang lain adalah menguatkannya dan mengencangkan memori jangka panjang untuk informasi baru yang mengejutkan.

  Terdapat pula rasa ingin tahu yang mematikan (morbid

  curiosity ). Rasa ingin tahu adiktif pada objek yang mematikan atau

  bersifat kekerasan yang bahkan dapat membuat orang secara fisik ataupun emosional terluka.

  Menurut Hadi dan Permata (2010:3), rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak diketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik, sedangkan menurut Nasoetion (Hadi dan Permata, 2010:3) ingin tahu adalah ungkapan pengalaman yang disediakan oleh lingkungan. Rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik.

  Menurut Sulistyowati (2012 : 74) berpendapat ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar; 1) menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu, 2) eksplorasi lingkungan secara terprogram, 3) tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau elektronik).

  Sedangkan menurut Wibowo (2012:102) berpendapat bahwa rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang yang dipelajari, dilihat dan didengar. Dengan indikator sekolah; 1) menyediakan komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah, 2) Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.

  Definisi mengenai rasa ingin tahu juga dikemukakan oleh Pluck dalam the journal stimulating curiosity (2010) yaitu:

  

“ Curiosity is an aspect of instrinsic motivation that has great

potential to enhance student learning. Theory and evidence

describing curiosity are discussed, focusing on psychological

and pedagogical literature relating to adult education. In

particular, the concept of information gaps as a source of

academic curiosity is explored. In addition, the concept of

curiosity in two disparate sample disciplines.”

  Penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa rasa ingin tahu adalah aspek dari motivasi intrinsic yang mempunyai potensi besar untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Teori dan bukti menggambarkan bahwa rasa ingin tahu dalam pembahasannya dipusatkan pada literature psikologi dan pedagogik yang berhubungan dengan pendidikan untuk orang dewasa. Pada keadaan tertentu, konsep kesenjangan informasi ini sebagai sumber rasa ingin tahu dalam bidang akademis yang dapat dieksplorasi. Selain itu, konsep tentang rasa ingin tahu adalah dua hal yang berbeda dalam mata pelajaran yang diambil sebagai sampel atau contoh.

b. Sumber Rasa ingin tahu

  Rasa ingin tahu muncul dari kesadaran kita akan kondisi masyarakat yang terdapat di sekitar kita ataupun sesuatu yang kita alami sehari-hari. Rasa ingin tahu biasa kita alami jika ada suatu persoalan yang belum terselesaikan.

  Definisi mengenai rasa ingin tahu juga dikemukakan oleh Paul Though dalam the wall street journal (2010) yaitu:

  “There is something undeniably compelling about the cognitive hypothesis. The world it describes is so reassuringly linear, such a clear case of inputs here leading to outputs there. Fewer books in the home means less reading ability; fewer words spoken by your parents means a smaller vocabulary; more math work sheets for your 3-year-old means better math scores in elementary school. But in the past decade, and especially in the past few years, a disparate group of economists, educators, psychologists and neuroscientists has begun to produce evidence that calls into question many of the assumptions behind the cognitive hypothesis. What matters most in a child’s development, they say, is not how much information we can stuff into her brain in the first few years of life. What matters, instead, is whether we are able to help her develop a very different set of qualities, a list that includespersistence, self- control, curiosity, conscientiousness, grit and self-confidence. Economists refer to these as noncognitive skills, psychologists call them personality traits, and the rest of us often think of them as character.” Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif merupakan factor penting dalam memahami perkembangan anak, jika anak memiliki pengetahuan kognitif maka akan mampu untuk melakukan sesuatu, tetapi pada dasarnya terdapat factor yang lebih penting dalam perkembangan anak yaitu mengembangkan satu set yang sangat mendasar meliputi ketekunan, control diri, rasa ingin tahu, kesadaran, dan kepercayaan diri. Para ahli menyebutnya sebagai keterampilan non- kognitif, psikolog juga menyebut sebagai kepribadian atau karakter yang sangat penting untuk menunjang proses perkembangan anak.

  Sedangkan definisi mengenai rasa ingin tahu juga dikemukakan oleh Edelman dalam the journal curiosity and exploration (2011) yaitu:

  

“Curiosity is defined as a need, thirst or desire for knowledge. The

concept of curiosity is central to motivation. The term can be used

as both a description of a specific behavior as well as a

hypothetical construct to explain the same behavior. Curiosity is a

motivational prerequisite for exploratory behavior. “

  Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu didefinisikan sebagai kebutuhan, rasa dahaga, keinginan terhadap ilmu pengetahuan. Konsep dari rasa ingin tahu menyatakan bahwa rasa ingin tahu merupakan pusat dari motivasi. Istilah tersebut dapat digunakan secara bersamaan untuk menggambarkan tingkah laku yang khusus seperti halnya sebuah gagasan tentang hipotesis untuk menjelaskan perilaku yang sama. Rasa ingin tahu adalah prasyarat motivasi untuk perilaku yang berkaitan dengan eksplorasi.

2. Belajar a. Pengertian Belajar

  Menurut Sagala (2010:11), belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implicit (tersembunyi). Teori-teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi antara lain teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan modul-modul pengembangan kurikulum.

  Menurut Hamalik (2009:36) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses dari kegiatan dan bukan dari hasil. Belajar bukan hanya mengingat tetapi cakupannya lebih luas yaitu lebih menekankan pada perubahan tingkah laku. Belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan, latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis. Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut masih lemah atau kurang setelah belajar menjadi berubah tingkah lakunya menjadi baik, yaitu cara pencapaiannya dengan berinteraksi antara individu dengan lingkungannya.

  Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya. Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah memperoleh pengetahuan , belajar juga merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Perubahan- perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar juga merupakan cara memperoleh pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:7), mengemukakan bahwa belajar merupakan tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri, dan yang menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

  Berdasarkan beberapa pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang yang meliputi jiwa dan raga dengan tujuan memperoleh perubahan tingkah laku mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

  Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh yang apabila ditanya mereka akan memberikan fatwa tanpa didasarkan ilmu lalu mereka pun sesat serta menyesatkan. (Shahih Muslim No.4828) Dari hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra, dapat diambil penjelasan bahwa ilmu sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia, khususnya untuk berbuat kebaikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

b. Tipe Belajar

  Terdapat delapan tipe belajar menurut Robert M Gagne (Sagala, 2011:20), yaitu: 1)

  Belajar tanda-tanda atau isyarat adalah isyarat yang digunakan untuk mengambil sikap tertentu.

  2) Belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning) mencangkup aspek pengertian (konseptual).

  3) Belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning), belajar dalam tahap ini banyak berkaitan dengan keterampilan motorik.

  4) Belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association), tipe belajar ini bersifat asosiatif tingkat tinggi, karena biarpun asosiasi memegang peranan, tapi fungsi nalarlah yang menentukan.,

  5) Belajar membedakan deskriminasi (Discrimination Learning) suatu tipe belajar yang membeda-bedakan berbagai gejala.

  6) Belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu tipe belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek.

  7) Belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) adalah tipe belajar yang terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang disusun dalam bermacam-macam aturan.

  8) Belajar memecahkan masalah (Problem Solving) adalah tipe belajar yang paling kompleks, karena didalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama penggunaan aturan-aturan yang ada disertai proses analisis dan penyimpulan.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

  Menurut Arifin (2011:12) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome).

  Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga , dan pendidikan, khususnya pembelajaran.

  Menurut Hamdani (2010:138) prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.

  Definisi mengenai Prestasi juga dikemukakan oleh Rothstein dalam oxford journal (2010) yaitu:

  “Growing concerns over the inadequate achievement of students have led to proposals to reward good teachers and penalize bad ones. The leading method for assessing teacher quality is value added modeling, which decomposes students test scores into components attributed to student heterogeneity and to teacher quality.”

  Penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa peningkatan perhatian dari siswa yang memiliki prestasi belajar yang tidak cukup disarankan untuk memberikan penghargaan kepada guru yang baik dan memberikan hukuman kepada guru yang kurang baik. Metode yang unggul untuk memprediksi tingkat kualitas guru adalah keteladanan yang merupakan nilai tambah dari hal tersebut. Sebagaimana muncul dari nilai tes siswa yang memburuk melalui bagian yang menghubungkan kedalam heterogenitas siswa kualitas gurunya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Menurut Slameto (2010:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa di sekolah, dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu; 1)

  Faktor Intern (faktor dari dalam diri siswa) Yaitu keadaan kondisi jasmani atau rohani siswa. Faktor intern dibagi menjadi tiga, yaitu faktor jasmaniah,psikologis dan kelelahan. a) Faktor Jasmaniah

  (1) Faktor kesehatan, yaitu dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.

  (2) Cacat tubuh, merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai badan atau tubuh.

  b) Faktor Psikologis

  Faktor yang tergolong dalam factor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: (1)

  Intellegensi, yaitu faktor yang berkaitan dengan Intellegency Questions.

  (2) Perhatian, yaitu perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.

  (3) Minat, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

  (4) Bakat, yaitu kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating.

  (5) Motif, yaitu merupakan keadaan untuk mencapai tujuan perlu berbuat sebagai daya penggerak atau pendorong.

  (6) Kematangan, yaitu suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang.

  (7) Kesiapan, yaitu merupakan kesediaan untuk member respon atau bereaksi. c) Faktor Kelelahan

  Kelelahan pada seseorang ada dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2)

  Faktor ekstern (faktor dari luar siswa) Faktor ekstern dikelompokan menjadi tiga yaitu:

  a) Faktor Keluarga

  Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

  b) Faktor Sekolah

  Belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

  c) Faktor Masyarakat

  Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Faktor ekstern meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat. Definisi mengenai prestasi juga dikemukakan oleh Morris (1986:69) menerangkan bahwa

  Achievement :

Even if you decide to construct your own achievement test, suited

to the particulars of the program you are evaluating, it is

important to take advantage of the experience of others. You

should try to become familiar with the do’s and don’ts

accumulated by educators who have designed tests over the

years(Morris ,1986:69).

  Berdasarkan pendapat dari Morris mengenai Prestasi belajar bahwa meskipun anda memutuskan untuk membentuk tes prestasi sesuai program tertentu yang sedang anda nilai, ini penting untuk mengambil manfaat dari pengalaman orang lain. Anda harus mencoba untuk akrab dengan hal yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh pendididk yang telah merancang tes selama bertahun tahun.

  Sedangkan definisi mengenai prestasi juga dikemukakan oleh Graham (2011) yaitu: recently has the notion of defining achievement and

  Only very

other psychological theories from a culturally based perspective

been pursued. Suggest that success or failure appear to be distinct

concept which are culturally and situationally determined.

  Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa baru-baru ini ada gagasan untuk mendefinisikan prestasi belajar dan tingkah laku atau perilaku psikologis lainnya berdasarkan teori yang mengambil sudut pandang dengan mengikuti pandangan secara kultural. Saran mengenai keberhasilan atau kegagalan kelihatan nampak dari konsep nyata yang menentukannya secara budaya dan keadaan lingkungannya.

4. Mata Pelajaran IPS kajian IPS

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

  Menurut Trianto (2012:171) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

  Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin iimu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah- wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi- studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi- ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya- budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu- ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu- ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studistudi sosial.

  Mata pelajaran IPS di SD/MI memiliki beberapa karateristik antara lain sebagai berikut.

  1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

  2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

  3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

  4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar bertahan hidup seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

  Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut. 1)

  Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2)

  Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

  3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

  4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

  5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

  7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

  8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens

  in a democratic society ” dan mengembangkan kemampuan siswa

  mengunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

  9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.

5. Materi Pelajaran

  Sumber daya alam dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. tidak semua sumber daya alam dapat langsung digunakan.

  Pada umumnya semua bahan tambang harus diolah terlebih dahulu sebelum dipakai, dalam pengolahan sumber daya alam yang tersedia inilah manusia melakukan kegiatan ekonomi. Ada tiga kegiatan ekonomi yakni kegiatan menghasilkan barang dan jasa, mendistribusikan barang dan jasa, dan mengkonsumsi barang dan jasa. a. Kegiatan menghasilkan barang dan jasa Kegiatan menghasilkan barang dan jasa disebut kegiatan produksi. Orang yang melakukan kegiatan produksi disebut produsen.

  Tujuan kegiatan produksi adalah menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Misalnya, kamu membutuhkan sebuah sepatu baru. Kamu pasti membeli ke toko sepatu. Supaya tersedia di toko sepatu harus ada orang yang membuat sepatu. Para pembuat sepatu bekerja di pabrik-pabrik sepatu menghasilkan berbagai sepatu. Pabrik sepatu bisa bekerja kalau tersedia kulit untuk membuat sepatu. Kulit dihasilkan oleh hewan-hewan yang diternak para peternak. Para peternak melakukan kegiatan ekonomi menghasilkan barang yang dibutuhkan untuk membuat sepatu. Para buruh pabrik sepatu melakukan kegiatan ekonomi menghasilkan barang dengan mengubah kulit menjadi sepatu. Sepatu yang sudah selesai diproduksi siap untuk di bawa ke took sepatu. Masyarakat yang mau membeli tinggal berkunjung ke toko sepatu ada banyak sekali kegiatan ekonomi dalam menghasilkan atau memproduksi barang pemuas kebutuhan.

  Kegiatan ekonomi dalam menghasilkan jasa yang dibutuhkan masyarakat pun banyak ragamnya, seperti orang akan bepergian ke luar kota, dia akan mencari dan membeli tiket bus, kereta apai, pesawat terbang, atau kapal laut. Penjualan tiket termasuk kegaiatan ekonomi menghasilkan jasa. b. Kegiatan mendistribusikan barang dan jasa Penjual sepatu telah melakukan kegiatan ekonomi yang namanya mendistribusikan barang. Demikian pula pedagang beras, pedagang buah, penjual ikan, dan sebagainya.

  Orang – orang yang bekerja mendistribusikan barang dan jasa disebut distributor. Tanpa distributor barang dan jasa yang dihasilkan tidah akan diketahui dan dipakai masyarakat. Tanpa ada kelompok yang menghasilkan barang dan jasa tidak akan ada barang barang dan jasa yang bisa didistribusikan.

  c. Kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa Barang-barang didistribusikan dan sampai dipasar, barang siap di jual ke masyarakat. Barang-barang yang telah di beli akan dipakai.

  Kegiatan ekonomi yang tujuannya adalah menggunakan barang dan jasa disebut kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Orang yang melakukan kegiatan ekonomi memakai atau menggunakan jasa tertentu juga disebut melakukan kegiatan konsusmi.

6. Pembelajaran Model Outdoor Activity a.

  Model Outdoor Activity Mengajar. Secara umum, pengertian mengajar—bukan mengajar di luar kelas—ialah suatu kegiatan mentransfer knowledge

  (ilmu pengetahuan) kepada orang lain. Sedangkan, pengertian mengajar di luar kelas secara khusus adalah kegiatan belajar-mengajar antara guru dan murid, namun tidak dilakukan di dalam kelas, tetapi dilakukan luar kelas atau alam terbuka, sebagai kegiatan pembelajaran siswa. Misalnya, bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian, nelayan, berkemah dan kegiatan yang bersifat petualangan, serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan.

  Menurut Vera (2012:17) model mengajar di luar kelas juga dapat di pahami sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mcnggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi pembelajaran terhadap berbagai permainan, sebagai media transformasi konsep- konsep yang disampaikan dalam pembelajaran.

  Dengan demikian, mengajar di luar kelas bisa kita pahami sebagai suatu kegiatan menyampaikan pelajaran di luar kelas, sehingga kegiatan atau aktivitas belajar-mengajar berlangsung di luar kelas atau di alam bebas. Sebagian orang menyebutnya dengan outdoor activity, yaitu suatu kegiatan yang melibatkan alam secara langsung untuk dijadikan sebagai sumber belajar.

  Model mengajar di luar kelas merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat. Di sisi lain, mengajar di luar kelas merupakan upaya mengarahkan para siswa untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar. jadi, mengajar di luar kelas lebih melibatkan siswa secara langsung dengan lingkungan sekitar mereka, sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga, pendidikan di luar kelas lebih mengacu pada pengalaman dan pendidikan lingkungan yang sangat berpengaruh pada kecerdasan para siswa.

  Pembelajaran dengan model outdoor activity adalah pembelajaran yang tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi lebih ditekankan pada kegiatan di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekolah dan masyarakat sebagai sumber belajar siswa.

  Pembelajaran dengan model ini dirancang khusus agar siswa dapat melakukan pembelajaran secara berkelompok di dalam dan di luar kelas dengan memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan sekolah, tempat tinggal siswa, instansi/lembaga terkait, maupun perilaku masyrakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di luar kelas dapat melalui pengamatan langsung terhadap peristiwa sosial, kunjungan terhadap lembaga/instansi sosial atau lingkungan di luar kelas, wawancara terhadap nara sumber, kajian data atau dokumen terkait, dan sebaginya.

  Definisi mengenai outdoor activity juga dikemukakan oleh Raymond dalam outdoor activities journal (2012) yaitu:

  

Outdoor activities, education, and leadership through the

publication and dissemination of peer-reviewed manuscripts

centered on professional practice, research, and theoretical

discussions. Manuscript submissions are encouraged from

authors inside and outside of academia to help improve

research and practice with a goal of reducing the disparity

between in the represented disciplines.

  Berdasarkan pendapat dari Raymond mengenai outdoor activity bahwa kegiatan di luar kelas, pendidikan dan kepemimpinan melalui publikasi dan penyebaran informasi melalui naskah-naskah yang ditinjau oleh teman sejawat dipusatkan melalui praktik secara professional melakukan penelitian, diskusi mengenai teori. Kepatuhan dari naskah tersebut merupakan dukungan dari penulis dari dalam dan luar universitas untuk membantu memperbaiki penelitian dan praktik mengajar dengan sebuah tujuan akhir atau cita-cita untuk mengurangi perbedaan diantara mata pelajaran yang disajikan atau diajarkan.

  Pelaksanaan pembelajaran dengan model outdoor activity tidak berarti siswa berada di luar kelas sejak awal hingga akhir pembelajaran, namun dalam setiap materi yang dipelajari disediakan waktu untuk kegiatan di luar kelas dalam rangka memperjelas kaitan materi dengan peristiwa atau kejadian nyata di lingkungan sekitar siswa dan sekaligus menerapkan konsep yang telah dipelajari atau diperoleh siswa tersebut. Selain itu dengan pemberian tugas yang menekankan aktivitas di luar kelas diharapkan mendukung siswa untuk senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitar siswa, tidak terbatas pada kajian dan hafalan yang bersifat teoritis.

  b. Arti penting Outdoor Activity Mengajar para siswa (peserta didik) di luar kelas memiliki arti penting yang sangat luas. Bahkan, ini tidak bisa didapatkan di dalam kelas.

  Kegiatan belajar di luar kelas berupaya memberi semangat kepada anak didik dalam proses belajar-mengaiar. Kegiatan belajar di luar kelas memiliki beberapa arti penting yang bisa diperoleh para siswa dan para guru, di antaranya ialah sebagai berikut: 1)

  Dengan belajar di luar kelas, para peserta didik akan dapat beradaptasi dengan lingkungan, alam sekitar, serta dengan kehidupan masyarakat. 2)

  Para peserta didik bisa mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar. Pasalnya, belajar di luar kelas lebih menuntut peserta didik memahami kenyataan rill yang terjadi. Ini berbeda dengan belajar di dalam kelas yang hanya menuntut para peserta didik memahami mata pelajaran secara kognitif (pemahaman).

  3) Para peserta didik akan dapat memiliki apresiasi terhadap ling- kungan dan alam sekitarnya. Mereka bisa belajar menghargai alam dan lingkungannya. Selain itu, belajar di luar kelas juga dapat mengarahkan peserta didik menemukan prestasinya di alam bebas.

  Artinya, bisa saja peserta didik tidak memiliki prestasi di dalam kelas (tidak bisa memahami secara maksimal seluruh mata pelajaran yang di sampaikan oleh para guru), namun di luar kelas (dalam tataran praktik), mereka justru memiliki prestasi yang luar biasa.

  Menurut Vera (2012:21) alasan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di luar kelas bukan sekadar karena bosan belajar di dalam kelas ataupun karena merasa jenuh belajar di ruangan tertutup. Akan tetapi, lebih dari itu, kegiatan belajar mengajar di luar kelas memiliki tujuan-tujuan pokok yang ingin dicapai sesuai dengan cita- cita pendidikan.

  Secara umum, tujuan pendididkan yang ingin dicapai melalui aktivitas belajar di luar ruangan kelas ialah sebagai berikut :

  1. Mengarahkan peserta untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka dengan seluas-luasnya di alam terbuka.

  2. Kegiatan belajar mengajar di luar kelas bertujuan menyediakan latar yang berarti bagi pembentukan mental dan sikap peserta didik.

  3. Meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya.

  Kegiatan di alam terbuka saat ini banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif wisata, kegiatan pendidikan dan penelitian. Selain untuk tujuan-tujuan tersebut, kegiatan itu juga bermanfaat untuk mengenal Kebesaran Illahi melalui keajaiban alam yang merupakan ciptaan-Nya.

  Sebagai penggiat di alam terbuka, melihat aktivitas yang dilakukan di alam terbuka sebagai media pendidikan (outdoor activity

  for education) terdapat tiga formula yang saling berkaitan, diantaranya

  unsur petualangan, unsur tantangan, dan unsur pendidikan. Ketiga unsur tersebut jika disadari oleh pelakunya mampu memberi nilai atau makna bagi dirinya.

  Definisi mengenai outdoor activity juga dikemukakan oleh Larson (2011) yaitu:

  

A growing body of literature suggests that children today are

spending less time outdoors than their predecessors. This

assertion, however is confounded by the absence of a baseline

for detecting trends in children’s activities and time spent

outdoors. Participants were asked about a variety of topics in

cluding time children spend outdoors, common outdoor

activities and reasons for not spending time outdoors.

  Berdasarkan pendapat dari Larson mengenai outdoor activity bahwa perkembangan induk literature memuat saran-saran mengenai anak-anak sekarang menghabiskan sedikit waktu di luar daripada generasi pendahulunya. Pernyataan ini menekankan bagai manapun juga hal tersebut merupakan suatu yang memalukan jika dilihat dari ketiadaan dasar pijakan untuk mendeteksi kecenderungan anak-anak beraktivitas dan waktu yang dihasilkan di luar. Peserta yang ditanya tentang beragam topik mengenai waktu yang dihabiskan oleh anak- anak di luar ruangan pada umumnya, aktivitas yang dilakukannya dan alasan untuk tidak menghabiskan waktu di luar ruangan.

  Alasan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar di luar kelas bukan sekadar karena bosan belajar di dalam kelas ataupun karena merasa jenuh belajar di ruangan tertutup. Akan tetapi, lebih dari itu, kegiatan belajar-mengajar di luar kelas memiliki tujuan-tujuan pokok yang ingin dicapai sesuai dengan cita-cita pendidikan.

  Secara umum, tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui aktivitas belajar di luar ruang kelas atau di luar lingkungan sekolah ialah sebagai berikut:

  1) Mengarahkan peserta untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka dengan seluas-luasnya di alam terbuka. Selain itu, kegiatan belajar-mengajar di luar kelas juga bertujuan memberikan ruang kepada mereka untuk mengembangkan inisiatif personal mereka.

  2) Kegiatan belajar-mengajar di luar kelas bertujuan menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental peserta didik. Dengan kata lain, mereka diharapkan tidak “gugup” ketika menghadapi realitas yang harus dihadapi.

  3) Meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, serta cara mereka bisa membangun hubungan baik dengan alam.

  4) Membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik agar menjadi manusia sempurna, yaitu memiliki perkembangan jiwa, raga, dan spirit yang sempurna.

  5) Memberikan konteks dalam proses pengenalan berkehidupan social dalam tataran praktik (kenyataan di lapangan). Dalam hal ini, mereka akan mendapatkan kesempatan luas untuk merasakan secara langsung hal yang telah dipahami dalam teori (mata pelajaran). Misalnya, dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, mereka akan merasakan langsung hidup berdampingan dengan masyarakat, menghargai adat istiadat, serta menghormati hak dan keyakinan orang lain dengan cara belajar di luar kelas.

  6) Menunjang keterampilan dan ketertarikan peserta didik. Bukan hanya ketertarikan terhadap mata pelajaran tertentu yang bisa dikembangkan di luar kelas, melainkan juga ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan di luar kelas. Misalnya, mempelajari ilmu alam yang berhubungan dengan air dan dilakukan dengan berenang di sungai atau di laut. Anak yang mempunyai ketertarikan berenang pasti sangat senang jika pelajaran tentang air dilakukan di sungai atau di laut.

  7) Menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai alam dan lingkungan, serta hidup berdampingan di tengah perbedaan suku, ideologi, agama, politik, ras, bahasa, dan lain sebagainya.

  Meskipun demikian, hal yang harus diingat adalah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang telah disebutkan itu, kegiatan belajar di luar kelas harus dilaksanakan secara formal. Kegiatan belajar di luar kelas bukan kegiatan tambahan yang dilaksanakan pada waktu nonformal, melainkan secara resmi, yaitu pada jam-jam masuk kelas, sehingga belajar di luar kelas bisa membekas di benak para siswa.

  c. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Outdoor Activity 1) Tahap Penyajian Materi

  Penyajian materi dimulai dengan guru menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah materi tentang aktivitas ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam. Dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Mengenai teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun melalui kelompoknya: (a) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (b) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

  2) Berbagai aktivitas dan kegiatan Aktivitas adalah segala perhatian yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti kegiatan diskusi, kajian literatur, wawancara, pemaparan hasil diskusi, penarikan kesimpulan dan lain sebagainya.

  Aktivitas belajar siswa sebagian besar dilakukan di luar kelas untuk mendapatkan informasi dan pengertian melalui pengamatan, wawancara, curah pendapat dan sharing dengan multi narasumber. Prosedur aktivitas siswa mengikuti pembelajaran dengan model outdoor activity adalah sebagai berikut :

  a) Memperhatikan apersepsi dan penjelasan guru berkaitan dengan pelaksanaan model outdoor activity. b) Mengkaji konsep-konsep awal yang berkaitan dengan materi pembelajaran c)

  Mengikuti curah pendapat untuk menentukan fokus materi pembelajaran d)

  Membentuk kelompok kecil sesuai dengan pctunjuk guru

  e) Menyusun pembagian tugas antar anggota kelompok kecil

  f) Melaksanakan kajian literatur, wawancara dengan narasumber atau pengamatan di luar kelas g)

  Berdiskusi membahas hasil kegiatan di luar kelas

  h) Menyusun rargkuman hasil diskusi kelompok i)

  Memaparkan hasil diskusi melalui presentasi.

  d. Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Outdoor Activity 1) Kelebihan :

  a) Mendorong motivasi belajar

  b) Suasana belajar yang menyenangkan

  c) Mengasah aktivitas fisik dan kreativitas

  d) Penggunaan media pembelajaran yang konkret

  e) Penguasaan ketrampilan dasar, sikap, dan apresiasi

  f) Penguasaan ketrampilan social

  2) Kelemahan

  a) Peserta didik bias keluyuran

  b) Kurang tepat waktu

  c) Pengelolaan kelas lebih sulit

  Definisi mengenai outdoor activity juga dikemukakan oleh Palmberg (2010:32) yang menerangkan bahwa:

  

Different environmental education programs (field trips,

hiking, camps, adventure activities) aim to develop pupils'

affective relationship to the natural environment, their

environmental sensitivity, and outdoor behavior, as well as

their social relationships, through personal experiences.

Nature experiences developed the pupils' self-confidence

and feelings of safety, in particular, which in turn increased

their willingness to participate in future outdoor activities.

In this way, nature began to have new meanings for them

on a personal level. Comparing pupils who were

experienced in outdoor activities with pupils who were not,

it was found that the former seemed to have a strong and

clearly definable empathic relationship to nature. They also

exhibited better social behavior and higher moral

judgements. The reasons for conflicts between

environmental attitudes and action, still observable in some