Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai Politik Dalam Aktivitas Komunikasi Politik (Studi Deskriptif Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan Pimpinan Daerah Banten) - FISIP Untirta Repository
Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai Politik Dalam
Aktivitas Komunikasi Politik
(Studi Deskriptif Pada Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan Dewan Pimpinan Daerah Banten)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
pada Konsentrasi Ilmu Humas Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
AMALLIA UTAMI PUTRI
NIM. 6662102121
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
Saat seseorang menginginkan sesuatu, seluruh semesta bekerja sama untuk mewujudkannya. Semesta tidak menghakimi, semesta membantu mewujudkan apa yang kita inginkan (Paulo Coelho) Laki-laki dan perempuan adalah dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu samapai ke puncak yang setinggi-tingginya, jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapat terbang dari burung itu sama sekali (Sarinah, Bung Karno) Skripsi Ini ku persembahkan untuk bapak Rusman Efendi, ibu Rice Hartati Ningsih, dan adik-adikku yang tanpa putus memberikan doa dan cinta kasih, selalu mendukung dan membuat penulis mampu menghadapi apapun untuk bisa menggapai cita-cita.
ABSTRAK
Amallia Utami Putri. NIM 102121. Skripsi. Peran Perempuan Sebagai
Anggota Partai Politik Dalam Aktivitas Komunikasi Politik (Studi Deskriptif
Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan Pimpinan Daerah
Banten). Pembimbing I: Mia Dwianna, S.Sos, M.Ikom., dan Pembimbing II:
Andin Nesia S.IK, M.IkomKeterwakilan perempuan di parlemen sebesar 30% mendorong seluruh partai politik berlomba-lomba untuk memenuhi kuota tersebut, namun yang menjadi pertanyaan apakah kader perempuan yang dikirim untuk bersaing di parlemen adalah yang terbaik dan memang memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan aktivitas komunikasi politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran perempuan sebagai anggota partai politik dalam aktivitas komunikasi politik di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Banten. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Nurture. Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Anggapan bahwa perbedaan psikologis antara perempuan dan laki-laki sebagian besar disebabkan oleh kostruksi sosial melalui sosialisasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi. Informan kunci dalam penelitian ini adalah tiga orang anggota perempuan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan peran antara anggota laki-laki dan perempuan. Akan tetapi yang membedakan pembagian kerja adalah pembatasan diri dalam hal ruang gerak yang dilakukan oleh perempuan itu sendiri, sehingga membuat stereotype anggota laki-laki terhadap anggota perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Kata Kunci: Komunikasi Politik, Peran Perempuan, Aktivitas Komunikasi
Politik, Teori Nurture.
ABSTRACT
AmalliaUtamiPutri. NIM102121.Thesis. Role ofWomen asPolitical Parties
MembersInPoliticalCommunicationActivity(Descriptive Study ofIndonesia
Demokrasi Perjuangan Parties Regoinal Leadership Council Banten).
Supervisor I: MiaDwianna, S. Sos, M.Ikom., AndSupervisorII:
andinNesiaS.IK, M.IkomRepresentation of women in parliament by 30 % to encourage all political parties
vying to meet the quota , but the question whether women cadres sent to compete
in parliament is the best and it has a good ability to carry out activities of political
communication . The purpose of this study was to determine the role of women as
members of political parties in the activities of political communication in
Indonesia Demokrasi Perjuangan Parties (PDI-P) Regional Leadership Council (DPD) Banten. The theory used in this study is the Nurture theory . According to
nurture theory , the existence of differences between women and men is
essentially the result of socio-cultural construction resulting in different roles and
tasks . The assumption that the psychological differences between women and
men is largely due to social constructs through socialization . This study used a
qualitative descriptive method , by collecting data through interviews and
observations . Key informants in this study were three female members
of Indonesia Demokrasi Perjuangan Parties (PDI-P). The results of this study
indicate that there is no difference between the role of the male member and
female . But what distinguishes the division of labor is self-limiting in terms of
the space that is done by the women themselves , thus making stereotypical male
members against female members in Indonesia Demokrasi Perjuangan Parties
(PDI-P).
Keywords: Political Communication, Role of Women, Communication
Activity Politics, Theory of Nurture.KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini, yang berjudul
“PERAN PEREMPUAN SEBAGAI
ANGGOTA PARTAI POLITIK DALAM AKTIVITAS KOMUNIKASI
POLITIK (STUDI DESKRIPTIF PADA PARTAI DEMOKRASI
INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PIMPINAN DAERAH BANTEN)”.
Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat menempuh ujian sarjana program S1 (Strata Satu) pada program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.PD selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas kontribusinya sebagai pemimpin di kampus penulis.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4. Ibu Mia Dwianna, S.Sos, M.Ikom. selaku dosen pembimbing satu skripsi, terimakasih karena telah membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Andin Nesia S.IK, M.Ikom. Selaku dosen pembimbing dua skripsi yang telah membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak M.Jaiz M.Ikom selaku ketua penguji sidang, terima kasih waktu dan kebaikan hatinya telah memberi saya nilai yang baik.
7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Sihabudin M.Si selaku penguji sidang yang telah meluangkan waktunya untuk menguji saya.
8. Bapak/Ibu Dosen jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis. Tak lupa juga untuk para staf dan karyawan jurusan Ilmu Komunikasi.
9. Kedua orang tua, Rusman Efendi dan Rice Hartati Ningsih, yang tanpa putus memberikan doa dan cinta kasih, terimakasih yang tak terkira untuk motivasi dan nasihat yang telah Papa dan Mama berikan hingga pendidikan ini selesai.
10. Adik-adik tersayang, Adelia Nurhaliza dan Abrar Rabiul Azka.
Terimakasih atas segala keceriaan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Para informan kunci ibu Dra. Hj. Amah Suhamah, M.Si, ibu Suparmi,ST, ibu Sri Hartati, SH, dan informan pendukung bapak Drs.
Sabdo Waluyo yang telah menyempatkan waktunya dan memberikan banyak informasi kepada penulis, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
12. Terimakasih kepada bapak Gandung Ismanto,S.Sos, MM, dan bapak Iksan Ahmad, S.Ip, M.Si atas waktu, informasi, dan kesediaannya menjadi informan ahli dalam penelitian ini.
13. Trami Vidya Veliyanti, S.Ikom, Ichsan Faruly, S.Ikom, Andrianis Januar, S.Ikom, dan A Nasir (Ocing) terimakasih atas segala dukungan berupa data-data dan arahan yang telah kalian berikan kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
14. Mondar Mandir Management Indra Handayani, Akmal Alamsyah, Steptian Akbar, Amriyatunnisa, dan Dhamar Indraloka. Terimakasih atas segala sindiran, doa dan dukungannya yang membuat penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Kalian sahabat terbaik.
15. Mami Nadia, Agung, Rangga, Sausan (Uchan), Alif, Fandi, Teguh, bang Yanto, bang Nida, Ichon dan teman menunggu dosen lainnya, terimakasih atas bantuan dan dukungannya
16. Teh Annisarizki M.Ikom, Aulia Shofan Hidayat,Aulia Ibadurrahman, S.Ikom, Henry Pramudya, S.Ikom, Rian Surya, Naufal, Oka Maulana, Wahyu Annas, Galuh, dan teman-teman KOVIKITA, Terimakasih sudah banyak membantu dan menemani dengan canda tawa kalian selama pengerjaan skripsi ini.
17. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2010 kelas F NR Yosa, Eki, Risya, Puput, Mbak Putri, Maya, Vita, Sarah, Widi, Windi, Bunda Sinta, Tata, Ai, Caca, Grego, Agi, dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya, terimakasih atas segala kenangan yang penuh dengan warna.
Terimakasih telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
18. Teman-teman seperjuangan di HIMAKOM 2012-2013, dan IMIKI Untirta. Terimakasih banyak atas pengalaman berharga yang telah kalian berikan kepada penulis selama berorganisasi di kampus.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik dari segi kemampuan penyajian maupun pengetahuan yang dimiliki oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang ada, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis untuk memperbaiki kesalahan dan melengkapi kekurangan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Serang, Januari 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iv LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................... v ABSTRAK ............................................................................................. vi ABSTRACT ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ........................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................... xi DAFTAR TABEL.................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................
1 1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................
1 1.2 Fokus Penelitian .........................................................................
7 1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................
7 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................
8 1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................
8 1.5.1 Manfaat Akademis ...........................................................
8 1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................
9 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
10 2.1 Komunikasi Politik ....................................................................
10 2.1.1 Pengertian Komunikasi Politik.........................................
11 2.1.2 Fungsi Komunikasi Politik ...............................................
14 2.2 Gender dan Komunikasi ............................................................
15 2.3 Peran...........................................................................................
16 2.4 Perempuan..................................................................................
19 2.5 Peran Perempuan .......................................................................
20 2.5.1 Perempuan dan Partisipasi Politik ....................................
21 2.6 Partai Politik ..............................................................................
23 2.6.1 Fungsi Partai Politik .........................................................
24 2.6.2 Partai Politik dan Perlibatan Perempuan ..........................
24 2.7 Sosialisasi ..................................................................................
25 2.7.1 Jenis Sosialisasi ................................................................
26 2.7.2 Tipe Sosialisasi .................................................................
27 2.7.3 Pola Sosialisasi .................................................................
28 2.7.4 Proses Sosialisasi ..............................................................
28
2.7.5 Agen Sosialisasi ................................................................
31 2.8 Aktivitas Komunikasi Politik ....................................................
32 2.9 Hambatan Komunikasi ..............................................................
43 2.10 Teori Nurture ............................................................................
46 2.11 Kerangka Pemikiran ................................................................
50 2.12 Penelitian terdahulu .................................................................
51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................
54 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ............................................
54 3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................
57 3.3 InformanPenelitian .....................................................................
57 3.4 Teknik Pengumpulan Data .........................................................
60 3.4.1 Wawancara .......................................................................
60 3.4.2 Observasi ..........................................................................
61 3.5 Sumber Data ...............................................................................
62 3.5.1 Data Primer .......................................................................
62 3.5.2 Data Sekunder...................................................................
63 3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................
63 3.6.1 Reduksi Data.....................................................................
63 3.6.2 Penyajian Data ..................................................................
64 3.6.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ..............................
64 3.7 Validitas Data .............................................................................
66 3.8 Jadwal Penelitian .......................................................................
68 BAB IV HASIL PENELITIAN ...........................................................
69 4.1Deskripsi Objek Penelitian .........................................................
69
4.1.1 Sejarah Partai Demokrasi Indonesia Menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ...........
69 4.2 Deskripsi Informan Penelitian ...................................................
71 4.2.1 Informan-informan Kunci (Key Informants) ....................
71 4.2.2 Informan Pendukung ........................................................
76 4.2.3 Informan Ahli ...................................................................
76 4.3 Pembahasan ................................................................................
77
4.3.1 Hak dan Kewajiban Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Aktivitas Komunikasi Politik ...............................
77
4.3.2 Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Aktivitas Komunikasi Politik ............
97
4.3.3 Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Bersosialisasi dan Berinternalisasi
Dalam Aktivitas Komunikasi Politik ............................... 110
4.3.4 Hambatan Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Aktivitas Komunikasi Politik........................................................... 120
4.3.5 Sistem Perekrutan dan Pengkaderan Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Memenuhi Pengetahuan Komunikasi Politik........................................................... 131
BAB V PENUTUP ................................................................................. 142
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 142
5.2 Saran .......................................................................................... 144
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 146
LAMPIRAN ........................................................................................... 149
BIODATA PENULIS
DAFTARTABEL
Halaman Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...............................................................
50 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ....................................................................
67 Tabel 4.1 Kategorisasi Hak dan Kewajiban Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Aktivitas Komunikasi Politik .................................................
92 Tabel 4.2 Kategorisasi Anggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Aktivitas Komunikasi Politik ................................................................. 105
Tabel 4.3 Kategorisasi Anggota Perempuan di PartaiDemokrasi Indonesia Perjuangan Bersosialisasi dan Berinternalisasi dalam Aktivitas Komunikasi Politik ...... 114
Tabel 4.4 Kategorisasi Hambatan Anggota Perempuan di PartaiDemokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Aktivitas Komunikasi Politik ................................................................. 123
Tabel 4.5 Kategorisasi Sistem Perekrutan dan PengkaderanAnggota Perempuan di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Memenuhi Pengetahuan
Komunikasi Politik ................................................................. 135
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Dokumentasi ................................................................... 149 Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup Informan Kunci ke 1 ................... 151 Lampiran 3 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 152 Lampiran 4 Transkrip Wawancara Informan Kunci ke 1 ................... 153 Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Informan Kunci ke 2 ................... 160 Lampiran 6 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 161 Lampiran 7 Transkrip Wawancara Informan Kunci ke 2 ................... 162 Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup Informan Kunci ke 3 ................... 169 Lampiran 9 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 170 Lampiran 10 Transkrip Wawancara Informan Kunci ke 3 ................... 171 Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup Informan Pendukung .................. 180 Lampiran 12 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 181 Lampiran 13 Transkrip Wawancara Informan Pendukung .................. 182 Lampiran 14 Daftar Riwayat Hidup Informan Ahli ke 1 ..................... 187 Lampiran 15 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 188 Lampiran 16 Transkrip Wawancara Informan Ahli ke 1...................... 189 Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup Informan Ahli ke 2 ..................... 195 Lampiran 18 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan .............. 196 Lampiran 19 Transkrip Wawancara Informan Ahli ke 2...................... 197 Lampiran 20 Catatan Lapangan ............................................................ 199 Lampiran 21 Catatan Lapangan ............................................................ 200 Lampiran 22 Catatan Lapangan ............................................................ 201 Lampiran 23 Catatan Lapangan ............................................................ 202 Lampiran 24 Catatan Lapangan ............................................................ 203 Lampiran 25 Catatan Lapangan ............................................................ 204 Lampiran 26 Struktur Organisasi DPD PDI-P Prov. Banten ................ 205 Lampiran 27 Grafik Perolehan Suara Partai Politik ............................. 206 Lampiran 28 Jumlah Anggota Aktif DPC Se- Provinsi Banten....... 207
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peran gender dalam masyarakat ternyata juga dapat menyebabkan subordinasi terhadap perempuan terutama dalam pekerjaan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional menjadikan perempuan tidak bisa tampil sebagai pemimpin, dan ini berakibat pada munculnya sikap yang menempatkan
58
perempuan pada posisi yang kurang penting. Padahal perjuangan perempuan sudah dimulai sejak adanya emansipasi wanita yang digagas oleh R.A Kartini dan masih banyak pejuang-pejuang wanita lainnya yang mempertahankan agar wanita atau perempuan dapat disamakan harkat dan derajatnya dengan laki-laki.
Selama ini, ada kesan bahwa dunia politik adalah dunia laki-laki. Kesan ini muncul akibat adanya image yang mungkin tidak sepenuhnya tepat tentang kehidupan politik; bahwa politik itu kotor, keras, penuh intrik dan semacamnya. Akibatnya, dibelahan dunia manapun jumlah wanita yang terjun di dunia politik relatif kecil, termasuk di negara-negara yang tingkat demokrasi dan persamaan
59 hak asasinya lebih tinggi.
Namun, dengan adanya undang-undang No. 12/2004 pemerintah menegaskan perlunya menjamin alokasi minimum 30% kepada perempuan untuk duduk di lembaga legislatif.
58 Khusnul Khotimah. 2009. Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan Dalam Sektor Pekerjaan. 59 Purwokerto.: Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto. Hal 6
Liza Hadiz. 2004. Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru : Pilihan Artikel Prisma. Jakarta.
Pasal 65 ayat 1 menegaskan bahwa setiap partai politik dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan terus dianut dalam undang-undang pemilu.
Komisioner Hadar Nafis Gumay mengatakan bahwa calon legislatif perempuan dalam pemilu 2014 untuk kursi DPR meningkat dibandingkan pemilu tahun 2009. "Sekarang itu ada 37 persen total calon untuk DPR RI, total calonnya itu ada 6607 didalam 6607 itu ada 2467 caleg perempuan dan itu jumlahnya 37 persen," kata Komisioner KPU Hadar Nafis Gumay di Gedung KPU, Kamis (27/2). Dia mengatakan pemilu tahun 2009 caleg perempuan jumlahnya hanya mencapai presentase 30 persen. Hadar juga menyebut calon DPD perempuan juga
60
meningkat dari 11 persen menjadi 12,47 persen dalam pemilu kali ini Kenaikan presentase ini menjadi perhatian besar, mengenai kemampuan berpolitik perempuan, kebanyakan laki-laki menganggap perempuan sebagai pihak lemah yang biasanya dianggap hanya pemanis dalam dunia partai politik. Akan tetapi banyak pula perempuan yang sudah menunjukan eksistensi dan kinerjanya di dunia politik, sehingga menjadi sorotan masyarakat yang sedikit banyaknya mendongkrak popularitas dan citra partai yang menaungi politikus perempuan tersebut.
Hal itu membuat seluruh partai politik berlomba-lomba mencari kandidat terbaik untuk dijadikan calon legislatif partai politik mencari kandidat perempuan
yang berpengaruh di daerah tertentu atau bahkan meminang artis untuk menarik perhatian publik, suara, citra sekaligus untuk memenuhi keterwakilan 30%.
Kuota 30% untuk perempuan masih menyisakan perdebatan tentang keadilan yang perlu diberikan, seperti lipstick yang menghiasi perhelatan pemilihan umum berbasis distrik proporsional. Wacana ini, berasumsikan bahwa laki-laki dan perempuan yang menyuarakan kepentingan rakyat akan bersama-
61 sama memperbaiki aspirasi seluruh penduduk Indonesia yang 56% perempuan.
Dalam pemerintahan reformatif, ketika iklim politik semakin terbuka dan munculnya banyak partai politik yang mencerminkan keinginan bagi partisipasi masyarakat secara luas, sesungguhnya merupakan peluang emas bagi perempuan. Partai politik sesungguhnya adalah wadah paling strategis untuk partisipasi politik
62
perempuan dalam negara demokratis. Namun, sangat banyak partai politik yang menyalahgunakan hal tersebut dikarenakan minimnya pengkaderan terhadap perempuan. Alhasil banyak partai politik yang asal merekrut perempuan hanya untuk memenuhi kuota tersebut.
Dalam beberapa kesempatan artis perempuan dijadikan subjek yang dipakai untuk menarik massa agar memilih partai yang menaungi artis tersebut.
Beberapa diantaranya artis tersebut memang artis yang berkompeten yang memang sudah biasa menjadi aktivis perempuan ataupun lainnya. Mereka sudah biasa membela hak-hak rakyat yang terenggut ataupun ketidakadilan yang 61 menhapiri setiap individu yang lemah. 62 Najilah Naqiah. 2005. Otonomi Perempuan. Malang. Bayumedia Publishing. Hal 60
Khofifah Indar Parawansa.2006. Mengukir Paradigma Menembus Tradisi: Pemikiran Tentang
Disatu sisi banyak juga artis perempuan yang diragukan kemampuannya dalam berpolitik, latar belakang pendidikan yang sama sekali bukan dari politik, membuat banyak orang meragukan kemampuan artis perempuan untuk duduk di kursi pemerintahan serta dalam menjalankan tugasnya.
Selain artis beberapa tokoh perempuan yang aktif di berbagai bidang dan organisasi tertentu juga dapat dijadikan subjek pencitraan partai. Hal ini dirasa lebih baik dikarenakan anggota yang berlatar belakang seperti ini memiliki kapasitas yang memadai untuk dijadikan anggota legislatif, dan dianggap mampu dan tau cara mensosialisasikan kegiatan politik yang baik, berkampanye yang baik, melakukan pencitraan dan lain sebagainya.
Perempuan yang memiliki dasar dan wawasan politik yang kuat, akan sangat membantu partai politik baik dari segi kinerja dan kegiatan-kegiatan politik lainnya. Dengan kata lain, perempuan yang memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan politik, akan mempermudah dirinya mendapat simpatik dan membentuk citra dirinya yang secara otomatis akan berimbas kepada citra partai yang dinaunginya,
Setiap lembaga dalam hal ini partai politik akan melakukan kegiatan politik guna membangun kepercayaan masyarakat dalam konteks ini masyarakat sebagai pemilih yang akan memilih partai politik tersebut. Nasib sebuah partai politik sangat ditentukan oleh pemilih, sehingga setiap anggota dari partai politik tersebut baik secara tanggung jawab sebagai anggota partai maupun untuk kepentingan pribadi akan melakukan kegiatan-kegiatan politik yang akan meningkatkan citra partai itu sendiri.
Berdasarkan hasil rapat pleno terbuka rekapitulasi penghitungan perolehan suara pemilihan umum (pemilu) anggota DPR, DPD, DPRD provinsi pemilu 2014 di tingkat provinsi Banten yang telah dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014 di pendopo gubernur Banten dengan tingkat partisipasi pemilih sekitar 71%, hasil dari rekapitulasi tersebut adalah partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai partai pemenang pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD provinsi Banten dengan perolehan sebesar 815,517 suara. Disusul oleh partai Golongan Karya (Golkar) dengan 650,492 suara, dan dipossisi ke tiga adalah partai Gerindra
63 sebesar 641,510 suara.
Sesuai dengan amanat Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan KPU Nomor 29 Tahun 2013 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum, Perolehan Kursi, Calon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab./Kota yaitu Pasal 40 ayat (4), KPU Provinsi Banten mengumumkan nama-nama calon terpilih Anggota DPRD Provinsi Banten hasil Pemilu Tahun 2014 yaitu sebagai berikut: Jumlah perolehan kursi, Partai NasDem memperoleh 5 kursi, PKB memperoleh 7 kursi, PKS memperoleh 8 kursi, PDI Perjuangan memperoleh 15 kursi, Partai Golkar memperoleh 15 kursi, Partai Gerindra memperoleh 10 kursi, Partai Demokrat memperoleh 8 kursi, PAN memperoleh 3 kursi, PPP memperoleh 8 kursi, Partai Hanura memperoleh 6 kursi, PBB memperoleh 0 kursi, dan PKPI memperoleh 0 kursi. Dari 85 Calon terpilih
63
Anggota DPRD Provinsi Banten Hasil Pemilu 2014 diketahui laki-laki sebanyak
64 69 orang (81.18%), dan perempuan sebanyak 16 orang (18.82%).
Dari 16 orang perempuan PDI-P adalah partai yang paling banyak menyumbangkan caleg perempuan yaitu sebanyak 4 orang. Mereka adalah Hj. Rt.
Ella Nurlaella, SH.,M.Kn, Sri Hartati, SH, Jenny Vina Ruthmauli, Diana Drimawati Jayabaya, SH. Memang partai Golkarpun menyumbangkan 4 nama perempuan, akan tetapi partai Golkar bukanlah partai pemenang pemilu di tahun 2014 ini.
PDI-P sendiri memiliki ketua umum perempuan yaitu ibu Megawati Soekarno Putri yang juga pernah menjabat sebagai presiden perempuan pertama Republik Indonesia. Megawati mewarisi kemampuan politik dari ayahnya yaitu presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno.
Melihat beberapa perempuan dari PDI-P yang terjun didunia politik melalui lembaga legislatif, dan juga ada beberapa lembaga yang didalamnya terdapat anggota perempuan yang berasal dari PDI-P, dengan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai Dalam Aktivitas Komunikasi Politik
” (Studi Deskriptif Anggota Partai Perempuan Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan PimpinanDaerah Banten).
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka telah 64 ditetapkan fokus dalam penelitian sebagai berikut:
“Bagaimana Peran Perempuan Sebagai Anggota Partai Dalam Aktivitas Komunikasi Politik
” (Studi Deskriptif Anggota Partai Perempuan Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan PimpinanDaerah Banten).
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka pertanyaan penelitiannya adalah : 1.
Bagaimana hak dan kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik? 2. Bagaimana anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bersosialisasi dan berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik?
3. Bagaimana hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik? 4. Bagaimana sistem perekrutan dan pengkaderan anggota partai perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam memenuhi pengetahuan komunikasi politik
1.4 Tujuan Penelitian 1.
Menjelaskan hak dan kewajiban anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik.
2. Menjelaskan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan bersosialisasi dan berinternalisasi dalam aktivitas komunikasi politik.
3. Mengungkap hambatan anggota perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik.
4. Menjelaskan sistem perekrutan dan pengkaderan calon legislatif perempuan di partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik.
1.5 Manfaat Peneletian
1.5.1. Manfaat Akademis
Secara spesifik, penelitian ini bermaksud mengungkap pengalaman informan, dalam hal ini anggota partai perempuan partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam aktivitas komunikasi politik. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan atau wawasan baru dalam ruang lingkup komunikasi genderdan mengetahui relevansi teori dengan fakta yang sebenarnya, juga diharapkan dapat memberi rangsangan untuk penelitian-penelitian selanjutnya agar dapat mengembangkan dan melengkapi serta memberi kritik yang membangun bagi penelitian ini. Dengan demikian, hasil penelitian dalam kajian ini semakin kaya dan semakin sempurna.
1.5.2. Manfaat Praktis
Dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan mampu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi dalam bidang komunikasi untuk menambah wawasannya dalam hal komunikasi gender dalam hal ini adalah perempuan yang terjun di partai politik, menambahkan sebuah nuansa baru bagi siapa saja yang membacanya. Dan khususnya bagi Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDI-P) Banten. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan evaluasi atau masukan bagi PDI-P Banten dalam upaya pengkaderan dan pemenuhan pengetahuan politik anggota partai perempuan.
`
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Politik
Dalam pengertian umum komunikasi adala hubungan dan interaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih. Interaksi itu terjadi karena seseorang menyampaikan pesan dalam bentuk lambang-lambang tertentu, diterima oleh pihak lain yang menjadi sasaran, sehingga tercapai kesepahaman makna dari sebuah proses komunikasi tersebut.
Menurut Michael Rush dan Phillip Althoff mendefinisikan komunikasi politik sebagai suatu proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan diantara sistem-sistem sosial
65 dengan sistem-sistem politik.
Istilah komunikasi politik masih relatif baru dalam ilmu politik. Istilah tersebut mulai banyak disebut-sebut semenjak terbitnya tulisan Gabriel Almond (1960:3) dalam bukunya yang berjudul The Politics of the Development Areas, dia membahas komunkasi politik secara lebih rinci. Menurut Almond (1960:12), didefinisikan politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik sehingga terbuka kemungkinan bagi para ilmuwan politik untuk membandingkan berbagai sistem politik dengan latar budaya berbeda. Arti penting dari sumbangan pemikiranAlmond terletak pada pandangannya bahwa semua sistem politik yang pernah ada di dunia ini, yang ada sekarang, dan yang
65 Michael Rush dan Phillip Althoff. 1997. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta. PT. Raja Grafindo
akan nanti punya persamaaan-persamaan yang mendasar, yaitu adanya kesamaan
66 fungsi yang dijalankan oleh semua sistem politik.
Komunikasi politik merupakan salah satu dari tujuh fungsi yang dijalankan oleh setiap sistem politik. Seperti dikemukakan oleh Almond, semua fungsi (tujuh fungsi) yang dilakukan sistem politik yaitu (1) Sosialisasi Politik, (2) Perekrutan, (3) Artikulasi interest (artikulasi kepentingan), (4) Agregasi interest (Agregasi kepentingan), (5) Pembuatan aturan, (6) Aplikasi aturan, dan (7)
67 Aturan putusan hakim, harus dilakukan melalui komunikasi.
Seperti yang sudah dijabarkan pada paragaraf sebelumnya menunjukan bahwa ada kaitan antara fungsi politik dengan komunikasi politik. Fungsi komunikasi politik bukanlah fungsi yang berdiri sendiri. Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan yang terjadi pada saat fungsi lainnya dijalankan. Dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi politik berkaitan erat di dalam setiap fungsi sistem politik.
2.1.1 Pengertian Komunikasi Politik
Drs. Soemarno, AP. SH. Dalam bukunya Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik mengutip beberapa pengertian komunikasi politik dari beberapa pakar antara lain dari: Astrid S. Susanto, Phd merumuskan definisi komunikasi dalam bukunya “Komunikasi Sosial di Indonesia” sebagai berikut: “Komunikasi politik adalah komunikasi yang di arahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah
66 67 Ardial. 2010. Komunikasi Politik. Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media.
yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan oleh lembaga politik.” Dr. Rusadi Kartaprawira, SH. Dalam Buku “Sistem Politik
Indones ia”, melihat komunikasi politik pada kegunaanya yaitu: “Untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik pemerintah.”
Drs. Soemarno, AP. SH. Menyatakan bahwa jika dilihat dari tujuan politik an sich (semata-mata) maka: “Hakekat komunikasi politik adalah upaya kelompok manusia yang mempunyai orientasi pemikiran politik atau ideologi tertentu di dalam rangka menguasai atau memperoleh kekuasaan, dan dengan kekuasaan mana tujuan pemikiran politik dan ideology tersebut dapat diwujudkan.”
Astrid lebih lanjut mngungkapkan lebih lanjut bahwa “komunikasi politik merupakan suatu kegiatan pra politik, melalui kegiatan mana akan terjadilah realisasi penghubungan atau pengkaitan masyarakat dengan lingkup Negara.”
Berbeda dari pendapat para pakar tersebut, bahwa komunikasi politik memiliki lingkup pembahasan yang cukup luas. Tidak hanya membahas tentang bagaimana politik dikomunikasikan kepada khalayak luar untuk tujuan memperoleh kekuasaan secara internal, namun membahas bagaimana suatu sistem berlangsung untuk dipertahankan atau diturunkan kepada generasi penerusnya.
Sebagaimana yang terdapat dalam komunikasi pada umumnya, komunikasi politikpun terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut yaitu komunikator, pesan, komunikan, media dan pengaruh. Komponen- komponen tersebut dibidang komunikasi politik terdapat di dalam dua situasi politik atau struktur politik, yaitu pada suprastruktur politik dan infrastruktur politik.
Beberapa komponen yang termasuk dalam suprastruktur politik terbagi menjadi tiga kelompok yaitu yang berada dalam lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif. Dilain pihak komponen-komponen yang berada di masyarakat atau infrastruktur politik terbagi dalam asosiasi- asosiasi, antara lain:
a) Partai Politik (Political Party)
b) Kelompok Kepentingan (Interest Group)
c) Para Tokoh Politik (Political Figures)
d) Media Komunikasi Politik (Media of political Communication)
Dengan demikian, dalam sistem politik komunikasi berfungsi sebagai penghubung antara situasi kehidupan politik yamg ada pada suprastruktur politik dan infrastruktur politik.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi melalui masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik. Fungsi dari komunikasi politik adalah struktur politik yang menyerap berbagai aspirasi, pandangan, dan gagasan yang berkembang dalam masyarakat dan menyalurkannya sebagai bahan dalam penentuan kebijakan. Dengan demikian fungsi membeawakan arus informasi balik
68 dari masyarakat ke pemerintah dan dari pemerintah ke masyarakat.
Sedangkan menurut Soemarno fungsi komunikasi polirik dapat dibedakan menjadi dua bagian. Pertama, fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintahan (suprastruktur politik) atau disebut juga denga istilah the governmental political sphere, berisikan informasi yang menyangkut kepada seluruh kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan kepada upaya untuk mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai tujuan Negara yang lebih luas. Kedua, fungsi yang berada pada struktur masyarakat (infrastruktur politik) yang disebut pula dengan istilah the socio political sphere, yaitu sebagai agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan, dimana kedua fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di antara kelompok asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi terhadap
69 pemerintah dan hasil agregasi dan artikulasi tersebut.
Dengan kata lain penulis menyimpulkan fungsi komunikasi adalah jembatan antara sosialisasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat dan keluhan atau aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui komunikasi politik kepada pemerintah.
68 Mas‟oed Mochtar & Colin Mac Andrew. 1993. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: UGM 69 Press.
2.2 Gender dan Komunikasi
Penelitian Griffin (2003) berdasarkan pada refleksi personal menemukan 3 pola mengenai perbedaan perempuan dan laki-laki yang terdiri dari sebagai berikut
70
: 1. Ada lebih banyak persamaan antara laki-laki dan perempuan daripada perbedaan
2. Ada variabilitas, yang besar berkenaan dengan gaya komunikasi antara laki-laki dan perempuan feminis vs maskulinitas
3. Seks adalah fakta sedangkan gender merupakan gagasan
Gender adalah sistem makna, sudut pandang melalui posisi di mana kebanyakan laki-laki dan perempuan dipisahkan secara lingkungan, material, simbolis.
Berikut adalah beberapa perbedaan pola komunikasi yang terjadi dalam perbedaan gender : a.
Perempuan lebih mudah memahami makna laki-laki daripada laki-laki memahami makna perempuan; b.
Perempuan cenderung lebih ekspresif dibanding laki-laki; c. Perempuan cenderung lebih menggunakan perasaan daripada laki-laki yang lebih to the point; d.
Perempuan cenderung basa-basi dalam pengolaan kata-kata daripada laki- laki yang lebih menggunakan logika; e.
Perempuan lebih halus dan lembut dalam berkata-kata daripada laki-laki; 70 E. A. Griffin.2003. A First Look at Communication Theory (5 ed.). Boston: McGraw-Hill. Hal f.
Perempuan cenderung lebih terbuka dibanding laki-laki yang lebih tertutup g.
Perempuan cenderung implisit dibanding laki-laki yang eksplisit; h. Perempuan lebih peka/sensitif daripada laki-laki dalam menggunakan perasaan; i.
Perempuan lebih sering menggunakan komunikasi non verbal.