BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN - DOCRPIJM 1505189032BAB 9 ASPEK PEMBIAYAAN 10122014

  Laporan Akhir

   

BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN

   

9.1. PROFIL  PERKEMBANGAN APBD KABUPATEN/KOTA 

  Profil   APDB  Kabupaten  Pemalang  menggambarkan  kondisi  struktur  APBD  selama  kurun  waktu

   3‐5 tahun. Komponen profil APBD tersebut antara lain :  a. Belanja

   Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.  b. Pendapatan

    daerah  yang  meliputi:  Pendapatan  Asli  Daerah,  Dana  Perimbangan,  dan  Pendapatan

   Lain yang Sah.  c. Pembiayaan  Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. 

   

9.1.1. Kinerja  Pendapatan 

  Kinerja   pelaksanaan APBD merupakan gambaran tentang capaian pengelolaan anggaran  pendapatan

    dan  belanja  yang  dilaksanakan  oleh  Pemerintah  Kabupaten.  Capaian  anggaran  menunjukkan   prestasi  yang  berhasil  diraih  oleh  Pemerintah  Daerah,  yang  digambarkan  oleh  besanya

    perkembangan  realisasi  anggaran  pendapatan.  Capaian  perkembangan  realisasi  pendapatan  dan proporsi % (persentase) rata‐rata dapat menunjukkan pos pendapatan manakah  yang

   memiliki laju perkembangan tercepat. Pos pendapatan itulah yang kiranya dapat diandalkan  sebagai  potensi sumber pendapatan di masa datang. 

  Gambaran   kinerja  capaian  realisasi  dan  trend  perkembangan  realisasi  anggaran  pendapatan

    dalam  APBD  Kabupaten  Pemalang  untuk  periode  2009‐2013  disajikan  pada  tabel  berikut  ini : 

       

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  ‐1

  Laporan Akhir

   

  TABEL  IX. 1   PERKEMBANGAN  PROPORSI REALISASI PENDAPATAN DAERAH   TAHUN   URAIAN PENDAPATAN   2009 2010 2011 2012 2013 Pendapat an Asli

Daerah 52, 434, 503, 704 50, 812, 460, 551 49, 240, 594, 738 47, 717, 354, 049 46, 241, 234, 280

Dana Perimbangan 625, 044, 324, 759 625, 044, 324, 759 641, 071, 907, 271 657, 510, 474, 077 674, 370, 563, 767

JUMLAH PENDAPATAN 808, 191, 544, 159 806, 569, 501, 005 869, 022, 940, 908 949, 560, 759, 330 1, 054, 663, 807, 759

Lain-lain Pendapat an 130, 712, 715, 695 130, 712, 715, 695 178, 710, 438, 899 244, 332, 931, 204 334, 052, 009, 712

PENDAPATAN  ASLI DAERAH 

Paj ak daerah 10, 603, 454, 137 11, 326, 564, 333 12, 098, 987, 550 12, 924, 086, 724 13, 805, 454, 132

Ret ribusi daerah 37, 452, 495, 496 40, 404, 516, 981 43, 589, 218, 044 47, 024, 938, 588 50, 731, 464, 074

BUMD 2, 650, 507, 859 2, 566, 008, 823 2, 484, 203, 643 2, 405, 006, 438 2, 328, 334, 066

Sumber:

JUMLAH 208, 737, 742, 605 332, 078, 907, 219 546, 447, 486, 204 920, 626, 734, 014 1, 575, 506, 725, 488

Lain2 PAD yg sah 158, 031, 285, 113 277, 781, 817, 083 488, 275, 076, 967 858, 272, 702, 264 1, 508, 641, 473, 217

   Tim Penyusun, 2014 

    Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  ‐2

  (RPI2-JM) Kabupaten PemalangTahun 2014

  Laporan Akhir

   kondisi tersebut dapat dijelaskan bahwa perkembangan PAD yang cukup signifikan  per  tahun karena faktor Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.  

                               

    anggaran  belanja  APBD  Kabupaten  Pemalang.  Tabel  berikut  menunjukkan  kinerja  realisasi  anggaraan belanja APBD Kabupaten Pemalang 2009‐2013. 

    kinerja  yang  dicapai  dalam  pengelolaan  belanja.  Makin  kecil  proporsi  realisasi  anggaran  dibanding dengan belanja anggaran (penetapan), maka makin baik atau makin efisien  pengelolaan

  Perkembangan   proporsi  realisasi  Belanja    terhadap  Anggaran  menunjukkan  perkembangan

   menjadi sumber pendapatan daerah; 2) Pendapatan Lain yang Sah yang cenderung  mengalami  perkembangan fluktuatif setiap tahunnya.  

  Dilihat   dari  proporsi  perkembangan,  maka  PAD  merupakan  potensi  yang  dapat  digali  untuk  dikembangkan

  Potensi  ke depan yang dimiliki Kabupaten Pemalang dari sisi pendapatan daerah adalah: 1) 

    yang  diperoleh  semakin  meningkat.  Pendapatan  tertinggi  diperoleh  dari  hasil  sector  lain ‐lain  PAD  yang  sah  yaitu  peningkatannya  mencapai  13.506.102.012.  Penyebab  terjadinya  perkembangan

    Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

    Secara  signifikan  setiap  tahunnya  Pendapatan  Asli  Daerah  Kabupaten  Pemalang

    Untuk pendapatan asli daerah, jumlah tertinggi diperoleh pada tahun 2013 yaitu senilai  1,575,506,725,488.

    Hal  itu  dapat  dilihat  pada  table  IX.1  diatas.  Proporsi  pendapatan  tebesar  yang  diperoleh  yaitu pada tahun 2013 senilai 1,054,663,807,759.  

    pendapatan  dari  tahun  2009  sampai  dengan  tahun  2013  tidak  selalu  mengalami  peningkatan.

    Pemalang  pada  5  tahun  terakhir  yaitu  dari  tahun  2009  sampai  dengan  tahun  2013.  Jumlah

    Dari table diatas dapat diketahui perkembangan proporsi realisasi pendapatan daerah di  Kabupaten

9.1.2. Belanja  Langsung dan Tidak Langsung 

  ‐3

  Laporan Akhir

   

  TABEL  IX. 2   PERKEMBANGAN  PROPORSI REALISASI BELANJA DAERAH DALAM 5 TAHUN TERAKHIR 

   

  Sumber:  Tim Penyusun, 2014   

  Realisasi   Belanja  menunjukkan  tingkat  efisiensi  penggunaan  dana  dari  Pendapatan  yang  diperoleh.  Semakin  kecil  realisasi  Belanja  menunjukkan  kinerja

   yang baik karena terbuka peluang diperolehnya surplus anggaran. Selain dari proporsinya Belanja juga perlu dilihat dari jenisnya.   Struktur

   belanja daerah Kabupaten Pemalang didominasi Belanja Tidak Langsung, dengan proporsi yang cenderung meningkat dari sebanyak 52,7%  pada  tahun 2009 menjadi 65,4% pada tahun 2012. Sebaliknya proporsi belanja langsung terhadap total belanja daerah mengalami penurunan. Hal ini berarti  bahwa

   sebagian besar belanja digunakan untuk pembiayaan belanja tidak langsung. Hal ini mengindikasikan bahwa postur anggaran pemerintah Kabupaten  Pemalang

   kurang ideal, yang ditandai semakin meningkatnya pengeluaran akibat peningkatan belanja pegawai (tidak langsung) sebagai akibat dari kebijakan  pemerintah  (pusat) dalam hal pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS yang tidak diimbangi dengan peningkatan dana perimbangan sehingga pada  pelaksanaannya

   mengokupasi alokasi belanja modal.   Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  ‐4

  (RPI2-JM) Kabupaten PemalangTahun 2014

  Laporan Akhir

    Potensi

    ke  depan  yang  bisa  dilakukan  untuk  mencapai  penghematan  adalah  mempertahankan   atau  bahkan  kalau  bisa  menekan  proporsi  belanja  pegawai.  Tantangannya  adalah

   kebutuhan belanja barang dan belanja modal menunjukkan trend yang meningkat. Adanya  Penurunan

    anggaran  belanja  operasi  tersebut  menunjukkan  bahwa  Pemerintah  kabupaten  Pemalang

    dapat  menekan  belanja  pegawai,  maka  hal  ini  patut  dilakukan.  Namun  tentunya  pembatasan  kuantitas gaji dan tunjangan pegawai perlu dibarengi dengan pengawasan pelayanan  agar

   tetap terjaga baik. Efisiensi jumlah tenaga kerja juga dapat  diimbangi dengan peningkatan  penggunaan   teknologi  agar  dapat  dilaksanakan  pelayanan  yang  cepat  dan  efisien.  Di  lain  pihak  kebutuhan

    pembangunan  baik  dalam  bentuk  belanja  barang  maupun  belanja  modal  meningkat  secara  signifikan.  

   

9.1.3. Perkembangan  Pembiayaan Daerah 

  Pembiayaan  (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan  maupun

   pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran  pemerintah   terutama  dimaksudkan  untuk  menutup  defisit  dan  atau  memanfaatkan  surplus  anggaran.  Penerimaan Pembiayaan mencakup: (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; 

  (2)  Transfer dari Dana Cadangan; (3) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi; dan (4) Hasil Penjualan 

  Aset   Daerah  yang  Dipisahkan,  maupun  berupa  Pengeluaran  Pembiayaan  yang  mencakup:  (1) 

  Transfer  ke Dana Cadangan; (2) Investasi/Penyertaan Modal Daerah; (3) Pembayaran Utang Pokok  yang

   Jatuh Tempo; dan (4) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan.   Kebijakan

    penganggaran  Pemerintah  Kabupaten  Pemalang  dari  Tahun  Anggaran  2009  sampai   dengan  2013  adalah  anggaran  defisit.  Kebijakan  tersebut  terutama  untuk  mendukung  kebutuhan

    belanja  dalam  pencapaian  visi  dan  misi  yang  telah  ditetapkan.  Kebijakan  defisit  ini  secara  cermat juga  memperhitungkan  realisasi  SILPA  pada tahun  anggaran  sebelumnya  sebagai  sumber

   pembiayaan utama untuk menutup defisit yang ada.    

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  ‐5

  Laporan Akhir

   

  TABEL  IX. 3   PERKEMBANGAN  PEMBIAYAAN DAERAH DALAM 5 TAHUN TERAKHIR    Sumber:  Tim Penyusun, 2014 

       

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  ‐6

  (RPI2-JM) Kabupaten PemalangTahun 2014

  Laporan Akhir

   

9.2. PROFIL  PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA (APBN, APBD  PROV,  APBD KAB./KOTA, SWASTA, MASYARAKAT) 

9.2.1. Perkembangan  Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN  

  Perkembangan   investasi  pembangunan  Cipta  Karya  yang  bersumber  dari  dana  APBN 

  Kabupaten  selama kurun waktu 3 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini : 

  TABEL  IX. 4   PERKEMBANGAN  ALOKASI APBN UNTUK PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA   DALAM  3 TAHUN TERAKHIR 

  Sektor 2011 2012 2013    

  Pengembangan 21.875.000 22.695.000  Air Minum   21.695.000  Pengembangan 5.299.000 7.149.000 7.524.000

   PLP    Pengembangan 1.150.000 1.150.000 1.350.000

   Permukiman    Penataan 17.079.900 17.107.500 14.640.00

   Bangunan & Lingkungan    Total 45.403.900 48.101.500 32.033.000

      

  Sumber:  Laporan LPKJ Kabupaten Pemalang Tahun 2011‐2013 dan Tim Penyusun, 2014 

  Dari  tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi APBN yang diberikan untuk Kabupaten Pemalang  mengalami

    perkembangan  yang  fluktuatif.  Pada  tahun  2011,  alokasi  APBN  sebesar  Rp.  

  45.403.900,00 48.101.500, .

  00   mengalami  peningkatan  menjadi  RP.    kemudian  menurun  di  tahun  2013 32.033.000 ,00.

   menjadi Rp.       9.2.2.

   Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD  

  Perkembangan   investasi  pembangunan  Cipta  Karya  yang  bersumber  dar  dana  APBD 

  Kabupaten  selama kurun waktu 3 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini : 

  TABEL  IX. 5   PERKEMBANGAN  ALOKASI APBD UNTUK PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA   DALAM  3 TAHUN TERAKHIR 

  2011 2012 2013   Sektor   Alokasi Alokasi Alokasi   Pengembangan 3.245.000 2.695.000 2.195.000

   Air Minum Pengembangan 2.364.625 1.094.625 1.109.625  PLP 

  Pengembangan 970.000 2.270.000 670.000  Permukiman Penataan

  4.648.600 2.565.710 2.337.000  Bangunan &  Lingkungan         Total 11.228.225 8.625.335 6.311.625  APBD Cipta Karya 

    Sumber:  Laporan LPKJ Kabupaten Pemalang Tahun 2011‐2013 dan Tim Penyusun, 2014 

  Berdasarkan   data  diatas,  dapat  diketahui  perkembangan  alokasi  APBD  di  sektor  Cipta 

  Karya   mengalami  penurunan.  Pada  tahun  2011,  alokasi  APBD  di  sektor  Cipta  Karya  sebesar 

  11.228.225 tahn 8.625.335 dan    2012 mengalami penurunan menjadi Rp.     pada tahun 2013 menurun 

  kembali 6.311.625

   

    Prosentase

    alokasi dana APBD  terbesar  untuk tahun 2011 ada di sektor pengembangan  bangunan   dan  lingkungan  yaitu  sebanyak  4.648.600  diuruta  kedua  sektor  pengembangan  air  minum

   dan diurutan ketiga sektor pengembangan PLP. Tahun 2012, alokasi dana APBD terbesar  ada   di  sektor  air  minum  sebesar,  diurutan  kedua  pengembangan  PBL,  urutan  ketiga  pengembangan

   permukiman dan diurutan terakhir pengembangan PLP. 

         

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  ‐7

  Laporan Akhir

   

9.3. PROYEKSI  DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 

9.3.1. Proyeksi  APBD 5 Tahun Ke Depan 

    Proyeksi

    APBD  dalam  lima  tahun  ke  depan  dilakukan  dengan  melakukan  perhitungan  regresi  terhadap  kecenderungan  APBD  dalam  lima  tahun  terakhir  menggunakan asumsi atas dasar trend historis.  

   

  ABEL  IX. 6   PROYEKSI  PENDAPATAN APBD KABUPATEN PEMALANG DALAM 5 TAHUN TERAKHIR  TAHUN   URAIAN PENDAPATAN   2013 2014 2015 2016 2017

Pendapat an Asli Daerah 46, 241, 234, 280 45, 143, 670, 120 43, 654, 908, 907 42, 907, 986, 879 40, 097, 856, 832

Dana Perimbangan 674, 370, 563, 767 698, 097, 356, 009 702, 987, 034, 002 730, 0987, 345, 005 760, 005, 874, 768

Lain-lain Pendapat an 334, 052, 009, 712 365, 987, 098, 643 380, 764, 968, 543 402, 9745, 342, 764 405, 9768, 435, 867

PENDAPATAN  ASLI DAERAH  Paj ak daerah 13, 805, 454, 132 15, 955, 064, 087 16, 885, 304, 112 17, 005, 215, 702 18, 145, 904, 100 Ret ribusi daerah 50, 731, 464, 074 54, 546, 897, 009 56, 987, 009, 657 58, 909, 045, 879 60, 907, 986, 983 BUMD 2, 328, 334, 066 2, 500, 846, 904 2, 800, 869, 345 3, 008, 997, 098 3, 245, 7856, 009 JUMLAH 15, 755, 067, 541 97. 147. 907. 534 78. 567. 281. 991 80. 817. 357. 556 113. 612. 404. 830 Lain2 PAD yg sah 1, 508, 641, 473, 217 1, 654, 099, 534 1, 894, 098, 877 2, 008, 657, 432 2, 100, 657, 738

  Sumber:  Tim Penyusun, 2014  

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  ‐8

  (RPI2-JM) Kabupaten PemalangTahun 2014

  Laporan Akhir

   

   

  dari   perhitungan  proyeksi  pendapatan  APBD  Kabupaten  Pemalang,  dapat  diproyeksikan  total  pendapatan 113. 612. 404. 830   Kabupaten  Pemalang  sampai  dengan  tahun  2017  sebesar  Rp. dengan

   perincian PAD sebesar dana perimbangan, pajak daerah, retibusi, BUMD dan lain‐lain PAD  yang  sah.

    Net  Public Saving 

  Net   Public  Saving  atau  Tabungan  Pemerintah  adalah  sisa  dari  total  penerimaan  daerah 

  setelah   dikurangkan  dengan  belanja/pengeluaran  yang  mengikat.  Dengan  kata  lain,  NPS  merupakan

   sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana  yang  dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung 

  NPS   dalam  3‐5  tahun  ke  depan  untuk  melihat  kemampuan  anggaran  pemerintah  berinvestasi  dalam

   bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:   

  Net  Public Saving = Total Penerimaan daerah ‐ Belanja Wajib  NPS

   = (PAD+DAU+DBH+DAK) ‐ (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah) 

     Belanja  mengikat  adalah  belanja  yang  harus  dipenuhi/tidak  bisa  dihindari  oleh  Pemerintah 

  Daerah  dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja  bunga,

    belanja  subsidi, belanja bagi hasil serta belanja  lain  yang mengikat sesuai peraturan  yang  berlaku.  

   Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan.  

    Kemampuan  Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR) 

  Pinjaman  Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup  defisit

    APBD,  pengeluaran  pembiayaan  atau  kekurangan  arus  kas.  Pinjaman  Daerah  dapat  bersumber  dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan  bukan

    bank,  dan  Masyarakat  (obligasi).  Berdasarkan  PP  No.  30  Tahun  2011  Tentang  Pinjaman  Daerah,

   Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:   Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75%  dari

   jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;   Memenuhi  ketentuan  rasio  kemampuan  keuangan  daerah  untuk  mengembalikan  pinjaman  yang

   ditetapkan oleh Pemerintah.   Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.    Dalam  hal  Pinjaman  Daerah  diajukan  kepada  Pemerintah,  Pemerintah  Daerah  juga  wajib  memenuhi

    persyaratan  tidak  mempunyai  tunggakan  atas  pengembalian  pinjaman  yang  bersumber  dari Pemerintah. 

  Salah  satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan  daerah

    untuk  mengembalikan  pinjaman  atau  dikenal  dengan  Debt  Service  Cost  Ratio  (DSCR).  Berdasarkan

   peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan  pemerintah   untuk  membayar  pinjaman,  sekaligus  memberikan  gambaran  kapasitas  keuangan  pemerintah.

   

  DSCR  = PAD + DAU + DBH + DBHDR – Belanja Wajib  Pokok  Pinjaman + Bunga + Biaya Lain 

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  ‐9 Laporan Akhir

   

   

  Batas  jumlah pinjaman merupakan batas paling tinggi yang dianggap layak menjadi beban 

  APBD  menurut PP No. 107 Tahun 2000 yaitu tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum 

  APBD  tahun sebelumnya.  

9.3.2. Rencana  Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 

  Rencana  Kerjasama pemerintah dengan swasta di bidang Cipta Karya meliputi beberapa  kegiatan

   yang ada di sektor cipta karya. Digharapkan, dengan adanya kerjasama ini dapat menjadi  sumber   alternatif  pendanaan  yang  dapat  diterapkan  dalam  kegiatan  sektor  cipta  karya.  Namun  rencana

    kerjasama  antara  pemerintah  Kabupaten  Pemalang  dan  swasta  hanya  ada  pada  satu  kegiatan.

    Kegiatan  yang  menggunakan  pembiayaan  dari  sektor  swasta  dapat  dilihat  pada  tabel  berikut  : 

  TABEL  IX. 7   PROYEK  POTENSIAL YANG DAPAT DIBIAYAI SEKTOR SWASTA (DALAM RIBUAN RUPIAH) 

  

Sektor   Nama  Kegiatan Deskripsi  Kegiatan Biaya  Kegiatan

Permukiman Kegiatan PAMSIMAS Rp.

     penataan   4.400.000, 00 bangunan

   dan  lingkungan  

  Sumber:  Tim Penyusun, 2014 

9.4. KETERPADUAN   STRATEGI  PENINGKATAN  INVESTASI  PEMBANGUNAN  BIDANG  CIPTA  KARYA  

  Keterpaduan   strategi  peningkatan  investasi  pembangunan  bidang  Cipta  Karya  dilakukan  untuk

   melihat tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta  Karya

    yang  meliputi  sumber  pemerintah  pusat,  pemerintah  daerah,  perusahaan  daerah,  serta  dunia  usaha dan masyarakat. Kemudian, dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan  bidang

   Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber. 

   

9.4.1. Kemampuan  Keuangan Daerah 

  Kemampuan   keuangan daerah yang dapat digunakan dalam membiayai usulan program  dan

   kegiatan yang ada dalam RPI2‐JM  bidang Cipta Karya dapat dilihat pada uraian berikut ini : 

  a) Proyeksi

   dana dari pemerintah pusat (APBN)  Kemampuan

    pendanaan  yang  berasal  dari  APBN  dapat  diproyeksikan  dengan  menggunakan  asumsi  trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Proyeksi kemampuan pendanaan  dari

   APBN dapat dilihat pada tabel berikut ini : 

  TABEL  IX. 8   PROYEKSI  PENDANAAN DARI PEMERINTAH PUSAT SELAMA   Sektor   2014 2015 2016  

Pengembangan 21.875.000 22.695.000 21.695.000

 Air Minum  

Pengembangan 5.299.000 7.149.000 7.524.000

 PLP 

   

Pengembangan 1.150.000 1.150.000 1.350.000

 Permukiman   Penataan

   Bangunan & Lingkungan 17.079.900 17.107.500 14.640.00 

Total 45.403.900 48.101.500 32.033.000

  

      Sumber:  Tim Penyusun, 2014   

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  ‐10 Laporan Akhir

    Dari

   tabel diatas dapat diketahui proyeksi besaran pendanaan bidang Cipta Karya dari APBN  dengan   menggunakan  asusmsi  terjadi  peningkatan  10%  setiap  tahunnya.  Total  proyeksi  pendanaan

   untuk tahun 2015 sebesar Rp. 48.101.500 dan tahun 2016 sebesar Rp., 32.033.000.   

9.4.2. Strategi  Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya 

  Dalam   rangka  percapatan  pembangunan  bidang  Cipta  Karya  di  daerah  dan  untuk  memenuhi

   kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2‐JM,  maka   Pemerintah  Daerah  perlu  menyusun  suatu  strategi  untuk  meningkatkan  pendanaan  bagi  pembangunan

   infrastruktur permukiman.  a.

   Strategi Peningkatan DDUB oleh Kabupaten/Kota  

  Strategi   peningkatan  pendanaan  DDUB  oleh  Kabupaten  Pemalang  dapat  dilakukan  melalui  peningkatan

   penerimaan daerah yang dialokasikan untuk DDUB.   Dana

   Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) merupakan dana pendamping kegiatan APBN di  kabupaten/kota.

    DDUB  ini  menunjukan  besaran  komitmen  pemerintah  daerah  dalam  melakukan  pembangunan bidang Cipta Karya, sehingga dalam upaya peningkatan pendanaan  melalui

    DDUB,  Pemerintah  Kabupaten  Pemalang  perlu  membuat  komitmen  dalam  rencana  pengembangan   dan  investasi  antara  Pemerintah,  Pemerintah  Provinsi  dan  Pemeritah 

  Kabupaten  Pemalang sehingga pengalokasian dana DDUB dapat terealisasi.  b.

   Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran 

  Secara   umum  kebijakan  keuangan  daerah  diarahkan  pada  peningkatkan  kapasitas  dan  kemandirian

   kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan  bagi  pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan  strategi

   kebijakan keuangan daerah berikut:   1. Mengoptimalisasikan   sumber‐sumber  pendapatan  daerah  –  khususnya  sumber‐sumber 

  Pendapatan  Asli Daerah – melalui  optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan  restribusi

   daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang‐undangan.  2. Meningkatkan

   penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi  daerah.  

  3. Menyediakan   sarana  dan  prasarana  bagi  pemungut  penerimaan  daerah  yang  bersifat  mobilitas

   maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan.  4. Meningkatkan   kualitas  pelayanan  publik  pada  bidang‐bidang  yang  berhubungan  dengan  penerimaan

    daerah,  serta  meningkatkan  kualitas  sumber  daya  manusia  pengelola  penerimaan  daerah.   5. Penataan

    performance  budget  melalui  penataan  sistem  penyusunan  dan  pengelolaan  anggaran   daerah  yang  berorientasi  pada  pencapaian  hasil  atau  kinerja  secara  efisiensi,  efektif

   dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah.  6. Peninjauan   kembali  berbagai  kebijakan  Pemerintah  Kabupaten  Pemalang,  terutama  yang  terkait

   dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah.  Selain

    melalui  optimalisasi  penerimaan  pendapatan,  maka  untuk  meningkatkan  penerimaan  daerah  dapat dilakukan dengan meningkatkan dana perimbangan. Berlakunya Undang‐undang 

  Nomor  33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah,  membawa

    perubahan  yang  mendasar  dalam  pengelolaan  keuangan  daerah.  Undang‐undang  tersebut   pada  prinsipnya  untuk  meningkatkan  efisiensi  dan  efektivitas  pengelolaan  sumber 

  Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  ‐11 Laporan Akhir

    Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX

  c) Perusahaan

    ini  Perusahaan  Daerah  dianggap  kurang  tepat  bila  disebut  sebagai  lembaga  korporasi,   khususnya,  dikaitkan  dengan  upaya  pemberdayaan  BUMD  agar  dapat  menjadi  salah

    kepada  benchmarking  kinerja  yang  sesuai  dengan  perusahaan  sejenis;Pengkajian  secara komprehensif terhadap keberadaan Perusahaan Daerah, karena  selama

    menentukan  target  kuantitatif  dan  kualitatif  yang  menjadi  performance  indicator  yang   harus  dicapai  oleh  manajemen,  misalnya  Return  On  Equity  (ROE)  tertentu  yang  didasarkan

   secara langsung melalui berbagai bentuk perizinan, aturan, dan petunjuk menjadi  kontrol  yang berorientasi kepada hasil. Artinya Pemerintah Daerah selaku pemegang saham  hanya

    yang  ditujukan  untuk  membuat  setiap  Perusahaan  Daerah  menghasilkan  laba  termasuk   mengubah  mekanisme  pengendalian  oleh  Pemerintah  Daerah  yang  semula  kontrol

  Langkah ‐langkah  untuk  meningkatkan  kinerja  dan  kesehatan  Perusahaan  Daerah,  yaitu  tindakan

   Restrukturisasi Perusahaan Daerah  

    dan  luar  negeri  berminat  melakukan  kerjasama  dengan  BUMD  terpilih  untuk  selanjutnya  membentuk Joint Venture/Joint Operation Company (JV/OC).   2.

   Daerah mampu berperan sebagai countervailing power terhadap kekuatan  ekonomi   yang  ada  melalui  pola  kemitraan.  Diharapkan  berbagai  perusahaan  swasta  dalam

  d) Perusahaan

    

   pertumbuhan perekonomian daerah melalui multiplier effect yang tercipta  dari   kegiatan  bisnis  yang  efisien  seperti  bertambahnya  lapangan  kerja  dan  kepedulian  social;

   Daerah mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan  memberikan   kontribusi  kepada  APBD,  baik  dalam  bentuk  pajak  maupun  deviden  dan  mendorong

   kontinuitas pelayanan;  

  ‐12

  b) Perusahaan  Daerah adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas  dan

   daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat;  

  a) Perusahaan  Daerah sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat mendayagunakan  aset

   Reformasi Misi Perusahaan Daerah 

   daerah dapat ditempuh melalui strategi :   1.

  Pemberdayaan   Kinerja  Keuangan  Perusahaan  Daerah  sebagai  salah  satu  alternatif  sumber  pembiayaan

   Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah 

  Melakukan  intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak  untuk  mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.   c.

    APBD  Provinsi  Jawa  Tengah  guna  peningkatan  pembangunan  sarana  prasarana  perekonomian  dan pelayanan publik.  2.

  Tengah  untuk untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN  dan

  Melakukan   upaya  koordinasi  dengan  Pemerintah  Pusat  dan  Pemerintah  Provinsi  Jawa 

   dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem perimbangan  keuangan   antara  pusat  dan  daerah  mendapatkan  pembagian  dana  perimbangan.  Untuk  itu  kebijakan  yang dilakukan untuk meningkatkan dana perimbangan antara lain melalui:  1.

    kesejahteraan  masyarakat,  pelayanan  umum  dan  daya  saing  daerah.  Seiring  dengan   peningkatan  pembangunan  tersebut,  maka  pemerintah  daerah  berdasarkan  asas  desentralisasi,

  daya   keuangan  daerah  dalam  rangka  pelaksanaan  otonomi  daerah,  dengan  tujuan  untuk  meningkatkan

   satu sumber keuangan daerah;  

  Laporan Akhir

    Restrukturisasi

    Perusahaan  Daerah  dengan  prinsip  Good  Corporate  Governance  dapat  dikelompokkan  kedalam 2 (dua) kelompok yaitu :  

  a) Kelompok

    Perusahaan  Daerah  PDAM  dimana  tersedia  berbagai  pilihan  restrukturisasi  Perusahaan

   yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi  yang  tersedia;  

  b) Kelompok   Perusahaan  Daerah  Non  PDAM,  dapat  diselesaikan  secara  kasus  per  kasus  dengan

    berbagai  pilihan  sesuai  dengan  visi  pengelolaan  Perusahaan  Daerah  yang  bersangkutan.

     3.

   Profitisasi Perusahaan Daerah  

  Profitisasi   Perusahaan  Daerah  dalam  rangka  menghasilkan  keuntungan  atau  laba  serta  memberikan

   kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut :  

  a) Melakukan   proses  penyehatan  perusahaan  secara  menyeluruh  dengan  meningkatkan  kompetensi

   manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia;  

  b) Mengarahkan

    Perusahaan  Daerah  untuk  dapat  berbisnis  secara  terfokus  dan  terspesialisasi  dengan pengelolaan yang bersih, transparan dan professional;  

  c) Bagi

   Perusahaan Daerah yang misi utama untuk pelayanan publik dan pelayanan sosial,  diberikan  sasaran kuantitatif dan kualitatif tertentu;  

  d) Memberdayakan   Direksi  dan  Badan  Pengawas  yang  dipilih  dan  bekerja  berdasarkan  profesionalisme

   melalui proses fit and proper test;  

  e) Merumuskan

   kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga produk  (minimal

    menyesuaikan  dengan  inflasi,  tarif  listrik,  BBM,  dan  lain‐lain)  untuk  menghindarkan  biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih.   4.

   Privatisasi Perusahaan Daerah 

  Privatisasi   utamanya  bertujuan  agar  Perusahaan  Daerah  terbebaskan  dari  intervensi  langsung

   birokrasi dan dapat mewujudkan pengelolaan bisnis yang efisien, profesional dan  transparan.

    Diharapkan  setelah  melalui  tahapan  restrukturisasi,  pihak  perusahaan  swasta  akan   berminat  mengembangkan  usaha  dengan  cara  melakukan  aliansi  strategis  dengan 

  Perusahaan   Daerah,  dan  bila  memungkinkan  untuk  Perusahaan  Daerah  yang  sehat  dan  memiliki

    prospek  bisnis  dapat  menawarkan  penjualan  saham  melalui  Pasar  Modal  yang  didahului  Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan Perusahaan Daerah yang  usahanya   bersinggungan  dengan  kepentingan  umum  dan  bergerak  dalam  penyediaan  fasilitas

    publik  ditujukan  agar  pengelolaan  usahanya  menjadi  lebih  efisien,  transparan,  profesional.