BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN - DOCRPIJM 1505189032BAB 9 ASPEK PEMBIAYAAN 10122014
Laporan Akhir
BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN
9.1. PROFIL PERKEMBANGAN APBD KABUPATEN/KOTA
Profil APDB Kabupaten Pemalang menggambarkan kondisi struktur APBD selama kurun waktu
3‐5 tahun. Komponen profil APBD tersebut antara lain : a. Belanja
Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung. b. Pendapatan
daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan
Lain yang Sah. c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
9.1.1. Kinerja Pendapatan
Kinerja pelaksanaan APBD merupakan gambaran tentang capaian pengelolaan anggaran pendapatan
dan belanja yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten. Capaian anggaran menunjukkan prestasi yang berhasil diraih oleh Pemerintah Daerah, yang digambarkan oleh besanya
perkembangan realisasi anggaran pendapatan. Capaian perkembangan realisasi pendapatan dan proporsi % (persentase) rata‐rata dapat menunjukkan pos pendapatan manakah yang
memiliki laju perkembangan tercepat. Pos pendapatan itulah yang kiranya dapat diandalkan sebagai potensi sumber pendapatan di masa datang.
Gambaran kinerja capaian realisasi dan trend perkembangan realisasi anggaran pendapatan
dalam APBD Kabupaten Pemalang untuk periode 2009‐2013 disajikan pada tabel berikut ini :
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
‐1
Laporan Akhir
TABEL IX. 1 PERKEMBANGAN PROPORSI REALISASI PENDAPATAN DAERAH TAHUN URAIAN PENDAPATAN 2009 2010 2011 2012 2013 Pendapat an Asli
Daerah 52, 434, 503, 704 50, 812, 460, 551 49, 240, 594, 738 47, 717, 354, 049 46, 241, 234, 280
Dana Perimbangan 625, 044, 324, 759 625, 044, 324, 759 641, 071, 907, 271 657, 510, 474, 077 674, 370, 563, 767
JUMLAH PENDAPATAN 808, 191, 544, 159 806, 569, 501, 005 869, 022, 940, 908 949, 560, 759, 330 1, 054, 663, 807, 759
Lain-lain Pendapat an 130, 712, 715, 695 130, 712, 715, 695 178, 710, 438, 899 244, 332, 931, 204 334, 052, 009, 712
PENDAPATAN ASLI DAERAHPaj ak daerah 10, 603, 454, 137 11, 326, 564, 333 12, 098, 987, 550 12, 924, 086, 724 13, 805, 454, 132
Ret ribusi daerah 37, 452, 495, 496 40, 404, 516, 981 43, 589, 218, 044 47, 024, 938, 588 50, 731, 464, 074
BUMD 2, 650, 507, 859 2, 566, 008, 823 2, 484, 203, 643 2, 405, 006, 438 2, 328, 334, 066
Sumber:JUMLAH 208, 737, 742, 605 332, 078, 907, 219 546, 447, 486, 204 920, 626, 734, 014 1, 575, 506, 725, 488
Lain2 PAD yg sah 158, 031, 285, 113 277, 781, 817, 083 488, 275, 076, 967 858, 272, 702, 264 1, 508, 641, 473, 217Tim Penyusun, 2014
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
‐2
(RPI2-JM) Kabupaten PemalangTahun 2014
Laporan Akhir
kondisi tersebut dapat dijelaskan bahwa perkembangan PAD yang cukup signifikan per tahun karena faktor Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
anggaran belanja APBD Kabupaten Pemalang. Tabel berikut menunjukkan kinerja realisasi anggaraan belanja APBD Kabupaten Pemalang 2009‐2013.
kinerja yang dicapai dalam pengelolaan belanja. Makin kecil proporsi realisasi anggaran dibanding dengan belanja anggaran (penetapan), maka makin baik atau makin efisien pengelolaan
Perkembangan proporsi realisasi Belanja terhadap Anggaran menunjukkan perkembangan
menjadi sumber pendapatan daerah; 2) Pendapatan Lain yang Sah yang cenderung mengalami perkembangan fluktuatif setiap tahunnya.
Dilihat dari proporsi perkembangan, maka PAD merupakan potensi yang dapat digali untuk dikembangkan
Potensi ke depan yang dimiliki Kabupaten Pemalang dari sisi pendapatan daerah adalah: 1)
yang diperoleh semakin meningkat. Pendapatan tertinggi diperoleh dari hasil sector lain ‐lain PAD yang sah yaitu peningkatannya mencapai 13.506.102.012. Penyebab terjadinya perkembangan
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
Secara signifikan setiap tahunnya Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pemalang
Untuk pendapatan asli daerah, jumlah tertinggi diperoleh pada tahun 2013 yaitu senilai 1,575,506,725,488.
Hal itu dapat dilihat pada table IX.1 diatas. Proporsi pendapatan tebesar yang diperoleh yaitu pada tahun 2013 senilai 1,054,663,807,759.
pendapatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 tidak selalu mengalami peningkatan.
Pemalang pada 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Jumlah
Dari table diatas dapat diketahui perkembangan proporsi realisasi pendapatan daerah di Kabupaten
9.1.2. Belanja Langsung dan Tidak Langsung
‐3
Laporan Akhir
TABEL IX. 2 PERKEMBANGAN PROPORSI REALISASI BELANJA DAERAH DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
Sumber: Tim Penyusun, 2014
Realisasi Belanja menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan dana dari Pendapatan yang diperoleh. Semakin kecil realisasi Belanja menunjukkan kinerja
yang baik karena terbuka peluang diperolehnya surplus anggaran. Selain dari proporsinya Belanja juga perlu dilihat dari jenisnya. Struktur
belanja daerah Kabupaten Pemalang didominasi Belanja Tidak Langsung, dengan proporsi yang cenderung meningkat dari sebanyak 52,7% pada tahun 2009 menjadi 65,4% pada tahun 2012. Sebaliknya proporsi belanja langsung terhadap total belanja daerah mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa
sebagian besar belanja digunakan untuk pembiayaan belanja tidak langsung. Hal ini mengindikasikan bahwa postur anggaran pemerintah Kabupaten Pemalang
kurang ideal, yang ditandai semakin meningkatnya pengeluaran akibat peningkatan belanja pegawai (tidak langsung) sebagai akibat dari kebijakan pemerintah (pusat) dalam hal pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS yang tidak diimbangi dengan peningkatan dana perimbangan sehingga pada pelaksanaannya
mengokupasi alokasi belanja modal. Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
‐4
(RPI2-JM) Kabupaten PemalangTahun 2014
Laporan Akhir
Potensi
ke depan yang bisa dilakukan untuk mencapai penghematan adalah mempertahankan atau bahkan kalau bisa menekan proporsi belanja pegawai. Tantangannya adalah
kebutuhan belanja barang dan belanja modal menunjukkan trend yang meningkat. Adanya Penurunan
anggaran belanja operasi tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah kabupaten Pemalang
dapat menekan belanja pegawai, maka hal ini patut dilakukan. Namun tentunya pembatasan kuantitas gaji dan tunjangan pegawai perlu dibarengi dengan pengawasan pelayanan agar
tetap terjaga baik. Efisiensi jumlah tenaga kerja juga dapat diimbangi dengan peningkatan penggunaan teknologi agar dapat dilaksanakan pelayanan yang cepat dan efisien. Di lain pihak kebutuhan
pembangunan baik dalam bentuk belanja barang maupun belanja modal meningkat secara signifikan.
9.1.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun
pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan Pembiayaan mencakup: (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu;
(2) Transfer dari Dana Cadangan; (3) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi; dan (4) Hasil Penjualan
Aset Daerah yang Dipisahkan, maupun berupa Pengeluaran Pembiayaan yang mencakup: (1)
Transfer ke Dana Cadangan; (2) Investasi/Penyertaan Modal Daerah; (3) Pembayaran Utang Pokok yang
Jatuh Tempo; dan (4) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan. Kebijakan
penganggaran Pemerintah Kabupaten Pemalang dari Tahun Anggaran 2009 sampai dengan 2013 adalah anggaran defisit. Kebijakan tersebut terutama untuk mendukung kebutuhan
belanja dalam pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Kebijakan defisit ini secara cermat juga memperhitungkan realisasi SILPA pada tahun anggaran sebelumnya sebagai sumber
pembiayaan utama untuk menutup defisit yang ada.
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
‐5
Laporan Akhir
TABEL IX. 3 PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN DAERAH DALAM 5 TAHUN TERAKHIR Sumber: Tim Penyusun, 2014
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
‐6
(RPI2-JM) Kabupaten PemalangTahun 2014
Laporan Akhir
9.2. PROFIL PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA (APBN, APBD PROV, APBD KAB./KOTA, SWASTA, MASYARAKAT)
9.2.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN
Perkembangan investasi pembangunan Cipta Karya yang bersumber dari dana APBN
Kabupaten selama kurun waktu 3 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL IX. 4 PERKEMBANGAN ALOKASI APBN UNTUK PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DALAM 3 TAHUN TERAKHIR
Sektor 2011 2012 2013
Pengembangan 21.875.000 22.695.000 Air Minum 21.695.000 Pengembangan 5.299.000 7.149.000 7.524.000
PLP Pengembangan 1.150.000 1.150.000 1.350.000
Permukiman Penataan 17.079.900 17.107.500 14.640.00
Bangunan & Lingkungan Total 45.403.900 48.101.500 32.033.000
Sumber: Laporan LPKJ Kabupaten Pemalang Tahun 2011‐2013 dan Tim Penyusun, 2014
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi APBN yang diberikan untuk Kabupaten Pemalang mengalami
perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2011, alokasi APBN sebesar Rp.
45.403.900,00 48.101.500, .
00 mengalami peningkatan menjadi RP. kemudian menurun di tahun 2013 32.033.000 ,00.
menjadi Rp. 9.2.2.
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD
Perkembangan investasi pembangunan Cipta Karya yang bersumber dar dana APBD
Kabupaten selama kurun waktu 3 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL IX. 5 PERKEMBANGAN ALOKASI APBD UNTUK PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DALAM 3 TAHUN TERAKHIR
2011 2012 2013 Sektor Alokasi Alokasi Alokasi Pengembangan 3.245.000 2.695.000 2.195.000
Air Minum Pengembangan 2.364.625 1.094.625 1.109.625 PLP
Pengembangan 970.000 2.270.000 670.000 Permukiman Penataan
4.648.600 2.565.710 2.337.000 Bangunan & Lingkungan Total 11.228.225 8.625.335 6.311.625 APBD Cipta Karya
Sumber: Laporan LPKJ Kabupaten Pemalang Tahun 2011‐2013 dan Tim Penyusun, 2014
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui perkembangan alokasi APBD di sektor Cipta
Karya mengalami penurunan. Pada tahun 2011, alokasi APBD di sektor Cipta Karya sebesar
11.228.225 tahn 8.625.335 dan 2012 mengalami penurunan menjadi Rp. pada tahun 2013 menurun
kembali 6.311.625
Prosentase
alokasi dana APBD terbesar untuk tahun 2011 ada di sektor pengembangan bangunan dan lingkungan yaitu sebanyak 4.648.600 diuruta kedua sektor pengembangan air minum
dan diurutan ketiga sektor pengembangan PLP. Tahun 2012, alokasi dana APBD terbesar ada di sektor air minum sebesar, diurutan kedua pengembangan PBL, urutan ketiga pengembangan
permukiman dan diurutan terakhir pengembangan PLP.
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
‐7
Laporan Akhir
9.3. PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
9.3.1. Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan
Proyeksi
APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis.
ABEL IX. 6 PROYEKSI PENDAPATAN APBD KABUPATEN PEMALANG DALAM 5 TAHUN TERAKHIR TAHUN URAIAN PENDAPATAN 2013 2014 2015 2016 2017
Pendapat an Asli Daerah 46, 241, 234, 280 45, 143, 670, 120 43, 654, 908, 907 42, 907, 986, 879 40, 097, 856, 832
Dana Perimbangan 674, 370, 563, 767 698, 097, 356, 009 702, 987, 034, 002 730, 0987, 345, 005 760, 005, 874, 768
Lain-lain Pendapat an 334, 052, 009, 712 365, 987, 098, 643 380, 764, 968, 543 402, 9745, 342, 764 405, 9768, 435, 867
PENDAPATAN ASLI DAERAH Paj ak daerah 13, 805, 454, 132 15, 955, 064, 087 16, 885, 304, 112 17, 005, 215, 702 18, 145, 904, 100 Ret ribusi daerah 50, 731, 464, 074 54, 546, 897, 009 56, 987, 009, 657 58, 909, 045, 879 60, 907, 986, 983 BUMD 2, 328, 334, 066 2, 500, 846, 904 2, 800, 869, 345 3, 008, 997, 098 3, 245, 7856, 009 JUMLAH 15, 755, 067, 541 97. 147. 907. 534 78. 567. 281. 991 80. 817. 357. 556 113. 612. 404. 830 Lain2 PAD yg sah 1, 508, 641, 473, 217 1, 654, 099, 534 1, 894, 098, 877 2, 008, 657, 432 2, 100, 657, 738Sumber: Tim Penyusun, 2014
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
‐8
(RPI2-JM) Kabupaten PemalangTahun 2014
Laporan Akhir
dari perhitungan proyeksi pendapatan APBD Kabupaten Pemalang, dapat diproyeksikan total pendapatan 113. 612. 404. 830 Kabupaten Pemalang sampai dengan tahun 2017 sebesar Rp. dengan
perincian PAD sebesar dana perimbangan, pajak daerah, retibusi, BUMD dan lain‐lain PAD yang sah.
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah
setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan
sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung
NPS dalam 3‐5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam
bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah ‐ Belanja Wajib NPS
= (PAD+DAU+DBH+DAK) ‐ (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah
Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga,
belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan yang berlaku.
Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan.
Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit
APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan
bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah,
Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari
jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi
persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah
untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan
peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.
DSCR = PAD + DAU + DBH + DBHDR – Belanja Wajib Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
‐9 Laporan Akhir
Batas jumlah pinjaman merupakan batas paling tinggi yang dianggap layak menjadi beban
APBD menurut PP No. 107 Tahun 2000 yaitu tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum
APBD tahun sebelumnya.
9.3.2. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Rencana Kerjasama pemerintah dengan swasta di bidang Cipta Karya meliputi beberapa kegiatan
yang ada di sektor cipta karya. Digharapkan, dengan adanya kerjasama ini dapat menjadi sumber alternatif pendanaan yang dapat diterapkan dalam kegiatan sektor cipta karya. Namun rencana
kerjasama antara pemerintah Kabupaten Pemalang dan swasta hanya ada pada satu kegiatan.
Kegiatan yang menggunakan pembiayaan dari sektor swasta dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL IX. 7 PROYEK POTENSIAL YANG DAPAT DIBIAYAI SEKTOR SWASTA (DALAM RIBUAN RUPIAH)
Sektor Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan
Permukiman Kegiatan PAMSIMAS Rp.penataan 4.400.000, 00 bangunan
dan lingkungan
Sumber: Tim Penyusun, 2014
9.4. KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Keterpaduan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dilakukan untuk
melihat tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya
yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
9.4.1. Kemampuan Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan daerah yang dapat digunakan dalam membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2‐JM bidang Cipta Karya dapat dilihat pada uraian berikut ini :
a) Proyeksi
dana dari pemerintah pusat (APBN) Kemampuan
pendanaan yang berasal dari APBN dapat diproyeksikan dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Proyeksi kemampuan pendanaan dari
APBN dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL IX. 8 PROYEKSI PENDANAAN DARI PEMERINTAH PUSAT SELAMA Sektor 2014 2015 2016
Pengembangan 21.875.000 22.695.000 21.695.000
Air MinumPengembangan 5.299.000 7.149.000 7.524.000
PLP
Pengembangan 1.150.000 1.150.000 1.350.000
Permukiman PenataanBangunan & Lingkungan 17.079.900 17.107.500 14.640.00
Total 45.403.900 48.101.500 32.033.000
Sumber: Tim Penyusun, 2014
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
‐10 Laporan Akhir
Dari
tabel diatas dapat diketahui proyeksi besaran pendanaan bidang Cipta Karya dari APBN dengan menggunakan asusmsi terjadi peningkatan 10% setiap tahunnya. Total proyeksi pendanaan
untuk tahun 2015 sebesar Rp. 48.101.500 dan tahun 2016 sebesar Rp., 32.033.000.
9.4.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi
kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2‐JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan
infrastruktur permukiman. a.
Strategi Peningkatan DDUB oleh Kabupaten/Kota
Strategi peningkatan pendanaan DDUB oleh Kabupaten Pemalang dapat dilakukan melalui peningkatan
penerimaan daerah yang dialokasikan untuk DDUB. Dana
Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) merupakan dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota.
DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya, sehingga dalam upaya peningkatan pendanaan melalui
DDUB, Pemerintah Kabupaten Pemalang perlu membuat komitmen dalam rencana pengembangan dan investasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemeritah
Kabupaten Pemalang sehingga pengalokasian dana DDUB dapat terealisasi. b.
Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran
Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan kemandirian
kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan strategi
kebijakan keuangan daerah berikut: 1. Mengoptimalisasikan sumber‐sumber pendapatan daerah – khususnya sumber‐sumber
Pendapatan Asli Daerah – melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan restribusi
daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang‐undangan. 2. Meningkatkan
penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi daerah.
3. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pemungut penerimaan daerah yang bersifat mobilitas
maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan. 4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang‐bidang yang berhubungan dengan penerimaan
daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah. 5. Penataan
performance budget melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisiensi, efektif
dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah. 6. Peninjauan kembali berbagai kebijakan Pemerintah Kabupaten Pemalang, terutama yang terkait
dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah. Selain
melalui optimalisasi penerimaan pendapatan, maka untuk meningkatkan penerimaan daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan dana perimbangan. Berlakunya Undang‐undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, membawa
perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Undang‐undang tersebut pada prinsipnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
‐11 Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah IX
c) Perusahaan
ini Perusahaan Daerah dianggap kurang tepat bila disebut sebagai lembaga korporasi, khususnya, dikaitkan dengan upaya pemberdayaan BUMD agar dapat menjadi salah
kepada benchmarking kinerja yang sesuai dengan perusahaan sejenis;Pengkajian secara komprehensif terhadap keberadaan Perusahaan Daerah, karena selama
menentukan target kuantitatif dan kualitatif yang menjadi performance indicator yang harus dicapai oleh manajemen, misalnya Return On Equity (ROE) tertentu yang didasarkan
secara langsung melalui berbagai bentuk perizinan, aturan, dan petunjuk menjadi kontrol yang berorientasi kepada hasil. Artinya Pemerintah Daerah selaku pemegang saham hanya
yang ditujukan untuk membuat setiap Perusahaan Daerah menghasilkan laba termasuk mengubah mekanisme pengendalian oleh Pemerintah Daerah yang semula kontrol
Langkah ‐langkah untuk meningkatkan kinerja dan kesehatan Perusahaan Daerah, yaitu tindakan
Restrukturisasi Perusahaan Daerah
dan luar negeri berminat melakukan kerjasama dengan BUMD terpilih untuk selanjutnya membentuk Joint Venture/Joint Operation Company (JV/OC). 2.
Daerah mampu berperan sebagai countervailing power terhadap kekuatan ekonomi yang ada melalui pola kemitraan. Diharapkan berbagai perusahaan swasta dalam
d) Perusahaan
pertumbuhan perekonomian daerah melalui multiplier effect yang tercipta dari kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja dan kepedulian social;
Daerah mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupun deviden dan mendorong
kontinuitas pelayanan;
‐12
b) Perusahaan Daerah adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas dan
daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat;
a) Perusahaan Daerah sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat mendayagunakan aset
Reformasi Misi Perusahaan Daerah
daerah dapat ditempuh melalui strategi : 1.
Pemberdayaan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan
Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah
Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah. c.
APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik. 2.
Tengah untuk untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN dan
Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa
dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah mendapatkan pembagian dana perimbangan. Untuk itu kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan dana perimbangan antara lain melalui: 1.
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Seiring dengan peningkatan pembangunan tersebut, maka pemerintah daerah berdasarkan asas desentralisasi,
daya keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan
satu sumber keuangan daerah;
Laporan Akhir
Restrukturisasi
Perusahaan Daerah dengan prinsip Good Corporate Governance dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu :
a) Kelompok
Perusahaan Daerah PDAM dimana tersedia berbagai pilihan restrukturisasi Perusahaan
yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi yang tersedia;
b) Kelompok Perusahaan Daerah Non PDAM, dapat diselesaikan secara kasus per kasus dengan
berbagai pilihan sesuai dengan visi pengelolaan Perusahaan Daerah yang bersangkutan.
3.
Profitisasi Perusahaan Daerah
Profitisasi Perusahaan Daerah dalam rangka menghasilkan keuntungan atau laba serta memberikan
kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Melakukan proses penyehatan perusahaan secara menyeluruh dengan meningkatkan kompetensi
manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia;
b) Mengarahkan
Perusahaan Daerah untuk dapat berbisnis secara terfokus dan terspesialisasi dengan pengelolaan yang bersih, transparan dan professional;
c) Bagi
Perusahaan Daerah yang misi utama untuk pelayanan publik dan pelayanan sosial, diberikan sasaran kuantitatif dan kualitatif tertentu;
d) Memberdayakan Direksi dan Badan Pengawas yang dipilih dan bekerja berdasarkan profesionalisme
melalui proses fit and proper test;
e) Merumuskan
kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga produk (minimal
menyesuaikan dengan inflasi, tarif listrik, BBM, dan lain‐lain) untuk menghindarkan biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih. 4.
Privatisasi Perusahaan Daerah
Privatisasi utamanya bertujuan agar Perusahaan Daerah terbebaskan dari intervensi langsung
birokrasi dan dapat mewujudkan pengelolaan bisnis yang efisien, profesional dan transparan.
Diharapkan setelah melalui tahapan restrukturisasi, pihak perusahaan swasta akan berminat mengembangkan usaha dengan cara melakukan aliansi strategis dengan
Perusahaan Daerah, dan bila memungkinkan untuk Perusahaan Daerah yang sehat dan memiliki
prospek bisnis dapat menawarkan penjualan saham melalui Pasar Modal yang didahului Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan Perusahaan Daerah yang usahanya bersinggungan dengan kepentingan umum dan bergerak dalam penyediaan fasilitas
publik ditujukan agar pengelolaan usahanya menjadi lebih efisien, transparan, profesional.