BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN - DOCRPIJM 1502076931BAB 9 RPI2JM

BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkat belanja pembangunan

  prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping pembangunan prasarana baru, pemerintah daerah juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat melalui Ditjen Cipta Karya berupa dana stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Alrternatif pembiayaan dari masyarakat dan sector swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang cipta karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2JM pada dasarnya bertujuan untuk: a.

  Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya, b.

  Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, c.

  Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

  Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintahan Pusat yaitu politik luar negeri, ertanahan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. 2)

  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan, meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah. 3)

  Peraturan Pemerintah Nomor 55 tentang Dana Perimbangan Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan, sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan alokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan criteria umu, criteria khusus, dan criteria teknis. 4)

  Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

  Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota, meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan. 5)

  Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan injaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah, Pemda wajib memenuhi persyaratan: a.

  Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan b.

  Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5, c.

  Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman, d.

  Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah, e.

  Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD. 6)

  Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan Perubahan Perpres 13/2010 dan Perpres 56/2010). Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan. 7)

  Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011) Struktur APBD terdiri dari: a.

  Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbagan, dan Pendapatan Lain yang Sah, b. Belanja daerah, meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung, c.

  Pembiayaan daerah, meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. 8)

  Peraturan Menteri PU Nomor 15 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur.

  Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, dengan ruang lingkup dan kriteria sebagai berikut: a.

  Bidang infrastruktur air minum. DAK air minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium

  Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  • Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah,
  • Tingkat kerawanan air minum.

  b.

  Bidang infrastruktur sanitasi. DAK sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs, dengan kriteria teknis:

  • Kerawanan sanitasi,
  • Cakupan pelayanan sanitasi.

  9) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman

  Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri. Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sector. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang ipta Karya yang dibahas dalam RPI2JM meliputi: 1)

  Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja Tingkat Provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2) Dana APBD Provinsi meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah Provinsi untuk pembangunan

  3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama

  (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota. 4)

  Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR). 5) Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat. 6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah dibangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan member manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2 Profil APBD Kabupaten Jembrana

  Aspek keuangan dalam penyusunan RPI2JM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten Jembrana.

  Pembahasan aspek ekonomi dala penyusunan RPI2JM perlu memperhatikan hasil total dan produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumber daya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa yang menerima hasil kegiatan tersebut.

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Selanjutnya Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.

  Kemudian Penerimaan Daerah terdiri dari pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah. Pendapatan Daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Sedangkan Penerimaan anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Dalam penyusunan APBD seluruh pendapatan daerah dan pembiayaan daerah dianggarkan secara bruto.

  Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pendanaan Pengelolaan Keuangan Daerah ditetapkan bahwa struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah meliputi:

  a) Pendapatan Daerah

  b) Belanja Daerah c) Pembiayaan Daerah.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD).

  Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan”.

  Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas (subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan Pendapatan Asli Daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang lebih luas tidak hanya ditinjau dan segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan Asli Daerah itu sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, menambah akuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah yang dimaksud dikelompokkan atas: a.

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.

  b.

  Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan c. Lain – lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang terdiri dari Hibah, Dana Darurat,

  Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Kepada Kabupaten/ Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus dan Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau Dari Pemerintah Daerah Lainnya.

  Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak dan Retribusi Daerah dan Undang

  • – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Daerah Sumber Pendapatan Daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain – lain Pendapatan Daerah Yang Sah.

  

Tabel 9. 1:

Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2009

  • – 2013 TAHUN ANGGARAN (Rp. 000) NO U R A I A N

  2009 2010 2011 2012 2013

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  

1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 20,755,682,446.00 32,824,809,067.68 36,247,620,073.57 51,525,703,700.74 54,730,108,621.00

  • Pajak Daerah 4,739,533,500.00 4,951,713,525.00 9,047,420,747.00 10,013,205,822.02 18,512,225,000.00
  • Retribusi Daerah 7,606,105,010.00 8,518,150,760.00 5,204,860,317.00 7,409,972,500.00 8,306,800,000.00
  • Hasil Perusahaan 2,039,753,869.00 2,039,752,869.16 2,602,468,853.00 2,850,000,000.00 2,805,000,000.00
  • Lain-lain PAD yg Sah 6,370,290,067.00 17,315,191,913.52 19,392,870,156.57 31,252,525,378.72 25,106,083,621.00
  • Bagi Hasil Pajak/Bukan 24,403,939,517.00 26,439,722,010.00 20,565,601,651.00 24,339,694,059.00 15,274,007,353.20
  • Dana Alokasi Umum (DAU) 306,361,821,000.00 308,567,032,000.00 339,501,986,000.00 396,762,339,000.00 450,919,726,000.00
  • Dana Alokasi Khusus (DAK) 51,898,000,000.00 34,720,800,000.00 35,488,400,000.00 40,170,350,000.00 45,403,270,000.00
  • Transfer Pemerintah Daerah 0.00 29,515,800,400.00 31,193,860,760.00

  0.00

  0.00

  

3 Lain-Lain Pendapatan Daerah Sah 50,592,165,250.00 54,661,281,549.63 96,659,082,971.40 142,631,804,542.73 127,400,047,213.38

  • H I B A H

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  • Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemda 39,857,224,000.00 48,873,180,630.02 62,799,207,971.40 81,992,973,149.53 72,868,021,213.38
  • Dana Penyesuaian Otonomi

  0.00 0.00 32,073,035,000.00 51,680,144,000.00 51,680,144,000.00 Khusus

  • Bantuan Keuangan Provinsi/Pemda 10,734,941,250.00 5,788,100,919.61 1,786,840,000.00 8,958,687,393.20 2,851,882,000.00

  T O T A L 454,011,608,213.00 486,729,445,027.31 559,656,551,455.97 655,429,891,302.47 693,727,159,187.58 Sumber : Bagian Keuangan Setda Kabupaten Jembrana

KABUPATEN JEMBRANA 2014

  IX- 8

2. Belanja Daerah

  Belanja Daerah sebagaimana tertuang dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan atau urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dilaksanakan bersama antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang – undangan.

  Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 beserta revisinya dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Struktur Belanja Kabupaten Jembrana untuk tahun anggaran 2009 – 2013 dikelompokkan menjadi:

  1. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, Belanja Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga.

  2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang dianggarkan pada belanja SKPD yang bersangkutan seperti: Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal.

Tabel 9.2 : Perkembangan Belanja Daerah Kab. Jembrana Tahun 2009

  • – 2013 TAHUN ANGGARAN (Rp. 000) NO U R A I A N 2009 2010 2011 2012 2013

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  

1 BELANJA TIDAK 315,071,569,569.90 368,681,378,211.95 383,875,590,035.80 427,681,191,521.52 465,555,084,129.59

LANGSUNG

  • Belanja Pegawai 248,122,606,377.90 299,884,064,999.95 328,619,692,391.01 360,976,618,598.04 95.948.485.695,48
  • Belanja Subsidi 1,000,000,000.00 66,586,000.00

  0.00

  0.00

  0.00

  • Belanja Hibah 21,496,480,132.00 30,415,000,000.00 14,248,996,000.00 25,461,250,000.00 16.120.654.174,17
  • Belanja Bantuan Sosial 21,046,619,000.00 19,862,026,562.00 17,484,405,000.00 60,000,000.00 3,410,000,000.00
  • Belanja Bagi Hasil 324,638,750.00 494,638,750.00 5,039,983,791.22 7,888,318,627.86 8.528.288.039,07
  • Belanja Bantuan 20,695,725,310.00 17,448,005,000.00 17,982,512,853.57 32,895,004,295.62 41.247.656.220,87

  Keuangan

  • Belanja Tidak Terduga 2,385,500,000.00 511,056,900.00 500,000,000.00 400,000,000.00 300,000,000.00

  

2 BELANJA 198,847,504,941.08 182,309,958,197.79 231,552,041,652.91 301,032,008,341.38 332,299,808,245.37

LANGSUNG

  • Belanja Pegawai 8,583,008,000.00 5,071,336,500.00 8,606,141,000.00 32,214,486,720.00 35.707,699,711.00
  • Belanja Barang dan 92,717,365,339.00 99,530,991,906.00 126,590,886,441.91 123,738,089,424.72 143,317,455,258.33

  Jasa

  • Belanja Modal 97,547,131,602.08 77,707,629,791.79 96,355,014,211.00 145,079,432,196.66 157,274,653,276.04

  T O T A L 513,919,074,510.98 550,991,336,409.74 615,427,631,688.71 728,713,199,862.90 797,854,892,374.96 Sumber: Bagian Keuangan Setda Kabupaten Jembrana

KABUPATEN JEMBRANA 2014

  IX-10

3. Pembiayaan Daerah

  Pembiayaan daerah terdiri dari: 1. Penerimaan Pembiayaan yang mencakup: sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah.

  2. Pengeluaran Pembiayaan yang mencakup: pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman daerah serta antara Anggaran Pendapatan Daerah mengakibatkan surplus atau defisit anggaran.

  • – Berikut adalah tabel realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2009 2013 sebagai berikut:

  Tabel 9. 3: Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2011 – 2013 PEMBIAYAAN Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 DAERAH Rp % Rp % Rp % Penerimaan Pembiayaan 62,099,080,232.74 82,478,939,331.67 66,326,883,156.99 Penggunaan Silpa 55,871,080,232.74 89.97 77,283,939,331.67 93.70 61,063,989,381.99

  92.07 Pencairan Dana Cadangan

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00 Penerimaan dan Obligasi Daerah

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00 Penerimaan Kembali Pinjaman 1,228,000,000.00

  1.98

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00 Pemberian Dana Talangan 5,000,000,000.00 8.05 5,000,000,000.00 6.06 5,200,000,000.00

  7.84 Dana Bergulir

  0.00 0.00 195,000,000.00 0.24 62,893,775.00

  1.21

  Pengeluaran Pembiayan 6,238,000,000.00 9,195,630,771.24 9,468,439,106.02 Pembentukan Dana Cadangan

  0.00

  Relisasi investasi di Kabupaten Jembrana berasal dari Alokasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). PMA hanya tercatat pada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Bali, sedangkan untuk PMDN tercatat di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah & Penanaman Modal Kabupaten Jembrana. Sesuai dengan pendataan yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Penanaman Modal/Investasi Kabupaten Jembrana Tahun 2012 bahawa

  Salah satu faktor utama yang menentukan daya saing daerah adalah kondisi iklim investasi yang terdapat didaerah tersebut. Alasannya karena kemampuan daerah untuk menarik investor sangat ditentukan oleh kondisi iklim investasi daerah tersebut. Sedangkan peningkatan kegiatan investasi tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan dari daerah dalam memberikan pelayanan dan keamanan bagi investor yang akan atau telah menanamkan investasinya. Iklim yang mendukung kegiatan investasi tersebut antara lain: keamanan, perizinan, ketersediaan sarana dan prasarana. iklim berinvestasi ditunjukkan oleh: 1) Angka kriminalitas, 2) jumlah demonstrasi, 3) Lama Proses Perijinan, dan 4) Persentase desa berstatus swasembada.

  54.92 Sumber: Bagian Keuangan Setda Kabupaten Jembrana

  11.28 Pengeluaran Dana Talangan 5,000,000,000.00 80.15 5,000,000,000.00 6.06 5,200,000,000.00

  0.00 Pinjaman Daerah Dana Bergulir 1,228,000,000.00 19.69 995,630,771.24 10.83 1,068,439,106.02

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  33.80 Pembayaran Pokok Utang

  0.00 Penyertaan Modal 10,000,000.00 0.16 3,200,000,000.00 34.80 3,200,000,000.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

9.2 Profil Investasi dan Proyeksi Investasi

  Pertumbuhaninvestasi di Kabupaten Jembrana dari tahun 2008-2012 seperti tabel berikut dan mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2010 sebesar 167,8%.

  Perkembangan investasi di Kabupaten Jembrana dari tahun 2010

  • – 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9.6. Perkembangan Nilai Investasi

  

No. Tahun Investasi

1 2010 111.618.200.000,00 2 2011 142.363.955.925,80

  2012 101.646.637.254,88

3 Sumber : Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Jembrana

9.3 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

  Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2JM, maka Pemerintah Kabupaten Jembrana menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Strategi peningkatan investasi bidang Cipta Karya di Kabupaten Jembrana yang telah disusn selama ini diantaranya:

  a) Strategi peningkatan DDUB

  b) Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran

  c) Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahan daerah

  d) Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya e)

  Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada f)

  Strategi pengembangan infrastruktur skala regional, dan

  g) Strategi peningkatan Kerjasama Pemerintah dan Swasta di Bidang Perumahan dan Permukiman.

  Potensi investasi yang sangat potensial di Kabupaten Jembrana yang dapat dibiayai dengan KPS dalam 5 tahun ke depan, diantaranya: a.

  Pengembangan Obyek Wisata Pantai Gilimanuk

  Obyek wisata Gilimanuk terletak di ujung barat Kabupaten Jembrana berbatasan dengan Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Pada kawasan Gilimanuk terdapat berbagai kegiatan Penyebrangan ke Pulau Jawa- Bali, Terminal, Kegiatan Perdagangan, Kegiatan Pariwisata seperti rekreasi Pantai Teluk Gilimanuk, Taman Nasional Bali Barat, Rekreasi Laut Pulau Burung, Pulau Kalong, Monumen Lintas Laut, Pulau Menjangan.

  b.

  Pengembangan Obyek Wisata delob Berawah Berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah TK, I Bali No. 528 Tahun 1993 tentang

  15 Kawasan Pariwisata di Bali yang dapat dikembangkan sebagai daerah tujuang wisata, salah satunya adalah Pantai Delod Berawah. Kawasan ini diprioritaskan sebagai untuk kawasan:

  • Kawasan Wisata Air di Pantai Delod Berawah - Kawasan Mekepung (Karapan Kerbau) yang dilaksanakan setiap tahun
  • Areal Play Ground - Kawasan Akomodasi Wisata - Kawasan Perdagangan - Kawasan Suci, tempat melaksanakan upacara keagamaan.

  c.

  Rencana Pengembangan Jalan Tol Gilimanuk-Pengambengan-Pengragoan.

  Rencana Pembangunan Jalan Tol dari ujung barat sampai ujung timur Kabupaten Jembrana atau dari Gilimanuk sampai desa Pengragoan kecamatan Pekutatan perbatasan Kabupaten Tabanan Propinsi Bali melewati pinggir pantai sepanjang kurang lebih 78 Km merupakan jalan alteri primer yang nantinya menghubungkan arus lalu lintas dari/ke Jawa - Bali dan Nusa Tenggara Barat. Kajian rencana pembangunan Jalan Tol ini sudah dilakukan oleh pemerintah. Pembangunan jalan tol diperlukan dikarenakan: 1)

  Pertumbuhan arus lalu lintas terus meningkat dari tahun ke tahun 2)

  Terjadinya kerusakan perkerasan yang lebih cepat 3)

  Jalan yang relatif sempit untuk ukuran jalanarteri primer 4)

  Jumlah kecelakaan yang yang tinggi, kondisi jalan berliku dengan tanjakan curam

  5) Ruas jalan Gilimanuk-Tabanan merupakansatu-satunya ruas jalan utama,

  Pembangunan tersebut memerlukan pendanaan yang cukup besar sehingga memerlukan kerjasama dengan pihak investor.

Gambar 9.1 Gambar Situasi Rencana Pembangunan Jalan Tol d.

  Rencana Pembangunan Pasar Tradisional Pemerintah Kabupaten Jembrana telah melaksanakan studi perencanaan/kajian pembangunan pasar tradisional, salah satunya adalah pembangunan pasar

  2

  tradisional di Kecamatan Negara yang didirikan di atas tanah 6.036 m di bekas areal bioskop di jalan Ngurah Rai Negara. Pasar direncanakan dibanguan berlantai 4, dimana pasar di bangun secara moderen. Selain berfungsi sebagai sarana perdagangan, pasar ini juga berfungsi sebagai sarana seni dan budaya. Untuk itu pasar tersebut perlu dikelola secara profesional. Pembangunan pasar dan pengoperasian pasar dilakukan dapat dilakukan bekerjasama dengan pihak investor.