DOCRPIJM 571bf9f20c BAB VBAB 5 KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  85

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  BAB. V KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

5.1 POTENSI PENDANAAN APBD

  Kebijakan umum belanja daerah Kabupaten Indragiri Hilir selama tahun anggaran 2009- 2013 adalah sebagai berikut:

  1. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

  2. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

  3. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

  4. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  5. Penggunaan dana perimbangan diprioritaskan untuk kebutuhan sebagai berikut :

  a. Penerimaan dana bagi hasil pajak diprioritaskan untuk mendanai perbaikan lingkunganpemukiman diperkotaan dan diperdesaan, pembangunan irigasi, jaringan jalan dan jembatan;

  b. Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam diutamakan pengalokasiannya untuk mendanai pelestarian lingkungan areal pertambangan, perbaikan dan penyediaan

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  86

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  fasilitas umum dan fasilitas sosial, fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk tercapainya standar pelayanan minimal yang ditetapkan peraturan perundangundangan; c. Dana alokasi umum diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan pegawai, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat; d. Dana alokasi khusus digunakan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.

  6. Belanja Tidak Langsung.

  Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung meliputi : a. Belanja Pegawai.

  1) Untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, mutasi dan penambahan PNSD, diperhitungkan acress yang besarnya dibatasi maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai (gaji pokok dan tunjangan);

  2) Besarnya penganggaran gaji pokok dan tujangan PNSD disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD yang ditetapkan pemerintah;

  3) Dalam upaya meningkatkan kinerja aparatur, daerah memberikan tambahan penghasilan bagi PNSD/CPNSD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah, yang didasarkan pada pertimbangan beban kerja, prestasi kerja, kondisi kerja, tempat bertugas dan kelangkaan profesi yang dapat dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan;

  4) Pemberian biaya Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah dalam bentuk pemberian insentif sejalan dengan kinerja organisasi dalam pencapaian target yang ditetapkan.

  Insentif diberikan atas dasar kebutuhan rill bagi aparat yang terkait dengan proses pemungutan pajak daerah, yang besaran insentifnya didasarkan pada pertimbangan asas kepatutan dan kewajaran yang dikaitkan dengan bobot tanggung jawab, peran, beban kerja, prestasi dan lokasi kerja serta tidak melebihi 5% dari target penerimaan pajak daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  87

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  5) Penyediaan anggaran untuk penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi PNSD berpedoman pada peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 138/MENKES/PB/II/2009 tentang Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan bagi peserta PT.Askes (Persero) dan anggota keluarganya di Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit Daerah;

  6) Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain Pimpinan dan Anggota DPRD serta belanja penunjang kegiatan didasarkan pada : a) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007;

  b) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah, Penganggaran dan Pertanggung jawaban Penggunaan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional.

  7) Belanja Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

  Penganggaran belanja Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 8) Belanja Bunga.

  Belanja Bunga dianggarkan untuk pembayaran bunga atas pinjaman daerah, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang yang dianggarkan didalam APBD sesuai dengan hasil rekonsiliasi yang dilakukan. 9) Belanja Subsidi.

  Belanja Subsidi hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga produksinya terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas.Produk yang diberi subsidi merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  88

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  banyak serta terlebih dahulu dilakukan pengkajian agar tepat sasaran dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

  10) Belanja Hibah.

  Pemberian Hibah berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 32 Tahun 2011 tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang bertujuan untuk mendukung fungsi penyelenggaraan pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik dan selektif dengan pempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

  11) Bantuan Sosial.

  Penganggaran pemberian bantuan sosial diperuntukkan kepada individu, keluarga dan atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik bencana atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum seta lembaga non pemerintahan, bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lainnya yang berperan untuk melindungi individu kelompok dan atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial yang dilakukan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan penggunaannya;

  12) Belanja Bantuan Keuangan.

  Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum maupun bersifat khusus.Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir pada Tahun 2010-2013 mengalokasikan bantuan keuangan kepada pemerintah desa dalam rangka menunjang fungsi-fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa untuk percepatan/akselerasi pembangunan desa dalam bentuk Program Desa Mandiri, selain itu juga adanya belanja bantuan kepada partai politik yang dilakukan sesuai peroleh suara pada Pemilu Legislatif yang disyahkan oleh KPU (PP No. 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan pada Partai Politik). 13) Belanja Tidak Terduga.

  Penganggaran belanja tidak terduga dipergunakan untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang (penanggulangan bencana

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  89

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  alam, bencana sosial), serta termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup yaitu adanya pengembalian Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) yang tidak terserap pada tahun anggaran 2012.

  7. Belanja Langsung.

  Kebijaksanaan pengeluaran belanja langsung, antara lain untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, memelihara hasil-hasil pembangunan, serta mengakomodir aspirasi masyarakat melalui RKPD sesuai skala prioritas dan ketersediaan dana dan melakukan penghematan dan efisiensi pengeluaran belanja langsung dengan catatan dan tidak akan mengganggu kelancaran tugas satuan/unit kerja daerah.

  Sementara itu kebijaksanaan dibidang pembangunan pada prinsipnya masih diarahkan untuk meningkatkan perekonomian daerah, menstimulir sektor swasta, memperluas lapangan kerja, mendorong peningkatan produksi dalam negeri baik untuk penggunaan dalam negeri maupun eksport. Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2009 - 2013, telah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Dalam merencanakan alokasi belanja untuk setiap kegiatan, dilakukan analisis beban kerja dan kewajaran biaya yang dikaitkan dengan output yang dihasilkan dari satu kegiatan, untuk menghindari adanya pemborosan;

  b. Terhadap kegiatan pembangunan fisik, diupayakan proporsi belanja modal lebih besar dibanding dengan belanja pegawai atau belanja barang dan jasa.

  Selanjutnya dalam pengelolaan belanja langsung telah dilakukan berbagai kebijakan, yang meliputi : a. Belanja Pegawai.

  1) Penganggaran honorarium bagi PNSD supaya dibatasi sesuai dengan tingkat kewajaran dan beban tugas. Dasar penghitungan besaran honorarium disesuaikan dengan standar yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah;

  2) Penganggaran honorarium Non PNSD hanya dapat disediakan bagi pegawai tidak tetap yang benar-benar memiliki peranan dan kontribusi serta yang terkait

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  90

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  langsung dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan di masing-masing SKPD, termasuk narasumber/tenaga ahli di luar Instansi Pemerintah.

  b. Belanja Barang dan Jasa.

  Penganggaran Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk penyediaan barang dan jasa kebutuhan kantor serta pihak ketiga/masyarakat yang meliputi : 1) Belanja barang pakai habis, belanja sewa (rumah/gedung/tempat, sarana mobilitas, perlengkapan dan peralatan kantor) yang disesuaikan dengan kebutuhan riil dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, dengan mempertimbangkan jumlah pegawai dan volume pekerjaan;

  2) Penganggaran belanja perjalanan dinas daerah, baik perjalanan dinas dalam daerah maupun perjalanan dinas luar daerah diupayakan untuk selektif dengan frekuensi dan jumlah hari yang dibatasi;

  3) Untuk perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja, studi banding penyelenggaraan rapat-rapat yang dilaksanakan di luar kantor, workshop, seminar, lokakarya dan pelatihan juga dibatasi dengan melakukan seleksi terhadap pelaksanaan kegiatan yang benar-benar relevan dengan tupoksi SKPD sejalan dengan substansi kebijakan yang telah dirumuskan;

  4) Upah tenaga kerja dan tenaga lainnya yang terkait dengan jasa pemeliharaan atau jasa konsultasi baik yang dilakukan secara swakelola maupun dengan pihak ketiga;

  5) Selanjutnya belanja barang jasa berupa barang yang akan diserahkan kepada masyarakat mulai tahun anggaran 2013 dianggarkan melalui belanja barang jasa dan tidak dicatat sebagai aset pemerintah.

  c. Belanja Modal.

  Dalam menetapkan anggaran belanja modal untuk pengadaan barang inventaris agar dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan masing-masing SKPD, untuk itu dalam merencanakan anggaran terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pengkajian terhadap pengadaan barang-barang inventaris dimaksud, baik dari segi kondisi maupun umur ekonomisnya.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  91 RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021) Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.1.1. Proporsi Realisasi Belanja Daerah

  29.04

  88.04

  86.60

  83.91

  92.79

  2. Belanja Langsung

  17.79

  0.00

  87.38 Belanja Pegawai

  0.00

  59.91

  99.40 Belanja Tidak Terduga

  98.42

  99.87

  99.70

  99.00 100.00

  85.57

  95.36

  67.08

  83.79

  85.19 Sumber data: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2009-2013, Diolah

  86.24

  86.68

  86.16

  72.45

  94.42

  89.74 Belanja Modal

  88.70

  96.57

  85.36

  93.06

  97.80

  94.85 Belanja Barang dan Jasa

  91.96

  94.58

  95.76

  74.72 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi / Kabupaten / Kota dan Pemerintahan Desa

  92 Laporan Final

  Berdasarkan data laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah tahun 2009- 2013, dapat diketahui bahwa realisasi belanja daerah berkisar antara 83.26 persen sampai dengan 93.65 persen atau rata-rata realisasi tahunan mencapai sebesar 88.95 persen.

  83.26

  80.66

  88.58

  92.29

  95.07

  94.54

  1. Belanja Tidak langsung

  88.95

  88.29

  94.02

  89.36

  90.20

  93.65

  No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 Rerata Belanja

Tabel 3.15 Proporsi Belanja Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2009-2013

  Pada kelompok belanja tidak langsung diketahui bahwa realisasi belanja bantuan keuangan mencapai angka yang cukup tinggi yaitu berkisar pada 98.42 persen hingga 100 persen atau rata- rata 99.40 persen.Hal tersebut berarti serapan pada jenis belanja bantuan keuangan sangat tinggi dan hal tersebut diharapkan hasilnya dapat tepat sasaran. Sedangkan pada kelompok belanja langsung diperoleh bahwa jenis belanja pegawai juga memiliki serapan yang cukup tinggi yaitu berkisar pada 91.96 persen hingga 96.57 persen atau secara rata-rata sebesar 94.85 persen.

  Pada kelompok belanja tidak langsung terlihat adanya realisasi belanja yang tinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 95.07 persen yang selanjutnya mulai mengalami penurunan hingga angka 80,66 persen pada tahun 2013. Sedangkan untuk kelompok belanja langsung realisasi belanja paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 92.79 persen untuk selanjutnya berfluktuasi hingga angka 85.57 persen pada tahun 2013.

  90.10 Belanja Pegawai

  36.86

  79.92

  95.38

  95.07

  89.48

  80.31 Belanja Bantuan Sosial

  54.23

  67.05

  91.90

  92.98

  59.73 Belanja Hibah

  92.35

  30.25 Belanja Subsidi - 98.66 100.00 100.00

  3.12

  34.27

  13.84

  78.47 Belanja Bunga - 100.00

  80.47

  88.67

  42.05

  5 .2

  9 .2

  9 .5

  3

  RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021) Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  3

  6 .5 6 ,6

  6

  9

  4

  3 .9 1 .2 1 .4

  5

  8 ,0

  4

  1 .2

  2

  9

  9

  2 .7 1 .4

  4 .0

  2

  1 .5

  3

  4 ,2

  5

  7

  9 .0

  1 .4 1 .0

  9

  1 ,2

  7

  9 .1

  9

  6

  30

  6 .7

  2

  1.200.000.000.000,00 1.400.000.000.000,00 1.600.000.000.000,00 1.800.000.000.000,00 2.000.000.000.000,00

Gambar 3.2 Grafik Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2009-2013

  3

  7 ,1

  7

  8 .7

  1

  1 .0

  3

  5 .2

  3

  2 .6

  1

  5 .6

  9 ,5 1 1.

  55 9,

  59 7.

  72 3.

  48 4.

  83 0.

  31 6, 55 1.

  16 4.

  16 0.

  54 5, 57 1.

  04 6.

  38 4.

  64 8.

  37 5.

  60 8, 06 1.

  75 9.

  48 9.

  2

  • 200.000.000.000,00 400.000.000.000,00 600.000.000.000,00 800.000.000.000,00 1.000.000.000.000,00

  3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang memberikan

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  Sumber data: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2009-2013, Diolah

  93 Laporan Final

  Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Anggaran Realisasi

5.2 POTENSI PEMBIAYAAN APBN

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  4. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  6. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

  a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  7. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  94

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  8. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

  a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  9. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

  • Tingkat kerawanan air minum.
  • b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis: kerawanan sanitasi;
  • cakupan pelayanan sanitasi.
  • Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  95

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  10. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

  Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM bidanG Cipta Karya meliputi:

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

  Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  96

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

5.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN

  Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah.Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

  Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

  PDAM Tirta Indragiri milik Kabupaten Indragiri Hilir dinyatakan kurang sehat berdasarkan hasil audit dari BPP-SPAM tahun 2014. Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi costrecovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  97

  

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  98 Laporan Final

Tabel 9.8 Perkembangan KPS Bidang CK dalam 5 Tahun Terakhir

  Kegiatan Tahun Komponen KPS Satuan Volume Nilai (Rp) Skema KPS Ket

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) AM - - - - - - PBL - - - - - - Bangkim - - - - - - PLP - - - - - - Tidak terdapat KPS di Kabupaten Indragiri Hilir dalam 5 tahun terakhir.

5.4 STRATEGIS PENNGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

5.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 3.21 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2014 -2018 No.

  Uraian Realisasi 2013 (Rp. Juta) Proyeksi (Rp. Juta) 2014 2015 2016 2017 2018 PENDAPATAN ASLI DAERAH 80,512.22 107,879.12 101,423.76 117,559.71 142,287.28 152,610.55 1. Pajak Daerah

  14,131.08 19,509.89 22,802.37 25,626.27 24,487.08 28,370.74 2. Retribusi Daerah

  11,306.81 17,324.36 17,413.00 18,283.65 19,197.83 20,157.72 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 6,884.91 9,194.30 7,356.79 7,963.22 9,577.36 10,238.84

  4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 48,189.42 61,850.57 53,851.60 65,686.57 89,025.01 93,843.25

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  DANA 1,323,840.26 1,489,921.59 1,542,405.43 1,606,232.52 1,753,634.69 1,912,342.75

  PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil 501,186.49 575,505.41 582,268.44 598,088.68 644,676.47 692,488.70

  1. Bukan Pajak Dana Alokasi Umum 773,041.10 847,860.75 890,253.79 934,766.48 1,028,243.12 1,131,067.44

  2. Dana Alokasi Khusus 49,612.67 66,555.43 69,883.20 73,377.36 80,715.10 88,786.61 3.

  LAIN-LAIN PENDAPATAN 141,121.20 192,326.27 230,127.26 257,423.88 292,451.40 316,281.35 DAERAH YANG SAH Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

  51,203.03 87,203.82 123,207.78 132,263.43 147,746.78 151,594.77

  1. Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian 82,203.26 88,926.44 106,919.48 125,160.45 144,704.62 164,686.58

  2. dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau 7,714.90 14,196.00

  3. Pemerintah Daerah Lainnya Lain-lain Penerimaan 0.00 2000

  4. Yang Sah JUMLAH

  1,545,473.69 1,790,126.98 1,873,956.45 1,981,216.11 2,188,373.37 2,381,234.64 PENDAPATAN

Tabel 3.22 Proyeksi Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013 -2018 (Rp. Ribu)

  Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018 No

Belanja Tidak Langsung 417,322,500.25 460,548,248.76 508,299,442.15 561,046,058.56 619,310,687.06 663,670,586.61

Belanja Gaji dan Tunjangan 413,224,261.68 456,453,128.76 504,204,322.15 556,950,938.56 615,215,567.06 679,575,466.61

Belanja Penerimaan Anggota

dan Pimpinan DPRD serta 4,095,120 4,095,120 4,095,120 4,095,120 4,095,120 4,095,120

Operasional KDH/WKDH

  Belanja Bunga 3,118.57 Belanja Bagi Hasil

Belanja Langsung 48,216,262.30 55,920,054.09 64,868,026.97 75,262,191.67 87,337,452.29 101,366,971.06

Belanja Honorarium PNS khusus untuk guru dan tenaga medis Belanja Beasiswa Pendidikan 456,200.00 479,010.00 502,960.50 528,108.52 554,513.95 582,239.64

  PNS Belanja Jasa Kantor (khusus tagihan bulanan kantor seperti 45,752,876.30 53,233,139.49 61,936,371.41 72,062,518.58 83,844,217.32 97,552,138.28 listrik, air, telepon dan sejenisnya)

  Belanja sewa gedung kantor (yang telah ada kontrak jangka panjang) Belanja sewa perlengkapan dan

peralatan kantor (yang telah ada 2,007,186.00 2,207,904.60 2,428,695.06 2,671,564.56 2,938,721.02 3,232,593.12

kontrak jangka panjang)

  

Pembiayaan Pengeluaran 6,641,843.94 6,973,936.14 7,322,632.95 7,688,764.59 8,073,202.82 8,476,862.96

  • Pembentukan Dana Cadangan

    Penyertaan Modal / Investasi 6,641,843,946 6,973,936.14 7,322,632.95 7,688,764.59 8,073,202.82 8,476,862.96

  • Pembayaran Pokok Hutang

  TOTAL 472,180,606.50 523,442,238.99 580,490,102.07 643,997,014.84 714,721,342.19 793,514,420.64 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  99

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Tabel 3.24 Proyeksi tentang Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah KabupatenIndragiri Hilir untuk Pendanaan Pembangunan Daerah Tahun 2014 - 2018

  Proyeksi Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 No. (Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta) (Rp.juta) 1,790,127 1,873,956 1,981,216 2,188,373 2,381,235 Pendapatan . Sisa Lebih Riil Perhitungan 440,248 500,000 400,000 270,000 160,000 . Anggaran Total penerimaan

  2,230,375 2,373,956 2,381,216 2,458,373 2,541,235 Dikurangi: 523,442 580,490 643,997 714,721 793,514

  Belanja dan Pengeluaran . Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kapasitas riil 1,706,933 1,793,466 1,737,219 1,743,652 1,747,720 kemampuan keuangan

  Sumber data: Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2009-2013, Diolah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) 100

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang CiptaKarya pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan danmenjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saingdaerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yangditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

  Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk kedalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas,luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagimasing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan

Pemerintahan

  PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah,dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besarkepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dariPasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahanyang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.

  (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

  

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) 100

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah,sehingga penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya sebagai salahsatu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentangOrganisasi Daerah

  Gambar 0-1. Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang BinaMarga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentukdinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

  4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, sertapengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintahdan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan dilingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasidan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja dilingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki system ketatalaksanaan

  

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) 101

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulaitahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yangdilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/Ldan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

  5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) 102

  RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) 103

  Laporan Final

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan system manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umumdapat dilihat pada gambar 12.2 berikut ini.

  Gambar 0-2. Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

  Laporan Final RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

  

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender kedalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuaidengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.

  

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan

Minimum

  Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggung jawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU.Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

  

Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) 104