PROPINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016 - 2020

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Rencana Program Investas
Jangka Menengah 2016 - 2020
Kota Tidore Kepulauan

BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

PROPINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 0

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

RENCANA PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
7.1.1. Kondisi Eksisting
Penggunaan lahan untuk kawasan terbangun berupa kampong/permukiman
menempati lahan proporsi yang relatif kecil dilihat dari penyebarannya
kampung/permukiman menyebar diseluruh kecamatan.
Rencana pola pemanfaatan ruang di Kota Tidore di prioritaskan pada
pengembangan wilayah di sekitar kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan
dan

bersifat

kompleksitas

pengembangan

serta

efisiensi


pembiayaan

pembangunan. Secara terinci kawasan budidaya yang direncanakan akan
dikembangkan di wilayah perencanaan dalam rencana pola ruang terpilih adalah:
a) Kawasan perumahan/permukiman
b) Kawasan Pelabuhan (di

Manintingting), dengan kegiatan: pelabuhan/

pergudangan, industri beserta pendukung.
c) Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten
d) Kawasan Komersial/Perdagangan dan Jasa (CBD)
e) Fasilitas Sosial/Umum
f) Pariwisata
g) Sarana dan Prasarana Transportasi
h) Dan lain sebagainya
Rencana pola pemanfaatan ruang di Kota Tidore dapat dilihat pada Tabel Rencana
Pola Ruang berikut ini.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya


VII - 1

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.1. Rencana Pola Ruang di Wilayah Perencanaan Tahun sampai
dengan tahun 2027
No.

BWK/Pola Ruang

Luas (Ha)

%

BWK I
Kawasan Lindung
1


Sempadan Sungai, Sempadan Pantai, Sekitar Danau

2

Hutan Kota

3

Hutan Bakau
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Lindung

74,78

6,73

4,50

0,40

82,86


7,46

162,14

14,59

Kawasan Budidaya
1

Perumahan/Permukiman

186,49

16,78

2

Kawasan Pelabuhan Manitingting


552,00

49,67

90,00

8,10

160,00

14,40

a.

Pelabuhan/Pergudangan

b.

Industri


c.

Komersial/Pelayanan Umum

25,00

2,25

d.

Perumahan

45,00

4,05

e.

Sarana/prasarana


97,00

8,73

f.

Ruang Terbuka Hijau

50,00

4,50

g.

Hijau Preservasi/wisata

85,00

7,65


2,370

0,21

44,450

4,00

163,905

14,75

1.111,35

100,00

3

Fasilitas Sosial/Umum


4

Jaringan Jalan
Ruang Terbuka Hijau (Lapangan Olahraga, Taman, dan

5

sebagainya)
Jumlah

BWK II
Kawasan Lindung
1

Sempadan Sungai, Sempadan Pantai

80,446

6,51


2

Hutan Kota

38,730

3,13

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Lindung

119,18

9,64

Kawasan Budidaya
1

Perumahan/Permukiman

421,61

34,11

2

Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten

120,00

9,71

3

Pariwisata

1,44

0,12

4

Kawasan Komersial (CBD)

137,23

11,10

5

Fasilitas Sosial/Umum

8,56

0,69

6

Terminal

2,00

0,16

7

Jaringan Jalan

49,44

4,00

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 2

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

8

Ruang Terbuka Hijau (Lap. olahraga, taman, tempat
rekreasi terbuka, dsb)
Jumlah

376,51

30,46

1.235,97

100,00

Sempadan Sungai, Sempadan Pantai

37,85

7,00

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Lindung

37,85

7,00

254,66

47,12

BWK III
Kawasan Lindung
1

Kawasan Budidaya
1

Perumahan/Permukiman
Fasiltas Keamanan Skala Regional/Kabupaten (Kantor

2

Polres)

1,50

0,28

3

Fasilitas Sosial/Umum

2,37

0,44

4

Jaringan Jalan

21,62

4,00

5

Ruang Terbuka Hijau (Lapangan olahraga, taman, dsb)

222,49

41,17

540,49

100,00

Jumlah
Total Luas Lahan Yang Di kembangkan (Ha)

2.887,81

Lahan Cadangan (Ha)

1.756,08

Kota Tidore Kepulauan merupakan Kota terluas kedua di Provinsi Maluku Utara
tetapi konsentrasi penduduk tidak terlalu besar di wilayah Kota Tidore Kepulauan.
Dengan konsentrasi penduduk yang tidak terlalu besar saat ini, memungkinkan
penerapan percepatan pembangunan di Kota Tidore Kepulauan agar konsentrasi
penduduk mengalami kenaikan secara signifikan.
Pada tahun 2011 Kota Tidore Kepulauan terdapat 5 (lima) kecamatan terdiri dari
Tidore Utara, Tidore Selatan, Tidore, Oba dan Oba Utara. Kemudian pada tahun
2012, sesuai dengan Peraturan Daerah No. 13, 14, 15 dan 16 tahun 2011 serta
Peraturan Daerah No.1 tahun 2012 Kota Tidore Kepulauan telah berkembang
menjadi 8 Kecamatan yang terdiri dari 72 Desa/Kelurahan. Kecamatan Oba
dimekarkan menjadi Kecamatan Oba Utara dan Oba Tengah. Yang terakhir
adalah Kecamatan Tidore dimekarkan menjadi Kecamatan Tidore dan Tidore
Timur. Pada tahun 2011 Kota Tidore Kepulauan terdiri dari 5 (lima) kecamatan
yaitu Tidore Utara, Tidore Selatan, Tidore, Oba dan Oba Utara. Kemudian pada
tahun 2012, sesuai dengan Peraturan Daerah No. 13,14,15 dan 16 tahun 2011
serta Peraturan Daerah No.1 tahun 2012 Kota Tidore Kepulauan telah
berkembang menjadi 8 Kecamatan yang terdiri dari 72 Desa/Kelurahan.
Kecamatan Oba dimekarkan menjadi kecamatan Oba dan Kecamatan Oba

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 3

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Selatan. Sedangkan Kecamatan Oba Utara menjadi Kecamatan Oba Utara dan
Oba Tengah. Yang terakhir adalah Kecamatan Tidore dimekarkan menjadi
Kecamatan Tidore dan Tidore Timur. Dan sampai pada tahun 2014 KotaTidore
Kepulauan telah dimekarkan menjadi 8 Kecamatan dengan 89 desa/Kelurahan.
Selengkapnya dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel VII.2. Pemerintahan 2012 s/d 2014
Kecamatan
(1)
1.Tidore Utara
2. Tidore Selatan
3. Tidore
4. Tidore Timur
5. Oba
6. Oba Selatan
7. Oba Utara
8.Oba Tengah

Jumlah Desa/Kelurahan
(2)
14
8
13
7
13
7
13
14

Tabel VII.3.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tidore Kepulauan berdasarkan Kecamatan

Data dan peta penggunaan lahan menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk
permukiman (kampung/desa) hanya sebagian kecil dari keseluruhan luasan
lahan yang ada. Pada umumnya keseluruhan jumlah penduduk mendiami
kawasan dengan fungsi permukiman (kampung). Dengan demikian, maka
perhitungan kepadatan ruang kawasan permukiman didasarkan pada jumlah
penduduk yang hanya mendiami kawasan permukiman. Dengan pertimbangan
demikian, maka angka kepadatan nyata yang ada di Kecamatan-kecamatan
Tidore,Tidore Utara dan Tidore Selatan adalah sebesar 25 jiwa/Ha. Sementara

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 4

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

itu angka kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Oba dan Oba Utara
adalah sebesar 10 jiwa/Ha. Kasus tersebut adalah sebesar 32 jiwa/Ha.
Sedangkan angka kepadatan penduduk di kecamatan Oba dan Oba Utara
menjadi sekitar 30 Jiwa/Ha. Apabila dikehendaki angka kepadatan tidak lebih dari
25 Jiwa/Ha (kepadatan sedang), maka dalam hal ini diperlukan perluasan areal
ruang permukiman untuk menampung kebutuhan pertumbuhan penduduk.
A. Analisis Sistem Permukiman dan Struktur Ruang
A.1. Analisis Permukiman
Perkiraan kebutuhan rumah di Kota Tidore Kepulauan dibagi menjadi
duawilayah yaitu kota dan desa. Dengan perkiraan perbandingan penduduk
yang tinggal di kota dan di desa:
 Di Pulau Tidore = 60% penduduk tinggal di perkotaan dan 40% penduduk
tinggal di desa.
 Di Pulau Halmahera = 40% penduduk tinggal di perkotaan dan 60%
penduduk tinggal di desa.
Tabel VII.4.
Jumlah Penduduk dan KK yang Tinggal di Perkotaan dan Desa
di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2030
No.

1
2
3
4
5
6
7
8

Kecamatan

Tidore
Tidore Selatan
Tidore Utara
Tidore Timur
Oba
Oba Utara
Oba Selatan
Oba Tengah
Kota Tidore
Kepulauan

Jumlah
Penduduk
Th 2030

Jumlah
Penduduk
Perkotaan

Jumlah
Penduduk
Desa

Jumlah
KK di
Perkotaan

Jumlah
KK di
Desa

30.625
25.005
23.021
11.244
14.755
14.812
7.339
8.892

18.375
15.003
13.813
6.746
5.902
5.925
2.936
3.557

12.250
10.002
9.208
4.498
8.853
8.887
4.403
5.335

3.675
3.001
2.763
1.349
1.180
1.185
587
711

2.450
2.000
1.842
900
1.771
1.777
881
1.067

134.199

53.680

80.519

10.736

16.104

Tahun 2030 diproyeksikan jumlah total kebutuhan luas lahan yang dibutuhkan
untuk permukiman di perkotaan sebesar 1,68 Km². Pada tahun yang sama,
dengan KDB sebesar 50% diperkirakan luas lahan untuk permukiman di desa
Kota Tidore Kepulauan sebesar 1,48 Km².

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 5

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.5. Jumlah Kebutuhan Rumah dan Luas Kavling Maksimum di Area Perkotaan Tahun 2030

No.

Kecamatan

Jumlah
KK di
Perkotaan

Ketentuan

Jumlah Rumah yang
Luas Kavling Maksimum
Dibutuhkan Tahun 2030
Jumlah
Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah (Km²)
Besar Medium Kecil
Besar Medium Kecil
368
1103
2205
0,07
0,14
0,22
0,43

1 Tidore

3.675

2 Tidore Selatan

3.001

300

900

1800

0,05

0,11

0,18

0,35

3 Tidore Utara

2.763

276

829

1658

0,05

0,10

0,17

0,32

4 Tidore Timur

1.349

135

405

810

0,02

0,05

0,08

0,16

5 Oba

1.180

118

354

708

0,02

0,04

0,07

0,14

6 Oba Utara

1.185

118

355

711

0,02

0,04

0,07

0,14

7 Oba Selatan

587

59

176

352

0,01

0,02

0,04

0,07

8 Oba Tengah

711

71

213

427

0,01

0,03

0,04

0,08

10.736

1074

3221

6442

0,19

0,41

0,65

1,68

KDB = 50%

Kota Tidore Kepulauan
Sumber: Analisis Studio

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 6

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.6. Jumlah Kebutuhan Rumah dan Luas Kavling Maksimum di Area Desa Tahun 2030
No.

Kecamatan

1

Tidore

2

Tidore Selatan

3

Tidore Utara

4

Tidore Timur

5

Oba

6

Oba Utara

7

Oba Selatan

8

Oba Tengah

Kota Tidore Kepulauan

Jumlah
KK di
Desa

Ketentuan

Jumlah Rumah yang
Dibutuhkan Tahun 2030
Rumah Rumah Rumah
Besar Medium
Kecil

Luas Kavling Maksimum
Rumah
Besar

Rumah
Medium

Rumah
Kecil

Jumlah
(Km²)

2.450

245

735

1470

0,04

0,09

0,15

0,28

2.000

200

600

1200

0,04

0,08

0,12

0,23

1.842

184

553

1105

0,03

0,07

0,11

0,21

90

270

540

0,02

0,03

0,05

0,10

1.771

177

531

1062

0,03

0,07

0,11

0,21

1.777

178

533

1066

0,03

0,07

0,11

0,21

881

88

264

528

0,02

0,03

0,05

0,10

1.067

107

320

640

0,02

0,04

0,06

0,12

16.104

1610

4831

9662

0,29

0,61

0,97

1,48

900
KDB = 50%

Sumber: Analisis Tim, 2009

Berdasarkan jumlah keluarga yang diperkirakan tinggal di perkotaan dan desa maka dapat diproyeksikan luas lingkungan
perkotaan dan desa di Kota Tidore Kepulauan sebagai berikut:

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 7

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

a. Kawasan Perkotaan
Proporsi Pemanfaatan Ruang Perkotaan dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel VII.7. Proporsi Pemanfaatan Ruang Perkotaan
Pemanfataan Ruang

Sirkulasi

80%
Permukiman

Fasum, Fasum Ruang Terbuka

60%

40%

20%

Tabel VII.8. Area Perkotaan di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2030
No.

Kecamatan

Jumlah KK di
Perkotaan

Pemukiman,
fasos, fasum,
ruang
terbuka hijau

Jaringan
sirkulasi
kota

Luas
Area
Perkotaan

1

Tidore

3.675

0,61

25,46

26,07

2

Tidore Selatan

3.001

0,45

29,92

30,37

3

Tidore Utara

2.763

0,46

26,56

27,02

4

Tidore Timur

1.349

0,21

23,99

24,20

5

Oba

1.180

0,22

189,89

190,11

6

Oba Utara

1.185

0,22

176,87

177,09

7

Oba Selatan

587

0,10

92,47

92,58

8

Oba Tengah

711

0,13

199,45

199,59

10.736

2,40

764,62

767,02

Kota Tidore Kepulauan
Sumber: Analisis Tim, 2009

b. Kawasan Perdesaan
Proporsi Pemanfaatan Ruang Perdesaan

Tabel VII.9. Proporsi Pemanfaatan Ruang Perdesaan
Pemanfataan Ruang
Rumah dan lahan usaha
80%

Sirkulasi
20%

Asumsi luas lahan usaha = 2Ha/KK

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 8

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.10. Area Perdesaan di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2030
No.

Jumlah
KK di
Desa
2.450

Kecamatan

Pemukiman, fasos,
fasum, ruang
terbuka hijau
0,43

Jaringan
sirkulasi
kota
16,97

Luas
Area
Desa
17,40

1

Tidore

2

Tidore Selatan

2.000

0,32

19,95

20,26

3

Tidore Utara

1.842

0,33

17,71

18,03

4

Tidore Timur

900

0,16

15,99

16,15

5

Oba

1.771

0,35

284,84

285,18

6

Oba Utara

1.777

0,34

265,31

265,66

7

Oba Selatan

881

0,18

138,71

138,89

8

Oba Tengah

1.067

0,22

299,18

299,40

16.104

2,18

Kota Tidore
Kepulauan

1058,65 1060,84

Sumber: Analisis Tim, 2009

A.2. Analisis Struktur Ruang
Pada Kota Tidore Kepulauan dapat dilihat bahwa penentuan orde wilayah
dilakukan penggabungan antara analisis indeks sentralitas dengan indeks
kependudukan yaitu skoring terhadap sarana prasarana dan kependudukan.
Variabel yang digunakan dalam aspek sarana prasarana adalah fasilitas
kesehatan dan pendidikan. Sedangkan aspek kependudukan menggunakan
variabel kepadatan penduduk per kecamatan.
B. Permukiman Kumuh
Program

Kota

tanpa

kumuh

(KOTAKU)

merupakan

program

yang

menggunakan sinergi pendekatan :
1. Pembangunan Infrastruktur Berbasis Masyarakat,
2. Penguatan Peran Pemda sebagai Nakhoda dan
3. Kolaborasi antara Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya di
Kabupaten/Kota
Melalui sinergi ketiga pendekatan tersebut diharapkan dapat lebih mempercepat
penanganan kumuh perkotaan dan gerakan 100-0-100 dalam rangka
mewujudkan permukiman yang layak huni, produktif dan berkelanjutan.
LINGKUP PROGRAM & TARGET NSU 2016-2020
TARGET 1: Dukungan Penanganan Kumuh tahun 2016-2020

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 9

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

-

Dilaksanakan di seluruh kawasan kumuh (19 desa/kelurahan;

-

Perencanaan Partisipatif berorientasi Penanganan Kumuh

-

Partisipasi dan keswadayaan masyarakat dalam kegiatan penanganan kumuh
di wilayahnya
TARGET 2: Gerakan 100-0-100 di Perkotaan Tahun 2016-2020

-

Dilaksanakan di seluruh kelurahan dan atau kawasan/ kecamatan perkotaan
(8.473 kel/ds);

-

Perencanaan Partisipatif Gerakan 100-0-100 di Perkotaan;

-

Partisipasi dan keswadayaan masyarakat dalam kegiatan optimalisasi gerakan
100-0-100 di wilayahnya
TARGET 3: Peningkatan Peran Pemda dalam membangun Kolaborasi
Optimalisasi Gerakan 100-0-100 Tahun 2016-2020

-

Kolaborasi masyarakat dan Pemda serta stakeholder Kota dalam percepatan
penanganan kumuh di perkotaan

-

Penguatan Peran Pokja Permukiman Kota, City Changer, dll

-

Bantuan Teknis (Mis. Konsultan, Monitoring, dll)
TARGET

4:

Peningkatan

Penghidupan

Berkelanjutan

(Sustainable

Livelihood) Tahun 2016-2020
-

Peningkatan asset SDM, Modal Sosial, Infrastruktur, SDA dan Finansial bagi
masyarakat perkotaan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 10

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Gambar VII.2. Bagan Penanganan Kumuh di wilayah Kota Tidore Kepulauan

Amanat UUD’45 Pasal 28H Ayat 1 :

“Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan

RENSTRA DINAS PEKERJAAN
UMUM KOTA TIDORE KEPULAUAN

RPJMD KOTA TIDORE KEPULAUAN
2016-2021 :

Surat Edaran Dirjen Cipta Karya
Nomor: 40/SE/DC/2016
Tentang Pedoman Umum
Program Kota Tanpa Kumuh

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

UU No.1 Tahun 2011 : Penanganan
permukiman kumuh wajib
dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan atau setiap
orang

RPJMN 2015-2019 :
tercapainya pengentasan permukiman
kumuh perkotaan menjadi 0 persen

VII - 11

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Gambar VII.2. Kegiatan Penanganan Kumuh di wilayah Kota Tidore Kepulauan

PENDATAAN OLEH TIM
FASILITATOR DAN DINAS
PU

SK WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN
NOMOR 58.1 TAHUN 2016
TENTANG PENETAPAN LOKASI
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KUMUH
DI KOTA TIDORE KEPULAUAN
SK WALIKOTA NOMOR 121.2 TAHUN
2016

LOKAKARYA DAN SOSIALISASI
100 0 100

TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK
KERJA PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN TOMALOA SE BANARI
KOTA TIDORE KEPULAUAN

LOKAKARYA PENANGANAN
KOTA TANPA KUMUH

KOTAKU (KOTA TANPA
KUMUH)

RP2KPKP
PENANGANAN FISIK KAWASAN
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN
SECARA BERTAHAP

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

PERDA P2KPKP

VII - 12

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.1.2. Sasaran Program
Target :
1. Mengetahui perkiraan kebutuhan sarana dan prasarana dasar yang
dapat mendorong pengembangan potensi Kawasan Kumuh Perkotaan;
2. Mengetahui karakteristik kawasan-kawasan terpilih sesuai dengan
potensi yang dapat dikembangkan;
3. Mengetahui jenis sumber daya pembangunan yang dapat mendukung
pengembangan potensi dari Kawasan Kumuh Perkotaan;
4. Menyusun rencana penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan, serta
pola pembiayaan.
5. Mewujudkan proses transformasi kapasitas kepada masyarakat melalui
pembelajaran dan pelatihan secara langsung di lapangan.
6. Mendorong akses bantuan kepada masyarakat

yang tinggal di

lingkungan permukiman kumuh;
7. Meningkatkan

kemampuan

kelembagaan

Daerah dan kelompok masyarakat di

Pemerintah/Pemerintah
bidang perumahan dan

permukiman.
8. Meningkatkan

kesadaran

hukum

bagi

para

aparat

Pemerintah/Pemerintah Daerah dan masyarakat.
9. Memberdayakan

pasarperumahan

untuk

melayani

lebih

banyak

masyarakat.
10. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
umum dan ekonomi lingkungan pemukiman.
Sasaran :
1. Terciptanya peningkatan kualitas sumber daya manusia masyarakat
setempat yang mampu menata lingkungan perumahan mereka;
2. Terciptanya pertumbuhan usaha ekonomi produktif dan keswadayaan
masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman;
3. Tercapainya lingkungan perumahan dan permukiman yang layak huni;
4. Terpenuhinya kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang tinggal di
lingkungan permukiman kumuh;

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 13

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

5. Tertatanya lingkungan permukiman kumuh menjadi lingkungan yang
sehat, indah, aman dan nyaman menuju Kota Tidore sebagai Kota
Pantai;
6. Tercapainya

peningkatan

derajat

kesehatandan

pendidikan

masyarakat.
Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan ;
Di wilayah Kota Tidore Kepulauan

terdapat sejumlah kawasan yang

dianggap memiliki ketertinggalan dibandingkan lainnya, dengan kriteria
seperti minimnya sarana dan prasarana dasar perkotaan , ketertinggalan
ekonomi,keterisolasian wilayah serta rendahnya sumber daya manusia.
Terdapat sekitar 60% Desa/kelurahan merupakan kawasan tertinggal.
Dikecamatan Oba dan Oba Utara, praktis semua Desa yang ada saat ini
dapat dikategorikan tertinggal terutama dilihat dari layanan sarana dan
prasarana dasar perkotaan. Sementara di kecamatan-kecamatan di P.
Tidore hanya sebagian yang termasuk tertinggal di P. Maitara dan P.
Mare.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 14

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.1.3. Usulan Kebutuhan Program

Program yang diusulkan
Tabel VII.11.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada
sektor Kawasan Permukiman
tahun 2016-2021
NO

RENCANAPROGRAM / KAWASAN PERMUKIMAN

(1)

(2)

I

Kawasan Kumuh Perkotaan
1. Pencegahan dan peningkatan
kualitas Kawasan Permukiman
kumuh Pulau Tidore
2. Pencegahan dan peningkatan
kualitas Kawasan Permukiman
kumuh Kecamatan Oba Utara

RENCANA PROGRAM
LUAS
KAWASA
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
N
I
II
III
IV
V

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

KET

(9)

133.22
Ha


22 Ha

24.23
Ha



3. Pencegahan dan peningkatan
kualitas Kawasan Permukiman
kumuh Kecamatan Oba Tengah

3.79
Ha



4. Pencegahan dan peningkatan
kualitas Kawasan Permukiman
kumuh Kecamatan Oba

24.70
Ha



5. Pencegahan dan peningkatan
kualitas Kawasan Permukiman
kumuh Kecamatan Oba Selatan

58.50
Ha

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya





VII - 15

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
7.2.1. Kondisi Eksisting dan Permasalahan
7.2.1.1. Kondisi Eksisting
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di
perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi
penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan
lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah : (1)
memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang
tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras. (2) memberdayakan masyarakat
agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan
tantangan yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
 Kurang ditegakannya aturan keselamatan , keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan
kurang mendapat perhatian
 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan

Bangunan Gedung di daerah

serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.
2. Permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan
 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan
gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.
 Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi
untuk mendorong pertumbuhan kota.
 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olahraga
dan lain-lain kurang diperhatikan hampir disemua kota, terutama kota Metro
dan Besar.
3. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
 Amanat Undang-Undang No.28 tahun 2002 tentang bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah No.36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 16

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun
2010.
 Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada tahun
2015,200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua
Kabupaten/Kota bebas kumuh.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan
lingkungan antara lain:
1. Peran dan fungsi Kabupaten/Kota
2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota
3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan,
seperti struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya.
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan
5. Dalam penyusunan RPUM harus memperhatikan Rencana Induk (master
plan) Pengembangan Kota
6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan pengembangan
7. Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain dilaksanakan
pada

setiap

tahapan

penyelenggaraan

pengembangan,

sekurang-

kurangnya dilaksanakan pada tahap perncanaan, baik dalam penyusunan
rencana induk maupun dalan perencanaan teknik.
8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang
tersedia
9. Tingkat kelayakan pelayanan,efektifitas dan efisiensi penataan bangunan
dan lingkungan pada kota bersangkutan.
10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan
masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.
11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat
maupun swasta
12. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan
13. Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama
dalam hal pemulihan biaya investasi
14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan
lingkungan perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 17

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

15. Safeguard sosial dan lingkungan
16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung
analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta
pedoman

pelaksanaan

lebih

detail

dibawahnya

mengamanatkan

bahwa

penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara
yang merupakan kewenangan pusat.
Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah
yang belum menindak lanjuti sebagaimana mestinya, sebagaimana terlihat dari :
1. Masih

banyaknya

Kabupaten/Kota

yang

belum

menyesuaikan

Perda

Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama
Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki Perda Bangunan
Gedung.
2. Masih banyaknya Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran
masih belum memiliki atau melembagaan institusi/kelembagaan dan Tim Ahli
Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan
lingkungan;
3. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan
pendataan bangunan gedung;
4. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menerbitkan Sertifikat Layak
Fungsi (SLF) bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan
yang baru hasil pembangunan sejak 2003-2006;
5. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyusun manajemen
pencegahan kebakaran Kabupaten/Kota atau belum melakukan pemeriksaan
berkala terhadap sarana prasarana penanggulangan bahaya kebakaran agar
selaku siap pakai setiap saat.
6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana
bagi penyandang cacat
7. Masih banyaknya Kabupaten/Kota pengembangannya belum berdasarkan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 18

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

8. Masih

banyaknya

Kabupaten/Kota

yang

mempunyai

kawasan

yang

terdegradasi dan belum ditata ulang.
9. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan kawasan
kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang
secara

kewenangan

sudah

menjadi

tugas

dan

tanggung

jawan

Kabupaten/Kota.
10. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum melaksanakan pembangunan
lingkungan

permukiman

berbasis

konsep

tridaya

untuk

mendorong

kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman
yang berkelanjutan.
Untuk itu, Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembinaan teknis
Penataan

Bangunan

dan

Lingkungan

mempunyai

kewajiban

untuk

meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu melaksanakan
amanat UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Untuk tahun anggaran
2009-2013, sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, perlu
melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam kegiatannya agar lebih
cepat memampukan Kabupaten/Kota.
Disamping

hal

tersebut,

Undang-undang

No.4

Tahun

1992

tentang

Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas
lingkungan pemukiman dilaksanakan secara menyeluru,terpadu dan bertahap
mengacu pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh
pemerintah daerah secara komperensive, akomodatif dan responsif.
Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni :
mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi
penduduk miskin tahun 1990 (target 1); dan terhadap air minum dan sanitasi
yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan
permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat
setempat, kelompok peduli dan dunia usaha secara aktif. Penyelenggaraan
pengembangan lingkungan pemukiman perlu dilakukan secara komprensive
dengan berbasis konsep tridaya melalui proses pemberdayaan masyarakat
sesuai siklus P2KP.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 19

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.2.1.2. Permasalahan yang dihadapi
A. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Sasaran dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan adalah
penegakan aturan tata bangunan gedung dan lingkungan yaitu dengan
menyusun peraturan dn legalisasi. Dari sasaran ini maka dibutuhkan
kemantapan kelembagaan penataan bangunan gedung dan lingkungan
serta peningkatan sarana prasarana pemeliharaan bangunan dan
lingkungan.

Sasaran

selanjutnya

adalah

ketercapaian

indeks

kenyamanan lingkungan (IKL) sebesar 10%.
B. Rumusan Masalah
Dari kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai pada penataan
bangunan gedung dan lingkungan di Kota Tidore, maka dapat
diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut :
a. Belum tertatanya bangunan dan lingkungan
b. Belum

adanya

penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi

Kebakaran
c. Tidak

adanya program

penataan dan pelestarian bangunan

tradisional/bersejarah
d. Kurang maksimalnya penataan dan pembangunan sarana prasarana
pemukiman kumuh
e. Belum tertibnya sarana reklame,belum terkelolanya sarana parkir
dan belum bertanya perijinan bangunan telepon selular (BTS)

C. Permasalahan dan Tantangan
Berdasarkan hasil analisa terhadap data yang ada maka dari sektor tata
ruang, bangunan dan lingkungan tersebut maka permasalahan yang
dihadapi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. permasalahan dan tantangan di bidang bangunan gedung
 saat ini belum ada penataan terhadap bangunan gedung. Ini
berdampak pada tidak tertibnya dan ketidak sesuaian antara
fungsi bangunan dan fungsi lahan.
 Saat ini belum ada penegakan hukum yg dilakukan oleh lembaga
yg

berwenang

terhadap

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

penataan

bangunan

gedung.

Ini

VII - 20

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

menyebabkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaranpelanggaran

ketentuan

bangunan

gedung

misalnya

pembangunan gedung yg tidak sesuai dengan fungsi kawasan.
 Letak bangunan yg semakin padat dan bentuk bangunan yg
semakin

bervariatif

perkembangan

seiring

kawasan

dengan

Kota

pertumbuhan

Tidore

sering

dan

menyulitkan

penanggulangan terhadap bencana kebakaran di kabupaten/kota.
2. permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan
pada

bidang

penataan

lingkungan,dihadapi

permasalahan

sebagaiberikut :
 banyaknya permukiman penduduk yang tergolong kumuh dapat
menyebabkan penurunan citra kawasan daerah sebagai kawasan
wisata

dan

budaya.

Permukiman

keterbatasan

sarana

prasarana

kumuh

untuk

tersebut

memiliki

berkembang

menjadi

permukiman sehat.
 Belum terkelolanya sarana parkir dan reklame menjadikan saransarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan wilayah perkotaan.

7.2.1.3. Rekomendasi Permasalahan
A. Penataan Bangunan Gedung
1. Untuk menangani permasalahan penataan bangunan gedung
makadiperlukan penyusunan rencana tata bangunan dan
lingkungan bagi daerah yg belum memilikinya.
2. Untuk menegakkan hukum pada sektor penataan bangunan
gedung perlu dilakukan legalisasi rencana tata bangunan dan
lingkungan yg telah disusun.
3. Perlu ada sosialisasi RTBL yg telah disusun kepada masyarakat
secara umum
4. Perlu ada langkah-langkah penguatan fungsi kelembagaan
dalam penegakan hukum di bidang penataan bangunan dan
lingkungan.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 21

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

5. Untuk

menanggulangi

bencana

kebakaran

perlu

disusun

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran.
B. Penataan Lingkungan
1. Pelestarian Bangunan Tradisional Bersejarah
Untuk melestarikan dan merevitalisasi kawasan wisata dan
bangunan

tradisional

bersejarah

perlu

disusun

program

penataan dan revitalisasi khusus untuk kawasan wisata dan
tradisional bersejarah.
2. Permukiman Kumuh
Untuk meningkatkan kualitas pemukiman penduduk di kawasan
kumuh perlu dilakukan penataan dan peningkatan sarana
prasarana misalnya : perkerasan jalan, pembuatan jalan portal
beton, jalan con block, pembuatan talud, pembuatan jamban
keluarga dan lain-lain.
3. Sarana Reklame, Parkir dan BTS
Untuk menertibkan sarana reklame perlu dibuat master plane
penataan sarana reklame di ruang public untuk menertibkan
kawasan parkir perlu dilakukan manajemen dan pengelolaan
kawasan parkir.

7.2.2. Sasaran Program
”STRATEGI PENDUKUNG”
Grand Strategy 1 : Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar
Tertib, Fungsional, Andal dan Efisien
Tujuan :
Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta serasi dan selaras
dengan lingkungannya.
Sasaran :
 Tersusunnya Perda bangunan gedung untuk kota Tidore tahun 2014,

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 22

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

 Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi pada tahun 2014
 Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang
efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan
bangunan gedung pada tahun 2013.
 Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi,pelatihan,bantuan teknis dan wasdal
kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di seluruh Kabupaten/Kota pada
tahun 2014.
 Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat
Propinsi/Kabupaten/Kota yang didukung oleh SDM dan sarana prasarana kerja
pendukungnya pada tahun 2014.
 Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara,propinsi,kabupaten dan kota
berupa tanah dan bangunan gedung pada tahun 2014.
 Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di provinsi
di Kota Tidore hingga tahun 2014.
Grand Strategy 2 : Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman
Agar Produktif dan Berjati diri.
Tujuan :
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat,
aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan.
Sasaran :
 Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah di
kawasan Kota Tidore pada tahun 2014.
 Terbaikinya dan terpenuhinya sarana prasarana kawasan permukiman kumuh
dan nelayan di kawasan Kota Tidore pada tahun 2014.
 Terlaksananya pengelolaan RTH di Kota Tidore pada tahun 2014.
Grand Strategy 3 : Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Bangunan Agar Memberi Nilai Tambah Fisik, Sosial dan Ekonomi.
Tujuan :
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai
tambah bagi kualitas fisik,sosial,ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang
bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 23

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Sasaran :
 Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis pada tahun 2012.
 Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan
revitalisasi kawasan.
Grand Strategy 5 : Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur
Bangunan Gedung untuk menunjang Regional/Internasional yang
Berkelanjutan.
Tujuan :
Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan
teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk
menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara
internasional.

Sasaran :
Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi
dan rekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten
pada tahun 2014.
Target dan Sasaran
Dalam RTRW Provinsi Maluku Utara dan Visi Misi serta Renstra Kota Tidore
Kepulauan, jelas bahwa Kota Tidore Kepulauan diarahkan sebagai Kota Jasa,
Perdagangan, Pendidikan, Pariwisata, Budaya dan Kota Pusat Pemerintahan.
Berdasarkan acuan tersebut maka dalam penataan ruang , terbagi menjadi ruang
dengan

fungsi-fungsi

khusus

(selain

ruang

untuk

kegiatan

perumahan/

permukiman) yang terlihat sebagai berikut :
4. Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
A. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Bangunan-bangunan di wilayah Kota Tidore secara umum saat ini diarahkan
kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan
yaitu sebagai jasa perdagangan,pendidikan,perhubungan,pemukiman dan
perkantoran. Dari sisi tata letak kota, bangunan-bangunan memiliki fungsi

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 24

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

sebagaimana disebutkan di atas. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel VII.12. Arahan Pola Distribusi Pemanfaatan Ruang diatas .

Pemanfaatan Ruang
Ruang Permukiman
Ruang Kawasan
Industri
Ruang Kawasan
Pendidikan Tinggi
Ruang Kegiatan Jasa
& Perdagangan skala
Regional
Ruang Kegiatan
Pariwisata
Ruang Perkantoran
Provinsi
Ruang Perkantoran
Kota
Ruang Kegiatan
Pertanian/Perkebunan
Ruang Kawasan
Lindung
Ruang Kawasan
Militer/Pertahanan
Keamanan Skala
Regional & Nasional

Zona Tidore
Kec.Tidore Kec.Tidore
Kec.Tidore
Utara
Selatan




Zona Oba
Kec.Oba
Kec.Oba
Utara



























Dari sisi usia atau umur bangunan dapat diklasifikasi menjadi bangunan
berumur muda, sedang dan tua. Bangunan berumur muda relatif banyak
terdapat pada bangunan perdagangan dan jasa serta pemukiman. Sedangkan
bangunan berumur sedang dan tua banyak terdapat pada bangunan
perkantoran, pendidikan dan pemukiman. Selain itu, bangunan berumur tua
juga banyak

terdapat pada kawasan-kawasan tradisional. Bangunan-

bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari
bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor
dinas pemadam kebakaran dan lain-lain. Secara umum di Kota Tidore
bangunan-bangunan

fasilitas

umum

ini

seharusnya

dijadikan

fasilitas

pendukung dari fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga lokasi dan
keberadaannya tidak berjauhan dari bangunan lainnya terutama kawasan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 25

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena
perkembangan pembangunan kota yang kurang terkendali dan cenderung
tidak terencana. Dari sisi historis banyak bangunan-bangunan dan kawasan di
Kota Tidore yang memiliki nilai historis tinggi karena merupakan bangunan dan
kawasan

peninggalan

sejarah

baik

itu

kerjaan

maupun

perjuangan

keerdekaan.
Bangunan-bangunan

tersebut

diatas

berdasarkan

fungsinya

baik

bangunan perdagangan dan jasa,perkantoran dan pendidikan, bangunan
tradisional tentu saja memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda. Nilai
perbedaan

ini

bisa

didasarkan

pada

lokasi

bangunan,

fungsi

bangunan,umur/usia bangunan dan nilai histois bangunan. Bangunan yang
berada dikawasan perkotaan tentu saja mempunyai nilai ekonomi yang lebih
tinggi dari pada yang berada di pedesaan. Begitupula bangunan fungsi
perdagangan biasanya memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dari bangunan
biasa dan berumur muda. Berkaitan dengan pendapatan atau penerimaan
bangunan-bangunan tersebut sangat dipengaruhi oleh fungsi bangunan
tersebut serta nilai sejarah/historis bangunan.

B. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
1. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan.
Secara umum bangunan-bangunan yang berada di semua kabupaten
kota di wilayah Kota Tidore disyaratkan untuk mengikuti aturan stndart
keselamatan,

keamanan

dan

kenyamanan

baik

bagi

pengguna

bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Aturan-aturan ini antara lain
terdapat pada aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain. Sedangkan untuk
daerah-daerah rawan bencana misalnya kebakaran,banjir,gempa bumi,
maka disyaratkan bangunan-bangunan tersebut harus tahan dan
memiliki tingkat keamanan yang tinggi terhadap ancaman bencana
tersebut.
2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran
Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana
penanggulangan bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 26

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharusnya dimiliki oleh
setiap bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti
bangun bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat, perkantoran,
supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain.
Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas
memiliki sarana hidran tersebut, ataupun kalau ada kondisinya belum
sesuai dengan standart yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam
kondisi rusak. Keberadaan hidran ini sangat penting untuk menjadi
sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja
bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik
material atau korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana
hidran ini dengan membuat induk sistem proteksi kebakaran yang
sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas
terkait.
3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan
Beberapa daerah kawasan di wilayah Kota Tidore memang telah
memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan, namun belum terdapat
penegakan aturan tat bangunan dan lingkungan tersebut karena RTBL
yang ada belum disahkan yang bererti belum memiliki landasan hukum
untuk ditegakkan. Keadaan demikian tentu saja sangat mengganggu
proses perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi
kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap perijinan mendirikan
bangunan

gedung

ini

tidak

terlaksanakan

secara

baik,

maka

bermunculan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi
lahan/kawasan. Akhirnya ini berdampak pada titik tertibnya kawasan
yang telah direncanakan dan akan menurunkannya citra kawasan itu
sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan
dan lingkungan tidak bisa terwujud dengan baik.
7.2.3. Usulan Kebutuhan Program
Setelah mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dan menganalisis
terhadap

permasalahan

yang

ditemui

selanjutnya

ditentukan

alternatif

pemecahan masalah, maka usulan prioritas program tata bangunan lingkungan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 27

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

lima tahun kedepan (2009-2013) adalah program dengan rincian kegiatan
sebagai berikut :

Tabel VII.13.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada
sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
tahun 2016-2021
NO

(1)

RENCANA PROGRAM

KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN

SATUAN

(2)

KET
2017

2018

2019

2020

2021

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)



1.

Penataan Kawasan Wisata Ake sahu

Paket

2

Penataan Kawasan Wisata Jikocobo

Paket

3.

Penataan Kawasan Wisata Gamyou

Paket

4.

Penataan Kawasan Wisata Mangrove
Akelamo

Paket

5.

Penataan Kawasan Wisata Mangrove
payahe

Paket

6.

Penataan Kawasan Wisata Mangrove
Tauno

Paket

7.

Penataan Kawasan Wisata Mangrove
Pulau Mare (Kahiya Masolo)

Paket

8.

Penataan Kawasan Wisata Pulau
Woda, Pulau Raja dan Pulau Joji

Paket



9.

Penataan Kawasan Wisata Pulau
Maitara

Paket



BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

(9)








VII - 28

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.14.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada sektor Perumahan
tahun 2016-2021
NO

(1)
1.
2

RENCANA PROGRAM

KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN

SATUAN

(2)

(3)

Pembangunan Rumah susun AKBID
Gurabati
Pembangunan Rumah susun
universitas Nuku

KET
2017

2018

2019

2020

2021

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)



Unit



Unit

3.

Pembangunan Rumah susun
universitas Bumi Hijrah

Unit



4.

Pembangunan Rumah susun di Kec.
Tidore (Tambula Cs.)

Unit



5.

Pembangunan Rumah susun untuk
Pekerja

Unit

6.

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.
Oba (Payahe Cs.)

Unit



7.

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.
Oba Tengah (Akelamo)

Unit



8.

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.
Tidore Utara (Maitara Cs)

Unit

9.

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.
Tidore (Kompleks TPI Goto)

Unit



10

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.
Tidore Selatan (Pulau Mare)

Unit



11

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.
Tidore Selatan

Unit

12.

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.
Oba Utara

Unit



13.

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.
Oba Tengah (Roi Cs)

Unit



BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

(9)







VII - 29

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

14.

Pembangunan rumah Pohon (fola gau)
di Kec. Tidore Timur (Jikocobo Cs)

Unit



15.

Pembangunan rumah Pohon (fola gau)
di Kec. Tidore (Goto ngosi Cs)

Unit



16.

Pembangunan rumah Pohon (fola gau)
di Kec. Tidore Utara (Rum)

Unit



17.

Pembangunan rumah Pohon (fola gau)
di Kec. Tidore Selatan (Gurabati)

Unit



18.

Pembangunan rumah Pohon (fola gau)
di Kec. Oba (Kolo Cs)

Unit



19.

Pembangunan Rumah Tidak Layak
Huni (RTLH)

Unit

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya











VII - 30

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.3. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
7.3.1. Kondisi Eksisting
7.3.1.1. Pelayanan dan Sumber Air Baku
Pelayanan air minum di wilayah Kota Tidore Kepulauan khususnya pulau Tidore
oleh PDAM masih rendah yaitu sekitar 26. Rendahnya pelayanan air minum ini
dikarenakan kondisi PDAM yang berstatus sakit dan terbatasnya kapasitas
produksi.
A. 1. Pelayanan Zona 1 dan 2
Pelayanan Zona 1 & 2, meliputi wilayah kota yang secara administrative
termasuk Kecamatan Tidore dan menjadi daerah pelayanan yang paling potential
bagi PDAM Tidore Kepulauan. Penduduk Kecamatan Tidore = 6.129 KK ( Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Tidore Kepulauan, 2011), termasuk
Kelurahan Seli (296 KK), Soadara (224 KK), Topo (447 KK) dan Topo Tiga (158
KK).
Saat ini, pelayanan di zona 1 dan 2 terdapat 1.899 SR dan 6 HU. Asumsi
kebutuhan air 80 KK ≈ 1 l/dt , maka kebutuhan air bersih PDAM untuk pelayanan
zona 1 dan 2, membutuhkan air sebesar 63 l/dt.
A.2. Gambaran Sumber Air Baku Zona 1 dan 2
Secara garis besar sumber air baku berasal dari aliran air permukaan atau
sungai, mata air dan air tanah. Khususnya di area pelayanan zona 1 & 2, tidak
dijumpai aliran permukaan atau sungai yang bisa diandalkan sebagai alternative
sumber air baku. Demikian juga mata air tidak dijumpai . Sumber air baku
eksisting, pelayanan air bersih di Zona 1 & 2, dilayani oleh 6 (enam) buah sumur
dalam dengan kapasitas produksi total 18.89 l/dt, dengan sistem selengkapnya
bisa dilihat pada Tabel 3.13. Sedangkan lokasi ke 6 buah sumur dalam dan
reservoir yang terdapat di zona 1 & 2, terlihat pada Gambar 3.7. Ke 6 buah sumur
tersebut tidak memiliki data awal saat pembuatan, seperti : data pemboran, log
lithologi, electrical log, konstruksi sumur dan hasil pumping test. Sehingga tidak
bisa diketahui, kapasitas sumber atau debit aman air tanah yang bisa diproduksi.
Juga tidak ada data konstruksi sumur dan arransemen pipa, sehingga tidak

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 31

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

diketahui kedalaman pipa jambang (pump chamber casing), posisi pipa saringan (screen pipe) dan panjangnya. Jarak antar
sumur terlalu dekat (150m – 200m), lihat gambar 1, kemungkinan terjadi saling mempengaruhi (well interferences), yang menjadi
salah satu sebab turunnya debit produksi sumur-sumur yang ada. Sumur – VI, mempunyai rasa payau/anta Tidak ada meter air,
sehingga tdk diketahui dengan pasti debit produksi. Hitungan kapasitas produksi hanya perkiraan dari kapasitas pompa.

Tabel VII.20.
Data Unit Produksi PDAM Kota Tidore Kepulauan
NAMA
SUMBER/
PUSAT OPERASI
(PO)
Sumur I
Sumur II
Sumur III
Sumur IV
Sumur V
Sumur VI
PO. Seli
PO. Gurabati
PO. Mareku
PO. Soadara
Reservoir
Tambula

KAPASITAS (L/det)
KEDALAMAN
SUMUR (M) Sumber Terpasang Produksi
100
100
60
40
42
100

5
5
8
5
7
7,5

6
100
40
60

4
2,2
4,8
3,8
4,8
4,8

JENIS
POMPA

TYPE

DAYA
(kW)

HEAD
MAX (M)

KETERANGAN

10 m3/jam
8 m3/jam
13 m3/jam
11 m3/jam
13 m3/jam
13 m3/jam

Sumersible
Sumersible
Sumersible
Sumersible
Sumersible
Sumersible

SP-17-13
SP-8A-13
SP-17A-12
SP-16A-16
SP-17A-13
SP-17A-20

7,5
7
7,5
7,5
11,0
11,0

103
60
96
138
103
125

Operasi
Operasi
Operasi
Operasi
Operasi
Operasi

10

32 m3/jam

Centrifugal

CR 32

11,0

94

8
8
5

30 m3/jam
17 m3/jam
14 m3/jam

Sumersible
Sumersible
Sumersible

SP-16-16
SP-17A-20
SP-17A-12

11,0
11,0
11,0

151
159
140

Sudah Tidak
Operasi
Operasi
Operasi
Belum Operasi

200 M3

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 32

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Reservoir
Tongowai
Reservoir AfaAfa
Hidravoar
Genset
Genset
Genset
Panel

50 M3
100 M3
5 M3
40 kVA
25 kVA
60 kVA

1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit

Sumber: PDAM Kota Tidore Kepulauan

A. 1. Pelayanan Zona 3
Pelayanan zona 3, meliputi wilayah Kelurahan Soadara (224 KK), Topo (447 KK), Topo Tiga (158 KK) dan Kelurahan Seli (296
KK), Kecamatan Tidore. Di Zona 3 ini, terdapat 363 SR. Pelayanan air bersih di zona ini, rencananya akan dilayani oleh sumber
Sumur Dalam Soadara. Sampai saat ini pelayanan air bersih di zona 3 dilayani oleh sumur dalam di Gurabati, yang berada 2
Km di sebelah selatannya. Jumlah keluarga yang terdapat di zona 3 = 1.145 KK, apabila diasumsikan 80 KK ≈ 1 l/dt, maka
kebutuhan air saat ini = 14 l/dt

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

VII - 33

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RP