PROPINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016 - 2020
Rencana Program Investas
Jangka Menengah 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan
BAB I PENDAHULAUAN PROPINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016 - 2020
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu, infrastruktur juga memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing global.
Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan diperlukan keterpaduan antara 3 (tiga) pilar yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan yang kemudian diperkuat dengan dimensi kelembagaan. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan secara umum tercermin dalam indikator –indikator antara lain: (1) indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi dan dampak ekonomi; (2) tingkat partisipasi masyarakat pelaku pembangunan, partisipasi masyarakat marginal/minoritas (kaum miskin dan perempuan), dampak terhadap struktur sosial masyarakat, serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang di masyarakat; dan (3) dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta ekosistem (keanekaragaman hayati). Dengan demikian, dalam setiap penyelenggaraan pembangunan, khususnya pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat, harus selalu berlandaskan pada prinsip pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan daya dukung agar hasil pembangunan selain dapat dimanfaatkan untuk generasi sekarang juga dapat diwariskan pada generasi mendatang.
Selanjutnya, Pengarusutamaan Gender (PUG) diartikan sebagai strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang memperhatikan kualitas hidup, pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan laki-laki dan perempuan (orang lanjut usia, anak-anak di bawah umur, orang-orang dengan kebisaan berbeda/difable, serta orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi), yang diperoleh dari indikator kesetaraan akses, kontrol, partisipasi dalam pembangunan dalam memperoleh manfaat hasil-hasil pembangunan. Dalam kaitan tersebut, maka diperlukan peningkatan efektifitas pelembagaan PUG ke dalam budaya internal organisasi, mewujudkan penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang terintegrasi dengan aspek gender; serta mewujudkan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) di seluruh unit organisasi.
Makna dari tata kelola pemerintahan yang baik adalah merupakan tatanan pengelolaan manajemen yang ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip tertentu, antara lain keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, supremasi hukum, keadilan dan partisipasi. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten dan berkelanjutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi tercapainya sasaran pembangunan nasional. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik harus dilaksanakan secara konsisten, berkelanjutan dan dilakukan pada seluruh aspek manajemen penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengendaliannya. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik akan mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, pelayanan publik yang berkualitas serta kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi yang tinggi. Ketiganya merupakan prasyaratkeberhasilan pembangunan. Pemerintahan yang bersih akan meningkatkan pengelolaan sumber aya pembangunan yang akuntabel, meningkatkan kualitas pelayanan publik dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Selain itu, pelayanan publik yang baik dapat menciptakan kondisi kehidupan masyarakat yang lebih aman, nyaman, meningkat kesejahteraannya, serta dapat mengekspresikan dirinya secara maksimal. Lebih jauh, diharapkan pelayanan publik yang baik dapat memfasilitasi dunia usaha nasional dan pemangku kepentingan lainnya, sehingga dapat ikut memacu peningkatan kapasitas perekonomian nasional.
Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan dalam UU No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005
- – 2025 yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
1. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
2. Dimensi Pembangunan;
a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat . Pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.
b. Dimensi pembangunan sektor unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan, ketahanan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak tergantung kepada negara lain. Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah. c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan, baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan Timur.
3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.
4. Quickwins.. Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat terwujud dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat. Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut NAWA CITA, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan 3.desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehinggabangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategisekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.. Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup: a. Sasaran Makro; b. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: .
c. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: .
d. Sasaran Dimensi Pemerataan:
e. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah:
f. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Dengan demikian, Untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah, harus difokusan Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.
Pembangunan Nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia, sehingga pembangunan daerah merupakan perwujudan dan pelaksanaannya. Pendayagunaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat perlu dilakukan secara terencana, terpadu dan optimal sesuai dengan pengelolaan lingkungan bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Seiring dengan kebutuhan pembangunan yang dikeluarkan daerah, maka salah satu upaya penting yang dilakukan daerah adalah dengan pemahaman persepsi dan peningkatan kemampuan operasionalisasi oleh karena itu pada setiap bidang Cipta Karya memerlukan suatu rincian program dan kegiatan yang telah dilaksanakan ataupun yang akan dilaksanakan sehingga rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah pun dapat sejalan dan mempunyai benang merah yang sama. Selain itu untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan di daerah perlu merinci pendanaan yang dibutuhkan pada setiap kegiatannya yang dituangkan dalam rencana program investasi jangka menengah (RPIJM) yang mempunyai jangka waktu pelaksanaan selama 5 tahun.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Tujuan penyiapan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPJM) Daerah Bidang Cipta Karya Tidore Provinsi Maluku Utara adalah untuk mendorong terwujudnya kemandirian daerah dalam penyelenggaraan pembangunan kawasan perkotaan dan perdesaan yang berkelanjutan serta terintegrasi dalam pengembangan wilayah dalam rangka mengembangkan kehidupan sosial yang adil dan demokratis, aman damai serta kehidupan ekonomi nasional yang lebih sejahtera.
1.2.2. Tujuan
Sebagai dokumen acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. RPIJM memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun.
1.3. Kedudukan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) NAWACITA RENSTRA RENSTRA KEMENPUPR DJCK NASIONAL RPJMN
2015-2019 2015-2019
2015-2019 RENSTRA CIPTA
RENSTRA SKPD RPJMD KARYA/RAD PROPINSI
PROVINSI PROVINSI GERAKAN NASIONAL 100-0-100 PROVINSI
RPJMD RENSTRA SKPD RPIJM BIDANG KABUPATEN/ KABUPATEN/
CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA KOTA KOTA MEMORANDUM PROGRAM
Gambar I.1. Bagan Kedudukan Rencana Investasi Jangka Menengah I-
BAB I. Pendahuluan
7
1.4. Muatan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Muatan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) adalah sebagai berikut ini:
BAB 1. PENDAHULUAN Pada Bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan RPIJM Bidang Cipta Karya, serta muatan RPIJM Bidang Cipta Karya.
BAB 2. PROFIL KABUPATEN/KOTA Bagian ini membahas mengenai wilayah administrasi, potensi wilayah, demografi dan urbanisasi, serta isu strategis Kabupaten/Kota. BAB 3. ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA Pada bab ini berisi arahan kebijakan pembangunan Bidang Cipta Karya dan rencana strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya
BAB 4. ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN Pada Bagian ini membahas tentang analisis sosial, ekonomi, dan lingkungan antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan analisis kemiskinan.
BAB 5. KERANGKA STRATEGI PENDANAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA Bagian ini membahas mengenai kebutuhan investasi, potensi pendanaan, dan alternatif pendanaan. BAB 6 . KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN/KOTA Bagian ini membahas mengenai kerangka kelembagaan dan kerangka regulasi yang ada di kabupaten/kota. BAB 7. RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA Bagian ini membahas mengenai rencana program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya untuk masing-masing sektor, yaitu sektor Pengembangan Kawasan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengembangan SPAM, dan Pengembangan PLP. Pada setiapsektor dijelaskan kondisi eksisting, analisis kebutuhan, serta usulan kebutuhan program dan pendanaan masing-masing sektor.
BAB 8. MEMORANDUM PROGRAM JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA Pada bab ini berisi mengenai matriks program investasi RPIJM Kabupaten/Kota dan matriks keterpaduan program pada kawasan prioritas Kabupaten/Kota