PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK GREEN TONIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI
PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU
PEMBERIAN PUPUK GREEN TONIK TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO
(Theobroma cacao L.)
SKRIPSI
BUSTANIL
07C10407024
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU
PEMBERIAN PUPUK GREEN TONIK TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO
(Theobroma cacao L.)
SKRIPSI
BUSTANIL
07C10407024
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu
Penberian Pupuk Green Tonik terhadapPertumbuhan Bibit kakao (Thebroma cacao L.) Nama Mahasiswa : Bustanil N I M : 07C10407024 Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui : Komisi Pembimbing,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Aboe B. Saidi, S.Hut, M.Si Muhammad Jalil, SP, MP
NIDN. 0130097204 NIDN. 0115068302 Mengetahui,
Ketua Prodi Agroteknologi, Dekan Fakultas Pertanian, Diswandi Nurba, S.TP, M.Si Jasmi, SP, M.Sc.
NIDN. 0128048202 NIDN. 0127088002
Tanggal Lulus : 29 Agustus 2013
LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/ tugas akhir dengan judul :
Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Green Tonik
Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Thebroma cacao L)
Yang disusun oleh : Nama : BUSTANIL NIM : 07C10407024 Fakultas : Pertanian Program Studi : Agroteknologi Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 29 Agustus 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima :
SUSUNAN DEWAN PENGUJI :
1. Aboe B. Saidi, S.Hut, M.Si Pembimbing I/ Ketua Tim Penguji
2. Muhammad Jalil, SP, MP Pembimbing II
3. Irvan Subandar, SP, MP Penguji Utama
4. Jasmi, SP, M.Sc Penguji Anggota
Meulaboh, 29 Agustus 2013 Ketua Prodi Agroteknologi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan bagian utara Amerika Selatan. Tanaman tersebut tergolong famili Sterculiaceae dari ordo Malvales yang menghasilkan biji-bijian. Penduduk yang pertama kali mengusahakan tanaman kakao serta menggunakan sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec).
Ketika bangsa Spanyol datang tahun 1519, suku Astek-lah sebagai penanam dan mengusahakan tanaman kakao (Lukito, 2004).
Bangsa Spanyol pada saat itu tidak menyukai cokelat hasil olahan suku Astek. Mereka mulai mencari dengan menyangrai biji kakao, kemudian menumbuknya dan menambahkan gula tebu. Ternyata hasil pengolahan seperti ini lebih cocok dengan selera mereka. Karena itu, pada akhirnya bangsa Spanyol memperkenalkan gula tebu ke mesiko pada tahun 1522-1524. Orang-orang Spanyol juga tercatat sebagai penanam pertama kakao di Trinidad pada tahun 1525 (Lukito, 2004).
Di Indonesia tanaman kakao diperkenalkan oleh Bangsa Spanyol pada tahun 1560 di minahasa. Jenis yang pertama sekali di tanam adalah criollo, yang oleh bangsa Filipina diperoleh dari Venezuela. Produksi kakao ini relatif rendah dan peka terhadap serangan hama dan penyakit, tetapi rasanya enak. Pada tahun 1806 usaha perluasan kakao dimulai lagi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penanaman dilaksanakan di sela-sela areal pertanaman kopi (Siregar, 2004). kakao. Negara-negara produsen utama kakao adalah Pantai Gading, Ghana, Malaysia dan Indonesia. Dalam kurun waktu 7 tahun ini, laju peningkatan produksi dari Indonesia sekitar 33%, Malaysia sekitar 18,9%, Ghana sekitar 8,16% dan Pantai Gading sekitar 4,72%. Akibat dari produksi selalu lebih dari pada permintaan maka akan terjadi stok kakao terus bertambah sehingga mengakibatkan harga biji kakao terus melemah (Susanto, 1995).
Dalam usaha budidaya tanaman kakao proses pemupukan adalah salah satu pemeliharaan sangat penting pada untuk memperoleh hasil pertumbuhan yang lebih baik, tujuan pemupukan adalah menambah kesediaan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk memperoleh peningkatan hasil produksi yang optimal (Sutejo, 1987).
Pemupukan melalui daun dilakukan mengingat adanya kenyataan bahwa pemupukan melalui tanah kadang-kadang kurang menguntungkan dimana unsur hara yang diberikan seringkali mengalami pencucian sehingga unsur hara tersebut relatif kurang tersedia bagi tanaman. Sedangkan pemberian melalui daun dapat diserap oleh tanaman lebih cepat dibandingkan pemberian melalui tanah (Sutejo, 1987).
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengamplikasian pupuk melalui daun salah satunya adalah konsentrasi pupuk, sebab pemberian pupuk dengan Konsentrasi yang tidak tepat akan mengganggu tanaman. Pemberian dengan konsentrasi terlalu tinggi akan mengakibatkan kematian bagi tanaman yang dibudidayakan, sedang pemberian dengan konsentrasi yang terlalu rendah tidak akan memberikan hasil yang baik bagi tanaman.
Pupuk Green Tonik adalah pupuk daun yang mempunyai kandungan unsur
Selain konsentrasi, waktu pemberian juga memegang peranan penting. Pupuk daun belum bisa disemprotkan apabila tanaman baru dipindahkan, penyemprotan baru bisa dilakukan setelah tanaman kembali segar (Lingga, 1989)
Pada jenis tanaman keras, pupuk daun dapat disemprokan dengan volume larutan secukupnya dengan interval 10-15 hari sekali hingga pertumbuhan tanaman menjadi subur dan hijau. Oleh karena itu maka perlu dilakukan peneltian tentang konsentrasi dan interval waktu penyemprotan Green Tonik untuk mendapatkan pertumbuhan bibit kakao yang baik.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk Green Tonik yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan bibit kakao yang optimal.
1.3. Hipotesis
1. Konsentrasi pupuk Green Tonik berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao
2. Interval waktu pemberian pupuk Green Tonik berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao.
3. Terdapat interaksi antara konsentrasi dengan interval waktu pemberian pupuk
Green Tonik terhadap pertumbuhan bibit kakao
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Kakao
2.1.1. Sistematika
Berdasarkan batang nya klasifikasi botani tanaman kakao adalah sebagai berikut (Siregar et al., 1994). Devisi : Spermatophyta Anak Devisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Anak Kelas : Dialypetalae Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Thebroma Jenis : Theobroma Cacao L.
2.1.2. Morfologi a. Akar.
Tanaman kakao berakar tunggang apabila tanaman sudah berumur 1-2 minggu dari akar tunggang tumbuh akar-akar cabang, akar cabang ini bercabang lagi beberapa kali dan pada bagian akar cabang tumbuh akar rambut yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara yang terdapat dalam tanah (Siregar et al., 1994).
b. Batang.
Batang adalah bagian utama dari tanaman. Dari batang inilah keluar Kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh keatas dan tunas plagiotrop yang tumbuh kesamping, cabang kipas atau fan, (Susanto, 1995).
c. Daun.
Bentuk daunnya bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus), dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai daun (Lukito, 2004).
d. Bunga.
Bunga tanaman kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan, tangkai bunganya kecil tetapi panjangnya 1 – 1,5 cm, daun mahkota panjangnya 6 - 8 mm, terdiri atas dua bagian, bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan bagian ujung berupa lembaran tipis berwarna putih (Lukito, 2004).
e. Buah.
Pada dasarnya buah kakao tertiri dari dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak berwarna kuning. Sementara itu buah yang ketika muda berwarna merah setelah masak berwarna jingga (oranye). Panjang buah beragam dari 10 hingga 30 cm (Lukito, 2004).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
2.2.1. Iklim
Faktor iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman kakao meliputi curah
Curah hujan yang merata sepanjang tahun lebih penting dari pada jumlah hujan tahunan sebab tanaman kakao lebih cocok bila bulan kering tidah melebihi dari 3 bulan. Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250-3000 mm tiap tahun (Susanto, 1995)
Faktor suhu sangat berhubungan dengan tinggi tempat. Pada umumnya kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari 300 meter diatas permukaan laut.
C, sedangkan suhu minimum sekitar Suhu maksimal untuk kakao sekitar 30 – 32
C 18 – 21 C, berdasarkan keadaan iklim di Indonesia temperatur 25 – 26 merupakan temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. Karena itu, daerah-daerah tersebut sangat cocok pabila ditanami kakao (Siregar, 2004).
Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban udara relatif maksimum 100%, pada malam hari dan 70% - 80% pada siang hari.
Sinar matahari merupakan sumber energi bagi tanaman dalam proses fotosintesis. Namun kebutuhan sinar matahari tergantung dari besar kecilnya tanaman. Tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekiter 25% - 35% dari sinar matahari penuh. Tanaman dewasa yang sudah berproduksi kebutuhan sinar matahari semakin besar sekitar 65% - 75%. Hal ini dapat diperoleh dengan mengatur tanaman penaung (Susanto, 1995).
2.2.2. Tanah
Faktor tanah yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao adalah sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan kandungan bahan organik tanah.
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara makro dan mikro dalam tanah, kejenuhan basa, kapasitas pertukaran kation. Sementara itu sifat fisik tanah yang akumulasi endapan suatu unsur relatif sulit diperbaiki meskipun teknologi perbaikannya telah ada (Lukito, 2004) Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran pH 4,0-8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0 - 7,5 dimana unsur hara dalam tanah cukup tersedia bagi tanaman.
Tanaman kakao menghendaki tanah yang mudah ditembus oleh akar tanaman, akar tunggang tanaman kakao kedalaman sekitar 1-1,5 m, sedang akar lantara terdapat pada lapisan atas, sedalam sekitar 30 cm. dengan perakaran yang baik tanaman mampu menghisap air dan unsur hara.
Tanaman kakao tidak tahan terhadap genangan air maka diperlukan drainase yang baik sehingga pada musim kemarau tanah mampu menyimpan air dengan cukup atau tanah tetap lembab. Hal ini dapat terpenuhi apabila tanah memiliki tekstur sebagai berikut: fraksi pasir sekitar 50%, fraksi debu sekitar 10% - 20%, dan fraksi lempung sekitar 30% - 40%. Jadi, tektur tanah yang cocok untuk tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir (Susanto, 1995).
2.3. Pengaruh Green Tonik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Pupuk Green Tonik adalah pupuk daun yang mempunyai kandungan unsur hara yang lengkap baik hara makro maupun mikro. Pupuk ini juga disebut sebagai pupuk pelengkap cair (PPC) yang berfungsi sebagai katalisator untuk mengefektifkan/mengoptimalkan pemakaian unsur-unsur hara makro, sehingga tanaman mempunyai produktifitas yang tinggi.
Dengan memberikan pupuk Green Tonik pertumbuhan tanaman akan lebih meningkatkan produktifitas tanah. Green Tonik juga dapat meningkatkan kualitas produksi (buah lebih besar, biji lebih bernas, rentan terhadap hama dan penyakit).
Di samping itu juga ramah lingkungan dan tidak merusak struktur tanah. Kandungan unsur haranya lengkap sehingga dapat mengoptimalkan pemakaian pupuk-pupuk makro yang lazim digunakan (Urea, TSP, KCl)
Green Tonik sangat unggul karena bermamfaat untuk :
1. Mempercepat pertumbuhan dan perkembangan akar baru yang sangat diperlukan tanaman dalam proses penyerapan unsur hara dan perakaran yang dalam dapat mengatasi masalah cepatnya pengeringan permukaan tanah
2. Meningkatkan jumlah klorofil daun yang merupakan pabrik bagi tanaman untuk memproduksi karbo hidrat yang selanjudnya akan ditransportasikan keseluruh jaringan tubuh tanaman dan disimpan dalam bentuk biji , buah dan umbi
3. Mempercepat pembentukan Primordia bunga yang merupakan tahap lanjut tanaman (Generatif) Untuk membentuk buah/ biiji.
4. Meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur-unsur hara makro N,P,K dari pupuk-pupuk utama sehingga tanaman dapat memberikan hasil panen yang melimpah.
5. Tanaman lebih sehat, memiliki daya tahan yang kuat terhadap hama penyakit dan gangguan perubahan cuaca.
6. Dapat digunakan pada semua jenis tanaman.
Adapun keunggulan lain Green Tonik antara lain : 1. Unsur hara yang terkandung didalamnya langsung tersedia bagi tanaman.
2. Legalitas lengkap dan terdaftar di departemen pertanian dengan nomor P629/
3. Berbentuk tepung sehingga memudahkan penyimpanan dan relatif tahan lama.
4. Ramah lingkungan dan tidak merusak struktur tanah, didukung sifatnya yang
Biodegradable (Mudah Terurai)
Kandungan unsur haranya meliputi , N, 0,23%; K, 88%; P O , 12,70 %; S,
2
5
0,02 %; B, 0,25%; Ca, <0, 05 ppm; Mg, 25,92 ppm; CI, 0,11%; Mn, 2,37 ppm; Zm, 11,15 ppm: Na, 27,47% Fe, 36,45 ppm; C, 6,47%; Mo, 35,37 ppm; AI, < 0,4ppm; Co, 9,59 ppm; dan Cu, < 0,03 ppm.
2.4. Pengaruh Konsentrasi Unsur hara terhadap pertumbuhan dan Hasil Tanaman.
Selama masa pertumbuhan dan perkembangannya tanaman banyak memerlukan unsur hara baik makro maupun mikro. Unsur hara makro relatif banyak diperlukan oleh tanaman dari pada unsur hara mikro. Seperti kita ketahui betapa banyaknya unsur hara atau zat mineral yang terangkut dari dalam tanah ketika pemanenan berlangsung dan akan mengakibatkan rendahnya produktivitas tanaman jika kesuburan tanah kurang diperhatikan.
Untuk perbaikan kembali unsur-unsur hara yang terdapat dalam tanah, pemupukan merupakan suatu perlakuan yang penting selain persediaan humus, reaksi tanah, struktur tanah dan lain sebagainya.
Pupuk ialah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik yang bermaksud untuk mengganti kehilangan unsur-unsur hara yang didalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman. Sebelum pupuk diberikan kita harus menyelidiki tentang zat-zat apakah yang perlu diberikan kepada tanah sehubungan dengan kekurangannya, berapa besar
Pemberian atau penambahan zat-zat kedalam tanah harus ditinjau dari beberapa segi yaitu segi teknis, keuangan, sesial ekonomi dan lain-lain, apabila pemberian zat yang berlebihan atau serba kurang dan pemberian zat tidak tepat pada waktunya tentu akan menimbulkan akibat yang fatal atau sangat merugikan seperti : ~ Kematian pada tanaman yang dibudidayakan.
~ Timbulnya gejala-gejala penyakit yang baru. ~ Kerusakan fisik tanah, tidak ekonomis dan lain-lain.
Menurut Dwijoseputro (1983), menyatakan bahwa pada pemberian pupuk yang perlu diperhatikan adalah Konsentrasi yang tepat, apabila diberikan pada Konsentrasi yang rendah maka amplikasinya kurang efektif. Pemberian pupuk pada tanaman akan relatif efektif pada Konsentrasi tertentu, sedangkan Konsentrasi dibawah optimum tidak efektif bagi tanaman (Kusumo, 1984).
2.5. Pengaruh Interval Waktu Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Interval waktu pemupukan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman memerlukan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan dan perkembangannya (sejak kecambah hingga matinya tanaman). Terdapat berbagai proses pertumbuhan yang intensitasnya berbeda-beda. Ini berarti bahwa sepanjang pertumbuhannya ada saat-saat dimana tanaman itu memerlukan pertukaran zat secara intensif agar pertumbuhannya berlangsung dengan baik, ada saat-saat pembungaan, pembuahan dan dengan sendirinya ada saat-saat diperlukan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan bagian-bagian tanaman.
Kebutuhan unsur hara sangat tergantung pada fase pertumbuhan tanaman. pertumbuhan yang lebih baik, pemupukan harus di lakukan tepat pada waktu dan konsentrasinya.
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di gampong Seuneubok kecamatan Johan Pahlawan kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini dimulai dari tanggal 31 April sampai dengan 30 Juli 2012.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : benih kakao yang digunakan adalah varietas lokal yang di peroleh dari Perkebunan Rakyat Desa Menuang Kinco.
Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah campuran tanah lapisan atas (Top Soil) yang berjenis Aluvial berasal dari desa Seuneubok kecamatan Johan Pahlawan kabupaten Aceh Barat.
Pupuk kandang digunakan sebagai campuran media tanam yang diperoleh sekitar desa Seuneubok.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk daun Green Tonik yang diperoleh dari depot Pertanian Meulaboh.
Polybag yang digunakan dalam penelitian ini berwarna hitam berukuran 18 cm x 25 cm dengan jumlah polybag sebanyak 135 buah.
Naungan dari plastik transparan, sehingga air hujan tidak dapat masuk dan mengenai bibit kakao. Diatas plastik tersebut di beri atap dari daun kelapa sehingga terlindungi dari sinar matahari sekitar
2. Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, jangka sorong (Caliper), ayakan, timbangan, ember, meteran, spayer, gelas ukur dan alat tulis.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial. Ada 2 faktor yang diteliti masing- masing terdiri dari 5 dan 3 taraf perlakuan dengan 3 ulangan.
Konsentrasi Green Tonik (K) K : Tanpa Green tonik ( Kontrol)
- 1
K
1 : 1,5 cc l air
- 1
K
2 : 2,5 cc l air
- 1
K
3 : 3,5 cc l air
- 1
K
4 : 4,5 cc l air
Interval Waktu Pemberian Pupuk Green tonik (W) W : 7 hari sekali ( mulai umur 14 s/d 70 hst)
1 W 2 : 14 hari sekali (mulai umur 14 s/d 70 hst)
W
3 : 21 hari sekali (mulai umur 14 s/d 77 hst)
-1
4 W
2 W
2 K
2 W
3 K
3 W
1 K
3 W
2 K
3 W
3 K
4 W
1 K
2 K
2 W
4 W
3 Kontrol
Kontrol Kontrol
1,5 1,5 1,5 2,5 2,5 2,5 3,5 3,5 3,5 4,5 4,5 4,5 7 hari sekali
14 hari sekali 21 hari sekali 7 hari sekali 14 hari sekali
21 hari sekali 7 hari sekali 14 hari sekali 21 hari sekali
7 hari sekali 14 hari sekali 21 hari sekali 7 hari sekali 14 hari sekali 21 hari sekali
Model matematika yang digunakan adalah : Y ijk = + i + K j + W k + (KW) jk + ijk
Keterangan:
Y ij = Nilai pengamatan untuk faktor konsentrasi taraf ke-j, faktor interfal waktu pemberian taraf ke-k dan ulangan ke-i = Nilai tengah umum
i
= pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2, 3 dan 4) K j = pengaruh faktor Konsentrasi ke-i ( i = 1, 2, 3 dan 4) W
k
1 K
3 K
Tabel 1 : Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Green Tonik
8
No Susunan Kombinasi
Perlakuan Konsentrasi
Green Tonik
(cc l air
) Interval waktu
Pemberian Pupuk Green Tonik (Hari Sekali)
1
2
3
4
5
6
7
9
1 W
10
11
12
13
14
15 K W
1 K W
2 K W
3 K
1 W
1 K
1 W
2 K
= Pengaruh faktor interval waktu pemberian ke-j ( j = 1, 2 dan 3) (KW) jk = Interaksi terhadap faktor konsentrasi dan interval waktu pemberianpada taraf media ke-i, dan taraf konsentrasi hara ke-j ij = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor konsentrasi taraf ke-j, Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%.
Dengan persamaan sebagai berikut:
2 KTg
BNT 0,05 = t 0.05 (dbg) r
Dimana :
BNT 0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 % t 0,05 (db g ) = Nilai baku t pada taraf 5 %; ( derajat bebas galat ) KT g = Kuadrat tengah galat r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
1. Pemilihan Benih
Buah untuk keperluan benih diambil dari buah yang telah masak, bentuknya normal dan sehat. Untuk pengambilan biji dari buah dilakukan dengan pemotongan buah secara horizontal dimana biji yang diambil hanya bangian tengah. Pemotongan dilakukan dengan Hati-hati sehinga bijinya tidak rusak.
Sebelum dikecambahkan terlebih dahulu selaput buah (pulp) yang menutupi biji dihilangkan dengan menggunakan abu sekam, kemudian dicuci dengan air bersih dan ditiriskan. Biji yang telah bersih dikecambahkan dalam kotak pengecambahan, penyiraman kecambah dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore.
2. Persiapan Media
Media tumbuh bagi pembibitan ini adalah campuran tanah lapisan atas (Top Soil) dan Pupuk Kandang dengan perbandingan berat 3: 1 (Tiga bagian tanah dan Satu bagian pupuk kandang). Media tanam yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan diayak lalu diaduk sampai merata serta dimasukkan kedalam polybag.
3. Persemaian
Sebelum bibit ditanam dalam polybag terlebih dahulu disemai pada media pasir, kemudian ditutup dengan goni basah.
4. Penanaman Kecambah
Sebelum penanaman, kecambah diseleksi terlebih dahulu dengan memilih kecambah yang pertumbuhannya normal. Biji yang berkecambah dengan panjang radikula mencapai 0,5-1 cm kemudian dipindahkan dalam polybag/media tanam. Kecambah ditanam dengan radikula kebawah dan seluruh biji tertutup oleh lapisan tanah dan waktu pemindahan kecambah dilakukan 12 hari setelah benih tersebut berkecambah.
5. Pemberian pupuk Green Tonik
Aplikasi pupuk Green Tonik diberikan sesuai dengan perlakuan yang
- 1 -1
dicobakan yaitu : K : Tanpa Green Tonik, K
1 :1,5 cc l air , K 2 : 2,5 cc l air , K 3 :
- 1 -1
3,5 cc l air , dan K : 4,5 cc l air dengan interfal waktu pemberian yaitu: W : 7
4
1
hari sekali, W
2 : 14 hari sekali, W 3 : 21 hari sekali, Aplikasi pupuk ini diberikan pada pagi hari atau sesuaikan dengan cuaca setempat. Penyiraman dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari.
7. Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara teratur dengan mencabut rumput yang tumbuh didalam dan disekitar polybag.
3.5. Pengamatan
Parameter pertumbuhan bibit yang diamati adalah sebagai berikut :
a. Tinggi Bibit (cm) Pengamatan tinggi bibit dilakukan pada umur 30, 60 dan 90 hari setelah tanam, diukur dari permukaan tanah yang telah diberi tanda sampai bagian tanaman yang tertinggi.
b. Jumlah Daun (helai) Pengamatan jumlah daun dilakukan pada umur 30, 60 dan 90 hari setelah tanam, dihitung mulai dari daun pertama keluar sampai dengan daun terakhir.
c. Diameter Pangkal Batang (mm) Pengamatan diameter pangkal batang dilakukan pada umur 30, 60 dan 90 hari setelah tanam, diukur pada pangkal batang yang telah diberi tanda.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Konsentrasi Green Tonik
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai dengan 18) menunjukkan bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh sangat nyata diameter pangkal batang bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kakao dan jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST.
4.1.1. Tinggi Bibit Kakao(cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST.Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik Umur 30, 60 dan 90 HST
Tinggi Bibit Kakao (cm) Konsentrasi Green Tonik -1 Simbol cc l air
30 HST
60 HST
90 HST
K 0 (kontrol) 15,25 20,09 23,83 K
1 1,5 15,16 20,17 24,15
K
2 2,5 15,17
20.10 23,73 K
3 3,5 15,31
20.13 24,78 K
4 4,5 15,24
20.58 25,19 Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi umur 30 HST
- 1
dijmpai pada konsentrasi green tonik 3,5 cc l air (K
3 ) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada umur 60 dan 90 HST bibit kakao tertinggi dijumpai pada konsentrasi green
- 1
4.1.2. Jumlah Daun Bibit Kakao (helai)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh tidak nyata jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kakao pada Berbagai Konsentrasi Green Tonik Umur 30, 60 dan 90 HST
Jumlah Daun Bibit Kakao (cm) Konsentrasi Green Tonik -1 Simbol cc l air
30 HST
60 HST
90 HST
K 0 (kontrol)
4.04
6.82
9.59 K
1 1,5
4.22
6.85
9.74 K 2,5
4.19
6.78
9.67
2 K 3 3,5
4.37
7.15
10.00 K
4 4,5
4.37
7.33
9.89 Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak umur 30
- 1
dan 60 HST dijmpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air (K ) meskipun
4
secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan umur 90 HST jumlah daun bibit kakao terbanyak dijmpai
- 1
pada konsentrasi green tonik 3,5 cc l air (K
3 ) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena kekurangan unsur hara akan menghambat pertumbuhan dan unsur hara terhadap tanaman dapat mengakibatkan terhambatnya pembelahan dan perkembagan sel, sehingga dapat menghambat laju pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal tersebut disebabkan karena pada fase pertumbuhan bibit kakao atau tanaman kakao yang masih muda belum bisa menyerap dan mentraspotasi unsur hara kebagian organ – organ tanaman yang membutuhkan secara maksimal. Menurut Jumin (1989) juga menambahkan ketika proses fotosintesis terganggu, maka hasil fotosentesis yang seharusnya diproduksi untuk pembentukan daun muda menjadi terhambat.
4.1.3. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14, 16 dan 18) menunjukkan bahwa konsentrasi Green Tonik berpengaruh sangat nyata diameter pangkal batang bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT 0,05 disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao pada Berbagai
Konsentrasi Green Tonik Umur 30, 60 dan 90 HST
Konsentrasi Green Tonik Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)
- -1 Simbol cc l air
30 HST
60 HST
90 HST
K 0 (kontrol) 1.28a 6.14 a 9.08 a K
1 1,5 1.36 ab 6.27ab 9.20 b
K
2 2,5 1.40b 6.28 b 9.22 b
K
3 3,5 1.40b 6.38 bc 9.31 bc
K 4,5 1.41b 6.39 c 9.33 c
4 BNT
0.08
0.09
0.08 0,05
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (uji BNT) Tabel 4 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao terbesar
- 1
umur 30 HST dijumpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air (K
4 ) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada umur 60 dan 90 HST diameter pangkal batang bibit kakao terbesar dijumpai pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l
- 1
- 1
air (K
4 ) yang berbeda nyata dengan konsentrasi green tonik 0 cc l air (K 1 ) ,
- 1
- 1
konsentrasi green tonik 1,5 cc l air (K ), konsentrasi green tonik 2,5 cc l air
1
- 1
(K
2 ) namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi green tonik 3,5 cc l air
(K
3 ). Adapun hubungan antara diameter pangkal batang bibit kakao umur 30,60
dan 90 HST dengan berbagai konsentrasi Green Tonik dapat dilihat pada gambar 1.
10.00
9.20
9.31
9.22
g
9.08
9.33
an )
8.00
at m B (m al
6.00
6.28
6.38
6.39
6.14
6.27
gk ao
30 HST
4.00
an ak P
60 HST
K it
1.40
er
1.40
1.41
2.00
1.28
1.36
90 HST
et ib B
0.00
iam D
1,5 2,5 3,5 4,5
- -1
Konsentrasi Green Tonik (cc l air )
Gambar 1. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao Umur 30,60 dan 90 HST dengan Berbagai Konsentrasi Green Tonik.
Gambar 1 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao
- 1
meningkat pada konsentrasi green tonik 4,5 cc l air (K
4 ) dan menurun pada
- 1
konsentrasi green tonik 0 cc l air (K ). Hal ini diduga bahwa unsur hara yang diterima oleh tanaman terpenuhi sehingga pertumbuhan dan perkembagan tanaman kakao tumbuh normal. Menurut Darmawan dan Baharsyah (1993) yang mengatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi metabolisme pada jaringan tanaman. Bucman dan Brady (1982) hara yang dibutuhkan berada dalam kondisi yang cukup dan seimbang bagi pertumbuhan dan perkembagan tanaman.
4.2. Interval Waktu Pemberian
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai dengan 18) menunjukkan bahwa interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 60 dan 90 HST, jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST dan diameter pangkal batang bibit kakao umur 30 dan 60 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 30 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao umur 90 HST.
4.2.1. Tinggi Bibit Kakao (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 60 dan 90 HST. Berpegaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao umur 30 HST.Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT 0,05 disajikan padaTabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Tinggi Bibit Kakao Pada Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik Umur 30, 60 dan 90 HST
Interval Waktu Pemberian Tinggi Bibit Kakao (cm) Simbol Hari Sekali
30 HST
60 HST
90 HST
W
1
7 15.01 a 19.78 a 22.47 a W
2
14 15.27 ab 20.34 b 25.29 b W
3
21 15.41 b 20.33 b 25.25 b
BNT 0,05
0.27
0.16
0.87 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
taraf peluang 5% (uji BNT) Tabel 5 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi umur 30 dan 60 HST dijumpai pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W ) yang berbeda
3
nyata dengan interval waktu pemberian7 hari sekali (W
1 ) namun tidak berbeda
nyata dengan interval waktu pemberian 14 hari sekali (W ). Sedangkan umur 90
2 HST tinggi bibit kakao tertinggi dijumpai pada interval waktu pemberian 14 hari
sekali (W
2 ) yang berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 7 hari sekali
(W ) namun tidak berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 21 hari sekali
1
(W
3 ). Adapun hubungan antara tinggi bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST
dengan berbagai interval waktu pemberian Green Tonik dapat dilihat pada Gambar 2.
30.00
) m
25.29
25.25
(c
25.00
22.47
an
20.53
20.34
19.78
am
20.00
30 HST
an T
15.41
15.01
15.27
60 HST
15.00
ggi
90 HST
in T
10.00
7
14
21 Interval Waktu Pemberian Gambar 2. Tinggi Bibit Kakao Umur 30, 60 dan 90 HST Dengan Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik.
Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao meningkat pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W ) dan menurun pada interval waktu pemberian
3
7 hari sekali (W
1 ). Hal ini diduga bahwa interval waktu pemberian pupuk pada
masa vegetatif sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Riana (1996) yang mengatakan tanaman kakao memerlukan pemupukan yang ekfektif dan dapat tumbuh dengan baik. Rosmarkan dan Yowono (2002) juga mengatakan bahwa tanaman memelukan bahan organik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya, dengan menggunakan hara green tonik sehingga tanaman dapat memenuhi sklus hidupnya.
Peninggkatan tinggi tanaman kakao semakin meningkat pada interval waktu pemberian pupuk green tonik umur 90 HST. Hal ini disebabkan karena unsur hara yang diperoleh sudah memenuhi dan mencapai keseimbagan pada pertumbuhan tanaman kakao. Menurut Harjadi (1989) yang mengatakan bahwa unsur hara yang tersedia bagi tanaman melalui proses fotosintesis menghasilkan kabohidrat yang kemudian diangkat kebagian organ tanaman, hal ini akan merangsang pertumbuhan, perpanjangan dan pembesaran bagian vegetatif maupun generatif.
4.2.2. Jumlah Daun Bibit Kakao (helai)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan bahwa interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST. Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT 0,05 disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Jumlah Daun Bibit Kakao Pada Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST.
Interval Waktu Pemberian Jumlah Daun Bibit Kakao (helai) Simbol Hari Sekali
30 HST
60 HST
90 HST
W 7 3.95 a 6.29 a 9.18 a
1 W
2
14 4.38 b 7.33 b 10.11 b W
3
21 4.38 b 7.33 b 10.04 b
0.29
0.33
0.39 BNT 0,05
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak umur 30 dan 60 HST dijumpai pada interval waktu pemberian 14 hari sekali (W ) dan
2
interval waktu pemberian 21 hari sekali (W
3 ) yang berbeda nyata dengan interval
waktu pemberian 7 hari sekali (W ). Sedangkan pada umur 90 HST jumlah daun
1
bibit kakao terbanyak dijumpai pada interval waktu pemberian 14 hari sekali (W
2 )
yang berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 7 hari sekali (W
1 ) namun
tidak berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 21 hari sekali (W ). Adapun
3
hubungan antara jumlah daun bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST dengan berbagai interval waktu pemberian Green Tonik dapat dilihat pada Gambar 3.
12.00
ao
10.11
10.04
9.18
10.00
ak
7.33
7.33 K
8.00
it
6.29
ib )
6.00 B
ai
30 HST
4.38
4.38
n el
3.95
4.00
(h au
60 HST
D
2.00
90 HST
lah m
0.00 Ju
7
14
21 Interval Waktu Pemberian Gambar 3. Jumlah Daun Bibit Kakao Umur 30, 60 dan 90 HST Dengan Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik.
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao meningkat pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W
3 ) dan menurun pada interval waktu
pemberian 7 hari sekali (W ). Hal ini diduga bahwa interval waktu pemerian
1
pupuk sangat tepat dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman kakao cukup tersedia sehingga dapat merangsang pertumbuhan dan perkembagannya kearah yang lebih baik. Menurut Erwin (1987) mengemukakan bahwa pemupukan dengan interval
Surdarsianto (1994) juga menambahkan bahwa pemupukan dilakukan secara tepat dan teratur pada bibit kakao akan memberikan hasil yang nyata serta menguntungkan apabila dibandingkan dengan tanpa pemupukan yang tidak sesuai dengan waktu dan kebutuhan bibit.
4.2.3. Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14, 16 dan 18) menunjukkan bahwa interval waktu pemberian Green Tonik berpengaruh sangat nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao umur 30 dan 60 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao umur 90 HST.Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji dengan BNT disajikan pada
0,05 Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao Pada Berbagai Interval Waktu Pemberian Green Tonik umur 30, 60 dan 90 HST
Interval Waktu Pemberian Diameter Pangkal Batang Bibit Kakao (mm)
Simbol Hari Sekali30 HST
60 HST
90 HST
W
1
7 1.24 a 6.23 a
9.19 W
2
14 1.41 b 6.28 a
9.23 W
3
21 1.45 b 6.37 b
9.27
0.06
0.07 - BNT 0,05
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (uji BNT) Tabel 7 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao terbesar umur 30 HST dijumpai pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W
3 ) yang
berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 7 hari sekali (W
1 ) namun tidak
berbeda nyata dengan interval waktu pemberian 14 hari sekali (W ). Pada umur 60
2 HST diameter pangkal batang bibit kakao terbesar dijumpai pada interval waktu pemberian 7 hari sekali (W
1 ) dan interval waktu pemberian 14 hari sekali (W 2 ).
Sedangkan umur 90 HST diameter pangkal batang bibit kakao terbesar dijumpai pada interval waktu pemberian 21 hari sekali (W
3 ) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun hubungan antara diameter pangkal batang bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST dengan berbagai interval waktu pemberian Green Tonik dapat dilihat pada Gambar 4.
9.19
10.00
9.23
9.27
g an )
8.00
at
6.37
m
6.28
6.23 B
(m al
6.00
gk ao
30 HST