GAMBARAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENTINGNYA MEMERIKSA PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU DESA KRUNG CUT KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI

  GAMBARAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENTINGNYA MEMERIKSA PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU DESA KRUNG CUT KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH: RIKA SOFIANA NIM: 08C10104131

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

  GAMBARAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENTINGNYA MEMERIKSA PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU DESA KRUNG CUT KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar OLEH: RIKA SOFIANA NIM: 08C10104131 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR

  1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pembangunan Indonesia adalah proses pembangunan yang bertujuan agar manusia mempunyai kemampuan di berbagai bidang khususnya dalam bidang pendapatan, kesehatan , dan pendidikan. pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan di bentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang, sehat, berpengetahuan , memiliki kehidupan yang layak. Masing-masing demensi direprsentasikan oleh indikator. Semua indikator yang merespresentasikan ketiga demensi pembangunan yang terangkul dalam satu nilai tunggal yaitu indeks pembangunan manusia ( Human

  development index). ( Depkes RI 2008).

  Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.( Dinkes Aceh, 2009). Hakekat pembangunan kesehatan adalah proses yang terus menerus dan progresif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu pembangunan kesehatan juga merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, UU Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh, Undang Undang nomor 17 tahun 2008 tentang

  2 2025, Qanun Provinsi Nangroe Aceh Darussalam nomor 4 tahun 2002 tentang perimbangan keuangan antara pemeritah Provinsi dan pemerintah kab/kota, dengan demikian peningkatan derajat kesehatan akan memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan daya saing bangsa yang sangat diperlukan dalam era globalisasi.( Dinkes Aceh, 2009)

  Kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. (nursing, 2010)

  Seorang anak dapat dikatakan sehat apabila mempunyai kriteria perkembangan dan pertumbuhan yang sesuai (sunarti,1994). Untuk mengetahui kesehatan fisik biasanya dengan melihat berat dan tinggi badan yang biasanya di lakukan saat pelaksaan kegaitan posyandu. (Direktorat Gizi 2007)

  Kegiatan posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader – kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar, (Effendi, 2002).

  Posyandu demikian singkatan dari pos pelayanan awalnya adalah organisasi pelayanan pencegahan penyakit dan keluarga berencana bagi keluarga kalangan istri berusia subur dan balita posyandu diharapkan lahir dikembangkan atas kesadaran dan upaya masyarakat sendiri, atau partisipasi sosial dari setiap komunikasi di desa dan kelurahan (Indo media, 2006).

  3 Pelayanan kesehatan terpadu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dipelayanan program terpadu dibalai dusun, RW dengan pos pelayanan terpadu (posyandu) pelayanan kesehatan yang dilaksanakan adalah KIA, KB, P2M (imunisasi dan penanggulangan diare) dan gizi (penimbangan balita), sasaran penduduknya adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur (PUS) dan balita. (Muninjaya, 2004).

  Menurut Depkes 1998, posyandu juga dapat diartikan sebagai satu bentuk kegiatan dari pos kesehatan masyarakat desa (PKMD), yang masyarakat melalui kader – kadernya menyelenggarakan lima program perioritas secara terpadu pada tempat dan waktu yang sama dengan bantuan pelayanan langsung dari staf puskesmas. (Eka Sari, 2008)

  Pos pelayanan terpadu adalah akronim yang sudah sangat familiar ditelinga masyarakat kita, tapi jujur harus diakui bahwa sampai saat ini masih banyak desa yang belum memiliki unit ini. Kalaupun ada, tidak berjalan yang berjalan pun hanya terbatas. Pada kegiatan penimbangan bayi dan pengisian KMS serta pemberian makanan tambahan. Kegiatan posyandu pada saat ini mengalami kemunduran, yang masih berjalan hanya imunisasi dan gizi dalam pertemuan bulanan. Kegiatan lain tidak berjalan dengan teratur seperti penyuluhan, namun malah kegiatan yang sebenarnya tidak termasuk dalam program posyandu justru yang dilaksanakan oleh paramedis dari puskesmas setempat dengan biaya yang sesuai dengan kemampuan pasien, pada akhirnya posyandu lebih sebagai tempat masyarakat mencari pengobatan (Indomedia, 2006).

  4

  Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah suatu kartu atau alat penting yang di gunakan

untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. KMS yang ada saat ini adalah

KMS balita yaitu memuat grafik pertumbuhan serta indicator perkembangan yang

bermamfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap setiap bulannya

, dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun.(Nursalam, 2008)

  Nagan Raya merupakan salah satu Kabupaten di Wilayah Barat Aceh pada tahun 2011 memiliki 10 Kecamatan, 222 Desa, terdapat 13 Puskesmas, 256 posyandu, dan kader aktiv berjumlah 1280 orang. Menurut laporan kegiatan pembinaan gizi masyarakat Kabupaten Nagan Raya Pada Tahun 2011 dengan bayi dan balita berjumlah 12382 bayi/ balita, yang mempunyai buku KIA 11942 bayi dan balita, yang di timbang 6443 bayi dan balita, (Laporan Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Kabupaten Nagan Raya, 2011)

  Kecamatan Beutong adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Nagan Raya dengan jumlah bayi dan balita pada tahun 2011 sejumlah 1585 bayi dan balita, yang mendapat vitamin A 1275 bayi dan balita, yang mendapat MP-ASI 14 bayi dan balita, bayi dan balita yang gizi buruk 67 bayi dan balita, yang mendapat pengawasan 28 bayi dan balita, yang bayi dan balitanya di beri ASI eklusif 240 bayi. (Profil Puskesmas Beutong, 2011)

  Desa Krung Cut terletak Di Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, secara gografis letak desa Krung Cut berada di seberang sungai sehingga informasi jarang mereka dapatkan menurut survey awal peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan posyandu pada tanggal 26 agustus 2012 dengan jumlah bayi dan balita di desa Krung Cut berjumlah 25 bayi dan balita yang hadir pada saat

  5 Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran perilaku Ibu rumah tangga Tentang

  Pentingnya Memeriksa Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Posyandu Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimakah Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pentingnya Memeriksa Pertumbuhan Balita Di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya”.

  1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga tentang pentingnya memeriksa pertumbuhan bayi dan balita Di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Rayan.

  1.3.2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya memeriksa pertumbuhan balita Di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

  2. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang tentang kesehatan dan pertumbuhan balita di posyandu Desa Krung Cut Kecamatan Beutong

  6

1.4. Manfaat Penelitian

  1.4.1. Manfaat Praktis

  1. Memberikan masukan kepada Pemda khususnya tenaga profesional dan dinas kesehatan untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan posyandu.

  2. Memberikan masukan kepada puskesmas untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan posyandu.

  3. Memberikan masukan kepada Pemda khususnya instansi-instansi terkait untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan posyandu.

  4. Untuk masyarakat Desa krung cut dalam wilayah kerja Puskesmas Beutong sebagai masukan agar adanya suatu peningkatan kerja sama dengan petugas kesehatan dalam peningkatan program posyandu di dea- desa .

  1.4.2. Manfaat Teoritis

  1. Bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan berpikir untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dibangku kuliah.

  2. Menambah wawasan tentang masalah kesehatan yang ada dan dialami oleh masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

  2.1.1. Pengertian Pengetahuan

  Pengetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010)

  2.1.2. Jenjang Pengetahuan

  Aspek kognitif dibedakan atas (6) jenjang menurut taksonomi Bloom (1956) yang diurutkan secara hirarki piramidal. Sistem klasifiksi Bloom ini dijabarkan oleh Notoatmodjo sebagai berikut :

  1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

  2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

  3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai abstraksi pemahaman / materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi konkrit / kondisi riil (sebenarnya)

  4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan menguraikan atau menjabarkan suatu integritas atau suatu obyek menjadi unsur-unsur atau bagian- bagian sehingga susunannya dapat dimengerti. Untuk dapat melakukan analisis ini harus dilandasi oleh kemampuan ibu pada ketiga tingkatan sebelumnya. Sebab, kemampuan analisis ini menyangkut pemahaman yang komprehensif untuk dapat memilah menjadi bagian-bagian yang terpadu.

  5. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan kembali unsur-unsur atau bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Atau dengan istilah lain, sintesis ini menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen , yang jawabannya sering tidak pasti, tetapi kemampuan ini akan dapat meningkatkan kreatifitas yang diakibatkan seseorang menemukan hubungan kausal dari suatu

  6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian ini mengacu pada tujuan, gagasan, metode, cara kerja ataupun teknik pemecahannya. Untuk dapat melakukan penilaian ini harus dilandasi oleh pemahaman yang mendalam (Notoatmodjo,S, 2010)

  Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, terhadap suatu objek tertentu sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoadmodjo, 2003)

  Menurut Rogers (Dalam Notoatmodjo, 2010) suatu penerimaan ide baru akan melalui lima tahap mulai dari mengetahui (awareness) hingga penerimaan (adoption) sangat ditentukan oleh hal-hal yang ada dalam diri individu misalnya sikap, motivasi dan faktor luar individu yaitu lingkungan termasuk efektivitas program dan pengalaman terhadap pelayanan dimasa lalu. bila terdapat hal-hal yang kurang mendukung, perilaku yang telah terwujud dapat saja berubah.

2.2. Ibu Rumah tangga

2.2.1. Pengertian Ibu Rumah Tangga

  Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang dan sebutan untuk wanita yang sudah bersuami (KBBI, 2001). Ibu seabagai pengasuh utama anak memenggang peranan penting dalam mengurus baik kesehatan , makanan serta lainya. ( Nia, 2011)

  Ibu rumah tangga adalah pusat hidup rumah tangga, pencipta kebahagian anggota keluarga. Sosok ibu bertanggungjawab menjaga dan memperhatikan kebutuhan anak, mengelola kehidupan rumah tangga, memikirkan keadaan ekonomi dan makanan anak-anaknya, memberi teladan akhlak, serta mencurahkan kasih sayang bagi kebahagian sang anak (Tarbiyah, 2009).

2.2.2. Kesadaran Ibu Rumah Tangga Terhadap Kesehatan Balita

  Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai gate- keeper dari keluarga.

  (Linda, 2004) Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada

  ASI menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur empat tahun.(Linda 2004)

2.3. Pertumbuhan Balita

2.3.1. Pengertian Pertumbuhan

  Kata pertumbuhan sering kali dikaitkan dengan kata perkembangan, sehingga ada istilah tumbuh-kembang. Kata pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan secara bergantian atau bersamaan. Ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bagian dari perkembangan. Secara singkat, pertumbuhan dapat diartikan sebagai bertambahnya ukuran fisik dari waktu kewaktu. Ukuran kecil dan besar ini dapat dicontohkan dengan perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat, atau dengan perubahan tinggi badan dari pendek menjadi lebih tinggi (Depkes, 2002).

  Menurut Nursalam (2005) yang mengutip pendapat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besar sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif, hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa. Jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar, lebih matang bentuknya.

  Pertumbuhan sebagai indikator perkembangan status gizi, dimana pertumbuhan merupakan salah satu produk dari keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi (status gizi). Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu. Dalam waktu singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan, diare dan infeksi saluran pernafasan atau karena kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Jika gangguan pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat terlihat pada hambatan pertambahan tinggi badan (Depkes, 2002).

  Menurut Depkes (2006), tujuan pemantauan pertumbuhan adalah untuk penjaringan balita bawah garis merah, gizi kurang dan gizi buruk. Ruang lingkup pemantauan pertumbuhan bayi dan balita mencakup; (1) penimbangan berat badan, (2) penilaian status pertumbuhan, (3) konseling, (4) penyuluhan, (5) rujukan bila terdapat bayi dan balita dengan gizi buruk.

2.3.2. Perngertian Balita

  Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).

  Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.

  Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan. (Anggraeni. DY, 2010)

2.3.3. Syarat – Syarat Pertumbuhan Balita

  Ada tiga syarat utama supaya bayi dan Balita dapat mencapai tumbuh kembang secara optimal.: 1. kebutuhan fisik-biologis termasuk ASI, nutrisi, imunisasi, bahkan lingkungan tempat tinggal juga menentukan perkembangan anak. kebutuhan fisik ini berpengaruh pada pertumbuhan fisik termasuk otak, alat penginderaan dan alat gerak untuk mengeksplorasi lingkungannya

  2. kebutuhan asih berupa perasaan dilindungi, rasa aman dan nyaman, diperhatikan serta dihargai, didengar keinginan dan pendapatnya. Jangan mengutamakan hukuman dengan kemarahan, namun lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan pengaruh kasih sayang dan kegembiraan.

  Ini adalah kebutuhan yang besar pengaruhnya pada kemandirian dan kecerdasan anak,.

  3. kebutuhan asah yang berupa berbagai permainan yang merangsang semua indera. Kebutuhan stimulasi bermain sejak dini akan besar pengaruhnya pada berbagai kecerdasan anak atau multiple intelejen, (Soedjatmiko.2012) ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin di dalam kandungan karena akan saling berpengaruh. (Soedjatmiko.2012)

2.3.4. Tahapan Pemeriksaan Kesehatan Balita

  Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Bidan yang bekerja di komunitas melakukan kegiatan pelayanan kesehatan anak balita di rumah (keluarga), Puskesmas/Puskesmas pembantu, Posyandu,Polindes dan Taman Kanak-kanak.:

  1. Pelayanan kesehatan pada anak balita

  a. Pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala

  b. Penyuluhan pada orang tua, menyangkut perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pengawasan tumbuh kembang anak c. Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya

  d. Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan cara menanggulanginya

  2. Kunjungan Balita Bidan berkewajiban mengunjungi bayi yang ditolongnya atupun yang ditolong oleh dukun di bawah pengawasan bidan di rumah. Kunjungan ini dilakukan pada minggu pertama setelah persalinan. Untuk selanjutnya bayi bisa dibawa ke tempat bidan bekerja

  3. Pemeriksaan kesehatan anak balita Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan umum anak: a. Bagaimana postur tubuhnya, kurus atau gemuk

  b. Apakah da!am keadaan tenang, Mengantuk atau gelisah

  c. Bagaimana kondisi psikologis anak, marah, cengeng atau ramah

  d. Bagaimana kondisi kulit anak

  e. Apakah sesak napas atau tidak

  f. Bagaimanan kondisi matanya, cekung, ada kotoran, warna konjungtiva

  g. Bagaimana kesan pertumbuhan anak,Apakah sesuai antara berat badan, tinggi badan, dan perkembangan mentalnya(suhartini,2011)

2.3.5. Fungsi Kesehatan Balita

  Periode yang penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.

  Bahkan ada sarjana yang mengatakan “The Child Is The Father of The Man” sehingga setiap kelainan / penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari (Soetjiningsih, 1995)

2.4. Posyandu

2.4.1. Posyandu Pratama (Warna Merah)

  Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum ini dinilai gawat sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.(Simbering,2004)

  2.4.2. Posyandu Madya (Warna Kuning)

  Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas lima orang atau lebih.

  Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :yang Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi.

  Penggarapan dengan pendekatan Pos Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. (Simbering,2004)

  2.4.3. Posyandu Purnama (Warna Hijau)

  Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi)lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana. Intervensi pada posyandu ditingkat ini adalah :Penggarapan dengan pendekatan Pos Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) untuk mengarahkan masyarakat menetukan sendiri pengembangan program di posyandu. Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih. .(Simbering,2004)

2.4.4. Posyandu Mandiri (Warna Biru)

  Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,cakupan lima program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat.(JPKM). . ( Depkes RI 2001)

  Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu : Meja I : Pendaftaran. Meja II : Penimbangan Meja III : Pengisian KMS Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.

  Meja V : Pelayanan KB dan Kesehatan Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader Posyandu sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).

2.5. Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Balita Di Posyandu.

  Periode tiga tahun pertama pada masa Balita merupakan periode emas kebersihan, imunisasi, vitamin A dan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta kasih sayang dan stimulasi yang memadai pada usia Balita akan meningkatkan kelangsungan hidup dan mengoptimalkan kualitas hidup anak.( Krishnajaya,2012)

  Balita tumbuh dengan cepat Seiring dengan pertumbuhannya, mereka perlu mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Pemeriksaan ini akan memberikan kesempatan kepada dokter untuk mendeteksi apakah ada masalah sejak dini. Dengan begitu , masalah yang timbul dapat dengan cepat ditangani untuk mencegahnya menjadi serius atau menimbulkan efek jangka panjang. ( wijaya,2012)

  Kaitan Posyandu terhadap program perbaikan gizi dapat menumbuhkan kesadaran ibu balita terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Apabila ibu yang kurang mendukung dapat menyebabkan kondisi gizi anak semakin menurun atau sebaliknya. Keadaan ini bila berlangsung terus menerus akan berdampak pada semakin meningkatnya indikator kesakitan dan kematian. Padahal tujuan program gizi yang tercermin dalam salah satu kegiatan posyandu adalah untuk meningkatkan keadaan gizi yang optimal bagi masyarakat yang dapat dinilai dengan meningkatnya jumlah Keluarga Sadar Gizi dan berperilaku gizi seimbang. Bila keadaan tersebut dapat tercapai maka tujuan posyandu dalam mewujudkan perilaku sehat pada masyarakat dapat sesuai dengan perilaku Kadarzi (Razali, 2004).

2.6. Faktor-Faktor Pendukung Kesehtan Balita.

  Setiap individu berbeda dalam proses pertumbuhan karena pertumbuhan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Supariasa, 2001 faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan).

  1. Faktor Pertumbuhan Bayi Internal (Genetik) Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Yang termasuk faktor internal (genetik) adalah faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa.

  2. Faktor Pertumbuhan Bayi Eksternal (Lingkungan) Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.

  Apabila kondisi lingkungan kurang mendukung atau jelek, maka potensi genetik yang optimal tidak akan tercapai. Faktor lingkungan yang mempengaruhi dibagi dua yaitu: faktor pranatal dan lingkungan pascanatal.

  a. Faktor lingkungan pranatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan, antara lain; Mekanis,,Gizi, Toksin/ zat kimia, Endokrin, Radiasi , Infeksi intrauterine, Stress ,Anoksia, embrio

  b. Faktor lingkungan pascanatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan anak setelah lahir, antara lain : Lingkungan biologis, Faktor fisik, Faktor psikososial, Faktor keluarga dan adat istiadat (kang bull, 2012)

  2.7. Kerangka Teoritis

  • Ibu Rumah Tangga - Jenjang Pengetahuan balita
  • Pertumbuhan balita
  • Kesehatan balita
  • Fungsi kesehatan balita posyandu
  • Posyandu pratama
  • Posyandu madya
  • Posyandu purnama
  • Posyandu mandiri Pemerikasaan balita di posyandu

  2.8. Kerangka Konsep

  (sumber: Budiato 2006)

  Pengetahuan

  Pengetahuan Pemeriksaan balita di posyandu Independen Dependen

BAB III METODE PENELITIAN

  3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

  Penelitian ini bersifat survey deskriptif , untuk mengetahui Gambaran perilaku Ibu rumah tangga Tentang Pentingnya Memeriksa Pertumbuhan Balita Di Posyandu Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Tahun 2012

  3.2. Lokasi dan Waktu

  Penelitian ini dilaksanakan di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 mei 2013 Sampai dengan 14 juni 2013.

  3.3. Populasi dan Sampel

  3.3.1. Populasi Populassi dalam penelitian ini adalah semua ibu Desa Krung Cut Kecamatan Beutong yang memiliki balita yang berusia 0-5 tahun yaitu sebanyak 25 ibu yang mempunyai balita.

  3.3.2. Sampel Menurut Arikunto (2002) untuk populasi penelitian yang kurang dari 100 responden maka sebaiknya diambil semua untuk dijadikan sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data

  Metode yang di gunakan untuk pengumpulan data ini adalah :

  1. Data Primer Data yang diperoleh dari peninjauan langsung pada objek penelitian yaitu kelapangan, dengan melakukan observasi, penyebaran kuesioner serta melakukan wawancara dengan masyarakat di Desa Krung cut

  2. Data Sekunder Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas.serta kader posyandu.

  3.5. Defenisi orerasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No. Variable Keteranagan

  

Variable independen

Pengetahuan Definisi Tingkat pemahaman responden tentang 1. pentingnya pemeriksaan bayi dan balita Cara ukur Wawancara

  Alat ukur Cheklis Hasil ukur - Baik

  • - Kurang

    Skala ukur Ordinal

  

Variabel Dependen

  

2. Pemeriksaan Definisi Kegiatan yang di lakukan saat posyadu

bayi di dilaksanakan posyandu

Cara Ukur Cheklis dan Observasi

  Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur - ada

  • Tidak ada Skala Ukur Ordinal

3.6. Aspek Pengukuran

  1. Tingkat Pengetahuan

  1. Baik : Jika menjawab benar ≥50 % dari pertanyaan dari total skor tertinggi.

  2. Kurang : Jika menjawab benar <50 % dari pertanyaan dari total skor tertinggi.

  (sumber: Arikunto 2006)

  2. Pemeriksaan Bayi Dan Balita Di Posyandu

  Dikatagorikan menjadi dua katagori yaitu : 1. ada: Jika melaksanakan > 5 kegiatan pokok posyandu

  (penimbangan berat badan, penilaian status pertumbuhan, konseling, penyuluhan, rujukan bila terdapat bayi dan balita dengan gizi buruk).

  2. Tidak : Jika melaksanakan < 5 kegiatan pokok posyandu.

3.7. Teknik Analisa Data

  Penelitian ini bersifat deskriptif, maka analisis data yang akan dilakukan adalah Analisis Univariat dimana Analisis yang di gunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel yang di teliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DA PEMBAHASAN

  4.1. Gambaran Umum Penelitan

  Gampong Krueng Cut memiliki wilayah yang strategis untuk areal pertanian, perkebunan dan perikanan. Gampong Krueng Cut berada di kecamatan Beutong dan berada dalam wilayah kabupaten Nagan Raya. Pusat ibu kota kecamatan terletak di ule jalan, dengan luas wilayah 17,8 Km² yang terbagi dalam dua Jurong atau dusun, dengan jumlah penduduk 209 jiwa dari 66 kepala keluarga, yang tersebar kedalam dua jurong tersebut. Gampong Krueng Cut memiliki jarak ke ibukota kabupaten + 12 Km dan ke ibukota kecamatan + 3 km Batasan wilayah Gampong Krueng Cut sebagai berikut:

  1.Sebelah Utara dengan Panton Bayam

  2.Sebelah Selatan dengan Cot God

  3.Sebelah Timur dengan Blang Baroe PR

  4.Sebelah Barat dengan Pulo Tengoh

4.1.1 Pengetahuan

  Dari 25 responden yang di teliti didapatkan bahwa tinggkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya tentang posyandu balita mayoritas rendah yaitu sebanyak 14 orang

  

Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Di Desa Krueng Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

  No. Pengetahuan Frequency Percent

  1. Tinggi

  11

  44.0

  2. Rendah

  14

  56.0 Total 25 100.0

4.1.2. Pemeriksaan Bayi Dan Balita Di Posyandu

  Dari 25 responden yang di teliti didapatkan bahwa tinggkat pelaksanaan pemeriksaan balita di posyandu di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya mayoritas ada yaitu sebanyak 15 orang (60,0 %), yang tidak ada sebanyak 10 orang (40,0%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

  

Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pelasanaan Pemeriksaan Balita Di Posyandu Desa Krueng Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

  No. Pemeriksaan Balita Di Posyandu Frequency Percent

  1. Ada

  15

  60.0

  2. Tidak Ada

  10

  40.0 Total 25 100.0

4.2. Pembahasan 4.2.1. pengetahuan

  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu yang mepunyai balita dari 25 responden yang berpengetahuan tinggi 11 responden ( 44,0% ) sedangkan yang berpengetahuan rendah 14

  Menurut Rogers (Dalam Notoatmodjo, 2010) suatu penerimaan ide baru akan melalui lima tahap mulai dari mengetahui (awareness) hingga penerimaan (adoption) sangat ditentukan oleh hal-hal yang ada dalam diri individu misalnya sikap, motivasi dan faktor luar individu yaitu lingkungan termasuk efektivitas program dan pengalaman terhadap pelayanan dimasa lalu. bila terdapat hal-hal yang kurang mendukung, perilaku yang telah terwujud dapat saja berubah.

  Menurut Notoatmodjo (2010), terbentuknya perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi/ objek diluarnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap. akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus atau objek. meskipun tingkat pengetahuan akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan suatu program, akan tetapi kurangnya informasi terhadap suatu program juga berpengaruh terhadap tingkat penerimaannya.

  Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. sekali kepercayaan ini terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu. kepercayaan dapat terus berkembang. pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan emosional kita sendiri merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan. tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. kadang-kadang kepercayaan itu ibu yang hadir ke posyandu untuk menimbang dan memantau pertumbuhan balitanya, juga akan mendapatkan informasi atau pengalaman belajar dari objek yang dikenalkan. ibu-ibu yang tidak mau belajar atau membaca informasi dari sumber informasi yang ada diposyandu, akan mempunyai kecenderungan tidak secara rutin menimbang dan memantau pertumbuhan balitanya ke posyandu (Razali, 2004).

4.2.2. Pemeriksaan Balita Di Posyandu

  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa tingkat pelaksanaan pemeriksaan balita di posyandu dari 25 responden yang di teliti yang ada melakukan pemerikaasn balita ke posyandu 15 responden ( 60,0% ) sedangkan yang tidak melaksanakannya 10 reponden (44,0%).

  Suatu program agar melekat pada individu maupun kelompok dibutuhkan penguat (Confirmation) dimana dibutuhkan dukungan dari lingkungan terutama keluarga. Dukungan lingkungan yang bersumber dari masyarakat contohnya adalah Peningkatan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Dukungan PKK terhadap Posyandu pada saat ini sangat kurang sehingga menjadikan Posyandu sepi pengunjung. Padahal seharusnya PKK dan Tokoh Masyarakat menjadi motivator untuk menggerakkan masyarakat. Selain motivator dalam proses penguat ini juga diperlukan informasi dalam bentuk penyuluhan atau konseling yang berkelanjutan guna memantapkan perilaku yang ada sehingga tidak terjadi drop out. Lewin dalam Haurissa (2007) juga mengemukakan agar perilaku kesehatan dapat

  Kaitan Posyandu terhadap program perbaikan gizi dapat menumbuhkan kesadaran ibu balita terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Apabila ibu yang kurang mendukung dapat menyebabkan kondisi gizi anak semakin menurun atau sebaliknya. Keadaan ini bila berlangsung terus menerus akan berdampak pada semakin meningkatnya indikator kesakitan dan kematian. Padahal tujuan program gizi yang tercermin dalam salah satu kegiatan posyandu adalah untuk meningkatkan keadaan gizi yang optimal bagi masyarakat yang dapat dinilai dengan meningkatnya jumlah Keluarga Sadar Gizi dan berperilaku gizi seimbang.

  Bila keadaan tersebut dapat tercapai maka tujuan posyandu dalam mewujudkan perilaku sehat pada masyarakat dapat sesuai dengan perilaku Kadarzi (Razali, 2004).

BAB V PENUTUP

  5.1. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian yang dilakukan di Desa Kreung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

  1. Sebagian besar pengetahuan ibu yang mempunyai balita mayoritas rendah 14 responden (56,0%).

  2. Sebagian besar pelaksaan kegiatan pemeriksaan balita di posyandu moyoritas ada dilakukannya pemeriksan balita di posyandu 15 responden (60%).

  5.2. Saran

  1. Puskesmas agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya posyandu terhadap pemantauan tumbuh kembang anak balita.

  2. Sikap masyarakat yang dominan positif perlu dipertahankan supaya tidak terjadi penurunan dalam keikut sertaan dalam kegiatan posyandu. .

  3. Mendekati tokoh masyarakat atau tokoh agama agar ikut berperan serta dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalan kegiatan posyandu.

DAFTAR PUSTAKA

  Alwi, Hasan, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :Balai Pustaka, Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

  Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S. (2002) Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

  Azwar, S. (2002) Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Budiarto, 2002,Biostatistik Kedokteran, jakarta; EGC Departemen Dalam Negeri dan otonomi Daerah RI. 2001. Pedoman Umum

  Revitalisasi Posyandu, Jakarta: Departemen Dalam Negeri dan otonomi Daerah RI. http://www.indomedia.com/poskup/2006/03/16/edisi16/1603pin1/ Badan Pelayanan Yang Hampir Diabaikan.htm Maret 2006

  Departemen Kesehatan RI 2002, Modul Menajemen Posyandu 2002, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

  , 2006,Profil Kesehatan Edisi Tahun 2006, Jakarta:

  Departemen Kesehatan RI.

  , 2008, Profil Kesehatan Edisi Tahun 2008, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

  Direktorat Gizi. 2007. Pemantauan Pertumbuhan Anak, Jakarta : Direktorat

  Dinas Kesehatan Provinsi Nanggro Aceh Darussalam (NAD), 2009, Profil

  Kesehatan Edisi Tahun 2009, Banda Aceh : Dinas Kesehatan Provinsi

  Nanggro Aceh Darussalam (NAD) Efendi,Nasrul, 1998, dasar- dasar keperawatan kesehatan masyarakat, ,Jakarta:

  EGC Efendi,Nasrul, 2002, dasar- dasar keperawatan kesehatan masyarakat, ,Jakarta:

  EGC Haurissa, S. (2007) Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Kegiatan

  Posyandu Dengan Frekuensi Penimbangan Balita Ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Gondomanan Yogyakarta. Skripsi, Gizi

  Kesehatan Universitas Gadjah Mada. Kang bull, 2012, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bayi, blogs; Wacana Pendidikan dan Teknologi Informasi.

  http://kafeilmu.com/2012/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan- bayi.html

  Krishnajaya MS, 2012, Pentingnya Pemantauan Kesehatan Pada Masa Periode

  Emas Balita,

  Jakarta: Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Linda T. Maas, 2004, Kesehatan Ibu Dan Anakpersepsi Budaya Dan Dampak

  Kesehatannya, Medan: USU Digital Library

  Muaris.H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita, Jakarta : PT Gramedia

  Nasap Sembiring, 2004, Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat

  Dalam Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat, Medan: USU Digital

  Library Nia nurdiansyah, 2011, ibu dan anak , Cianjur: Gita Mariana Notoatmodjo, S , 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

  Nursalam ,2005, Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak, Jakarta: Salemba Empat nursingbegin.com. 2010, Kesehatan Ibu Dan Anak ,(

  http://nursingbegin.com/kesehatan-ibu-dan-anak.html . diakses tanggal

  8 oktober 2012 jam 19.00 wib Puskesmas Beutong 2011 Profil puskesmas Edisi Tahun 2011,Ule Jalan:

  Puskesmas Beutong Rajali (2004), Hubungan Perilaku Ibu Balita Dengan Frekuensi Penimbangan

  Balita Ke Posyandu Di Kabupaten Bengkalis. Tesis, Program Pasca Sarjana,

  Universitas Gajah Mada Soedjatmiko 2012, Tiga-Syarat-Pertumbuhan-Balita-Optimal, Jakarta: blog

  www.antaranews.com /tiga-syarat-pertumbuhan-balita-optimal.htm Jumat,

1 Juni 2012 21:37 WIB

  Soekidjo Notoatmodjo 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

  , 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Sunarti, 1994; Toxoplasmosis Pada Bayi dan Anak, Laporan Penelitian, DPP , Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press.

  Sutomo B, Anggraini DY. 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta: Demedia

  Wijaya, 2012, Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Rutin. Blogspot:

  http://posyanduwijayakusuma.wordpress.com/pentingn ya-pemeriksaan- kesehatan-rutin/

  Wikipedia. 2009. Ciri Khas Perkembangan Balita.blog

  Http://id.wikipedia.org/wiki/ Balita diakses tanggal 4 juni 2010 jam 19.00 wib