PERAN SPP PNPM-MP DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ISTRI PETANI DI DESA GUNONG NAGAN KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI

  

PERAN SPP PNPM-MP DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN ISTRI PETANI DI DESA GUNONG NAGAN

KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

ASMADI HAMID

  

09C10404082

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

  

PERAN SPP PNPM-MP DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN ISTRI PETANI DI DESA GUNONG NAGAN

KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

ASMADI HAMID

  

09C10404082

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian

pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh

  

Kabupaten Aceh Barat

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1.1 Permasalahan kemiskinan masih menjadi persoalan bagi negara

  berkembang termasuk Indonesia. Penanggulangan kemiskinan cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat belum dioptimalkan.

  Oleh karena itu diperlukan suatu upaya yang bersifat sistemik dan menyeluruh untuk mengurangi angka kemiskinan. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat dalam berbagai sektor dan tingkatan wilayah. Hal inilah yang melatarbelakangi dibentuknya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) sehingga diharapkan dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip dasar, pendekatan, strategi serta berbagai mekanisme dan prosedur pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien (PNPM, 2008).

  PNPM-MP diluncurkan pemerintah guna peningkatan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Melalui PNPM-MP dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat mulai tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat terutama masyarakat miskin dapat ditumbuh kembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek

  Kondisi kesejahteraan sosial dewasa ini dibuktikan dengan tingginya angka kemiskinan, angka pengangguran, angka putus sekolah, dan meningkatnya jumlah anak kurang gizi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia pada bulan Maret 2009, tingkat kemiskinan sebesar 14,15 %, dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan sebesar 2,50% dan Indeks Keparahan Kemiskinan sebesar 0,68. Kondisi ini menunjukkan bahwa warga negara yang mengalami kemiskinan sebesar 14,15%, hal ini menunjukkan bahwa pembanguan ekonomi di Indonesia selama ini mengalami distorsi (distorted development), (BPS Hasil Sensus Penduduk 2009).

  Menurut Midgley (2005) pembangunan yang terdistorsi adalah pembanguan ekonomi yang tidak sejalan dengan atau kurang berdampak pada peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat secara luas. Atau dengan perkataan lain pembanguam ekonomi yang mengalami distorsi apabila keuntungan dari pembangunan tidak mampu menyentuh dan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh dan menurunkan jumlah angka kemiskinan secara bermakna.

  Program penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, dengan melibatkan koordinasi Bank Indonesia melalui program keuangan mikro bersama Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bekerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan milik masyarakat seperti Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Program pengentasan kaum miskin yang telah dilakukan pemerintah secara konseptual telah mengedepankan aspek pemberdayaan, meskipun keberasilannya belum sesuai harapan.

  Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat meliputi: (1) Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial, dan ekonomi secara padat karya; (2) Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam memanfaatkan dana bergulir ini; (3) Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs. Dana bergulir yang diberikan kepada setiap kelompok perempuan pada PNPM-Mandiri, sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi rumah tangga baik di desa maupun perkotaan (kelurahan). Dana bergulir yang diberikan kepada kelompokkelompok masyarakat (terutama kaum perempuan) diharapkan dapat digulirkan kembali kepada kelompok lain sehingga perputaran uang semakin cepat dan banyak kaum perempuan yang tersentuh program tersebut.

  Selama pelaksanaan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bentuk dana bergulir (simpan pinjam) yang dirasa kurang adalah manajemen pengelolaan keuangan, serta pembinaan pada kecakapan hidup atau keterampilan (skill) yang bersifat bisa mendukung usaha kelompok kaum perempuan (PNPM. 2010)

  Upaya pendukung pengembangan lembaga keuangan mikro adalah :

  1. Adanya perundang-undangan atau aturan dan kebijakan yang kurang memadai

  3. Tidak ada ketegasan atau keberanian untuk melakukan pinalti terhadap Koperasi simpan pinjam atau usaha simpan pinjam yang melanggar

  4. Adanya ketidak jelasan tanggung jawab pembinaan dan pengembangan koperasi simpan pinjam selama masa transisi pada penerapan UU No.25/1999 mengenai otonomi daerah.

  Oleh karena itu diperlukan kerjasama antar pihak yang terkait dalam memperbaiki kelemahan yang ada dalam mengembangkan SPP PNPM-MP .

  Dimana simpanan anggota akan disalurkan kembali dalam bentuk pinjaman kepada anggota yang memerlukan. Keanggotaan SPP PNPM-MP pada prinsipnya bebas bagi semua orang yang memenuhi untuk menjadi anggota dan orang-orang dimaksud mempunyai kegiatan usaha atau mempunyai kepentingan ekonomi yang sama, misalnya SPP PNPM-MP dengan anggotanya pedagang, SPP PNPM-MP dengan anggotanya petani, dan SPP PNPM-MP dengan anggotanya nelayan. Dengan melihat peranan penting SPP PNPM-MP dalam pembangunan pertanian dan perekonomian nasional seperti yang telah di ketahui bahwa manfaat dari koperasi ini sangat banyak antara lain yaitu membantu orang

  • –orang yang kurang mampu, dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat luas.

  Peranan SPP PNPM-MP disini untuk dapat membantu para petani yang ada di Desa Gunong Nagan, dalam hal ini PNPM-MP bertindak membeli semua hasil panen para petani untuk di jual kembali dengan harga yang sesuai dengan harga pasar. Biasanya saat panen tiba, para pedagang masuk ke Desa untuk memonopoli semua hasil pertanian. Para pedagang membeli hasil pertanian

  Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan suatu penelitian dalam bentuk skripsi yang diberi judul:

  “Peran SPP PNPM-MP

Dalam Meningkatkan Pendapatan Istri Petani di Desa Gunong Nagan

Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya

  

  1.2 Rumusan Masalah

  Bedasarkan Latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana rata-rata pendapatan Istri Petani sebelum dan sesudah menjadi anggota SPP PNPM-MP Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya?.

   Tujuan Penelitian

  1.3 Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan

  tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata pendapatan Istri Petani sebelum dan sesudah menjadi anggota SPP PNPM-MP Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

   Manfaat Penelitian

  1.4 Berdasarkan perumusan masalah diatas, manfaat yang akan diperoleh

  dengan diadakannya penelitian ini:

  1. Bagi Petani Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi bagi seluruh Istri petani dalam hal pengambilan keputusan untuk mengembangkan usahanya sehingga meningkatkan pendapatan.

  2. Penulis Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori yang telah dipelajari dengan praktek yang diterapkan berdasarkan hasil data dari Kantor di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya dan hasil pengamatan dilapangan.

  3. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian dan analisis yang didapat diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk menentukan kebijaksanaan dalam memberikan bantuan modal usaha bagi petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PNPM Mandiri Pedesaan

  PNPM merupakan program penanggulangan kemiskinan yang melibatkan koordinasi Bank Indonesia melalui program keuangan mikro bersama Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bekerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan milik masyarakat seperti Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Program pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan pemerintah secara konseptual telah mengedepankan aspek pemberdayaan, sayang hasil yang diharapkan belum sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (Sri Widayati. 2013).

  Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan. Program ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat atau kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp 750 juta sampai Rp 3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah penduduk (Pedoman Umum PNPM Mandiri), (Sri Widayati. 2013).

  Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan di bawah koordinasi Bank Dunia (Sri Widayati. 2013).

  Sri Widayati (2013) menjelaskan bahwa pengelolaan dana bergulir pada PNPM pada hakekatnya melibatkan 3 (tiga) unsur dalam hal ini yaitu :

  1. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) sebagai pengelola dan penyalur seluruh dana bergulir di tingkat kecamatan.

  2. Kelompok peminjam sebagai pengelola dan sekaligus penyalur dana bergulir kepada anggotanya pada tingkat desa.

  3. Tim pengelola kegiatan di desa sebagai fasilisator antara kelompok peminjam dan UPK di tingkat kecamatan Perguliran dana diberikan kepada kelompok-kelompok yang ada di desa yang bersangkutan, dalam arti individu masyarakat yang belum tergabung dalam kelompok tidak dapat memanfaatkan dana bergulir. Adapun mekanisme pelaksanaan dana bergulir diawali oleh kelompok peminjam sebagai pemanfaat dana bergulir, dengan cara pengajuan proposal pinjaman kepada Penganggungjawab Operasional Kegiatan (PJOK). Proposal tersebut pemaparkan tentang data anggota kelompok. Besarnya jumlah pinjaman paling sedikit Rp 1.500.000.- sampai dengan Rp 2.000.000.- dan terbesar adalah diatas 2.000.00,- (menggunakan jaminan surat) dengan tingkat suku bunga sebesar 1,5% perbulan

  UPK menjalankan kegiatan simpan pinjam pada kelompok SPP layaknya lembaga keuangan, dengan menjalankan salah satu peran yaitu memberikan kredit pada masyarakat. Masyarakat dalam hal ini Kelompok SPP bila ingin melakukan pinjaman maka prosedur/mekanisme yang ditempuh sama halnya bila mengajukan pinjaman di lembaga keuangan, yaitu persyaratan yang harus dipenuhi (tanpa jaminan), tingkat suku bunga pinjaman, dan kewajiban angsuran dalam waktu satu bulan. Sedangkan sanksi terhadap peminjam yang wanprestasi dikenakan pada kelompok (Sri Widayati. 2013).

  Di tingkat desa UPK dibantu oleh TPK, dalam hal ini TPK tidak memiliki kewenangan untuk pengambilan kebijakan, akan tetapi lebih menjalankan funsifungsi administratif keuangan. Dan dalam pelaksanaan fungsi- fungsi administratif tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan. TPK menerima (termasuk menagih) angsuran dari kelompok SPP kemudian menyetorkan kepada UPK. Penyaluran dana bergulir pada PNPM oleh UPK kepada kelompok SPP layaknya lembaga keuangan, dengan menjalankan salah satu peran yaitu memberikan kredit pada masyarakat. Masyarakat dalam hal ini Kelompok SPP bila ingin melakukan pinjaman maka prosedur/mekanisme yang ditempuh sama halnya bila Kelembagaan ekonomi memiliki peran strategis dalam upaya pemenuhan kebutuhan pencairan, pengaturan kegiatan produksi, menimbun atau mendistribusikan kekayaan yang ada. Kelembagaan ekonomi lokal (bank lokal dan lembaga keuangan mikro) merupakan lembaga yang harus dapat bertahan dan dapat meningkatkan peran dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada, oleh karena itu harus ada satu upaya yang sistematis dalam melakukan masyarakat dengan kontek pemenuhan kebutuhan masyarakat (Haeruman dan Eriyatno. 2001).

  Haeruman dan Eriyatno (2001) mengemukakan sebagian peran dari kelembagaan ekonomi lokal adalah sebagai lembaga pembiayaan usaha/perbankan. Salah satu peran dari bank dan atau lembaga non bank adalah menyalurkan dana kepada masyarakat (lending) dalam bentuk kredit. Bila dilihat dari kegiatan dari UPK adalah menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat (usaha ekonomi mikro), maka UPK dapat dikatakan sebagai lembaga pembiayaan (walaupun terbatas). Pada lembaga keuangan mikro ini dapat menumbuhkan minat masyarakat di pedesaan untuk berusaha atau menumbuhkan pengusaha-pengusaha kecil di perdesaan, yang pada akhirnya dapat membantu program pemerintah yaitu untuk:

  1. Meningkatkan produktifitas usaha masyarakat kecil di pedesaan.

  2. Meningkatkan pendapatan penduduk desa.

  3. Menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan, sehingga dapat memperkecil keinginan masyarakat pedesaan melakukan urbanisasi.

  4. Menunjang program pemerintah dalam mengupayakan pemerataan pendapatan penduduk desa dan upaya pengentasan kemiskinan.

2.1.1 Prinsip PNPM Mandiri Perdesaan

  Menurut Sri Widayati (2013) Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yaitu sebagai berikut : a. Bertumpu pada pembangunan manusia. PNPM Mandiri Perdesaan memiliki prinsip bahwa setiap kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

  b. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara mandiri.

  c. Desentralisasi. PNPM Mandiri Perdesaan memberikan kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan mengenai kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

  d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilakukan harus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin serta kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

  e. Partisipasi atau keterlibatan masyarakat. masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan prencanaan, pemantauan, dan pelaksanaan pembangunan serta secara gotong royong melaksanakan pembangunan.

  f. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan secara adil.

  g. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan di dalam semua kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin. h. Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses atas segala informasi proses pengambilan keputusan pembangunan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan, baik secara moral, legal, teknis dan administratif. i. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak, dan yang memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada masyarakat dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas. j. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pelaku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan. k. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan pembangunan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

2.1.2 Konsep Pengelolaan PNPM Mandiri Perdesaan

  Menurut Ismawan (2001) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan berada dibawah binaan Departemen Dalam Negeri (Depdagri), Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD) sebagai instansi pelaksana. PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan di tingkat kecamatan. Dalam membantu pengelolaan program secara nasional, dibentuk Tim Koordinasi yang terdiri dari Menko Kesra, Bappenas, Depdagri, Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) bertindak sebagai Pimpinan Proyek (Pimpro) atau sebagai Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PjOK).

2.1.3 Konsep Cara Kerja PNPM Mandiri Perdesaan

  Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan memiliki tujuan, yakni meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui berbagai tahapan kegiatan dalam sebuah siklus kegiatan (Suman, 2007). Tahap-tahapan tersebut adalah:

  a. Informasi dan sosialisasi. Tahapan ini dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya lokakarya di berbagai tingkat pemerintahan, dan forum-forum musyawarah masyarakat. Setiap desa dilengkapi papan informasi sebagai salah satu media penyebaran informasi dan membuka kerjasama dengan berbagai pihak (media massa, akademisi, dan anggota dewan).

  b. Proses Perencanaan Partisipatif. Dilaksanakan mulai dari tingkat dusun, desa dan kecamatan. Masyarakat memilih Fasilitator Desa (FD) untuk mendampingi proses sosialisasi dan perencanaan. FD mengatur pertemuan kelompok, termasuk pertemuan khusus perempuan untuk kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP), untuk membahas kebutuhan dan prioritas usulan.

  c. Seleksi Proyek di Tingkat Desa dan Kecamatan. Masyarakat melakukan musyawarah di tingkat desa dan antardesa (kecamatan) untuk memutuskan usulan prioritas dan layak didanai. Musyawarah terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan.

  d. Masyarakat Melaksanakan Proyek. Dalam forum musyawarah, masyarakat desa yang terdanai. Fasilitator teknis program akan mendampingi TPK dalam mendisain prasarana dan penganggaran kegiatan.

2.1.4 Konsep Perguliran Dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP)

  Tingkat keberdayaan kaum perempuan harus dipertimbangkan dalam upaya mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan (Suman, 2007). Hal ini disebabkan karena kaum perempuan dari sudut pandang budaya lokal dalam masyarakat pertanian, lebih banyak tinggal di rumah dan memiliki banyak waktu luang. Keterlibatan perempuan di dalam sektor pertanian hanya pada waktu tertentu, yaitu seperti masa tanam dan masa panen.

  Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan salah satu kegiatan program dari PNPM Mandiri Perdesaan yang berupa kegiatan perguliran dana untuk menjadikan masyarakat miskin perdesaan khususnya kaum perempuan lebih berdaya. Pemberdayaan yang dimaksud merupakan ketersediaan pilihan bagi masyarakat miskin untuk memanfaatkan peluang usaha sehingga mendapatkan tambahan pendapatan. Pengambilan keputusan untuk menentukan jumlah alokasidana untuk SPP dikendalai oleh jumlah alokasi dana untuk pembangunan sarana/prasarana. Semakin besar proporsi dana untuk fasilitas sarana dan prasarana, maka semakin kecil ketersediaan dana untuk kegiatan SPP. Sedangkan keputusan pembiayaan kegiatan SPP ditentukan oleh kelayakan proposal yang diajukan oleh kelompok SPP.

  Pengorganisasian kelompok SPP dapat dilakukan dengan memanfaatkan organisasi-organisasi lokal baik formal maupu informal yang sudah ada dalam keperluan keluarga, seperti untuk biaya pendidikan. Kredit yang disalurkan kepada kelompok diharapkan menjadi penggerak aktivitas-aktivitas produktif yang mampu memberikan nilai tambah bagi anggota kelompok. Kredit berkelompok memiliki akses yang relatif lebih besar dibandingkan kredit individu karena berkaitan dengan besarnya posisi tawar kelompok (Ismawan, 2001).

  Penyaluran kredit kepada pelaku UMKM secara kelompok merupakan salah satu cara untuk mengurangi kesalahan penggunaan dana kredit (moral

  hazard ) dan mengurangi resiko kredit bermasalah.

2.2 Pengertian Petani

  Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian. Definisi petani menurut Adiwilaga (2000) mengemukakan bahwa petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.

  Pengertian petani tersebut tidak terlepas dari pengertian pertanian dimana pertanian adalah kegiatan manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasil-hasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam.

  Uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan petani asli adalah petani yang memiliki tanah sendiri-bukan penyewa maupun penyakap- terlepas dari apakah tanahnya itu digarap sendiri secara langsung maupun digarap oleh buruh tani.Bertolak dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa antara petani dan pertanian tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Oleh

  Petani asli adalah petani yang memiliki lahan sendiri, istilah petani asli dapat ditafsirkan sebagai konstruksi masyarakat desa paling tidak konstruksinya tentang sosok petani yang ”sebenarnya” (the real peasant). Penambahan kata”asli”dalam kata”petani”menunjukkan, bahwa petani yang memiliki tanah sendiri adalah gambaran ideal sosok petani yang hidup dalam konstruksi persepsi masyarakat. Di sini kita tidak bisa mendikotomikan ”asli” dan ”palsu“, melainkan”citra ideal” dan ”kenyataan empiri”. Ideal dalam konteks ini tidak berarti hanya hidup dalam dunia ide dan harapan, karena bisa juga lahir dari sebuah kenyataan yang pernah ada. Persepsi tersebut lahir dari sebuah pandangan historis tentang petani yang pernah dikenal masyarakat di waktu lampau, dengan kalimat lain, penambahan kata ”asli” dalam kata”petani” menandakan bahwa secara historis apa yang disebut petani itu adalah orang yang menggarap dan mengelola tanah miliknya sendiri. Singkatnya, pengertian petani secara genuine adalah orang yang memiliki dan menggarap tanah miliknya sendiri (Margono, 2000)

  Konseptualisasi petani asli menunjukkan, bahwa tanah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan petani. Poin pentingnya bukan hanya terletak pada soal, bahwa tanah adalah alat produksi utama petani, melainkan bahwa alat produksi itu mutlak dimiliki petani. Implikasinya, petani yang tidak memiliki tanah sendiri tidak dianggap sebagai petani sejati atau asli. Implikasi politisnya, petani mutlak dan mempertahankan dan menjaga hak kepemilikannya atas tanah. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa konsep petani asli memiliki kaitan sosial-budaya-politik. (Sadikin M, 2001).

2.3 Penerimaan, Biaya dan Pendapatan

2.3.1 Biaya

  Menurut Nicholson (2002), Biaya secara garis besarnya terdiri dari dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya dilihat dari segi waktu terbagi menjadi dua, yaitu biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Jangka pendek merupakan periode waktu dimana sebuah perusahan harus mempertimbangkan beberapa inputnya secara absolut bersifat tetap dalam membuat keputusannya. Jangka panjang merupakan periode waktu dimana sebuah perusahan mempertimbangkan seluruh inputnya bersifat variabel dalam membuat keputusannya. Total biaya terdiri dari beberapa biaya yang tergabung didalamnya diantaranya adalah: a. Biaya tenaga kerja

  Biaya tenaga kerja adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan tenaga kerja per orang per satuan waktu. Harga tenaga kerja adalah upahnya (per jam atau per hari).

  b. Biaya barang modal Biaya barang modal merupakan biaya ekonomi penggunaan barang modal, bukanlah berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk menggunakannya, melainkan berapa besar pendapatan yang diperoleh bila mesin disewakan kepada pengusaha lain, karena itu biaya barang modal diukur dengan harga sewa mesin.

  c. Biaya kewirausahawanan Wirausaha (pengusaha) adalah orang yang mengombinasikan berbagai dalam upaya tersebut, pengusaha harus menanggung resiko kegagalan atas keberanian menanggung resiko tersebut. Pengusaha akan mendapat balas jasa berupa laba. Makin besar resiko yang dihadapi maka laba yang diharapkan juga akan semakin besar. Laba disini merupakan laba ekonomi, yaitu 31 kelebihan pendapatan yang diperoleh dibandingkan jika dia memilih alternatif lain.

  Menurut Dumairy (2004) total biaya dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  

TC = FC + VC

  Keterangan: TC = Biaya Total Produksi (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp)

  VC = Biaya Variabel (Rp)

2.3.2 Penerimaan

  Penerimaan usaha didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan semua produk. Penerimaan usaha meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, nilai pengguna rumah dan yang dikonsumsi. Ketentuan yang harus berlaku ialah tiap unit tempat, kerja dan modal harus digunakan sehingga memberikan tambahan sebesar-besarnya kepada pendapatan, apapun ukuran yang dipakai untuk pendapatan tersebut.

  Penerimaan tunai usaha didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk atau jasa usaha. Pengeluaran tunai usaha didefinisikan keperluan usaha, sedangkan pengeluaran tunai usaha tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. Jadi, penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usaha tidak mencakup yang berbentuk benda. Makin besar resiko, maka

  

profit (laba) yang diperoleh harus semakin besar. Profit atau keuntungan adalah

  penerimaan total pedagang setelah dikurangi total biaya-biayanya, jika total penerimaan dinotasikan sebagai (TR), output dinotasikan sebagai (q), total output dinotasikan sebagai (Q), dan harga jual per output dinotasikan sebagai (P), maka total penerimaan sama dengan total output dikalikan dengan harga jual per output.

  Menurut Dumairy (2004) total penerimaan dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  

TR = Q X P

  Keterangan : TR = Total Penerimaan (Rp) Q = Jumlah Unit Produksi (Kg) P = Total Harga (Rp/Kg)

2.3.3 Pendapatan

  Alokasi sumberdaya mempunyai peranan yang sangat penting dalam memilih jenis usaha, karena itu pula penting dalam menyusun pola organisasi usaha yang efisien. Jenis usaha dipertimbangkan dalam perencanaan usaha selama sumbangan yang diharapkan terhadap pendapatan bersih usaha melebihi biaya yang diluangkan sumberdaya yang digunakan. Menurut Ibrahim (2009), keuntungan (profit) merupakan tujuan utama dalam melakukan usaha, semakin didasarkan pada perkiraan dan perencanaan jumlah produk yang dijual. Hal ini dapat diketahui dari hasil penjualan produk kapan pedagang mendapatkan keuntungan maksimal (terbanyak).

  Menurut Nicholson (2002) pendapatan usaha ada dua yaitu pendapatan total dan pendapatan tunai. Pendapatan total merupakan selisih antara penerimaan total (total revenue) dengan biaya total (total cost). Pendapatan tunai dihitung dari selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai. Analisis pendapatan usaha memerlukan dua keterangan pokok, yaitu penerimaan usaha dan penerimaan tunai.

  Menurut Dumairy (2004) total pendapatan dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  

ח = TR – TC

  Keterangan : ח = Pendapatan (Profit) TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Produksi

   Perumusan Hipotesis

2.4 Hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini adalah: diduga

  bahwa tingkat pendapatan Istri Petani mengalami peningkatan sesudah menjadi anggota SPP PNPM-MP di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya dibandingkan dengan tingkat pendapatan istri petani sebelum menjadi anggota SPP PNPM-MP.

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

  3.1 Penelitian ini dilaksanakan di SPP PNPM-MP yang terletak, di Desa

  Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Penentuan lokasi tersebut dilakukan dengan cara sengaja (Purporsive). Objek penelitian adalah seluruh istri petani yang menggunakan SPP PNPM-MP Tahun 2012 di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Ruang lingkup penelitian terbatas melihat Peran SPP PNPM-MP dalam Meningkatkan Kesejahteraan Istri Petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

   Teknik Pengambilan Sampel dan jumlah Sampel

  3.2 Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh istri petani yang

  bergabung SPP PNPM-MP Tahun 2012 di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya yaitu sebanyak 15 KK istri petani yang bergabung dalam kelompok Beusabe Mangat. Dikarenakan jumlah populasi yang sedikit maka sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu sebanyak

  15 KK istri petani yang menggunakan Koperasi Simpan Pinjam Tahun 2012 di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Daftar nama petani sampel dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

  Tabel 1. Daftar Kelompok SPP PNPM-MP Beusabe Mangat.

  10 Nusri Alue Raya Kolam perikanan

  Data ini di peroleh dari hasil wawancara/tanya jawab secara langsung kepada petani sebagai sampel dan pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan 15 responden (Istri petani sebagai sampel) di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data Primer (Riset Lapangan)

  Sumber : Ketua Kelompok Simpan Pinjam Desa Gunong Nagan.

  15 Nurma Alue Nagan Menanam Kacang- kacangan

  14 Nireun Alue Nagan Dagang

  13 Sarian Putri Alue Raya Membuat kue

  12 Asmanidar Alue Nagan Ternak Ayam

  11 Syarifah Alue Raya Ternak bebek

  9 Nurmala Sari Alue Nagan Menanam sayur-sayuran

  NO NAMA Dusun KETERANGAN

  8 Malawati Alue Nagan Ternak ayam

  7 Nurul Afsah Alue Raya Ternak ayam

  6 Hayaton Fitri Alue Nagan Membuat kue

  5 Rohana Alue Raya Kolam perikanan

  4 Cut Rakibah Alue Raya Ternak ayam

  3 Ruhul Aflah Alue Nagan Dagang

  2 Nur Ainsyah Alue Nagan Menanam sayur-sayuran

  1 Nur Hayati Alue Nagan Ternak bebek

3.3 Teknik Pengumpulan Data

  b. Data Sekunder (Riset Kepustakaan) Data ini di peroleh dari sumber-sumber tidak langsung seperti: buku-buku dan kantor-kantor pemerintahan seperti; BPS, Kantor Camat, Kantor Koperasi, dll.

3.4 Metode Analisis Data

  Untuk menganalisis data yang dipreroleh, penulis menggunakan metode:

  1. Analisis deskriptif yaitu lewat kuisioner yang disebarkan kepada petani yang menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian hasil dari jawaban para petani tersebut akan ditabulasikan dan di jelaskan sehingga menggambarkan sebuah kesimpulan.

  2. Analisis Pendapatan dilakukan untuk menghitung pendapatan istri petani sebelum dan setelah menjadi anggota SPP PNPM-MP Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Untuk menghitung pendapatan petani digunakan rumus sebagai berikut: a. Biaya total yaitu seluruh jumlah biaya produksi yang di keluarkan.

  Biaya ini didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel. Untuk mengetahui total biaya produksi dapat digunakan rumus sebagai berikut:

  

TC = FC + VC ............................. (Dumairy, 2004)

  Keterangan: TC = Biaya Total Produksi (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) b. Total penerimaan dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  

TR = Q X P .......................................(Dumairy, 2004)

  Keterangan : TR = Total Penerimaan (Rp) Q = Jumlah Unit Produksi (Kg) P = Total Harga (Rp/Kg)

  c. Untuk melihat pendapatan petani sebelum dan sesudah menjadi anggota koperasi digunakan rumus sebagai berikut:

  

ח = TR – TC ....................................... (Dumairy, 2004)

  Keterangan : ח = Pendapatan (Profit)

  TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya Produksi

  3. Analisis Peran SPP PNPM-MP Untuk menganalisis peran SPP PNPM-MP maka dilakukan uji t, untuk mengetahui beda nyata atau tidak nyata antara pendapatan sebelum dan setelah menjadi anggota SPP PNPM-MP. Uji t yang digunakan menurut pendapat (Hasan. 2009). Dimana persamaan Uji t adalah sebagai berikut:

  r

  √ n - 2 t = ...................................................... (Hasan. 2009) √ 1 – r

2 Keterangan :

  n = Jumlah Sampel

3.5 Pengujian Hipotesis

  1

  , maka H0 diterima H1 ditolak, artinya SPP PNPM-MP tidak memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan istri petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya

  t

  < t

  h

  b. Apabila t

  diterima, artinya SPP PNPM-MP memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan istri petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya

  Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H

  ; β = 0, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama tidak memiliki peran yang signifikan dalam dalam meningkatkan pendapatan istri petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya

  t

  >t

  h

  Kriteria Uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apabila t

  ; β ≠ 0, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama memiliki peran yang signifikan dalam dalam meningkatkan pendapatan istri petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya

  1

  H

  , maka H ditolak H

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Daerah

  Desa Bumi Sari merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Beutong yang merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah Kabupaten Nagan Raya yang terletak di arah Timur dari Ibukota Kabupaten (Jeuram). Jarak lokasi penelitian dengan Ibukota Kabupaten (Jeuram) 28 km. Luas Daerah Kecamatan Beutong seluruhnya 25.608,90 Ha. Melihat dari data penggunaan tanah di daerah ini terdapat hampir 10,85% tanah bangunan dan halaman.

  Berdasarkan data monografi Kecamatan Beutong Tahun 2012, jenis tanah di Kecamatan ini terdiri dari tanah alluvial, latosol dan podsolid. Dengan keadaan geografinya mempunyai 40 persen datar dan 60 persen berbukit dan juga bergelombang. Dengan perbedaan kemiringan tajam, wilayah datar mempunyai areal persawahan, perumahan, perkebunan dan perikanan. Wilayah berbukit dan bergelombang berupa padang rumput, perkebunan rakyat dan hutan.

  Keadaan curah hujan di Kecamatan Beutong tidak banyak berbeda dengan daerah lain yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Nagan Raya. Curah hujan rata-rata 2.96 mm per tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 1.819 hari per tahun.

  Adapun batas-batas wilayah Desa Gunong Nagan adalah sebagai berikut:  Sebelah Utara berbatasn dengan Blang Seuneng dan Tuwi Bunta  Sebelah Selatan berbatasn dengan Desa Keude Seumot

   Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Blang Seumot dan Desa Babah Krueng  Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kulam Jeureuneh dan Desa Blang Masjid.

4.1.2 Keadaan Penduduk Desa Gunong Nagan

  Jumlah penduduk Desa Gunong Nagan adalah sebanyak 158 jiwa dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 85 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 73 jiwa. Jumlah KK di Desa Gunong Nagan sebanyak 44 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. berikut di bawah ini:

  Tabel 2. Keadaan penduduk Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.

  

Jumlah Penduduk Pendidikan Pekerjaan

Jenis Jumlah % Jenis Jumlah % Jenis Jum % Kelamin Pendidikan Pekerjaan lah

  

Laki-laki 85 jiwa 53,8% SD 22 orang 55% Wiraswasta 8 orang 6,9%

Perempuan 73 jiwa 46,2% SMP 8 orang 20% Nelayan 7 orang 6,1%

SMA 6 orang 7,5% Petani 95 orang 82,6% S1 4 orang 10% Honorer 5 orang 4,4%

  

Jumlah 158 jiwa 100% 40 0rang 100% 115 100%

orang Sumber: Kantor Desa Gunong Nagan Tahun 2014

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Gunong Nagan secara keseluruhan berjumlah 158 jiwa, dengan total KK keseluruhan adalah 44 KK. Jumlah penduduk Desa gunong Nagan dilihat dari pendidikan terbanyak adalah lulusan SD yaitu sebanyak 22 orang, kemudian disusul dengan pendidikan SMP sebanyak 8 orang, yang berpendidikan SMA sebanyak 6 orang dan berpendidikan Sarjana (S1) sebanyak 4 orang. Selanjutnya jumlah penduduk dilihat dari jenis pekerjaannya adalah sebagian besar penduduk Desa Gunong Nagan bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 95 orang, disusul dengan penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 8 orang, kemudian penduduk yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 7 orang dan terakhir yang bekerja sebagai honorer sebanyak 5 orang.

   Karakteristik Sampel

4.2 Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah gambaran/ keadaan atau

  ciri-ciri para responden yang menjadi anggota SPP PNPM-MP di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Adapun karakteristik sampel meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan, dan jenis pekerjaan.

   Umur 1.

  Karakteristik responden atau sampel yang pertama dilihat dari umur sampel. Jumlah responden secara keseluruhan adalah 15 orang responden atau sampel, dimana sebanyak 12 orang atau 80 persen sampel berumur antara 31-40 tahun dan sebanyak 3 orang sampel atau 20 persen sampel berumur 41-50 tahun. Sedangkan rata-rata umur responden keseluruhan adalah 39 tahun. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik responden dari segi umur dapat dilihat pada lampiran 2.

   Pendidikan 2.

  Pendidikan sampel adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh setiap sampel yang mana di buktikan dengan ijazah. Karakteristik sampel dari segi pendidikan dapat dilihat bahwa sebanyak 4 orang sampel atau 27 persen sampel yang berpendidikan SD , kemudian sampel yang berpendidikan SMP adalah persen yang berpendidikan SMA. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik sampel dari segi pendidikan dapat dilihat pada lampiran 2.

   Jumlah Tanggungan 3.

  Jumlah keluarga adalah jumlah keseluruhan anggota keluarga yang berada dalam satu kepala keluarga dan dibuktikan dengan KK. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah keluarga dalam setiap KK sampel adalah sebanyak 4 orang. Dimana jumlah keluarga setiap KK nya berbeda tergantung jumlah anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu KK. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik sampel dari segi jumlah keluarga dapat dilihat pada lampiran 2.

   Jenis Pekerjaan 4.

  Jenis pekerjaan adalah gambaran tentang pekerjaan yang di tekuni oleg para ibu dalam hal ini adalah para sampel, dimana jenis pekerjaan sampel ada yang berbeda-beda. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sebanyak 6 orang sampel atau 40 persen yang bekerja sebagai peternak ayam. Sebanyak 3 orang sampel atau 20 persen yang berkerja sebagai penanam sayuran, sebanyak 2 orang sampel atau 13 persen yang bekerja sebagai pedagang kios, dan sebanyak 2 orang atau 13 persen yang bekerja sebagai pembuat kue dan sebanyak 2 orang sampel atau 13 persen yang bekerja sebagai pemelihara ikan di kolam. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik sampel dari segi pengalaman usaha dapat dilihat pada lampiran 2.

   Rekapitulasi Jawaban Quisioner dari beberapa Variabel Penelitian

  4.3

4.3.1 Variabel Modal

  Pada variabel modal diuraikan jumlah modal yang dimiliki oleh sampel, jenis pengeluaran modal tersebut serta melihat tanggapan sampel terhadap jumlah modal yang ada sebelum menjadi anggota SPP PNPM-MP dan modal yang ada pada sampel setelah menjadi anggota SPP PNPM-MP. Dari hasil penelitian di ketahui bahwa rata-rata jumlah modal yang dimiliki oleh para anggota SPP PNPM-MP pada usaha dagang adalah sebesar Rp. 2.250.000,- sedangkan rata-rata modal yang dimiliki setelah menjadi anggota adalah Rp.5.050.000,- modal ini adalah hasil tambahan dari modal awal dengan jumlah pinjaman yang di berikan yaitu sebesar Rp. 2.800.000,- per orangnya.

  Pada usaha ternak ayam rata-rata modal yang dimiliki sebelum menjadi anggota adalah sebesar Rp. 1.833.333,- sedangkan rata-rata modal yang dimiliki setelah menjadi anggota adalah Rp.4.633.333,- modal ini adalah hasil tambahan dari modal awal dengan jumlah pinjaman yang di berikan yaitu sebesar Rp.

  2.800.000,- per orangnya. Selanjutnya pada usaha sayur-sayuran rata-rata modal yang dimiliki sebelum menjadi anggota adalah sebesar Rp. 1.400.000,- sedangkan rata-rata modal yang dimiliki setelah menjadi anggota adalah Rp.4.200.000,- modal ini adalah hasil tambahan dari modal awal dengan jumlah pinjaman yang di berikan yaitu sebesar Rp. 2.800.000,- per orangnya.

  Pada usaha kolam ikan rata-rata modal yang dimiliki sebelum menjadi anggota adalah sebesar Rp. 1.750.000,- sedangkan rata-rata modal yang dimiliki setelah menjadi anggota adalah Rp.4.550.000,- modal ini adalah hasil tambahan

  2.800.000,- per orangnya. Kemudian pada usaha kue rata-rata modal yang dimiliki sebelum menjadi anggota adalah sebesar Rp. 1.750.000,- sedangkan rata-rata modal yang dimiliki setelah menjadi anggota adalah Rp.4.550.000,- modal ini adalah hasil tambahan dari modal awal dengan jumlah pinjaman yang di berikan yaitu sebesar Rp. 2.800.000,- per orangnya. Untuk lebih jelasnya tentang Variabel biaya pada penelitian ini dapat di lihat pada lampiran 3.

4.3.2 Variabel Biaya