BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Desy Tri Wulandari BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian Uji Aktivitas Anti Aging Tetrahidrokurkumin, Ekstrak Pegagan

  

(Centella asiatica), dan Kombinasi Tetrahidrokurkumin-Ekstrak Pegagan

  yang dilakukan oleh Yupitawati (2017) menunjukkan hasil bahwa tetrahidrokurkumin (THC) memberikan aktivitas anti aging yang lebih besar dari ekstrak pegagan dan kombinasi THC-ekstrak pegagan. Penelitian ini menggunakan rancangan pre-test post-test control group design dimana mencit balb/c jantan dan umur 6-8 minggu dikelompokkan secara acak, di evaluasi sebelum dan sesudah perlakuan berupa pengolesan krim dengan

  2 dosis 2 mg/cm 2 jam sebelum dan 15 menit sesudah penyinaran UV.

  Evaluasi yang dilakukan yaitu pengukuran parameter anti aging pada seluruh kelompok uji menggunakan Skin Analyzer EH 900 U dan penelitian dilakukan selama 4 minggu. Parameter anti aging meliputi sensitivitas kulit, kadar air, kadar kolagen, elastisitas, dan besar pori. Formula krim yang digunakan yaitu basis krim sebagai kontrol negatif, basis krim + 3% ethyl ascorbyl ether sebagai kontrol positif, basis krim + 2% THC sebagai perlakuan 1, basis krim + 10% EP sebagai perlakuan 2, dan basis krim + 2% THC + 10% EP sebagai perlakuan 3. Setelah 4 minggu perlakuan, seluruh kelompok uji diukur kembali parameter anti aging dengan menggunakan

  

Skin Analyzer EH 900 . Hasil yang diperoleh secara keseluruhan adalah THC

  memberikan aktivitas anti aging yang lebih besar dibanding ekstrak pegagan dan kombinasi THC-ekstrak pegagan, sehingga THC memiliki aktivitas anti aging yang baik.

  Penelitian The safety and efficacy of 0.25% tetrahydrocurcumin (tumeric)

  

cream as depigment agent against 4% hydroquinone cream yang dilakukan

  oleh Majeed et al (2010) menunjukkan bahwa konsentrasi 0,25% THC dalam krim merupakan konsentrasi yang aman dan efektif sebagai agen depigmentasi dibandingkan dengan 4% hidrokuinon dalam krim. Sebanyak 0,25% THC dalam krim yang di uji pada 50 sukarelawan dengan kelompok usia 21-45 tahun tidak menimbulkan efek samping yang signifikan dibandingkan 4% hydroquinone selama 4 minggu pemakaian. Uji yang dilakukan yaitu ada dua fase, fase pertama membandingkan 0,25% THC dan 0,5% Sodium lauryl dengan metode patch test di bahu bagian belakang responden kemudian di cek setelah 48 jam dan 72 jam. Hasilnya keduanya tidak menimbulkan reaksi yang merugikan, sehingga dilanjutkan fase kedua. Fase kedua merupakan studi komparasi double-blind terkontrol dan placebo terkontrol mengenai keamanan dan kemanjuran krim 0,25% THC sebagai agen depigmentasi dibandingkan 4% hydroquinone. Jumlah koresponden dibagi dua dan masing-masing krim di aplikasikan di lengan kanan bagian bawah, diamati setiap minggu selama 4 minggu. Koresponden disarankan untuk menghindari paparan sinar matahari terutama bagian lengan bawah. Data dianalisis dengan mexameter (nilai p<0,001).

  Hasil rata-rata mexameter selama 4 minggu untuk pemakaian 0,25% THC tidak terjadi efek samping. Sedangkan untuk pemakaian 4% hydroquinon menimbulkan efek samping dari minggu pertama sebanyak 10% koresponden mengalami efek samping ringan, di minggu kedua bertambah dua kali lipat dan 10% koresponden mengalami efek samping sedang. Di akhir penelitian, sebanyak 50% koresponden mengalami efek samping berat, 30% ringan dan 20% sedang. Pembacaan rata-rata mexameter menunjukkan bahwa krim THC 0,25 persen memiliki khasiat pemutih (menghambat enzim tirosin) yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan krim dengan 0,25% THC efektif dan aman dalam formulasi depigmentasi.

B. Landasan Teori

1. Notifikasi Kosmetika

  Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

  Menurut Permenkes No. 1176 tahun 2010 tentang notifikasi kosmetika pada pasal (1:3) peredaran adalah pengadaan, pengangkutan, pemberian, penyerahan, penjualan dan penyediaan di tempat serta penyimpanan untuk penjualan. Pada pasal (3:1) kosmetik yang beredar harus mendapatkan izin edar dari menteri berupa notifikasi yang diajukan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pasal 2 dan 3 ayat 1 dari PerKa BPOM No. 19 tahun 2015 tentang persyaratan teknis kosmetika menyatakan bahwa kosmetika harus memenuhi persyaratan teknis meliputi keamanan, kemanfaatan, mutu, penandaan, dan klaim. Persyaratan keamanan dan kemanfaatan dapat dibuktikan melalui hasil uji dan/atau referensi empiris/ilmiah lain yang relevan.

  Tujuan dengan adanya notifikasi kosmetika akan melindungi konsumen dari penggunaan kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan.

2. Kulit

  Kulit merupakan organ terbesar dan paling terlihat dari tubuh manusia (Pappas, 2015). Kulit merupakan bagian paling luar tubuh yang menutupi otot, tulang, dan organ dalam. Fungsi kulit yaitu melindungi tubuh dari patogen, mengendalikan kadar air, mengatur suhu tubuh, dan sebagai indra peraba (Sharma, 2015).

  Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan (Kolarsick, 2011). Epidermis merupakan lapisan terluar yang berfungsi sebagai pelindung dan penghalang infeksi dari luar tubuh (Sharma, 2015). Lapisan epidermis terdiri dari jaringan epitel, lapisan tanduk, dan tidak memiliki pembuluh darah. Epidermis tersusun atas 5 lapisan yaitu stratum korneum (paling luar), stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basal. Dalam lapisan epidermis terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu keratinosit, melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Sel keratinosit (85-95%) merupakan sel epitel dan menghasilkan lapisan kedap air (startum korneum) setelah mengalami keratinasi. Proses keratinasi terdiri dari proliferasi mitosis, diferesiansi, kematian sel, dan pengelupasan. Pada tahap diferesiansi terjadi penuaan sel yang mengakibatkan penebalan membran sel. Sel melanosit yang mengandung tirosin akan diubah menjadi melanin dan berfungsi sebagai penahan dari sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya. Sel Langerhans berperan sebagai pembawa antigen yang merangsang reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada kulit. Sedangkan sel Merkel berperan dalam mekano-reseptor atau resptor rasa sentuh (Kalangi, 2013).

  Lapisan kedua dari kulit yaitu dermis. Dermis merupakan kulit yang tebal; berserat; dan elastis karena adanya kolagen, elastin, dan fibrilin. Di dalam lapisan dermis terdapat ujung saraf, kelenjar keringat, kelenjar minyak, folikel rambut, dan pembuluh darah. Dermis terdiri atas dua lapisan yaitu stratum papilaris dan stratum retikularis. Stratum papilaris berada di lapisan superfisial yang mengandung kolagen, serat, saraf, dan reseptor sentuhan (Sharma, 2015). Stratum retikularis yang lebih tebal dan dalam berada di bawah stratum papilaris. Terdapat kolagen, serat elastin, jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut. Jenis sel yang ada dalam lapisan dermis yaitu sel-sel jaringan ikat seperti fibroblas, sel lemak, makrofag, dan sel mast (Kalangi, 2013).

  Lapisan ketiga yaitu jaringan subkutan (hipodermis). Penyusun utamanya adalah sel lemak (adiposit 50%) dan terdapat jaringan ikat, elastin fibroblas, dan makrofag. Lapisan lemak pada hipodermis berfungsi mengendalikan suhu tubuh, ketika panas tubuh berlebih akan mengalami vasodilatasi dan penguapan melalui keringat. Sedangkan ketika suhu tubuh dingin, lemak akan diubah menjadi energi panas melalui thermogenesis (Sharma, 2015).

3. Penuaan kulit (Skin Aging) dan Anti Aging

  Penuaan kulit adalah menurunnya fungsi struktural dan fungsional akibat faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik (Farage, 2008). Faktor intrinsik merupakan hasil dari faktor genetik dan biasa terjadi selama proses penuaan yang normal. Faktor intrinsik akan menyebabkan kulit mengalami penipisan di lapisan epidermis dan dermis, penurunan sensibilitas akibat hormon, dan penurunan fungsi sebagai pertahanan kulit terhadap lingkungan. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa faktor lingkungan seperti gaya hidup, efek merokok atau nikotin, dan paparan sinar ultraviolet yang dapat mempercepat proses penuaan kulit tetapi dapat dicegah. Akibat faktor ekstrinsik, kulit menjadi lebih tebal dan komposisinya dapat berubah (Farage et al., 2008; Rinnerthaler, 2015). Karakteristik penuaan pada kulit antara lain menipisnya lapisan kulit (epidermis, dermis, subkutan), berkurangnya kandungan air, kolagen, elastisitas, dan sensitivitas yang dalam jangka panjang akan menyebabkan kerutan, serta pigmentasi yang tidak merata (Farage et al., 2013).

  Kulit manusia, seperti semua organ lainnya, mengalami penuaan kronologis. Faktor lingkungan utama yang menyebabkan penuaan kulit manusia adalah radiasi sinar ultraviolet dari matahari. Penuaan kulit yang disebabkan matahari ini (fotoaging), seperti penuaan kronologis, adalah proses kumulatif. Namun, tidak seperti penuaan kronologis yang tergantung pada berlalunya waktu, fotoaging tergantung pada tingkat paparan sinar matahari dan pigmen kulit. Individu yang memiliki gaya hidup di luar ruangan, hidup di iklim yang cerah, dan berpigmen ringan akan mengalami tingkat fotoaging terbesar (Fisher, 2002).

  Penuaan kulit ditandai dengan perubahan komponen struktural jaringan ikat akibat pembentukan keriput kulit, yang terdiri dari disorganisasi atau kerusakan struktur kulit karena kurangnya kolagen atau modifikasi, terjadi penipisan atau peregangan dan perpanjangan berulang beberapa daerah kulit, terutama wajah. Jadi, pada tingkat epidermis, keriput tampak seperti lipatan, garis dalam, punggungan atau lipatan pada kulit (Scarci, 2014).

  Anti aging merupakan produk kosmetik yang digunakan secara topikal yang mampu mengobati/menghilangkan gejala yang disebabkan oleh sinar UV atau disebut photoaging pada kulit atau produk yang dapat mengurangi/memperlama timbulnya gejala-gejala photoaging (Barel, et al., 2009). Parameter anti aging yang biasa digunakan yaitu kadar kolagen, sensitivitas, kadar air, elastisitas, dan besar pori (Altuntas dan Yenner, 2015; Badenhorst et al., 2016).

  4. Ethyl Ascorbyl Ether Ethyl ascorbyl ether atau 3-O-etil asam askorbat merupakan turunan

  dari asam askorbat (vitamin C). Ethyl ascorbyl ether sangat stabil dalam struktur kimia, dapat masuk ke dalam kulit dan dimetabolisme oleh tubuh sebagai asam askorbat (Spec-Chem Ind., 2016).

Gambar 2.1. Struktur ethyl ascorbyl ether (Spec-Chem Ind., 2008)

  Ethyl ascorbyl ether dapat memberikan efek melindungi kulit dari

  sinar UV dan meningkatkan sintesis kolagen, selain itu juga digunakan dalam komposisi kosmetik yang dapat memutihkan atau mencerahkan kulit (Hsu, 2013).

  5. Tetrahidrokurkumin (THC)

  Tetrahidrokurkumin (THC) merupakan salah satu metabolit aktif dari kurkumin dan aktivitas antioksidannya paling kuat di antara kurkuminoid yang lain (Xiang, 2011). THC memiliki aktivitas farmakologi yang lebih poten dari kurkumin, seperti antioksidan, anti inflamasi, anti diabetes, dan hepatoprotektor. Faktor utama untuk antioksidan dari THC adalah - diketon (Aggarwal, 2015).

Gambar 2.2. Struktur curcumin dan tetrahydrocurcumin (Jager et al., 2013) Perbedaan struktur THC adalah hilangnya dua gugus diena pada karbon α dan β. Gugus fenolik dan diketon pada kurkumin yang bersifat sebagai antioksidan, tetap ada pada THC (Prabhu, 2011; Bartosz, 2014). THC berupa serbuk kristal tidak berwarna atau putih, larut dalam propilen glikol (1:8 pada 40

  C), polisorbat 20 (1:4 pada 40

  C), agak larut dalam etanol, tidak larut dalam air dan gliserin (Pubchem, 2016). THC lebih stabil dalam pH fisiologis dan lebih mudah larut dalam air dibandingkan kurkumin. Aktivitas antioksidan dan anti inflamasi THC lebih poten dibandingkan kurkumin (Bartosz, 2014).

  THC dapat meningkatkan sintesis matriks ekstraseluler (kolagen, elastin, asam hialuronat) secara signifikan sebesar 90,1%, kolagen 37,90%, dan asam hialuronat 74,19% pada konsentrasi THC 10 µg/mL (Trivedi, 2017). Asam hialuronat memiliki peran penting dalam pengaturan kelembaban kulit. Pada lapisan dermis, asam hialuronat mengatur keseimbangan air dan membantu menstabilkan struktur kulit (Weindl et al. 2004). THC dapat melindungi lapisan kulit dengan meningkatkan sintesis komponen ekstraseluler dan melalui sintesis kolagen dapat meningkatkan elastisitas dan kekencangan kulit. Tingkat perlindungan UVB meningkat secara signifikan sebesar 61,2% oleh THC dalam sel HFF-1 (human

  foreskin fibroblast ), yang mengindikasikan perlindungan dari fotoaging.

  (Trivedi, 2017).

  Penelitian yang dilakukan oleh Rungsima (2009) terkait uji efek THC dalam krim kurkumin menunjukkan bahwa THC mencerahkan kulit responden setelah pemakaian selama 4 minggu. THC dapat ditambahkan dalam produk perawatan kulit, selain sebagai antioksidan juga dapat menjaga kestabilan komponen lipid dalam kosmetik pelembab (Paul, 2011).

  Penggunaan 0,25% THC pada krim selama 4 minggu dapat mengatasi depigmentasi pada kulit dengan menghambat enzim tironase yang menyebabkan melanogenesis, sehingga kulit menjadi cerah tanpa menimbulkan efek samping berupa iritasi (eritema, perih, kering, atau gatal) (Majeed, 2010).

6. Skin Analyzer EH 900 U untuk Uji Efektifitas Anti Aging

  Skin analyzer EH 900 U merupakan suatu alat analisis kulit digital,

  yang dapat menganalisis kondisi kulit meliputi kadar minyak (sebum), pigmen, kolagen, elastisitas, besar pori – pori, jerawat, sensitivitas, dan (kadar air). Perangkat Skin Analyzer EH 900 U terdiri dari main

  moisture

  body, handset kamera, dan lensa 50XP. Di sekeliling lensa kamera, terdapat LED illuminator. Kamera dilengkapi dengan sensor CCD hingga resolusi 5.0 mega pixel dan Special DSP image processor. Cara menggunakan Skin Analyzer EH 900 U adalah alat dihubungkan ke PC yang telah diinstall cd driver Skin Analyzer EH 900 U, kulit yang akan dianalisis difoto dengan handset kamera, lalu dengan mikroskopi elektronik untuk kulit, foto dan data kulit dimasukkan ke PC untuk dianalisis. Foto kulit dan hasil analisis kulit ditampilkan di layar PC (Yupitawati, 2017).

  Hasil pengukuran kulit menggunakan skin analyzer EH 900 U memiliki kriteria seperti terlihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan Skin Analyzer EH 900 U (Skin Analyzer EH 900 U, 2017)

  Pengukuran Parameter Kadar Serious lack Reduce Normal kolagen (25-50%) (50-65%) (65-80%) Elastisitas Loose skin Weak Normal Better Best

  (15-35%) (35-50%) (50-65%) (65-70%) (70-71%) Moisture Dry Ageing Normal Higher Shiny moist (Kadar air) (3-4%) (4-10%) (10-15%) (15-30%) (30-65%)

  Sensitivitas kulit pada alat Skin Analyzer EH 900 U tidak memiliki nilai parameter, hanya ditunjukkan oleh jumlah dan diameter area kulit yang mengalami sensitivitas (Yupitawati, 2017).

7. Uji Keamanan

  Uji keamanan terhadap bahan kosmetik wajib dilakukan untuk perlindungan konsumen. Uji ini dapat menentukan apakah produk kosmetik akan menimbulkan resiko bagi kesehatan konsumen (Eurofins, 2018).

  Ada beberapa cara untuk uji keamanan kosmetik secara in vitro, salah satunya yaitu dengan melihat iritasi/korosi mata (Eurofins, 2018): a. Uji kelelahan kornea dan uji permeabilitas (BCOP; OECD 437)

  b. Tes Sel Darah Merah (RBC)

  c. Model kornea epitel rekonstruktif manusia (EpiOcular)

  d. Uji membran telur chorionallantoic (HET-CAM)

  Hen’s Egg Test on Chorioallantoic Membrane (HET-CAM)

  adalah metode alternatif lain untuk percobaan hewan untuk menguji korosi atau iritasi okular yang parah, dengan menggunakan membran

  

chorioallantoic pada embrio telur ayam. Tes ini menilai kerusakan

  pada membran ini untuk menentukan iritasi potensial pada konjungtiva. Efek akut dari zat uji pada pembuluh darah kecil dan protein jaringan lunak membran diasumsikan serupa dengan efek yang disebabkan oleh zat di mata kelinci (CAMVA, 2008).

  Membran chorioallantoic (CAM) adalah jaringan lengkap yang mengandung arteri, vena dan kapiler dan secara teknis mudah dipelajari. CAM menanggapi cedera dengan proses inflamasi yang serupa dengan yang diamati pada jaringan konjungtiva mata kelinci (tes Draize). Keunggulan dari metode HET-CAM dibandingkan dengan metode Draize adalah murah, cepat, dan tidak menggunakan hewan uji. Namun kelemahan utama dari metode HET-CAM ini adalah subjektivitas dari pengamatan, serta kesulitan dalam mengamati terjadinya perdarahan, lisis, maupun koagulasi dengan akurat (Cazedey, 2009).

C. Kerangka Konsep

  THC Efektif Aman Uji efektivitas anti aging

  Uji iritasi pada menggunakan Skin Analyzer pembuluh darah embrio telur ayam pada mencit

  Parameter anti aging:

  • Sensitivitas kulit Parameter (eritema) iritasi:
  • Kadar
  • Hemoragi - Kadar kolagen
  • Lisis - Elastisitas - Denaturasi Analisis Statistik Hasil: Sesuai dengan hipotesis atau tidak D.

   Hipotesis Tetrahidrokurkumin yang sedang dikembangkan menjadi produk kosmetik dalam bentuk krim malam anti aging memenuhi persyaratan kosmetik yaitu efektif dan aman.