BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Keterampilan Menulis Puisi a. Hakikat Menulis - Andes Sugianto BAB II

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori

1. Keterampilan Menulis Puisi

a. Hakikat Menulis

  Tarigan (1994:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata untuk menyampaikan maksud dan tujuan yang ingin diungkapkan. Menulis adalah keterampilan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang mengambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik yang dituliskan.

  Akhadiah (1999) memberi pengertian bahwa menulis adalah suatu aktifitas komunikasi bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna. Dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat yaitu, penulis sebagai penyampai pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

  6 Kata menulis mempunyai dua arti. Pertama, menulis berarti mengubah bunyi bahasa yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Kedua, kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. (Wiyanto, 2000: 1-2)

  . Tulisan atau karangan mempunyai teknis pengungkapan yang komunikatif dan menunjukkan kerangka berpikir rasional. Kegiatan menulis sangat mementingkan unsur pikiran, penalaran, dan data faktual karena itu wujud yang dihasilkan dari kegiatan menulis berupa tulisan ilmiah atau nonfiksi.

  Menulis adalah aktivitas menemukan unsur bahasa melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahsa, yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang sama. Artinya walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan hendaklah mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi(Nurgiyantoro, 2001:298)

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan bentuk komunikasi tidak langsung dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata sehingga menghasilkan tulisan yang runtut, ekspresif dan mudah dipahami untuk mengungkapkan ide, pikiran atau gagasan kepada orang lain. Keterampilan menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, dan latihan. Melalui latihan dan praktik secara terus menerus serta teratur akan meningkatkan keterampilan menulis.

b. Hakikat Puisi

  Menurut waluyo (2000:25) puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi adalah hasil pengungkapan kembali segala peristiwa atau kejadian yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari (Suharianto 1981:12).

  Suyitno (2009: 78) puisi merupakan struktur norma-norma. Mengolah bahasa dalam puisi adalah semacam mengolah bahasa sehingga itu bersih dari pengertian-pengertian yang terdapat dalam fungsi linguistik sehari-hari.

  Pradopo (2002:7) menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan berirama. Semua itu merupakan suatu yang penting yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi merupakan rekaman dan interpreyasi perjalanan manusia yang penting, dan diubah dalam wujud yang paling berkesan.

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, para ahli mempunyai perbedaan-perbedaan dalam memmaparkan pengertian tentang puisi.

  Namun, kalau dipelajari lebih mendalam pendapat-pendapat itu mencerminkan sebuah karya sastra kreatif terhadap unsur-unsur yang sama, yaitu bentuk, emosi, ide, nada, imajinatif, irama, suasana kata, pemikiran, kesan, panca indera, kepadatan, kata-kata kias, dan perasaan yang bercampur baur sebagai cetusan sukma, penghayatan terhadap pengungkapan pikiran dan perasaan sebagai alat ekspresi, atau sebuah pengkonsentrasian pemadatan segala unsur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan hasil pengungkapan kembali pengalaman batin manusia, yang diwujudkan melalui bahasa yang estetis dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya serta dipadatkan kata-katanya dalam bentuk teks.

c. Menulis Puisi

  Keterampilan atau kemampuan menulis puisi adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis yang literer. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa sastra yang digunakan.

  Keterampilan menulis puisi adalah kemampuan keterampilan berekspresi yang menonjolkan penekanan pada ekspresi diri secara pribadi, diantaranya yaitu penekanan pebgekspresian emosi, gagasan, atau ide. Perlu diperhatikan dalam menulis karya sastra (puisi) harus mengutamakan prinsip litentia poetica yaitu kebebasan penyair dalam menggunakan bahasa. Bahasa dalam puisi tidak harus mengikuti kaidah- kaidah kebahasaan yang berlaku.

2. Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan

a. Pendekatan Kontekstual

  Pendekatan apapun yang digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), diharapkan selalu mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru dalam pembentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh diktaktik metodik ”apa yang dipelajari” saja, melainkan pada ”bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar anak”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan serta berkonsultasi dengan narasumber yang lain.

  Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi (Alwasila, 2009:35).

  Menurut Alwasilah (2009:57) pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari0hari siswa.

  Pendekatan kontekstual lebih mengutamakan strategi daripada hasil. Guru dalam kelas kontekstual mempunyai tugas untuk membantu siswa mencapai tujuan. Tugas guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informasi kepada siswa karena dalam pendekatan kontekstual, siswa dituntut untuk lebih aktif menemukan sendiri pengetahuan tersebut bukan dari caramah guru. Guru memberikan jalan dan mengarahkan kepada siswa untuk memperolah pengetahuan tersebut, untuk itu guru harus pandai memilih strategi yang mampu membekali siswa dengan pengetahuan untuk diterapkan dari satu masalah ke masalah lainnya dan dari satu kontekske konteks lainnya. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menghadapkan siswa dengan dunia nyata (real

  

world ) di mana mereka berada. Sehingga materi-materi yang mereka

  pelajari bukan hanya menjadi bayangan dalam pikiran mereka. Siswa dalam kelas kontekstual akan mengalami sendiri kegiatan belajar dan kaitannya dengan apa yang mereka pelajari, sehingga siswa lebih mudah memahami apa yang mereka pelajari. Siswa diajak untuk berpikir, bukan sekedar menerima apa kata guru. Siswa menjadi subjek dalam kelas kontekstual, artinya pusat dari proses pembelajaran adalah siswa bukan guru sehingga siswa harus aktif, kritis dan kreatif menemukan sendiri pengetahuan dan pengalaman baru yang akan memberikan manfaat bagi mereka. Siswa duduk manis mendengarkan ceramah guru tidak berlaku dalam kelas kontekstual.

  Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan mengalami perubahan perilaku ke arah positif. Tujuan dari pendekatan kontekstual adalah pembentukan manusia, dengan pembelajaran kontekstual diharapkan dapat menghasilkan output (siswa) yang menguasai kompetensi-kompetensi tertentu yang dibutuhkan dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat.

  Dari penjelasan mengenai pendekatan kontekstual di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata siswa sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan nyata. Dalam pendekatan kontekstual siswa mengetahui manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan belajar yang ia lakukan. Siswa sendiri yang mengalami proses tersebut karena siswa sebagai subjek pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotifasi siswa dalam proses pembelajaran.

  Pembelajaran kontekstual diharapkan mampu menghasilkan siswa yang kritis, kreatif, mandiri dan berkompeten.

b. Komponen Pemodelan Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model.

  Siswa juga dapat dilibatkan untuk merancang sebuah model pembelajaran. Misalnya dalam pembelajaran puisi, ada siswa yang pernah menjadi juara lomba puisi, siswa tersebut dapat dijadikan model bagi siswa lain. Model juga dapat didatangkan dari luar (Depdiknas 2003:17). Dengan demikian, dalam pembelajaran menulis puisi guru menghadirkan model puisi-puisi hasil karya siswa yang dipublikasikan pada sebuah media cetak atau puisi-pusi yang telah dibuat siswa kelas VIIIA untuk disajikan dalam pembelajaran.

c. Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Pendekatan Kontekstual Komponen pemodelan.

  Pembelajaran menulis puisi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan . pada saat melaksanakan pembelajaran konstektual, sebenarnya ketujuh komponen pendekatan kontekstual tidak dapat lepas satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, dapat menekankan pada salah satu komponen. Pembelajaran menulis puisi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual dengan menekankan pada komponen pemodelan. Dalam pembelajaran menulis puisi guru menghadirkan model di kelas yang berupa contoh puisi. Puisi yang dijadikan model ini untuk dicermati oleh siswa, kemudian dapat dicontoh siswa dalam menulis puisi. Peran guru hanya sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotivasi keaktifan siswa. Setelah mengamati model, siswa berdiskusi dengan temannya untuk membahas pengetahuan tentang puisi. Siswa dapat bertanya pada guru atau temannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan puisi, sehingga siswa bisa menentukan tema, memilihn diksi dan rima yang baik, pembaitan yang tepat, tipografi yang unik, dan memeriksa kembali kesesuaian unsur-unsur puisi tersebut untuk mendukung makna dalam puisi. Pada saat proses pembelajaran guru menunjukan model puisi siswa yang dipilih untuk dijadikan contoh oleh guru dalam proses pembelajaran. Harapan guru siswa termotivasi untuk mempublikasikan karya mereka, baik di majalah dinding sekolah atau bahkan layak dipulikasikan dimedia cetak. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan kontekstual pemodelan adalah dengan menghadirkan dan menunjukan contoh atau model puisi karya siswa yang dipublikasikan di media cetak.

  Kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran adalah: 1.

  Guru melakukan apersepsi mengenai pembelajaran yang akan dilakukan yaitu menulis puisi.

  2. Guru menunjukan contoh model puisi karya siswa siswi sekolah lain yang dipublikasikan dimedia cetak.

  3. Siswa mendengarkan dan mengamati contoh pembacaan model puisi.

  4. Siswa bersama guru mendiskusikan struktur pembangunan fisik dan batin puisi yang dijadikan model.

  5. Guru memberi tugas kepada siswa untuk menulis puisi.

  6. Siswa menyunting puisi yang telah dibuat, baik dengan teman sebangku ataupun secara berkelompok.

  7. Guru meminta beberapa siswa untuk membacakan puisi yang telah dibuat didepan kelas, kemudian siswa lain menanggapi.

  8. Guru memberikan penguatan 9.

  Guru bersama siswa melakukan refleksi pembelajaran. Guru mata pelajaran bahasa dan sastra indonesia di SMP harus memiliki berbagai gagasan evaluasi yang bersifat kreatf-estetis (Depdiknas 2004:68-69). Evaluasi yang bersifat kreatif estetis untuk menilai kemampuan penulisan puisi. Menulis puisi siswa dititk beratkan pada kemampuan siswa menggunakan diksi yang tepat, disamping itu peneliti juga memasukan unsur-unsur yang lain yang digunakan dalam penilaian menulis puisi. Unsur tersebut antara lain; kemampuan siswa dalam menentukan tema dan judul, menggunaklan rima dalam puisi, menentukan diksi yang tepat, menyusun pembaitan yang tepat, menciptakan tipogrfai yang unik, serta menyesuaikan tema dengan isi yang ingin disampaikan dalam puisi.

  Tabel I Model Penilaian Penulisan Puisi

  No Butir Penilaian Skor

  1 Kesesuaian isi dengan tema

  2 Diksi

  3 Rima

  4 Pembaitan

  5 Tipografi

B. Kerangka Berpikir

  Menulis merupakan bentuk komunikasi tidak langsung dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata sehingga menghasilkan tulisan yang runtut, ekspresif dan mudah dipahami untuk mengungkapkan ide, pikiran atau gagasan kepada orang lain.

  Keterampilan menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, dan latihan. Tarigan (1994:24) menyebutkan bahwa tujuan kegiatan menulis ada tujuh, yaitu assigment purpose (tujuan penugasan), altruistic purpose (tujuan altruistik), persuasive purpose (tujuan persuasif), informational

  

purpose (tujuan penerangan), self ekspressive porpose (tujuan pernyataan

  diri), creative purpose (tujuan kreatif), dan problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah). Kegiatan menulis memiliki tujuan yang beragam jenis tulisan.

  Berkaitan dengan tujuan dari ragam tulisan, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas VIII, standar kompetensi untuk keterampilan menulis adalah siswa mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas. Salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan menulis puisi, yaitu menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai.

  Keterampilan menulis puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 06 Bantarkawung Brebes masih rendah yang disebabkan kekurangmampuan siswa dalam menetukan diksi dan rima yang tepat, kekurangmampuan siswa dalam menyusun bait dan tipografi yang sesuai, kekurangmampuan siswa dalam menentukan kesesuaian isi dengan tema. Hal ini disebabkan guru kurang memberikan teknik yang tepat dan bervariasi dalam pembelajaran serta sistem penilaian yang kurang tepat dalam pembelajaran menulis puisi.

  Untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi, salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pendekatan kontekstual merupaka pendekatan pembelajaran yang membantu guru yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata siswa, sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. Dalam pendekatan kontekstual, siswa mengetahui manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan belajar yang ia lakukan. Siswa yang mengalami proses tersebut karena siswa sebagai subjek pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kontekstual diharapkan mampu menghasilkan siswa yang kritis, kreatif, mandiri dan berkompeten.

C. Hipotesis Tindakan

  Dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan diharapkan akan terjadi peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 06 Bantarkawung Brebes dan perubahan perilaku ke arah yang positif.