BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi - Ferina Dwi Iriani BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi

  Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat hidup dalam genangan air. Padi juga baik ditanam di lahan kering (padi gogo), asalkan kebutuhan airnya terpenuhi. Menurut Suparyono dan Setyono (1997), hal yang menyebabkan padi dapat hidup dalam genangan adalah adanya tabung dalam daun, batang, dan akar. Udara dapat bergerak dari daun menuju ke akar melalui tabung ini, sehingga oksigen dalam akar tetap terpenuhi untuk melakukan respirasi.

  Akar serabut yang dimiliki padi berfungsi sebagai penopang batang, menyerap unsur hara, dan untuk respirasi. Batang bentuknya bulat, berongga dan beruas-ruas. Daun tumbuh pada bagian ruas-ruas dengan susunan yang berselang-seling. Malai berkisar antara 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer. Bunga padi memiliki enam buah benang sari dan dua tangkai putik. Pada bagian dasar bunga, terdapat dua daun mahkota. Gabah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar disebut sekam, sedangkan bagian dalam disebut karyopsis (Suparyono dan Setyono, 1997).

  Terdapat dua spesies padi yang banyak dibudidayakan, antara lain

  Oryza sativa dan Oryza glaberima. Namun, spesies O. sativa lebih banyak ditanam dibandingkan dengan O. glaberima.

  5

  O. sativa mempunyai 3 tipe, yaitu indica, japonica, dan bulu. Tipe

  kebanyakan ditanam di daerah tropis, memiliki ciri-ciri yaitu

  indica

  tanamannya tinggi, jumlah anakan yang banyak, umumnya bentuk gabah agak panjang sampai panjang, nasinya bear (pera) karena kandungan amilosa dan patinya cukup rendah, dan tahan terhadap hama dan penyakit. Tipe japonica banyak terdapat di negara beriklim sedang, memiliki daun yang lebih tegak, jumlah anakan lebih sedikit, bentuk gabah lebih pendek dan lebih gemuk, kandungan amilase lebih rendah, nasinya pulen dan mengkilat. Tipe bulu memiliki daun yang lebih lebar dan lebih berbulu, pada ujung gabah juga terdapat bulu tetapi ada juga yang tidak, jumlah anakan sedikit, batang kaku, dan cocok ditanam di lahan yang berair maupun di lahan yang kering (Suparyono dan Setyono, 1997).

  Menurut Cronquist (1981), tanaman padi diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Cyperales Familia : Poaceae Genus : Oryza Spesies : Oryza sativa

2.2 Deskripsi Beberapa Varietas Padi Gogo

  2.2.1 Varietas Cere Prontol Bertugi

  Varietas ini merupakan varietas lokal Banyumas dengan nama lain Pudot. Varietas ini mampu memproduksi gabah sekitar 3,3 ton/hektar. Warna beras merah, rasanya enak dan pulen, kurang tahan terhadap wereng, tidak tahan terhadap uret, serta relatif tahan terhadap penyakit. Umur varietas ini antara 110-115 hari (Wawancara dengan Bapak Wasirin, Oktober 2011).

Gambar 2.1 Varietas Cere Prontol Bertugi

  2.2.2 Varietas Genjah Pare

  Varietas ini merupakan varietas lokal Banyumas dengan nama lain Cere Prontol Merah. Varietas ini mampu memproduksi gabah sekitar 3,3 ton/hektar, warna beras merah, rasanya enak dan pulen, lebih tahan terhadap wereng, tidak tahan terhadap uret, serta relatif tahan terhadap penyakit. Umur varietas ini antara 110-115 hari (Wawancara dengan Bapak Wasirin, Oktober 2011).

Gambar 2.2 Varietas Genjah Pare

2.2.3 Varietas Mlati

  Varietas Mlati merupakan varietas lokal Banyumas dengan nama lain Cere Prontol Putih. Varietas ini mampu memproduksi gabah sekitar 3,6 ton/hektar, warna beras putih, rasanya enak dan pulen., kurang tahan terhadap wereng, tidak tahan terhadap uret, serta relatif tahan terhadap penyakit. Umur varietas ini antara 110-115 hari (Wawancara dengan Bapak Wasirin, Oktober 2011).

Gambar 2.3 Varietas Mlati

2.2.4 Varietas Situ Bagendit

  Varietas Situ Bagendit dapat tumbuh di lahan sawah atau lahan kering dengan tinggi tanaman antara 99-105 cm. Umur tanaman ini antara 110-120 hari dengan bentuk tanaman tegak. Batang dan daun berwarna hijau dengan muka daun bertekstur kasar sedangkan posisi daunnya tegak. Jumlah anakan produktif yang dihasilkan Situ Bagendit berkisar antara 12-13 batang per rumpun. Gabahnya dapat terlihat panjang ramping serta berwarna kuning bersih. Tekstur nasinya pulen dengan kadar amilosa 22%. Rata-rata hasil varietas ini 4,0 ton/ha pada lahan kering, 5,5 ton/ha pada lahan sawah, sedangkan potensi hasilnya 6,0 ton/ha. Varietas ini agak tahan terhadap penyakit blast. Pemerintah telah melepas varietas ini pada tahun 2003 (Suprihatno et al., 2009).

Gambar 2.4 Varietas Situ Bagendit

2.3 Kompetisi Gulma dengan Tanaman

  Penanaman padi lahan kering selalu dihadapkan pada masalah munculnya gulma karena keadaan tanahnya sangat mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan gulma. Gulma akan menjadi pesaing kebutuhan hidup khususnya pada periode awal pertumbuhan tanaman padi.

  Di lahan yang tergenang oleh air, gulma tidak menjadi persoalan yang serius karena penggenangan merupakan salah satu cara yang efektif untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan gulma (Suparyono dan Setyono, 1997).

  Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki kehadirannya oleh petani karena tumbuh tidak pada tempatnya sehingga memberi efek negatif terhadap tanaman yang dibudidayakan (Rukmana dan Saputra, 1999). Menurut Sukman dan Yakup (2002) gulma akan bersaing dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya, CO

  2 dan ruang tumbuh. Persaingan

  antara gulma dan tanaman budidaya terjadi bila unsur-unsur tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang mencukupi bagi keduanya sehingga keberadaan gulma perlu dikendalikan karena gulma akan menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, CO

  2 , sinar matahari, ruang

  hidup, dan lain-lain. Gulma juga dapat menurunkan mutu hasil tanaman akibat kontaminasi serta gulma dapat mengeluarkan senyawa allelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu, gulma akan menjadi inang bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman, serta meningkatkan biaya usaha tani akibat biaya penyiangan.

  Menurut Suparyono dan Setyono (1997) gulma memiliki sistem perakaran yang sama dengan tanaman padi sehingga kompetisi nutrisi yang terjadi bisa sangat tinggi. Jenis gulma yang ada di sekitar tanaman budidaya akan menentukan variasi kemampuan gulma untuk menurunkan hasil padi.

  Kompetisi merupakan persaingan antara dua organisme atau lebih untuk memperebutkan hal yang sama dalam hal antara lain unsur hara, cahaya, tempat tumbuh, CO

  2 , dan lain-lain. Kemampuan tanaman bersaing

  dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma, varietas tanaman yang ditanam, tingkat kesuburan tanah, saat dan lama persaingan, serta kerapatan gulma. Perbedaan spesies akan menentukan kemampuan bersaing karena sistem fotosintesisnya bisa berbeda, kondisi perakaran berbeda dan keadaan morfologi tanaman juga berbeda. Persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan yang terjadi menjelang panen akan berpengaruh terhadap kualitas hasil. Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman juga ditentukan oleh cara penanaman, umur varietas yang ditanam, tingkat ketersediaan unsur hara, dan laju pertumbuhan (Sukman dan Yakup, 2002).

  2.3.1 Persaingan memperebutkan air

  Seperti halnya tumbuhan yang lain, gulma juga membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Air diserap dari dalam tanah, sebagian besar digunakan untuk proses transpirasi dan hanya satu persen saja digunakan untuk fotosintesis. Persaingan memperebutkan air hanya terjadi pada lahan kering karena daerah ini miskin akan air (Sukman dan Yakup, 2002).

  2.3.2 Persaingan memperebutkan unsur hara

  Untuk meningkatkan hasil pada tanaman padi, dibutuhkan unsur hara yang lengkap, salah satunya unsur nitrogen yang cukup. Nitrogen merupakan unsur hara yang paling banyak diperebutkan antara pertanaman dan gulma, oleh karena itu unsur ini lebih cepat habis digunakan (Sukman dan Yakup, 2002).

  Peran utama unsur nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan, dan meningkatkan jumlah bulir/rumpun. Apabila kekurangan unsur nitrogen dapat menyebabkan daun terlihat kekuning-kuningan, dan pertumbuhannya kerdil. Sedangkan kelebihan unsur nitrogen dapat menyebabkan keterlambatan panen, tanaman mudah rebah, menurunkan kualitas bulir, serta respon terhadap serangan hama dan penyakit (Rauf et al. , 2000).

2.3.3 Persaingan memperebutkan cahaya

  Tanaman yang tumbuh lebih dulu (lebih tinggi), dan tajuknya lebih rimbun akan memperoleh cahaya lebih banyak. Sedangkan tumbuhan yang lebih muda, lebih pendek dan kurang tajuknya, akan ternaungi oleh tumbuhan yang lebih tinggi sehingga pertumbuhannya menjadi lambat karena kekurangan cahaya matahari (Sukman dan Yakup, 2002). Tanaman padi yang tinggi dengan jumlah anakan banyak dan indeks luas daun yang tinggi akan lebih kompetitif terhadap gulma.