BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keputihan 1. Definisi - Rafiqah Fatmasari BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.

   Keputihan 1. Definisi

  Keputihan adalah sejenis penyakit pada wanita yang di tandai dengan banyaknya lendir dalam vagina. Keputihan di sebabkan antara lain oleh jamur/kepang,mikroba (bersifat spesifik) dan gangguan psikis atau fisik (bersifat non spesifik). Gejala dan tanda-tanda penyakit keputihan spesifik dan non spesifik hampir serupa yaitu banyaknya lendir dalam vagina yang kadang-kadang mengeluarkan bau yang tidak sedap.(Hargono,D.1993)

  Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya merupakan penyakit karena ada juga keputihan yang normal. Oleh karena itu keputihan dibagi menjadi dua,yaitu keputihan normal dan abnormal. (Bahari,H.2012).

B. Klasifikasi Keputihan

  Menurut Ayuningsih,et al (2009) keputihan terdiri dari 2 jenis, yaitu : A)

  Keputihan Normal (Keputihan Fisiologis) Keputihan normal merupakan respon tubuh normal yang biasa keluar sebelum,saat dan sesudah masa haid. Ciri yang lain yaitu, lendir bening, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal, dan jumlahnya berlebihan. Keputihan rangsangan seksual, mengalami stres berat,sedang hamil, atau mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuning-kuningan dan tidak berbau.

  Hal yang menyebabkan terjadinya keputihan fisiologis antara lain :

  a) Bayi baru lahir sampai umur 10 hari

  Disebabkan karena masih ada pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina.

  b) Wanita dewasa saat mendapatkan rangsangan seksual

  Sebuah mekanisme peralihan vagina secara fisiologis. Dinding vagina bagian dalam mengeluarkan lendir yang akan diserap kembali oleh mulut vagina dan berfungsi untuk memudahkan hubungan seksual dan mencegah gesekan penis yang dapat menyebabkan luka.

  c) Wanita dengan penyakit menahun

  d) Pada wanita hamil

  Disebabkan karena perubahan hormon yang menaikkan tingkat keasaman vagina. (Cunningham,et al.2001)

e) Waktu ovulasi,sebelum dan sesudah menstruasi.

  B) Keputihan Patologi

  Keputihan patologi dapat ditandai dengan keluarnya lendir dalam jumlah banyak. Selain itu, lendir tersebut berwarna putih atau kekuningan dan memiliki bau yang sangat menyengat. Keputihan jenis ini ditandai dengan rasa gatal, dan terkadang terasa nyeri. Bahkan, rasa nyeri tersebut sering kali dirasakan ketika Akibatnya, hubungan seksual menjadi terganggu.(Shadine,2012) Di dalam vagina juga hidup kuman pelindung, disebut Flora Doderleins.

  Dalam keadaan normal flora ini menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Namun keseimbangan itu dapat terganggu, sehingga cairan yang keluar berlebihan.

  Keputihan yang patologis mempunyai ciri-ciri : Jumlahnya banyak

  • Timbul terus menerus
  • Warnanya berubah (Misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/
  • yoghurt)
  • air kecil terasa panas, pruritus vulva, pseudohifa yang disebabkan oleh

  Putih, encer berbintik banyak, berbau apek disertai penyakit sistemik, buang

  candida albicans

  • Efek yang timbul dapat berupa nyeri diperut, panggul, pinggang atau alat kelamin luar merupakan gejala kelainan ginekologik (Prawirohardjo,2007). Keputihan yang patologis dapat disebabkan oleh kandidiasis vagina, trichomoniasis vagina, vaginosis bakterialis, gonore aataupun benda asing. Beberapa peneliti melaporkan bahwa penyebab keputihan yang paling banyak adalah kandidiasis vagina. (Sobel J.D 1985).

  Disertai adanya keluhan (gatal,panas,nyeri) serta berbau (Wijayanti,2009)

   Penyebab keputihan A.

  Menurut Ayuningsih, et al. (2009) penyebab keputihan yaitu: 1)

  Perilaku tidak higienis: air cebok tidak bersih, celana dalam tidak menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik.

  2) Stres sehingga daya tahan tubuh rendah. 3)

  Diabetes, menurut Clayton (1984) wanita penderita diabetes sangat rentan terhadap keputihan karena kadar gula dalam darah mereka tinggi atau tidak terkendali. Bila kadar glukose menjadi terlalu tinggi, gula memilih ke dalam urin. Ginjal harus menyediakan lebih banyak urin untuk membawa glukose ini. Tubuh perlu menggantikan jumlah urin yang berlebihan yang dihasilkan oleh penderita diabetes. Rasa haus dan keinginan untuk buang air kecil yang meningkat merupakan gejala dini terjadinya keputihan. 4) Hamil.

  Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat longgar dan hipertropi otot polos. Deskuamasi (eksfoliasi) sel-sel vagina yang kaya glikogen terjadi akibat stimulasi estrogen. Sel-sel yang tanggal ini membentuk rabas vagina yang kental dan berwarna keputihan yang disebut

  leukore (Campion M,2000)

  5) Mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB. 6)

  Alergi pada benda-benda yang di masukkan secara sengaja atau tidak ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan, serta benang dari selimut, celana dan lainnya.

  Luka misalnya tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama pada vagina.

  8) Infeksi: dipicu oleh bakteri, kuman atau parasit (Nwinyi et al 2009) dan

  Menurut Kasdu (2008,) infeksi pada saluran reproduksi wanita di kelompokan menjadi tiga golongan besar, yaitu: I) Non-penyakit hubungan seksual (non-PHS) Bagian luar alat kelamin merupakan tempat yang rawan. Jika di banding dengan bagian tubuh lainnya.

  Perawatan bagian ini sering terabaikan. Selain lembab, di daerah ini bermuara dua saluran pembuangan, yaitu dubur/anus dan lubang kencing yang berfungsi membuang sisa-sisa pencernaan makanan dalam bentuk tinja dan air kencing. Jika tidak di bersihkan secara sempurna, pada dubur/anus selalu di temukan berbagai bakteri, jamur dan parasit, seperti cacing kremi dan telurnya yang bisa menjalar ke sekitar organ kelamin. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi gejala keputihan. Infeksi ini di golongkan sebagai non- PHS. Ada beberapa infeksi PHS yang sering di alami wanita, yaitu :

  (a)Vaginitis Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan gejala, cairan vagina encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman, serta nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing.

  (b) Candidiasis Penyebabnya berasal dari candida albican. Gejalanya adalah keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi, di sertai rasa gatal dan terdapat di kulit maupun dalam liang kemaluan wanita. Namun, pada keadaan tertentu, jamur ini meluas sehingga menimbulkan keputihan.

  (c) Trichomoniasis Penyebabnya adalah parasit Trichomonas vaginalis. Penularan melalui hubugan seksual. Keputihan jenis ini bersifat khas yaitu jumlah banyak, warna kuning kehijauan, bau tak sedap, sakit saat melakukan hubungan seksual dan gatal (Pudiastuti, 2010).

  (d) Penyakit hubungan seksual Fungsi vagina sebagai alat untuk melakukan senggama terkadang mengalami perlecetan setiap kali melakukan senggama. Vagina juga menampung air mani yang di keluarkan oleh pasangannya. Adanya perlecetan dan kontak mukosa (selaput lendir) vagina dengan air mani merupakan pintu masuk (port d’entre) mikroorganisme penyebab penyakit PHS.

  (e) Infeksi iatrogenik Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau mikroorganisme) lain masuk melalui medis, seperti haid, abortus yang di sengaja, insersi IUD, saat melahirkan, infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas. (Shadine,M.2012)

  (f) Penggunaan antibiotik yang berlebihan Menyebabkan populasi bakteri di daerah vagina ikut mati. Bakteri doderlein

lactobacillus di bertugas menghasilkan asam laktat agar jamur tidak bisa hidup.

  Bila bakteri mati, jamur akan tumbuh subur. Kebiasaaan menggunakan produk keasaman daerah vagina. PH keasaman normal antara 3,5 - 4,5. Jamur candida dapat tumbuh dengan variasi pH yang luas,tetapi pertumbuhannya akan lebih baik lagi pada pH antara 4,5 – 6,5.(Curry SL,Barclay DL.1994). Memicu jamur kandida yang semula asymptomatis menjadi aktif berkembang biak sehingga timbul kandidiasis. (Sobel JD.1995) II.

  Faktor penyebab keputihan secara umum pada remaja putri usia remaja awal – usia remaja akhir (10-19 tahun) a) Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan.

  Biasanya, hal ini dilakukan setelah buang air kecil ataupun buang air besaar.

  b) Mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat, sehingga ruang yang ada tidak memadai. Akibatnya timbullah iritasi pada organ kewanitaan.

  c) Seringkali menggunakan WC umum, sehingga memungkinkan adanya bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.

  d) Jarang mengganti panty liner

  e) Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain, sehingga kebersihannya tidak terjaga.

  f) Kurangnya perhatian terhadap kebersihan oragan kewanitaan.

  g) Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu arah basuhan dilakukan dari belakang ke depan.

  h) Aktivitas fisik yang melelahkan , sehingga daya tahan tubuh melemah.

i) Tidak mengganti pembalut ketika menstruasi.

  Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stres berat. (Nyirjesy P.2001:15:1

  • – 8)

  k)

Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan

  secara berlebihan, sehingga flora doderlrins yang berguna menjaga keasaman di dalam organ kewanitaan terganggu. (Nwinyi et al 2009)

  D. Patofisiologi Keputihan

  Organ yang paling sensitif dan rawan pada tubuh wanita adalah organ reproduksi dan merupakan organ yang paling rawan dibanding organ tubuh yang lainnya. Keputihan (Flour Albus) merupakan salah satu tanda dan gejala penyakit oragan reporoduksi wanita, didaerah alat genatalia ekternal bermuara saluran kencing dan saluran pembuangan sisa-sisapencernaan disebut anus. Apabila tidak dibersihkan secara sempurna akan ditemukan berbagai bakteri,jamur,dan parasit akan menjalar ke sekitar oragan genetalia. Hal ini dapat menyebabkan infeksi dengan gejala keputihan. Selain itu dalam hal melakukan hubungan seksual terkadang terjadi pelecetan, dengan adanya pelecetan merupakan pintu masuk organisme penyebab infeksi hubungan seksual (PHS) yang kontak dengan air mani dan mukosa (Kasdu,2008).

  E. Diagnosa Keputihan a.

  Keputihan (flour Albus) Fisiologis Keputihan (Flour Albus) fisiologis biasanya lendir encer,muncul saat ovulasi, menjelang haid dan saat mendapat rangsangan seksual. Keputihan normal tidak gatal, tidak berbau dan tidak menular karena tidak ada bibit penyakitnya. Keputihan (flour Albus) Patologis Keputihan (Flour Albus) patologis dapat didiagnosa dengan anamnese oleh dokter yang telah berpengalaman hanya dengan menanyakan apa keluhan pasien dengan ciri-ciri : jumlah banyak, warnanya seperti susu basi, cairannya mengandung leukosit yang berwarna kekuning-kuningan sampai hijau, disertai rasa gatal, pedih, terkadang berbau amis dan berbau busuk. Pemeriksaan khusus dengan memeriksakan lendir dilaboratorium, dapat diketahui apa penyebabnya, apakah karena jamur, bakteri atau parasit, namun ini kurang praktis karena harus butuh waktu beberapa hari untuk menunggu hasil. (Jones,2005).

  Diagnosa klinik vaginosis bakterialis berdasarkan adanya tiga tanda-tanda berikut :

  1. Cairan vagina homogen,putih atau keabu-abuan,melekat pada dinding vagina.

  2. Jumlah pH vagina lebih besar dari 4,5.Sedangkan pH vagina normal bekisar 3,8 – 4,5.

  3. Sekret vagina berbau seperti bau ikan sebelum atau sesudah penambahan KOH 10% (whiff test).

  Adanya “Clue Cells” pada pemeriksaan mikroskop sediaan basah. Clue cell merupakan sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina sehingga memberikan gambaran granular dengan batas sel yang kabur karena melekatnya bakteri batang atau kokus yang kecil. (endang,2003).

  Penegakan diagnosis harus didukung data laboratorium terkait, selain gejala dan tanda klinis yang muncul dan hasil pemeriksaan fikis seperti pH vagina dan

  (Widiawaty,2006).

  Diagnosis Trichomonosis ditegakkan bila ditemukan Trichomo nas vaginallis pada sediaan basah. Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan dengan duh tubuh vagina.

F. Remaja a.

  Pengertian remaja Secara Etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja (Adolescene) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO/World Health

  

Organisation ) adalah periode usia anatara 10-19 tahun, sedangkan Perserikatan

  Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15-24 tahun. Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young

  people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran,20111).

  Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak ke massa dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih,2004).

  b.

  Batasan Remaja Batasan remaja menurut WHO yang di kemukakan oleh Soetjiningsih

  (2004), dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa,berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati masa sebagai berikut : 1) Masa remaja awal/dini (Early Adolescence) umur 11-13 tahun. 2) Masa remaja pertengahan (Middle Adolescene) umur 14-16 tahun.

  3) Masa remaja lanjut (Late Adolescene) umur 17-20 tahun. remaja dibagi menjadi tiga periode, yaitu : 1.

  Masa remaja awal (10-12 tahun), ciri khasnya adalah : Tampak dan memang merasa dekat dengan teman sebaya, tampak dan merasa ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.

  2. Masa remaja tengah(13-15 tahun),ciri khasnya adalah :

  Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan lawan jenis, punya rasa cinta yang mendalam, kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) semakin berkembang, berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

  3. Masa remaja akhir (16-19 tahun), ciri khasnya adalah : Pengungkapan kebebasan diri, dalam mencari teman sebaya lebih selektif, memiliki citra (gambaran,keadaan,peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan perassaan cinta, memiliki kemampuan berfikir abstrak.

G. Terapi Untuk Keputihan 1. Definisi

  Terapi adalah “usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang

sakit”. Tidak disebut ‘usaha medis’ dan juga tidak disebut menyembuhkan

penyakit. Maka kita bisa paham bahwa terapi adalah lebih luas daripada sekadar pengobatan atau perawatan. Apa yang dapat memberi kesenangan, baik fisik maupun mental, pada seseorang yang sedang sakit dapat dianggap terapi. (Kamus Bahasa Indonesia).

   Penatalaksanaan Keputihan.

  Penatalaksanaan keputihan meliputi usaha pencegahan dan pengobatan yangbertujuan untuk menyembuhkan seorang penderita dari penyakitnya, tidak hanya untuksementara tetapi untuk seterusnya dengan mencegah infeksi berulang (Endang, 2003). Apabila keputihan yang dialami adalah yang fisiologik tidak perlu pengobatan, cukup hanya menjaga kebersihan pada bagian kemaluan.

  Apabila keputihan yang patologik, sebaiknya segera memeriksakan kedokter, tujuannya menentukan letak bagian yang sakit dan dari mana keputihan itu berasal.

  Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat tertentu akan lebih memperjelas. Kemudian merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan. Keputihan yang patologik yang paling sering dijumpai yaitu keputihan yang disebabkan Vaginitis, Candidiasis, dan Trichomoniasis. Penatalaksanaan yang adekuat dengan menggabungkan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Setelah diketahui penyebabnya , barulah dokter bisa menentukan tindakan pengobatan secara tepat. Pengobatan yang dilakukan bisa saja menggunakan metode-metode modern atau pun memanfaatkan ramuan-ramuan yang berasal dari beragam jenis tanaman obat.

  A) Terapi Farmakologi (Pengobatan Modern) (Bahari,2012)

  Jika penyebab keputihan adalah infeksi ada beberapa tindakan pengobatan modern yang bisa di lakukan. Diantaranya ialah sebagai berikut : Obat-obatan Berikut adalah berbagai jenis obat yang bisa digunakan guna mengatasi keputihan :

  1. Asiklovir (digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh virus herpes).

  2. Podofilin 25% (digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh kondiloma ).

  3. Larutan asam trikloro-asetat 40 – 50 % atau salep asam salisilat 20 – 40 % (digunakan dengan cara dioleskan).

  4. Metronidazole (digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh bakteri Trichomonas vaginalis dan Gardnerrella).

  5. Nistatin,mikonazol,klotrimazol,dan fliconazole (digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh jamur candidda albikan).

  b) Larutan Antiseptik

  Larutan antiseptik digunakan untuk membilas cairan keputihan yang keluar dari vagina. Akan tetapi, larutan ini hanya berfungsi membersihkan. Sebab, larutan tersebut tidak bisa membunuh penyebab infeksi ataupun menyembuhkan keputihan yang diakibatkan oleh penyebab lainnya.

  c) Hormon Estrogen Hormon estrogen yang diberikan biasanya berbentuk tablet dan krim.

  Pemberian hormon ini dilakukan terhadap penderita yang sudah memasuki masa menopause atau lanjut usia.

  Operasi kecil Operasi kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan adalah tumor jinak, misalnya papilloma.

  e) Pembedahan, Radioterapi atau kemoterapi

  Metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan adalah kanker serviks atau kanker kandungan lainnya. Selain itu , metode pengobatan ini juga dilakukan dengan mengacu pada stadium kankernya (Bahari,2012).

  B) Terapi Non Farmakologi (Pengobatan Tradisional)

  Selain pengobatan dengan metode modern tersebut, masih ada banyak cara yang bisa dilakukan guna mengobati keputihan, diantaranya adalah cara tradisional. Metode pengobatan tersebut dilakukandengan memanfaatkan jenis tumbuhan obat yang dapat ditemui dengan mudah dialam sekitar (Cowan,1999).

   Sirih Merah A.

  Definisi Sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperaceae, tumbuh merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai, yang tumbuh berselang-seling dari batangnya serta penampakan daun yang berwarna merah keperakan dan mengkilap.(Feri,Manoi 2007). Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar, simplisia maupun ekstrak kapsul. Secra empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti Diabetes, militus, Hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi,radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag , kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit. (Hidayat, T.2013)

  Rasa pahit yang dimiliki oleh sirih merah memberikan manfaat pada manusia. Efek zat aktif yang terkandung dalam sirih merah pencegah ejakulasi dini, antikejang, antiseptik, analgetik, antiketombe, antidiabetes, pelindung hati, anti diare, mempertahankan kekebalan tubuh, daan penghilang bengkak. Daun sirih merah juga mampu mengatasi radang paru-paru, radang tenggorokan, radang gusi, radang pada payudara, hidung berdarah dan batuk darah (Sudewo,2010).

  B.

  Kandungan Sirih Merah Kandungan aktif tanaman sirih merah belum diteliti secara detail. Dari hasil kromatogram diketahui sirih merah mengandung :

  Flavonoid Senyawa – senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linear yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan temasuk akar, daun, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoid ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan,kecuali alga.(Doloksaribu,2011)

  2. Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan bersifat sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah.

  3. Tanin Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintetis oleh tanaman. Tanin tergolong senyawa polifenol dengan karakteristiknya yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya. Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer gallic atau ellagic acid yang berikatan ester dengan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi merupakan polimer senyawa flavonoid dengan ikatan karbon-karbon (Westendarp,2006) (Sofyan,2008).

  Minyak Atsiri Minyak atsiri adalah cairan jernih berbau seperti tanaman aslinya. Biasannya terdapat dalam kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh sekresi atau rambut kelenjar dari kelenjar aromatis. Kegunaan minyak atsri bagi tanaman sendiri adalah menolak kehidaran bintang. Kebanyakan minyak astiri bersifat antibakteri dan anti jamur yang kuat. Minyak atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk tidak berbentuk tidak sempurna (Juliantina dkk,2009).

  5. Alkanoid Alkanoid adalah bahan organik yang mengdung nitrogen sebagai bagian dari sistim heterosiklik.

  6. Kavakrol Bersifat disenfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan antiseptik pada bau mulut dan keputihan.

  7. Eugenol Eugenol dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan untuk tanin dapat digunakan untuk mengobati sakit perut.

  Kandungan kimia lainnya yang terddapat pada daun sirih merah adalah minyak astiri, hidroksikavicol, kavi-col, kavibetol, allylprokatekol, kar- vakrol, eugenol, p-cymene, cineole, caryofelen, kadeimenestragol, ter- penena, dan fenil propada. Karena banyak kandungan zat/senyawa kimia bermanfaat inilah, daun sirih merah memiliki manfaat yang sangat luas C.

  Kandungan Rebusan Daun Sirih Merah Setelah perebusan daun sirih merah dilakuakan kandungan yang berada di daun sirih merah tidak hilang, Didalamnya mengandung Eugenol yang bersifat antiseptik yang berguna untuk membunuh jamur dan sebagai disinfektan (Manoi,2007).

  Selain hasil penelitian diatas menyebutkan bahwa efek rebusan (dekok) daun sirih merah (Piper Croactum Ruiz&pav terhadap pertumbuhan candida albicans menyebutkan bahawa Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) tidak bisa ditentukan karena kemungkinan kekeruhan dipengaruhi oleh warna asli daun sirih merah, penelitian ini menunjukkan bahwa dekok sirih merah memiliki efek antijamur terhadap Candida Albicans (Paramita L,2010).

  Rebusan (dekok) daun sirih merah didalamnya mengandung eugenol dapat diketahui dengan pola kromatografi,Lakukan kromatografi lapis tipis (KLT) seperti yang tertera pada Kromatografi <61> dengan parameter sebagai berikut :

  Fase Gerak : Toluen P-etil asetat P (93:7) Fase diam : Silika gel 60 F 254 Larutan uji : 2% dalam metanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti terteran pada Kromatografi <61> Larutan Pembanding : Eugenol 0,2 % dalam metanol P Volume penotolan : Totolkan 20 µL Larutan uji 3 µL Larutan

   pembanding

  Deteksi : Vanilla-asam sulfat LP, Panaskan lempeng pada

  Keterangan : S : Simplisia daun sirih P : Pembanding eugenol R

  f

  : Pembanding eugenol R f 1 : 0,14 R f 2 : 0,26 R

  f 3

  : 0,36 R f 4 : 0,40 R f 5 : 0,56 R f 6 : 0,90 R f 7 : 0,98

  Susut pengeringan <111> tidak lebih dari 10% Abu total <81> tidak lebih dari 3,7 % (Kemenkes,2 D. Manfaat Daun Sirih Merah

  Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar, simplisia maupun ekstrak kapsul. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes militus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit. .(Feri,Manoi 2007).

  Hasil pengujian aktivitas antitrichomonas ekstrak etanol sirih merah menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang digunakan maka semakin banyak pula jumlah sel T. Vaginalis yang mati. Kematian sel T.vaginalis tersebut ditandai dengan tidak adanya pergerakan dari sel tersebut. Konsentrasi hambat minimum ekstrak sirih merah terhadap T.vaginalis terletak antara 2,5 – 5%. (Kusuma,F.,Sumiwi,.Febrina.,Tjitraresmi.2009)

   Kerangka Teori Imunitas Endogen Host

  Kelainan Vagina Keputihan Infeksi Bakteri Agen

  Jamur Parasit Virus Eksogen

  Cebok Environtment Non Stres

  Infeksi Vagina Lembab Gangguan Hormonal Benda Asing

  Penatalaksanaan Keputihan a.

  Terapi Farmakologi b.

  Terapi Non Farmakologi

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

  

Modifikasi teori Gordon & Le Richt ( 1950 ) dalam Mansjoer, et al

(2001);Sabardi ( 2009 ); (Notoatmodjo, (2003 ); Bahari (2012);Susi (2009).

  Faktor pendorong keputihan yaitu faktor endogen dari dalam tubuh dan faktor eksogen dari luar tubuh, yang keduanya saling mempengaruhi. Faktor endogen yaitu kelainan pada lubang kemaluan dan imunitas, faktor eksogen di bakteri, jamur, parasit, virus, sedangkan faktor non infeksi adalah masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak, cebok tidak bersih, daerah sekitar kemaluan lembab, kondisi tubuh, kelainan endokrin atau hormon, menopause (Susi, 2009). Penatalksanaan terapi keputihan dibedakan menjadi 2 yaitu dengan menggunakan farmakologi dan Non Farmakologi. Pengobatan farmakologi untuk mengatasi keputihan itu sendiri diantaranya menggunakan

  

Asiklovir , Podofilin 25% , Larutan asam trikloro-asetat 40 – 50 % atau salep asam

salisilat 20 -40% , Metronidazole , Nistatin,mikonazol,klotrimazol,dan fliconazole .

  Sedangkan penatalaksanaan keputihan secara non farmakologi salah satunya menggunakan rebusan daun sirih merah (Bahari,2012).

   Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian K.

   Hipotesis

  Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: “Rebusan daun sirih merah berpengaruh untuk mengurangi keputihan pada Remaja putri di Rw 07 dan Rw 09 desa Karangpucung Purwokerto Selatan”.

  Tingkat Keputihan sebelum Intervensi

Intervensi

Rebusan Daun

  Dibandingkan tingkat keputihan Pre dan Post Intervensi