TERKUAKNYA AGENDA TERSEMBUNYI CAPRES

TERKUAKNYA AGENDA TERSEMBUNYI CAPRES
Dalam menyongsong berkuasa presiden baru di tahun 2004 rakyat sungguh harap-harap
cemas. Sebab ada Capres-Cawapres yang secara transparan menunjukkan kejujurannya dan
tidak punya agenda tersembunyi, pasangan Capres-Cawapres Amien Rais-Siswono Yudo
Husodo misalnya. Tetapi rakyat juga cemas karena menduga sangat mungkin ada CapresCawapres yang menyembunyikan agenda tertentu, sebagaimana yang terjadi di tahun 19661967 dulu. Benarkah? Kita tidak tahu pasti.
Yang jelas agenda tersembunyi itu akan terkuak dengan sendirinya, seandainya ada, ketika
presiden dan wakil presiden baru itu nanti memerintah kita dari 2004 ini sampai tahun 2009
nanti. Ini bukan kecurigaan tetapi kewaspadaan, agar rakyat tidak mengalami nasib yang
sama dengan masa Orde Baru dulu.
Pada tahun 1966-1967 rakyat Indonesia yang sedang merayakan perubahan politik nasional
sungguh tidak menduga akan adanya agenda tersembunyi dari penguasa. Dengan demikian
semua sibuk dalam hiruk pikuk kegembiraan yang meluap-luap penuh harapan. Tahun-tahun
berikutnya, sampai lebih dari 30 tahun baru rakyat merasakan penderitaannya akibat dari
dijalankannya agenda tersembunyi tersebut. Yaitu;
1. Atas nama stabilitas dan keamanan maka pikiran bebas dan kritik dibungkam dan
dikontrol oleh Departemen Penerangan, Ditsospol, Kopkamtib/Laksusda dan lembaga
intelijen negara/tentara.
2. Diberlakukan kebijakan depolitisasi besar-besaran dengan sasaran lembaga
pendidikan (kampus), kekuatan buruh, masyarakat dan pemeluk agama, yaitu dengan
menerapkan kebijakan massa mengambang.
3. Dikembangkannya tirani minoritas yang beroperasi melakukan diskriminasi atas

mayoritas dalam bidang pengembangan ekonomi nasional.
4. Tunduk pada dependensi (ketergantungan) kekuatan ekonomi global yang
menyelubungi agenda kaum kapitalis-liberalis global dengan baju indah bernama
pembangunan.
5. Dikembangkannya sekularisasi politik, pendidikan, ekonomi, budaya dan kehidupan
sosial yang menyebabkan lemahnya nilai dan lembaga agama yang seharusnya
memiliki dan menjalankan fungsi publik dan fungsi sosial.
6. Dikembangkannya kebijakan denasionalisasi kekayaan alam Indonesia, diperkuat
dengan payung hukum, antara lain berupa UU Penanaman Modal Asing.
Itulah antara lain yang menyebabkan rezim Orde Baru tidak disukai rakyat dengan
memunculkan reformasi. Sayang sekali sekarang ini reformasi sungguh dalam bahaya,
sebab sangat mungkin sejarah menjadi berbelok atau dibelokkan ke arah yang tidak
dikehendaki.
Oleh karena itu mari kita sama-sama mengamati apakah dalam masa pemerintahan
presiden dan wakil presiden baru selama 2004-2009 ini ada gejala:
1. Lebih berkiblat kepada konglomerat dan berpaling dari ekonomi rakyat?
2. Lebih berkiblat kepada kepentingan Amerika Serikat dan meninggalkan rakyat?
3. Mengulang kembali kebijakan diskriminasi atas mayoritas dengan memanjakan tirani
minoritas?
4. Lebih mementingkan stabilitas formal dan mengabaikan dinamika bangsa?

5. Memuja kekuatan neoliberalis global dan menghancurkan inisiatif lokal?
6. Meneruskan kebijakan denasionalisasi kekayaan alam, kekayaan budaya, dan
kekayaan SDM yang sesungguhnya milik rakyat Indonesia. Misalnya dengan
meneruskan penjualan asset negara, asset rakyat dan bangsa kepada pihak asing?

7. Meneruskan kebijakan sekularisasi politik, pendidikan, ekonomi, budaya (lewat
media misalnya) dan kehidupan sosial?
8. Berpihak pada pragmatisme keuntungan sesaat ketimbang pada pertimbangan moral
spiritual?
9. Lebih mengedepankan pendekatan yang militeristik dan memuja militerisme dengan
menghancurkan supremasi sipil yang tengah dibangun lewat reformasi?
Keadaan memang belum pasti. Seabrek janji-janji para Capres-Cawapres yang belum
hilang dalam ingatan, dan tertulis dalam berita-berita media massa. Kita tunggu,
kemudian kalau itu tidak dilaksanakan, kita tuntut janji-janji itu agar dilaksanakan.
Jadikan janji itu sebagai agenda yang transparan dan resmi. Dengan demikian rakyat akan
hilang curiganya karena ternyata Capres-Cawapres itu tidak memiliki agenda
tersembunyi. Tetapi kalau sebaliknya yang terjadi, maka rakyat akan percaya bahwa
agenda tersembunyi itu memang ada. Itu yang harus kita kritisi mulai sekarang. (Bahanbahan dan tulisan: sim)
Sumber:
Suara Muhammadiyah

Edisi 14 2004