HAK KHIYAR KONSUMEN DAN SISTEM RETUR DALAM JUAL BELI FASHION HIJAB SECARA ONLINE DI INSTAGRAM #TASHAPROJECT : STUDI KOMPARATIF.

HAK KHIYA>R KONSUMEN DAN SISTEM RETUR DALAM
JUAL BELI FASHION HIJAB SECARA ONLINE
DI INSTAGRAM #tashaproject (STUDI KOMPARATIF)

SKRIPSI
Oleh :
Ovilia Nukiyanto Putri
NIM. C02212035

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Surabaya

2017

 

ABSTRAK


Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan tentang studi komparatif Hak
Khiya>
r Konsumen Terhadap Sistem Retur dalam Jual Beli Fashion Hijab secara
Online di Instagram #tashaproject. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
beberapa pertanyaan bagaimana hak khiya>
r pembeli fashion hijab secara online,
bagaimana sistem retur dalam jual beli fashion hijab di Instagram #tashaproject,
bagaiaman tinjauan hukum Islam dan hukum positif atas pembeli fashion hijab
r konsumen terhadap
secara online, dan apa persamaaan dan perbedaan hak khiya>
sistem retur dalam jual beli fashion hijab secara online menurut Hukum Islam
dan Undang-undang Perlindungan Konsumen.
Pendekatan yang digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut
adalah pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, teknik pengamatan dan
wawancara. Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya disusun dan ditinjau
dengan menggunakan metode komparatif dengan pola pikir induktif.
Kasus yang ditemui di lapangan menjelaskan bahwa apa yang dilakukan
oleh #tashaproject adalah bentuk tanggungjawab seorang penjual kepada
pembelinya dengan cara me-retur produk yang rusak atau cacat saat diterima

oleh pembeli. Tetapi pihak penjual tidak bisa memastikan akan berapa lama meretur produknya dikarenakan penjual harus memproduksinya dahulu. Dari pihak
pembeli pun juga mengetahui karena sudah dijelaskan diawal sebelum melakukan
transaksi.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa yang dilakukan #tashaproject
sesuai dengan syariat Islam yaitu dalam sistem retur -nya di #tashaproject
disandarkan pada kebiasaan. Karena di awal akad penjual tidak menjelaskan akan
berapa lama penjual me-retur barang yang rusak saat diterima oleh pembeli. Tapi
pihak penjual jelas dalam mengganti barang yang rusak. Dimana sesuai dengan
pendapat Imam Malik dan Imam Ahmad dalam riwayatnya. Sedangkan menurut
Undang-undang Perlindungan Konsumen, #tashaproject sudah berjalan sesuai
Undang-undang. Karena sudah menjalankan perlindungan konsumen dengan
menerima hak-hak untuk konsumen dengan sistem retur atau pengembalian yang
sesuai dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka kepada pemilik toko Online
#tashaproject disarankan untuk lebih menjelaskan syarat-syarat atau ketentuanketentuan sebelum pembeli akan membeli produknya dan lebih meningkatkan
lagi pelayanan kepada pembeli agar para pembeli merasa nyaman melakukan
transaksi.


 


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................... ......................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................. xii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A.


Latar Belakang ................................................................... 1

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah ...................................... 6

C.

Rumusan Masalah .............................................................. 7

D.

Kajian Pustaka ................................................................... 8

E.

Tujuan Penelitian ............................................................. 11

F.


Kegunaan Hasil Penelitian ............................................... 11

G.

Definisi Operasional ........................................................ 12

H.

Metode Penelitian ............................................................ 13

I.

Sistematika Pembahasan ................................................. 16

HAK KHIYA>
R KONSUMEN TERHADAP SISTEM RETUR
DALAM JUAL BELI FASHION HIJAB SECARA ONLINE DI
INSTAGRAM #tashaproject ...................................................... 18
A.


Pengertian Khiya>
r ............................................................. 18

B.

Macam-macam Khiya>
r ..................................................... 19

C.

1.

Khiya>
r Majlis ............................................................. 19

2.

Khiya>
r Syarat ............................................................ 22


3.

Khiya>
r ‘aib ................................................................. 26

Hukum Akad dalam Masa Khiya>
r ................................... 39
ix 

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D.
BAB III

BAB IV

 


r dalam Jual Beli ........................................ 40
Hukum Khiya>

R KONSUMEN TERHADAP SISTEM RETUR
HAK KHIYA>
DALAM JUAL BELI FASHION HIJAB SECARA ONLINE DI
INSTAGRAM #tashaproject ...................................................... 42
A.

Jual Beli Fashion Hijab Secara Online di Instagram
#tashaproject .................................................................... 42

B.

Perlindungan Konsumen Terhadap Pembeli/Konsumen
dalam
Undang-undang
Perlindungan
Konsumen
........................................................................................... 44


C.

Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha
Perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen
........................................................................................... 49

KHIYA>
R
PERSAMAAN
DAN
PERBEDAAN
HAK
KONSUMEN TERHADAP SISTEM RETUR DALAM JUAL
BELI FASHION HIJAB SECARA ONLINE MENURUT
HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN ............................................................................... 59
A.

Hak Khiya>

r Konsumen terhadap Sistem Retur dalam Jual
Beli Fashion Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam
........................................................................................... 59

B.

Hak Khiya>
r Konsumen terhadap Sistem Retur dalam Jual
Beli Fashion Hijab Secara Online Menurut Undangundang Perlindungan Konsumen ...................................... 60

C.

Persamaan dan Perbedaan Hak Khiya>
r
Konsumen
Terhadap Sistem Retur dalam Jual Beli Fashion Hijab
Secara Online Menurut Hukum Islam dan Undang-undang
Perlindungan Konsumen ................................................... 62
a.


r Konsumen Terhadap Sistem
Persamaan Hak Khiya>
Retur dalam Jual Beli Fashion Hijab Secara Online
Menurut
Hukum Islam dan Undang-undang
Perlindungan Konsumen ............................................ 62

b.

Perbedaaan Hak Khiya>
r Konsumen Terhadap Sistem
Retur dalam Jual Beli Fashion Hijab Secara Online
Menurut
Hukum Islam dan Undang-undang
Perlindungan Konsumen ............................................ 63



digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 66
B. Saran ....................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
LAMPIRAN ......................................................................................................... 71

xi 
 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan
berinteraksi, mereka dapat mengambil dan memberikan manfaat. Salah satu
praktek yang merupakan hasil interaksi sesama manusia adalah terjadinya
jual beli yang dengannya mereka mampu mendapatkan kebutuhan yang
mereka inginkan. Jual beli merupakan aktivitas yang dilakukan manusia
umumnya dalam perekonomian baik itu sebagai produsen ataupun konsumen.
Islam pun mengatur permasalahan ini dengan rinci dan seksama sehingga
ketika mengadakan transaksi jual beli, manusia mampu berinteraksi dalam
koridor syariat dan terhindar dari tindakan-tindakan aniaya terhadap sesama
manusia, hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan ajaran yang bersifat
universal dan komprehensif.
Manusia sebagai makhluk sosial juga tidak bisa lepas dari
bermuamalah antara satu dengan yang lainnya. Muamalah sesama manusia
senantiasa mengalami perkembangan dan perubahan sesuai kemajuan dalam
kehidupan manusia. Karena manusia tidak bisa lepas dari bermuamalah dan
berinteraksi maka sering sekali di dalam kehidupan bermasyarakat manusia
melakukan transaksi jual beli. Dimana jual beli adalah tukar menukar atau
peralihan kepemilikan dengan cara pergantian menurut bentuk yang
diperbolehkan oleh syara’ atau menukarkan barang dengan barang atau

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

barang dengan uang, dengan jalan melepaskan hak milik dari seseorang
terhadap orang lainnya atas kerelaan kedua belah pihak.1

ْ ‫ًﻋ‬

‫ﺠ‬

ْ ‫ْ ْ ْ ْ ﻁ ﺇ‬
ْ
‫ْﻔﺴ ْ ۚ◌ ﺇ‬
ً ‫ْ ﺣ‬

ْ

‫ْﻘ‬

‫ﺁ‬
◌ۚ ْ ْ ‫ﺽ‬

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.2
Islam agama yang sempurna telah meletakkan kaidah-kaidah dasar
dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia, baik dalam ibadah maupun
muamalah. Muamalah berbeda dengan ibadah, dalam ibadah perbuatan
dilarang kecuali diperintahkan. Oleh karena itu, semua perbuatan yang
dikerjakan harus sesuai dengan tuntutan yang diajarkan Rasulullah, ibadah
dalam Islam adalah pelaksanaan segala macam perbuatan yang diperintahkan
oleh agama untuk mengatur hubungan dengan Allah serta sebagai ujian
terhadap kebenaran dan kekuatan imannya dalam praktik kehidupan seharihari.3
Agama Islam memberikan norma dan etika yang bersifat wajar dalam
usaha mencari kekayaan untuk memberi kesempatan pada perkembangan
hidup manusia di bidang muamalah dikemudian hari.

                                                            
Muhammad Ibrahim Al-Jamal, Fiqih Muslimah, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), 24.
2
Al-Quran, Surah Al-Nisa:29, Depag RI, Al Qur’anul Kariim dan terjemahannya, (Bandung:
1

Gema Risalah Pres, t.t), 58
3
M. Noor Matdawam, Pengantar Ibadah Praktis, (Yogyakarta: Kota Kembang,1980), 5. 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Seiring dengan perkembangan masyarakat mengenai jual beli, ada hak

khiya>
r untuk konsumen. Sebelumnya yang dimaksud khiya>
r adalah pilihan,
memilih melangsungkan atau membatalkan jual beli. Disini yang dimaksud

khiya>
r untuk konsumen yaitu pilihan melangsungkan retur atau tidak
melangsungkan retur. Dalam bertransaksi di semua kegiatan berekonomi
tentunya tidak akan terlepas dari sebuah penawaran, baik yang dilakukan oleh
penjual atau pembeli. Dan akad jual beli terdapat banyak sekali rukun dan
syarat yang harus dipenuhi untuk mewujudkan agar akad yang dilakukan sah,
dan menghasilkan produk hukum yang halal. Karena segala sesuatu yang
dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginan sendiri bukan karena
terpaksa atau dipaksa, keinginan tersebut harus ada pernyataan dari kedua
orang tersebut seperti “saya telah menjual barang ini kepadamu” dan “saya
terima barangmu”.
Perkembangan jual beli saat ini lebih sering transaksi jual beli di dunia
maya atau internet. Kemajuan teknologi informasi, telah melahirkan banyak
perubahan mendasar dalam kehidupan manusia saat ini. Ketersediaan
informasi yang dapat diakses secara “instan” melalui telepon rumah, telepon
genggam, televisi, komputer yang terhubung dengan internet dan berbagai
media elektronik, telah menggeser cara manusia bekerja, belajar, mengelola
perusahaan, menjalankan pemerintahan, berbelanja atau melakukan kegiatan
perdagangan. Kenyataan demikian seringkali disebut dengan era globalisasi
ataupun revolusi informasi, untuk menggambarkan betapa mudahnya
berbagai jenis informasi dapat diakses, dicari, dikumpulkan serta dapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dikirimkan tanpa lagi mengenal batas-batas geografis suatu negara.
Masyarakat islam juga tentunya menghadapi kemajuan teknologi informasi
seperti ini. Terutama dalam kemudahan internet untuk memenuhi kebutuhan
jual beli.
Salah satunya adalah jual beli fashion hijab di Instagram
#tashaproject. Di #tashaproject menjual berbagai macam pakaian muslimah
khususnya muslimah remaja. Dalam jual beli secara online ini, biasanya si
penjual mengiklankan barang yang akan dijualnya melalui Instagram dengan
mencantumkan gambar atau foto barang, spesifikasi barang, harga dan nomor

handphone si penjual. Berdasarkan kasus yang ada, pembeli cenderung
menjadi pihak yang dirugikan dalam sebuah transaksi jual beli online yang
curang. Dikarenakan si pembeli tidak teliti dalam memeriksa barang atau
karena si penjual yang tidak jujur dalam memberikan informasi tentang
barang tersebut. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan pihak penjual yang
dirugikan atau dicurangi. Salah satu bentuk kecurangannya yaitu dengan
berpura-pura reseller, agar bisa memperoleh barang dengan harga yang
miring.
Ketika kedua belah pihak ada yang mempunyai keinginan yang tidak
baik dalam bertransaksi jual beli, maka didalam hukum Islam mempunyai hak

khiya>
r, yakni hak untuk melanjutkan atau mengurungkan jual beli, sehingga
dengan adanya hak khiya>
r ini kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan.
Tetapi apakah benar dengan khiya>
r ini hak si penjual dan pembeli bisa
terpenuhi, sehingga kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Alasan penulis mengambil kajian ini pada instagram, karena sosial
media jual beli ini ramai dikunjungi oleh para penjual dan pembeli. Siapa saja
boleh memasangkan iklan untuk menjual barang tanpa dimintai biaya, cukup
dengan men-download aplikasi saja. Barang-barang yang diperjualbelikan
cukup beraneka ragam, seperti baju, handphone, makanan, tas, dan lain
sebagainya. Si penjual dan si pembeli biasanya hanya berhubungan melalui

whatsapp, line, telepon dan melakukan transaksi pembayaran dengan transfer
dan barang yang dibeli akan dikirimkan melalui ekspedisi oleh si penjual
kepada si pembeli. Namun ternyata dalam perjalanannya kemudian, banyak
pembeli yang merasa dirugikan. Beberapa merasa dirugikan karena barang
yang diterima tidak sesuai dengan gambar, atau barang yang diterima
ternyata cacat, atau juga barang tidak sampai kepada pembeli, dan banyak
lagi kasus yang lainnya. Dan pada umumnya barang yang diterima cacat atau
rusak si pembeli komplain dengan meminta ganti barang yang baru karena
barang yang sampai sudah ada cacat atau rusak.
Hal ini tentu saja tidak serta merta menjadi kesalahan yang
dibebankan kepada pihak penjual. Karena pembeli sebagai pelaku ekonomi
juga punya kewajiban untuk menjaga hak-haknya sendiri dengan berhati-hati
ketika melakukan transaksi sesuai yang dituangkan di dalam UU
Perlindungan Konsumen.
Transaksi retur barang rusak atau cacat yang terjadi di #tashaproject
adalah tidak adanya kepastian waktu barang ready atau dikirim kembali dari
penjual untuk pembeli dikarenakan barang yang dijual oleh penjual adalah Pre

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Order atau jika ada yang memesan baru akan dijahitkan oleh penjual. Itu yang
membuat pembeli sedikit merasa kecewa, tetapi dari #tashaproject sendiri
berkewajiban mengganti barang yang rusak atau cacat tersebut. Mereka
selalu mengkonfirmasi semuanya dengan sangat jelas kepada pelanggannya.
Hukum syariat Islam juga dijelaskan secara rinci dalam fiqh sunah
kontemporer dan kitab Fath Al-Qarib yang kebanyakan membahas tentang
syarat-syarat penjual, pembeli, barang yang dijual, juga tentang akad-akad
jual beli yang dilarang karena menimbulkan kemudhorotan di salah satu
pihak.
Dari paragraf di atas berarti bahwa hukum positif yang berupa UU
Perlindungan Konsumen maupun hukum Islam mempunyai pusaka tersendiri
dalam mengatur kemaslahatan kegiatan ekonomi jual beli ini. Oleh karena
itulah penulis mengkomparasikan kedua hukum ini dalam kaitannya dengan
Hak Khiya>
r Konsumen terhadap Sistem Retur dalam Jual Beli Fashion Hijab
Secara Online di Instagram #tashaproject.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinankemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian dengan
melakukan identifikasi dan inventarisasi sebanyak-banyaknya kemungkinan
yang dapat diduga sebagai masalah.4 Dari paparan latar belakang, maka
muncul beberapa masalah yang diantaranya:
                                                            
4

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Penulisan

Skripsi, (Surabaya: Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

r pembeli online di instagram.
1. Hak khiya>
2. Sistem retur dalam jual beli online di instagram.
3. Perlindungan hukum Islam dan hukum positif atas pembeli online di

instagram.
4. Mekanisme jual beli online di instagram.
5. Jangka waktu retur barang.
Agar pokok permasalahan diatas lebih terarah mengenai hak khiya>
r
konsumen terhadap sistem retur dalam jual beli fashion hijab secara online di

instagram #tashaproject, maka batasan masalah yang akan di bahas pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hak khiya>
r konsumen dalam jual beli fashion hijab secara online di

instagram #tashaproject.
2. Sistem retur dalam jual beli fashion hijab secara online di instagram
#tashaproject.
3. Studi komparasi hukum Islam dan hukum positif atas pembeli fashion

hijab secara online.
4. Persamaan dan perbedaan hak khiya>
r konsumen terhadap sistem retur
dalam jual beli fashion hijab secara online menurut Hukum Islam dan
Undang-undang Perlindungan Konsumen.

C. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan pada penelitian ini agar lebih fokus dan
operasional, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana rumusan hak khiya>
r pembeli fashion hijab secara online?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

2. Bagaimana sistem retur dalam jual beli fashion hijab di instagram
#tashaproject?
3. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan hukum positif atas transaksi

fashion hijab secara online?
r konsumen terhadap sistem
4. Apa persamaan dan perbedaan hak khiya>
retur dalam jual beli fashion hijab secara online menurut Hukum Islam
dan Undang-undang Perlindungan Konsumen?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian
yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.5 Penelitian
yang berhubungan dengan khiya>
r konsumen telah dibahas oleh:
1. Dhaseb Aberta Satriadin dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap khiya>
r Dalam Jual Beli Sistem COD (Cash On

Delivery) (Studi Kasus: COD Barang-barang Bekas di Web Toko Bagus
Wilayah Yogyakarta)”. Penelitian tersebut membahas tentang praktek

khiya>
r dalam jual beli sistem COD (Cash On Delivery) menurut tinjauan
hukum Islam di Toko Bagus. Hasil penelitian mengemukakan bahwa
praktek khiya>
r dalam jual beli sistem COD (Cash on Delivery) dilakukan
pada saat si penjual dan pembeli bertemu di tempat transaksi yang
ditentukan sebelum terjadinya akad jual beli. Adapun macam-macam

khiya>
r yang bisa dilakukan dalam transaksi jual beli COD (Cash on
                                                            
5

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Delivery) adalah khiya>
r ‘aib dan khiya>
r majlis serta si penjual dan
pembeli mendapatkan hak-haknya dari khiya>
r tersebut. 6
2. Ali Mahrus dalam skripsinya yang berjudul “Telaah Penerapan Prinsip

Khiya>
r Dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Ciputat”. Penelitian tersebut
membahas tentang praktek khiya>
r yang diterapkan di Pasar Ciputat. Hasil
penelitian mengemukakan bahwa praktek khiya>
r sudah diterapkan

r yang terjadi di Pasar Ciputat
mayoritas penjual di Pasar Ciputat. Khiya>
kebanyakan adalah khiya>
r syarat dan khiya>
r ‘aib. Proses khiya>
r di Pasar
Ciputat sudah sesuai dengan ajaran agama Islam walaupun masih banyak
yang harus diperbaiki. Sedangkan kendala dalam pelaksanaannya yaitu
masih ada beberapa penjual belum mengenal khiya>
r dan konsepnya.7
3. Solikhin dalam skripsinya yang berjudul “Perlindungan Hak-hak
Konsumen Transaksi Jual Beli Online Perspektif Hukum Islam dan
Hukum Positif di Indonesia”. Penelitian tersebut membahas tentang
perlindungan hak-hak konsumen transaksi e-commerce dalam hukum
Islam dan UU No. 8/1999 dan UU No. 11/2008. Hasil penelitian
mengemukakan bahwa pertama, konsep perlindungan hak-hak konsumen
transaksi e-commerce dalam hukum Islam berdasarkan asas keseimbangan
dan keadilan dan juga prinsip-prinsip muamalah, yaitu hak tanpa paksaan,
kehalalan

produk,

kejelasan

informasi

dan

harga,

menghindari

                                                            
6

Dhaseb Aberta Satriadin, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Khiyar Dalam Jual Beli Sistem
COD (Cash On Delivery) (Studi Kasus: COD Barang-barang Bekas di Web Toko Bagus Wilayah
Yogyakarta)”,(Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,2013).
7
Ali Mahrus, “Telaah Penerapan Prinsip Khiyar Dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Ciputat”,
(Skripsi--UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,2014). 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

r. Perlindungan hak-hak konsumen ekemudaratan dan hak khiya>
commerce dalam hukum Positif mempunyai tujuan yang sama dengan apa
yang ditawarkan dalam Islam, yaitu menciptakan keseimbangan diantara
pelaku usaha dan konsumen dan untuk memberikan perlindungan
terhadap hak-hak konsumen. Kedua, perbedaan dalam aturan hukum
terletak pada pengertian konsumen dan pelaku usaha, dalam Islam tidak
dikenal konsumen akhir dan perantara, Islam juga tidak membedakan
konsumen perorangan atau berbadan hukum seperti halnya dalam UUPK.
Informasi mengenai objek dalam Islam merupakan syarat, sedangkan
UUPK merupakan ketentuan dalam bab perbuatan yang dilarang bagi
pelaku usaha. Islam tidak membatasi waktu pertanggung jawaban yang
merugikan konsumen, dalam UU ITE tidak menyatakan batasan itu,
namun dalam UUPK dibatasi pertanggung jawabannya dalam jangka
waktu 4 tahun setelah pembelian. 8
Dari penelitian yang telah disebutkan, masih belum membahas
tentang komparasi antara hukum Islam dan hukum positif tentang hak khiya>
r
konsumen terhadap sistem retur dalam jual beli fashion hijab secara online di

instagram #tashaproject. Dalam penelitian ini, penulis lebih condong
menganalisis studi komparasi hukum Islam dan hukum positif hak khiya>
r
konsumen dengan menggunakan UU Perlindungan Konsumen dan Kitab Fath
Al-Qarib dan juga sistem retur yang diterapkan di #tashaproject.

                                                            
8

Solikhin, “Perlindungan Hak-hak Konsumen Transaksi Jual Beli Online Perspektif Hukum Islam
dan Hukum Positif di Indonesia”, (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hak khiya>
r pembeli fashion hijab
secara online.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan sistem retur dalam jual beli

fashion hijab di instagram #tashaproject.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan tinjauan hukum Islam dan
hukum positif atas pembeli fashion hijab secara online.
4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan hak

khiya>
r konsumen terhadap sistem retur dalam jual beli fashion hijab
secara online menurut Hukum Islam dan Undang-undang Perlindungan
Konsumen.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun manfaat dan nilai guna yang di harapkan penulis melalui
penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penambahan atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu hukum, khususnya hukum
Islam dan hukum positif, yakni dengan memperkaya dan memperluas
khazanah ilmu tentang bagaimana hak khiya>
r konsumen terhadap sistem

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

retur dalam jual beli fashion hijab secara online di instagram
#tashaproject.
2.

Aspek Praktis
Untuk dijadikan pedoman baik di sosial media instagram maupun
media jual beli pada umumnya untuk bermu’amalah secara Islami dan
dijadikan tolak ukur serta bahan kajian bagi semua pihak yang terlibat
dalam jual beli online.

G. Definisi Operasional
1. Hak Khiya>
r Konsumen : hak untuk konsumen memilih salah satu di
antara dua hal, yaitu meneruskan akad jual beli atau membatalkannya
dalam hukum positif dan hukum Islam.
2. Sistem Retur dalam Jual Beli : sistem dimana barang dagangan yang
diterima kembali oleh pihak penjual atas pengembalian barang dari pihak
pembeli karena suatu alasan dan atau sebab tertentu.
3. Instagram : sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna
mengambil foto dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial
yang bisa juga digunakan sebagai saran jual beli.
4. #tashaproject : sebuah nama perusahaan atau industri rumahan yang
melakukan transaksi jual beli dengan cara online. Dan juga industri
rumahan yang bertempat tinggal di jalan Alas Malang Surabaya Barat.
5. Studi Komparatif : penelitian yang bersifat membandingkan antara
Hukum Islam dengan Hukum Positif.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

H. Metode Penelitian
Studi ini merupakan penelitian lapangan (field research) yakni data
yang diperoleh langsung dari konsumen melalui proses pengamatan
(observasi), wawancara, dan dokumentasi.9 Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Yang Dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah yang yang telah disebutkan, maka
data yang akan dikumpulkan meliputi:
a. Data tentang transaksi jual beli dan sistem retur fashion hijab di

instagram.
b. Data yang bersumber dari hukum islam dan hukum positif yang
berhubungan dengan khiya>
r.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data,
yaitu :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan
penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.10 Yang
meliputi :
1) Konsumen yang membeli barang di instagram #tashaproject.
2) Penjual atau pemilik instagram #tashaproject.
                                                            
9
Masruhan, Metode Penelitian Hukum, (Surabaya: Hasil Pustaka, 2013), 91.
10

Ibid., 94. 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan yang
bersifat

membantu atau menunjang dalam melengkapi serta

memperkuat data. Memberikan penjelasan mengenai sumber data
primer, berupa buku daftar pustaka yang berkaitan dengan objek
penelitian.11 Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah :
1) Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah
2) Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen
3) Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah
4) Anwar Manshur, Kitab Fath Al-Qarib
5) Wahbah Az-Zuhaili, ‫ﻪ‬

ْ ْ ‫ْﻔﻘ ْﻪ‬
ْ ฀

‫ﺩ‬

3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang kongkrit dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Metode Observasi (Pengamatan).
Pengumpulan

data

menggunakan

atau

mengadakan

pengamatan induktif dan komparatif.
b. Metode Interview (Wawancara).
Merupakan percakapan dalam bentuk tanya jawab yang
diarahkan pada pokok permasalahan tertentu oleh dua orang atau
                                                            
Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 143.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

lebih yang berhadapan secara fisik. Teknik wawancara ini dilakukan
untuk mendapatkan data melalui informasi dari konsumen instagram
#tashaproject yang pernah melakukan jual beli.
c. Metode Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mengambil data yang ada di
lapangan atau berupa fakta fisik data. Berupa akun instagram yang
digunakan oleh Tashaproject untuk memasarkan produknya dan juga
produk-produk yang dijual seperti baju muslim, jilbab, dll.
4. Teknik Pengolahan Data
Untuk memudahkan analisis, maka diperlukan pengolahan data
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Editing

Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan
ketetapan data tersebut.12 Data yang saya editing mengenai data
wawancara dan pengamatan langsung dengan penjual.
b. Organizing

Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan
penelitian.13 Data yang saya organizing mengenai data pemasaran
penjualan, produk penjualan, dan sistem penjualan.
c. Coding

                                                            
12
13

Ibid., 97. 
Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yo‫ﱡ‬yakarta: Graha Ilmu, 2004),89. 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Coding adalah kegiatan mengklasifikasi dan memeriksa data
yang relevan dengan tema penelitian agar lebih fungsional.14 Data
yang saya coding mengenai data bukti wawancara langsung dengan
pembeli.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan melalui kegiatan pengumpulan data,
kemudian data akan dianalisis menggunakan teknik komparatif.
Hasil analisis disampaikan dengan menggunakan pola pikir
induktif yaitu metode yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta
atau kenyataan dari hasil penelitian yang bersifat khusus tentang jual beli

fashion hijab secara online di instagram #tashaproject. Kemudian
dianalisis menggunakan studi komparatif antara hukum Islam dan hukum
positif sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan.

I. Sistematika Pembahasan
Penulisan penelitian ini disusun secara sistematis agar mempermudah
di dalam penelitian. Sistematika pembahasan ini sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan yang memuat tentang latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.

                                                            
14

Ibid., 99. 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Bab kedua adalah landasan teori yang berisi tentang prinsip-prinsip

r, macam-macam khiya>
r, hukum akad dalam
muamalah, pengertian khiya>
masa khiya>
r, hukum khiya>
r dalam jual beli.
Bab ketiga memuat tentang deskripsi lokasi penelitian meliputi:
penjelasan tentang jual beli fashion hijab secara online di instagram
#tashaproject, perlindungan konsumen terhadap pembeli/konsumen dalam
Undang-undang Perlindungan Konsumen, hak dan kewajiban konsumen dan
pelaku usaha perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Bab keempat merupakan analisis masalah meliputi: Hak khiya>
r retur
pembeli fashion hijab secara online, sistem retur dalam jual beli fashion hijab
di instagram #tashaproject, tinjauan hukum Islam dan hukum positif atas
pembeli fashion hijab secara online, Persamaan dan perbedaan hak khiya>
r
konsumen terhadap sistem retur dalam jual beli fashion hijab secara online
menurut Hukum Islam dan Undang-undang Perlindungan Konsumen.
Bab kelima adalah penutup yang memuat kesimpulan-kesimpulan
yang merupakan jawaban dari permasalahan dan dilengkapi dengan saransaran, selain itu dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan daftar pustaka
dan lampiran-lampiran yang dianggap perlu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

R KONSUMEN TERHADAP SISTEM RETUR DALAM JUAL
HAK KHIYA>
BELI FASHION HIJAB SECARA ONLINE DI INSTAGRAM #tashaproject
A. Pengertian Khiya>
r

r (hak pilih) antara
Seorang pelaku akad memiliki hak khiya>
melanjutkan akad atau tidak melanjutkannya dengan mem-fasakh-nya (jika

khiya>
r -nya khiya>
r syarat, khiya>
r ru’yah, khiya>
r aib) atau pelaku akad
memilih salah satu dari dua barang dagangan (jika khiya>
r -nya khiya>
r

ta’yiin).
Perlu diketahui bahwa hukum asal jual beli adalah mengikat (lazim),
karena tujuan jual beli adalah memindahkan kepemilikan. Hanya saja, syariat
menetapkan hak khiya>
r dalam jual beli sebagai bentuk kasih sayang terhadap
kedua pelaku akad.

r ditetapkan syariat Islam bagi orang-orang yang
Hak khiya>
melakukan transaksi perdata agar tidak dirugikan dalam transaksi yang
mereka lakukan, sehingga kemaslahatan yang dituju dalam suatu transaksi
tercapai dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, diadakannya khiya>
r oleh

syara’ agar kedua belah pihak dapat memikirkan lebih jauh kemaslahatan
masing-masing dari akad jual belinya, supaya tidak menyesal di kemudian
hari, dan tidak merasa tertipu.2
Jadi, hak khiya>
r itu ditetapkan dalam Islam untuk menjamin kerelaan
dan kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual beli. Dari satu
                                                            

1
2

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, (Depok, Gema Insani, 2007),181 
Abdul Rahman Ghazaly et al, Fiqh Muamalah, (Jakarta, Kencana, 2012),97 

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 
 

r (opsi) ini tidak praktis karena mengandung arti
segi memang khiya>
ketidakpastian suatu transaksi, namun dari segi kepuasan pihak yang
melakukan transaksi, khiya>
r ini yaitu jalan terbaik.

r
B. Macam-macam Khiya>
Macam-macam khiya>
r sangat beragam menurut beberapa pandangan

r terbagi kepada tiga macam, yaitu:
para ulama. Secara garis besar, khiya>
khiya>
r majlis, khiya>
r syarat , dan khiya>
r ‘aib.
1. Khiya>
r Majlis

khiya>
r Majlis yaitu tempat transaksi, dengan demikian khiya>
r
Majlis berarti hak pelaku transaksi untuk meneruskan atau membatalkan
akad selagi mereka berada dalam tempat transaksi dan belum berpisah.

khiya>
r seperti ini hanya berlaku dalam transaksi yang bersifat mengikat
kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi, seperti jual beli dan
sewa-menyewa.
Kadang-kadang terjadi, salah satu yang berakad tergesa-gesa
dalam ijab atau qabul. Setelah itu, tampak adanya kepentingan yang
menuntut

dibatalkannya

pelaksanaan

akad.

Karena

itu,

syariat

mencarikan jalan baginya untuk ia dapat memperoleh hak yang mungkin
hilang dengan tergesa-gesaan tadi. Bukhari dan Muslim meriwayatkan
dari Hakim bin Hazam bahwa Rasulullah saw bersabda:

ْ

‫ْﻐ‬

.( ‫ﺴ‬

‫ْﺻ‬
)
ْ
ْ

ْ

ْ ْ

ْ

ْ ْ‫ﺃ‬

“Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiya>
r selama
belum berpisah. Jika keduanya benar dan jelas maka keduanya
 

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 
 

diberkahi dalam jual beli mereka. Jika mereka menyembunyikan dan
berdusta, maka akan dimusnahkanlah keberkahan jual beli mereka”.
(HR, Bukhari dan Muslim).

Artinya, bagi tiap-tiap pihak dari kedua belah pihak ini
mempunyai hak antara melanjutkan atau membatalkan selama keduanya
belum berpisah secara fisik. Dalam kaitan pengertian berpisah dinilai
sesuai dengan situasi dan kondisinya. Di rumah yang kecil, dihitung
sejak salah seorang keluar. Di rumah besar, sejak berpindahnya salah
seorang dari tempat duduk kira-kira dua atau tiga langkah. Jika keduanya
bangkit dan pergi bersama-sama maka pengertian berpisah belum ada.

Khiya>
r majlis dikenal di kalangan ulama Syafi’iyah dan
Hanabilah. Dengan demikian, akad akan menjadi lazim, jika kedua pihak
telah berpisah atau memilih. Hanya saja, khiya>
r majlis tidak dapat berada
pada setiap akad. Khiya>
r majlis hanya ada pada akad yang sifatnya
pertukaran, seperti jual-beli, upah-mengupah, dan lain-lain.
a. Pandangan Para Ulama Tentang Khiya>
r Majlis
Berkaitan dengan khiya>
r majlis, pendapat para ulama terbagi
atas dua bagian:
1) Ulama Hanafiyah dan Malikiyah
Golongan ini berpendapat bahwa akad dapat menjadi lazim
dengan adanya ijab dan qabul, serta tidak bisa hanya dengan

khiya>
r, sebab Allah SWT. menyuruh untuk menepati janji,
sebagaimana firman-Nya:

 

ْ ْ
ْ

ْ

(kamu semua harus

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 
 

menepati janji), sedangkan khiya>
r menghilangkan keharusan
tersebut.
Selain itu, suatu akad tidak akan sempurna, kecuali dengan
adanya keridaan, sebagaimana firman-Nya:

ْ ْ ‫ﺽ‬
ْ

ْ

ْ

Artinya:
Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka.
(QS. An-Nisa’:29)
Sedangkan keridaan hanya dapat diketahui dengan ijab dan qabul.
Dengan demikian, keberadaan akad tidak dapat digantungkan atas

khiya>
r majlis.
Golongan ini tidak mengambil hadis-hadis yang berkenaan
dengan

keberadaan

khiya>
r majlis

sebab

mereka

tidak

mengakuinya. Selain itu, adanya anggapan tentang keumuman
ayat di atas.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa yang dimaksud dua orang
yang akad pada jual-beli (

) adalah orang yang melakukan

tawar-menawar sebelum akad, untuk berakad atau tidak. Adapun
maksud dari berpisah (

) adalah berpisah dari segi ucapan

dan bukan badan. Dengan kata lain, bagi yang menyatakan ijab, ia
boleh menarik ucapannya sebelum dijawab qabul, sedangkan bagi
yang lainnya (penerima) boleh memilih apakah ia akan
menerimanya di tempat tersebut atau menolaknya.

2. Khiya>
r Syarat

 

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 
 

Khiya>
r Syarat yaitu kedua pihak atau salah satunya berhak
memberikan persyaratan khiya>
r dalam waktu tertentu. Lama syarat yang
diminta paling lama tiga hari.
Hadis dari Ibnu Umar, Rasulullah saw. bersabda:

ْ

ْ

ْ ْ

ْ ْ

“Setiap dua orang yang melakukan jual beli, belum sah dinyatakan
r”.
jual beli itu sebelum mereka berpisah, kecuali jual beli khiya>

Artinya, jual beli dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah bila
mereka berdua telah berpisah, kecuali bila disyaratkan oleh salah satu
kedua belah pihak, atau kedua-duanya adanya syarat dalam masa
tertentu.
Jika masa waktu yang ditentukan telah berakhir dan akad tidak
difasakhkan, maka jual beli wajib dilangsungkan. Khiya>
r batal dengan
ucapan dan tindakan si pembeli terhadap barang yang ia beli, dengan
jalan mewakafkan, menghibahkan, atau membayar harganya, karena yang
demikian itu menunjukkan kerelaannya.
a. Khiya>
r yang merusak (Mufsid)3
Ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah dalam pendapat
yang shahih dari mazhab mereka bersepakat bahwa jika kedua pelaku
akad menyebutkan khiya>
r untuk selamanya, seperti jika salah satunya

r
berkata, “Saya jual atau saya beli dengan syarat saya memiliki khiya>
selamanya”, atau menyebutkan khiya>
r secara mutlak, seperti jika
salah satunya berkata, “Dengan syarat saya memiliki khiya>
r,” atau,
                                                            
3

 

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu,193 

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 
 

“Kapan saja saya inginkan,” atau menyebutkan waktu yang tidak bisa
diketahui, seperti waktu kedatangan Zaid, waktu angin kencang,
waktu turun hujan, atau beberapa hari, maka akad itu tidak sah
karena adanya ketidakjelasan yang besar (jahalah fakhisyah).
Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa akad itu
batil. Sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa akad itu hanya

fasid saja, sehingga jika syaratnya dibatalkan sebelum berlaku masa
tiga hari, dibuang tambahannya atau ditentukan masa khiya>
r-nya,
maka sah jual belinya, karena hilangnya sesuatu yang merusak akad.
Ulama Syafi’iyah berhujah bahwa masa khiya>
r disandarkan
pada akad, sehingga ia tidak sah karena adanya ketidakjelasan
(jahalah), sama seperti ketidakbolehan adanya ketidakjelasan waktu.
Selain itu, karena mensyaratkan khiya>
r untuk selamanya dan
sebagainya dari bentuk-bentuk di atas mengakibatkan larangan
membelanjakan untuk selamanya. Hal ini bertentangan dengan
ketentuan akad, oleh karena itu tidak sah akad tersebut, sama seperti
jika dia berkata, “Saya jual kepadamu dengan syarat jangan
dibelanjakan."
Sedangkan ulama Hanafiyah berdalil dengan dalil yang sama.
Mereka berkata bahwa syarat khiya>
r mengubah ketentuan dasar akad,
tetapi kami membolehkannya dengan adanya nash hadits Hibban bin
Munqidz yang membatasi khiya>
r dalam akad selama tiga hari, maka

 

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 
 

selain yang ditentukan dalam nash tersebut tetap sesuai dengan
ketentuan asalnya.
Imam Malik dan Imam Ahmad dalam satu riwayat berpendapat
bahwa dibolehkan khiya>
r mutlak. Hanya saja Ahmad berkata bahwa
kedua pelaku akad memiliki khiya>
r mereka selamanya, atau
memutuskannya, atau habis masanya. Sedangkan Malik mengatakan
bahwa penguasa membatasi masa khiya>
r seperti masa khiya>
r umum
dalam masyarakat. Karena memilih barang pada keadaan serupa
ditentukan oleh kebiasaan, sehingga jika masa khiya>
r dinyatakan
secara mutlak maka ditafsirkan sesuai dengan kebiasaan.
b. Khiya>
r yang legal (Masyruk)4

khiya>
r yang legal yaitu dengan menyebutkan waktu yang jelas.
Terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini antara para fuqaha.
Landasan hukum khiya>
r syarat dijelaskan dalam hadits Hibban bin
Munqidz yang tertipu dalam jual beli.
c. Masa khiya>
r legal5

r. Abu Hanifah,
Ada tiga pendapat ulama tentang masa khiya>
Zufar, dan Syafi’i berpendapat bahwa mensyaratkan masa yang
diketahui dan tidak lebih dari tiga hari adalah boleh. Hal itu karena
hukum asal menyatakan tidak boleh ada khiya>
r dalam jual beli,
karena bertentangan dengan ketentuan akad dan dapat mencegah
perpindahan kepemilikan. Akan tetapi, ada dalil yang membolehkan
                                                            
4
5

 

Ibid.,194.
Ibid. 

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 
 

khiya>
r dan melanggar hukum asal ini, yaitu hadits Hibban bin
Munqidz yang telah disebutkan di atas. Begitu juga, hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Umar dan Anas bahwa ada seseorang
membeli unta dari orang lain dan mensyaratkan adanya khiya>
r selama
empat hari. Rasulullahpun lalu membatalkan jual beli itu, dan
berkata,

‫ﺛ ﺛ ﺃ‬
“Masa khiya>
r adalah tiga hari”. (HR. Abdurrazzaak)
Di samping karena pada umumnya kebutuhan dapa terpenuhi
dengan khiya>
r selama tiga hari, sehingga jika lebih dari itu maka jual
beli itu menjadi fasid menurut Abu Hanifah dan Zufar. Menurut Abu
Hanifah, jual beli tersebut bisa kembali menjadi sah jika dilakukan

khiya>
r selama tiga hari, karena hal yang membuat akad menjadi rusak
telah hilang sebelum terjadinya kerusakan (fasid). Sedangkan
menurut Zufar, jual beli yang fasid tidak bisa kembali menjadi sah
sama sekali.
Adapun ulama Malikiyah berpendapat bahwa khiya>
r boleh
dengan jumlah waktu yang dibutuhkan. Hal itu berbeda sesuai dengan
perbedaan barang dagangan. Buah-buahan yang tidak dapat bertahan
lebih dari satu hari maka tidak boleh disyaratkan masa khiya>
r lebih
dari satu hari. Begitu juga, baju atau binatang tunggangan masa

khiya>
r-nya adalah tiga hari, tanah yang tidak mungkin sampai

 

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 
 

r lebih dari
padanya dalam tiga hari dibolehkan mensyaratkan khiya>
tiga hari, rumah dan sejenisnya membutuhkan waktu khiya>
r selama
satu bulan.
Dalil mereka adalah bahwa yang dipahami dari akad khiya>
r
adalah ia bertujuan untuk menguji barang dagangan. Jika demikian,
maka khiya>
r wajib ditentukan oleh waktu yang memungkinkan untuk
menguji suatu barang dagangan, dan itu berbeda sesuai dengan
barang-barangnya. Nash yang ada menurut mereka hanya sebagai
pengingat atas makna ini, yaitu bahwa khiya>
r dilegalkan untuk
kebutuhan pelaku akad, maka masanya ditentukan oleh kebutuhannya
itu.
Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah, Abu Hanifah, dan Zufar,
nash tersebut termasuk dalam konsep al-khaash
3. Khiya>
r ‘aib
a. Arti dan Landasan Khiya>
r ‘Aib

Khiya>
r ‘aib yaitu hak pilih untuk meneruskan atau
membatalkan akad dikarenakan terdapat cacat pada barang yang
mengurangi harganya. Ketetapan adanya khiya>
r mensyaratkan adanya
barang pengganti, baik diucapkan secara jelas ataupun tidak, kecuali
jika ada keridaan dari yang akad. Sebaliknya, jika tidak tampak
adanya kecacatan, barang pengganti tidak diperlukan lagi. Jadi,
dalam khiya>
r ‘aib itu apabila terdapat bukti cacat pada barang yang

 

 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

 
 

dibelinya, pembeli dapat mengembalikan barang tersebut dengan
meminta ganti barang yang baik, atau kembali barang dan uang.
Dasar hukum khiya>
r ‘aib, di antaranya sabda Rasulullah Saw.:6

ْ

ْ

‫ْﯨ‬

ْ ‫ْﺃ‬

‫ْﺴ‬

‫ﯨ‬

‫ْ ْﺴ‬

‫ﺃ ْ ْﺴ ﺃ‬

(

)

“Sesama muslim itu bersaudara: tidak halal bagi seorang muslim
menjual barangnya kepada muslim lain, padahal pada barang itu
terdapat ‘aib/cacat.” (HR. Ibnu Majah dan dari ‘Uqbah bin ‘Amir).
Para ulama menetapkan khiya>
r bagi pembeli antara mengambil
barang jika dia menyetujuinya, atau mengembalikannya ditambah
satu sha’ kurma kering jika dia tidak menginginkannya. Abu Yusuf
sepakat dengan jumhur ulama atas pendapat ini dengan didasarkan
pada hadits yang lalu. Sedangkan Abu Hanifah dan Muhammad
berpendapat bahwa pembeli mengembalikan dengan barang yang
kurang saja jika dia menghendaki.
b. Cara-cara Menetapkan Cacat dan Syarat-syarat Menetapkan Khiya>
r
Adapun cara menetapkan cacat berbeda sesuai dengan
perbedaan cacat. Cacat ada empat macam. Pertama, cacat luar yang
terlihat, seperti jari lebih atau kurang, gigi rontok, buta, buat sebelah,
dan sejenisnya. Kedua, cacat dalam yang tersembunyi dan tidak dapat
diketahui kecuali oleh dokter. Ketiga, cacat yang tidak dapat
diketahui kecuali oleh wanita. Keempat, cacat yang tidak bisa