Sistem Jual Beli Online pdf

HUKUM JUAL BELI ONLINE (E-COMMERCE)

Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fiqih Kontemporer

DosenPengampu :Imam Mustofa, SHI, MSI

Kelompok 4 Orang Ke 2

WAHYU EDI SAPUTRA

14125089

Hukum ekonomi syariah (HESy)
Semester VI (B)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
T.A. 1438 H/2017 M

Sistem Jual Beli Online (E-Commerce)


E-commerce atau transaksi elektronik merupakan transaksi yang dilakukan

menggunakan sistem informasi. Elektronik commerce (E-commerce) adalah
kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen (consumers), manufaktur
(manufactures), service providers, dan pedagang penata (intermediaries) dengan

menggunakan jaringan-jaringan komputer (computer network) yaitu internet.1
Menurut Ridwan Sanjaya dan Wisnu Sanjaya dalam bukunya Membangun
Kerajaan Bisnis Online yang di kutip oleh Imam Mustofa (E-commerce
merupakan salah satu implementasi dari bisnis online. Berbicara mengenai bisnis
online tidak terlepas dari transaksi seperti jual beli via internet. Transaksi inilah
yang kemudian dikenal dengan electronic commerce yang lebih populer dengan
istilah e-commerce. E-commerce merupakan aktifitas pembelian, penjualan,
pemasaran dan pelayanan atas produk dan jasa yang ditawarkan melalui jaringan
komputer. Dunia industri teknologi informasi melihatnya sebuah aplikasi bisnis
secara elektronik yang mengacu pada transaksi-transaksi komersial.2
Adanya hubungan secara langsung antara satu jaringan komputer dengan
jaringan yang lainnya maka sangat memungkinkan untuk melakukan satu
transaksi langsung melalui jaringan komputer. Transaksi langsung inilah yang
kemudian disebut dengan transaksi on line. Menurut Arsyat Samuni dalam

transaksi on line setidaknya ada tiga tipe yaitu:
1. Kontrak melalui chatting atau video conference;
2. Kontrak melalui E-mail;
3. Kontrak melalui situs atau web.3
1

Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik (E-Commerce) Dalam Perspektif Fikih”, Jurnal

Hukum Islam, ( Pekalongan: Stain Pekalongan, Volume 10, No. 2, Desember 2012), H. 150.
2

Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,

2015), H.28.
3

Arsyat Samsuni, E-Commerce Hukum Dan Solusinya , (Jakarta: Pt Mizan Grafika

Sarana, 2001), H. 64.


Penjelasan dari ilustrasi diatas adalah:
1. Pembeli menentukan spesifikasi barang yang akan dibeli (biasanya gambar
barang atau cntoh barang dipampang disuatu situs);
2. Pembeli melakukan pemesanan barang dengan tertentu sesuai harga yang
tertera;
3. Pembeli membayar harga sesuai dengan kesepakatan, biasanya dengan
cara transfer yang melibatkan pihak bank atau melalui internet atau sms
banking.4
Ilustrasi lain dari proses transaksi elektronik adalah sebagai berikut:

4

Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik..., h .161.

Penjelasan dari ilustrasi diatas adalah sebagai berikut:
1. Konsumen meletakkan barang belanjaanya dengan memilih item dari
sebuah situs dan memasukkanya dalam troli belanja, ketika pembeli
melakukan request, maka situs akan me-replay berdasarkan ttal barang
yang dipesan, harga jumlah, total harga dan sampai nomor urut transaksi;
2. Pembeli


mengirimkan

pemesanan

barang,

termasuk

didalamnya

melengkapi data pembayaran. Informasi pembayaran ini akan terenkripsi
menggunakan pipeline software socket layer (SSL) yang terpasang antara
browser web pembeli dan sertifikat wab SSL penjual;
3. Selanjutnya situs e-commerce akan me-request otorisasi pembayaran dari
payment gateway. payment gateway meneruskan memintanya ke bank dan

pengolah pembayaran. Pada bagian ini, otorisasi dilakukan dengan merequest harga kepemegang kartu dan harus disetel untuk disesuaikan

dengan mengurangi saldo rekening pemegang kartu (card bolder). Proses

ini dilakukan untuk memastikan bahwa pembayaran disetujui oleh
perusahaan yang mengeluarkan kartu ktidit bagi pembeli (isuuer) dan
memastikan bahwa penjual mendapatkan pembayaran;
4. Penjual mengonfirmasi dan segera mengirimkan barang atau jasa kepada
pembeli;

5. Selanjutnya penjual me-request pembayaran, mengirimkan kepada request
tersebut ke payment gateway yang menangani proses pembayaran
menggunakan processor.
6. Transaksi disetel atau diteruskan oleh pihak bank untuk segera mendeposit
saldo rekening penjual di bank. 5
Model transaksi jual beli di dunia maya saat ini berkembang sangat pesat.
Sara transaksi juga menggunakan sarana yang ada dalam dunia maya. Transaksi di
dunia maya umumnya menggunakan media sosial, seperti twiiter, facebook, black
bary massanger dan media sosial lainnya. Dalam transaksi di dunia maya, antara

pihak yang bertransaksi tidak bertemu langsung, akan tetapi dapat berkomunikasi
langsung, baik secara audio maupun audio visual. Selain itu, komunikasi antara
keduanya dapat melalui tulisan, seperti inbox via facebook, via Short Message
Service/SMS, via e-mail dan media tulis lainya yang disediakan di dunia maya.6


Kegiatan dalam E-commerce antara lain meliputi transfer dana elektronik,
pertukaran data elektronik, sistem nanagemen inventori otomatis, dan sistem
pengumpulan data otomatis. E-commerce sendiri merupakan aplikasi dari e-binis
yang berkaitan dengan transaksi bisnis yang berkaitan dengan transaksi komersial,
seperti: transfer dana secara elektronik, SCM (supply chain management), emarketing/online marketing, pemtosesan transaksi online, pertukaran data

elektronik, dan lain-lain. E-commerce akan mengubah semua kegiatan marketing
dan juga sekaligus memangkas biaya-biaya operasional untuk kepentingan trading
(perdagangan). Proses yang ada dalam E-commerce adalah sebagai berikut:
1. Presentasi electronis (pembuatan web site) untuk produk dan layanan.
2. Pemesanan secara langsung dan tersedianya tagihan.
3. Otomasi account pelanggan secara aman (baik nomor rekening
maupun nomor kartu kredit).

5

Ridwan Sanjaya dan Wisnu Sanjaya, Membangun Kerajaan Bisnis Online (Tuntunan

Praktis Menjadi Pebisnis Online), Jakarta: Kompas Gramedia, 2009), Hal. 69-70.

6

Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah..., H. 28.

4. Pembayaran yang dilakukan secara langsung (online) dan penanganan
transaksi.7

Dalam transaksi jual beli secara elektronik, pihah-pihak yang terkait antara
lain:
1. Penjual atau marchant atau pengusaha yang menawarkan sebuah
produk melalui internet sebagai pelaku usaha;
2. Pembeli atau konsumen yaitu setiap norang yang tidak dilarang oleh
undang-undang, melakukan transaksi jual beli produk yang di
tawarkan oleh penjual/pelaku usaha/merchant;
3. Bank sebagai pelaku penyalur dana dari pembeli atau konsumen

kepada penjual/pelaku usaha/merchant;
4. Provider sebagai penyedia jasa layanan akses internet.8
Pada dasarnya pihak-pihak dalam jual beli secara elektronik tersebut
diatas,


masing-masing

memiliki

hak

dan

kewajiban.

Penjual/pelaku

usaha/merchant merupakan pihak yang menawarkan produk melalui internet, oleh
karena itu, seorang penjual wajib memberikan informasi secara benar dan jujur
atas produk yang ditawarkanya kepada pembeli atau konsumen. Disamping itu,
penjual juga harus menawarkan produk yang di perkenankan oleh undang-undang,
mahsudnya produk yang ditawarkan tersebut bukan barang yang bertentangan
dengan perundan-undangan, tidak rusak ataupun mempunyai cacat tersembunyi,
sehingga barang yang di tawarkan adalah barang yang layak untuk di perjual

belikan. Dengan demikian transaksi jual beli termaksud tidak menimbulkan
kerugian bagi siapapun yang menjadi pembelinya. Di sisi lain, penjual ataupun
pelaku

usaha

memiliki

hak

untuk

mendapatkan

pembayaran

dari

pembeli/konsumen atas harga barang yang dijualnya, juga berhak mendapatkan
7


Dewi Shanti Nugrahani, “E-Commerce Untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil Dan

Menengah”, Jurnal Manajemen Dan Bisnis, (Purworejo: STIE Rajawali Purworejo, No.1, Januari
2011), h.12.
8

H. 65.

Makarim Edmon, Kompilasi Hukum Telematika , ( Jakarta:PT. Gravindo Persada, 2000),

perlindungan atas tindakan pembeli/konsumen yang beritikad tidak baik dalam
melaksanakan transaksi jual beli secara elektronik ini.9
Seorang pembeli/konsumen memiliki kewajiban untuk membayar harga
barang yang telah di belinya dari penjual sesuai jenis barang dan harga yang telah
di sepakati antara penjual dan pembeli tersebut. Selain itu, pembeli juga wajib
mengisi data identites diri yang sebenar-benarnya dalam formulir penerimaan. Di
ssi lain, pembeli/atau konsumen berhak mendapatkan informasi secara lengkap
atas barang yang akan di belinya dari seorang penjual, sehingga pembeli tidak
dirugikan atas produk yang telah dibelinya itu. Pembeli juga berhak mendapatkan

perlindungan hukum atas perbuatan penjual/pelaku usaha yang beritikat tidak
baik.10
Bank sebagai perantara dalam transaksi jual beli secara elektronik,
berfungsi sebagai penyalur dana atas pembayaran suatu produk dari pembeli
kepada penjual produk itu, karenamungkin saja pembeli/konsumen yang
berkeinginan membeli produk dari penjual melalui internet berada di lokasi yang
letaknya saling berjauhan sehingga pembeli termaksud harus menggunakan
fasilitas bank untuk mrlakukan pembayaran atas harga produk yang telah
dibelinya atas penjual, misalnya dengan proses pentrasferan dari rekenng pembeli
kepada rekening penjual (acount to acount). Provider merupakan pihak lain
dalam transaksi jual beli secara elektronok, dalam hal ini provider memiliki
kewajiban untuk memberikan layanan akses 24 jam kepada calon pembeli untuk
melakukan transaksi jual beli secara elektronik melalui media internet dengan
penjual yang menawarkan produk lewat internet tersebut, dalam hal ini terdapat
kerjasama antara penjual/pelaku usaha dengan provider dalam menjalankan usaha
melalui internet ini.11
Jual beli yang dilakukan via teknologi modern sebagaimana disebutkan
keabsahannya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya rukun dan syarat yang
9

Ibid. H. 66.

10

Azhar Muttaqin, “Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Jual Beli Islam”,

Jurnal, (Fakultas Agama Islam UMM, Volume VI, Tahun IV, Januari-Juni 2010), H.461
11

Ibid. H. 462.

berlaku dalam jual beli.12Akad dalam transaksi elektronik di dunia maya berbeda
dengan akad secara langsung. Transaksi elektronik biasanya menggunakan akad
secara tertulis, (E-mail, Short Massage Service/SMS, via e-mail, Black Bary
Massanger/BBM dan sejenisnya) atau menggunakan lisan (via telepon) atau video
seperti teleconverence. Dimana suatu barang dipajang di laman internet dengan
dilebeli harga tertentu. Kemudian bagi konsumen atau pembeli yang menghendaki
maka mentransfer uang sesuai dengan harga yang tertera dan ditambah ongkos
kirim.

13

Waktu yang digunakan untuk pengiriman tergantung jarak, lama tempuh

atau kebijakan pihak ketiga sebagai pengirim. Apabila terjadi kerusakan barang
pada saat pengiriman, biasanya menjadi tanggung jawab pengirim atau penjual.14
Mengenai sistem pembayaran atau penyerahan uang pengganti barang,
maka umumnya adalah dilakukan dengan cara transfer. Bila sistem yang berlaku
seperti ini, maka pada dasarnya jual beli ini adalah jual beli salam. Pembeli
memilih barang dengan spesifikasi tertentu kemudian membayarnya, setelah itu
barang akan diserahkan atau dikirim kepada pembeli. Hanya saja dalam transaksi
salam, uang yang dibayarkan dimuka seperti halnya transaksi salam.15
Salam ialah menjual sesuatu yang tidak dilihat zatnya, hanya ditentukan

dengan sifat; barang itu ada didalam pengakuan (tanggungan) si penjual.16
Apabila sistem salam dilakukan dalam jual beli via media elektronik (ecommerce), maka rukun dan syaratnya juga harus sesuai dengan transaksi salam.

Rukun salam yaitu:
a. Muslim (pembeli atau pemesan);
b. Muslam ilaih (penjual atau penerima pesanan);
c. Muslam fih (barang yang dipesan);
d. Ra’sul mal (harga pesanan atau modal yang dibayarkan);
12

Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik..., H .171.

13

Ibid. H. 171.

14

Azhar Muttaqin, “Transaksi E-Commerce..., H. 465.

15

Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik..., H .175.

16

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam), (Bandung: PT. Sinar Baru

Algensindo, 2012), H. 294.

e. Shighat ijab-qobul (ucapan serah terima).17
Adapun mengenai syarat salam, secara umum sama dengan akad jual beli.
Beberapa ulama menentukan syarat transaksi jual beli yang dilakukan dengan
perantara:
a. Kesinambungan antara ijab dan qabul. Menurut Jumhur, selain
Syafi’iyah qabul tidak harus langsung,
b.

Qabul dilakukan ditempat sampainya ijab;

c. Kesesuaian antara ijab dan qabul;
d. Tidak adanya pengingkaran dari salah satu pihak yang bertransaksi. 18

17

Anonim, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, ( Digital Library, Al-Maktabah Al-Syamilah Al-

Isdar Al-Saini, 2005), II/8855.
18

Ahad al-Taubah al-‘Ilm, Buhuts Li Ba’di Nawazil al-Fiqhiyyah al-Mu’asirah, (Digital

Library, al-Maktabah al-Syamilah al-Isdar al-Sani, 2005), I/29 dan XII/1.

DAFTAR PUSTAKA
Ahad al-Taubah al-‘Ilm, Buhuts Li Ba’di Nawazil al-Fiqhiyyah al-Mu’asirah,
(Digital Library, al-Maktabah al-Syamilah al-Isdar al-Sani, 2005).

Anonim, al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, ( digital library, al-Maktabah al-Syamilah alIsdar al-Saini, 2005), II/8855.

Arsyat Samsuni, E-Commerce Hukum Dan Solusinya , (Jakarta: Pt Mizan Grafika
Sarana, 2001).
Azhar Muttaqin, “Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Jual Beli
Islam”, Jurnal, (Fakultas Agama Islam UMM, Volume VI, Tahun IV,
Januari-Juni2010).
Dewi Shanti Nugrahani, “E-Commerce Untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil
Dan Menengah”, Jurnal Manajemen Dan Bisnis, (Purworejo: STIE
Rajawali Purworejo, No.1, Januari 2011).
Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik (E-Commerce) Dalam Perspektif Fikih”,
Jurnal Hukum Islam, ( Pekalongan: STAIN Pekalongan, Volume 10, No.

2, Desember 2012).
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2015).
Makarim Edmon, Kompilasi Hukum Telematika , ( Jakarta:PT. Gravindo Persada,
2000 ).
Novianto Languyu, Kedudukan Hukum Penjual Dan Pembeli Dalam Bisnis Jual
Beli Online, Jurnal, (Lex Et Societatis, Volume III, No. 9, Oktober 2015).

Ridwan Sanjaya dan Wisnu Sanjaya, Membangun Kerajaan Bisnis Online
(Tuntunan Praktis Menjadi Pebisnis Online), Jakarta: Kompas Gramedia,

2009).
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam), (Bandung: PT. Sinar Baru
Algensindo, 2012).