103920 MQFM 2009 07 Fokus Pagi 29 Juli 2009

Fokus Pagi
Edisi Rabu, 29 Juli 2009
Tema : Kebijakan
Topik : Nasib Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal
Sahabat MQ/ Rancangan Undang Undang tentang Jaminan Produk Halal (JPH) yang
kini tengah digodok Komisi VIII DPR RI/ dianggap sebagian kalangan masih menyimpan
sejumlah problem// Salah satunya adalah RUU tersebut tidak mencantumkan kewajiban
mengikat/ untuk mencantumkan sertifikasi halal// Yang ada hanya kewajiban bagi yang
mencatumkan kata halal untuk menyesuaikan dengan bahan/ proses pengolahan/
pengiriman yang halal//
Departemen Agama R.I sendiri/ mengambil prakarsa untuk menyusun RUU mengenai
Jaminan Produk Halal yang didahului dengan penyusunan Naskah Akademik Rancangan
Undang-undang/ melalui kerjasama antara Departemen Agama R.I dengan Badan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM R.I// Masalah halal dan haram
bukan hanya merupakan isu yang sensitif di Indonesia/ tetapi juga selalu mengusik
keyakinan umat Islam di seluruh dunia// Umat Islam di seluruh dunia amat
berkepentingan atas jaminan halal tidak saja terhadap produk makanan/ minuman/ dan
produk lainnya namun juga terhadap proses produksi serta rekayasa genetik// Sertifikasi
dan penandaan kehalalan baru menjangkau sebagian kecil produsen di Indonesia// Data
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan bahwa
tidak lebih dari 2.000 produk yang telah meminta pencantuman tanda halal// Data dari

Majelis Ulama Indonesia menunjukkan/ bahwa permohonan sertifikasi halal selama 11
tahun terakhir tidak lebih 8.000 produk dari 870 produsen di Indonesia//
Indonesia sendiri/ dalam menghadapi perdagangan bebas tingkat regional/ internasional
dan global/ dikhawatirkan sedang dibanjiri pangan dan produk lainnya yang mengandung
atau terkontaminasi unsur haram// Dalam teknik pemrosesan/ penyimpanan/
penanganan/ dan pengepakan acapkali digunakan bahan pengawet yang membahayakan
kesehatan atau bahan tambahan yang mengandung unsur haram yang dilarang dalam
agama Islam// Dalam sistem perdagangan internasional masalah sertifikasi dan
penandaan kehalalan produk mendapat perhatian baik dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap konsumen umat Islam di seluruh dunia//
RUU JPH ini sendirti/ terdiri dari 12 bab/ 44 ayat/ dan 75 pasal// Dalam RUU rencananya
disahkan paling lambat akhir September ini/ pengaturan produk halal tersebut meliputi
prosuk makanan/ minuman/ obat/ kosmetik/ produk kimia biologik/ dan produk rekayasa
genetik yang dikonsumsi masyarakat// Kewenangan mengeluarkan sertifikasi halal
sendiri/ nantinya berada di tangan pemerintah yang dilaksanakan oleh Menteri Agama//
Sementara MUI/ hanya bertugas menetapkan fatwa tentang kehalalannya//
Diamputasinya kewenangan mengeluarkan sertifikasi halal ini mendapat reaksi MUI
pusat// Dalam hal ini/ MUI ditempatkan hanya sebagai salah satu faktor yang ikut
menentukan dalam proses sertifikasi tersebut// Kondisi ini/ dinilai sebagai sebuah bentuk
kemunduran// Pembahasan RUU Jaminan Produk halal ini/ dinilai mengenyampingkan

MUI yang telah 20 tahun menangani sertivikasi halal//
Sahabat MQ/ setelah dua dasawarsa menjadi lembaga yang berwenang mengurusi
sertifikasi halal/ kewenangan Lembaga Pengkajian pangan Obat-obatan dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia atau LPPOM MUI/ akan diambil alih pemerintah// Dalam

Rancangan Undang-Undang Undang-Undang Jaminan Produk Halal yang tengah digodok
DPR RI/ pemerintah akan mengambil alih penyelenggaraan sertifikasi halal//
untuk itulah/ Majelis Ulama Indonesia dan sejumlah ormas Islam/ mendesak pemerintah
dan DPR agar tak melanjutkan pembahasan RUU Jaminan Produk Halal// MUI dan ormas
Islam menilai/ pembahasan tidak menyentuh substansi permasalahan// Substansi
pembahasan RUU tersebut secara filosofis bertentangan dengan semangat reformasi
birokrasi/ yang saat ini dikembangkan// Secara nyata/ substansinya hanya sekadar
mengambil alih kewenangan yang selama ini dilaksanakan masyarakat secara baik
melalui MUI/ lalu diambil oleh negara//
Saat ini sahabat MQ/ Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal ini/ masih dalam
pembahasan// DPR dan pemerintah belum menetapkan pihak yang memiliki otoritas
mengeluarkan sertifikat halal// Ada tiga opsi yang muncul/ yaitu kewenangan dijalankan
oleh Majelis Ulama Indonesia denga dukungan pemerintah/ karena MUI sudah memiliki
perwakilan hingga daerah// Kedua dijalankan oleh negara di bawah koordinasi menteri/
Lembaga bisa atau gabung dengan BPOM di bawah Departemen Kesehatan// Sedang

yang ketiga/ proses sertifikasi diserahkan penuh ke pihak swasta//
Usaha departemen Agama untuk memasukkan sertifikasu halal sebagai kewenangannya
adalah sebuah kekeliruan// Sertifikasi halal/ bukan hanya demi kepentingan bisnis/ akan
tetapi lebih dari itu/ adalah urusan aqidah/ sehingga yang berwenang adalah ulama//
Lagipula/ Tidak semua pegawai depag memahami urusan dan konsep halal haram//
Sahabat MQ/ apa sebenarnya latar belakang dari upaya pelimpahan wewenang sertifikasi
Halal dari LPPOM MUI ke pemerintah?// Apa pula dampak yang akan muncul/ bila
kemudian kewenangan sertifikasi halal ini beralih dari LPPOM MUI ke Pemerintah?//
Benarkah bila wacana ini muncil karena selama ini LPPOM MUI dinilai tidak cukup mempu
menjalankan tugasnya?//
Untuk itu/ dalam Fokus Pagi kali ini/ kita akan mendiskusikannya bersama dengan
sejumlah nara sumber/ yaitu :
1.
Direktur LPPOM MUI Pusat -Nadratuzzaman Hosen (Jam 08.15)
2.
Departemen Agama (Jam 08.15)
3.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI -Hilman Rosyad Sihab (Jam 08.45)

Nara Sumber 1 (Jam 8.15)

Direktur LPPOM MUI Pusat
M Nadratuzzaman Hosen
0812 1108 595 / 0818 847 870
1.
MUI mendesak dilakukan penghentian terhadap pembahasan RUU Jaminan Produk
Halal yang saat ini tengah digodok DPR RI// Bisa dijelaskan Bapak//
2.
Point-point penolakan ada dimana saja Bapak?//
3.
Bisa dijelaskan Bapak/ mengenai kewenangan sertifikasi halal yang rencananya
akan diambil alih oleh pemerintah?//
4.
Apa latar belakang pemerintah dari pengambil alihan ini?// Apakah MUI atau
LPPOM MUI khususnya/ telah mendapatkan penjelasan mengenai rencana ini?//
5.
MUI dan LPPOM MUI/ secara tegas menolak pengalihan kewenangan ini// Bisa
dijelaskan mengapa Pak?//
6.
Dampak seperti apa yang akan muncul/ apabila rencana pengalihan wewenang ini
benar-benar dilakukan?//

7.
Upaya apa yang akan MUI lakukan apabila pemerintah benar-benar mengambil
alih wewenang sertifikasi halal ini?// (Upaya hukum mungkin???)
8.
Selama ini/ LPPOM MUI tidak memiliki kewenangan hukum untuk melakukan
tindakan tegas terhadap segala produk baik pangan maupun kosmetik yang haram//
Bagaimana dengan aturan di dalam RUU Jaminan Produk Halal yang tengah digodok DPR
RI saat ini?//
9.
Bagaimana dengan pernyataan Sekjen Depag yang menyatakan bahwa meski
nantinya wewenang akan beralih ke pemerintah/ namun Fungsi fatwa akan tetap
diberikan sepenuhnya ke MUI?//
10.
Kalau ada yang menyatakan selama ini kinerja LPPOM MUI kurang maksimal/
sehingga menuntut dibentuknya lembaga sertifikasi halal yang lebih kuat/ bagaimana
menurut Bapak?//
11.
Apa permasalahan mendasar bagi jaminan produk halal di Indonesia?//
12.
Mampukah pemerintah Depag misalnya/ mengemban amanah ini nantinya jika

kelak wewenang sertifikasi halal benar-benar dilimpahkan?//
13.
sampai sejauh ini/ apakah bapak optimis RUU Jaminan Produk Halal akan mampu
menjawab ragam persoalan halal-haram di Indonesia/ yang selama ini terkesan
dilakukan setengah hati?//
14.
Bapak pernah menyatakan bahwa hingga saat ini/ sertifikasi halal MUI tidak
memiliki sanksi hukum/ dan sanksinya hanya bersifat normatif dan sosial// Bisa
dijelaskan Bapak?//
15.
Sampai saat ini/ sudah sejauh mana tingkat kepedulian masyarakat terhadap
masalah halal-haram ini Bapak?//
1.
Apa Pesan bapak terkait dengan rencana ini?//

Nara Sumber 2 (Jam 8.45)
Wakil Ketua Komisi VIII
Hilman Rosyad Sihab
0816 48 621 69
1.

Bagaimana sejauh ini perkembangan pembahasan RUU Jaminan Produk Halal di
Komisi VIII?//
2.
Benarkah di dalam rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal yang tengah
dibahas tersebut/ terdapat rencana pengalihan wewenang sertifikasi halal dari LPPOM
MUI ke pemerintah?// Bisa dijelaskan Bapak??//
3.
MUI dan LPPOM MUI/ menyatakan keberatan atas rencana tersebut/ bagaimana
tanggapan pihak komisi VIII sendiri?//
4.
Rencananya/ lembaga mana yang akan dipercaya untuk mengelola sertifikasi
halal?//
5.
Ada tarik menarikantara LPPOM MUI dan departemen agama/ dimana masingmasing menghendaki/ lembaga sertifikasi halal berada di bawah kewenangan masingmasing// Bagaimana kemudian DPR akan mengakomodir hal ini?//
6.
Kapan Target penyelesaian pembahasan RUU Jaminan Produk Halal ini Bapak?//
7.
Informasinya/ akan ada lembaga yang dibentuk secara khusus/ untuk menengahi
keinginan kedua lembaga tersebut/ semacam Badan Layanan UMUM?//
8.

Mengapa DPR seolah merasa bimbang/ untuk kemudian menyatakan dan
memutuskan agar wewenang sertifikasi halal tetap berada di bawah LPPOM MUI//
Apakah MUI memang tidak layak untuk meneruskan amanahnya sebagai lembaga
sertifikasi halal?//
9.
Hingga kini/ sertifikasi halal MUI pun/ belum memiliki nsanksi hukum// Selama ini/
sanksi terhadap pelanggaran sertifikasi halal MUI hanya bersifat normatif dan sosial//
Bagaimana ke depannya?// Diaturkah ketentuan tersebut dalam RUU JPH??//

Nara Sumber 3 (9.15)
Kepala Biro Hukum Departemen Agama Pusat
H. Mubarok SH, M.Si
0816 74 65 15
1.
Bapak/ mui DAN Forum Umat Islam mendesak dilakukan penghentian
pembahasan RUU Jaminan Produk Halal yang saat ini tengah digodok di DPR//
Bagaimana tanggapan Bapak?//
2.
Diantara point penolakan yang melatari usulan dihentikannya pembahasan adalah/
adanya kesan pengesampingan dan pengerdilan MUI sebagai wakil umat// Dimana

nantinya akan ada pelimpahan wewenang sertifikasi halal yang semula dibawah MUI
menjadi di bawah pemerintah// Bagaimana menurut Bapak?//
3.
Apa permasalahan yang melatari sehingga kemudian pemerintah merasa perlu
mengambil alih wewenang sertifikasi halal dari LPPOM MUI ke Depag?// Apakah kinerja
LPPOM MUI yang kurang maksimal atau bagaimana?//
4.
Tetapi bukankah MUI selama ini cukup berhasil menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya// Terbukti LPPOM MUI Indonesia menjadi rujukan dari beberapa negara
tetangga terkait dengan penyelenggaraan sertifikasi halal?//
5.
LPPOM MUI menyatakan/ bahwa fatwa adalah masalah ulama// LPPOM MUI/ telah
memenuhi baik dari sisi teknologi/ kemampuan/ hingga kompetensi// Sehingga/ tidak
ada alasan untuk kemudian melimpahkan wewenang ini kepada lembaga baru// Yang
diperlukan lebih ke penguatan kepada LPPOM MUI/ sehingga dapat bekerja lebih baik//
Bagaimana menurut Bapak?//
6.
Terkesan ada tarik menarik kepentingan antara LPPOM MUI dan Departemen
Agama dalam hal ini// Bagaimana menurut Bapak?//
7.

LPPOM MUI menyatakan/ bila pelimpahan kewenangan sertifikasi halal ini
merupakan satu kesalahan besar// Depag dianggap belum mampu mengurusi masalah
halal haram ini/ karena tidak semua orang-orang Departemen Agama/ mengerti
persoalan Halal Haram ini// Bagaimana menurut Bapak?//
8.
Apa himbauan Bapak terkait dengan masalah ini?//

Adlibs Fokus Pagi
Edisi Rabu, 29 Juli 2009
Tema : Kebijakan
Topik : Rencana Pengambil Alihan Sertifikasi Halal Oleh Pemerintah
Sahabat MQ/ setelah dua dasawarsa menjadi lembaga yang berwenang mengurusi
sertifikasi halal/ kewenangan Lembaga Pengkajian pangan Obat-obatan dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia atau LPPOM MUI/ akan diambil alih pemerintah// Dalam
Rancangan Undang-Undang Undang-Undang Jaminan Produk Halal yang tengah digodok
DPR RI/ pemerintah akan mengambil alih penyelenggaraan sertifikasi halal//
Rencana ini pun/ menuai protes dari MUI dan LPPOM MUI// Jika sertifikasi dilakukan
pemerintah/ akan berakibat fatal// Selain itu/ langkah pemerintah ini juga dikhawatirkan
akan menimbulkan biaya ekonomi tinggi// Padahal/ saat ini LPPOM MUI menjadi lembaga
yang terkemuka di dunia/ dalam hal penyelenggaraan sertifikasi halal// Bahkan beberapa

waktu lalu/ terdapat 11 lembaga sertifikasi dari Amerika Serikat/ Australia/ Eropa dan
Asia/ yang belajar kepada LPPOM MUI// Selain juga melakukan pelatihan kepada 100
orang dari Luar Negeri terkait dengan penyelenggaraan Sertifikasi halal/ standar yang
digunakan oleh MUI/ kini juga digunakan oleh negara-negara tersebut// Usaha
departemen Agama untuk memasukkan sertifikasi halal sebagai kewenangannya adalah
sebuah kekeliruan// Sertifikasi halal/ bukan hanya demi kepentingan bisnis/ akan tetapi
lebih dari itu/ adalah urusan aqidah/ sehingga yang berwenang adalah ulama// Lagipula/
Tidak semua pegawai depag memahami urusan dan konsep halal haram//
Sahabat MQ/ apa sebenarnya latar belakang dari upaya pelimpahan wewenang sertifikasi
Halal dari LPPOM MUI ke pemerintah?// Apa pula dampak yang akan muncul/ bila
kemudian kewenangan sertifikasi halal ini beralih dari LPPOM MUI ke Pemerintah?//
Benarkah bila wacana ini muncul karena selama ini LPPOM MUI dinilai tidak cukup
mampu menjalankan tugasnya?//
Untuk itu sahabat MQ/ dalam Program Fokus Pagi Rabu 29 Juli esok/ kami akan
mendiskusikannya bersama dengan sejumlah nara sumber/ diantaranya adalah :
1.
2.
3.

Direktur LPPOM MUI Pusat -Nadratuzzaman Hosen
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI -Hilman Rosyad Sihab
Kepala Biro Hukum Departemen agama/ Mubarok

Planning Nara Sumber Fokus Pagi
Edisi Rabu, 29 Juli 2009
Tema : Kebijakan
Topik : Rencana Pengambil Alihan Sertifikasi Halal Oleh Pemerintah

Nara Sumber 1 (Jam 8.15)
Direktur LPPOM MUI Pusat
M Nadratuzzaman Hosen
0812 1108 595 / 0818 847 870

Nara Sumber 2 (Jam 8.45)
Wakil Ketua Komisi VIII
Hilman Rosyad Sihab
08111 46 896 (pake yang ini dulu) / 0816 48 621 69
Atau Latifah Iskandar

Nara Sumber 3 (9.15)
Kepala Biro Hukum Departemen Agama RI
Mubarok
0816 74 65 15