Lamp II SK. No.79 Thn 2015 ttg Izin Lingkungan PT. Berkat Puteri Abadi
Lampiran II
Keputusan Bupati Barito Kuala
Nomor 188.44/ 79 /KUM/2015
Tanggal 27 Pebruari 2015
TENTANG IZIN LINGKUNGAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN SPBU PT. BERKAT
PUTERI ABADI DI JALAN GUBERNUR
SARKAWI JALAN LINGKAR UTARA,
DESA TERANTANG, KECAMATAN
MANDASTANA,
KABUPATEN
BARITO
KUALA, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TELAAHAN SEBAGAI DASAR ARAHAN PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN.
Pembangunan dan operasional SPBU PT. Berkat Puteri Abadi di Jalan
Gubernur Sarkawi Jalan Lingkar Utara, Desa Terantang, Kecamatan
Mandastana di Kabupaten Barito Kuala diperkirakan akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan, baik langsung maupun tak langsung dan
dapat bersifat positif maupun negatif.
Prakiraan dampak yang terjadi dengan keberadaan SPBU ini dikaji mulai
dari tahap Pra Konstruksi sampai tahap Pasca Operasi. Analisa prakiraan
dampak dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran
bagaimana suatu komponen atau parameter lingkungan yang akan
berubah akibat adanya SPBU. Metode prakiraan dampak yang dipakai
adalah pendekatan yang bersifat formal maupun non formal dengan
menggunakan kriteria atau standar baku mutu lingkungan yang ada.
Dampak yang akan timbul dengan adanya pembangunan dan operasional
SPBU adalah komponen lingkungan sekitar proyek, terutama pada saat
konstruksi maupun operasi, komponen lingkungan tersebut meliputi
komponen lingkungan fisikkimia, biologi, sosekbud dan kesehatan
masyarakat.
Upaya pengelolaan lingkungan akibat dampak yang ditimbulkan dari
komponen kegiatan, dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan. Dampak positif
dimaksudkan untuk meningkatkan dan memelihara dampak tersebut
terhadap lingkungan. Upaya pengelolaan lingkungan hanya dilakukan
terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan
pembangunan SPBU yang berdampak negatif.
Dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanaan ini berdasarkan
rona lingkungan dan dampak yang ditimbulkan maka pengelolaan yang
dilakukan berdasarkan sumber dampak dan jenis dampak baik pada tahap
pra konstruksi, tahap kontruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi,
maka program kegiatan yang dilakukan adalah :
A. SUMBER DAN JENIS DAMPAK PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI,
KONSTRUKSI, OPERASI DAN PASCA OPERASI
1. Pengelolaan Dampak Terhadap Pengadaan dan Pembebasan Lahan
Pembersihan lahan diprakirakan berdampak terhadap komponen sosial
ekonomi, terutama terhadap pendapatan rumah tangga. Bagi mereka
yang memiliki tanah atau lahan di lokasi rencana proyek, maka mereka
akan mendapat ganti rugi atas lahan mereka tersebut. Ganti rugi lahan
merupakan penerimaan uang tunai bagi keluarga yang lahannya terkena
proyek. Besarnya nilai yang mereka terima tergantung pada luas lahan
masingmasing yang dibebaskan. Dampak positif yang muncul dapat
berlangsung singkat jika penduduk yang menerima ganti rugi tidak
dapat memanfaatkan secara optimal uang tersebut, dan kelompok
masyarakat yang demikian akan berpotensi menyebabkan munculnya
persepsi negatif pada tahapan kegiatan selanjutnya yang akan
berdampak lanjutan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Memberikan nilai ganti rugi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Melakukan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga kelapisan
masyarakat paling bawah (level desa) terutama masyarakat yang areal
dampak.
• Melakukan sosialisasi secara berkelanjutan sesuai dengan tahapan
kegiatan yang melibatkan masyarakat.
• Dilaksanakan berdasarkan peraturan yang berlaku dengan
melibatkan stake holder terkait, terutama menyangkut harga tanah
atau ganti rugi tanah/lahan, mengedepankan musyawarah dan
mufakat, serta menggunakan pendekatan persuasive.
2. Pengelolaan Dampak Terhadap Perencanaan dan Sosialisasi
Untuk Kegiatan Perencanaan dan Sosialisasi pada pembangunan SPBU
PT. Berkat Puteri Abadi, merupakan bentuk ketaatan pemrakarsa
terhadap peraturan yang berlaku, hal ini bisa berdampak positif bagi
pengembangan Kabupaten dan dapat menimbulkan persepsi positif dari
masyarakat dan kelompok masyarakat.
Dari besaran dampak Sosial ekonomi, sikap dan persepsi masyarakat
serta kamtibmas setelah Kegiatan Perencanaan dan Sosialisasi
dibandingkan dengan rona awal. Mengingat Kegiatan Perencanaan dan
Sosialisasi masih dalam tahapan proses, maka dampak kegiatan
mempunyai intensitas yang kecil dan dapat menimbulkan persepsi
positif dari masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga kelapisan
masyarakat paling bawah (level desa) terutama masyarakat areal
dampak.
• Melakukan sosialisasi secara berkelanjutan sesuai dengan tahapan kegiatan
yang melibatkan masyarakat.
3. Pengelolaan Dampak Terhadap Mobilisasi Peralatan dan Material
Konstruksi
Kegiatan mobilisasi berupa pengangkutan peralatan dan bahanbahan
konstruksi berdampak terhadap lalulintas darat terutama kemacetan
dan kenyamanan berlalu lintas serta meningkatnya kecelakaan
lalulintas, terutama di segmen jalan menuju ke lokasi proyek. Hilir
mudiknya truktruk pengangkut material konstruksi juga menyebabkan
meningkatnya kadar debu dan gas buang di sepanjang jalan yang
dilewati. Dampak primer yang timbul selanjutnya akan menimbulkan
dampak negatif lanjutan terhadap kesehatan masyarakat serta sikap
dan persepsi masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
•
•
•
•
Menyediakan dan wajib memakai APD untuk para pekerja.
Pekerja dibina agar terhindar terhadap Kecelakaan kerja.
Pemberi bantuan pengobatan bagi karyawan yang sakit.
Pemeriksaan secara berkala bagi karyawan Mengasuransikan para
pekerja.
4. Pengelolaan Dampak Terhadap pembersihan dan pematangan lahan
Pekerjaan pembersihan dan pematangan lahan dengan penutupan
vegetasi galam dan jenis vegetasi rawa lainya, karena luas lahan yang
cukup kecil maka keseluruhan dilakukan secara mekanis yaitu dengan
mendorong vegetasi menggunakan bulldozer selanjutnya diurug dengan
tanah penutup.
Kegiatan pembukaan lahan dengan menghilangkan areal yang tadinya
bervegetasi (semak belukar dan rawa) menjadi areal terbuka akan
mengakibatkan terjadinya perubahan iklim mikro, yaitu terjadi
penurunan kelembaban dan peningkatan suhu, kualitas air dan tanah.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Segera melakukan penanaman dan pemeliharaan berbagai jenis
pepohonan cepat tumbuh dan perindang pada tempattempat yang
terbuka di sekitar areal sempadan sungai, kiri dan kanan jalan pada
pembukaan lahan.
• Membuat kolam tampungan sementara sebelum dibuang ke sungai.
• Segera membuat ruang hijau pada jalur pembersihan lahan dengan
tanaman multicroping untuk menyerap air limpasan permukaan yang
membawa material liat/TSS ke badan perairan
• Membuat water bodies disekitar wilayah pembersihan lahan untuk
pembangunan infrastruktur agar air kembali meresap kedalam tanah
dan material bias diendapkan.
• Melakukan perawatan ada sedimenpond dan water bodies yang telah
dibuat agar berfungsi optimal.
• Menyisakan sekitar 110 % dari luas 3.960 m2 untuk areal tanaman
baik sebagai taman maupun sebagai ruang terbuka hijau dipinggir
pinggir pagar dan lainlain, yang mampu mempertahankan dan
sebagai kontrol kesuburan dilingkungan SPBU.
5. Pengelolaan Dampak Terhadap Mobilisasi Tenaga Kerja operasional
Kegiatan penerimaan Tenaga kerja pada tahap operasi nantinya
seoptimal mungkin akan mempergunakan tenaga kerja yang berdekatan
dengan lokasi kegiatan, sehingga efesiensi dan efektivitas ekonomi dapat
dicapai dan tentunya akan disesuaikan dengan keahlian ataupun skil
yang dibutuhkan oleh pihak manajemen SPBU PT. Berkat Puteri Abadi
pada tahap operasi. Estimasi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tahap
kegiatan operasi SPBU berjumlah 29 orang, antara lain terdiri dari
penjaga counter, security, administrasi kantor, pengawas dan operator
tangki isi
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Merekruetmen tenaga kerja local sesuai kemampuan dan lowongan
kerja yang ada.
• Memberikan gaji/upah kepada karyawan sesuai UMP/UMR.
• Memasukan karyawan sebagai peserta jamsostek.
5. Pengelolaan Dampak Terhadap penerimaan dan penimbunan BBM
Tahap pertama adalah kegiatan penerimaan BBM dilakukan dari mobil
tangki pengangkut BBM ke dalam Tangki Timbun, pada proses
pengisian ini yang perlu diperhatikan dan dicermati adalah pemeriksaan
secara visual produk pada tangki timbun seperti suhu, volume, dan
density.
Tahap kedua kegiatan pengisian BBM dari mobil tangki ke dalam tangki
timbun dengan menggunakan selang bongkar dari mobil tangki dialirkan
kedalam tangki timbun, untuk menjaga dampak lingkungan pada
pengisian proses layanan penjualan kepada konsumen bisa dihentikan.
Pada proses penimbunan BBM dilakukan pemeriksaan secara visual
terhadap produk di dalam tangki timbun meliputi suhu, air bebas,
density dan tinggi minyak.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
•
Pada saat dilakukan kegiatan pengadaan BBM (pengisian tangki
timbun) truk tangki jangan menghalangi kendaraan konsumen
•
pengisi BBM.
Pelayanan konsumen cepat, sopan dan memeberi kepuasan
•
konsumen.
Pemasangan traffic light sebagai tanda peringatan memasuki wilayah
•
SPBU.
Pemasangan ramburambu lalulintas baik pada pintu masuk
•
maupun pada pintu keluar.
Melengkapi sistem drainase buatan dengan oilcatcher dan quick
coupling untuk pengelolaan air limbah dari ceceran BBM pada saat
•
pengisian tangki timbun kedap air.
Air limbah dari MCK/toilet disalurkan ke septic tank melalui saluran
•
khusus yang diberi lapisan ijuk, kerikil dan pasir.
Untuk kebocoran tangki timbun kedap air dibuat sumursumur
pantau 4 buah dan pengontrolan tiap minggu, penanggulangan
•
kebocoran dengan penambalan.
Menyiram dan membersihkan ceceran BBM disekitar dispenser setiap
hari.
6. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan penjualan BBM
Kegiatan Penyaluran (Penjualan) ke Konsumen, Sebelum penyaluran
BBM yang ditimbun dalam Tangki Timbun dilakukan pemeriksaan
secara berkala baik dari kualitas maupun kuantitasnya, pemeriksaan
volume BBM dilakukan dengan men tera BBM dengan bejana ukur 20
liter yang telah di sahkan oleh balai Metrologi secara berkala. Untuk
pemeriksaan kualitas BBM dilakukan pemeriksaan dengan
membandingkan density dari pertamina dan density BBM dari tangki
timbun. Setelah proses pemeriksaan kualitas dan kuantitas dilakukan
pengambilan sampel yaitu dengan cara mengambil sampel lewat ujung
nozzle dan dimasukkan ke dalam botol gelap. Jika kedua prosedur
tersebut sudah terpenuhi maka BBM bisa disalurkan kepada konsumen
menggunakan dispenser.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan penjualan sesuai SOP PT. Pertamina.
• Operator dan pekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung/septi.
7. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat/CSR
Program pemberdayaan masyarakat melalui program CSR dalam
lingkungan operasional SPBU dimaksudkan sebagai tindakan
perusahaan dalam rangka memberikan ruang yang luas dalam
peningkatan perekonomian masyarakat baik berupa prasarana maupun
peningkatan perekonomian. Berdasarkan konsep Trinidas and Tobaco
Bureau of Standards (TTBS) CSR atau corporate social responsibility
diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat secara luas. Artinya ada
tanggung jawab sosial perusahaan untuk berkontribusi bagi
pembangunan ekonomi secara berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, masyarakat lokal
dan masyarakat luas dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan.
Kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia
sebagai individu anggota masyarkat untuk dapat menanggapi keadaan
sosial yang ada, dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup
termasuk perubahanperubahan yang ada sekaligus memeliharanya.
Dengan kata lain CSR merupakan cara perusahaan mengatur proses
usaha untuk memproduksi dampak positif pada masyarakat.
Masyarakat sekitar lokasi perusahaan harus mendapatkan manfaat dari
keberadaan aktivitas SPBU. Dilihat dari sudut pandang yang luas,
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat merupakan tantangan
yang cukup berat bagi perusahaan. Hal tersebut disebabkan begitu
kompleksitasnya kepentingan masyarakat yang menjadi sasaran
kegiatan. Oleh karena itu diperlukan suatu model yang sistematis dalam
perencanaan program. Keterkaiatan antara implementasi dan apa yang
menjadi harapan serta kebutuhan masyarakat sangat diperlukan agar
tercapai hasil yang optimal.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Merekrut tenaga kerja lokal di sekitar proyek dengan system
pengupahan yang layak sesuai standar Upah minimum Provinsi
(UMP).
• Memberikan pelatihan keterampilan tertentu kepada masyarakat
sekitar. Melakukan pembinaan kelembagaan ekonomi masyarakat
melalu program CSR dan pola kemitraan.
8. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan pemutusan hubungan kerja
(PHK) tenaga kerja operasional
Pemutusan hubungan kerja akan mengakibatkan hilangnya sumber
mata pancaharian masyarakat, apabila program kemandirian tidak
berjalan dengan baik selama tahap operasional perusahaan maka
dengan pemutusan hubungan kerja akan menyebabkan keresahan di
masyarakat yang selanjutnya menyebabkan munculnya sikap dan
persepsi negatif masyarakat.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan hal yang tidak bisa
dihindari pada saat berakhirnya kegiatan operasional SPBU akan
dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan
operasional di lapangan.
Terhadap karyawan PT. Berkat Puteri Abadi akan diberikan dua pilihan
alternatif yaitu :
pemutusan hubungan kerja berdasarkan Undangundang
ketenagkerjaan yang berlaku;
Penempatan karyawan yang ada ke perusahaan lainnya yang dimiliki
oleh perusahaan dengan mempertimbangkan skala prioritas pekerjaan
yang tersedia dan kualifikasi karyawan itu sendiri.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga kelapisan
masyarakat paling bawah (level desa) terutama masyarakat yang areal
dampak.
9. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan penanganan aset
perusahaan.
Pemutusan hubungan kerja akan mengakibatkan hilangnya sumber
mata pancaharian masyarakat, apabila program kemandirian tidak
berjalan dengan baik selama tahap operasional perusahaan maka
dengan pemutusan hubungan kerja akan menyebabkan keresahan di
masyarakat yang selanjutnya menyebabkan munculnya sikap dan
persepsi negatif masyarakat.
Peralatan yang dimiliki akan diremobilisasi untuk keperluan perusahaan
lainnya yang dimiliki, termasuk peralatan penunjang.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga kelapisan
masyarakat paling bawah (level desa) terutama masyarakat yang areal
dampak.
B. REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN
Dari hasil analisis prakiraan dampak penting dan evaluasi dampak
penting, maka rencana Pembangunan SPBU PT. Berkat Puteri Abadi
di Jalan Gubernur Sarkawi Jalan Lingkar Utara, Desa Terantang,
Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, dapat dinilai layak
dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Dari aspek ketataruangan, keberadaan rencana Pembangunan SPBU
PT. Berkat Puteri Abadi di Jalan Gubernur Sarkawi Jalan Lingkar
Utara, Desa Terantang, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito
Kuala tidak menyalahi aturan pada Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan nomor 9 tahun 2000 tentang RTRW Kalimantan
Selatan Tahun 20002015 dan Peraturan Daerah Kabupaten Barito
Kuala nomor 6 tahun 2012.
2. Aspek teknis rencana Pembangunan SPBU PT. Berkat Puteri Abadi
di Jalan Gubernur Sarkawi Jalan Lingkar Utara, Desa Terantang,
Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala telah didesain
sedemikian rupa sehingga terjamin keamanannya dan akan dibangun
sesuai dengan prosedur perijinan yang akan diperoleh.
3. Penanganan dampak terhadap lingkungan dapat ditangani dengan
segera dan tidak memerlukan teknologi yang sangat canggih namun
lebih bersifat penanganan yang dilakukan secara umum bila memang
dampak tersebut terjadi. Dari dampak yang timbul telah diberikan
rancangan dan rumusan tindakan yang bersifat mudah dilakukan baik
melalui pendekatan teknis, pendekatan sosialekonomibudaya maupun
pendekatan institusi.
4. Dari aspek kemitraan dengan pihak masyarakat terutama masyarakat
di wilayah Desa Jalan Gubernur Sarkawi Jalan Lingkar Utara, Desa
Terantang, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala menjadi
wilayah administrasi proyek yang mendapat dampak langsung telah
dapat dilakukan komunikasi dan pendekatan atau sosialisasi bersama
yang menguntungkan kedua belah pihak sehingga proses pengelolaan
dampak pada aspek adanya gesekan atau ketidaksepahaman dengan
masyarakat sekitar dapat segera diminimalisir.
Dari beberapa pertimbangan tersebut, maka rencana Pembangunan
SPBU PT. Berkat Puteri Abadi di Jalan Gubernur Sarkawi Jalan
Lingkar Utara, Desa Terantang, Kecamatan Mandastana, Kabupaten
Barito Kuala, layak bagi lingkungan.
BUPATI BARITO KUALA
H. HASANUDDIN MURAD
Keputusan Bupati Barito Kuala
Nomor 188.44/ 79 /KUM/2015
Tanggal 27 Pebruari 2015
TENTANG IZIN LINGKUNGAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN SPBU PT. BERKAT
PUTERI ABADI DI JALAN GUBERNUR
SARKAWI JALAN LINGKAR UTARA,
DESA TERANTANG, KECAMATAN
MANDASTANA,
KABUPATEN
BARITO
KUALA, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TELAAHAN SEBAGAI DASAR ARAHAN PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN.
Pembangunan dan operasional SPBU PT. Berkat Puteri Abadi di Jalan
Gubernur Sarkawi Jalan Lingkar Utara, Desa Terantang, Kecamatan
Mandastana di Kabupaten Barito Kuala diperkirakan akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan, baik langsung maupun tak langsung dan
dapat bersifat positif maupun negatif.
Prakiraan dampak yang terjadi dengan keberadaan SPBU ini dikaji mulai
dari tahap Pra Konstruksi sampai tahap Pasca Operasi. Analisa prakiraan
dampak dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran
bagaimana suatu komponen atau parameter lingkungan yang akan
berubah akibat adanya SPBU. Metode prakiraan dampak yang dipakai
adalah pendekatan yang bersifat formal maupun non formal dengan
menggunakan kriteria atau standar baku mutu lingkungan yang ada.
Dampak yang akan timbul dengan adanya pembangunan dan operasional
SPBU adalah komponen lingkungan sekitar proyek, terutama pada saat
konstruksi maupun operasi, komponen lingkungan tersebut meliputi
komponen lingkungan fisikkimia, biologi, sosekbud dan kesehatan
masyarakat.
Upaya pengelolaan lingkungan akibat dampak yang ditimbulkan dari
komponen kegiatan, dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan. Dampak positif
dimaksudkan untuk meningkatkan dan memelihara dampak tersebut
terhadap lingkungan. Upaya pengelolaan lingkungan hanya dilakukan
terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan
pembangunan SPBU yang berdampak negatif.
Dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanaan ini berdasarkan
rona lingkungan dan dampak yang ditimbulkan maka pengelolaan yang
dilakukan berdasarkan sumber dampak dan jenis dampak baik pada tahap
pra konstruksi, tahap kontruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi,
maka program kegiatan yang dilakukan adalah :
A. SUMBER DAN JENIS DAMPAK PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI,
KONSTRUKSI, OPERASI DAN PASCA OPERASI
1. Pengelolaan Dampak Terhadap Pengadaan dan Pembebasan Lahan
Pembersihan lahan diprakirakan berdampak terhadap komponen sosial
ekonomi, terutama terhadap pendapatan rumah tangga. Bagi mereka
yang memiliki tanah atau lahan di lokasi rencana proyek, maka mereka
akan mendapat ganti rugi atas lahan mereka tersebut. Ganti rugi lahan
merupakan penerimaan uang tunai bagi keluarga yang lahannya terkena
proyek. Besarnya nilai yang mereka terima tergantung pada luas lahan
masingmasing yang dibebaskan. Dampak positif yang muncul dapat
berlangsung singkat jika penduduk yang menerima ganti rugi tidak
dapat memanfaatkan secara optimal uang tersebut, dan kelompok
masyarakat yang demikian akan berpotensi menyebabkan munculnya
persepsi negatif pada tahapan kegiatan selanjutnya yang akan
berdampak lanjutan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Memberikan nilai ganti rugi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Melakukan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga kelapisan
masyarakat paling bawah (level desa) terutama masyarakat yang areal
dampak.
• Melakukan sosialisasi secara berkelanjutan sesuai dengan tahapan
kegiatan yang melibatkan masyarakat.
• Dilaksanakan berdasarkan peraturan yang berlaku dengan
melibatkan stake holder terkait, terutama menyangkut harga tanah
atau ganti rugi tanah/lahan, mengedepankan musyawarah dan
mufakat, serta menggunakan pendekatan persuasive.
2. Pengelolaan Dampak Terhadap Perencanaan dan Sosialisasi
Untuk Kegiatan Perencanaan dan Sosialisasi pada pembangunan SPBU
PT. Berkat Puteri Abadi, merupakan bentuk ketaatan pemrakarsa
terhadap peraturan yang berlaku, hal ini bisa berdampak positif bagi
pengembangan Kabupaten dan dapat menimbulkan persepsi positif dari
masyarakat dan kelompok masyarakat.
Dari besaran dampak Sosial ekonomi, sikap dan persepsi masyarakat
serta kamtibmas setelah Kegiatan Perencanaan dan Sosialisasi
dibandingkan dengan rona awal. Mengingat Kegiatan Perencanaan dan
Sosialisasi masih dalam tahapan proses, maka dampak kegiatan
mempunyai intensitas yang kecil dan dapat menimbulkan persepsi
positif dari masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga kelapisan
masyarakat paling bawah (level desa) terutama masyarakat areal
dampak.
• Melakukan sosialisasi secara berkelanjutan sesuai dengan tahapan kegiatan
yang melibatkan masyarakat.
3. Pengelolaan Dampak Terhadap Mobilisasi Peralatan dan Material
Konstruksi
Kegiatan mobilisasi berupa pengangkutan peralatan dan bahanbahan
konstruksi berdampak terhadap lalulintas darat terutama kemacetan
dan kenyamanan berlalu lintas serta meningkatnya kecelakaan
lalulintas, terutama di segmen jalan menuju ke lokasi proyek. Hilir
mudiknya truktruk pengangkut material konstruksi juga menyebabkan
meningkatnya kadar debu dan gas buang di sepanjang jalan yang
dilewati. Dampak primer yang timbul selanjutnya akan menimbulkan
dampak negatif lanjutan terhadap kesehatan masyarakat serta sikap
dan persepsi masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
•
•
•
•
Menyediakan dan wajib memakai APD untuk para pekerja.
Pekerja dibina agar terhindar terhadap Kecelakaan kerja.
Pemberi bantuan pengobatan bagi karyawan yang sakit.
Pemeriksaan secara berkala bagi karyawan Mengasuransikan para
pekerja.
4. Pengelolaan Dampak Terhadap pembersihan dan pematangan lahan
Pekerjaan pembersihan dan pematangan lahan dengan penutupan
vegetasi galam dan jenis vegetasi rawa lainya, karena luas lahan yang
cukup kecil maka keseluruhan dilakukan secara mekanis yaitu dengan
mendorong vegetasi menggunakan bulldozer selanjutnya diurug dengan
tanah penutup.
Kegiatan pembukaan lahan dengan menghilangkan areal yang tadinya
bervegetasi (semak belukar dan rawa) menjadi areal terbuka akan
mengakibatkan terjadinya perubahan iklim mikro, yaitu terjadi
penurunan kelembaban dan peningkatan suhu, kualitas air dan tanah.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Segera melakukan penanaman dan pemeliharaan berbagai jenis
pepohonan cepat tumbuh dan perindang pada tempattempat yang
terbuka di sekitar areal sempadan sungai, kiri dan kanan jalan pada
pembukaan lahan.
• Membuat kolam tampungan sementara sebelum dibuang ke sungai.
• Segera membuat ruang hijau pada jalur pembersihan lahan dengan
tanaman multicroping untuk menyerap air limpasan permukaan yang
membawa material liat/TSS ke badan perairan
• Membuat water bodies disekitar wilayah pembersihan lahan untuk
pembangunan infrastruktur agar air kembali meresap kedalam tanah
dan material bias diendapkan.
• Melakukan perawatan ada sedimenpond dan water bodies yang telah
dibuat agar berfungsi optimal.
• Menyisakan sekitar 110 % dari luas 3.960 m2 untuk areal tanaman
baik sebagai taman maupun sebagai ruang terbuka hijau dipinggir
pinggir pagar dan lainlain, yang mampu mempertahankan dan
sebagai kontrol kesuburan dilingkungan SPBU.
5. Pengelolaan Dampak Terhadap Mobilisasi Tenaga Kerja operasional
Kegiatan penerimaan Tenaga kerja pada tahap operasi nantinya
seoptimal mungkin akan mempergunakan tenaga kerja yang berdekatan
dengan lokasi kegiatan, sehingga efesiensi dan efektivitas ekonomi dapat
dicapai dan tentunya akan disesuaikan dengan keahlian ataupun skil
yang dibutuhkan oleh pihak manajemen SPBU PT. Berkat Puteri Abadi
pada tahap operasi. Estimasi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tahap
kegiatan operasi SPBU berjumlah 29 orang, antara lain terdiri dari
penjaga counter, security, administrasi kantor, pengawas dan operator
tangki isi
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Merekruetmen tenaga kerja local sesuai kemampuan dan lowongan
kerja yang ada.
• Memberikan gaji/upah kepada karyawan sesuai UMP/UMR.
• Memasukan karyawan sebagai peserta jamsostek.
5. Pengelolaan Dampak Terhadap penerimaan dan penimbunan BBM
Tahap pertama adalah kegiatan penerimaan BBM dilakukan dari mobil
tangki pengangkut BBM ke dalam Tangki Timbun, pada proses
pengisian ini yang perlu diperhatikan dan dicermati adalah pemeriksaan
secara visual produk pada tangki timbun seperti suhu, volume, dan
density.
Tahap kedua kegiatan pengisian BBM dari mobil tangki ke dalam tangki
timbun dengan menggunakan selang bongkar dari mobil tangki dialirkan
kedalam tangki timbun, untuk menjaga dampak lingkungan pada
pengisian proses layanan penjualan kepada konsumen bisa dihentikan.
Pada proses penimbunan BBM dilakukan pemeriksaan secara visual
terhadap produk di dalam tangki timbun meliputi suhu, air bebas,
density dan tinggi minyak.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
•
Pada saat dilakukan kegiatan pengadaan BBM (pengisian tangki
timbun) truk tangki jangan menghalangi kendaraan konsumen
•
pengisi BBM.
Pelayanan konsumen cepat, sopan dan memeberi kepuasan
•
konsumen.
Pemasangan traffic light sebagai tanda peringatan memasuki wilayah
•
SPBU.
Pemasangan ramburambu lalulintas baik pada pintu masuk
•
maupun pada pintu keluar.
Melengkapi sistem drainase buatan dengan oilcatcher dan quick
coupling untuk pengelolaan air limbah dari ceceran BBM pada saat
•
pengisian tangki timbun kedap air.
Air limbah dari MCK/toilet disalurkan ke septic tank melalui saluran
•
khusus yang diberi lapisan ijuk, kerikil dan pasir.
Untuk kebocoran tangki timbun kedap air dibuat sumursumur
pantau 4 buah dan pengontrolan tiap minggu, penanggulangan
•
kebocoran dengan penambalan.
Menyiram dan membersihkan ceceran BBM disekitar dispenser setiap
hari.
6. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan penjualan BBM
Kegiatan Penyaluran (Penjualan) ke Konsumen, Sebelum penyaluran
BBM yang ditimbun dalam Tangki Timbun dilakukan pemeriksaan
secara berkala baik dari kualitas maupun kuantitasnya, pemeriksaan
volume BBM dilakukan dengan men tera BBM dengan bejana ukur 20
liter yang telah di sahkan oleh balai Metrologi secara berkala. Untuk
pemeriksaan kualitas BBM dilakukan pemeriksaan dengan
membandingkan density dari pertamina dan density BBM dari tangki
timbun. Setelah proses pemeriksaan kualitas dan kuantitas dilakukan
pengambilan sampel yaitu dengan cara mengambil sampel lewat ujung
nozzle dan dimasukkan ke dalam botol gelap. Jika kedua prosedur
tersebut sudah terpenuhi maka BBM bisa disalurkan kepada konsumen
menggunakan dispenser.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan penjualan sesuai SOP PT. Pertamina.
• Operator dan pekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung/septi.
7. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat/CSR
Program pemberdayaan masyarakat melalui program CSR dalam
lingkungan operasional SPBU dimaksudkan sebagai tindakan
perusahaan dalam rangka memberikan ruang yang luas dalam
peningkatan perekonomian masyarakat baik berupa prasarana maupun
peningkatan perekonomian. Berdasarkan konsep Trinidas and Tobaco
Bureau of Standards (TTBS) CSR atau corporate social responsibility
diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat secara luas. Artinya ada
tanggung jawab sosial perusahaan untuk berkontribusi bagi
pembangunan ekonomi secara berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, masyarakat lokal
dan masyarakat luas dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan.
Kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia
sebagai individu anggota masyarkat untuk dapat menanggapi keadaan
sosial yang ada, dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup
termasuk perubahanperubahan yang ada sekaligus memeliharanya.
Dengan kata lain CSR merupakan cara perusahaan mengatur proses
usaha untuk memproduksi dampak positif pada masyarakat.
Masyarakat sekitar lokasi perusahaan harus mendapatkan manfaat dari
keberadaan aktivitas SPBU. Dilihat dari sudut pandang yang luas,
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat merupakan tantangan
yang cukup berat bagi perusahaan. Hal tersebut disebabkan begitu
kompleksitasnya kepentingan masyarakat yang menjadi sasaran
kegiatan. Oleh karena itu diperlukan suatu model yang sistematis dalam
perencanaan program. Keterkaiatan antara implementasi dan apa yang
menjadi harapan serta kebutuhan masyarakat sangat diperlukan agar
tercapai hasil yang optimal.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Merekrut tenaga kerja lokal di sekitar proyek dengan system
pengupahan yang layak sesuai standar Upah minimum Provinsi
(UMP).
• Memberikan pelatihan keterampilan tertentu kepada masyarakat
sekitar. Melakukan pembinaan kelembagaan ekonomi masyarakat
melalu program CSR dan pola kemitraan.
8. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan pemutusan hubungan kerja
(PHK) tenaga kerja operasional
Pemutusan hubungan kerja akan mengakibatkan hilangnya sumber
mata pancaharian masyarakat, apabila program kemandirian tidak
berjalan dengan baik selama tahap operasional perusahaan maka
dengan pemutusan hubungan kerja akan menyebabkan keresahan di
masyarakat yang selanjutnya menyebabkan munculnya sikap dan
persepsi negatif masyarakat.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan hal yang tidak bisa
dihindari pada saat berakhirnya kegiatan operasional SPBU akan
dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan
operasional di lapangan.
Terhadap karyawan PT. Berkat Puteri Abadi akan diberikan dua pilihan
alternatif yaitu :
pemutusan hubungan kerja berdasarkan Undangundang
ketenagkerjaan yang berlaku;
Penempatan karyawan yang ada ke perusahaan lainnya yang dimiliki
oleh perusahaan dengan mempertimbangkan skala prioritas pekerjaan
yang tersedia dan kualifikasi karyawan itu sendiri.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga kelapisan
masyarakat paling bawah (level desa) terutama masyarakat yang areal
dampak.
9. Pengelolaan Dampak Terhadap Kegiatan penanganan aset
perusahaan.
Pemutusan hubungan kerja akan mengakibatkan hilangnya sumber
mata pancaharian masyarakat, apabila program kemandirian tidak
berjalan dengan baik selama tahap operasional perusahaan maka
dengan pemutusan hubungan kerja akan menyebabkan keresahan di
masyarakat yang selanjutnya menyebabkan munculnya sikap dan
persepsi negatif masyarakat.
Peralatan yang dimiliki akan diremobilisasi untuk keperluan perusahaan
lainnya yang dimiliki, termasuk peralatan penunjang.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak
yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga kelapisan
masyarakat paling bawah (level desa) terutama masyarakat yang areal
dampak.
B. REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN
Dari hasil analisis prakiraan dampak penting dan evaluasi dampak
penting, maka rencana Pembangunan SPBU PT. Berkat Puteri Abadi
di Jalan Gubernur Sarkawi Jalan Lingkar Utara, Desa Terantang,
Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, dapat dinilai layak
dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Dari aspek ketataruangan, keberadaan rencana Pembangunan SPBU
PT. Berkat Puteri Abadi di Jalan Gubernur Sarkawi Jalan Lingkar
Utara, Desa Terantang, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito
Kuala tidak menyalahi aturan pada Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan nomor 9 tahun 2000 tentang RTRW Kalimantan
Selatan Tahun 20002015 dan Peraturan Daerah Kabupaten Barito
Kuala nomor 6 tahun 2012.
2. Aspek teknis rencana Pembangunan SPBU PT. Berkat Puteri Abadi
di Jalan Gubernur Sarkawi Jalan Lingkar Utara, Desa Terantang,
Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala telah didesain
sedemikian rupa sehingga terjamin keamanannya dan akan dibangun
sesuai dengan prosedur perijinan yang akan diperoleh.
3. Penanganan dampak terhadap lingkungan dapat ditangani dengan
segera dan tidak memerlukan teknologi yang sangat canggih namun
lebih bersifat penanganan yang dilakukan secara umum bila memang
dampak tersebut terjadi. Dari dampak yang timbul telah diberikan
rancangan dan rumusan tindakan yang bersifat mudah dilakukan baik
melalui pendekatan teknis, pendekatan sosialekonomibudaya maupun
pendekatan institusi.
4. Dari aspek kemitraan dengan pihak masyarakat terutama masyarakat
di wilayah Desa Jalan Gubernur Sarkawi Jalan Lingkar Utara, Desa
Terantang, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala menjadi
wilayah administrasi proyek yang mendapat dampak langsung telah
dapat dilakukan komunikasi dan pendekatan atau sosialisasi bersama
yang menguntungkan kedua belah pihak sehingga proses pengelolaan
dampak pada aspek adanya gesekan atau ketidaksepahaman dengan
masyarakat sekitar dapat segera diminimalisir.
Dari beberapa pertimbangan tersebut, maka rencana Pembangunan
SPBU PT. Berkat Puteri Abadi di Jalan Gubernur Sarkawi Jalan
Lingkar Utara, Desa Terantang, Kecamatan Mandastana, Kabupaten
Barito Kuala, layak bagi lingkungan.
BUPATI BARITO KUALA
H. HASANUDDIN MURAD