WAWASAN AL-QURAN TENTANG ULU AL-ALBAB : STUDI KOMPARASI TERHADAP PEMIKIRAN WAHBAH AL-ZUHAILY DALAM TAFSIR AL-MUNIR DENGAN M. QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH.

Wawasan al-Quran tentang Ulu> al-Alba>b
(Studi Komparasi Terhadap Pemikiran Wahbah al-Zuhaily dalam Tafsi>r
al-Muni>r dengan M. Quraish Shihab dalam Tafsir
al-Misbah)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Keislaman
Konsentrasi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Oleh
Abu Samsudin
NIM. FO.5.2.12.073

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ABSTRAK TESIS
Sesuatu yang sangat agung dari petunjuk al-Quran, berkenaan dengan visi pemikiran
b

dan ilmu pengetahuan adalah bahwa al-Quran memberi penghargaan terhadap ulu>al-alba>
dan kaum cendikiawan, atau kaum intelektual. ulu>al-alba>
b. Ulu>al-alba>
b akan senantiasa
mempergunakan akalnya untuk berfikir tentang segala ciptaan Allah dan tunduk atas segala
ketentuannya. Mereka akan selalu mengadakan perbaikan dan penyelidikan terhadap
fenomena yang ada karena keistimewaan yang telah diberikan Allah kepadanya.Untuk itu,
b dalam al-Quran,
perlu adanya kajian terhadap bagaimana sesungguhnya ulu> al-alba>
sehingga nantinya akan diperoleh gambaran tipe manusia ideal menurut al-quran. Dalam hal
ini peneliti membandingkan dua pemikiran mufassir, yaitu Wahbah al-Zuhaily dan M.
Quraish Shihab.
Jenis penelitian dalam tesis ini adalah kepustakaan (library research) dengan
’i, dan metode penganalisaan yang digunakan adalah analisis isi (content
pendekatan maud}u>
analysis)atas standard kerangka teori ilmu tafsir.
b akan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Menurut Wahbah al-Zuhaily, Ulu>al-alba>
memahami kandungan al-Quran sehingga akan mendapatkan petunjuk dan hikmah dari
Allah; senantiasa menyeimbangkan antara zikir dan fikir, yaitu mengingat Allah dalam

kondisi apapun dan senantiasa memikirkan keagungan dan kekuasaan Allah;mampu
membentengi dirinya dari kejelekan dan godaan syaithan.Sedangkan Menurut M. Quraish
b akan memahami posisi dirinya yang sesungguhnya. Dia akan
Shihab,Ulu> al-alba>
menghargai dan menghormati orang lain sebagaimana dia membutuhkannya; mereka yang
tidak terbelenggu dengan nafsu kebinatangan atau dikuasai oleh ajakan unsur debu
tanahnya; mampu memahami petunjuk-petunjuk Allah, merenungkan ketetapanketetapanNya, serta melaksankannya, sehingga mendapatkan hikmah; senantiasa berzikir
dan berpikir akan keagungan ciptaan Allah.
b
Persamaan dari kedua mufassir adalahKeduanya sama-sama memaknai ulu>al-alba>
sebagai sosok yang istimewa di mata Allah. Mereka mempunyai akal yang murni dan sehat,
sehingga bisa mengambil pelajran dari ayat-ayat al-Quran; mampu menyeimbangkan antara
kemampuan zikir dan pikir; dan mendapatkan hidayah dan hikmah dari Allah. Perbedaan
b
dari kedua mufassir adalah Wahbah al-Zuhaily Kurang variatif dalam memaknai ulu>al-alba>
dibanding Quraish Shihab, penjelasan tentang ulu>al-alba>
b tidak begitu detail, kajiannya
lebih banyak dikaitkan dengan ayat-ayat yang lainnya dan banyak dikaitkan dengan fiqih alhayat . Sedangkan M. Quraish Shihab Penjelasannya agak panjang dan variatif, meskipun
sering diulangdi beberapa ayat dan lebih detail menjelaskan
istilahnya tentang ulu>al-alba>

beberapa makna mufradat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dimana kedua mufassir masing-masing punya
persamaan dan perbedaan atau kelebihan dan kekurangan, maka peneliti menyarankan untuk
menggabungkan penafsiran dari kedua mufassir, sehingga diperoleh gambaran tentang ulu>
al-alba>
b yang komprehensif.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Resume tesis

Wawasan al-Quran tentang Ulu> al-Alba>b
(Studi Komparasi Terhadap Pemikiran Wahbah al-Zuhaily dalam Tafsi>r
al-Muni>r dengan M. Quraish Shihab dalam Tafsir
al-Misbah)
oleh:
Abu Samsudin
NIM. FO.5.2.12.073

Sesuatu yang sangat agung dari petunjuk al-Quran, berkenaan dengan visi

pemikiran dan ilmu pengetahuan adalah bahwa al-Quran memberi penghargaan terhadap

ulu> al-alba>b dan kaum cendikiawan, atau kaum intelektual. Allah memuji mereka dalam
banyak ayat dalam surat-surat Makkiyah dan Madaniyah. Al-Quran mengekspos
keluhuran orang yang beriman dan berilmu sebagai hamba-hamba Allah yang memiliki
kedudukan tinggi. Bahkan, mereka yang memiliki kedudukan dan mendayagunakan
anugrah Allah (potensi akal, kalbu, dan nafsu) diberi gelar khusus dengan sebuah
panggilan ulu> al-alba>b. Ulu> al-alba>b akan senantiasa mempergunakan akalnya untuk
berfikir tentang segala ciptaan Allah dan tunduk atas segala ketentuannya. Mereka akan
selalu mengadakan perbaikan dan penyelidikan terhadap fenomena yang ada karena
keistimewaan yang telah diberikan Allah kepadanya.
Akan tetapi, kelompok ulu> al-alba>b sudah semakin langka di dunia Islam. Yang
banyak adalah manusia-manusia yang hanya berfikir singkat dan terbatas pada kesibukan
hidup dari hari ke hari. Pada beberapa ayat, ia selain dibekali dengan beberapa karakter
yang ideal, ia juga mengakomodasi karakter dari tipe-tipe manusia lain yang disebutkan
di dalam al-Quran. Misalnya, uli> al-nuha> yang berarti orang yang mempunyai akal, atau

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

uli> al-abs}a>r (orang yang mempunyai orientasi ke depan). Orang-orang mempunyai

cakrawala pemikiran yang dalam dan pandangan jauh ke depan sebagaimana yang
disebutkan dengan istilah di atas sebenarnya dapat dikategorikan ulu> al-alba>b.
Oleh karena itu penting kiranya untuk meneliti secara komprehensif bagaimana
sesungguhnya kontruksi ulu> al-alba>b dalam al-Qur’an yang dikaitkan dengan tipe ideal
manusia. Hal ini dimaksudkan agar mampu memprovokasi gerakan revolusi mental
sebagai langkah awal rekayasa sosial untuk membentuk komunitas sosial yang ideal yang
terkonstruks dari pribadi-pribadi yang ideal pula.
Secara etimologis, kata alba>b adalah bentuk plural dari kata lubb, yang berarti
saripati sesuatu. Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang
disebut lubb. Berdasarkan definisi etimologi ini, dapat diambil pengertian terminologi
bahwa ulu> al-Alba>b adalah orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi
oleh kulit, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir. Singkatnya,
secara harfiah, ulu> al-alba>b adalah orang yang berakal. Dalam pengertian yang lebih jauh,

ulu> al-alba>b bukan hanya memiliki kekuatan daya piker dan daya nalar, melainkan juga
daya zikir dan spiritual. Kedua daya yang dimilikinya akan digunakan secara optimal dan
saling melengkapi sehingga mengantarkan pada keseimbangan antara kekuatan
penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan (sains) dan penguasaannya terhadap ajaranajaran agamanya dan spiritualitas.
Istilah ulu>l al-alba>b dapat ditemukan dalam teks al-Qur’an sebanyak 16 kali di
beberapa tempat dan topik yang berbeda, diantaranya dalam Q.S: Al- Baqarah; 179, 197,

269; Al- Imran: 7, 190; Al-Maidah: 100; Yusuf: 111, Al-Ra’d: 19-24, Ibrahim: 52; Shaad:
29, 43; Al-Zumar: 9, 18,21; Al-Mu’min: 54,dan Al-Thalaq:10. Dalam hal ini peneliti akan
membahas 16 ayat tersebut dengan membatasi pada penafsiran Wahbah al-Zuhaily dalam

tafsir al-Muni>r dan M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah. Hal ini didasarkan pada

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ketertarikan peneliti terhadap kedua mufassir yang sangat berpengaruh dalam dunia
Islam, khususnya pada abad ke-20.
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, maka selanjutnya
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep ulu> al-alba>b dalam al-Quran menurut Wahbah al-Zuhaily dan M.
Quraish Shihab?
2. Bagaimana ciri ulu> al-alba>b (manusia ideal) menurut penafsiran Wahbah al-Zuhaily
dan M. Quraish Shihab?
3. Bagaimana persamaan dan perbedaan ciri ulu> al-alba>b (manusia ideal) antara
penafsiran Wahbah al-Zuhaily dengan M. Quraish Shihab?
Untuk meneliti masalah tersebut, maka penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif-kualitatif yang termasuk dalam kategori library research dengan

menggunakan pendekatan komparatif, karena dalam penelitian ini peneliti
membandingkan dua tokoh. Dua tokoh tersebut dibandingkan penafsirannya tentang
konsep ulu> al-alba>b yang nantinya akan menghasilkan sebuah konsep tentang tipe
manusia ideal dalam masing-masing karyanya. Sedangkan kategori yang peneliti
gunakan dalam memilih dan membatasi karya tafsir yang menjadi objek kajian adalah
berdasarkan pada masa, yaitu kontemporer; tafsir sezaman yang muncul pada abad
dua puluh.
Dengan demikian, penelitian ini akan membandingkan pandangan atau
konsep dua mufassir, yaitu Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish Shihab tentang ayatayat yang berkaitan dengan ulu> al-alba>b dalam al-Quran. Oleh karenanya, kajian ini
menurut Bakker dan Zubair tergolong sebagai model penelitian komparatif.
Sedangkan teknik analisis bahan penelitian ini menggunakan metode analisis
isi (content analysis) dengan jenis penyajian data deskriptif-kualitatif.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Selain itu, dalam menganalisa data, peneliti mengunakan beberapa unsurunsur metodis yang disarankan dalam penelitian komparatif, yaitu:
a. Komparasi Simetris
Dengan metode ini peneliti akan menguraikan pandangan kedua tokoh
tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan konsep ulu> al-alba>b dalam


al-

Qur’an untuk kemudian membandingkannya. Menurut Bakker dan Zubair,
perbandingan tersebut dapat dilakukan pada hal yang berkenaan dengan
perumusan

masalah,

pendekatan,

pemakaian

istilah,

dan

argumentasi.

Perbandingan tersebut bisa pada taraf konkret, lebih mendalam atau asumsiasumsi yang paling dasar.
Dan dalam penelitian ini, yang akan peneliti komparasikan adalah

penafsiran atau argumentasi Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish Shihab tentang
ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan konsep ulu> al-alba>b yang dikaitkan
dengan tipe manusia ideal.
b. Interpretasi
Dengan metode ini, peneliti akan menyelami interpretasi Wahbah alZuhaily dan M. Quraish Shihab atas ayat-ayat tentang konsep ulu> al-alba>b dalam
al-Qur’an, untuk kemudian menangkap arti dan nuansa yang dimaksudkan oleh
mereka secara khas. Dalam hal ini, tema yang akan peneliti teliti adalah
interpretasi kedua tokoh tentang konsep ulul alba>b dalam karya tafsir mereka
masing-masing.
Sedangkan yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah 16 ayat
yang berkenaan dengan ulu> al-alba>b, yaitu: Q.S: Al- Baqarah; 179, 197, 269; Ali-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Imran: 7, 190; Al-Maidah: 100; Yusuf: 111, Al-Ra’d: 19-24, Ibrahim: 52; Shaad: 29,
43; Al-Zumar: 9, 18,21; Al-Mu’min: 54,dan Al-Thalaq:10.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep ulu> al-alba>b dalam al-Quran
Menurut Wahbah Zuhayli adalah sosok yang begitu ideal. Mereka mendapatkan
banyak anugrah dari Allah (termasuk petunjuk dan hikmah) sehingga mampu
menyeimbangkan antara kemampuan olah hati dan akal, yaitu zikir dan fikir.

Sedangkan menurut Quraish Shihab ulu> al-alba>b adalah sosok yang mempunyai
kemampuan berfikir yang sangat tinggi sehingga menghasilkan banyak ide kreatif
yang tidak selubungi oleh kerancuan (murni). Kemampuan berfikirnya tadi juga
implementasikan dalam memahami alam semesta (ayat kauniyah) sehingga mampu
mendekatkan dirinya kepada Allah.
Sedangkan Ciri-ciri ulu> al-alba>b menurut penafsiran Wahbah Zuhayli dan M.
Quraish Shihab
1. Menurut Wahbah al-Zuhaily: ulu> al-alba>b akan memahami kandungan al-Quran
sehingga akan mendapatkan petunjuk dan hikmah dari Allah; senantiasa
menyeimbangkan antara zikir dan fikir, yaitu mengingat Allah dalam kondisi apapun
dan senantiasa memikirkan keagungan dan kekuasaan Allah; mampu membentengi
dirinya dari kejelekan dan godaan syaithan; mampu mengambil pelajaran mengenai
kisah-kisah para Nabi dan kaumnya; sehingga mereka mampu meneladani
kebaikannya dan menyingkirkan kejelekannya; mempunyai akal sehat; berpikir serta
berargumen yang benar; yang mampu mengambil faidah dan pelajaran, tercermin dari
akal sehatnya; mampu menghayati, memahami, dan memikirkan ayat-ayat Allah;
mampu mengambil pelajaran akan ayat-ayat Allah; tercermin dari ilmu dan amalnya;
orang-orang yang mau mendengarkan kebenaran dari kitab dan Sunnah Rasulullah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


serta mau memahami dan mengikuti tutunannya; senantiasa berpikir mendalam dan
melihat jauh ke depan, sehingga mereka akan mengingat dalil atau petunjuk keEsaan
dan Kekuasaan Allah; bisa mengambil pelajaran dan hidayah akan ayat-ayat Allah,
senantiasa takut akan siksa Allah.
2. Menurut M. Quraish Shihab: ulu> al-alba>b akan memahami posisi dirinya yang
sesungguhnya. Dia akan menghargai dan menghormati orang lain sebagaimana dia
membutuhkannya; mereka yang tidak terbelenggu dengan nafsu kebinatangan atau
dikuasai oleh ajakan unsur debu tanahnya; mampu memahami petunjuk-petunjuk
Allah, merenungkan ketetapan-ketetapanNya, serta melaksankannya, sehingga
mendapatkan hikmah; senantiasa berzikir dan berpikir akan keagungan ciptaan Allah;
senantiasa merenungkan ketetapan Allah dan melaksanakannya diharapkan dapat
meraih dapat keberuntungan; tidak hanya sekedar yang memiliki kemampuan berpikir
cemerlang, tetapi kemampuan berpikir yang disertai dengan kesucian hati sehingga
dapat mengantar pemiliknya meraih kebenaran dan mengamalkannya serta
menghindar dari kesalahan dan kemungkaran; selalu menghayati dan mengamalkan
tuntunan kitab al-Quran ini; mampu mengambil pelajaran akan ayat-ayat Allah;
menjaga sikap lahir dan batinnya; orang-orang yang telah Allah tunjuki jalan lebar
yang lurus; mampu mengambil pelajaran dari tanda kebesaran dan kekuasaan Allah di
dunia; memperoleh dan memanfaatkan petunjuk dari kitab Allah; orang beriman yang
senantiasa bertakwa kepada Allah.
Sementara iitu, persamaan dan perbedaan penafsiran ulu> al-alba>b antara
penafsiran Wahbah Zuhaily dan M. Quraish Shihab adalah:
a. Persamaan: Keduanya sama-sama memaknai ulu> al-alba>b sebagai sosok yang
istimewa di mata Allah. Mereka mempunyai keistemewaan yang sudah
dipaparkan dalam beberapa ayat al-Quran; mempunyai akal yang murni dan sehat,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

sehingga

bisa

mengambil

pelajaran

dari

ayat-ayat

al-Quran;

mampu

menyeimbangkan antara kemampuan zikir dan pikir; dan mendapatkan hidayah
dan hikmah dari Allah
b. Perbedaan: Wahbah al-Zuhaily Kurang variatif dalam memaknai ulu> al-alba>b
dibanding Quraish Shihab, penjelasan tentang ulu> al-alba>b tidak begitu detail,
kajiannya lebih banyak dikaitkan dengan ayat-ayat yang lainnya dan banyak
dikaitkan dengan fiqih al-hayat. Sedangkan M. Quraish Shihab Penjelasannya
agak panjang dan variatif, meskipun istilahnya tentang ulu> al-albab> sering diulang
di beberapa ayat dan lebih detail menjelaskan beberapa makna mufradat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... ii
PERSETUJUAN ............................................................................................iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................viii

BAB I:

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................................... 7
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 9
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
F. Penelitian Terdahulu........................................................................ 10
G. Metode Penelitian ............................................................................ 13
H. Sistematika Penulisan...................................................................... 18

BAB II: WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG
MENURUT WAHBAH AL-ZUHAYLI

ULU> AL-ALBA>
B

A. Biografi ......................................................................................... 20
1. Riwayat hidup ........................................................................... 20
2. Karya......................................................................................... 22
3. Karir Akademis......................................................................... 25

r al-Muni>
r.................................................... 26
B. Sekilas tentang Tafsi>
1. Sejarah...................................................................................... 26

i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Metode...................................................................................... 28
3. Corak Penafsiran....................................................................... 30
4. Karakteristik Tafsi>
r al-Muni>
r................................................... 30
5. Sumber-sumber penulisan Tafsi>
r al-Muni>
r.............................. 31
C. Wawasan al-Quran tentang ulu> al-alba>
b menurut Wahbah alZuhayli.......................................................................................... 31
Bab III:WAWASAN AL-QURA’AN TENTANG ULU> AL-ALBA>
B
MENURUT M. QURAISH SHIHAB
A. Biografi .......................................................................................... 51
1. Riwayat hidup ........................................................................... 51
2. Latar Belakang Keluarga .......................................................... 51
3. Pendidikan dan Karir Intelektual ............................................. 53
4. Karya......................................................................................... 55
B. Sekilas Tentang Tafsir al-Misbah................................................. 57
1. Sejarah...................................................................................... 57
2. Metode...................................................................................... 58
3. Corak Penafsiran....................................................................... 60
4. Karakteristik Penafsiran........................................................... 61
5. Sistematika Penafsiran............................................................. 62
C. Wawasan al-Quran tentang ulu> al-alba>
b menurut M. Quraish
Shihab............................................................................................. 63
BAB IV: PERBANDINGAN PENAFSIRAN WAHBAH AL-ZUHAYLI
ADAN M. QURAISH SHIHAB TENTANG ULU>AL-ALBA>
B
A. Ciri-ciri Ulu>al-alba>
b menurut Wahbah al-Zuhaily..................... 86
B. Ciri-ciriUlu>al-alba>
b menurutM. Quraish Shihab ......................... 87
C. Persamaan dan Perbedaan Penafsiran ........................................... 89
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 91
B. Saran-saran .................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................95

ii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan sebagai petunjuk manusia.1 Oleh
karena itu, maka tidaklah aneh jika al-Quran dapat memenuhi semua tuntutan
kemanusiaan berdasarkan asas-asas pertama konsep agama samawi.2 Dengan segala
misteri dan kelebihannya, al-Quran menyimpan potensi yang begitu dahsyat. Sejarah
mencatat pengaruh besarnya ketika ia melahirkan sebuah peradaban yang oleh Nas}r
H}a>mid Abu> Zaid diklaim sebagai ‚peradaban teks‛ (h}ad}a>rah al-Nas}s}).3
Dalam terminologi kajian ilmu al-Quran, sebagaimana yang ada dalam beberapa
ayat al-Quran 4, kehadiran al-Quran mempunyai beberapa fungsi. Fungsi yang paling
ideal dari beberapa fungsi yang lain adalah al-Quran menjadi petunjuk5 sebagaimana
ditegaskan surat al-Isra’ [17] ayat 9 yang artinya yang artinya: ‚Quran ini memberi

petunjuk kepada jalan yang lebih lurus. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, al-Quran
membentuk manusia pada konstruksi idealnya sebagaimana yang dikehendaki Tuhan
melalui ayat-ayat yang ada.6

1

Q.S. al-A’raf ayat 158, QS. Al-Furqan ayat 1, Q.S. al-Ahzab ayat 40
Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n, Studi ilmu-ilmu al-Quran terj. Mudzakir, (Bogor: Pustaka Lentera Antar
Nusa, 2009), 11-12
3
Menurut Nas}r, hal ini tidak berarti bahwa ttekslah yang membangun peradaban. Sebab, teks apapun
tidak dapat membangun dan menegakkan ilmu pengetahuan serta peradaban. Yang membangun dan
menegakkan peradaban adalah dialektika manusia dengan realitas di satu pihak, dan dialognya dengan teks di
pihak lain.
4
Kandungan ayat-ayat al-Quran mencakup banyak aspek kehidupan manusia, termasuk konsep
ketuhanan (tauhid) juga. Banyak al-Quran yang menjelaskan secara khusus tentang Tuhyan. Penjelasan lebih
lanjut dapat dilihat dalam Mohammad Abu Hamdiyyah. The Quran: an Introduction. (London-Newyork:
Roudledge, 2000), 50. Dalam kaitannya dengan ulu> al-alba>b maka penting sekali untuk memahami konsep
tersebut sebagai dasar (pedoman) dalam berperilaku.
5
Kementerian Agama RI. Tafsir al-Quran Tematik, Kedudukan dan Peran Perempuan (Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI), xix
6
Hal ini dikarenakan memang al-Quran sejak semula diturunkan oleh Allah untuk merombak budaya
zaman kegelapan (jahiliyah) menuju zaman yang terang dengan konsep keyakinan atau keimanannya. Maka
sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam yang ingin mendapatkan petunjuk hidup untuk berpedoman pada alQuran. Lihat M.A. Draz. Introduction to the Quran, (London-Newyork: I.B. Touris Publisher), x
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Kehadiran teks al-Qur’an di tengah umat Islam telah melahirkan pusat pusaran
wacana keislaman yang tidak pernah berhenti dan menjadi pusat inspirasi bagi manusia
untuk melakukan penafsiran dan pengembangan makna atas ayat-ayatnya. Bahkan alQuran juga menjadi bahan kajian bagi sarjana-sarjana Barat.7 Dalam hal ini, al-Quran
dapat diposisikan sebagai mitra dialog bagi para pembacanya. Perspektif ini
mengasumsikan bahwa al-Quran merupakan teks yang mandiri, otonom, dan secara
obyektif memiliki kebenaran yang dapat dipahami secara rasional.8
Akan tetapi, yang perlu diperhatikan bahwa al-Quran tidak boleh ditafsirkan
hanya dengan akal saja tanpa landasan yang kuat dan haq, meskipun sifatnya progressif.9
Maksudnya, bahwa orang yang menafsirkan dengan terlintas keraguan dan dugaan yang
todak dapat dipertanggung jawabkan tanpa mengambil daili, maka tindakan tersebut
tidak diperbolehkan.10 Sebagaimana disebutkan dalam surat al-isra’ ayat 36:
                 

36. dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. al-Isra’ [17]: 36)
Sesuatu yang sangat agung dari petunjuk al-Quran, berkenaan dengan visi
pemikiran dan ilmu pengetahuan adalah bahwa al-Quran memberi penghargaan terhadap

ulu> al-alba>b dan kaum cendikiawan, atau kaum intelektual. Allah memuji mereka dalam
banyak ayat dalam surat-surat Makkiyah dan Madaniyah. Al-Quran mengekspos
7

Nicolai Sinai. The Quran As Process dalam Angelika Neuwirth, Nicolai Sinai, Michael Maex. (ed),
The Quran in Context, Historical and Literary Investigations into the Quranic Milieu (Leiden-Boston: Brill),
407

8

Muhammad Shahru>r, Prinsip dan Dasar Hermeneutika al-Quran Kontemporer terj. Sahiron
Syamsudin dan Burhanuddin Dzikri, (Yogyakarta: elSAQ Press, 2004), xv-xvi
9
Edip Yuksel, Layth Saleh al-Shaiban, Martha Schulte-Nafeh, al-Quran A. Reformist Translation,
(United States of America: Brainbow Press, 2007), 10
10
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Keistimewaan-keistemewaan al-Quran terj. Nur Faizin,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), 216-218

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

keluhuran orang yang beriman dan berilmu sebagai hamba-hamba Allah yang memiliki
kedudukan tinggi. Bahkan, mereka yang memiliki kedudukan dan mendayagunakan
anugrah Allah (potensi akal, kalbu, dan nafsu) diberi gelar khusus dengan sebuah
panggilan ulu> al-alba>b. Ulu> al-alba>b akan senantiasa mempergunakan akalnya untuk
berfikir tentang segala ciptaan Allah dan tunduk atas segala ketentuannya. Mereka akan
selalu mengadakan perbaikan dan penyelidikan terhadap fenomena yang ada karena
keistimewaan yang telah diberikan Allah kepadanya.
Akan tetapi, kelompok ulu> al-alba>b sudah semakin langka di dunia Islam. Yang
banyak adalah manusia-manusia yang hanya berfikir singkat dan terbatas pada kesibukan
hidup dari hari ke hari. Pada beberapa ayat, ia selain dibekali dengan beberapa karakter
yang ideal, ia juga mengakomodasi karakter dari tipe-tipe manusia lain yang disebutkan
di dalam al-Quran. Misalnya, uli> al-nuha> yang berarti orang yang mempunyai akal, atau

uli> al-abs}a>r (orang yang mempunyai orientasi ke depan). Orang-orang mempunyai
cakrawala pemikiran yang dalam dan pandangan jauh ke depan sebagaimana yang
disebutkan dengan istilah di atas sebenarnya dapat dikategorikan ulu> al-alba>b.
Oleh karena itu penting kiranya untuk meneliti secara komprehensif bagaimana
sesungguhnya kontruksi ulu> al-alba>b dalam al-Qur’an yang dikaitkan dengan tipe ideal
manusia. Hal ini dimaksudkan agar mampu memprovokasi gerakan revolusi mental
sebagai langkah awal rekayasa sosial untuk membentuk komunitas sosial yang ideal yang
terkonstruks dari pribadi-pribadi yang ideal pula.
Secara etimologis, kata alba>b adalah bentuk plural dari kata lubb, yang berarti
saripati sesuatu. Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang
disebut lubb. Berdasarkan definisi etimologi ini, dapat diambil pengertian terminologi
bahwa ulu> al-Alba>b adalah orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

oleh kulit, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir.11
Singkatnya, secara harfiah, ulu> al-alba>b adalah orang yang berakal. Dalam pengertian
yang lebih jauh, ulu> al-alba>b bukan hanya memiliki kekuatan daya piker dan daya nalar,
melainkan juga daya zikir dan spiritual. Kedua daya yang dimilikinya akan digunakan
secara optimal dan saling melengkapi sehingga mengantarkan pada keseimbangan antara
kekuatan penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan (sains) dan penguasaannya terhadap
ajaran-ajaran agamanya dan spiritualitas.12
Istilah ulu>l al-alba>b dapat ditemukan dalam teks al-Qur’an sebanyak 16 kali13 di
beberapa tempat dan topik yang berbeda, diantaranya dalam Q.S: Al- Baqarah; 179, 197,
269; Al- Imran: 7, 190; Al-Maidah: 100; Yusuf: 111, Al-Ra’d: 19-24, Ibrahim: 52; Shaad:
29, 43; Al-Zumar: 9, 18,21; Al-Mu’min: 54,dan Al-Thalaq:10.14 Dalam hal ini peneliti
akan membahas 16 ayat tersebut dengan membatasi pada penafsiran Wahbah al-Zuhaily
dalam tafsir al-Muni>r dan M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah. Hal ini didasarkan
pada ketertarikan peneliti terhadap kedua mufassir yang sangat berpengaruh dalam dunia
Islam, khususnya pada abad ke-20.
Wahbah al-Zuhaliy dilahirkan di desa Dir Athiyah, daerah Qalmun, Damsyiq,
Syria pada 6 maret 1932 M/1351H. Ia dikenal alim dalam bidang fiqih, tafsir dan Dirasah
Islamiyyah. Ia menulis buku dan artikel dalam berbagai ilmu Islam. Buku-bukunya
melebihi 133 buah dan risalah-risalah kecil lebih dari 500 makalah. Satu usaha yang
jarang dapat dilakukan oleh ulama kini seolah-olah ia merupakan al-Suyuti kedua (alSuyu>ti al-Tha>ni) pada zaman ini. Di antara kitab-kitabnya adalah Tafsi>r al-Muni>r fi al-

Aqi>dah wa al-Syari>’a>t wa al-Manha>j yang terdiri dari 16 jilid yang diterbitkan oleh Da>r
11

M. Quraish Shihab. 2006. Tafsir al-Misbah jilid 1, (Jakarta: Lentera hati), hlm. 394
Abuddin Nata. 2009. Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan multidislipiner, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada), hal. 69
13
Raghib al-Asfahani. 2004. Mu’jam mufrada>t alfa>z} al-Quran. (Beirut: Dar al-Kutub al-ilmiyah), hal.
500
14
Khudhori Sholeh, dkk. 2008. Tarbiyah Ulul Albab, Peneguhan Jatidiri,Membangun Peradaban Islam,
(Malang: UIN Malang Press), hal. 53
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

al-Fikr Damsyiq pada tahun 1991. Kitab inilah yang akan menjadi salah satu dari fokus
penelitian ini yang lebih menitikberatkan

pada penafsiran ulu> al-alba>b dalam kitab

tersebut. Bagi Wahbah al-Zuhaily itu kitab tersebut merupakan salah satu karya
terbesarnya di bidang tafsir. Hal ini dapat dilihat pada karakteristik yang ada dalam kitab
tersebut, di mana cara penafsiran ayatnya begitu komprehensif dengan kajian mufrada>t,

bala>ghah, asba>b- al-nuzu>l, tafsir, dan yang tidak kalah pentingnya adalah fiqh al-h}aya>t
sehingga penafsirannya cocok untuk konteks saat ini.
Selain itu, keistemewaanya dapat dilihat dari corak penafsiran Tafsir al-Munir
corak penafsiran yang ideal karena selaras antara ‘adabī (kesastraan), ijtima’ī (sosial
kemasyarakatan), dan fiqhnya (penjelasan hukum). Penjelasannya menyesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan yang terjadi pada masyarakat.
Sedangkan M. Quraish Shihab adalah seorang ahli tafsir yang juga pendidik,
cendikiawan Muslim dalam ilmu-ilmu al-Quran. Keahliannya dalam bidang tafsir
diabadikan dalam bidang pendidikan. Selain kedudukannya sebagai Rektor, Menteri
Agama, ketua MUI, Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anggota badan
Pertimbangan Pendidikan, ia juga rajin menulis karya ilmiah, dan ceramah yang erat
kaitannya dengan kegiatan pendidikan. Dengan kata lain, ia adalah seorang ulama’ yang
memanfaatkan keahliannya untuk mendidik umat melalui sikap dan kepribadiannya yang
patut diteladani. Penampilannya yang sederhana, tawa>d}u’, sayang kepada semua orang,
jujur, amanah, dan tegas dalam prinsip merupakan bagian dari sikap yang seharusnya
dimiliki oleh seorang guru.15
Adapun keistimewaan yang dimiliki oleh tafsir al-Mishbah yaitu Quraish Shihab
menggunkaan metode penulisan Tafsir al-Mishbah dengan mengkombinasikan antara

15

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, kesan dan keserasian al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati,

2002), ii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

metode Tahlili dengan metode Maudhu’i. Adapun corak yang dipergunakan dalam tafsir
al-Mishbah adalah corak adabi>-Ijtima’i 16atau sastra-kemasyarakatan.
Keunggulan itulah yang menjadikan peneliti tertarik untuk mencoba mengkaji dan
melihat lebih dalam tentang Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish Shihab, dua mufassir
kontemporer yang telah mewarnai corak penafsiran al-Quran, khususnya tentang ulu> al-

alba>b yang dikaitkan dengan tipe manusia ideal yang dijelaskan Allah dalam al-Quran.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Penelitian ini berjudul ‚Wawasan al-Quran Tentang Ulu> al-Alba>b Menurut

Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish Shihab‛. Berdasarkan judul tersebut, maka penelitian
ini akan mengkaji konsep ulu> al-alba>b yang ada dalam al-Quran menurut penafsiran
Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish Shihab. Jika diidentifikasi lebih lanjut, ayat al-Quran
yang mempunyai keterkaitan dengan ulu> al-alba>b juga banyak, seperti uli> al-nuha, uli> al-

abs}a>r, dan lain-lain. akan tetapi penelitian ini, memfokuskan pada konsep ulu> al-alba>b
dengan mengkaji semua ayat yang berkaitan dengan ulu> al-alba>b. Di dalam al-Quran ada
16 ayat yang berbicara tentang ulu> al-alba>b, yaitu: Q.S: Al- Baqarah; 179, 197, 269; AlImran: 7, 190; Al-Maidah: 100; Yusuf: 111, Al-Ra’d: 19-24, Ibrahim: 52; Shaad: 29, 43;
Al-Zumar: 9, 18,21; Al-Mu’min: 54,dan Al-Thalaq:10. Dalam hal ini, ada beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi. Di antaranya adalah bagaimana kedua mufaasir di atas
menafsirkan ulu> al-alba>b dalam ayat-ayat tersebut, berdasarkan ayat-ayat tersebut
bagaimana ciri-ciri ulu> al-alba>b menurut kedua mufassir, atas dasar apa ciri-ciri tersebut
ditetapkan, apa berbedaan dan persamaannya. Dari beberapa masalah tersebut, maka
peneliti akan memfokuskan pada konsep ulu> al-alba>b dari 16 ayat tersebut dengan

16

Corak ini menitikberatkan penjelasan ayat-ayat Alquran pada segi ketelitian redaksionalnya, serta
menghubungkan pengertian ayatayat tersebut dengan hukum alam yang berlaku dalam masyarakat dan
perkembangan dunia. Namun, hal ini dilakukan tanpa menggunakan istilahistilah disiplin ilmu tertentu, kecuali
dalam batas-batas yang diperlukan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

mengkaitkankannya dengan ciri ulu> al-alba>b (manusia ideal) menurut kedua mufassir
sehingga ditemukan persamaan dan perbedaannya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, maka selanjutnya
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep ulu> al-alba>b dalam al-Quran menurut Wahbah al-Zuhaily dan M.
Quraish Shihab?
2. Bagaimana ciri ulu> al-alba>b (manusia ideal) menurut penafsiran Wahbah al-Zuhaily
dan M. Quraish Shihab?
3. Bagaimana persamaan dan perbedaan ciri ulu> al-alba>b (manusia ideal) antara
penafsiran Wahbah al-Zuhaily dengan M. Quraish Shihab?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai konsep ulu> al-alba>b dalam alQuran menurut Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish Shihab
2. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai ciri-ciri ulu> al-alba>b (manusia
ideal) menurut penafsiran Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish Shihab?
3. Untuk mendaptkan gambaran yang jelas mengenai persamaan dan perbedaan ciri ulu>

al-alba>b (manusia ideal) antara penafsiran Wahbah al-Zuhaily dengan M. Quraish
Shihab?
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah keilmuan dalam bidang
tafsir al-Quran, terutama berkaitan tentang ulu> al-alba>b.
2. Secara Praktis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang
bagaimana tipe manusia ideal itu menurut al-Quran, sehingga mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, penelitian ini diharapakn dapat
meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia yang nantinya akan dapat membawa
dampak positif bagi kemajuan Indonesia pada umumnya, dan bagi pribadi masingmasing pada khususnya.
F. Penelitian Terdahulu
Untuk membuktikan originalitas dari penelitian ini, maka akan diuraikan
bagaimana penelitian-penelitian dan buku-buku terkait dengan judul ini yang sudah
dilakukan sebelumnya. Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian cermat dan
menyeluruh tentang konsep ulu> al-alba>b yang dikaitkan dengan tipe ideal manusia belum
ditemukan. Akan tetapi pembicaraan tentang ulu> al-alba>b secara umum banyak dibahas
dalam beberapa penelitian dan buku maupun literatur lainnya. Untuk lebih memudahkan
dalam memaparkan penelitian terkait yang sudah dilakukan sebelumnya, maka akan
dipaparkan dalam tabel di bawah ini:
No
1.

Judul

Jenis

Ulu> al-alba>b dalam al- skripsi
Quran
relevansinya
pendidikan

Tahun
2010

dan

Hasil
Pentingnya suatu pendidikan yang
dijelaskan

oleh

al-Quran

melalui

dengan

tafsirnya akan munculnya penelitian

Islam

yang lebih mendalam dan integral
tentang Ulu> al-alba>b dalam al-Quran

masa kini

dan relevansinya dengan pendidikan
Islam masa kini
2

Konsep Ulu> al-alba>b skripsi

2011

Konsep

Ulu> al-alba>b dan tujuan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dalam al-Quran dan

pendidikan Islam merupakan dua kata

relevansinya

dengan

yang saling ada keterikatan, karena

pendidikan

antara konsep yang ada pada Ulu> al-

tujuan

alba>b dengan tujuan pendidikan adalah

Islam

sama-sama

bertujuan

menjadikan
abdullah

peserta
yang

didik

untuk
sebagai

selalu

tunduk

menghambakan diri kepada Allah Swt
dengan

cara

menjalankan

semua

perintah Allah Swt dan meninggalkan
semua larangannya agar-agar benar
tercipta

pada

diri

peserta

didik

menjadi manusia yang muttaqi>n
3

Ulu> al-alba>b dalam Skripsi

2006

Pendidikan Ulu> al-alba>b adalah

perspektif

suatu model pendidikan yang

pendidikan

mengembangkan

fitrah

manusia, pendidikan yang lebih
menekankan

pada

keintelektualan
dengan

dan

berbagai

akhlak
macam

metode sesuai dengan kondisi.
4

Ulu> al-alba>b dalam skripsi

Ulu> al-alba>b adalah orang yang

al-Quran

mempunyai

implikasinya

dan

keilmuan

kedalaman
dan

ketajaman

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dalam

tujuan

pendidikan Islam

pemikiran
mengambil

serta

mampu
kesimpulan,

pelajaran, peringatan dari ayatayat Allah dalam al-Quran dan
senantiasa

terkandung

suatu

refleksi serta potensi dzikir dan
fikir

Selain penelitian, ada beberapa buku yang juga membahas tentang Ulu> al-alba>b, di
antaranya adalah:
1. Tarbiyah ulu> al-alba>b, Z}ikr, fikr, dan amal saleh. Buku ini menjelaskan tentang konsep
pendidikan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2. Tafsir al-Quran ulu> al-alba>b. Buku ini disusun oleh Jan Ahmad Wassil, tahun 2009.
Buku tersebut tersusun menjadi beberapa bab. Bab pertama membahas tentang
sekelompok cendikiawan yang disebut ulu> al-alba>b dengan ciri-ciri yang istimewa.
Dalam buku tersebut, penulis memilih tema-tema tertentu yang diangap penting dalam
membangun suatu pemahaman ajaran Islam, sekaligus sesuai dengan kondisi zaman
sekarang. Pembahasan tersebut di antaranya adalah kelompok ulu> al-alba>b yang
istimewa, alam ghaib, keimanan, iman kepada kitab dan Nabi, ilmuwan, takdir,
khalifah Allah di bumi, berakhlak mulia, masyarakat muslimin, jihad.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penelitian dan buku tentang konsep ulu>

al-alba>b yang dikaitkan dengan tipe ideal manusia menurut Wahbah Zuhaily dan M.
Quraish Shihab belum ada, sehingga penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya.
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif yang termasuk dalam
kategori library research, yaitu penelitian dengan mengambil data dari literatur yang
digunakan untuk mencari konsep, teori-teori, pendapat, maupun penemuan yang
berhubungan erat dengan permasalahan yang diteliti.
2. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan menggunakan pendekatan
komparatif, karena dalam penelitian ini peneliti membandingkan dua tokoh17. Dua
tokoh tersebut dibandingkan penafsirannya tentang konsep ulu> al-alba>b yang nantinya
akan menghasilkan sebuah konsep tentang tipe manusia ideal dalam masing-masing
karyanya. Sedangkan kategori yang peneliti gunakan dalam memilih dan membatasi
karya tafsir yang menjadi objek kajian adalah berdasarkan pada masa, yaitu
kontemporer; tafsir sezaman yang muncul pada abad dua puluh.
Penelitian ini akan membandingkan pandangan atau konsep dua mufassir,
yaitu Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish Shihab tentang ayat-ayat yang berkaitan
dengan ulu> al-alba>b dalam al-Quran. Oleh karenanya, kajian ini menurut Bakker dan
Zubair tergolong sebagai model penelitian komparatif18.
3. Bahan penelitian
Bahan penelitian yang dijadikan rujukan peneliti dalam penelitian ini adalah
sumber tertulis dari buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan resmi 19.
Sumber data yang akan dijadikan rujukan dalam penelitian ini, diklasifikasikan
menjadi tiga macam, yaitu bahan primer, sekunder dan tersier.
a. Bahan primer

17

Anton Bakker, & Zubair Achmad Charris, Metodologi Penelitian Filsafat. (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1990), hal 83.
18
Anton Bakker, & Zubair Achmad Charris, Metodologi Penelitian Filsafat. (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1990), hal 83.
19
Lexy. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006), hal 159.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Bahan primer adalah bahan yang langsung berdasarkan sumbernya, diamati
dan dicatat untuk pertama kali.20 Data primer yang digunakan di sini adalah alQuran dan Hadis. Selain itu, juga kitab tafsir dari kedua mufassir yang menjadi
obyek penelitian, yaitu tafsir al-Muni>r karya Wahbah al-Zuhaily dan Tafsir al-

Misbah karya M. Quraish Shihab.
b. Bahan sukender
Bahan sekunder merupakan data yang berupa buku, jurnal, dan opini-opini
yang bersinggungan sekaligus dapat mengantarkan peneliti pada maksud data
yang diperlukan dalam penelitian ini.21 Di antara beberapa sumber data sekunder
yang dimaksud adalah: Buku membumikan al-Quran karya M. Quraish Shihab,
Buku Mu’jizat al-Quran karya M. Quraish Shihab, buku Tafsir quran ulu> al-alba>b
karya Jan Ahmad Wassil, buku Tarbiyah ulu> al-alba>b : Z}ikr, Fikr, dan Amal

Shaleh.
c. Bahan tersier
Bahan tersier adalah bahan yang mendukung bahan primer dan sekunder.
Bahan yang dimaksud adalah kamus Bahasa Arab al-Munawwir karya A.W.
Munawwir dan M. Fairuz dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
4. Teknik Pengumpulan Bahan
Berdasarkan fokus kajian dari penelitian ini, maka peneliti akan menitik
beratkan penelitian ini pada penafsiran Wahbah al-Zuhaily tentang ulu> al-alba>b
dalam kitab tafsir al-Munir dan penafsiran M. Quraish Shihab dalam tafsir al-

Misbah. Selain itu, peneliti juga akan menelusuri literatur lain yang berhubungan
dengan tema yang peneliti teliti. Langkah selanjutnya adalah menganalisis dengan

20
21

Machdoni, metode penelitian untuk ilmu Ekonomi, (Malang: UMM Press, 1993), 80
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: tp, 1986), 36

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

membandingkan dua mufassir, yaitu penafsiran Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish
Shihab, untuk diketahui tipe manusia ideal.
5. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan jenis penelitian, maka analisis data dalam penelitian ini adalah
analisis dokumen atau kepustakaan.22 Karena bahan yang dikumpulkan diperoleh
melalui dokumen atau kepustakaan. Sedangkan teknik analisis bahan penelitian ini
menggunakan metode analisis isi (content analysis) dengan jenis penyajian data

deskriptif-kualitatif.23
Selain itu, dalam menganalisa data, peneliti mengunakan beberapa unsurunsur metodis yang disarankan dalam penelitian komparatif, yaitu:
a. Komparasi Simetris
Dengan metode ini peneliti akan menguraikan pandangan kedua tokoh
tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan konsep ulu> al-alba>b dalam

al-

Qur’an untuk kemudian membandingkannya. Menurut Bakker dan Zubair,
perbandingan tersebut dapat dilakukan pada hal yang berkenaan dengan
perumusan

masalah,

pendekatan,

pemakaian

istilah,

dan

argumentasi.

Perbandingan tersebut bisa pada taraf konkret, lebih mendalam atau asumsiasumsi yang paling dasar24.
Dan dalam penelitian ini, yang akan peneliti komparasikan adalah
penafsiran atau argumentasi Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish Shihab tentang
ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan konsep ulu> al-alba>b yang dikaitkan
dengan tipe manusia ideal.
22
23

163-167

24

Wiyono, Metodologi..., 81
Aminudin dan Zainal Asikin, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),

Anton Bakker & Zubair Achmad Charris, Metodologi Penelitian Filsafat. (Yogyakarta:
Kanisius, 1990), hal 87.

Penerbit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b. Interpretasi
Dengan metode ini, peneliti akan menyelami interpretasi Wahbah alZuhaily dan M. Quraish Shihab atas ayat-ayat tentang konsep ulu> al-alba>b dalam
al-Qur’an, untuk kemudian menangkap arti dan nuansa yang dimaksudkan oleh
mereka secara khas25. Dalam hal ini, tema yang akan peneliti teliti adalah
interpretasi kedua tokoh tentang konsep ulul alba>b dalam karya tafsir mereka
masing-masing.
Sedangkan yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah 16 ayat
yang berkenaan dengan ulu> al-alba>b, yaitu: Q.S: Al- Baqarah; 179, 197, 269; AliImran: 7, 190; Al-Maidah: 100; Yusuf: 111, Al-Ra’d: 19-24, Ibrahim: 52; Shaad: 29,
43; Al-Zumar: 9, 18,21; Al-Mu’min: 54,dan Al-Thalaq:10.
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan dikaji secara sistematis dalam lima bab, yaitu:
1. Bab pertama, yang meliputi: Latar belakang, identifikasi dan batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan
2. Bab kedua, membahas wawasan al-Quran mengenai ulu> al-alba>b menurut Wahbah alZuhaily yang meliputi: Biografi Wahbah al-Zuhaily, sekilas tentang tafsir al-Munir,
dan wawasan al-Quran mengenai ulu> al-alba>b menurut Wahbah al-Zuhaily
3. Bab ketiga, membahas wawasan al-Quran mengenai ulu> al-alba>b menurut M. Quraish
Shihab yang meliputi: Biografi M. Quraish Shihab, sekilas tentang tafsir al-Misbah,
dan wawasan al-Quran mengenai ulu> al-alba>b menurut M. Quraish Shihab.

25

Ibid, 63.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Bab keempat, membahas perbandingan penafsiran Wahbah al-Zuhaily dan M.
Quraish Shihab mengenai ulu> al-albab, yang meliputi: ciri ulu> al-alba>b menurut
Wahbah al-Zuhaily dan M. Quraish Shihab serta persamaan dan perbedaan dari
keduanya.
5. Bab kelima, membahas kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
WAWASAN AL-QURAN TENTANG ULU>> AL-ALBA>B
MENURUT WAHBAH AL-ZUHAILY
A. Biografi
1.

Riwayat hidup
Syaikh Prof.Dr.Wahbah Az Zuhaili adalah cerdik cendikia (alim allamah)
yang menguasai berbagai disiplin ilmu (mutafannin). seorang ulama fikih
kontemporer peringkat dunia, pemikiran fikihnya menyebar ke seluruh dunia Islam
melalui kitab-kitab fikihnya. Beliau dilahirkan di desa Dir `Athiah, utara Damaskus,
Syiria pada tahun 1932 M. dari pasangan Mustafa dan Fatimah binti Mustafa
Sa`dah.Ayah beliau berprofesi sebagai pedagang sekaligus seorang petani. 1
Wahbah Zuhaili dibesarkan di lingkungan ulama-ulama mazhab Hanafi, yang
membentuk pemikirannya dalam mazhab fiqih. Walaupun bermazhab Hanafi, namun
beliau tidak fanatik terhadap fahamnya dan senantiasa menghargai pendapat-pendapat
mazhab lain. Hal ini, dapat dilihat dari bentuk penafsirannya ketika mengupas ayat-ayat
yang berkaitan dengan fiqih.2

Beliau mulai belajar Al Quran dan sekolah ibtidaiyah di kampungnya. Dan
setelah menamatkan ibtidaiyah di Damaskus pada tahun 1946 M. beliau melanjutkan
pendidikannya di Kuliah Syar`iyah dan tamat pada 1952 M. Ketika pindah ke Kairo
beliau mengikuti kuliah di beberapa fakultas secara bersamaan, yaitu di Fakultas
Syari'ah, Fakultas Bahasa Arab di Universitas Al Azhar dan Fakultas Hukum
Universitas `Ain Syams. Beliau memperoleh ijazah sarjana syariah di Al Azhar dan

1

Muhammad Khoirudin, Kumpulan Biografi Ulama Kontemporer, (Bandung: Pustaka ‘ilmi, 2003) , 102.
Muhammad ‘Ali Ayazi, Al-Mufasirūn Hayātuhum wa Manāhijuhum (Teheran: Wizanah al-Tsaqafah wa alInsyaq al-Islam, 1993) , 684.

2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

juga memperoleh ijazah takhassus pengajaran bahasa Arab di Al Azhar pada tahun
1956 M. Kemudian memperoleh ijazah Licence (Lc) bidang hukum di Universit