KONSEP PENDIDIKAN TAWAKAL MENURUT M. QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH - Test Repository
KONSEP PENDIDIKAN TAWAKAL MENURUT
M. QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Disusun oleh: AHMAD MUSON E F NIM 11106084
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2010
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar N o .2 T elepon (0 2 9 8 )3 2 3 7 0 6 ,3 2 3 4 3 3 , Faks. 3 2 3 4 3 3 3 K od e P o s 50721
NOTA PEMBIMBING
Salatiga, 18 Agustus 2010 Lamp : 1 (satu) naskah Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu 'alaikum Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa: Nama : Ahmad Musonef NIM : 11106084 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul : KONSEP PENDIDIKAN TAWAKAL MENURUT M.
QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH
Untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah Skripsi Demikian harap menjadi periksa
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb Ahmad Maemun, M.Ag.
NIP. 19700510 199803 I 003
,1 KEMENTRIAN AGAMA SEKOI AH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar N o .2 Telepon (0 2 9 8 )3 2 3 7 0 6 ,3 2 3 4 3 3 , Faks. 323 4 3 3 3 K ode Pos 50721 W ebsite: w w w .stainsalatiga ac.id Email:
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi saudara Ahmad Musonef dengan nomor induk mahasiswa
11106084 yang berjudul “ KONSEP TAWAKAL MENURUT M. QURAISH
SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MiSBAH”. telah di Monaqosah dalam sidang panitia ujian jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada selasa, 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjanan Pendidikan Islam
Salatiga, 21 Ramadhan 1431 H
31 Agustus 2010 Panitia Penguji, i Sekretaris
( ^ j 2 i t f v y v \ * ^ J
Dr.F ahmat FKmadi, M.Pd
NIP. j 9670112 199203 1 005 Penguji II
Drs. Badwan, M,Ag
NIP. 19561202 1980030 1 005 NIP. 19700510 199803 1 003 m
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar N o .2 Telepon (0 2 9 8 )3 2 3 7 0 6 ,3 2 3 4 3 3 , Faks. 3234333 K ode Pos 50721 W ebsite:
HALAMAN DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi Materi yang pemah ditulis orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat Materi atau pemikiran- pemikiran orang lain diiuar referensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 06 September 2010 Penulis
/ f ' AHMAD MUSONFF N1M.11106084
IV
/
MOTTO
- Oil ^JUU
l K j JJ q a j j ' j $ i M ^ C . j
4 V 1 ......................j . 1 3 ( J ^ A&' (Jst^. ^ Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya allah melapangkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu
CLu^Ji .<&' ^ lc > (j£, j! n l a (jjuUlI j j f L } j ' U ^ Orang yang menghendaki jadi manusia terkuat Berserahlah kepada Allah
PERSEMBAHAN
Skr ipsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:1. Ibu dan bapak yang tercinta yang telah mendo’akan dan memberikan perhatian baik moril maupun materiil dalam pembuatan skripsi ini.
2. Bapak Kiai Haris As’ad Nasution dan Ibu Nyai Fatuhah Ulfah. selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Manar yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Teman-Teman ku sepeijuangan di Pondok pesantren Al- Manar.
4. Semua santri Al-Manar baik putra maupun putri yang selalu ku. banggakan.
5. Kaum Muslimin yang senantiasa belajar, dan mengajarkan ilmunya kejalan Aliah.
/
KATA PENGANTAR
I j ■
vii
f5. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap staff STAIN Salatiga. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi mi masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Al-hamdulillahi Robbil Alamin, semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.
4. Ibu Sih Ruhayati, M.Ag, selaku dosen PA.
3. Ibu. Siti Asdiqoh. M.Pd, selaku ketua Progdi PAI.
2. BapaK Ahmad Maimun, M. Ag. yang telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
1. Bapak. T r. Imam Sutomo. M. Ag. selaku rektor STAIN Salatiga.
Sehubung dengan selesainya penulisan skripsi ini tidak lupa penulis ucokan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah. Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana. Salam sejahtera semoga senantiasa terlimpahkan kepada nabi Muhamma saw Yang telah menuntun umatnya dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
]I A^a^jllj (_J-^I (_y4 ^\r- " ^*J Lal " AC-L j
La 4) i jXUlJ .4)1 VI PJJJill 1 - i V >1 eLi La 4)1 fuuij 4ll VI JjiJl (JjiluV 4)1 *LS La 4)1 r■ ■ •» V 4)! fLi La 4ll f**}
^*_L h
SLJI j l_jL&ll) 2 j
(_yic.j a L).S)m ^*ll ^Lolj <^fJl
A
ji
Lil CuLaSI La fl j SVI j (JbLLHj L) iAl»a4 4)L VI SJ$ V j J ja .
La 4)1 *Li fbUVI (jP Cy>
« i fj»
.4)1 (jjd *
L) V 4)1 *Li La 4)1 ^UO
4)1 VI <—|I Lii-klb ^^ j
- - J Ali
DAFTAR ISI
BABI PENDAHULUAN
vni
/
PEMIKIRANNYA
BAB III M. QURAISH SHTHAR DAN LATAR BELAKANG
ix
t
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ora ng Islam tidak hanya menempatkan tawakal kepada Allah dalam segala hal sebagai akhlak semata, namun juga meyakininya sebagai kewajiban
_ u a la in uiuaF ig a q iu a ii Is ld in , k a fc n a A lla h iiic iiic iU Itm iK d lu iy d u a ia m U C ioagdl
firman-firman-Nya antara lain: ouxat Al-Maidcui: 23 dan surai At-1 aghobuii
“dan hanya kepada Allah hendaknya kalian, bertawakalt jika kalian benar-benar orang yang beriman . r “dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang beriman bertawakal. ”
(Al-Jazairi, 2003: 225) Karena itulah, tawakal secara mutlak kepada Allah adalah bagian dari aqidali seorang mukmin, ketika ia beribadah kepada Allah dengan bertawakal kepada-Nya dan menghadapkan diri secara total ke hadapan-Nya. Dengan demikian ia tidak memahami tawakal seperti dipahami orang-orang awam dan aqidali kaum muslimin yang memahami bahwa tawakal itu sekedar ucapan di bibir tanpa dipahami akal, atau tawakal itu membuang sebab-sebab, atau tidak kena, atau puas di bawah kehinaan di bawah bendera tawakal kepada Allah, dan ridha dengan takdir yang terjadi padanya. Tidak seperti itu, orang mukmin memahami bahwa tawakal yang merupakan bagian langsung dari imannya dan aqidahnya kepada .Allah dengan menghadirkan semua sebab yang diperlukan dalam setiap perbuatan yang hendak ;a kerjakan. Ia tidak berambisi kepad
1 / b uah tanpa memberikan sebab-sebabnya, dan tidak mengharapkan hasil tanpa meletakkan pengantarnya. Hanya saja pembuahan sebab-sebab tersebut dan prcduktifitas pengantar pengantar tersebut ia serahkan sepenuhnya kepada Allah. Karena Dia saja yang Maha Kuasa atas hal tersebut, dan bukan yang lain.
Jadi, tawakal bagi orang Islam ialah perbuatan dan harapan yang disertai hati yang tenang, jiwa yang tenteram, dan keyakinan kuat bahwa apa yang dikehendaki pasti terjadi, apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan
d u ik ,
terjang u..;] ,~uian i i u ak nrenyin nyiskan paham orang yang Dcrnuat karena orang Islam mempercayai ketentuan-ketentuan Aliah pada alam semesta, maka ia menyiapkan sebab-sebab yang diperlukan bagi semua perbuatanya, berusaha sekuat tenaga menghadirkan sebab-sebab tersebut, dan menyempurnakannya, ia tidak meyakini bahwa sebab-sebab adalah satu- satunya jaminan untuk mencapai tujuan. Ia tidak meyakini peletakan sebab- sebab di atas yang diperintahkan Aliah yang wajib ia ta’ati sebagaimana ia ta’at kepada-Nya dalam perintah dan larangan-Nya, adapun pencapaian hasil dan sukses maka orang Islam menyerahkanya kepada Allah, berapa banyak orang yang bekerja keras, namun ia tidak sempat memakan hasil usahanya dan berapa banyak para petani yang tidak memanen apa yang ia tanam. Dan sinilah, orang Islam meyakini bahwa hanya bersandar pada sebab-sebab dan menganggapnya sebagai puncak segala sesuatu dalam merealisir tujuanya adalah kekafiran, kesyirikan dan ia berlepas diri daripada Allah, la juga berkeyakinan bahwa meninggalkan sebab-sebab yang diperlukan bagi
/ perbuatanya padahal ia mampu menyiapkan dan menyediakannya adalah kefasikan, dan kemaksiatan.
Dalam pandangannya terhadap sebab-sebab ini, orang Islam menyandarkan nilai filosofinya kepada ruh keislaman dan ajaran Nabinya.
Rasulullah Saw. dalam seluruh peperangannya yang panjang tidak pernah sekalipun memasuki arena perang hingga beliau menyiapkan perbekalan untuknya, dan menyiapkan sebab-sebab untuknya, misalnya memilih lokasi perang. Diriwayatkan dari Rosulullah Saw. bahwa beliau tidak memulai perangnya di iiau yang panas kccuaii sctci&fr suasananya menjadi dingin, dan beban melakukan penyerangan setelah membuat rencana matang, dan mengatur barisan-barisan tentaranya. Setelah menyelesaikan persiapannya yang matang, beliau menengadahkan kedua tangannya berdo’a kepada Allah, Al-Jazairi berpendapat dalam kitabnya Minhajualmuslim :
j t - f dp L; y & l j <— r j L» j -j, *_>L62l J “Ya Allah yang menurunkan Al-Kitah, menjalankan awan, dan mengalahkan pasukan sekutu, hancurkan mereka dan menangkan kami atas mereka. ” (Al-Jazairi, 2003:227).
Begini juga petunjuk beliau dalam menggabungkan sebab-sebab materi dan sebab-sebab immaterial,
m en yaran k an
kesuksesan usaha dan kehendaknya kepada Allah. Sehingga orang Islam harus memiliki konsep tawakal sekaligus harus mengedepankan aspek usaha yang mendorong tercintanya sebab-akibat. Namun pada masa sekarang ini, banyak orang salah kaprah mengartikan tawakal yang menurut mereka berserah diri tanpa diiringi usaha yang sepatutnya dalam memperoleh sesuatu.
f B erdasar hal-hal tersebut, maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang beijudul: KONSEP PENDIDIKAN TAWAKAL MENURUT M. QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISBAH. Penulis akan mencoba mengulas tentang bagaimana cara orang bertawakal yang sebenarnya menurut konsep Tafisr Al-Misbah, dan semoga bermanfaat terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
B. Rumusan Masalah
Bagaiuuma kcnccp lawuKSi menurut M. v^uiaisn SmnaD/
2. Bagaimana konsep pendidikan tawakal menurut M. Ouraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah?
3. Bagaimana implementasi konsep pendidikan tawakalmenurut M. Quraish Shihab?
C. Tujuan Pembahasan 1. Mengetahui konsep tawakal menurut M. Quraish Shihab.
2. Mengetahui Konsep pendidikan tawakal menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Ai-Misbah.
3. Mengetahui implementasi konsep pendidikan tawakal.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana, bahan evaluasi dan menumbuhkan semangat untuk mengaplikasikannya khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul di atas, maka penulis terlebih dahulu akan menjelaskan maksud dari istilah yang ada
U u itu ii j u d i l i ^ K iip S i > i u n u tp iti uii m ^ v v u in K u n iu ii u m i ik/uiu
operasional
1. Konsep Pengertian, ide atau kesimpulan yang didasarkan atas generalisasi
(Gulo, 1982:38). Selain itu, ada juga yang mengartikan bahwa konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Depdiknas, 1989:45).
2. Pendidikan Pendidikan adalah proses membimbing manusia d3ri kegelapan, kebodohan ke kecerahan pengetahuan yang mengantarkan manusia memperluas pengetahuan tentang dirinya serta tentang dunia dimana mereka hidup (Sadhily, 1980:2627).
/
3. Taw akal Secara bahasa, tawakal berarti berserah diri, sedangkan menurut terminologi Islam, tawakal berarti menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha yang dilakukan kepada Allah serta berserah diri sepenuhnya kepada Allah untuk mendapatkan manfa’at atau menolak yang madharat.
Tawakal juga di definisikan sebagai sikap berpegang teguh kepada Allah, disertai dengan sikap mengakui kelemahan dan ketidak-bcrdayaan yang ada (El-Saha dan Hadi, 2005:737). 4. i’cnmdikan iawar-ai
Pendidikan Tawakal adalah Suat, r pendidikan penanam m sifat tawakal yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan sejak ia masih kecil hingga ia dewasa. Dengan demikian pendidikan tawakal adalah merupakan usaha yang dilakukan sebara sadar untuk membimbing dan mengarahkan kehendak seseorang untuk mencapai tingkah laku dan diserahkan serta menjadikannya sebagai kebiasaan.
F. Metode Peneliti, n Daiam penulisan skripsi mi penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis dan sifat penelitian Melalui risei perpustakaan untuk mengkaji sumber-sumber tertulis yang telah dipublikasikan atau belum (Arikunto, 1980:10). Adapun sumber data dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: a.
Sumber data Primer Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan obyek riset
(Dharara, 1980:60) yaitu Tafsir Al-Misbah
b. Sumber data Sekunder Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber- sumber data primer, adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini n r l n l o U U n l r i i k u i n i o t o i i 1 m - r t m i l t v t i o V i I n i n x r n n r* l o m t r o f l n n o t
uuuiaii uuiviruutvu utuu ivaij'u nm m u mui y tuxg, lo u ija uujyui mviwu^ivupi
data penelitian yang penulis teliti, seperti Ihya’ ulumuddin, Minhajul
jv iu s im im , ^ iia y a r a i A ttjiy a d s n K a rya -K a rya im a a r
2. Metode Analisis Data l u . i i i i i i i - i i y u..
Yaitu cara penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan cara memilah-milah pengertian yang satu dengan yang lain (Soemargono, 1983:2). Dengan menggunakan metode ini tidaklah dimaksudkan untuk memperoleh pengertian yang baru, akan tetapi hanya mendapatkan kejelasan atau penjelasan suatu pengertian tertentu dari penelaahan obyek penelitian.
Untuk lebih memahami obyek penelitian ini, maka penulis memilih metode analisis sebagai berikut: a. Interpretasi
Isi buku diselami untuk dapat setepat mungkin menangkap arti dan nuansa uraian yang disajikan (Bekker dan Zubair, 1999:69).
Karena dalam penelitian ini obyeknya adalah pemikiran M. Quraish
/ Shihab tentang ayat-ayat Al-Qur’an maka penulis akan menyelami dan memahami ayat yang penulis pilih sebagai obyek penelitian.
Disamping itu juga penulis pilih sumber sumber lain yang penulis anggap representif terhadap penelitian ini. Seperti Tafsir Jalalain, Ihya’ Ulumuddin, Tafsir Ibn-Katsir dan sebagainya.
b. Metode Induksi Yaitu metode yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa konkrit, kemudian dari fakta-fakta dan peristiwa
iC lS C b lii d lu u ik lid ia in ^ c iiC iu iib u ji O c io iiu i u n iu iii
(Hadi, 1990:26) Dalam mete d r v^nulis telah mencoba menyelami dan memahami cerita-cerita tentang peristiwa orang-orang dahulu seperti ceritanya Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Sahabat Bilal, Nabi Muhammad, dan lain-lain.
c. Metode Deduktif Apa yang dipancang benar pada suatu peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku pada hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas atau jenis. Hal ini adalah suatu proses beriikir dari pengetahuan yang bersifat umum dan berangkat dari pengetahuan tersebut, ditarik suatu pengetahuan yang khusus (Hadi,
1990:26) Adapun oidalarn metode ini penulis telah mencoba mencennati dari kehidupan atau peristiwa yang terjadi di pondok pesantren Al-Manar dan lingkungan sekitarnya.
/
G. Sistematika penulisan Skripsi
S istematika disini yang penulis maksud adalah sistematika penyusunan karya ilmiah dari bab ke bab. Sehingga karya ilmiah ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulis terhadap skripsi ini.
Adapun sistematika penulisan karya iimiah ini sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, mantaai nasii penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORI Berisi tentang : Konsep pendidikan yang meliputi : Pengertian pendidikan, dasar dan tujuan pendidikan, dan konsep tawakal yang meliputi : Pengertian tawakal, landasan dan keutamaan tawakal, bertawakal kepada ikhtiar, rahasia kekuatan tawakal, dan mendayagunakan tawakal.
BAB III : M. QURAISH SHIHAB DAN LATAR BEL A /. ANG PEMIKIRANNYA Berisi tentang : Latar belakang eksternal yang meliputi : Politik Indonesia, kehidupan beragama masyarakat Indonesia. Latar beiakang internal yang meliputi : Biografi M. Quraish Shihab, karya-karya M. Quraish Shihab, konsep tawakal menurut M.
/ Quraish Shihab. Corak pemikiran M. Quraish Shihab dalam bidang teologi, fiqih, dan tafsir.
BAB IV : IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN TAWAKAL Berisi tentang : Analisis data, dan implementasi pendidikan tawakal menurut M. Quraish Shihab. BAB V : PENUTUP — ♦’o n a m i t i m Berisi tentang kesimpulan, rekomendasi, dan ku ivuiu pviiuiup. DAFTAR PUSTAKA
/
BAB n
LANDASAN TEORI
A. Konsep pendidikan
1. Pengertian pendidikan Kata pendidikan bersinonim dengan kata “At-Tarbiyah ” yang berarti ke pendidikan atau pemeliharaan mencakup kasih sayang, amarah ancaman, siksaan dan sebagainya. Maka ini akan terasa dekat saat mengancam bahkan memukul anak dalam rangka mendidik mereka walaupun sang anak yang dipukul merasa diperlakukan tidak wajar, kelak ketika dewasa mereka akan sadar bahwa pukulan tersebut merupakan sesuatu yang baik baginya. (M.
Quraish Shihab, 1991:20) Adapun pengertian pendidikan secara istilah dapat disimak dari beberapa pendapat atau pengertian sebagai berikut: a. Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat (H.M. Djum Beran Syah Indar, 1994:16)
b. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya. (Tim Dosen FIP IKIP, 2003:7)
11 / S elain itu juga dikatakan bahwa pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan tujuan pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat (negara) (Tim Dosen FIP IKIP, 2003:31) c. Sedangkan menurut M. Quraish Shihab pendidikan adalah mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya
(M.Qurais Shihab, 1991:31).
Dari berbagai macam pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membantu, mengarahkan, membimbing, mempengaruhi potensi yang dimiliki oleh orang lain supaya berkembang pada titik yang dapat dicapai dengan tujuan yang di cita-citakan.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan
a. Dasar Pendidikan Yang dimaksud dasar pendidikan di sini adalah pandangan yang mendasari seluruh aktivitas dalam pelaksanaan pendidikan karena secara umum pendidikan adalah bagian yang sangat penting dan secara kodrati manusia adalah makhluk paedagogik. maka dasar pendidikan yang dimaksud tidak lain adalah nilai tertinggi yang dijadikan pandangan hidup (suatu masyarakat di mana pendidikan itu berlaku)
Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw. adalah merupakan sumber nilai yang tidak akan pernah habis menata jalannya kehidupan ini.
/ S eperti Firman Allah dalam Surat Al-An’am ayat 153:
- 1 , >- -<r. i ; * t ' v't' * * Tt'- , f , * . , < i
(jp'
< - 5 ' J - A - ' - ’ J j U--.S
,'Jip'j'iO
tjliA (jlj
, t ■ ( >
, s
1L ^ _A=tkl ^ j ^ J ’i „.
4
^
“Dan bahwa ini adalah jalan-K u yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), sehingga mencerai beraikan kamu dan jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. " (M.Quraish Shihab, 2001:339)
Rasulullah s.a.w. bersabda: 4*. ^ i ».-3 1
/jj L* /jj ^*1 t " - k j “Aku tinggalkan untuk kamu dua perkara, tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya,
yaitu kitabuUali dan sunah nabinya. ” (Al-h/fuatha i 989:602)
Demikianlah di antara ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits nabi Muhammad s.a.w merupakan dasar untuk pendidikan, sebagai sendi pembangunan masyarakat di segala lapisan sehingga melahirkan manusia seutuhnya.
b. Tujuan Pendidikan Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai oleh suatu aktivitas manusia. Tujuan berfungsi untuk mengarahkan, mengontrol dan memudahkan evaluasi. (Syah Minan Zami, 1986:35) Secara umum tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada objek didik setelah mengalami proses pendidikan. Baik pada tingkah laku individu maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana individu itu hidup. (Drs. Achmadi, 1992:59)
Ahmad bin muhammad bin saleh dalam bukunya “Perubahan Islam
(Dinamika Guru) “menyebutkan tujuan pendidikan melalui Al-Qur’an antara
lain: a. Mendidik akal supaya berfikir dan mengambil pelajaran.
b. Supaya manusia beristiqomah dengan tuhan dan mengambil petunjuk dengan syariat-Nya.
c. Mendidik hati dan perasaan, kecenderungan hati dan perasaan halus. Berarti pendidikan haruslah diarahkan untuk mencapai pertumbuhan keseimbangan kepribadian manusia menyeluruh melalui iatihan jiwa, rasio, perasaan, dan penghayatan, karena itu pendidikan harus menyiapkan pertumbuhan manusia dalam segala seginya: spiritual, intelektual, imajinatif kolektif, dan semua itu didasari motivasi mencapai kebaikan dan perfeksi, tujuan akhir pendidikan itu terletak pada aktivitas merealisasikan pengabdian seluruhnya
B, Konsep Taw akal
1. Pengertian Tawakal Tawaka! berasal dari kata “wakkala" disebutkan: seseorang meng- wakaiakan urusannya kepada sifulan; maksudnya adalah seseorang iiu teiah menyeralikan urusannya kepada sifulan dan ia berpegang kepada orang itu mengenai urusannya. Orang yang kepadanya diserahi urusan disebut “'w akil'.
f Ora ng yang menyerahkan kepadanya disebut “ orang yang mewakilkan kepadanya dan muwakil”, manakala ia telah tentram hatinya kepadanya dan ia telah percaya dengannya, dan ia tidak menuduh kepadanya dengan teledor.
Maka tawakal adalah suatu ibarat tentang pegangan hati kepada wakil. ( Al- Ghozali, 1982:360)
Adapun tawakal menurut istilah dapat disimak dari beberapa pendapat atau pengertian sebagai berikut: a. Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan segala urusan kepada-Nyu. (K.
Yunahar Ilyas, 2007:44).
b. Tawakal adalah mempercayakan atau menyerahkan segenap masalah kepada Allah sepenuhnya dan menyandarkan kepada-Nya penanganan berbagai masalah yang dihadapi. (Zainul Bahri, 2005:73)
c. Tawakal adalah mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu rencana, bersandar kepada kekuatan-Nya, dalam melaksanakan suatu pekerjaan, dan berserah diri d iba wah perhndungan-Nya pada waktu menghadapi kesulitan. (Abdul Haiirn
Sholeh, 2008:6).
d. Tawakal adalah taat kepada Aliah dengan menghadirkan semua sebab yang diperlukan daiam semua perbuatan yang hendak dikerjakan.
(Abu Bakar Jabir Al-Jazari, 2003:226)
/ e. Sayid Mahmud Syukra Al-Alusy mengatakan:
j <1 frliisytj Jjill (jlc. AajeVI Jajjt Jjll “Tawakal adalah menampakkan kelemahan diri dan mengandalkan atas yang lain (Allah) dan mencukupkan dengan-Nya dalam hal melaksanakan sesuatu ya n g dibutuhkannya ”.(A1-Alusy, 1998:107)
f. Muhammad Nawawi dalam kitabnya Nasa’ihul Ibad mengatakan:
j» l ajc-UU A jjll (JS “Tawakal adalah menyandarkan diri pada apa yang disisi Allah dan tidak mengharapkan apa-apa yang ada di tangan
- -> A A / — "'s \
’ V \ A . . . z . A XT<* t t ria i (V* f c* ■ > iriUiiwiiuiiM-vi x i u k u
' i;
g. lawakaS adalah kesadaran akan kelemahan diri di hadapan wakil (yang diwakilkan) dan habisnya upaya, disertai kesadaran bahwa wakil adalah penyebab yang menentukan keberhasilan dan kegagalannya (M.Quraish Shihab, 2002:509). Dari beberapa devinisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tawakal adalah mempercayakan suatu urusan kepada Allah dengan mengakui kelemahan dan menghadirkan semua sebab yang berkaitan dengan urusan tersebut meliputi ke-putusan, atau azam (Kemauan), yang disertai dengan usaha untuk melaksanakan rencana itu.
2. Perintah Bertawakal dan Medan Pelaksanaannya Bertawakal dalam segala urusan tidakiah merupakan rohani yang baik saja, melainkan memang diperintahkan Allah, pelaksanaan tawakal pada prinsipnya meliputi segala urusan dan pekeijaan yang baik serta segala keadaan
/
17
ya ng sulit, salah satunya adalah dalam menjalankan rancangan yang sudah matang, misalnya dalam usaha pembangunan, dan perjuangan.
Demikian juga dalam kegiatan ekonomi, usaha mencari rezeki untuk memenuhi keperluan hidup hendaklah diiringi dengan tawakal karena sesungguhnya rezeki tiap-tiap makhluk itu sudah dijamin Allah, sesuai dengan firmannya:
i Zf -i* f .
( j # Ifc y L -L » L $ ijj S ') <4 ^ L»J ♦ ‘‘Dan tidak ada suatu makhluk bergerak (bernyawa di bumi melainkan semu anya dijamin All ah rezkinya, Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya, semuanya tertulis dalam kitab yang nyata ” (M.Quraish Shihab, 2002:188).
Di kala hendak menghadapi musuh dalam peperangan, setelah mempersiapkan kelengkapan perang semaksimal mungkin dan pengetahuan taktik dan strategi, haruslah diiringi dengan kekuatan minat berupa tawakal kepada Allah, kekuatan alat-alat, otot dan otak harus dilandasi dengan kekuatan hati yang penuh tawakal, sifat tawakal ini telah dihayati tentara Islam dalam berbagai peperangan, seperti perang akdzab (koalisi) sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an: t y, * »<s? * . >\ » ny . .— , .< , »*», j4j ijj; <3_L^ o j i AJ y * jJ 4i): JLC-j Ls 1 JdA i y 13 j I y~* I i j U a J j
1 l L l s j C j
“Dan ket ika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : "Inilah yang dijanjikan Allah dan f
Rasul-Nya kepada kita", dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. ” (
M.Quraish Shihab, 2002:247) Dalam arena politik untuk mencapai kemenangan perjuangan Islam, umat Islam wajib beijuang mengatur strategi dalam menghadapi lawan seraya bertawakal kepada Allah, dan meyakini bahwa Allah yang mewujudkan segala sesuatu, sebagaimana mereka harus menjadikan kehendak dan tindakannya sejalan dengan kehendak dan ketentuan Allah. Allah berfirman:
- -SyvsLU
(jf
j ! I j J U j J o [ ' i ”Dan jika mereka bermaksud menipumu, M aka Sesungguhnya cukuplah Aliah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin. ”(
M.Quraish Shihab, 2002:462)
Di kala menghadapi bencana dan bahaya yang akan menyerang, diperlukan tawakal seraya melakukan persiapan yang diperlukan untuk menolak bahaya itu. Misalnya, ketika kaum muslimin pada zaman nabi di ancam akan dihancurkan oleh tentara musuh yang besar jumlahnya, mereka siap bertempur seraya berkata
(Jj£/Utij
1 Um'V
”Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik pemelihara ’’.(Abdul
halim Shoieh, 2008:9) Di kala berjangkit penyakit, di samping mengambil langkah-langkah pencegahan, diiringi pula dengan tawakal. Suatu peristiwa terjadi pada zaman
t
19 K holifah Umar. Rombongan sahabat yang menuju siria mendengar berita
berjangkitnya penyakit di negeri yang akan mereka tuju, kemudian dalam rombongan tersebut muncul dua pendapat. Sebagian ingin meneruskan perjalanan dan sebagian ingin pulang.
Umar bin Khatab memutuskan supaya mereka pulang, akan tetapi timbul pertanyaan yang membantah, “Apakah anda melarikan diri dari takdir Tuhan?” Umar menjawab: “Ya, lari dari takdir Tuhan dan menuju takdir tuhan juga”(Abdul Halim Shaleh. 2008:10). Hal ini seperti di analogikan jika seseorang mempunyai hewan ternak dan tersedia dua ladang, satu kering dan satunya lagi subur, .entu saja lebih baik memilih ladang yang subur untuk menggembalakan ternaknya, hal ini menunjukkan bahwa ikhtiar menghindarkan dari penyakit perlu dilakukan seraya bertawakal kepada Allah.
Pendapat Umar ini diperkuat dengan sabda Rasulullah yang disampaikan oleh Aburrohman bin Auf, yang artinya “apabila kamu mendengar sesuatu penyakit melanda sebuah negeri, janganlah kamu datang ke tempat itu, dan ketika kamu sedang berada di negeri yang berjangkit penyakit menular itu, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan dlii. (Abdul
Halim Shaleh, 2008:11) Bagi seseorang yang keluar dari rumah banyak hal yang akan ditemuinya dalam berbagai urusan. Mungkin menyenangkan, mungkin pula menyedihkan. Sebagai wama kehidupan, sebagai makhluk yang di anugerahi
/
20
p ikiran seseorang sebelum keluar rumah sebaiknya mempunyai pertimbangan, pemikiran dan rancangan-rancangan yang baik. Kemudian segala sesuatunya diserahkan kepada Allah.
Demikian pada prinsipnya tawakal diperlukan dalam setiap langkah kita dalam mengarungi hidup ini.
3. Landasan dan Keutamaan Tawakal
a. Landasan Syariat Tawakal Orang Islam dianjurkan untuk kritis dalam berbagai hal, sehingga senantiasa berhati-hati dalam melangkah, salah satunya adalah dalam memahami makna tawakal.
“Carilah dalilnya terlebih dahulu, baru kemudian kamu mengikutinya, dan janganlah kamu mengikutinya terlebih dahulu, baru kamu mencari dalilnya. ” (Abdul Halim Shaleh, 2008 : 10)
Untuk itulah, sebelum melangkah lebih lanjut membahas tentang tawakal terlebih dahulu akan kami uraikan beberapa landasan syariat tuntunan bertawakal. Adapun landasan syariat tentang runtunan bertawakal adalah ayat-ayat dari Al-Qur’an, diantaranya:
”Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah jik a kamu orang beriman. ” (M.Qurais Shihab, 2001: 611 9 % A Y . ' * |
21 ^ / ^
9 IJs-j
llu j j
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. ”
(M.Qurais Shihab, 2001: 360)
“Wahai Nabi cukuplah Allah bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu. ” (M.Qurais Shihab, 2001: 604)
JSlydli a
J) 1 ( j p j a_L»j
“Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. "
(M.Qurais Shihab, 2001: 159)
.* r r I y d J l j
"Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia M aha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. ’’ (M.Quraish Shihab,
2001:58) Dari beberapa ayat di atas dapat disimpulkan bahwa tawakal adalah salah satu tuntutan yang harus dijalankan oleh orang-orang yang beriman.
Mereka disuruh bertawakal hanya kepada Allah karena hanya Allah satu- satunya zat yang dapat menolong dan mencukupi semua urusan mereka.
/ b. K eutamaan Tawakal Tidak dapat disangkal lagi setiap perbuatan yang dianjurkan Al-
Qur’an dan Al-Hadis untuk dilakukan. Pasti memilik' manfaat positif bagi pelakunya, khusus mengenai tawakal, selain memiliki banyak manfaat yang terkandung di dalamnya, juga merupakan sikap yang sangat penting yang harus dimiliki kaum mukminin sehingga mereka selalu mengikrarkan ketawakalan tersebut dalam setiap raka’at shalat mereka, dengan membaca ayat:
"Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. " (M.Qurais Shihab, 2001: 31)
Berikut ini manfaat-manfaat yang dapat diraih dari' awakal. 1) Dicukupi rezekinya. Allah berfirman:
3** ^ j * Cr* J Cr? l -d j A
I ■ J
03
£ 'C*" jsa/iiT “Dan memberinya recki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Rarungsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperiuanjrtya. Sesungguhnya Aliah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. ”( M.Quraish Shihab,
2002:294) Yang perlu di ingat bahwa ayat di atas tidak menyatakan “akan menjadikan kaya raya.” Disisi lain rezeki tidak hanya dalam bentuk materi,
t
23
k epuasan hati adalah kekayaan yang tidak pemah habis. Ada juga rezeki Allah yang bersifat pasif. Si A yang setiap bulannya menerima lima juta rupiah tetapi dia atau salah seorang keluarganya sakit-sakitan lebih sedikit dibanding dengan si B yang hanya memperoleh dua juta tetapi sehat dan hatinya tenang. Sekali lagi rezeki tidak selalu bersifat material, tetapi juga bersifat spiritual.
j
4jjl Jcje- lyuLjli lijj g f j ^ g f jjl ^ • ! > ! > - " - ' . ' U ^_.jj ,11
"Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; Maka
mintalah rezeki itu di sisi Allah. ” (M.Quraish Shihab, 2002:460)
' * ' * ' g < ' * y , « v ' t i r r ' ' * a ' j j c l
o i S J >3 -*’3 +2A \ ^ j > -
" Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. ” (M.Quraish Shihab,
2002:248) Rasulullah bersabda:
Ajalji >. j d A g-z ASj j j J jp- 4jl g*
‘‘Barang siapa rang menghabiskan waktunya kepada Allah yang maha perkasa dan maha besar niscahya Allah ta 'ala mencukupi orang tersebut akan seluruh beaya dan Allah memberinya rezeki dari seg: yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang menghabiskan waktunya kepada dunia, niscahya Allah taala menyerahkan orang tersebut kepada dunia. ” (Al-Ghozali, 1982:322)
Ayat dan Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang senantiasa mau bertawakal kepada Allah maka Allah adalah pencukup dari semua k ebutuhannya, apa pun yang terdapat di muka bumi ini tidak lain hanyalah milik Allah semata. Dan sungguh beruntung orang yang kebutuhannya dicukupi oleh Allah, sehingga ia makin jauh dari kekufuran. Karena dengan kefaqiran syetan akan lebih mudah menjadikan seseorang menjadi kufur.
2) Dijauhkan dari setan. Allah berfirman:
j (jfc.j l^lol jjUalul <1 (jiill kjl
“Sungguh, syetan itu tidak akan dapat kuasa terhadap orang yang beriman dan terhadap tuhanya mereka bertawakal. ” (M.Quraish
Shihab. 2002:348) Ayat ini menerangkan bahwa Aiia'n menjadikan syetan tidak berdaya untuk mengganggu orang-orang yang mau bertawakal kepada-Nya. Karena
Allah telah mengirimkan beberapa malaikat-Nya untuk menjaga orang tersebut. Seperti kisah orang kafir yang disuruh syetan untuk menghancurkan orang Islam, setelah sampai di medan pertempuran syetan lari ketakutan karena melihat banyaknya Malaikat yang Allah kirim untuk membantu orang Islam, dan mereka mengatakan "Inni aro ma latarauna
inni akhofullah wallahu syadidul 'iqab ”(aku melihat apa-apa yang tidak
kalian lihat karena sesungguhnya aku sangat takut kepada AJI ah dan Aliah sangat dahsyat siksaannya.(Jaialuddin Muhammad, 1991:136) 3) Dicintai Allah. Aliah berfirman.
(jjlSyLoil ^ i-\j 4il (j!
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal. ’’(Sayid Mahmud Syukro Al-AJusv, 1998:107-108) /
Bara ng siapa yang berhasil dicintai oleh Allah, maka ia telah memperoleh keuntungan dan kebahagiaan yang sangat besar, sebab kecintaan atau kasih sayang Allah membawa segala sesuatu yang menggembirakan seperti hidayah, rahmat, barokah dan lain sebagainya.
Bahkan juga (puncaknya) surga, selain itu cinta kasih Allah juga menjauhkan seseorang dari murka-Nya atau dari laknat-Nya yang berupa malapetaka, berbagai kesulitan hidup dan juga siksa neraka.(Humaidi,
1980:43) 4) Akan dimasukkan kedalam surga dengan tanpa hisab. Ras"iullah saw. bersabda:
j s
J S U»j Ij . y Vti>tv ls yLl jis eLul^s duSl _jl
- .J till Jjjjn \ t n ('i JjA (JjS f»x..) djls dlLjajI (jJ
"Aku diperintahkan umat-umat terdahulu p ada musim itu, maka aku melihat umatku telah memenuhi tanah datar dan gunung, aku telah dikagumkan dengan banyaknya umat itu dan keadaan mereka, kemudian dikatakan kepada ku: “apakah engkau telah merasa senang? Dikatakan kepada ku:
” aku menjawab: "ya ”bersama
mereka tujuh puluh ribu orang akan masuk surga tanpa hisab. ” Kemudian di tanyakan: "siapakah mereka wahai rasulullah? Rasulullah bersabda: "mereka itu adalah orang-orang yang tidak bertenung, dan tidak mohon di jampikan. Mereka itu berserah diri (tawakal) kepada Tuhannya. "
(Ai-Ghozali, 1982:321) Hadis di atas menjelaskan bahwa di hari akhir nanti terdapat tujuh ribu umat Nabi yang akan masuk ke dalam surga dengan tanpa di hisab, dan salah satunya adalah orang yang mau bertawakal kepada Allah, sungguh sangat beruntung orang-orang yang mau bertawakal kepada Allah, karena
/ Allah akan memberi balasan yang sangat besar dan tentunya imbalan yang sangat diidam-idamkan semua manusia yaitu surga.
4. Bertawakal kepada Ikhtiar Sekalipun seseorang disuruh untuk berikhtiar sebelum bertawakal, disuruh mengikuti hukum sebab akibat, tetapi ia tidak boleh bertawakal kepada ikhtiar. Seperti belajar menjadi sebab untuk mendapatkan ilmu. Berobat menjadi sebab untuk sehat, tetapi bukanlah sebab semata-mata yang menimbulkan akibat, kadang kala ada sebab tetapi tidak ada akibat, seperti dua orang pasien di rumah sakit, penyakitnya sama, dokternya sama, obatnya sama, tetapi yang satu sembuh dan yang satu lagi tidak sembuh.