STRATEGI DAKWAH PADA KELOMPOK MAJELIS TA’LIM ABANG BECAK (MATABACA) SURABAYA.

(1)

STRATEGI DAKWAH

PADA KELOMPOK MAJELIS TA’LIM

ABANG BECAK ( MATABACA) SURABAYA

Tesis

Diajukan Kepada Universitas islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Master Komunikasi Islam

Dalam Bidang Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam

Oleh :

Samsul Arifin

NIM.

F.07213089

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS

Nama : Samsul Arifin

NIM : F07213089

PRODI : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Judul : Strategi Dakwah Pada Kelompok Majelis Ta’lim Abang Becak ( Matabaca) Surabaya

Tesis ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan

Surabaya, 31Juli 2015 Telah Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing,

Dr. Agoes Moh. Moefad, M,S.i NIP. 197008252005011004


(3)

iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis Samsul Arifin ini telah diuji Pada tangtal 02 September 2015

Tim Penguji

Ketua

Masdar Hilmy, M.A, Ph.D NIP.197103021996031002

Penguji Utama

Dr. Abdul Muhid, M. Si NIP. 197502052003121002

Penguji/Pembimbing

Dr. Agoes Moh. Moefad, M,S.i NIP. 197008252005011004

Surabaya, 08 Oktober 2015


(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Samsul Arifin

NIM : F07213089

Prodi : Komunikasi Penyiaran Islam

Program : Magister ( S2 ) UIN Sunan Ampel Surabaya.

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Tesis ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Surabaya, 08 Oktober 2015

Penulis


(5)

vii

ABSTRAKSI

Arifin, Samsul 2015, Strategi Dakwah Pada Kelompok Majelis Ta’lim Abang Becak ( MATABACA ) Surabaya

Kata kunci : Strategi, Pola, Dakwah, Mejelis Ta’lim

Majelis ta’lim abang becak merupakan kelompok pengajian yang

kebanyakan pesertanya merupakan para penarik becak yang ada di Surabaya. Perlu peneliti kaji tentang strategi dan berbagai macam pola dakwah yang diusung oleh MATABACA itu sendiri sehingga nantinya bisa dijadikan sebuah referensi guna mendayagunakan majelis ta’lim ini di berbagai tempat tidak hanya di Surabaya bahkan di wilayah lain yang ada para abang becaknya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif diskriftif. Adapun

pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan observasi langsung ke lapangan. Kegiatan observasi peneliti lakukan dengan mengikuti kegiatan dakwah yang ada di MATABACA. Sedangkan dalam menganalisa keabsahan data penelitian ini menggunakan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi dan memberi check. Diharapkan dengan teknik keabsahan data tersebut akan didapat hasil penelitian yang objektif dan ilmiah.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi yang digunakan dalam kegiatan MATABACA tidak hanya menggunakan strategi dalam melakukan proses dakwah. Mereka menggunakan pola dakwah kesadaran diri, pola dakwah orang perongan, pola dakwah kelompok Sedangkan hambatan dakwahnya terbagi menjadi dua yakni Internal dan eksternal. Yang internal dan gangguan mengacu terhadapa interen anggota binaan dari segi personal sedangkan gangguan dakwah eksternal adalah orang yang menganggap bahwa kegiatan MATABACA merupakan kegiatan yang menuntun jamaah ke aliran yang dianggap sesat


(6)

Resume Tesis Oleh. Samsul Arifin

Strategi Dakwah pada Kelompok Majlis Ta’lim Abang Becak Surabaya Perumusan strategi dan pola dakwah dipandang perlu untuk meningkatkan efektifitas dakwah di kalangan majelis ta’lim. Heteregonitas para abang becak yang berasal dari berbagai daerah menjadi tantangan tersendiri untuk para stackholder untuk lebih bisa mentransformasikan nilai-nilai keislaman kepada mereka. Untuk itu, agar dalam penyampaiannya benar-benar bisa memenuhi harapan, dapat diterima dan dipahami serta dilaksanakan oleh mitra dakwah, maka perlu bagi para da'i menerapkan pola dan strategi yang baik, efektif, dan efisien. Oleh sebab itu, di dalam penentuan strategi dakwah haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: tujuan yang ingin dicapai, kemampuan da'i (kemampuan yang meliputi pesan dakwah, dan sebagainya), mitra dakwah dan media dakwah.

Disamping itu adanya peranan serta fungsi dakwah juga harus mampu mengambil posisi sebagai stimulator yang dapat memotifasi menuju kepada tingkah laku atau sikap yang sesuai dengan pesan-pesan dakwahnya tersebut. Pesan-pesan dakwah tidak hanya sekedar agar pesan tersebut dapat disampaikan dan diterima oleh khalayak, tetapi hendaknya juga pesan tersebut mampu dimengerti dan dihayati oleh mitra dakwah .

Dengan demikian maka dakwah merupakan bagian yang sangat essensial dalam kehidupan seorang muslim dimana essensinya terletak pada ajakan, dorongan (motivasi) rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah.

Perincian pesan-pesan Islami kedalam suatu yang lebih menarik perlu diperhatikan oleh da’i agar penyampain pesan lebih menarik. Upaya proses


(7)

penerjemahan dan penjelasan teks-teks Islam ke konteks sosial umat juga diperlukan dalam berdakwah.

Manusia dengan hidup dan kehidupannya selalu mengalami perubahan-prubahan, baik perubahan yang alami maupun perubahan yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Perubahan itu tidak selamanya menjadi lebih baik, bahkan sringkali terjadi sebaliknya. Disinilah dakwah mempunyai peranan yang penting dalam menuntun kepada kehidupan yang lebih baik

Pengembangan dakwah Islamiah merupakam proses interaksi dari serangkaian kegiatan yang sudah terencana yang mengarah terhadap peningkatan kualitas keagamaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri nantinya. Sebagai proses, maka tututan dasarnya adalah prerubahan sikap dan prilaku yang diorientasikan pada sumber nilai yang islami.

Salah satu pengembangan pola dakwah dewasa ini melalui majelis

ta’lim. Majelis ta’lim merupakan salah satu pengembangan pendidikan non

-formal yang dikelola oleh pihak-tertentu untuk melestarikan ajaran Islam melalui kegiatan-kegiatan pengajian yang mereka selenggarkan. Seiring makin pesatnya perkembangan ragam dan kuantitas majelis taklim, maka sejatinya penanaman nilai-nilai keislaman bagi masyarakat.

Problematika mitra dakwah tidak hanya berupa realitas sosial dari perilaku yang bertentangan dengan Islam, tetapi lebih dari itu, bagaimana pula menangani dan memeberi soslusi atas persoalan-persoalan sosial itu. Tujuan pendirian MATABACA juga ingin menjadi wadah perubahan sosial yang orientasi tidak hanya dari segi kerohanian mereka tapi juga dari kehidupan sosial mereka. Pemberian program pendukung kegiatan dakwah yang tidak hanya bersifat spritualitas tapi juga dimensi kehidupan sehari-hari seperti masalah kesehatan dan ekonomi.

Pelayanan kesehatan untuk warga binaan sangat diperhatikan sebagai sebuat strategi untuk mengajak para abang becak yang belum bergabung dengan MATABACA penarikan biaya yang sangat murah dengan kualitas yang baik.


(8)

Majlis Ta’lim Abang Becak ( MATABACA) merupakan salah satu usaha social dan dakwah Yayasan Nurul Hayat yang menghususkan pelayanannya untuk kesejahteraan para abang becak yang berada di Surabaya. Slogan dari MATABACA adalah sudah miskin di dunia kalau bisa jangan miskin di akhirat. Berdirinya matabaca ini merupakan langkah konkrit Yayasan Nurul Hayat untuk pelayanan ummat yang memang menjadi visi misi dari yayasan tersebut

Strategi adalah suatu kesatuan rencana yang menyeluruh, konfrehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk tujuan perusahaan. Strategi berperan penting pada era global ini ketika persaingan semakin hebat kita membutuhkan strategi yang handal.

Sedangkang strategi komunikasi adalah sebagaimana berikut:

1. Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan dan mempromusikan suatu fisi komunikasi dalam suatu rumusan yang baik

2. Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang dilakukan berdasarkan suatu pilihan dari beberapa opsi komunikasi

3. Strategi berbeda dengan taktik, strategi menjelaskan tahapan secara konkrit dalam rangkaian aktifitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian ttujusn komuniksdi 4. Adalah tujuan akhir komunikasi, strategi berperan menfasilitasi


(9)

Sedangkan dakwah bila ditinjau dari segi bahasa pengertian dakwah

berasal dari bahasa arab “da’watan” yang berarti panggilan, ajakan, seruan.

Menurut Syekh Ali Makhfuz, dalam kitabnya Hidayat Al Mursyidin dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dakwah Islam menurut M. Arifin, dakwah adalah suatu sistem kegiatan diri seseorang, kelompok atau segolongan umat islam sebagai aktualisasi imaniah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, doa yang disampaikan dengan ikhlas dengan menggunakan metode, sistem dan bentuk tertentu, agar mampu menyentuh kalbu dan fitrah seseorang, sekeluarga, sekelompok. Massa dan masyarakat manusia, supaya dapat mempengaruhi tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Penerapan strategi dakwah perlu diintegrasikan dengan berbagai pola dakwah yang sejauh ini. Pola dakwah berdasarkan objek dakwah ini dapat dibagi dalam beberapa pola berikut. Pertama, Dakwah Dzatiah (Dakwah Intrapersonal) Dakwah nafsiyah atau disebut juga dakwah intrapersonal adalah dakwah yang berfokus pada diri sendiri (bukan dakwah kepada orang lain.

Kedua, Dakwah Fardiyah (Dakwah Interpersonal) Dakwah fardiyah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan seorang da’i kepada orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan mitra dakwah pada


(10)

keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah. Dalam proses dakwah fardiyah, seorang da’i berusaha lebih dekat mengenal mitra dakwah , menyertainya dan membina persaudaraan dengannya karena Allah

Dakwah Fi’ah (Dakwah Kelompok) Dakwah fiah atau disebut juga dengan dakwah kelompok dapat diidentikkan dengan komunikasi kelompok. Dalam kelompok ini A deVito menjelaskan karakteristik kelompok menurut jumlah anggota yang dimiliki oleh kelompok tersebut.. Dalam kelompok kecil ini ada berbagai pola komunikasi yang diterapkan demi terciptanya efektifitas komunikasi dan dakwah dalam suatu kegiatan. Format-format komunikasi kelompok kecil adalah panel, seminar, symposium, dan forum,

Majelis taklim sebagai sarana dakwah merupakan sarana yang baik untuk mengembangkan dan menyebarluaskan ajaran Islam yang sesuai dengan kebutuhan mitra dakwah yang ada pada suatu tempat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata majelis memiliki arti dewan, pertemuan, kumpulan, tempat bersidang Ta’lim memiliki arti pengajaran agama (Islam). Majelis ta’lim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.

Sementara istilah, “ majelis ta’lim” sering diartikan sebagai kelompok suatu komunitas muslim yang menyelanggarakan kegiatan dan pendidikan agama islam. Pengertian ini menunjukkan bahwa majelis taklim meliputi kegiatan komunitas nuslim yang berkaitan dengan masalah pendidikan dan


(11)

pengajaran agama Islam, tampa dibatasi oleh jenis kelamin dan status sosial jamaahnya.

Dalam penelitian ini peneliti menemukan berbagai pola dakwah yang dijalankan oleh stack holder MATABACA Surabaya. Pertama, dakwah kesadaran diri ( Komuniaksi intrapersonal ) hal ini dituturkan oleh sebagian kecil anggota MATABACA.

Kedua, Dakwah orang keorang, merujuk kepada ilmu komunikasi, dakwah orang keorang dapat diidentikkan dengan dakwah interpersonal atau dakwah antarpribadi. Dalam isltilah dakwah, dakwah antar pribadi dapak dikatakan dengan fardiyah ini dapat dirujuk kepada teori peranan komunikasi antar pribadi yang ditulis oleh Johnson (1981) yaitu: pertama, komunikasi antarpribadi dapat membantu perkembangan intelektual dan social masyarakat. Kedua, komunikasi antar pribadi dapat membantu adanya identitas dan jati diri seseorang. Ketiga, melalui komunikasi antar pribadi kita dapat melakukan pembandingan social terhadap kesan-kesan dan pengertian kita tentang dunia luar kita. Keempat, kesehatan mental seseorang sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi antar pribadi yang terjadi di lingkungan tempat tinggal seseorang.

Dakwah Kelompok, dalam istilah komunikasi dawah model ini dikenal dengan komunikasi kelompok. Sebagaimana dikemukakan Littlejohn dan Foss, bahwa kita munkin tidak menyadari bahwa kita menghabiskan banyak waktu kita melakukan komunikasi dalam kelompok, tetapi sebenarnya kelompok juga membetuk struktur waktu kita. Komunikasi kelommpok


(12)

terkadang sangat membosankan, tetapi juga menciptakan keceriaan dan kesenangan. Komunikasi kelompok terkadang membatasi gerak kita, tetapi juag membentuk arah masa depan serta membuka peluang dalam hidup kita.

Strategi para narasumber juga berbeda dalam menyampaikan materi dakwah kepada para abang becak. Momentum dan juga kondisi Mitra dakwah kadang merubah strategi yang akan dibawakan oleh seorang narasumber. Pada pengajian akbar MATABACA tanggal 2 Juni 2015 untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan 1436 H. Yang diasuh oleh KH. Agus Ali Masyhuri dia merubah strateginya dikarenakan melihat kondisi riil dilapangan. Dia menguraikan materi tentang puasa akan tetapi sebelum menjelaskan secara keseluruhan dia menyisipkan berbagai joke-joke untuk menghibur para jamaah walaupun demikian joke-nya tetap edukatif. Menurut gus Ali dia menggunakan strategi Tabsyiran kepada para jamaah karena menurutnya materi yang njelimet tidak akan masuk kepada para jamaah.

Gangguan dakwah pada majelis ta’lim abang becak Surabaya adalah adanya berbagai pihak yang tidak senang terhadap rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh para stack holder MATABACA. Dan bahkan pada mulanya ada sebagian kecil kelompok yang menganggap sesat MATABACA.


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu ajaran Islam yang paling penting dan berorientasi praksis dan strategis adalah ajakan kepada manusia agar berada dan tetap berada dalam jalan yang benar yang populer disebut dengan dakwah1. Dakwah merupakan salah satu aktivitas keberagaman yang sangat urgen dalam Islam, memiliki posisi strategis, sentral, dan menentukan.2 Sedangkan, aktivitas dakwah pada hakikatnya adalah satu bentuk aktivitas penyampaian materi ajaran agama (mengajak, mengajar, mendengarkan, memperlihatkan dan sebagainya) kepada obyek untuk mencapai kebahagiaan dalam ridha Illahi.

Keseimbangan hidup ( life harmony ) boleh jadi merupakan kata paling ringan untuk disebut sebagai arah dan tujuan dakwah. Aktivitas dakwah sebagai misi Agama adalah cara universal. Sehingga diperlukan upaya-upaya reduksi dan menurunkannya ke dalam tema-tema yang lebih familiar.

Ada beberapa arah dan tujuan dari dakwah yang diemban oleh para

da’i dalam proses perkembangan dakwah. Pertama, konsep Dar- al-Salam

yang merupakan konsep yang berakar dari ”Islam ” sendiri, yang merupakan dan tujuan dakwah. Dakwah dilakukan mestinya menimbulkan rahmat bagi

1

Acep Aripuddin, Sosiologi Dakwah, ( Bangdung: Rosda, 2013) 47

2


(14)

2

sekalian alam. Kedua, dialog dan menghindari Ikrah. Dialog ini bertujuan untuk memadukan pandangan-pandangan atau pendapat yang bisa membuat umat Islam lebih maju. Ketiga, konsep integral. Konsep integralisme dalam dakwah adalah bahwa dakwah mesti mempertimbangkan sudut-sudut persoalan dakwah, kemampuan, kapasitas, dan target dakwah yang lebih realistik. Keempat, pelaksanaan dakwah mesti menjawab tantangan dan problem sosial. Persoalan gangguan psikis dan rohani manusia merupakan persoalan yang sangat riskan terganggu oleh akibat negatif perkembangn sosial budaya tersebut.3

Perumusan strategi dan pola dakwah dipandang perlu untuk meningkatkan efektifitas dakwah di kalangan majelis ta’lim. Heteregonitas para abang becak yang berasal dari berbagai daerah menjadi tantangan tersendiri untuk para stackholder untuk lebih bisa mentransformasikan nilai-nilai keislaman kepada mereka. Untuk itu, agar dalam penyampaiannya benar-benar bisa memenuhi harapan, dapat diterima dan dipahami serta dilaksanakan oleh mitra dakwah, maka perlu bagi para da'i menerapkan pola dan strategi yang baik, efektif, dan efisien. Oleh sebab itu, di dalam penentuan strategi dakwah haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: tujuan yang ingin dicapai, kemampuan da'i (kemampuan yang meliputi pesan dakwah, dan sebagainya), mitra dakwah dan media dakwah.4

Disamping itu adanya peranan serta fungsi dakwah juga harus mampu mengambil posisi sebagai stimulator yang dapat memotifasi menuju kepada

3

Asep Muhyiddin, Kajian Dakwah Multiperspektif. ( Bandung: Rosda, 2014)28-29

4 Yunus, Hanis Syam., ……….


(15)

3

tingkah laku atau sikap yang sesuai dengan pesan-pesan dakwahnya tersebut. Pesan-pesan dakwah tidak hanya sekedar agar pesan tersebut dapat disampaikan dan diterima oleh khalayak, tetapi hendaknya juga pesan tersebut mampu dimengerti dan dihayati oleh mitra dakwah .

Dengan demikian maka dakwah merupakan bagian yang sangat essensial dalam kehidupan seorang muslim dimana essensinya terletak pada ajakan, dorongan (motivasi) rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah.5

Perincian pesan-pesan Islami kedalam suatu yang lebih menarik perlu diperhatikan oleh da’i agar penyampain pesan lebih menarik. Upaya proses penerjemahan dan penjelasan teks-teks Islam ke konteks sosial umat juga diperlukan dalam berdakwah.

Manusia dengan hidup dan kehidupannya selalu mengalami perubahan-prubahan, baik perubahan yang alami maupun perubahan yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Perubahan itu tidak selamanya menjadi lebih baik, bahkan sringkali terjadi sebaliknya. Disinilah dakwah mempunyai peranan yang penting dalam menuntun kepada kehidupan yang lebih baik6

Pengembangan dakwah Islamiah merupakam proses interaksi dari serangkaian kegiatan yang sudah terencana yang mengarah terhadap peningkatan kualitas keagamaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri

5

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: PT. Mitra Pustaka,cetakan pertama, 2000), 7

6


(16)

4

nantinya. Sebagai proses, maka tututan dasarnya adalah prerubahan sikap dan prilaku yang diorientasikan pada sumber nilai yang islami.

Salah satu pengembangan pola dakwah dewasa ini melalui majelis

ta’lim. Majelis ta’lim merupakan salah satu pengembangan pendidikan

non-formal yang dikelola oleh pihak-tertentu untuk melestarikan ajaran Islam melalui kegiatan-kegiatan pengajian yang mereka selenggarkan. Seiring makin pesatnya perkembangan ragam dan kuantitas majelis taklim, maka sejatinya penanaman nilai-nilai keislaman bagi masyarakat.

Ditinjau dari kacama social kemasyarakatan para abang becak ini termasuk masyarakat marjinal di balik keindahan kota Surabaya, ada beberapa masyarakat yang kurang beruntung nasibnya sehingga kadang mereka melupakan kewajiban mereka terhadap Tuhanya. Keterbatasan mereka dalam aspek ekonomi mengakibatkan mereka kadang-kadang tidak begitu memintingkan urusan agama.

Para Abang becak adalah contoh komunitas kehidupan jalanan. Kadang karena lingkungan yang keras dan kebutuhan akan segenggam beras, membuat mereka tak punya waktu mengasah ruhaniah mereka. Dan ketika jalan takwa tidak dirajut sama sekali, hatipun semakin buta. Maka tak jarang kita melihat di pangkalan becak mereka mengisi waktunya dengan main kartu, pesta miras, dan perilaku negatif lain. Sabda Nabi SAW bahwa “Kemiskinan mendekatkan pada kekafiran” menjadi benar apabila melihat keadaan tersebut.


(17)

5

Di surabaya ada Majelis ta’lim yang hampir secara keseluruhan para anggotanya adalah para abang becak. Majelis ta’lim abang becak ini mempunyai kelebihan yang tidak tidak dimiliki oleh majelis ta’lim yang lain disamping mereka mengasah speritualitas keagamaan mereka tapi juga dari segi ekonomi dan kesehatan. Penanaman pemahaman keagamaan memang sudah terjadwal dengan rapi tiap bulannya. Kepedulian majelis ta’lim ini dalam bidang kesehatan perlu diapresiasi dengan adanya trobosan kartu binaan yang bisa dibuat untuk berobat secara gratis di klinik-klinik yang memang disediakan oleh yayasan nurul hayat bagi para Abang Becak dan juga kaum mustad’afin yang lain.

Perekrutan jamaah tidak stagnan bahkan tiap bulan pasti ada penambanhan anggota. Ada beberapa strategi yang mereka gunakan untuk mengajak para penarik becak untuk bergabung dengan majelis ini. Pertama

secara lisan mereka para kordinator di setiap pangkalan mengadakan sosialisasi keberadaan majelis ta’lim kepada yang lain dengan persuaisi yang mereka mampu. Kedua memberikan semacam bingkisan untuk menarik minat mereka agar bergabung dengan majelis ini.

Kadang usaha mereka tidak membuahkan hasil yang signifikan dalam perekrutan binaan baru. Namun demikian, mereka tetap berusaha sekiranya majelis ta’lim ini bertambah dan bertambah tiap bulannya. Strategi-strategi yang mereka gunakan untuk mengambil hati para abang becak dan juga para pedagang kaki lima mereka terus mengembangkan sekiranya kedua strategi di


(18)

6

atas tidak signifikan mereka menjelaskan kembali tentang kelebihan majelis yang mereka ikuti.

Seperti yang sudah maklum kita pahami bahwa Islam tidak membatasi dirinya semata- mata kepada mensucikan kehidupan rohani dan kehidupan moral manusia dalam artian terbatas dari pengertian tersebut. Ruang lingkupnya sangat luas7. Problematika para abang becak juga tidak luput dari perhatian Islam dalam segala aspek kehidupan sosialnya, masalah kebutuhan primer mereka, kesehatan dan juga tempat tinggal juga menjadi sasaran dakwah di kalangan abang becak ini.

Problematika mitra dakwah tidak hanya berupa realitas sosial dari perilaku yang bertentangan dengan Islam, tetapi lebih dari itu, bagaimana pula menangani dan memeberi soslusi atas persoalan-persoalan sosial itu8. Tujuan pendirian MATABACA juga ingin menjadi wadah perubahan sosial yang orientasi tidak hanya dari segi kerohanian mereka tapi juga dari kehidupan sosial mereka. Pemberian program pendukung kegiatan dakwah yang tidak hanya bersifat spritualitas tapi juga dimensi kehidupan sehari-hari seperti masalah kesehatan dan ekonomi.

Pelayanan kesehatan untuk warga binaan sangat diperhatikan sebagai sebuat strategi untuk mengajak para abang becak yang belum bergabung dengan MATABACA penarikan biaya yang sangat murah dengan kualitas yang baik.

7

Hasan Bisri, Filsafat Dakwah, ( Surabaya : DDP 2009) 49

8


(19)

7

Disamping kelebihan- kelebihan di atas ada kelebihan yang menonjol adalah ikatan silaturrahmi antar penarik becak sangat baik kalau dulunya munkin sering terjadi perubutan penumpang akan tetapi setelah mereka mengikuti MATABACA mereka lebih saling pengertian.

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah

Pola dakwah adalah salah satu komponen dakwah yang perlu

diperhatikan oleh da’I karena pola mempunyai peranan sangat urgen dalam

keberhasil proses dakwah.

Pembahasan pada penelitian ini terfokus pada strategi dakwah yang ada di majelis ta’lim abang becak yang ada di Surabaya. Identifikasi masalah sebagai berikut: bagaimana potret majelis ta’lim abang becak?, Bagaimana Pola dakwah Matabaca? Bagaimana Gangguan Dakwah Matabaca

Batasan masalah pada penelitian ini ingin menjawab dan menjabarkan tentang permasalahan penelitian yang telah peneliti uraikan di awal. Permasalahannya adalah strategi dakwah apa yang digunakan oleh Majelis

Ta’lim Abang Becak di Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Agar penelitian lebih mudah untuk dipahami maka peneliti perlu merumuskan rumusan masalah sebagai berikut. Bagaimana strategi dakwah Majelis Ta’lim Abang Becak ( Matabaca ) di Surabaya.?

D. Fokus Penelitian

1. Bagaimana Gambaran Jamaah Majelis Ta’lim Abang Becak (MATABACA) Surabaya?


(20)

8

2. Bagaimna Pola Dakwah Majelis Ta’lim Abang Becak (MATABACA) Surabaya?

3. Bagaimana Gangguan dan Hambatan Dakwah Majelis Ta’lim Abang Becak (MATABACA) Surabaya?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Gambaran Jamaah Majelis Ta’lim Abang Becak (MATABACA) Surabaya.

2. Untuk menggambarkan pola dakwah Majelis Ta’lim Abang Becak (MATABACA)Surabaya.

3. Untuk menggambarkan gangguan dan hambatan Dakwah Majelis

Ta’lim Abang Becak (MATABACA) Surabaya

F. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangsih keilmuan pada bidang kajian ilmu dakwah

1. Manfaat Secara Teoritik

a. Mengenal pribadi diri sebagai insan yang utuh serta memotivasi kita untuk belajar mengenal lebih jauh ruang lingkup kehidupan dalam ilmu pengetahuan secara utuh dan lengkap, sehingga bisa bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain, agama, dan negara.

b. Memungkinkan kita untuk pengembangan diri dalam memperoleh ilmu pengetahuan secara kritis dan mandiri, khususnya bidang komunikasi dan ilmu dakwah.


(21)

9

c. Untuk mengetahui betapa pentingnya strategi dan strategi dakwah Majelis Ta’lim Abang Becak, sebagai upaya menumbuhkan kesadaran beragama dalam mengemban dakwah Islam .

2. Manfaat Secara Praktis

a. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bisa digunakan sebagai evaluasi, sekaligus informasi untuk lebih meningkatkan lagi, kiprah dan peran dakwah di dalam Majelis Ta’lim Abang Becak, sehingga memberikan penilaian positif pada masyarakat.

b. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah perbendaharaan khazanah keilmuan pada perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, sebagai referensi dan bahan pembanding bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian serupa atau lanjutan G. Definisi Konsep.

Agar tidak ada kesalah pahaman dalam memberikan pengertian atau definisi dalam judul terhadap penelitian, maka peneliti menjelaskan definisi konsep sesuai dengan judul yang tertera.

1. Strategi Dakwah

Secara etimologi strategi bersala dari bahasa Yunani yang aslinya

berarti “seni sang jendral” atau “ kapal sang jendral” dan kemudian

diperluas mencakup seni para laksamana dan komandan angkatan udara9. Sedangkan alo liliweri berpendapat bahwa strategi juga merupakan dari kosa kata Yunani yaitu Strategos yang berarti keahlian meliter. Yang

9


(22)

10

belakangan ini diadaptasikan kedalam lingkuanngan bisnis modern kata Strategos berarti sebagai:

1. Keptusan untuk melakukan suatu tindakan dalam jangka panjang dengan segala akibatnya.

2. Penentuan tingkat kerentanan posisi kita dengan posisi para pesaing

3. Pemanfaatan sumber daya dan penyebaran informasi yang relative terbatas terhadap kemunkinan penyadapan informasi oleh pesaing

4. Penggunanan fasidaan litas komunikasi untuk penyebaran informasi yang menguntungkan berdasarkan analisis geografis dan topografis

5. Penemuan titik-titik kesaman dan perbedaan penggunaan sumber daya dalam pasar informasi10.

Adapun dalam pembahasan organisasi, istilah strategi hampir selalu dikaitkan dengan arah, tujuan, dan penentuan posisi suatu organisasi dengan mempertimbangkan lingkungan sekitarnya.

William F. Glueck dan Lawrence R. Jauch memberikan definsi strategi sebagai berikut.

“ A strategy is unified, confrenhensive, an integrated paln that relates the strategic advantage of the firm to the challenges of the

10


(23)

11

enviorenment and that is designed to ensure that the basic objectives of the enterprice are achived through proper execution by the organization”

Strategi adalah suatu kesatuan rencana yang menyeluruh, konfrehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk tujuan perusahaan. Strategi berperan penting pada era global ini ketika persaingan semakin hebat kita membutuhkan strategi yang handal11.

Sedangkang strategi komunikasi adalah sebagaimana berikut:

1. Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan dan mempromusikan suatu fisi komunikasi dalam suatu rumusan yang baik

2. Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang dilakukan berdasarkan suatu pilihan dari beberapa opsi komunikasi

3. Strategi berbeda dengan taktik, strategi menjelaskan tahapan secara konkrit dalam rangkaian aktifitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian ttujusn komuniksdi

4. Adalah tujuan akhir komunikasi, strategi berperan menfasilitasi perubahan prilaku untuk mencapai tujuan komunikasi manajemen.

Sedangkan dakwah bila ditinjau dari segi bahasa pengertian dakwah berasal dari bahasa arab “da’watan” yang berarti panggilan,

11

Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Strategi Pemasaran, (Bandung: Pusatakasetia, 2015)197-198


(24)

12

ajakan, seruan.12 Menurut Syekh Ali Makhfuz, dalam kitabnya Hidayat Al Mursyidin dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.13

Dakwah Islam menurut M. Arifin, dakwah adalah suatu sistem kegiatan diri seseorang, kelompok atau segolongan umat islam sebagai aktualisasi imaniah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, doa yang disampaikan dengan ikhlas dengan menggunakan metode, sistem dan bentuk tertentu, agar mampu menyentuh kalbu dan fitrah seseorang, sekeluarga, sekelompok. Massa dan masyarakat manusia, supaya dapat mempengaruhi tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan tertentu.14

Secara umum dari definisi dakwah yang dikemukakan dua para ahli tentang definisi dakwah diatas, menunjukan pada kegiatan yang berusaha mengajak. Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai dakwah yang diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:

Dakwah menurut Hamzah Ya’qub, pengarang buku Publistik Dakwah berpendapat bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah dan bijaksana untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rosulnya.15Nasrudin Latif, pengarang buku Praktek Dakwah Islamiyah

12

Asep Muhyiddin, Metode Pengembengan Dakwah, .27.

13

Syeikh Ali Mahfuzd, Hidayatul Mursyidin, (Yogjakarta: Tiga A, 1970), 17.

14

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, ( Jakarta: Kencana, 2009), 15.

15 Hamzah Ya’qub,


(25)

13

berpendapat dakwah adalah usaha atau aktifitas dengan lisan maupun tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis

syari’at serta akhlak Islamiyah.16

Jadi bisa ditarik benang merahnya dari beberapa pengertian dakwah menurut para ahli di atas bahwa dakwah adalah proses transformasi nilai-nilai keagamaan yang menggunakan kaidah dan strategi tertentu untuk dicapainya tujuan dakwah.

2. Pola Dakwah

Kata pola merupakan kata benda yang berari system kerja oprasional suatu pekerjaan dan juga organisasi17. Sedangkan pola dakwah di sini adalah gaya dakwah yang dilakukan oleh komunikator MATABACA yang dilaksanakan selama proses dakwah.

Pola dakwah berdasarkan objek dakwah ini dapat dibagi dalam beberapa pola berikut. Pertama, Dakwah Dzatiah (Dakwah Intrapersonal) Dakwah nafsiyah atau disebut juga dakwah intrapersonal adalah dakwah yang berfokus pada diri sendiri (bukan dakwah kepada orang lain)18.

Dakwah Dzatiah merupakan hubungan komunikasi antara jiwa seseorang dengan Allah Swt. Dakwah Dzatiah dapat berbentuk do’a

seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam hadits Nabi Muhammad Saw

yang berasal dari Abu Sa’id al-Khudhriyi ra. “… jika kamu tidak sanggup

16

Siti Muriah, Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), 4.

17

Kamus online Bahasa Indonesia diakses hari Selasa 12 Juli 2015

18


(26)

14

mencegah kemungkaran dengan tangan dan lisan maka cegahlah dengan hatimu19.

Kedua, Dakwah Fardiyah (Dakwah Interpersonal) Dakwah fardiyah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan seorang da’i kepada orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan mitra dakwah pada keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah. Dalam proses

dakwah fardiyah, seorang da’i berusaha lebih dekat mengenal mitra

dakwah , menyertainya dan membina persaudaraan dengannya karena

Allah.dalam persahabatan ini,da’i berusaha membawa mitra dakwah

kepada keimanan, ketaatan, kesatuan dan komitmen pada system kehidupan Islam dan adab-adabnya yang menghasilkan sikap tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan dan membiasakannya beramar

ma’ruf nahy munkar.

Dakwah Fi’ah (Dakwah Kelompok) Dakwah fiah atau disebut juga dengan dakwah kelompok dapat diidentikkan dengan komunikasi kelompok. Dalam kelompok ini A deVito menjelaskan karakteristik kelompok menurut jumlah anggota yang dimiliki oleh kelompok tersebut.. Dalam kelompok kecil ini ada berbagai pola komunikasi yang diterapkan demi terciptanya efektifitas komunikasi dan dakwah dalam suatu kegiatan. Format-format komunikasi kelompok kecil adalah panel, seminar, symposium, dan forum20. Dengan demikian , maka dakwah fiah (dakwah kelompok) dapat berbentuk dakwah halaqah yaitu dakwah yang

19

Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah; Metode Membentuk Pribadi Muslim, terj. As’ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 29

20


(27)

15

dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil tersebut dapat diaktifkan secara rutin dengan jadwal dan materi yang tersusun rapi.

Dakwak Ramzi (Dakwah Massa) Konsepsi dan manifestasi dakwah harus bisa merangkul dimensi kerisalahan, kerahmatan dan kesejahteraan dalam kehidupan umat manusia. Dakwah ramzi ini dakwahyang dilakukan melaui media massa. Pesan dakwah dalam pola ini dikontruksikan oleh tim media menjadi realitas simbolik di media massa21. Dalam pola dakwah

ramzi ini diharapkan da’I dan juga mitra dakwah mampu memanfaatkan

media massa yang ada.

Dakwah Umurah (Dakwah Lintas Budaya) Bapak antropologi budaya, E. B.Taylor, mendefinisikan “budaya sebagai keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kamapuan atau kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh angggota-anggota suatu masyarakat”. Untuk memahami dakwah umurah atau disebut juga dengan dakwah intas budaya, kita harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan komunikasi lintas budaya, karena dakwah umurah diindintikkan dengan komunikasi lintas budaya.

Komunikasi lintas budaya bisa juga disebut komunikasi antar budaya yaitu komunikasi yang terjadi antar orang-orang yang berbeda budaya. Artinya communicator dan comunican berasal dari budaya yang

21


(28)

16

berbeda. Dalam proses komunikasi antar budaya tersebut terlibat peranan dan fungsi budaya. Budaya sangat mempengaruhi orang-orang yang sedang berkomunikasi. Berpijak pada pemikiran tersebut, dalam proses dakwah lintas budaya, seorang da’i harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya.

Dewasa ini, komunikasi antarbudaya juga dakwah antarbudaya semakin penting dan semakin vital daripada di masa-masa sebelum ini. Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Terdamparnya suku rohingnya di perairan Indonesia dan juga berbagai imigran dari Afrika yang mencari suaka di Eropa juga beberapa Negara Timur Tengah yang sedang mencari suaka di Australia.

Dakwah untuk masyakat pencari suaka ini juga membutuhkan pemahaman yang sangat vital terhadap budaya mereka agar pendekatan yang digunakan dapat seefektif mungkin dan seefesien munkin demi terciptanya komunikasi dakwah yang efektif.

3. Majelis Ta’lim

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata majelis memiliki arti dewan, pertemuan, kumpulan, tempat bersidang.22 Ta’lim memiliki arti pengajaran agama (Islam). Majelis ta’lim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.

22


(29)

17

Sementara istilah, “ majelis ta’lim” sering diartikan sebagai kelompok suatu komunitas muslim yang menyelanggarakan kegiatan dan pendidikan agama islam. Pengertian ini menunjukkan bahwa majelis taklim meliputi kegiatan komunitas nuslim yang berkaitan dengan masalah pendidikan dan pengajaran agama Islam, tampa dibatasi oleh jenis kelamin dan status sosial jamaahnya.

Selanjutnya Djaharuddin AR mengartikan majelis ta’lim sebagai lembaga pendidikan non-farmal Islam yang memiliki kurikulumnya tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, diikuti oleh jumlah jamaah yang relative banyak, dan dan bertujuan untuk memebina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan sesamanya, manusia dan lingkungannya dan kepada Allah SWT.

Sementara itu, departemen Agama RI merumuskan arti “ majelis

ta’lim” sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan

non-formal di bidang agama Islam bagi orang dewasa, biasanya secara berkala, sekali dalam seminggu dan bertempat di tempat-tempat yang sudah ditentukan.

Dari beberapa pengertian majelis ta’lim diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa suatu kelompok atau komunitas muslim disebut majelis taklim bila setidaknya memiliki cirri-ciri sebagai berikut: ( 1 ) sudah terbentuk sebagai lembaga pengajaran agama Islam non-formal; (2) memiliki kegiatan secara berkala dan teratur; ( 3 ) memiliki jumlah jamaah yang cukup banyak dan pada umumnya terdiri dari orang dewasa. (


(30)

18

4 ) terdapat figure figure sentral yang mengelol dan menjadi panutannya; dan (5) memiliki tujuan untuk membina insane muslim yang beriman, berilmu, berkhlak, dan bertakwa kepada Allah SWT.

4. Abang Becak

Abang becak Adalah seseorang yang mempunyai profesi sebagai penarik becak yang berada di areal di mana penelitian ini kami lakukan.

5. Gangguan dan Hambatan Dakwah

Dalam istilah komunikasi gangguan berarti suatu yang menghalangi sampainya pesan komunikasi akibat hambatan fisik, psilogis, sosial dan semantik dan lain sebagainya23. Sedangkan A Joseph Devito menjelaskan bahwa hambatan interaksi bahasa dan verbal sebagai berikut

Pertama Polarisasi, adalah kecendrungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikannya dalam bentuk ekstrim, baik atau buruk, positif atau negative pandai atau boboh. Kedua, orientasi intensional hal ini mengacu pada kecendrungan kita untuk melihat manusia, objek, dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka. Ketiga, menyimpulkan fakta secara keliru yang disebut dengan implikasi pragmatis, kita dapat membuat pernyataan tentang dunia yang kita amati, dan kita membuat pernyataan tentang apa yang belum pernah kita lihat.

Keempat, Potong kompas adalah pola kesalahan evaluasi di mana orang gagal mengomonikasikan makna yang mereka maksudkan. Kelima,

23


(31)

19

Kesemuaan, dunia ini sangat kompleks, kita tidak pernah bisa mengetahui semua hal atau mengatakan segalanya tentang sesuatu. Keenam, evaluasi statis bilamana kita membuat suatu ringkasan tapi pernyataannya statis atau tidak berubah. Ketujuh, indiskriminasi hal ini terjadi bila kita mengelompokkan hal-hal yang tidak sama kedalam satu kelompok dan menganggap karena mereka berada dalam kelompok yang sama, mereka semuanya sama24

H. Penelitian Terdahulu

“Strategi Komunikasi serikat pekerja dalam menyelesaikan konflik

hubungan di perusahaan media”25

. Penelitian menggunakan pendekatan diskriftif kwalitatif.

Sedangkan hasil peneliannya adalah

1. Tidak semua pendirian atau pembentukan serikat pekerja pers didukung oleh adanya kelas diri pers pekerja pers atau kariawan.

2. Eksistensi serikat pekerja di perusahaan media sangat ditentukan oleh ruang yang diberikan oleh perusahaan.

3. Hampir semua serikat pekerja menyadari arti penting strategi komunikasi dalam memperjuangkan aspirasinya

24

Joseph A. DeVito. 140-152


(32)

20

Penelitian terdahulu yang penulis anggap relefan adalah. Strategi Dakwah Program Radio SAS FM Surabaya26.

Hasil penelitain ini menggambarkan dan juga ditemukan bahwa konsep awal terbentuknya radio SAS FM Surabaya berawal dari keinginan memperluas syiar dakwah yang ada di Masjid Nasional al-Akbar Surabaya. Strategi Dakwah program “ Ngaji Fiqh Konterporer” dan “ Tadarus Keluarga ” memiliki startegi yang mumpuni sehingga bisa diterima oleh para pendengar. Respons para pendengar sangat bagus dikarekan strategi yang mumpuni yang dilakukan oleh SAS FM Surabaya.

Selanjutnya penelitian yang berjudul “ Dakwah Dan Abang

Becak” (Studi Tentang Proses Dakwah Dalam Pembinaan Keagamaan

Jama’ah Majelis Ta’lim AbangBecak Di Yayasan Nurul Hayat Surabaya)

IAIN Sunan Ampel Surabaya27

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, (1) Proses dakwah dalam pembinaan keagamaan jema’ah majelis ta’lim abang becak dengan menggunakan model ceramah dan tanya jawab dengan pembiasaan melakukan amalan-amalan ubudiyyah; (2) Metode yang digunakan adalah dakwah bil lisan dan bil hal dalam teori belajar mengajar disebut teori asosiasi yaitu hubungan stimulus respon (3)Media yang digunakan adalah alat peraga berupa slide yang merupakan perpaduanantara gambar dengan bahasa tulisan dan lisan.

26

Tesis Reny Masyitoh ( 2014 ) UIN Sunan Ampel Surabaya.

27


(33)

21

“ Strategi Dakwah Masjid Nasional Al Akbar Surabaya Dalam mempersatuakan Umat Islam” ini, peneliti lakukan karena peneliti menganggap bahwa kegiatan dakwah di era modern seperti sekarang ini, sangatbanyak hambatan dan rintangannya28.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatifdiskriptif. Adapun pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan observasi langsung ke lapangan. Kegiatan observasi peneliti lakukan dengan mengikuti kegiatan dakwahyang ada di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. Sedangkan dalam menganalisa keabsahan data penelitian ini menggunakan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi dan member check. Diharapkan dengan teknik keabsahan data tersebut akan didapat hasil penelitian yang objektif dan ilmiah.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi dakwah yang dilakukan Masjid Nasioanal Al-Akbar Surabaya dalam mempersatukan umat Islam periode kepenghurusan 2010-2015 adalah lebih mengedepankan pemaksimalan seluruh fungsi masjid dimana masjid tidak hanya sebagai tempat sholat semata. Melainkan fungsi sebagai pusat pendidikan, sebagai pusat perekonomian, sebagai pusat seni dan budaya dan terkhusus sebagai pusat persatuan ukhuwah umat Islam..

Dari uraian diatas menunjukkan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan saat ini, akan tetapi tetap

28


(34)

22

memiliki perbedaan dan persamaan. Perbedaan yang paling menonjol terlihat kajian penelitian dan tujuan dari penelitian tersebut.

I. SistematikaPembahasan

Pada bab I peneliti akan menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, konseptualisai, dan sistematika pembahasan. Perlunya secara sistematis urutan- urutan ini agar lebih mempermudah dalam kontruksi pemikiran peneliti. Dan selanjutnya pada bab II peneliti akan menjelaskan secara konfrehensif tentang kajian pustaka dan kajian teoritik yang nantinya akan memudahkan peneliti pada kajian pada bab selanjutnya.

Di Bab III peniliti akan menguraikan startegi penelitian yakni; tentang pendekatan dan jenis penelitian yang dipakai, subyek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data.

Pada bab ke IV peneliti akan menjelaskan tentang penyajian data yang telah peneliti temukan selama proses penelitian berlansung. Dalam hal ini Peneliti akan menjelaskan setting penelitian, yakni tinjauan umum tentang Majelis Ta’lim Abang Becak, potret Majelis Ta’lim Abang Becak, pola dan gangguan dakwah, serta analisis data Majelis Ta’lim Abang Becak. Bab V merupakan bab terakhir dalam penulisan rangkaian, yang nantinya akan memuat kesimpulan dan saran.


(35)

141

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan dari dari Judul Strategi Dakwah Bagi Kelompok Majelis Ta’lim Abang Becak dengan rumusan masalah bagaimana potret MATABACA Surabaya, pola dakwah MATABACA, dan bagaimana gangguan dakwah MATABACA.

MATABACA merupakan salah satu majelis ta’lim yang unik karena hampir secara keseluruhan pesertanya merukan kumpulan dari para penarik becak yang tersebar di Sembilan wilayah yakni; 1. Bendul Merisi. 2. Rungkut. 3. Pulo Wonokromo. 4. Banyu Urip. 5. Rangkah. 6. Sencaki. 7. Pasar Turi. 8. Sawahpulo. 9. Asemrowo.

Ada berbagai pola dakwah yang digunakan dalam MATABACA yakni; Dakwah kesadaran diri dalam term komunikasi disebut dengan komunikasi intrapersonal. Dakwah orang perongan mengacu pada istilah arabiahnya adalah dakwah fardiah dalam term komunikasi disebut dengan interpersonal dan Dakwah Kelompok Dengan menggunakan beberapa metode dakwah baik bil al-lisan, bil al- hal dan bil al-mal.

Sedangkan hambatan dan gangguan dakwah dalam penelitian ini hambatan dakwah dari proses internal dakwah di MATABACA. Seperti


(36)

142

kurang memahami bahasa, teknik, dan bola salju. Sedangkan gangguan dakwah MATABACA di sini mengacu pada pihak luar atau pihak dalam MATABACA itu sendiri.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada pebelitian selanjutnya yang akan meneliti MATABACA sebagai berikut: 1. Pola dakwah tidak hanya tidak hanya terfokus pada pola dzatiah, fardiah

dan Fiah. Tapi pola dakwah bisa di sesuaikan dengan keadaan mitra dakwah yang ada di Sembilan wilayah MATABACA.

2. Apabila terdapat pihak lain yang hendak meneliti tentang hal yang serupa dengan penelitian ini, maka akan lebih berguna apabila hal tersebut direfleksikan dalam konteks Islam kekinian yang dihubungkan dengan teori komunikasi yang telah dikemukan oleh para ahli.


(37)

143

DAFTAR PUSTAKA

Abda, Slamet Muhaimin, Prinsip-prisip Metodologi Dakwah. 1994 Suarabaya : PT Al-Ikhlas.

Abdurrahman, Nana Herdiana, Manajemen Strategi Pemasaran. 2015 Bandung: Pusatakasetia

A DeVito Joseph. Komunikasi Antar Manusia, 2011 Jakarta; Karisma

A Hasymi, Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang, 1974 Ala Uddin Ali ben Muhammad Al-Haazin, Tafsir al- Khazin. Bairut: Dar Al-Kotob

Al-ilmiah, 2008

al- Bagawi, Abi Muhammad Husain bin Mas’ud al- farra, Ma’alimu al- Tanzil,

Bairut: Dar Al-Kotob Al-ilmiah, 2010

al Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi, Semarang: Toha Putra, 1974 Al-Qahthani, Said, Muqawwimāt ad-Dā’iyah an-Nājih fi Dhau’ al-Kitab wa

as-Sunnah: Mafhūm wa Nazhar wa Tathbīq. Terj Aidil Novia2006. Jakarta: Qisthi Press

Ames, James A. Christenson & Jerry W. Robinson, Jr, Community Development InPerspective 1989 Lowa State University Pres,

Anwar, Desi. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2003Surabaya: Amelia Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan Tabligh 2012 Jakarta: Amzah Arifin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. 1993 Jakarta: Bina Aksara Aripuddin, Acep, Sosiologi Dakwah 2013 Bandung: Rosda,


(38)

144

Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah 2012 .Jakarta: Kencana

Biawan, Semba, Your words, Your power 2010 Jakarta, Elex Media Komputindo Bisri, Hasan, Filsafat Dakwah,.2009 Surabaya : DDP

Canggara, Hafid, Perencanaan dan Strategi Komunikasi. 2013 Jakarta: Rajagrafindo Carnegie, Dale, How to Win Friends and Influence People. 2010 Bury Publishing, Darma, Yoce Aliah, Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yama Widya,

Djauaharuddin AR. Potensi Keagamaan dan Penyebaran Majelis Taklim di Jawa Barat. 1993 Bandung: Kertas Kerja

Effendy, Onung Uchana Ilmu teori dan filsafatKomunikasi. 2003 Bandung: Citra Aditya Bakti,

Effendi, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi 2008Bandung, Rosda Cet VIII

Enjang AS., MAg. M.Si, Drs. & Aliyuddin S.Ag. M.Ag Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. 2009 Bandung : Widya Padjadjaran

Fatah Adib Bisri dan Munawwir A, Kamus al-Bisri. 1999 Surabaya: Pustaka Progresif

Fitriya,Hanny, dkk, Manejemen dan Silabus Majelis Ta’lim . 2012 Jakarta: Jakarta Islmic Centre

Ghafur, Waryono Abdul. Tafsir Sosial. 2005 Yogyakarta: El-SAQ Press

Hidayat Dasrun, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, 2012 Jokjakarta: Graha Ilmu


(39)

145

Katsir, Ibnu, Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir, Jakarta : Pustaka Imam Syafi’I, 2001

Terj. Abdul Gaffar.

Kemenag RI , Al-Quran dan Tafsirannya, Jakarta : Lentera Abadi 2010

Kusnawan, Asep, Ilmu Dakwah Kajian Berbagai Aspek,2004 Bandung : Pustaka Bani Quraisy

Liliweri, Alo. Komunikasi, 2011 Jakarta Kencana

Mahfud , Sahal, DR. KH, Nuansa Fiqih Social. 2007 Jogjakarta e l-Kis

Mahmud, Ali Abdul Halim, Dakwah Fardiyah; Metode Membentuk Pribadi Muslim,

terj. As’ad Yasin 2004 Jakarta: Gema Insan

Moleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif 2003 Bandung; PT Remaja Rosdakarya

Morissan, Teori Komuniaski individu Hingga Massa. 2014 Jakarta : Kencana Muhyiddin,Asep, Kajian Dakwah Multiperspektif.2014 Bandung: Rosda Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer. 2000. Yogyakarta: PT. Mitra

Pustaka.

Poerwandari, E. Kristi Pendekatan penelitian qualitative dalam psikologi 1995 Jakarta: LPSP3 FP-UI

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2003. Terj. Drs. As’ad Yasin dkk.

Shaleh, Abd. Rosyad, Managemen Dakwah Islam. 1987 Jakarta : Bulan Bintang Siddiq, Syamsuri. Dakwah dan teknik Berkhutbah. 1983 Bandung: Al-Maarif Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentara Hati 2000


(40)

146

Subagyo, P.Joko, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, 2004 Jakarta: Rineka Cipta

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kuaitatif dan R&D. 2007 Bandung: Alfabeta

Suhandang, Kustadi, Retorika Strategi Teknik dan Taktik Pidato 2009 Bandung : Nuansa

Suratno Aw. Komunikasi Interpesonal 2012 Jakarta : Graha Ilmu

Syam, Hanis., Kiat Menjadi Da'I Andal.2004 Yogyakarta: Cahaya Hikmah

Syarif, N. Faqih. H, Menjadi Da’I Yang Dicinta, 2011. Jakarta: Anggota IKAPI, PT; Gramedia Pustaka Utama.

Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya; Al-Ikhlas tt Yin Robert K, Case Study research : Design and Methods.2002 London: Sage


(1)

141

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan dari dari Judul

Strategi Dakwah Bagi Kelompok Majelis Ta’lim Abang Becak dengan

rumusan masalah bagaimana potret MATABACA Surabaya, pola dakwah MATABACA, dan bagaimana gangguan dakwah MATABACA.

MATABACA merupakan salah satu majelis ta’lim yang unik karena hampir secara keseluruhan pesertanya merukan kumpulan dari para penarik becak yang tersebar di Sembilan wilayah yakni; 1. Bendul Merisi. 2. Rungkut. 3. Pulo Wonokromo. 4. Banyu Urip. 5. Rangkah. 6. Sencaki. 7. Pasar Turi. 8. Sawahpulo. 9. Asemrowo.

Ada berbagai pola dakwah yang digunakan dalam MATABACA yakni; Dakwah kesadaran diri dalam term komunikasi disebut dengan komunikasi intrapersonal. Dakwah orang perongan mengacu pada istilah arabiahnya adalah dakwah fardiah dalam term komunikasi disebut dengan interpersonal dan Dakwah Kelompok Dengan menggunakan beberapa metode dakwah baik bil al-lisan, bil al- hal dan bil al-mal.


(2)

142

kurang memahami bahasa, teknik, dan bola salju. Sedangkan gangguan dakwah MATABACA di sini mengacu pada pihak luar atau pihak dalam MATABACA itu sendiri.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada pebelitian selanjutnya yang akan meneliti MATABACA sebagai berikut: 1. Pola dakwah tidak hanya tidak hanya terfokus pada pola dzatiah, fardiah

dan Fiah. Tapi pola dakwah bisa di sesuaikan dengan keadaan mitra dakwah yang ada di Sembilan wilayah MATABACA.

2. Apabila terdapat pihak lain yang hendak meneliti tentang hal yang serupa dengan penelitian ini, maka akan lebih berguna apabila hal tersebut direfleksikan dalam konteks Islam kekinian yang dihubungkan dengan teori komunikasi yang telah dikemukan oleh para ahli.


(3)

143

DAFTAR PUSTAKA

Abda, Slamet Muhaimin, Prinsip-prisip Metodologi Dakwah. 1994 Suarabaya : PT Al-Ikhlas.

Abdurrahman, Nana Herdiana, Manajemen Strategi Pemasaran. 2015 Bandung:

Pusatakasetia

A DeVito Joseph. Komunikasi Antar Manusia, 2011 Jakarta; Karisma

A Hasymi, Dustur Da’wah Menurut Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang, 1974 Ala Uddin Ali ben Muhammad Al-Haazin, Tafsir al- Khazin. Bairut: Dar Al-Kotob

Al-ilmiah, 2008

al- Bagawi, Abi Muhammad Husain bin Mas’ud al- farra, Ma’alimu al- Tanzil,

Bairut: Dar Al-Kotob Al-ilmiah, 2010

al Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi, Semarang: Toha Putra, 1974 Al-Qahthani, Said, Muqawwimāt ad-Dā’iyah an-Nājih fi Dhau’ al-Kitab wa

as-Sunnah: Mafhūm wa Nazhar wa Tathbīq. Terj Aidil Novia2006. Jakarta: Qisthi Press

Ames, James A. Christenson & Jerry W. Robinson, Jr, Community Development InPerspective 1989 Lowa State University Pres,

Anwar, Desi. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2003Surabaya: Amelia Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan Tabligh 2012 Jakarta: Amzah Arifin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. 1993 Jakarta: Bina Aksara


(4)

144

Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah 2012 .Jakarta: Kencana

Biawan, Semba, Your words, Your power 2010 Jakarta, Elex Media Komputindo Bisri, Hasan, Filsafat Dakwah,.2009 Surabaya : DDP

Canggara, Hafid, Perencanaan dan Strategi Komunikasi. 2013 Jakarta: Rajagrafindo Carnegie, Dale, How to Win Friends and Influence People. 2010 Bury Publishing, Darma, Yoce Aliah, Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yama Widya,

Djauaharuddin AR. Potensi Keagamaan dan Penyebaran Majelis Taklim di Jawa

Barat. 1993 Bandung: Kertas Kerja

Effendy, Onung Uchana Ilmu teori dan filsafatKomunikasi. 2003 Bandung: Citra Aditya Bakti,

Effendi, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi 2008Bandung, Rosda Cet VIII

Enjang AS., MAg. M.Si, Drs. & Aliyuddin S.Ag. M.Ag Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. 2009 Bandung : Widya Padjadjaran

Fatah Adib Bisri dan Munawwir A, Kamus al-Bisri. 1999 Surabaya: Pustaka Progresif

Fitriya,Hanny, dkk, Manejemen dan Silabus Majelis Ta’lim . 2012 Jakarta: Jakarta Islmic Centre

Ghafur, Waryono Abdul. Tafsir Sosial. 2005 Yogyakarta: El-SAQ Press

Hidayat Dasrun, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, 2012 Jokjakarta: Graha Ilmu


(5)

145

Katsir, Ibnu, Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir, Jakarta : Pustaka Imam Syafi’I, 2001

Terj. Abdul Gaffar.

Kemenag RI , Al-Quran dan Tafsirannya, Jakarta : Lentera Abadi 2010

Kusnawan, Asep, Ilmu Dakwah Kajian Berbagai Aspek,2004 Bandung : Pustaka Bani Quraisy

Liliweri, Alo. Komunikasi, 2011 Jakarta Kencana

Mahfud , Sahal, DR. KH, Nuansa Fiqih Social. 2007 Jogjakarta e l-Kis

Mahmud, Ali Abdul Halim, Dakwah Fardiyah; Metode Membentuk Pribadi Muslim,

terj. As’ad Yasin 2004 Jakarta: Gema Insan

Moleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif 2003 Bandung; PT Remaja Rosdakarya

Morissan, Teori Komuniaski individu Hingga Massa. 2014 Jakarta : Kencana Muhyiddin,Asep, Kajian Dakwah Multiperspektif.2014 Bandung: Rosda Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer. 2000. Yogyakarta: PT. Mitra

Pustaka.

Poerwandari, E. Kristi Pendekatan penelitian qualitative dalam psikologi 1995 Jakarta: LPSP3 FP-UI

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2003. Terj. Drs.

As’ad Yasin dkk.

Shaleh, Abd. Rosyad, Managemen Dakwah Islam. 1987 Jakarta : Bulan Bintang Siddiq, Syamsuri. Dakwah dan teknik Berkhutbah. 1983 Bandung: Al-Maarif


(6)

146

Subagyo, P.Joko, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, 2004 Jakarta: Rineka Cipta

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kuaitatif dan R&D. 2007 Bandung: Alfabeta

Suhandang, Kustadi, Retorika Strategi Teknik dan Taktik Pidato 2009 Bandung : Nuansa

Suratno Aw. Komunikasi Interpesonal 2012 Jakarta : Graha Ilmu

Syam, Hanis., Kiat Menjadi Da'I Andal.2004 Yogyakarta: Cahaya Hikmah

Syarif, N. Faqih. H, Menjadi Da’I Yang Dicinta, 2011. Jakarta: Anggota IKAPI, PT; Gramedia Pustaka Utama.

Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya; Al-Ikhlas tt Yin Robert K, Case Study research : Design and Methods.2002 London: Sage


Dokumen yang terkait

Respon Jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin Kebayoran Baru Jakarta Selatan Terhadap Film La Tahzan

0 10 75

Metode Dakwah Ustadz Muhsin Pada Jama’ah Majelis Ta’lim Imdadil Mustafawii Cawang

2 20 96

STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH (STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH MAJELIS DZIKIRDAN Strategi Komunikasi Dakwah (Strategi Komunikasi Dakwah Majelis Dzikirdan Sholawat Jamuro Surakarta).

3 14 17

STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH (STRATEGI KOMUNIKASI DAKWAH MAJELIS DZIKIR DAN Strategi Komunikasi Dakwah (Strategi Komunikasi Dakwah Majelis Dzikirdan Sholawat Jamuro Surakarta).

0 3 14

PENDAHULUAN Strategi Komunikasi Dakwah (Strategi Komunikasi Dakwah Majelis Dzikirdan Sholawat Jamuro Surakarta).

0 9 23

PERANAN MAJELIS TA’LIM TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM DI MAJELIS TA’LIM NURUL HUDA.

1 2 130

Daftar kelompok ta’lim (masih seperti ta’lim sebelumnya)

1 44 13

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TA’LIM JAMI’IYAH ISTIGHOSAH AL-MU’AWWANAH DESA CINTAMULYA A. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Jami’iyah Istighosah Al-Mu’awwanah - MODEL KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MENINGKATKAN UKHUWAH ISLAMIYAH PADA MAJELIS TA’LIM JAMI’IYAH IS

0 0 22

BAB IV MODEL KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MENINGKATKAN UKHUWAH ISLAMIYAH PADA MAJELIS TA’LIM JAMI’IYAH ISTIGHOSAH AL-MU’AWWANAH A. Model Komunikasi Dakwah yang Digunakan Da’i dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah pada Majelis Ta’lim Jami’iyah Istighosah Al-Mu’a

0 0 12

STRATEGI DAKWAH MAJELIS TA’LIM RAHMAT HIDAYAT DALAM MEMBINA JAMA’AH DI BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 2 102