Efektifitas Reminiscence Group Therapy Terhadap Harga Diri Lansia Yang Mengalami Depresi Di Kecamatan Medan Johor

Bidang Ilmu: Kesehatan

LAPORAN PENELITIAN
SKIM DOSEN MUDA
DANA PNBP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

EFEKTIFITAS REMINISCENCE GROUP THERAPY TERHADAP
HARGA DIRI LANSIA YANG MENGALAMI DEPRESI DI
KECAMA TAN MEDAN JOHOR

OャエュセイョQ@

13000326

Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep (NIDN.0005027901)
Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep (NIDN. 0015067901)
Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep (NIDN.0013017503)

DEPARTEMEN JIWA KOMUNITAS
FAKULTAS KEPERA W ATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

November, 2012

HALAMANPENGESAHAN
LAPORAN AKHIR SKIM PENELITIAN DOSEN MUDA
DANA PNBP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.

Judul Penelitian

Efektifitas reminiscence group therapy
terhadap harga diri lansia yang mengalami
depresi Di Kecamatan Medan Johor
Medan.

2.

Bidang Ilmu
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap
b. NIPINIK

C. NIDN
d. Pangkat/Golongan
e. Jabatan Fungsional
f F akultas/Jurusan
a
Alamat Institusi!Telpon!Faks

h. Alamat Rumah!Telp/E-mail

Keperawatan Jiwa

,..,
-'·

I.

No.HP

4. Lokasi Penelitian
5. Lama Penelitian

6. Biaya yang Diperlukan
a. Sumber dari PNBP USU
b. Sumber Lain
Jumlah

Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep
197902052005022002
0005027901
Penata/III-c
Lektor
Keperawatan/Keperawatan Jiwa
Jl. ProfT.Maas No.3 Medan/061-8213318
Perumahan Taman Johor Baru B.3 no.2
Email.wardiyah_ daulay@yahoo.co.id
08126411619
Kecamatan Medan Johor Medan
5 bulan, dari bulan Juni s.d.Oktober
: Rp. 5.500.000,: Rp.
(Rp.5.500.000,-)


Medan, November 2012
Ketua Peneliti,

Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep
NIP.19790205 200502 2 002

Menyetujui,
aga Penelitian USU

· Nasution, MSIE
. 19520525 198003 1 003

EFEKTIFITAS REMINISCENCE GROUP THERAPY TERHADAP
HARGA DIRI LANSIA YANG MENGALAMI DEPRESI DI
KECAMATAN MEDAN JOHOR MEDAN.
Wardiyah Daulay 1, Sri Eka Wahyun?, Mahnum Lailan Nasution3
StafPengajar Keperawatan Jiwa
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Email: wardiyah_daulay@yahoo.co.id
Abstrak

Perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dimasyarakat dapat membantu lansia untuk
mempertahankan, meningkatkan dan mencapai derajat kesehatan yang optimal. Usaha ini dilakukan
melalui intervensi keperawatan mandiri berupa upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan sekunder yang dilakukan perawat untuk menghilangkan harga diri rendah lansia adalah
dengan pelaksanaan reminiscence therapy. Reminiscence therapy adalah terapi yang memberikan
perhatian terhadap kenangan terapeutik pada lansia. Dengan pemberian terapi ini lansia dapat
mengingat kembali kejadian dan hari-hari di masa lalu yang menyenangkan, yang akan menghadirkan
perasaan berarti sebagai individu dan lansia dapat menetapkan arti baru terhadap pengalamannya yang
menyenangkan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh reminiscence group therapy
terhadap harga diri lansia yang mengalarni depresi di Kecamatan Medan Johor. Desain penelitian quasi
eksperiment dengan pendekatan pre post test with control group. Penelitian dilakukan di Kecamatan
Medan Johor dengan sampel lansia yang mengalami depresi yang terdiri dari 10 lansia sebagai
kelompok intervensi dan 10 lansia sebagai kelompok kontrol. Kriteria inklusi sampel adalah lansia
yang mengalami depresi yang didapat melalui seleksi awal yang dilakukan peneliti dengan
memberikan kuesioner depresi . Dengan reminiscence therapy lansia diharapkan mampu
mengumpulkan kembali dan mengingat memori masa lalu dan membagi memori pada Iansia dengan
keluarga, kelompok atau terapis, dapat meningkatkan harga diri dan membantu individu untuk
meningkatkan kesadaran diri dan pemahanan terhadap diri, adaptasi terhadap stress, menciptakan
kebersamaan kelompok dan keintiman sosial. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik
dependen t-Test menunjukkan ada pengaruh penerapan reminisence terapi terhadap perubahan harga

diri pada lansia (p=0,002). Diharapkan penerapan terapi ini dapat dilaksanakan untuk tatanan
komunitas dengan bekerjasama dengan dinas kesehatan dan pemerintah daerah.
Kata Kunci: Depresi, Lansia, Reminisence Therapy, Harga Diri

11

SUMMARY/ ABSTRACT
ENHANCE ELDERLY SELF ESTEEM WITH REMINISCENCE THERAPY
Nurses as spearhead healthcare in community can help the elderly to maintain, improve, and achieve
optimal health. The management is done through independent nursing interventions such as prevention
of primary, secondary, tertiary. Secondary prevention performed nurses to eliminate low self esteem of
the elderly is the implementation of reminiscence therapy. Reminiscence therapy is a therapy that gives
attention to therapeutic memory in elderly. With this therapy the elderly can recall events and day to
day in the good old days, which will bring a feeling of meaning as individuals and the elderly can
assign a new meaning to the pleasant experience. The purpose of this study to identify the effect
reminiscence group therapy on self esteem of depressed elderly in the district of Medan Johor. Quasi
experimental research design with pre-post test approach with control group. Field research was
conducted in the district of Medan Johor with a sample of older adults with depression that consisted of
10 elderly as the intervention group and 10 elderly control group. Inclusion criteria were a sample of
elderly depressed obtained through the initial selection is done by giving researchers a depression

questionnaire. Reminiscence therapy with elderly adults are expected to gather again and recall the
memory of the past and share memory in older adults with a family, a group or a therapist, can improve
self esteem and helps individuals to increase self awareness and understanding of self, adaptation to
stress, promote unity and intimacy of social groups. The results of the bivariate analysis using
statistical tests dependent t-Test showed no effect of the application of Reminiscence therapy to change
self esteem in the elderly (p=0.002). It is expected the application of this therapy can be performed to
order the community by working with the health department and local government.

111

PRAKATA

Puji dan syukur kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah
memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir penelitian ini yang berjudul Efektifitas Reminiscence Group Therapy Terhadap
Harga Diri Lansia Yang Mengalami Depresi Di Kecamatan Medan Johor Medan.
Penelitian ini terlaksana karena banyaknya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dekan Fakultas
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Sumatera Utara, Ketua P2M Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

dan Camat Kecamatan Medan Johor Medan Johor yang telah memberi izin serta memfasilitasi
adanya penelitian ini. Dan tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh
lansia yang ada di Kecamatan Medan Johor yang telah bersedia menjadi responden pada
penelitian ini.
Akhir kata penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis sangat
mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di
masa yang akan datang.

Medan, November 2012

Penulis

lV

MILIK PERFUSTAKAAN'
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTARISI
Hal am an

HALAMAN PENGESAHAN .. ................ . .............................................. .
ABSTRAK.... .... . ....... .............. .. ........... ... ........ ...................................
SUMMARY/ABSTRACT ................... .. ... .................. ... .................. ... .. . ..
PRAKATA. .. .......... .. ..... .. ......... .. .............................................. ..........
DAFTAR lSI. ........................................ . ......................... ...................
DAFTAR TABEL. ... ...... .... .. ........ ... ···· ·················· ········ ······ ... .. . ... .........
DAFTAR SKEMA .......... .. ... .. ...................... ............... ............. .. ··········
DAFTARLAMPIRAN............. ... ........ ............. ... .. ........ . ... ..... . ..............

Vlli

BAB 1: PENDAlillLUAN
1.1 . Latar Belakang.. ......... .. ................ .... .. . .............. . ... .. .......... ..
1.2. Perumusan Masalah... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.3. Hipotesis Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1
6
6


BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teori. ..... ... . .. . . . . .. ... .. . .. . . .. .. . .. . . .. ... .. . ... ... . . . . .. . . . . .. . .. ..

12

BAB 3: TUWANPENELITIAN
3.1. Tujuan Umum.................... .. ................................... . ..... .. ....
3.2. Tujuan Khusus.. ........ .. ......... ... .. . ....... ...... .. .. .. ............. . .........

13
13

BAB 4 : METODE PENELITIAN
4.1 . Desain Penelitian................... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
4.2. Populasi dan Sampel. ....................... .............. .. .. ... . . . . . . . . . . . . . . . ..
4.3. Tekhnik Pengumpulan Data...... .. . ...........................................
4.4. Tekhnik Analisis Data.. . ... .... .. .... .. ....... ... .. .............. .. ....... . .....
4.5. Jadwal Pelaksanaan. .. . . . . . . . .. . . . . .. ... .. . ... . . . . . . ... .. . . . . . .. . .. ... . . . ... . . .. ..
4.6. Personalia Penelitian.. ......................... ... ................. .. ........... ..
4.7. Biaya Penlitian ............................. ........ .. ..... . ............... .. . . . . . . .

BAB 5 : HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil ........ . . .......................................................................
5.1.1 . Data Demografi Lansia... .... .. ... ... ..................... ..... . ... ... ..
5.1.2. Pengaruh Reminisence Therapy terhadap Harga Diri Lansia.. ... ..
5 .2. Pembahasan
5.2.1 . Karakteristik Lansia....... .. ........ . .................. ...................
5.2.2. Pengaruh Reminisence Therapy terhadap Harga Diri Lansia... .....

n
m
IV

v
VI
Vll

14
15
16
19
19
20
22

23
23
24
26
28

DAFT AR PUST AKA
LAMPIRAN
DRAFT ARTIKEL ILMIAH

v

--- - - - - - - -

I

DAFT ART ABEL
Tabel 4.1.

Defenisi Operasional

Tabel 5.1.

Karakteristik Lansia yang Mengalami Depresi di Kecamatan Medan Johor

Tabel 5.2.

Analisis Perbedaan harga Diri Lansia yang Mengalami Depresi Sebelum dan
Sesudah dilakukan Reminisence Therapy pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol

Vl

DAFTAR SKEMA
Skema 2.1.

Kerangka Teori Penelitian

Skema 4 .1.

Rancangan Penelitian

Vll

DAFT AR LAMPIRAN
Lampiran 1

Instrumen A (Data Demografi)

Lampiran 2

Instrumen B (Kuesioner Depresi)

Lampiran 3

Instrumen C (Kuesioner Harga Diri)

Lampiran 4

Modul Reminisence Therapy

Lampiran 5

Hasil Uji Dependent t tes

Lampiran 6

Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 7

Draft Artikel Ilmiah

Lampiran 8

Daftar Riwayat Hidup Peneliti

V111

BABl

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia salah satunya adalah
meningkatnya usia harapan hidup seluruh lapisan masyarakat. Meningkatnya usia
harapan hidup berdampak terhadap peningkatan secara bermakna terhadap populasi
penduduk lanjut usia (lansia). Terbukti dengan peningkatan usia harapan hidup
masyarakat Indonesia saat ini dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,6 tahun
pada tahun 2009. Sehingga pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun
waktu tahun 1990-2025 tergolong tercepat di dunia. Pada tahun 2002, jumlah lansia
di Indonesia berjumlah 16 juta dan diproyeksikan akan terus bertambah. Pada tahun
2010, diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia sebesar 24 juta jiwa atau
9,77 persen dari total jumlah penduduk. Dan akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020

atau sebesar 11,37 %. Dengan jumlah ini Indonesia akan menempati ranking tiga
dunia, setelah China dan India yang memiliki jumlah lansia terbanyak (Anonim,
2009).

Seiring terjadinya peningkatan jumlah lansia, permasalahan kesehatan juga akan
timbul akibat proses menua (aging process) yang dialami lansia (Budihardja, 2008
dalam Rahmawati, 2008). Proses menua merupakan proses alamiah hilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan organ tubuh memperbaiki diri dan merupakan

1

proses yang bersifat irreversibel. Meliputi perubahan fisik, mental, spiritual dan
psikososial yang seringkali menjadi stressor bagi lanjut usia. Permasalahan fisik
akibat kemunduran fungsi tersebut berakibat pada kelemahan organ, kemunduran
fisik dan timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif.
Sementara itu permasalahan jiwa yang dialami oleh lansia dapat berupa depresi yang
berakibat terjadinya harga diri rendah maupun resiko prilaku bunuh diri pada lansia
(Rahmawati, 2008).

Depresi merupakan fluktuasi emosi yang bersifat dinamik, mengikuti suasana
perasaan internal dan eksternal individu. Depresi pada lansia disebabkan karena
lansia mengalami penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan stress
lingkungan yang dialaminya. Depresi merupakan dampak negatif dari kejadian
penurunan fungsi tubuh serta perubahan psikososial yang dialami oleh lansia, seperti
kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan I jabatan, kesepian dan
kesendirian, perasaan kosong (emptyness syndrome), tinggal di institusional yang
mengakibatkan berkurangnya interaksi sosial dan dukungan sosial sehingga
menimbulkan perasaan tidak berguna, merasa disingkirkan, dan tidak dibutuhkan
Iagi. Selain itu pada lansia sering terjadi konflik antara integritas, pemuasan hidup
dan keputusasaan karena kehilangan dukungan sosial yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memelihara dan mempertahankan kepuasan hidup dan harga
diri (Azizah, 2009).

2

Data Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan, pada tahun 2020 depresi akan jadi
beban global sebagai penyakit kedua di dunia setelah jantung iskemik (Mambo,
2009). Menurut Boengsu (2007), ada sekitar 1-4 persen populasi usia lanjut yang
mengalami depresi mayor dan 4-13 persen mengalami depresi minor. Depresi dan
harga diri pada individu merupakan suatu lingkaran setan, dimana individu yang tidak
dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial disebabkan karena harga diri rendah
yang akhirnya menyebabkan individu menjadi depresi. Sebaliknya depresi juga dapat
menyebabkan individu tidak dapat berhubungan dengan oranglain karena perasaan
harga diri rendah (Davila et all, 1995 dalam Nunley, 2009). Harga diri rendah itu
sendiri merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Keliat dkk, 2005).

Untuk itu lansia membutuhkan perawatan agar dapat menikmati hidup dengan
bahagia. Dan hal ini tidak terlepas dari campur tangan semua pihak baik keluarga,
pemerintah dan petugas kesehatan seperti perawat. Perawat sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan dimasyarakat diharapkan dapat membantu individu, keluarga
dan masyarakat untuk mempertahankan, meningkatkan dan mencapai derajat
kesehatan yang optimal. U saha ini dilakukan melalui intervensi keperawatan mandiri
perawat berupa upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier.

3

Salah satu upaya pencegahan sekunder yang dilakukan perawat untuk menghilangkan
harga diri rendah lansia adalah dengan pelaksanaan reminiscence therapy.

Reminiscence therapy adalah therapy yang memberikan perhatian terhadap kenangan
terapeutik pada lansia (Webster, 1999 dalam Collins, 2006). Dengan pemberian
therapy ini lansia dapat mengingat kembali kejadian dan hari-hari di masa lalu yang
menyenangkan, yang akan menghadirkan perasaan berarti sebagai individu dan lansia
dapat menetapkan arti baru terhadap pengalamannya yang menyenangkan, sehingga
memperoleh kepuasan, integritas ego dan klarifikasi identitas diri, yang akan memicu
munculnya rasa percaya diri dan perasaan dihargai orang lain, dan berdampak
munculnya koping positif yang mempengaruhi persepsi dan emosi lansia dalam
memandang suatu masalah.

Reminiscance therapy sangat efektif dilakukan pada lansia, terbukti dengan penelitian
yang dilakukan Azizah (2009) yang menyatakan bahwa dengan pendekatan
pengenangan indah (reminiscence approach) lansia yang berada dimasyarakat
werdha Majapahit Mojokerto menurun tingkat depresinya dan meningkat harga
dirinya. Dan diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Collins (2006),

yang

menyatakan bahwa dengan reminiscence group therapy dan life review therapy dapat
mengurangi depresi, ansietas, kesepian dan meningkatkan kesehatan fisik serta
kemampuan koping lansia.

4

Reminiscence therapy ini tidak hanya dapat dilakukan secara individual tetapi juga
dapat dilakukan secara berkelompok sehingga lansia dapat mengekspresikan
perasaannya kepada oranglain, menimbulkan perasaan percaya diri dan akhirnya
meningkatkan harga dirinya. Ada banyak faktor-faktor terapeutik dari sebuah
interaksi dalam kelompok. Leszcz (1997) dalam Feeber (2008) menuliskan, bahwa
psikotherapy kelompok memiliki peran yang cukup penting dalam upaya penanganan
depresi pada lansia. Selain itu, therapy kelompok merupakan cara yang cukup efektif
dalam segi waktu, biaya dan sumber daya manusia.

Dengan pemberian reminiscence group therapy, diharapkan derajat kesehatan lansia
dapat ditingkatkan agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak jadi
beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Sehingga tercapai

successful aging yaitu keadaan lansia yang tercegah dari berbagai penyakit serta tetap
berperan aktif dalam kehidupan dan memelihara fungsi fisik serta kognitif tinggi
sehingga lansia dapat menikmati masa tua dengan bahagia dan berguna.

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi tim keperawatan jiwa, selama
melakukan supervisi mahasiswa di wilayah binaan Kecamatan Medan Johor, ada
beberapa lansia yang beresiko mengalami depresi, hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya lansia yang sering menyendiri, jarang beraktivitas dengan lansia yang lain
dan merasa kesepian.

5

1.2. Perumusan Masalah

Jumlah populasi lansia yang terns bertambah, mengakibatkan timbulnya berbagai
masalah dalam perawatan lansia, khususnya pada masalah psikis. Berdasarkan Jatar
belakang dan hasil observasi, terdapat beberapa masalah penelitian yakni banyaknya
lansia yang sering menyendiri, jarang beraktivitas dengan lansia yang lain dan merasa
kesepian. Selain itu asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia di komunitas
belum optimal, belum pernah dilakukan penelitian tentang Reminiscence Group
Therapy di Medan sehingga dapat disimpulkan penelitian ini akan menjawab
pertanyaan apakah ada pengaruh reminiscence group therapy terhadap harga diri
lansia.

1.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian adalah "ada perbedaan tingkat harga diri sebelum dan
sesudah diberikan reminiscence group therapy pada kelompok intervensi.

6

BAB2
TINJAUAN PUSTAKA

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Pada rentang usia ini
banyak lansia yang mengalami depresi akibat banyaknya masalah yang dihadapi oleh
lanjut usia (lansia) yang dapat menimbulkan kendala dan disabilitas bermakna.
Situasi tersebut memerlukan perhatian dan penatalaksanaan khusus, agar kondisi
depresi lansia dapat teratasi dan kualitas hidup akan lebih baik. Pada penelitian
Agustanti (2009) mengatakan bahwa tampak perbaikan bermakna pada lansia depresi
setelah mendapat intervensi reminiscence group therapy. Sedangkan kelompok yang
tidak mendapat therapy tidak tampak adanya perbaikan bermakna dengan tingkat
depresinya.

Menurut Athearobiansyah (2008), proses menua (aging) merupakan suatu perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses
alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial
akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (junctional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akan dial ami bersamaan dengan proses kemunduran.
Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada

7

sirkulasi darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan
mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa,
gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya
konsentrasi. Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotorik.

Zainudin (2002) dalam Athearobiansyah (2008) menyebutkan bahwa fungsi kognitif
meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang
menyebabkan reaksi dan perilaku Ianjut usia menjadi semakin Iambat. Fungsi
psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan.
Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara otomatis
akan timbul kemunduran kemampuan psikis. Salah satu penyebab menurunnya
kesehatan psikis adalah menurunnya pendengaran. Dengan menurunnya fungsi dan
kemampuan pendengaran bagi orang lanjut usia maka banyak dari mereka yang gagal
dalam menangkap isi pembicaraan orang lain sehingga mudah menimbulkan perasaan
tersinggung, tidak dihargai dan kurang percaya diri. Menurunnya kondisi psikis
ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif.

Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang kurang produktif
lagi. Secara ekonomis keadaan Ianjut usia dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu
golongan mantap, kurang mantap dan rawan. Sosialisasi Ianjut usia juga mengalami

8

kernunduran setelah terjadinya pernutusan hubungan kerja atau tibanya saat pensiun.
Ternan-ternan sekerja yang biasanya rnenjadi curahan segala rnasalah sudah tidak
dapat dijurnpai setiap hari. Lebih-lebih lagi ketika ternan sebaya/sekarnpung sudah
lebih dahulu rneninggalkannya. Sosialisasi yang dapat dilakukan adalah dengan
keluarga dan rnasyarakat yang relatif berusia rnuda (Trirnarjono, 1997 dalarn
Athearobiansyah, 2008).

Perubahan-perubahan inilah yang dapat rnengakibatkan lansia rnengalarni harga diri
rendah. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemarnpuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 1998). Harga diri rendah (HDR) adalah perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kernarnpuan diri (Keliat dkk, 2005). Sernentara itu
perrnasalahan jiwa yang dialarni oleh lansia dapat berupa depresi yang berakibat
terjadinya harga diri rendah rnaupun resiko prilaku bunuh diri pada lansia
(Rahrnawati, 2008).

Depresi pada lansia disebabkan karena lansia rnengalarni penurunan kernarnpuan
beradaptasi terhadap perubahan dan stress lingkungan yang dialaminya. Depresi yang
terjadi pada lanjut usia adalah darnpak negatif kejadian penurunan fungsi tubuh dan
perubahan psikososial, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan I
jabatan, kesepian dan kesendirian, perasaan kosong (emptyness syndrome), tinggal di

9

institusional yang mengakibatkan berkurangnya interaksi sosial dan dukungan sosial
sehingga menimbulkan perasaan tidak berguna, merasa disingkirkan, dan tidak
dibutuhkan lagi. Pada lansia terjadi konflik antara integritas, pemuasan hidup dan
keputusasaan

karena

kehilangan

dukungan

sosial

yang

mengakibatkan

ketidakmampuan untuk memelihara dan mempertahankan kepuasan hidup dan selfesteemnya sehingga mudah terjadi depresi pada lansia (Azizah, 2009). Depresi dan
harga diri merupakan lingkaran setan, individu tidak dapat berinteraksi dengan
lingkungan sosial karena harga diri rendah yang akhirnya menyebabkan depresi.
Sebaliknya depresi juga dapat menyebabkan individu tidak dapat berhubungan
dengan oranglain karena perasaan harga diri rendah (Davila et all, 1995 dalam
Nunley, 2009).

Syarniah (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa keadaan harga diri rendah,
ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi sosial menurun secara signifikan setelah
dilakukan reminiscence group therapy. Dan merekomendasikan dilakukannya
therapy tersebut dimasyarakat social. Pengertian Reminiscence menurut Bluck dan
Levine (1998 dalam Collins, 2006) adalah proses yang dikehendaki atau tidak
dikehendaki untuk mengumpulkan kembali memori-memori seseorang pada masa
lalu. Memori tersebut dapat merupakan suatu peristiwa yang mungkin tidak bisa
dilupakan atau peristiwa yang sudah terlupakan yang dialami langsung oleh individu.
Kemudian memori tersebut dapat sebagai kumpulan pengalaman pribadi atau
'disharingkan' dengan orang lain. Reminiscence therapy digunakan untuk konseling

10

dan dukungan pada lansia dan merupakan tehnik intervensi pada pasien dengan injury
otak.

Reminiscance therapy merupakan tehnik untuk mengumpulkan kembali

memori pada waktu lampau.

Tujuan dilakukannya reminiscence therapy adalah mengumpulkan kembali dan
mengingat memori masa lalu dan membagi memori pada lansia dengan keluarga,
kelompok atau therapys, dapat meningkatkan harga diri dan membantu individu
untuk meningkatkan kesadaran diri dan pemahanan terhadap diri, adaptasi terhadap
stress, menciptakan kebersamaan kelompok dan keintiman sosial (Nusbaum,
Pecchioni, Robinson & Thompson, 2000 dalam Fontaine & Fletcher, 2003). Dan
meningkatkan fungsi kognitif, kemampuan berkomunikasi dan fungsi prilaku
(RIPF A, 2006).

Reminiscance therapy dapat dilakukan secara individu dan kelompok. Dengan
reminiscence therapy yang dilaksanakan secara kelompok, lansia dapat berbagi
pengalamannya kepada oranglain, saling membantu satu sama lain menemukan cara
penyelesaian masalah. Dan akhirnya lansia dapat berinteraksi dengan oranglain serta
mengubah prilaku yang destruktif dan maladaptif menjadi adaptif (Keliat, 2005).

Reminiscence group therapy merupakan salah satu therapy non standar yang dapat
dilakukan pada lansia diantara therapy lainnya. Hasil penelitian Azizah (2009)
menunjukkan bahwa pendekatan pengenangan indah menurunkan tingkat depresi dan

11

perubahan self esteem yang signifikan pada lansia. Diperkuat oleh Collins (2006)
yang menyatakan bahwa dengan reminiscence group therapy dan life review therapy
dapat mengurangi depresi, ansietas, kesepian dan meningkatkan kesehatan fisik serta

penelitian ini . Kerangka teori ini disusun dengan memodifikasi teori yang ada tentang
pengaruh reminiscence group therapy terhadap harga diri lansia. Peneliti akan
meneliti variable harga diri rendah pada lansia yang akan tergambar pada skema 1
berikut:

Faktor Predisposisi

Skema 2.1
Kerangka Teori Penelitian
Faktor Presipitasi Sumber Koping

Mekanisme Koping

•.

HDR
Lansia-. Perubahan fisik, psikologis, sosial

Therapy Individu

Therapy Kelompok

l

Therapy Keluarga

+
Reminiscence group therapy
Keterangan: --------- : tidak diteliti

12

BAB3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh reminiscence group therapy terhadap harga diri lansia
yang mengalami depresi di Kecamatan Medan Johor
3.2. Tujuan Khusus

3.2.1. Mengidentifikasi karakteristik (data demografi) lansia di Graha Residen Karya
Kasih Medan.
3 .2.2. Mengidentifikasi perbedaan harga diri lansia yang mengalami depresi sebelum
dan sesudah dilakukan reminiscence group therapy pada kelompok intervensi.
3.2.3 . Mengidentifikasi perbedaan harga diri lansia yang mengalami depresi pada
kelompok intervensi dan kelompok control.

13

BAB4
METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini termasuk studi kuantitatif, eksperimen semu (kuasi
eksperimen), yaitu melakukan penelitian dengan memberikan perlakuan pada satu
kelompok dan membandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan
(Nursalam, 2003). Melalui desain ini diharapkan dapat terlihat efektivitas intervensi
Reminiscence group therapy yang dirancang oleh peneliti dalam meningkatkan harga
diri pasien, dengan membandingkan hasil pengukuran pada kelompok intervensi
dengan kelompok kontrol. Untuk lebih jelasnya desain penelitian ini diskemakan
sebagai berikut :
Skema 4.1
Rancangan penelitian
Kelompok

Post test

Pre test

Intervensi

01

Kontrol

03

Keterangan:
I

: Intervensi Reminiscence group therapy

01 : Keadaan kelompok intervensi sebelum intervensi

02 : Keadaan kelompok intervensi setelah intervensi
03 : Keadaan kelompok kontrol sebelum intervensi
04 : Keadaan kelompok kontrol setelah intervensi
X : Beda hasil kondisi kelompok intervensi dan kontrol setelah intervensi
14

Untuk batasan penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel4.1 Defenisi Operasional variabel
Variabel

Definisi operasional

Hasil ukur

Depend en
Harga diri

Cara pandang lansia yang
ada di Kecamatan Medan
Johor terhadap dirinya.

Skor
harga Diri
10-30

Independen
Reminiscence
group therapy

Intervensi yang diberikan
pada lansia

Dilakukan
Tidak
Dilakukan

Alat I Cara
ukur
Kuisioner
Dengan
mengguna
kan
wawancara

Skala
Interval

Buku Raport

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari 2
instrumen. Instrument A berisi data demografi tentang pertanyaan yang berkaitan
deng:m karakteristik demografi responden, instrument B berisikan kuisioner harga
diri yang dimodifikasi peneliti berdasarkan Rosenberg Self Esteem Scale (Rosenberg,
1965) tentang tingkatan harga diri lansia, dengan skor antara 10-30.

4.2. Populasi dan sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Kecamatan Medan Johor yang
mengalami depresi yakni sebanyak 20 orang.

15
Mュ]ᄋセN

ᄋ ᄋ@

イ, MILIK PERPUSTAKAAN

l

UNIVEI\SITAS SUMATERA UTARA

·.,
1

I

4.2.2. Sampel
Sampel diambil dengan cara total sampling, yaitu semua lansia yang
mengalami depresi, yang didapat dari penyebaran kuesioner depresi sebelum
penelitian dilakukan.

4.3. Tekhnik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data penelitian akan dimulai setelah proposal disetujui oleh
Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara dan memperoleh izin dari Direktur
Di Kecamatan Medan Johor Selanjutnya, kelompok kontrol dan kelompok intervensi
dimulai dengan tahapan sebagai berikut :
Kelompok kontrol:
1.

Melakukan penelusuran lansia di Kecamatan Medan Johor sesuai dengan
kriteria inklusi yakni lansia yang mengalami depresi. Kriteria inklusi
didapat setelah peneliti menyebarkan kuesioner depresi ke seluruh lansia
yang ada di Kecamatan Medan Johor. Setelah kuesioner disebar dan
dikembalikan kepada peneliti. Maka peneliti melakukan olah data, mana
lansia yang termasuk kategori depresi .

2.

Pengambilan data pada responden dengan prosedur
a. Menentukan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi
b. Menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, proses, dan
harapan

dari penelitian ini serta member kesempatan bertanya hila

ada yang kurang jelas. Apabila calon responden bersedia berpartisipasi

16

dalarn penelitian ini rnaka calon responden dirninta rnenandatangani
lernbar persetujuan rnenjadi responden. Apabila tidak bersedia rnaka
keputusan responden tetap dihargai dan responden tetap diberlakukan
sebagairnana biasanya di rnasyarakat.
c. Setelah responden rnendapat penjelasan dan setuju rnenjadi responden,
rnaka responden diwawancarai. Agar data yang diberikan oleh
responden

rnerupakan

data

yang

sebenarnya,

rnaka

peneliti

rnenjelaskan dan memberikan penekanan bahwa data harus sesuai
dengan apa yang dirasakan atau dialami oleh responden. Peneliti akan
rnelakukan kornunikasi pada kelornpok kontrol, hanya saja topik
pernbicaraan pada kelornpok kontrol mt rnerupakan hal yang biasa
seperti acara televisi, masakan dan makanan kesukaan, hobi dan
kesukaan, kehidupan di masyarakat, kegiatan di masyarakat dan
ternan-ternan di rnasyarakat.

Kelompok intervensi :
1. Responden sesuai dengan kriteria inklusi, prosedur pengarnbilan lansia
yang rnengalarni depresi sarna dengan kelornpok control.
2. Menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, proses, dan harapan
dari penelitian ini serta rnernberikan kesernpatan bertanya bila ada yang
kurang jelas. Apabila calon responden bersedia berpartisipasi dalarn
penelitian ini rnaka calon responden dirninta rnenandatangani lernbar

17

persetujuan menjadi responden. Apabila tidak bersedia maka keputusan
responden tetap dihargai dan responden tetap diberlakukan sebagaimana
biasanya dimasyarakat.
3. Setelah responden mendapat penjelasan dan setuju menjadi responden,
maka dipersilahkan mengisi kuesioner. Agar data yang diberikan oleh
responden merupakan data yang sebenarnya, maka petugas kolektor data
harus menjelaskan dan memberi penekanan bahwa pengisian kuesioner
harus sesuai dengan apa yang dirasakan atau dialami oleh responden.
Untuk kelompok intervensi diberikan reminiscence group therapy yang
dilakukan 5 sesi pertemuan yang dilakukan selama lebih kurang 3 bulan.
Lama pertemuan 60 menit yang dibagi dalam 3 kelompok sesuai dengan
modul pada lampiran.

Menurut Hastono (2007), pengolahan data untuk penelitian kuntitatif menggunakan
bantuan program computer yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Editing, dilakukan untuk menilai kelengkapan data
2. Coding, jawaban pada setiap kuesioner hasil observasi dikode dan diberi skor
untuk memudahkan dalam pengolahan data
3. Cleaning data, suatu kegiatan pembersihan seluruh data agar terbebas dari
kesalahan sebelum dilakukan analisa data.

18

4.4. Tekhnik Analisis Data
Analisis data menggunakan analisa univariat (Mean, Standar Deviasi, Median) harga
diri dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan melakukan analisis bivariat
yaitu menguji perbedaan harga diri antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Analisis digunakan dengan menggunakan Uji t independent test. Dan untuk menguji
perbedaan harga diri sebelum dan sesudah dilakukan therapy pada kelompok
intervensi dengan menggunakan uji t dependent test.

4.5. Jadwal Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan mulai minggu pertama bulan Juli sampai dengan Oktober
2012. Penelitian ini dilaksanakan di Di Kecamatan Medan Johor.
N

Uraian Kegiatan

0

1

2

Persiapan
Proposal,
lokasi,
alat dan modul
Pelaksanaan
intervensi
- Pre test kelompok
1 intervensi.
- Pre test kelompok
1 kontrol.

19

intervensi
Pre test kelompok 2
kontrol

- Post test kel. 2
intervensi
- Post test kel. 2
kontrol
Pre test kelompok 3

3

- Post test kel. 3
intervensi
- Post test kel. 3
kontrol
Analisis

4.6. Personalia Penelitian
Personalia yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari staf pengajar Departemen
Keperawatan Jiwa yang kompeten dalam bidang kesehatan jiwa, mulai dari kesehatan
jiwa anak sampai lanjut usia, yang terdiri dari :

20

1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap

: Wardiyah Daulay, S.Kep, M.Kep

b. Jenis Kelamin

: Perempuan

C.

NIP

: 197902052005022002

d. Disiplin Ilmu

: Keperawatan Jiwa

e. Pangkat/Golongan

: Penata/III -c

f

: Lektor/Sekretaris UPK

Jabatan fungsional

g. Fakultas/Jurusan

: Keperawatan/Departemen Jiwa

h. Waktu Penelitian

: 5 bulan

2. Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap

: Sri Eka Wahyuni, S.Kep, M.Kep

b. Jenis Kelamin

: Perempuan

C.

NIP

: 19790615 200501 2 002

d. Disiplin Ilmu

: Keperawatan Jiwa

e. Pangkat/Golongan

: Penata/Ill-c

f.

Jabatan fungsional/struktural : Lektor/Sekretaris Departemen

g. Fakultas/Jurusan

: Keperawatan/Departemen Jiwa

h. Waktu Penelitian

: 5 bulan

3. Anggota Peneliti 2
a. Nama Lengkap

: Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, M.Kep

b. Jenis Kelamin

: Perempuan

C.

NIP

: 197501132002122001

d. Disiplin Ilmu

: Keperawatan Jiwa

e. Pangkat/Golongan

: Penata/III-c

f

Jabatan fungsionallstruktural : Lektor/StafPengajar

g. Fakultas/Jurusan

: Keperawatan/Departemen Jiwa

h. Waktu Penelitian

: 5 bulan

21

4. 7. Biaya Penelitian
NO

Komponen

1

Penggandaan Proposal

Jumlah
( Rp)
Rp. 25.000,-

2

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tahap I

Rp. 350.000,-

...

Pajak Penghasilan (PPh pasal 22) tahap I

Rp. 52.500,-

.)

4

Bahan Habis Pakai :
- Fotocopy instrument depresi
- F otocopy modul
Honor Tim:
- Wardiyah Daulay
- Sri Eka Wahyuni
- Mahnum Lailan

Rp. 500.000,Rp. 500.000,Rp. 500.000,-

6

Biaya perjalanan

Rp. 30.000,-

7

Surat Izin Penelitian

Rp. 100.000,-

8

10

Biaya perjalanan untuk intervensi (6 kali kunjungan) :
- Wardiyah Daulay
- Sri Eka Wahyuni
- Mahnum Lailan
Bahan habis pakai dan peralatan :
- ATK, kertas jeruk, doubletip, gunting, lem
- Album Photo untuk 10 lansia
- Peralatan Activity Daily Lansia (handuk)
- Peralatan ibadah (kain)
Penggandaan hasil akhir penelitian

Rp. 238.000,Rp. 400.000,Rp. 500.000,Rp. 750.000,Rp. 82.750,-

11

Desiminasi

Rp. 300.000,-

12

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tahap II

Rp.165.000,-

13

Pajak Penghasilan (PPh pasal 22) tahap II

Rp. 24.750,-

5

9

Rp . 50.000,Rp. 572.000,-

Rp. 120.000,Rp. 120.000,Rp. 120.000,-

Rp 5.500.000,-

22

. BAB5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Bab ini menguraikan tentang basil penelitian dan pembahasan tentang data demografi
lansia yang mengalami depresi dan pengaruh reminisence therapy terhadap perubahan
harga diri I ansi a yang mengalami depresi .
5.1. Data Demografi Lansia

Distribusi frekuensi jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan dan
pekerjaan lansia disajikan dalam bentuk tabel 5.1.
Tabel 5.1 Karakteristik Lansia yang Mengalami Depresi
di Kecamatan Medan Johor (n=20)

Karakteristi k

Kel
Intervensi
{n=lO}
%
N

Kel
Kontrol
(n=lO}
N

%

Jumlah
{n=20}
N

%

1. Jenis Kelamin
a. LaJci-Laki
b. Perempuan

.)

30

5

50

8

7

70

5

50

12

2. Status
Perkawinan
a. Kawin
b. Janda
C. Dud a

4
5
1

40
50
10

7
3
0

70
30
0

11
8

1

55
40
5

3. Agama
a. Islam
b. Kristen

10
0

10
0

9
1

90

19
1

95
5

..,

10

40
60

23

4. Pendidikan
a. SD
b. SMP
C. SMA
d. Perguruan
tinggi
5. Pekerjaan
a. Pegawai
Negeri
b. Pegawai
Swasta
c. Wiraswasta
d. Lainnya

2
1

60
10
20
10

6
0
2
2

60
0
20
20

12
1
4
3

60
5
20
15

0

0

2

20

2

10

1

10

0

0

1

5

4
5

40
50

30
50

7

35
50

6

..,

.)

5

10

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa I ansi a depresi mayoritas berjenis kelamin
perempuan yaitu 12 orang (60%), dengan status terbanyak adalah kawin sebanyak 11
orang(55%). Untuk agama, mayoritas lansia beragama Islam yaitu 19 orang (95%),
jenjang pendidikan terbanyak adalah SD yakni sebanyak 12 orang (60%). Dan yang
terakhir untuk pekerjaan, lansia banyak yang memiliki pekerjaan lainnya seperti
bertani dan pembantu rumah tangga yaitu sebanyak 10 orang (50%).

5.2. Pengaruh reminiscence therapy terhadap harga diri lansia
Perbedaan rata-rata harga diri lansia sebelum dan sesudah dilakukan reminiscence
therapy pada kelompok intervensi dan kelompok control dianalisis dengan
menggunakan uji dependent sample t-test, dengan hasil tercantum pada tabel 5.2.

24

Tabel 5.2 Analisis Perbedaan Harga Diri Lansia yang Mengalami Depresi Sebelum
dan Sesudah Dilakukan Reminisence Therapi pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Kecamatan Medan Johor (n=20)

N

Mean

SD

SE

Sebelum

10

18,60

3,062

0,968

Sesudah

10

20,60

3,502

1,108

Sebelum

10

20,30

2,359

0,746

Sesudah

10

20,30

2,359

0,746

Harga Diri

T

Intervensi
0,002

Kontrol
1,000

Berdasar pada tabel 5.2 diketahui pada kelompok yang mendapat reminiscence
therapy rata-rata harga diri lansia sebelum intervensi 18,60 dan sesudah intervensi
menjadi 20,60. Selanjutnya berdasarkan basil uji statistic disimpulkan ada perbedaan
yang bermakna antara harga diri lansia sebelum dan sesudah dilakukan reminiscence
therapy pada kelompok intervensi (p=0,002).

Sementara pada kelompok yang tidak mendapat reminiscence therapy, rata-rata harga
diri lansia sebelum dan sesudah adalah 20,30. Dengan kata lain tidak ada perubahan
nilai rata-rata yang tetjadi.

25

5.2. Pembahasan
Berikut ini akan dipaparkan tentang pembahasan hasil penelitian :
5.2.1 Karakteristik Lansia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mengalami depresi berjenis kelamin
perempuan yakni sebanyak 60%. Hasil ini didapat dari screening awal melalui
kuesioner depresi yang disebar ke seluruh Kecamatan Medan Johor. Hasil ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2010) di kecamatan Jain di
kota Medan yakni di Padang Bulan. Dalam penelitiannya ditemukan tiga puluh tiga
persen Iansia berjenis kelamin laki-laki mengalami depresi, lebih banyak daripada
lansia perempuan (20,7%).

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan (2007) justru
sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh di Kecamatan Medan Johor ini, yang
menyatakan gangguan depresif mengenai sekitar 20% wanita dan 12% Jaki-laki pada
suatu waktu dalam kehidupannya. Perempuan mempunyai kecenderungan dua kali
lebih besar mengalami gangguan depresif daripada laki-laki.

Perempuan dikatakan lebih rentan depresi karena masalah hormonal, dampak
melahirkan, stressor dan pola perilaku yang dipelajari. Dari sisi biologik dikatakan
adanya gangguan pada neurotransmiter norefinefrin, serotonin dan dopamin.
Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus komunikasi antar
serabut saraf membuat tubuh menerima komunikasi secara salah dalam pikiran,

26

perasaan dan perilaku mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat
dirinya dan dunia luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres
besar, mereka cenderung akan mengalami gangguan depresif

Data menunjukkan bahwa status perkawinan pada lansia yang mengalami depresi
adalah kawin yakni sebanyak 50%. Data ini secara tidak langsung kurang mendukung
teori besar yang diungkapkan oleh Freud. Menurut Freud, kehilangan obyek cinta
seperti orang yang dicintai dan krisis dalam keluarga merupakan pemicu episode
gangguan depresif. Seringkali kombinasi faktor biologik, psikologik dan lingkungan
merupakan campuran yang membuat gangguan depresif muncul.

Lansia yang mengalami depresi di Kecamatan Medan Johor memiliki tingkat
pendidikan yang rendah yakni 60% hanya tamat SD. Dan 50% diantaranya memiliki
pekerjaan yang tidak menetap. Bila dilihat dari factor yang mempengaruhi
perkembangan psikologik, maka pendidikan dan pekerjaan termasuk kedalam faktor
lingkungan. Faktor lingkungan mempengaruhi usaha seseorang mengatasi masalah.
Para psikolog menyatakan bahwa mereka yang mengalami gangguan depresif
mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam pertumbuhan perkembangan dirinya.
Mereka belajar seperti model yang mereka tiru dalam keluarga, ketika menghadapi
masalah psikologik maka respon mereka meniru perasaan, pikiran dan perilaku
gangguan depresif. Orang belajar dengan proses adaptif dan maladaptif ketika
menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga, sekolah, sosial dan
lingkungan kerjanya.
27

5.2.2. Pengarub Reminisence Therapy Terbadap Barga Diri lansia yang
Mengalami Depresi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata harga diri lansia
sesudah dilakukan therapy reminiscence. Hasil uji dependent t test juga menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang significant antara harga diri sebelum dan sesudah terapi
diberikan (p-value=0,002). Hal ini sesuai dengan pendapat

Suci (2008) yang

mengatakan bahwa reminisence therapy dapat dipakai sebagai salah satu upaya untuk
membantu lansia mengalami masa tua yang sejahtera. Pendapat Suci (2008) ini
senada dengan penelitian Banon (2010). Dalam penelitiannya Banon memperoleh
hasil

yang

menunjukkan

ada

penurunan

yang

bermakna kondisi

depresi,

ketidakberdayaan, keputusasaan, isolasi sosial (p-value < 0,05), dan peningkatan
yang bermakna pada harga diri dan kualitas hidup (p-value < 0,05) antara kelompok
yang mendapat therapy reminiscence dan psikoedukasi keluarga dibandingkan
dengan kelompok yang hanya mendapat psikoedukasi keluarga.

Adanya peningkatan harga diri lansia sesudah dilakukan rem1mscence therapy
menurut asumsi peneliti bisa terjadi karena pada therapy ini lansia diajak untuk
mengenang kembali segala hal di masa lalunya yang membuat dirinya merasa
berharga. Para lansia ini dirangsang untuk bercerita tentang kenangan masa lalunya.
Beberapa barang yang dapat mengingat lansia akan masa lalunya kembali
dimunculkan untuk memancing kembali ingatan lansia tersebut. Barang tersebut
dapat berupa mainan, souvenir, alat yang dipakai semasa kerja, makanan favorit, foto
28

dan gambar-gambar kuno dalam album ataupun barang-barang fungsional lain yang
biasa dipakai dalam masa yang lalu. Berbagai emosi yang muncul saat mereka
bercerita tentang kenangan-kenangan tersebut dicatat dan dipakai sebagai media
untuk melaksanakan therapy.

Reminisence therapy ini konsisten dengan teori perkembangan psikologi dewasa ini.
Emosi positif dari ingatan pengalaman lama dengan barang-barang dan foto yang
telah lama terpendam, bisa muncul kembali. Dan itu memberikan kenyamanan,
kegembiraan, atau rasa aman yang sama pada keadaan sekarang. Ingatan atau memori
otak lama juga akan merangsang memori otak sekarang untuk menyimpan ingataningatan baru dengan lebih baik (Suherlina, 2012).

Ingatan-ingatan tentang hal-hal positif yang menimbulkan perasaan bahagia tersebut
akan terus dipertahankan. Lansia di

29

BAB6
KESTIMFULANDANSARAN

6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dirangkum berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian
adalah adanya pengaruh reminiscence therapy terhadap harga diri lansia. Harga diri
lansia yang mengalami depresi menunjukkan kenaikan setelah diberi therapy.
Selanjutnya dari hasil diketahui bahwa lansia yang mengalami depresi di Kecamatan
Medan Johor mayoritas perempuan, status perkawinan adalah kawin, beragama
Islam, pendidikan tamat SD dan pekerjaan tidak menetap (lainnya).

6.2. Saran

Saran yang dapat disampaikan peneliti terkait basil penelitian adalah sebagai berikut :

6.2.1. Untuk Pelayanan Kesehatan.
Perlu peningkatan program kesehatan jiwa di masyarakat, yang tentunya harus
didukung oleh dinas kesehatan dan pemerintah daerah. Program kesehatan jiwa
perlu dilakukan dalam rangka menerapkan beberapa therapy yang salah
satunya adalah therapy reminiscence pada penelitian ini sehingga diharapkan
kualitas hidup lansia dapat meningkat.

6.2.2. Untuk Pendidikan Keperawatan.
Dapat membuat rencana pembelajaran yang sesuai untuk mahasiswa yang akan
melaksanakan praktek di masyarakat.

30

6.2.3. Untuk penelitian selanjutnya
Diharapkan jumlah sampel meliputi seluruh lansia di Kotamadya Medan,
kuesioner untuk mengukur harga diri lansia ditingkatkan dengan melakukan uj i
validitas dan untuk pelaksanaan, disarankan untuk mengukur post test setelah
beberapa hari setelah intervensi.

31

f MiUK PERPUSTAK.AAN

I UN!VEftSITAS SUMATERA UTARA

l
t

LAMPIRAN 1
Instrumen A

Kuisioner Data Demografi Responden

Petunjuk Pengisian:
Lingkarilah pertanyaan berikut ini yang sesuai dengan keadaan bapak/ibu saat ini:

1. No Kode Responden:................... (diisi oleh peneliti)
2. Jenis Kelarnin:
1. Laki-Iaki
2. Perempuan
3. Status Perkawinan:

1. Kawin

2. Bel urn Kawin

3. Janda

4. Duda

4. Agarna:

1. Islam

2. Kristen
3. Hindu
4.

Budha

5. Lainnya: sebutkan ................ .
5. Pendidikan Terakhir:
1. SD

2. SMP

6. Pekerjaan Terakhir:
1. Pegawai N egeri
2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta
4. Lainnya: sebutkan......... .

3.SMA

4. Perguruan Tinggi

LAMPIRAN2
Instrumen B

Kuisioner Depresi
Petunjuk Pengisian:
Berilall tanda checklist (-./) pemyataan diba:walt ini sesuai dengan perasaan diri
bapaklibu saat ilti.
1. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda?
D Tidak
D Ya
2. Apakah anda sudah menghentikan banyak kegiatan dan hal-ha1 yang menarik minat

and a?
0 Ya

0

Tidak

3. Apakah anda merasa hidup anda hampa?
D Ya
D Tidak

4. Apakah anda sering merasa bosan?
D Tidak
D Ya
5. Apakah anda biasanya bersemangatlgembira?
D Ya
D Tidak
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
0 Tidak
0 Ya
7. Apakah and a merasa bahagia untuk sebagian besar hid up and a?
CJ Ya
0 Tidak
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
CJ Ya
0 Tidak
9. Apakah anda lebih senang tingga1 di rumah daripada keluar dan mengerjakan sesuatu
yang bam?
CJ Ya
CJ Tidak
10. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda?
0 Tidak
0 Ya
11. Apakah anda merasa mempunyai banyak masa1ah dengan daya ingat anda dibanding
kebanyakan orang?
CJ Ya
0 Tidak

-------

12. Apakah anda pada dasamya puas dengan kehidupan anda?
0 Ya
0 Tidak
13. Apakah anda pada dasamya puas dengan kehidupan anda?
0 Tidak
0 Ya
14. Apakah anda pad a dasamya puas dengan kehidupan anda?
0 Ya
0 Tidak
15. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda?
0 Ya
0 Tidak

LAMPIRAN3
Lampiran C

Kuisioner Harga Dit;
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda checklist('>/) pemyataan dibawah ini sesuai dengan perasaan diri bapak/ibu
saat ini.
SS:
S:
TS:
STS:

Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju

No.

Pemyataan

1

Secara kesuluruhan, saya merasa puas dengan
diri saya

2

Kadang-kadang, Say a berpikir bahwa saya
tidak baik secara keseluruhan

3

Saya merasa bahwa saya mempunyai kualitas
yang baik

4

Saya dapat melak'Ukan sesuatu sebaik yang
dilakukan oranglain

5

Saya merasa tidak bangga terhadap diri saya

6

Saya merasa kurang dapat menggunakan waktu

7

Saya merasa diri saya berarti

8

Saya menginginkan oranglain mernnghargai
say a

9

Saya merasa gaga!

10

Saya bersikap positif terhadap diri saya

(Sumber: Rosenberg, 1965)

ss

s

TS

STS

LAMPIRAN4

MODUL THERAPY

EFEKTIFITAS REMINISCENCE GROUP THERAPY TERHADAP
HARGA DIRI LANSIA YANG MENGALAMI DEPRESI

Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara

2012

Proses Pelaksanaan Terapi Kelompok Reminscence
Proses pelaksanaan Terapi Kelompok Reminiscence dalam modul terapi ini mencakup
pengalaman pada masa anak, masa remaja, masa dewasa, pengalaman dengan
keluarga dan di rurnah dan dilaksanakan secara berkelompok. Pada modul ini proses
pelaksanaan Terapi Kelompok Reminiscence meliputi tahapan persiapan, pel