Analisis Partisipasi Karang Taruna Citra Yodha Dalam Pembangunan Desa Mekar Sari Kecamatan Deli Tua

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ismay Hilda berjudul “Peran Karang
Taruna dalam Pembinaan Generasi Muda di Desa Bulusari Kecamatan Bulakamba
Kabupaten Brebes” pada tahun 2011 menyatakan, bahwa Karang Taruna adalah
wadah atau wahana pembinaan generasi muda, untuk dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Dengan wadah tersebut
diharapkan generasi muda mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap
diri sendiri, sosial dan masyarakat.Dengan demikian generasi muda dapat
berpartisipasi dalam pembangunan dengan baik.
Jurnal yang ditulis oleh Nurul dan Bagus berjudul “Partisipasi Pemuda dalam
Program Karang Taruna Desa (Studi pada Pemuda di Dusun Kupang Kidul Desa
Kupang Kecamatan Ambarawa)” pada tahun 2014 menyatakan, bahwa partisipasi
pemuda dalam program Karang Taruna desa di Dusun Kupang Kidul menggunakan
tiga tahap partisipasi, yaitu partisipasi dalam perencanaan, partisipasi dalam
pelaksanaan, dan partisipasi dalam pemanfaatan. Faktor penghambat partisipasi
pemuda dalam program Karang Taruna desa di Dusun Kupang Kidul adalah
pemuda banyak yang merantau, baik dalam hal studi atau dalam hal pekerjaan, rasa

kurang percaya diri untuk memperlihatkan potensi yang dimiliki dari dalam diri,
pemuda dan remaja yang mengalami pernikahan dini sehingga waktu lebih
diutamakan untuk mengurus rumah tangga mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati berjudul “Peran Kepala Desa Dalam
Pemberdayaan Karang Taruna Di Masyarakat Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro

9
Universitas Sumatera Utara

10

Kabupaten Jombang” pada tahun 2013 menyatakan, bahwa secara umum peran
Kepala Desa dalam memberdayakan Karang Taruna di masyarakat cukup strategis.
Melalui pembinaan, dukungan, dan motivasi yang dilakukan Kepala Desa dalam
setiap rapat yang diadakan oleh pengurus Karang Taruna, selain itu juga terlihat
dalam berbagai kegiatan yang diadakan melalui kerjasama antar keduanya.
Dwi Afriyanto dalam penelitiannya yang berjudul “ Peranan Pengurus Karang
Taruna Berstatus Mahasiswa Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi (Studi pada
Organisasi Karang Taruna di Dusun Sawahan Desa Pendowoharjo Kecamatan
Sewon Kabupaten Bantul)” pada tahun 2014 menyimpulkan, bahwa peranan yang

telah dilakukan oleh pengurus Karang Taruna yang berstatus mahasiswa adalah
meningkatkan kedisiplinan, pemberian motivasi bagi semua anggota Karang
Taruna. Proses pemberian motivasi diberikan sebagai rangkaian upaya yang pada
dasarnya merupakan sinergi untuk mengembangkan potensi diri bagi para anggota
Karang Taruna dalam meningkatkan kinerja organisasi. Selain itu peranan yang
lain, yaitu pembukuan keuangan ataupun notulensi rapat yang semakin tertata,
meningkatnya hubungan baik dengan warga yakni pengurus RT ataupun PKK.
2.2 Teori Partisipasi
Terdapat dua jenis pengertian partisipasi dalam paradigma masyarakat
Indonesia.Pengertian yang pertama merupakan pengertian yang diberikan oleh para
perencana pengembangan masyarakat formal di Indonesia (pemerintah).Menurut
pengertian ini, partisipasi adalah sebagai dukungan masyarakat terhadap rencana
atau proyek pengembangan masyarakat yang dirancang dan ditentukan tujuannya
oleh perencana (pemerintah).Pengertian kedua, partisipasi adalah keterlibatan

Universitas Sumatera Utara

11

seseorang atau kelompok secara sadar dalam interaksi sosial dalam situasi

tertentu.(Napu, 2009 dalam Sudi, 2014).
Secara sosiologis pengertian pertama mengandung hakikat sebagai bentuk
mobilisasi rakyat dalam pengembangan masyarakat.Mobilisasi hanya dapat
mengatasi permasalahan pengembangan masyarakat secara pragmatis dan bersifat
jangka pendek.Oleh karena itu, digunakan pengertian kedua sebagai pengertian
partisipasi.
Pengertian ini melihat bahwa masyarakat merupakan sesuatu yang turbulent
atau penuh dengan nilai sosial budaya dan dinamis sehingga dalam model tersebut
masyarakat merupakan “sistem” yang mandiri. Berdasarkan pada pemahaman itu,
seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam
kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal tradisi,
nilai, perasaan, kesetiaan, kepatuhan, dan tanggung jawab. Berbagai proses itu
terjalin dalam dirinya dan dengan orang lain. Implikasi dari pengertian itu, adanya
kelompok menjadi urgen dan perlu dalam upaya mengembangkan partisipasi.
Setiap individu dan kelompok adalah pelaku, yang berhak menetapkan segala
sesuatu berdasar pada tata nilai, tradisi, kemampuan, tujuan, dan bagaimana cara
mencapai tujuan itu. Proses menetapkan kesepakatan itulah yang dikenal sebagai
musyawarah. Dalam uraian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi
adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara
sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi.
Adisasmita (2006) memberikan pengertian partisipasi masyarakat adalah
keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam

Universitas Sumatera Utara

12

perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan yang
dikerjakan di dalam masyarakat lokal.Partisipasi dalam pembangunan merupakan
aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban
dan berkontribusi dalam implementasi program yang dilaksanakan.Peningkatan
partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat
secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan
dalam masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan
diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang
disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, berarti dalam
penyusunan rencana/program pembangunan dilakukan penentuan prioritas, dengan
demikian pelaksanaan program pembangunan akan terlaksana pula secara efektif
dan efisien.

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991 dalam Suudi, 2014)
sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna
memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat
setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek
akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau
program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut
dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa suatu
hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka
sendiri. Dengan demikian pengembangan masyarakat dalam praktik pembangunan
masyarakat, terutama tercermin dalam bentuk partisipasi kedalam seluruh proses

Universitas Sumatera Utara

13

pembangunan masyarakat sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan
tindak bersama, pelaksanaan evaluasi dan dalam menikmati hasil.
Keterlibatan kedalam keseluruhan proses pembangunan masyarakat melalui
berbagai bentuk tindakan bersama tersebut merupakan indikasi kapasitas

masyarakat dalam mengelola proses pembangunan secara mandiri. Keterlibatan
anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan sumber
daya manusianya mampu menghilangkan sebagian besar ketergantungan terhadap
pihak luar.
Pembangunan masyarakat adalah suatu proses yang berkesinambungan, bukan
sekedar melakukan perubahan saat ini dan berakhir keesokan harinya. Dalam hal
ini, setiap aktivitas perubahan yang dilakukan tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
sebelumnya dan aktivitas selanjutnya.Pendek kata, pembangunan adalah orientasi
yang tanpa akhir (Tjokromidjojo, 2000). Sesuai karakteristik pembangunan
masyarakat yang mengutamakan aspek manusianya, maka dalam proses perubahan
yang terjadi, faktor manusia ini semestinya diberi peluang yang lebih besar guna
berperan secara efektif dalam proses yang berjalan. Hal ini berarti memperbesar
peluang untuk menggerakan kapasitas mereka sendriri, lebih menjadi aktor sosial
dari pada sekedar subjek yang pasif, mengelola sumber daya, membuat keputusan
dan mengawasi kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka.(Cernea,1988
dalam Suudi, 2014).
Pernyataan-pernyataan tersebut mengandung pengertian, bahwa masyarakat
hendaknya dilibatkan secara aktif dalam keseluruhan tahap dari proses perubahan,
sejak proses pembuatan keputusan, sampai dengan menarik manfaat. Arti penting
partisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan tersebut semakin ditonjolkan,


Universitas Sumatera Utara

14

minimal sebagai salah satu antisipasi dari masalah-masalah yang ditimbulkan oleh
kebijaksanaan pembangunan, yang lebih mengejar pada peningkatan produksi.
Dilihat dari sudut pengembangan kapasitas masyarakat, dari sisi subjeknya
bentuk partisipasi yang ideal adalah partisipasi yang melibatkan seluruh lapisan
masyarakat. Dilihat dari prosesnya, partisipasi yang dianggap sesuai dengan
pengembangan kapasitas masyarakat adalah partisipasi yang meliputi keseluruhan
proses pembangunan, sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan dalam menikmati hasil. Dengan demikian apabila
masyarakat ikut menikmati hasil pembangunan yang prosesnya dirancang pihak
lain, hal itu bukan cerminan dari kapasitas masyarakat. Pembangunan pada
dasarnya bukan hanya bagi masyarakat, tetapi juga oleh masyarakat. Dilihat dari
sumber pemicunya, partisipasi ideal adalah yang karena keterlibatan didorong oleh
kesadaran dan determinasi masyarakat sendiri, bukan partisipasi yang digerakkan
ataupun dipaksa oleh pihak lain. Partisipasi yang tidak didorong oleh kesadaran dan
determinasi lebih tepat disebut sebagai mobilisasi, yang tidak mencerminkan

kapasitas masyarakat.
Konsep partisipasi ideal yang sudah diuraikan sebelumnya, menggambarkan
bentuk partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan menjadi
langkah awal yang sangat penting dan akan mempengaruhi langkah pada tahap
berikutnya. Hal ini disebabkan karena keterlibatan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan akan mengakibatkan masyarakat merasa bahwa kegiatan
tersebut menjadi miliknya. Dengan demikian, akan lebih menumbuhkan tanggung
jawab untuk ikut serta menentukan keberhasilan dalam pelaksanaannya. Disamping
itu, partisipasi seluruh lapisan masyarakat sejak proses pengambilan keputusan

Universitas Sumatera Utara

15

diharapkan juga lebih menjamin kegiatan pembangunan yang dijalankan betul-betul
mencerminkan aspirasi, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan karena dengan keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan, berarti lebih terbuka peluang untuk memasukkan berbagai
aspirasi dan permasalahan serta kepentingan seluruh lapisan masyarakat yang ada.
Pemuda merupakan salah satu unsur yang ada di masyarakat.Pemuda dapat

berpartisipasi dalam pembangunan desa melalui organisasi pemuda yang ada.Salah
satu organisasi pemuda di desa adalah organisasi Karang Taruna.Karang Taruna
merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang
pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat khususnya pemuda.Adanya Karang
Taruna tersebut dimaksudkan agar para remaja dapat mengisi waktu luang dengan
kegiatan-kegiatan

konstruktif

bahkan

mungkin

usaha

ekonomis

produktif.Partisipasi Karang Taruna dalam pembangunan desa diharapkan mampu
mewujudkan desa dan kelurahan lebih maju dan sejahtera masyarakatnya, mampu
menyikapi dan menangani berbagai permasalahan kesejahteraan sosial para pemuda

dan warga masyarakat umumnya.Dengan demikian Karang Taruna mampu
memberikan

kontribusi

secara

optimal

melalui

program-programnya

dan

masyarakat sendiri merasakan dampaknya yaitu permasalahan sosial berkurang,
kesejahteraan sosial meningkat, dan kebersamaan sosial menjadi kental.
2.2.1

Partisipasi Masyarakat


Cohen dan Uphoff (1977, dalam Dea, 2013) membagi partisipasi masyarakat
dalam pembangunan ke dalam empat tingkatan, yaitu :pertama, partisipasi dalam
perencanaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat.
Sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan dan penetapan

Universitas Sumatera Utara

16

program pembangunan dan sejauh mana masyarakat memberikan sumbangan
pemikiran dalam bentuk saran untuk pembangunan. Kedua, partisipasi dalam
pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa: partisipasi dalam bentuk
tenaga, partisipasi dalam bentuk uang, partisipasi dalam bentuk harta benda. Ketiga,
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil yang diwujudkan dalam keterlibatan seseorang
pada

tahap

pemanfaatan

suatu

proyek

setelah

proyek

tersebut

selesai

dikerjakan.Partisipasi masyarakat pada tingkatan ini berupa tenaga dan uang untuk
mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah dibangun.Keempat, Partisipasi
dalam evaluasi, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat dalam menilai
serta mengawasi kegiatan pembangunan serta hasil-hasilnya.
Yadav (1980, dalam Theresia, 2014) mengemukakan tentang adanya empat
kegiatan

yang

menunjukkan

partisipasi

masyarakat

di

dalam

kegiatan

pembangunan, yaitu :
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan,
Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat selalu
ditetapkan sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam banyak hal lebih
mencerminkan sifat kebutuhan kelompok-kelompok kecil elit yang berkuasa
dan kurang mencerminkan sifat kebutuhan masyarakat banyak. Oleh sebab
itu, partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui
dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi
langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program
pembangunan di wilayah setempat atau ditingkat lokal.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan,

Universitas Sumatera Utara

17

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali diartikan
sebagai

partisipasi

masyarakat

banyak

untuk

secara

sukarela

menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan pembangunan. Di lain pihak,
lapisan yang di atasnya (yang umumnya terdiri atas orang-orang kaya)
dalam

banyak

hal

lebih

sering memperoleh

manfaat

dari

hasil

pembangunan, tidak dituntut sumbangannya secara proporsional. Karena
itu, partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan harus diartikan
sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja,
uang, dan atau beragam bentuk lainnya yang sepadan dengan manfaat yang
akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.
3. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan,
Kegiatan

pemantauan

dan

evaluasi

program

dan

proyek

pembangunan sangat diperlukan untuk menilai ketercapaian tujuan seperti
yang diharapkan, dan diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang
masalah-masalah

dan

kendala

yang

muncul

dalam

pelaksanaan

pembangunan yang bersangkutan.

4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan.
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur
terpenting yang sering terlupakan.Sebab, tujuan pembangunan adalah untuk
memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil
pembangunan merupakan tujuan utama. Disamping itu, pemanfaatan hasil
pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

18

untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan
datang.
2.2.2

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Dea (2013) mengatakan ada beberapa faktor yang dapat mendukung dan
menghambat partisipasi masyarakat dalam suatu program, dimana timbulnya
partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia untuk melakukan suatu tindakan.
Perilaku tersebut didorong oleh adanya tiga faktor utama yang mendukung, yaitu :
kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi.
Selain faktor pendukung yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, terdapat juga
faktor yang menghambat partisipasi. Faktor yang menghambat partisipasi
masyarakat, menurut Watson (2008 dalam Dea, 2013) ada beberapa kendala
(hambatan) yang dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan, antara lain kendala
yang berasal dari kepribadian individu, salah satunya adalah ketergantungan.
Ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan

merupakan

hambatan

dalam

mewujudkan

partisipasi

atau

keterlibatan masyarakat secara aktif, karena rasa ketergantungan ini masyarakat
tidak memiliki inisiatif untuk melaksanakan pembangunan atau prakarsa mereka
sendiri. Faktor-faktor yang menghambat partisipasi masyarakat tersebut dapat
dibedakan dalam faktor internal dan faktor eksternal, dijelaskan sebagai berikut :
a. Faktor Internal
Slamet (2003), faktor internal berasal dari dalam kelompok masyarakat
sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya.Tingkah laku
individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur,
jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan, dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat

Universitas Sumatera Utara

19

hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya
pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh
pada partisipasi.
b. Faktor Eksternal
Sunarti (2003 dalam Dea, 2013), faktor eksternal dapat dikatakan petaruh
(stakeholder), dalam hal ini stakeholder yang mempunyai kepentingan dalam
program ini adalah pemerintah daerah, pengurus desa/kelurahan (RT/RW), tokoh
masyarakat/adat dan konsultan/fasilitator.stakeholder kunci adalah siapa yang
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna
kesuksesan program.
Suroso (2014) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan dibedakan menjadi dua, yaitu faktor
internal ( terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan
penduduk, dan lamanya tinggal ) dan faktor eksternal ( terdiri dari komunikasi dan
kepemimpinan ). Menurut Sastroputro (1998, dalam Rahadiani, 2014) faktor yang
dapat mempengaruhi masyarakat adalah keadaan sosial masyarakat, kegiatan
program pembangunan dan keadaan alam sekitar.Keadaan sosial masyarakat
meliputi pendidikan, pendapatan, kebiasaan dan kedudukan sosial dalam system
sosial.Kegiatan program pembangunan merupakan kegiatan yang direncanakan dan
dikendalikan oleh pemerintah yang dapat berupa organisasi masyarakat dan
tindakan kebijaksaan.Sedangkan alam sekitar merupakan faktor fisik atau keadaan
geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat tinggal masyarakat
setempat.Tokoh masyarakat, pemimpin adat, tokoh agama merupakan komponen

Universitas Sumatera Utara

20

yang juga berpengaruh dalam menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
suatu kegiatan.
2.3 PengertianKarang Taruna
Karang Taruna sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Sosial RI No.
83/HUK/2005 adalah organisasi sosial wadah pembinaan dan pengembangan
generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung
jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda.Karang
Taruna merupakan salah satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda
yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam penyelenggaraan pembinaan
manusia dan mengembangkan pembangunan Indonesia.Karang Taruna sebagai
wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda harus dilandasi dengan
adanya kesadaran terhadap permasalahan dan kebutuhan kesejahteraan sosial serta
tanggung jawab sosial untuk menanggulangi berbagai kesenjangan sosial generasi
muda.
Berpijak pada gagasan membentuk Karang Taruna sebagai alternatif, membuat
pola pembangunan melalui pemberdayaan Karang Taruna, pada hakekatnya Karang
Taruna sudah memenuhi persyaratan untuk dapat dikembangkan sebagai
infrastruktur sosial di pedesaan/kelurahan. Sebagai infrastruktur sosial, maka
seharusnya posisi Karang Taruna dapat dianggap sebagai partner pemerintah untuk
mengembangkan pembangunan pedesaan. Infrastruktur sosial mempunyai misi
membawakan aspirasi masyarakat untuk menyuarakan pembangunan. Suara
pembangunan akan semakin padu dan bulat manakala peranan pemerintah
(suprastruktur) dan Karang Taruna sebagai infrastruktur sosial seiring seirama
jalannya.

Universitas Sumatera Utara

21

2.3.1 Karakteristik Karang Taruna
Sesuai pedoman dasar Karang Taruna, pengertian Karang Taruna adalah
organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk
masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat
sederajat dan terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Pembinaan
Karang Taruna diatur dalam Permensos No. 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar
Karang Taruna. Karang Taruna sebagai sebuah lembaga pembinaan generasi muda
mempunyai berbagai karakteristik, adapun karakteristik Karang Taruna adalah
sebagai berikut :
1) Karang Taruna merupakan wadah pembinaan generasi muda; 2) Sebagai
organisasi yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial; 3) Memiliki program yang
mendukung program kegiatan pemerintah. Sejalan dengan karakteristik tersebut
maka Karang Taruna mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan fungsinya,
yaitu:
a.

Tumbuhnya

potensi

dan

kemampuan

generasi

muda

dalam

rangka

mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna.
b.

Termotivasinya setiap generasi muda warga Karang Taruna untuk mampu
menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam keberagaman
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c.

Terjalinnya kerjasama antara generasi muda warga Karang Taruna dalam
rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

d.

Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda
di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang memungkinkan

Universitas Sumatera Utara

22

pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu
mengatasi masalah kesejahteraan sosial di lingkungannya.
e.

Terwujudnya

pembangunan

kesejahteraan

sosial

generasi

muda

di

desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang dilaksanakan secara
komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh Karang
Taruna bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya.
Sementara itu fungsi Karang Taruna sebagai lembaga pembinaan generasi
muda antara lain di tingkat desa maupun perkotaan adalah sebagai berikut:
a.

Penyelenggara usaha kesejateraan sosial.

b.

Penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat.

c.

Penyelenggara

pemberdayaan

dilingkungannya

secara

masyarakat

komprehensif,

terutama

terpadu

dan

generasi
terarah

muda
serta

berkesinambungan.
d.

Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi
muda di lingkungannya.

e.

Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung
jawab sosial generasi muda.

f.

Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan,
kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

g.

Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung
jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan
kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi
kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya.

Universitas Sumatera Utara

23

h.

Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi sosial bagi penyandang
masalah kesejahteraan sosial.

i.

Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama informasi dan kemitraan
dengan berbagai sektor lainnya.

j.

Penyelenggara usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual.
Dengan melihat fungsi diatas, terlihat bahwa kegiatan Karang Taruna

diarahkan untuk menciptakan watak yang taqwa, terampil dan dinamis serta
penanaman kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi. Kesadaran dan
tanggung jawab sosial yang tinggi pada gilirannya akan menumbuhkan disiplin
sosial dalam kehidupan pribadi dan kelompok sehingga menjadikan generasi muda
memiliki

kesiapan

dalam

menanggulangi

berbagai

masalah

sosial

di

lingkungannya. Jadi pembinaan disini selain dapat menolong generasi muda itu
sendiri, juga dapat menolong orang lain yang menyandang masalah sosial.
Sedangkan yang menjadi sasaran kualitatif yang hendak dicapai dalam pembinaan
Karang Taruna adalah: (1) Karang Taruna sebagai wadah pembinaan generasi muda
ditingkat desa dan kelurahan mampu berperan sebagai organisasi sosial
kepemudaan dalam mencegah kenakalan remaja; (2) Karang Taruna mampu
menjadi wadah penyiapan kepeloporan dan kemandirian; (3) Karang Taruna
menjadi wadah penyelenggara usaha-usaha ekonomi produktif; (4) Karang Taruna
diharapkan mampu menggali dan memanfaatkan potensi-potensi kesejahteraan
sosial secara berdaya guna dan berhasil guna.
Pada proses pengembangannya, Karang Taruna dapat membentuk unit teknis
sesuai dengan kebutuhan pengembangan organisasi dan program. Unit teknis
dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelembagaan Karang

Universitas Sumatera Utara

24

Taruna dan pembentukannya harus melalui mekanisme pengambilan keputusan
dalam forum yang refresentatif dan sesuai kapasitasnya. Untuk itu, sebagai contoh
Unit Perbengkelan, Unit Peternakan, Unit Perikanan, Unit Pertukangan dan
sebagainya.
2.4 Pembangunan
Riyadi (1981, dalam Theresia, 2014) mengatakan bahwa pembangunan adalah
suatu usaha atau proses perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau
mutu hidup suatu masyarakat yang berkehendak dan melaksanakan pembangunan
itu. Di dalam istilah pembangunan, terkandung pokok pikiran sebagai berikut :
1. Pembangunan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan yang tidak
pernah kenal henti, untuk terus menerus mewujudkan perubahan-perubahan
dalam kehidupan masyarakat agar tercapai perbaikan mutu hidup.
2. Proses pembangunan yang terjadi, bukanlah sesuatu yang bersifat alami,
melainkan suatu proses yang dilaksanakan dengan sadar dan terencana.
Artinya, pembangunan tersebut dilaksanakan melalui suatu proses
perencanaan terlebih dahulu, untuk menganalisis masalah-masalah atau
kebutuhan-kebutuhan yang akan dipenuhi, tujuan-tujuan yang ditetapkan,
alternatif pencapaian tujuan dan pengambilan keputusan tentang cara-cara
mencapai tujuan yang terpilih, dengan senantiasa mempertimbangkan
kekuatan, kelemahan, peluang, dan risiko yang harus dihadapi.
3. Proses perubahan yang akan dilaksanakan dan ingin dicapai dalam setiap
pembangunan adalah perubahan yang menyeluruh yang mencakup beragam
aspek dan tatanan kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

25

4. Pembangunan dimaksudkan untuk menghasilkan individu-individu yang
senantiasa memiliki kepekaan tentang keadaan-keadaan yang akan terjadi,
masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi, alternatif-alternatif yang
mungkin dilaksanakan untuk mengatasi masalah tersebut, dan dengan
kemampuan sendiri mengambil keputusan untuk memilih alternatif terbaik
yang dapat dilaksanakan demi perbaikan mutu hidup masyarakat.
5. Pembangunan adalah sesuatu yang dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Sehingga,

pembangunan

bukanlah

kegiatan

yang

direncanakan,

dilaksanakan dan dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan segolongan
atau sekelompok warga masyarakat. Pembangunan mensyaratkan pelibatan
atau partisipasi seluruh warga masyarakat, sejak pengambilan keputusan
tentang perencanaan pembangunan, sampai pada pelaksanaan dan
pengawasan kegiatan, serta pemanfaatan hasil-hasilnya oleh masyarakat.
Pembangunan, bukanlah kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk
masyarakatnya, tetapi kegiatan yang dilaksanakan pemerintah bersamasama seluruh warga masyarakatnya.
6. Pembangunan adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat yang bersangkutan. Artinya, pembangunan harus benar-benar
dimaksudkan untuk memperbaiki mutu hidup setiap individu dan
masyarakatnya.
Tjokroamidjojo (2000), mendefenisikan pembangunan didalam proses atau
usaha – usaha perubahan sosial (social change) dapat berarti suatu usaha perubahan
dan pembangunan kondisi masyarakat untuk lebih baik.

Untuk

tercapainya

tujuan-tujuan pembangunan, diperlukan teknologi tertentu yang sebelumnya telah

Universitas Sumatera Utara

26

dipilih sehingga seluruh sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan secara
maksimal bagi perbaikan mutu hidup masyarakat. Selaras dengan pengertianpengertian tersebut, maka disimpulkan bahwa pembangunan adalah upaya yang
dilakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus menerus oleh pemerintah
bersama segenap warga masyarakatnya atau dilaksanakan oleh masyarakat dengan
difasilitasi oleh pemerintah, menggunakan teknologi yang terpilih untuk memenuhi
segala kebutuhan atau memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan
dihadapi, demi tercapainya mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga
masyarakat dari suatu bangsa yang merencanakan dan melaksanakan pembangunan
tersebut. (Mardikanto, 2011)
Terdapat dua aspek penting yang menjadi objek pembangunan. Secara umum,
pembangunan meliputi dua aspek utama, yaitu : (1) Pembangunan dalam aspek
fisik, yaitu pembangunan yang objek utamanya dalam aspek fisik (sarana, prasarana
dan manusia) di pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah, pemukiman,
jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah, pendidikan hardware berupa sarana
dan prasarana pendidikan, dan software berupa segala bentuk pengaturan,
kurikulum dan metode pembelajaran), keolahragaan, dan sebagainya. (2)
Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani, yaitu pembangunan yang objek
utamanya aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan, skill dan
memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan sebagai warga negara, seperti
pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, kesehatan, spiritual, dan
sebagainya. Tujuan utamanya adalah untuk membantu masyarakat yang masih
tergolong marjinal agar dapat melepaskan diri dari berbagai belenggu
keterbelakangan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

27

2.4.1

Pembangunan Masyarakat Desa

Ditinjau

dari

istilah

sebenarnya

pembangunan

desa

identik

dengan

pembangunan masyarakat desa. Bahwa semenjak lahirnya, istilah pembangunan
masyarakat desa bukanlah merupakan pengertian yang hanya terdapat di negara kita
saja, akan tetapi dapat dikatakan mempunyai kedudukan internasional dan
mempunyai latar belakang sejarah, sosial ekonomi, budaya, dan spiritual. Hal ini
seperti yang dijelaskan Khairuddin (1992), pembangunan masyarakat desa
merupakan suatu bentuk tindakan kolektif suatu masyarakat desa yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tersebut dalam arti material dan juga
spiritual.
Ditegaskan

kembali

oleh

Departemen

Dalam

Negeri

bahwasanya

pembangunan masyarakat desa adalah suatu usaha pembangunan dari masyarakat
pada unit pemerintahan yang terendah yang harus dilaksanakan secara menyeluruh
dan terarah agar pembangunan desa dapat terus maju kearah yang lebih baik. Dari
pengertian diatas, meskipun terdapat perbedaan dan tekanan, masih dapat dilihat
adanya hal–hal yang bersifat pokok, antara lain :
1.

Pembangunan masyarakat desa merupakan proses aktivitas yang sengaja
dilakukan.

2.

Pembangunan masyarakat desa merupakan aktivitas kebersamaan dari pihak
masyarakat.

3.

Pembangunan masyarakat desa lebih menekankan pada swadaya dan
peningkatan kemampuan masyarakatnya.

4.

Pembangunan masyarakat desa bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

28

Jadi yang terpenting dalam Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) bukan
hanya sekedar membantu mereka dalam mengatasi kesulitan–kesulitan yang
mereka hadapi terutama dalam rangka peningkatan taraf hidupnya, tetapi juga
merupakan usaha untuk membentuk kemandirian dalam diri mereka, yang pada
tahap selanjutnya segala permasalahan yang ada disekitar mereka dapat
diselesaikan dan diatasi oleh mereka sendiri.
2.5 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan
dari fakta-fakta observasi dan kajian kepustakaan. Uraian dalam kerangka berfikir
menjelaskan hubungan dan keterkaitan antara variable penelitian. Variabel relevan
dengan permasalahan yang diteliti, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menjawab
permasalahan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

29

Pemuda

Karang Taruna Citra Yodha

Partisipasi Karang Taruna :
-

Partisipasi dalam perencanaan
pembangunan desa
Partisipasi dalam pelaksanaan
pembangunan desa
Partisipasi dalam pemanfaatan
pembangunan desa
Partisipasi dalam mengevaluasi
pembangunan desa

Faktor – Faktor yang mempengaruhi
partisipasi Karang Taruna
Faktor Internal
Faktor Eksternal

Pembangunan Desa Mekar Sari pada tahun 1994-2015

Gambar 2.1
Kerangka Berfikir

Universitas Sumatera Utara