Analisis Partisipasi Karang Taruna Citra Yodha Dalam Pembangunan Desa Mekar Sari Kecamatan Deli Tua Chapter III V

30

BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti menjelaskan secara umum mengenai pemilihan
pendekatan penelitian, jenis penelitian yang dilakukan, pemilihan informan sebagai
salah satu sumber data, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, dan
analisis data penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sifat data
yang

dikumpulkan

berupa

data

kualitatif

karena


peneliti

bermaksud

mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan partisipasi Karang Taruna
Citra Yodha dalam pembangunan Desa Mekar Sari pada tahun 1994-2015. Metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati.Dalam
penelitian kualitatif data yang diperoleh berupa informasi, keterangan dan berupa
hasil- hasil pengamatan.Hasil pengamatan pada penelitian kualitatif tidak disajikan
dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk kata–kata sesuai dengan
karakteristik dari pendekatan kualitatif hingga diperoleh pemahaman-pemahaman
yang lebih mendalam dan lebih luas tentang pengamatan dibalik informasi selama
berinteraksi di lapangan (Moleong, 2011).
Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif,
seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan
sebagainya. Selain itu, penelitian kualitatif juga memiliki beberapa pandangan
mendasar, yaitu : (Patton, 1990)


30
Universitas Sumatera Utara

31

1.

Realitas sosial adalah sesuatu yang subjektif dan diinterpretasikan, bukan
sesuatu yang berada diluar individu-individu.

2.

Manusia secara sederhana tidak mengikuti hukum-hukum alam diluar diri,
melainkan menciptakan rangkaian makna dalam menjalani kehidupannya.

3.

Ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif, ideografis dan
bebas nilai, serta


4.

Penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial.
Pengumpulan data untuk partisipasi Karang Taruna dalam pembangunan Desa

Mekar Sari dianalisis menurut pendapat Cohen dan Uphoff (1977, dalam Dea,
2013) yang membagi partisipasi kedalam empat tingkatan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pemanfaatan, dan evaluasi. Dengan demikian ada empat tingkat
partisipasi yang akan dianalisis untuk mengetahui partisipasi Karang Taruna Citra
Yodha dalam pembangunan Desa Mekar Sari serta mengetahui faktor yang
mempengaruhi partisipasi Karang Taruna.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2003), bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai
setting, dari berbagai sumber, dan dengan berbagai cara. Bila dilihat dari
settingnya, data penelitian ini dapat dikumpulkan pada pengaturan alamiah (natural
setting).Sedangkan jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan penelitian
ini dapat dikumpulkan dari sumber datanya.Pengumpulan penelitian ini dapat
dikumpulkan dari sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber data primer dalam
penelitian ini adalah informan yang langsung memberikan informasi atau data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen-dokumen

yang relevan dengan penelitian ini. Informan utama dalam penelitian ini adalah

Universitas Sumatera Utara

32

Pengurus Karang Taruna Citra Yodha, aparat pemerintahan Desa Mekar Sari, tokoh
masyarakat, dan pemuda Desa Mekar Sari.
Moleong (2004), menyatakan bahwa sumber utama data penelitian kualitatif
adalah data verbal, yaitu dalam bentuk rangkaian kata-kata atau cerita dan tindakan
nyata yang direkam dari sumber-sumber yang relevan dengan topik penelitian.
Dalam melakukan penelitian ini, adapun langkah atau teknik yang dilakukan untuk
mencapai tujuan penelitian sesuai dengan judul meliputi kegiatan pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Data sekunder
Data sekunder merupakan data historis yang sudah terkumpul untuk tujuan
penelitian.Dalam

penelitian


ini

data

sekunder

yang

digunakan

adalah

dokumentasi.Dokumentasi sering disebut juga catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Adapun data ini meliputi data riwayat organisasi, arsip-arsip, serta gambar-gambar
yang relevan dengan penelitian ini (Sugiyono, 2005).
Metode dokumentasi ini merupakan metode yang membantu dalam upaya
memperoleh data.Kejadian-kejadian atau peristiwa tertentu yang dapat dijadikan
atau dipakai untuk menjelaskan kondisi didokumentasikan oleh peneliti.Dalam
penelitian ini menggunakan dokumen terdahulu misalnya berupa foto-foto kegiatan,
catatan kegiatan dan berbagai informasi yang dipergunakan sebagai pendukung

hasil penelitian yang bersumber dari organisasi Karang Taruna dan Kantor Desa
Mekar Sari.

Universitas Sumatera Utara

33

b. Data Primer
Data primer berupa kumpulan data yang dimaksudkan untuk tujuan
penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
1. Pengamatan (Observasi)
Peneliti mengadakan pengamatan langsung ke organisasi Karang Taruna
Citra Yodha dan Desa Mekar Sari.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang telah ditetapkan
sebelumnya, dan menggunakan beberapa alat bantu untuk proses
pengumpulan data. Pedoman wawancara dibuat dengan tujuan agar
wawancara tetap terfokus atau sesuai dengan tujuan penelitian dan
informasi-informasi penting yang ingin digali dapat terungkap secara
jelas.Wawancara dilakukan terhadap informan yang sebelumnya sudah

dipilih atau ditentukan dengan ciri dan sifat yang khas. Kekhususan yang
dimaksud adalah informan yang memiliki pengetahuan dan mendalami
situasi yang sedang diteliti, atau informan yang memiliki pengalaman
langsung dengan objek yang akan diteliti tersebut. Dengan kata lain
informan adalah orang atau subjek yang lebih mengetahui tentang hal-hal
atau informasi yang dibutuhkan. Wawancara yang akan dilakukan dalam
penelitian ini berupa komunikasi langsung dengan pengurus Karang Taruna
Citra Yodha untuk melakukan identifikasi terhadap faktor pendukung serta
penghambat partisipasi Karang Taruna serta komunikasi langsung dengan
pemerintah desa untuk mengetahui pembangunan yang terjadi di Desa

Universitas Sumatera Utara

34

Mekar Sari .Wawancara dilakukan secara mendalam dan terstruktur (deep
interview).
Penganalisisan data yang terkumpul dimaksudkan untuk menemukan hal-hal
penting dan pokok-pokok pikiran yang menggambarkan permasalahan disekitar
tema yang diteliti.

3.3 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian kualitatif ini sangat penting, peranan informan
merupakan kumpulan data yang dapat memberikan informasi primer yang
dibutuhkan oleh peneliti.Melihat posisi dan peranan informan sangat sentral, maka
untuk menetapkan informan dibutuhkan seleksi yang tepat.Dalam penelitian ini,
penentuan informan disesuaikan dengan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti serta merujuk pada kompetensi yang mereka miliki untuk mendapatkan
informasi tentang permasalahan yang dikaji.
Informan penelitian ini adalah pihak-pihak yang mengetahui, terlibat dan
menerima manfaat dari partisipasi Karang Taruna Citra Yodha dalam pembangunan
Desa Mekar Sari. Dalam menentukan informan, peneliti berdasarkan pada pendapat
Newman (2000) tentang karakteristik informan yang baik yaitu (1) seseorang yang
mengetahui dengan baik budaya, daerah dan menyaksikan kejadian-kejadian di
tempatnya, (2) anggota masyarakat yang dapat meluangkan waktu bersama peneliti,
(3) terlibat aktif dengan kegiatan yang ada ditempat penelitian. Adapun informan
yang dilibatkan adalah:

Universitas Sumatera Utara

35


Tabel 3.1
Data Informan
Jenjang
Usia
(Tahun) Pendidikan
52
SMA

No.

Nama

1

Subchan

2
3
4


Devi Safitri
Erlya
Drs.Purwanto

28
38
46

SMA
SMA
S1- Fisika

5

Ngadirun

65

SMA


6

33

7

Edy Saputra
E, S.T
Putra

8

Rio

24

S1- Teknik
Mesin
S1-Teknik
Mesin
SMP

9

58

SMA

44

SMA

11

Syarifuddin
Lubis
Zusriadi
Rahmat
Sri Endang

22

S1-PGSD

12
13

Fahmi
Susanti

19
27

SMA
S1-PKO

10

35

Jabatan
Kepala Desa Mekar Sari Periode
2016-2022
Kaur Umum
Kaur Pemerintahan
Ketua Karang Taruna Citra Yodha
Periode 1991-1997
Tokoh Masyarakat/Kepala Desa
Kedai Durian Periode 1994-2006
Ketua Karang Taruna Citra Yodha
Periode 2009-2015
Bendahara Karang Taruna Citra
Yodha Periode 2009-2015
Anggota Karang Taruna Citra
Yodha
Tokoh Masyarakat/ Kepala Desa
Mekar Sari Periode 1994 – 2006
Sekretaris Desa Mekar Sari
Pemuda Desa/Anggota Remaja
Masjid Al Yusmar
Anggota Karang Taruna
Pemuda Desa Mekar Sari

3.4 WaktudanTempatPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mekar Sari Kecamatan Deli Tua Kabupaten
Deli Serdang.Penelitian dilakukan selama tiga (3) bulan, yaitu bulan Mei-Juli 2016.
Adapun rincian kegiatannya adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

36

Tabel 3.2
Jadwal Kegiatan
No.
1

2

3

BulanKeMei Juni Juli

Kegiatan
Persiapan
Penyusunan Instrumen Penelitian (Pengurusan Izin Pengambilan
Data Penelitian)
Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
- Wawancara mendalam
- Observasi
- Dokumentasi
b. Pengolahan data
- Tabulasi
- Pembahasan
- Analisis
- Kesimpulan Sementara
Pembuatan laporan

3.5 Defenisi Operasional Variabel
1. Partisipasi merupakan keterlibatan Karang Taruna Citra Yodha dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan serta
evaluasi guna membantu meningkatkan pembangunan desa di Desa Mekar
Sari
2. Karang Taruna Citra Yodha merupakan organisasi sosial kepemudaan yang
ada di Desa Mekar Sari Kecamatan Deli Tua. Partisipasi Karang Taruna
dalam pembangunan desa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :
a. Faktor Internal merupakan faktor yang berasal dari dalam kelompok,
seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, rasa kepedulian,
kreatifitas dan inovasi, serta keinginan sendiri anggota Karang Taruna
Citra Yodha untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa.

Universitas Sumatera Utara

37

b. Faktor Eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar kelompok,
seperti dukungan yang diberikan oleh pemerintah desa, Dinas Sosial,
dan Dinas Tenaga Kerja kepada Karang Taruna serta masyarakat.
3. Pembangunan Desa merupakan suatu bentuk tindakan kolektif suatu
masyarakat desa yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
tersebut dalam arti material dan juga spiritual. Terdapat dua aspek utama
dalam pembangunan desa, yaitu :
a. Pembangunan dalam aspek fisik seperti sarana umum, sarana ibadah,
sarana pendidikan dan sarana kesehatan
b. Pembangunan dalam aspek non fisik merupakan pengembangan dan
peningkatan kemampuan masyarakat desa seperti pendidikan dan
pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, kesehatan, spiritual dan
sebagainya.
3.6 Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu data utama dan data pendukung. Data utama (data primer )diperoleh
melalui subjek penelitian, yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan
penelitian. Sedangkan data pendukung (data sekunder) bersumber dari dokumendokumen berupa catatan, rekaman, gambar, atau foto serta bahan-bahan lain yang
dapat mendukung penelitian ini.Metode analisis data secara kualitatif melakukan
penekanan dalam upaya membangun relasi antar data, menafsirkan dan
memaknainya dengan berdasarkan pada setting dimana data diperoleh.Dalam
penelitian ini, peneliti juga melakukan analisis data dengan pendekatan teori.
Dimana teori yang digunakan adalah teori partisipasi.

Universitas Sumatera Utara

38

Penelitian ini menggambarkan partisipasi Karang Taruna Citra Yodha dalam
empat tahapan partisipasi,yaitu : pertama, partisipasi Karang Taruna Citra Yodha
dalam setiap proses perencanaan pembangunan desa yang diwujudkan dengan
keikutsertaan Karang Taruna Citra Yodha dalam rapat-rapat yang diadakan oleh
pemerintah desa. Pada tahapan ini dilihat sejauh mana Karang Taruna Citra Yodha
memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk saran dan pembangunan.
Kedua, partisipasi Karang Taruna Citra Yodha dalam pelaksanaan dengan
wujud nyata partisipasi berupa, partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam
bentuk uang, partisipasi dalam bentuk harta benda. Ketiga, partisipasi dalam
pemanfaatan dan pemeliharaan hasil pembangunan yang diwujudkan dalam
keterlibatan Karang Taruna pada tahap pemanfaatan dan pemeliharaan setelah
proyek pembangunan selesai dikerjakan. Pada tahapan ini, partisipasi yang
diharapkan berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek
yang telah dibangun. Keempat, Partisipasi dalam evaluasi, yang diwujudkan
melalui keikutsertaan Karang Taruna Citra Yodha dalam menilai serta mengawasi
kegiatan pembangunan serta hasil-hasilnya.Berdasarkan uraian diatas dan defenisi
operasional yang telah dijelaskan sebelumnya, disusun kerangka instrumen
penelitian seperti yang diperlihatkan pada tabel 3.3, kemudian kerangka instrumen
penelitian ini dikembangkan untuk mendapatkan komponen-komponen pertanyaan.

Universitas Sumatera Utara

39

Tabel 3.3
Instrumen Penelitian Partisipasi Karang Taruna Citra Yodha
dalam Pembangunan Desa Mekar Sari
Perencanaan Pembangunan
Konsep
Pembangunan fisik
dan non fisik

Konsep

Indikator

Instrumen

1. Kehadiran dan keterlibatan Karang
Taruna Citra Yodha secara aktif
dalam
menerima
informasi,
pembinaan atau pemahaman dari
aparat pemerintah baik melalui
rapat maupun disampaikan secara
pribadi
sehubungan
dengan
perencanaan pembangunan desa.
2. Kehadiran dan keaktifan Karang
taruna
Citra
Yodha
dalam
memberikan usul atau gagasan Wawancara
dalam rencana pembangunan desa.
3. Keikutsertaan
Karang Taruna
dalam
melakukan
survey
pembangunan desa.
4. Keikutsertaan
Karang Taruna
dalam pengambilan keputusan
rencana pembangunan desa.
Pelaksanaan Pembangunan
Indikator

Instrumen

Pembangunan fisik
dan non fisik

1. Keterlibatan Karang Taruna Citra
Yodha dalam gotong royong
pembangunan desa.
2. Keterlibatan Karang Taruna Citra
Yodha dalam memberikan bantuan
secara materi seperti semen, pasir,
makanan, dan sebagainya.
Wawancara
3. Keterlibatan Karang Taruna Citra
Yodha dalam panitia pelaksana
kegiatan.
4. Keterlibatan Karang Taruna Citra
Yodha dalam mencari bantuan
mencari dana pembangunan desa
Pemeliharaan dan Pemanfaatan Pembangunan

Universitas Sumatera Utara

40

Indikator

Konsep

Instrumen

1. Kehadiran dan keterlibatan Karang Wawancara
Taruna Citra Yodha dalam gotong
royong kebersihan.
2. Kehadiran dan keterlibatan Karang
Taruna
Citra
Yodha
dalam
pemugaran sarana umum, sarana
ibadah, sarana olahraga dan sarana
kesehatan.
3. Keterlibatan Karang Taruna Citra
Yodha
dalam
memanfaatkan
fasilitas pembangunan yang ada.
Non 1. Keterlibatan Karang Taruna dalam Wawancara
memanfaatkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan atau
keterampilan anggota Karang
Taruna Citra Yodha.
2. Keterlibatan Karang Taruna dalam
memanfaatkan pelatihan untuk
meningkatkan
penghasilan
anggota Karang Taruna maupun
masyarakat desa .
3. Keterlibatan Karang Taruna dalam
memanfaatkan
program
pembangunan untuk menambah
wawasan.
Pengevaluasian Pembangunan

Pembangunan Fisik

Pembangunan
Fisik

Indikator

Konsep
Pembangunan fisik
dan non fisik

Instrumen

1. Kehadiran dan keterlibatan Karang
Taruna Citra Yodha dalam menilai
kegiatan pembangunan dalam rapat
desa.
2. Keterlibatan Karang Taruna dalam Wawancara
menyampaikan masukan dan saran
masyarakat
dalam
evaluasi
pembangunan desa.

Faktor yang mempengaruhi partisipasi
Konsep

Indikator

Instrumen

Universitas Sumatera Utara

41

Faktor Internal

1. Adanya
keterlibatan
seluruh
anggota Karang Taruna atas dasar
keinginan sendiri.
2. Adanya rasa kepedulian anggota
Karang Taruna terhadap generasi
muda Desa Mekar Sari.
3. Adanya inovasi dan kreatifitas
dalam diri anggota Karang Taruna
untuk mengisi pembangunan
desa.
4. Rentang usia pengurus Karang
Taruna 13-35 tahun.
5. Tingkat Pendidikan pengurus
Karang Taruna SMA hingga
Perguruan Tinggi
6. Adanya pengurus Karang Taruna
yang bekerja

Wawancara

Faktor Eksternal

1. Adanya dukungan dari aparat
pemerintahan desa.
2. Adanya dukungan dari
instansi/lembaga yang terkait
dengan bidang sosial.
3. Adanya dukungan dari
masyarakat desa.

Wawancara

Universitas Sumatera Utara

42

Tabel 3.4
Penilaian Indikator Partisipasi
Contoh Penilaian Partisipasi untuk 6 Indikator
No
Faktor yang
Indikator
Mempengaruhi
Partisipasi
1. Adanya keterlibatan
Faktor Internal
1
seluruh anggota Karang
Taruna
atas
dasar
keinginan sendiri.

Kualifikasi
Penilaian
Ada

2. Adanya
rasa
kepedulian
anggota
Karang
Taruna
terhadap
generasi
muda Desa Mekar
Sari.

Ada

3. Adanya inovasi dan
kreatifitas dalam diri
anggota
Karang
Taruna untuk mengisi
pembangunan desa.

Ada

4. Rentang usia pengurus
Karang Taruna 13-35
tahun
5. Tingkat
Pendidikan
pengurus
Karang
Taruna SMA hingga
Perguruan Tinggi
6. Adanya
pengurus
Karang Taruna yang
bekerja.
Lima sampai enam indikator terpenuhi

Ada

Sangat Brpengaruh

Tiga sampai empat indikator terpenuhi

Berpengaruh

Satu sampai Dua indikator terpenuhi

Kurang

Ada

Ada

Berpengaruh
Tidak ada indikator terpenuhi

Tidak Berpengaruh

Universitas Sumatera Utara

43

Contoh Penilaian Partisipasi untuk 4 Indikator
No
Perencanaan
Indikator
1

Kualifikasi
Penilaian
Ada

1. Kehadiran
dan
keterlibatan
Karang
Taruna Citra Yodha
secara
aktif
dalam
menerima
informasi,
pembinaan
atau
pemahaman dari aparat
pemerintah baik melalui
rapat
maupun
disampaikan
secara
pribadi
sehubungan
dengan
perencanaan
pembangunan desa.
2. Kehadiran dan keaktifan
Ada
Karang taruna Citra
Yodha
dalam
memberikan usul atau
gagasan dalam rencana
pembangunan desa.
3. Keikutsertaan
Karang
Ada
Taruna dalam melakukan
survey
pembangunan
desa.
4. Keikutsertaan
Karang
Ada
Taruna
dalam
pengambilan keputusan
rencana pembangunan
desa.
Sangat Aktif
Empat indikator terpenuhi
Pembangunan Fisik

Tiga indikator terpenuhi

Aktif

Dua indikator terpenuhi

Kurang Aktif

Satu indikator terpenuhi

Tidak Aktif

Universitas Sumatera Utara

44

Contoh Penilaian Partisipasi untuk 3 Indikator
No
1

Pemeliharaan dan
Pemanfaatan
Pembangunan Non
Fisik

Indikator

Kualifikasi
Penilaian
Ada

1. Keterlibatan
Karang
Taruna
dalam
memanfaatkan pelatihan
untuk
meningkatkan
kemampuan
atau
keterampilan anggota
Karang Taruna Citra
Yodha.
2. Keterlibatan
Karang
Ada
Taruna
dalam
memanfaatkan pelatihan
untuk
meningkatkan
penghasilan
anggota
Karang Taruna maupun
masyarakat desa .
3. Keterlibatan
Karang Ada
Taruna
dalam
memanfaatkan program
pembangunan
untuk
menambah wawasan.
Tiga indikator terpenuhi
Aktif
Dua indikator terpenuhi

Kurang Aktif

Satu indikator terpenuhi

Tidak Aktif

Universitas Sumatera Utara

45

Contoh Penilaian Partisipasi untuk 2 Indikator
No
Pengevaluasian
Indikator
Kualifikasi
Pembangunan
Penilaian
Pembangunan Fisik
1. Kehadiran dan keterlibatan
1
Ada
Karang Taruna Citra Yodha
dalam menilai kegiatan
pembangunan dalam rapat
desa.
2. Keterlibatan Karang Taruna
Ada
dalam
menyampaikan
masukan
dan
saran
masyarakat dalam evaluasi
pembangunan desa.
Dua Indikator terpenuhi
Aktif
Satu Indikator terpenuhi

Kurang Aktif

Indikator tidak terpenuhi

Tidak Aktif

Universitas Sumatera Utara

46

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1

Sejarah Singkat Desa Mekar Sari

Desa Mekar Sari merupakan desa hasil pemekaran dari Desa Kedai Durian
Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.Pemekaran Desa Kedai Durian
menjadi tiga buah desa yaitu Desa Suka Makmur, Desa Kedai Durian, dan Desa
Mekar Sari terjadi pada tahun 1994.Latar belakang pemekaran Desa Kedai Durian
disebabkan jumlah penduduk yang terlalu padat dan menumpuk di satu daerah.
Kepala Desa Kedai Durian periode 1994-2006,Bapak Ngadirun (65 tahun),
beliau mengatakan bahwa rencana pemecahan Desa Kedai Durian telah diajukan
kepada pemerintah Kabupaten Deli Serdang sejak tahun 1992,melihat kepadatan
penduduk yang terjadi di Desa Kedai Durian. Pengajuan pemekaran desa diajukan
melalui surat No.1004/021/1992 tanggal 7 Maret 1992, dimana isi surat berkaitan
dengan

permohonan

pemecahan/pemekaran

Desa Kedai

Durian.

Setahun

kemudian,surat balasan dari bupati diterima sekitar tanggal 3 Agustus 1993.
Syarifudin (58 tahun) selaku Kepala Desa Mekar Sari periode 1994-2006 juga
menyatakan, bahwa pemekaran Desa Mekar Sari disebabkan wilayah Kedai Durian
terlalu luas dan padatnya penduduk Desa Kedai Durian. Pemekaran akhirnya
ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor :
140/2770/K/1993 pada tanggal 24 Nopember 1993,

pada saat itu Gubernur

Sumatera Utara dijabat oleh Alm. Raja Inal Siregar dan Bupati Deli Serdang dijabat
oleh Bapak Ruslan Mansyur.

46
Universitas Sumatera Utara

47

Awal berjalannya pemerintahan Desa Mekar Sari, Zusriadi (44 tahun),
Sekretaris Desa Mekar Sari mengatakan, pemerintahan Desa Mekar Sari
melaksanakan roda pemerintahannya pada bulan April 1994 dengan status desa
persiapan dan dipimpin oleh Bapak Syarifuddin Lubis. Pada tahun 1998 Desa
Mekar Sari mengadakan Pemilihan Kepala Desa (PILKADES) yang defenitif
dengan calon tunggal yaitu Bapak Syarifuddin Lubis, beliau kemudian menjabat
selama 8 (delapan) tahun. Pada tahun 2009 bulan Nopember, Desa Mekar Sari
melaksanakan Pemilihan Kepala Desa (PILKADES) dengan calon kepala desa ada
2 (dua) orang yaitu Bapak Ngadirun dan Bapak Ariamansyah. Hasil pemilihan
tersebut dimenangkan oleh Bapak Ariamansyah sebagai Kepala Desa Mekar Sari
dan menjabat selama 6 (enam) tahun kedepan hingga berakhir 17 maret 2015.
Tahun 2016 tepatnya tanggal 19 April, Desa Mekar Sari kembali melakukan
pemilihan kepala desa dan Bapak Subchan yang sebelumnya menjadi kepala dusun
VIII terpilih menjadi Kepala Desa Mekar Sari untuk masa bakti 2016-2022.
4.1.2

Kondisi Geografis Desa Mekar Sari

Buku Profil Desa Mekar Sari menggambarkan bahwa luas Desa Mekar Sari
sejak pemekaran pada tahun 1994 adalah 160 Ha yang terdiri dari 9 (Sembilan)
dusun. Jumlah penduduk Desa Mekar Sari terus bertambah, mulai dari 4.725 jiwa
sampai tahun 2015 tercatat jumlah penduduk Desa Mekar Sari berjumlah 10.982
jiwa, ini berarti kepadatan penduduk Desa Mekar Sari 6.864 jiwa/km2.
Desa Mekar Sari berada pada ketinggian 25 meter di atas permukaan laut, dan
memiliki topografi yang mendatar dengan dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau.Curah hujan di Desa Mekar Sari adalah 360 mm/tahun dengan

Universitas Sumatera Utara

48

suhu rata-rata 200C s/d 290C.Desa Mekar Sari pada tahun 1994 masih memiliki
cukup banyak lahan pertanian, yakni 91 ha. Penggunaan lahan untuk sarana umum
(bangunan dan jalan umum) yakni 0,5 ha,sedangkan untuk pemukiman sebanyak
53,5 ha.
Bertambahnya penduduk dan meningkatnya kebutuhan untuk perumahan
menjadikan penggunaan lahan pertanian dan perladangan menjadi berkurang.
Catatan kantor desa tahun 2015 menyebutkan, penggunaan lahan untuk pertanian
tinggal 3 ha. Hal ini senada dengan penuturan sekretaris Desa Mekar Sari, Zusriadi
(44 tahun), pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya
menyebabkan hampir seluruh lahan di Desa Mekar Sari ini dibangun pemukiman.
Batas wilayah Desa Mekar Sari sejak pemekaran 1994 sesuai dengan
monografi Desa Mekar Sari adalah :
1.

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kedai Durian Kecamatan Deli Tua

2.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Deli Tua Kecamatan Deli
Tua

3.

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Marindal I Kecamatan Patumbak

4.

Sebelah Barat berbatasan Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe

Letak Desa Mekar Sari tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan kecamatan,
kabupaten maupun provinsi. Jarak ke pusat pemerintahan Kabupaten Deli Serdang
sekitar 30 Km, jarak ke pusat pemerintahan Kecamatan Deli Tua sekitar 4,5 Km,
dan Jarak ke pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara sekitar 10 Km.

Universitas Sumatera Utara

49

4.1.3

Komposisi Penduduk Desa Mekar Sari

Penduduk adalah motor penggerak pembangunan suatu daerah yang
menentukan cepat atau lambatnya gerak kehidupan yang berlangsung di dalamnya.
Bila ditinjau dari jumlah dan kualitasnya, maka akan terlihat bidang yang
mendominasi pembangunan dan perkembangan di daerah tersebut. Potensi ini tidak
sama di setiap daerah atau wilayah dan mungkin dapat menjadi penentu ciri khas
daerah yang bersangkutan. (Afrizal,2003)
Badan Pusat Statistik memberikan arti penduduk adalah semua orang yang
berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan
atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.
Hal ini sesuai dengan yang tercantum pada UUD 1945 pasal 26 ayat 2
yakni,Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia. Desa Mekar Sari memiliki potensi penduduk yang bervariasi
jika dilihat dari sudut pengklasifikasian umur, suku bangsa, agama, pendidikan dan
mata pencaharian.
Penduduk Desa Mekar Sari terdiri dari berbagai suku bangsa. Suku bangsa
Jawa merupakan suku bangsa yang mendominasi di Desa Mekar Sari dan
selanjutnya suku bangsa Batak Mandailing, sedangkan suku bangsa lainnya tidak
mencapai lima persen dari jumlah penduduk Desa Mekar Sari. Karena suku Jawa
mendominasi di daerah ini, maka Desa Mekar Sari kental dengan nuansa
jawa.Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat adalah perpaduan antara
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 4.1
Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 1994 dan Tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Suku Bangsa
1994
3892
756
17
11
10
6
21
14
4.725

%
82
16
0,35
0,23
0,21
0,12
0,44
0,29
100

Jumlah
2015
8.151
1.637
123
232
145
65
320
225
84
10.982

Jawa
Mandailing
Karo
Toba
Minangkabau
Aceh
Melayu
Simalungun
Cina
Jumlah
Penduduk
Sumber : Buku Profil Desa Mekar Sari Tahun 1994 dan Tahun 2015

%
74,22
14,90
1,12
2,11
1,32
0,59
2,91
2,04
0,76
100

Menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan merupakan kewajiban
bagi mereka yang percaya terhadap suatu agama atau aliran kepercayaan.Hal ini
juga telah dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29.Kebebasan seperti
itu juga terlihat di Desa Mekar Sari, akan tetapikondisi masyarakat yang mayoritas
memeluk agama Islam sehingga sarana ibadah yang ada di Desa Mekar Sari
hanyalah masjid dan mushola. Desa Mekar Sari memiliki 4 Masjid dan 3 Mushala.

Universitas Sumatera Utara

51

Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 1994 dan Tahun 2015
No

Agama

Jumlah
1994

%

2015

%

1

Islam

4.616

97,69

10.650

96,97

2

Protestan

-

-

84

0,76

3

Katolik

48

1,01

168

1,52

4

Hindu

-

-

14

0,12

5

Budha

61

1,29

56

0,50

Jumlah

4.725

100

10.982

100

Sumber : Buku Profil Desa Mekar Sari Tahun 1994 dan Tahun 2015
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan bernegara, hal ini
sesuai tujuan negara Republik Indonesia yang tercantum dalam alinea ke-4
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa salah satu tujuan Negara Republik
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, serta diperkuat dengan bunyi
pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa setiap warga negara
Indonesia berhak untuk mendapatkan pengajaran, maka pemerintah Republik
Indonesia telah memprioritaskan pendidikan pada anak-anak usia sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama.
Syarifudin (58 tahun) mengatakan, sarana pendidikan yang dimiliki oleh
pemerintah Desa Mekar Sari adalah SMP Negeri 2 Deli Tua. Desa Mekar Sari tidak
memiliki Sekolah Dasar (SD) Negeri, hal ini disebabkan jarak sekolah negeri yang
dimiliki oleh Desa Kedai Durian dan Deli Tua berjarak tidak lebih 2 km dari Desa
Mekar Sari.

Universitas Sumatera Utara

52

Sekolah Taman Kanak-kanak mulai berkembang di Desa Mekar Sari pada
tahun 2010. Saat ini Desa Mekar Sari memiliki empat Taman Kanak-kanak (TK)
dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pada tahun 2013mulai berdiri sekolah
berbasis keagaaman namanya Madrasah Nurul Salam, Madrasah Istiqomah,
Madrasah Al-Falah, dan Madrasah Yayasan Wakaf Tabarak. Demikian penjelasan
yang diberikan oleh Devi (28 tahun) salah seorang staf kantor desa.
Tabel. 4.3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Pendidikan
Tahun 1994 dan Tahun 2015
No
Kelompok Usia
Jumlah
1994

2015

1

Usia 0-3

468

538

2

Usia 4-6

571

670

3

Usia 7-12

645

905

4

Usia 13-15

460

1.983

5

Usia 16-18

584

1.185

6

Usia 19-25

532

1.726

7

Usia 25-40

1012

1.211

8

Usia 41-

453

2.764

Jumlah

4.725

10.982

Sumber : Buku Profil Desa Mekar Sari Tahun 1994 dan Tahun 2015
Kelompok usia pendidikan Desa Mekar Sari yang tersaji pada tabel 4.3, dapat
diuraikan lagi menjadi komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan seperti
tabel 4.4.

Universitas Sumatera Utara

53

Tabel 4.4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 1994 dan Tahun 2015
No

Tingkat

Tahun

Pendidikan

1994

2015

1

TK

42

346

2

SD

346

156

3

SMP

357

547

4

SMA

278

295

5

Diploma

7

36

6

S1

16

103

7

S2

-

5

Jumlah

1.046

1.488

Sumber : Buku Profil Desa Mekar Sari Tahun 1994 dan Tahun 2015
Pada tabel 4.3 dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk di usia sekolah pada
tahun 1994 berjumlah 1.689 orang dan penduduk yang mengikuti pendidikan
berjumlah 1.046 orang, ini berarti penduduk yang tidak sekolah berjumlah 643
orang. Seiring berjalannya waktu pada catatan tahun 2015, jumlah penduduk yang
mengikuti pendidikan ternyata tidak mengalami perubahan bahkan semakin buruk.
Jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah 10.982 orang, penduduk usia sekolah
berjumlah 4.073 dan yang mengikuti pendidikan berjumlah 1.488. Jumlah
penduduk yang tidak mengikuti pendidikan lebih banyak dari yang mengikuti
pendidikan yakni sebesar 2.585 orang.
Zusriadi (44 tahun), Sekretaris Desa Mekar Sari, menerangkan
“Banyaknya penduduk yang tidak mengikuti pendidikan ini,bukan karena
pemerintah tidak perduli dengan mereka, pemerintah telah berupaya
dalam menyelenggarakan pendidikan untuk masyarakat. Jika masyarakat
desa pada tahun 1994 kurang mengikuti pendidikan, hal itu disebabkan
mereka belum mengerti tentang pendidikan, namun untuk masyarakat
sekarang,bukan mereka tidak mengerti,tetapi anak-anak di usia 7-18
tahun ini memang tidak mau sekolah.”

Universitas Sumatera Utara

54

Syarifudin (58 tahun) mengatakan, kebanyakan anak-anak di Desa Mekar Sari
yang berada di usia sekolah lebih senang bermain dan bekerja sebagai supir
angkutan kota atau mereka ikut pekerjaan orang tuanya menjadi buruh bangunan.
Erlya (38 tahun) menambahkan, bahwa pemerintah desa telah berupaya untuk
memberikan pendidikan kepada mereka. Mereka di daftarkan dalam program kejar
paket A yang diadakan oleh dinas pendidikan, tetapi realita dilapangan, mereka
tidak pernah hadir dalam kelas tersebut.
Susan (27 tahun), seorang warga Jalan Satria mengungkapkan, anak-anak di
Desa Mekar Sari khususnya yang tinggal di Jalan Satria cenderung terpengaruh
lingkungan, sehingga mereka dengan mudah terjerumus pada pemakaian narkoba
dan tidak memiliki keinginan untuk sekolah lagi.Dari tingkat pendidikan penduduk
Desa Mekar Sari, dapat kita lihat sebaran mata pencaharian penduduk Desa Mekar
Sari pada tabel 4.5.
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa mata pencaharian masyarakat Desa Mekar Sari
mayoritas berprofesi sebagai buruh kasar, seperti pembantu rumah tangga, supir
angkutan, buruh pabrik, dan buruh bangunan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya,pendidikan masyarakat yang rendah dan padatnya penduduk desa serta
sedikitnya lahan menyebabkan hal ini terjadi.Dalamwawancara bersama Kepala
Desa Mekar Sari, Subchan (52 tahun) menyampaikan bahwa Desa Mekar Sari tidak
memiliki potensi sumber daya alam, sehingga masyarakat memilih untuk mencari
pekerjaan keluar desa.Mayoritas mereka bekerja sebagai buruh kasar.Hal ini
disebabkan rendahnya pendidikan mereka. Dikesempatan yang lain, Syarifudin (58
tahun) mengatakan, kebutuhan hidup yang tinggi menyebabkan seluruh anggota

Universitas Sumatera Utara

55

keluarga wajib bekerja, sehingga untuk perekonomian masyarakat Desa Mekar Sari
tergolong menengah kebawah.
Tabel 4.5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tahun 1994 dan Tahun 2015
No

Mata Pencaharian

Tahun
1994

2015

a. TNI/POLRI

4

17

b. PNS

45

169

c. Swasta

50

227

Pegawai

1

2

Wiraswasta

54

371

3

Petani

139

8

4

Buruh Tani

69

2

5

Tukang

463

272

6

Buruh Pabrik

-

487

7

Pensiunan

69

135

8

Pembantu Rumah Tangga

375

539

9

Peternak

58

6

10

Jasa

9

257

11

Supir Angkutan/truk

10

462

12

Guru/Dosen

-

10

13

Pengacara/Notaris

-

7

1.335

2.969

Jumlah

Sumber : Buku Profil Desa Mekar Sari Tahun 1994 dan Tahun 2015

4.2

Karang Taruna

4.2.1

Karang Taruna Indonesia

Karang Taruna lahir pada tanggal 26 September 1969 di Kampung Melayu
Jakarta, melalui proses Experimental Project Karang Taruna, kerjasama masyarakat

Universitas Sumatera Utara

56

Kampung Melayu/ Yayasan Perawatan Anak Yatim (YPAY) dengan Jawatan
Pekerjaan Sosial/Departemen Sosial. Pembentukan Karang Taruna dilatar belakangi
oleh banyaknya anak-anak yang menyandang masalah sosial antara lain seperti
anak yatim, putus sekolah, mencari nafkah membantu orang tua dan sebagainya.
Masalah tersebut tidak terlepas dari kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat
pada saat itu.
Tahun 1960–1969 adalah awal dimana bangsa Indonesia mulai melaksanakan
pembangunan disegala bidang.Instansi-instansi sosial di DKI Jakarta (Jawatan
Pekerjaan Sosial/Departemen Sosial) berupaya menumbuhkan Karang Taruna –
Karang Taruna baru di kelurahan melalui kegiatan penyuluhan sosial.Pertumbuhan
Karang Taruna saat itu terbilang sangat lambat, hal ini disebabkan peristiwa G 30
S/PKI sehingga pemerintah memprioritaskan berkonsentrasi untuk mewujudkan
stabilitas nasional.Salah satu pihak yang berjasa mengembangkan Karang Taruna
adalah Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin (1966-1977).
Tahun 1980 dilangsungkan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Karang
Taruna di Malang, Jawa Timur. Dan sebagai tindak lanjutnya, pada tahun 1981
Menteri Sosial mengeluarkan keputusan tentang susunan organisasi dan tata kerja
Karang Taruna dengan surat keputusan nomor. 13/HUK/KEP/I/1981 sehingga
Karang Taruna mempunyai landasan hukum yang kuat.
Tahun 1982 lambang Karang Taruna ditetapkan dengan keputusan Menteri
Sosial RI nomor.65/HUK/KEP/XII/1982, sebagai tindak lanjut hasil Mukernas di
Garut tahun 1981. Dalam lambang tercantum tulisan Aditya Karya Mahatva Yodha
(artinya: Pejuang yang berkepribadian, berpengetahuan dan terampil). Pada tahun
1983 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengeluarkan TAP MPR Nomor

Universitas Sumatera Utara

57

II/MPR/1983 tentang Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang didalamnya
menempatkan Karang Taruna sebagai wadah pengembangan generasi muda.

Gambar 4.1
Lambang Karang Taruna
Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 dengan cepat menjadi krisis
multidimensi.Imbas dari krisis tersebut juga berdampak pada perkembangan
Karang Taruna.Puncaknya pada saat pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
membubarkan Departemen Sosial pada tahun 2000, Karang Taruna pada umumnya
mengalami stagnansi, bahkan mati suri.Konsolidasi organisasi terganggu, aktivitas
terhambat dan menurun bahkan cenderung terhenti.
Tahun 2001 Temu Karya Nasional Karang Taruna dilaksanakan di Medan,
Sumatera Utara. Hasil pertemuan ini antara lain menambah nama Karang Taruna
menjadi Karang Taruna Indonesia (KTI), memilih Ketua Umum Pengurus Nasional
KTI, serta menyusun Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga KTI.
Pertemuan ini kembali menghidupkan semangat pegurus Karang Taruna seIndonesia sehingga Karang Taruna masih bertahan hingga saat ini.

Universitas Sumatera Utara

58

A. Pengertian Karang Taruna
Karang Taruna adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda
yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari,
oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/ kelurahan dan
terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial. Rumusan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Karang Taruna adalah suatu organisasi sosial, perkumpulan sosial yang
dibentuk oleh masyarakat yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS).
2. Sebagai wadah pengembangan generasi muda, Karang Taruna merupakan
tempat

diselenggarakannya

berbagai

upaya

atau

kegiatan

untuk

meningkatkan dan mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan karya generasi
muda dalam rangka pengembangan sumber daya manusia.
3. Karang Taruna tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran terhadap
keadaan dan permasalahan di lingkungannya serta adanya tanggung jawab
sosial untuk turut berusaha menanganinya. Kesadaran dan tanggung jawab
sosial tersebut merupakan modal dasar tumbuh dan berkembangnya Karang
Taruna.
4. Karang Taruna tumbuh dan berkembang dari generasi muda, diurus atau
dikelola oleh generasi muda dan untuk kepentingan generasi muda dan
masyarakat di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat. Oleh
sebab itu, setiap desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dapat
menumbuhkan dan mengembangkan Karang Taruna sendiri.

Universitas Sumatera Utara

59

5. Gerakannya di bidang usaha kesejahteraan sosial berarti semua upaya
program dan kegiatan yang diselenggarakan Karang Taruna ditujukan guna
mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat terutama generasi mudanya.

B. Tujuan, Tugas Pokok & Fungsi
Tujuan Karang Taruna adalah :
a. Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran tanggung jawab sosial
setiap generasi muda warga Karang Taruna dalam mencegah, menangkal,
menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah sosial.
b. Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga Karang
Taruna yang terampil dan berkepribadian serta berpengetahuan.
c. Tumbuhnya

potensi

dan

kemampuan

generasi

muda

dalam

rangka

mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna.
d. Termotivasinya setiap generasi muda Karang Taruna untuk mampu menjalin
toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam keberagaman kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
e. Terjalinnya kerjasama antara generasi muda warga Karang Taruna dalam rangka
mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
f. Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda
di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang memungkinkan
pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu
mengatasi masalah kesejahteraan sosial dilingkungannya.
g. Terwujudnya

pembangunan

kesejahteraan

sosial

generasi

muda

di

desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang dilaksanakan secara

Universitas Sumatera Utara

60

komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh Karang Taruna
bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya.

Tugas Pokok Karang Taruna adalah secara bersama-sama dengan pemerintah
dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah
kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat
preventif, rehabilitatif maupun pengembangan potensi generasi muda di
lingkungannya.
Fungsi Karang Taruna adalah :
1.

Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial.

2.

Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan bagi masyarakat.

3.

Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda secara
komprehensif, terpacu dan terarah serta berkesinambungan.

4.

Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi
muda di lingkungannya.

5.

Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung
jawab sosial generasi muda.

6.

Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan,
kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik lndonesia.

7.

Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung
jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan
kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi
kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya.

Universitas Sumatera Utara

61

8.

Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi sosial bagi penyandang
masalah kesejahteraan sosial.

9.

Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan
dengan berbagai sektor lainnya.

10. Penyelenggara usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual.

4.2.2

Karang Taruna Citra Yodha Desa Mekar Sari ( 1994-1997)

Pemekaran Desa Kedai Durian menjadi tiga buah desa juga berpengaruh
terhadap perkembangan Karang Taruna Citra Yodha.Letak sekretariat Karang
Taruna Citra Yodha yang berada di Gang Benteng no.37, menjadikan Karang
Taruna Citra Yodha masuk ke dalam wilayah Desa Mekar Sari. Organisasi Karang
Taruna yang sebelum pemekaran menjadi satu nama di bawah Karang Taruna Citra
Yodha, kini terpisah-pisah menjadi tiga buah Karang Taruna yang ikut tumbuh
bersama dengan berdirinya desa-desa baru. Hal ini tentu saja tidak baik bagi
Karang Taruna Citra Yodha, karena perpecahan itu mengakibatkan terbaginya
keanggotaan. Setiap anggota tentu saja akan memilih kegiatan Karang Taruna di
tempat mereka berdomisili.
Purwanto (46 tahun) mengatakan, efek dari perpecahan desa itu bukan saja
mengakibatkan terpecahnya struktur pemerintahan desa, tetapi juga mengakibatkan
terpecahnya struktur kepengurusan Karang Taruna Citra Yodha.Pengurus yang
memiliki potensi menjadi terpecah karena berbeda domisilinya.Mereka menjadi
penggerak untuk Karang Taruna baru di desa yang baru.Edi (33 tahun) juga
mengatakan, Terpisah-pisahnya keanggotaan Karang Taruna Citra Yodha karena
peristiwa pemecahan Desa Kedai Durian, namun kejadian tersebut tidak lantas
menjadikan tekad para pengurus yang masih ada menjadi surut.Pengurus baru

Universitas Sumatera Utara

62

Karang Taruna Citra Yodha kembali menyusun program-program kerja. Program
kerja Karang Taruna Citra Yodha Desa Mekar Sari setelah pemekaran desa adalah :
1.

Usaha Ekonomis Produktif kelompok Kerja (UEP Pokja) Perikanan
Usaha perikanan merupakan salah satu kelompok kerja yang berada di Desa

Mekar Sari.Setelah terjadi pemekaran desa usaha perikanan ini menjadi sebuah
program utama yang disusun untuk lebih dikembangkan oleh para pengurus.Putra
(35 tahun) mengatakan,dalam menjalankan program ini, Karang Taruna dibantu
oleh beberapa orang warga untuk membersihkan kolam yang tidak dipergunakan.
Di samping itu, ada beberapa warga yang menyumbangkan bibit-bibit ikan yang
akan dipelihara. Hal ini tentu saja sangat menguntungkan bagi para pengurus.Dua
tahun program ini berjalan,namun semakin hari kondisi kolam semakin tidak
terurus.Akhirnya kolam tersebut diserahkan kembali kepada pemiliknya karena
sudah tidak ada lagi pengurus yang semangat untuk merawat kolam tersebut dengan
alasan kerja dan tidak punya waktu.
2.

Usaha Ekonomis Produktif Kelompok Kerja ( UEP Pokja ) Industri Kecil
Peristiwa pemekaran Desa Kedai Durian yang mengakibatkan terbaginya aset

Karang Taruna Citra Yodha dapat dilihat dengan jelas pada usaha ekonomis
produktif.Usaha pokja industri kecil yang ada di Desa Mekar Sari adalah pokja
Tahu, pokja ini mengalami kemajuan yang sangat pesat.Dalam beberapa periode
pasca-pemekaran desa, pokja ini dapat menghasilkan uang masuk bagi Karang
Taruna Citra Yodha.
3.

Usaha kesejahteraan Sosial (UKS) Bidang Pelayanan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

63

Program kerja yang telah direncanakan oleh para pengurus dalam bidang usaha
kesejahteraan sosial ada dua macam, yaitu posyandu lansia dan bakti sosial Karang
Taruna.
a.

Posyandu Lansia
Pos pelayan terpadu yang dikhususkan untuk para lansia atau yang dikenal

dengan nama posyandu lansia juga merupakan program kerja yang diprioritaskan
oleh para pengurus yang baru. Mereka berusaha untuk terus menghidupkan
kegiatan ini meskipun beberapa orang pengurus saja yang dapat menjalankannya.
Ngadirun (65 tahun) mengatakan, “Satu langkah baru yang dicoba oleh para
pengurus yang baru ini adalah mereka menawarkan kegiatan pembuatan sapu lidi
kepada para lansia.Di luar dugaan, ternyata para lansia tersebut menyambutnya
dengan antusias dan banyak yang ikut dalam kegiatan ini. Daripada mereka
duduk-duduk di rumah lebih baik mereka ikut kegiatan yang bermanfaat,toh hasil
dari pembuatan sapu lidi itu sepenuhnya diserahkan kepada mereka.”
Kegiatan posyandu lansia dikoordinir oleh Karang Taruna Citra Yodha Desa
Mekar Sari, namun dalam pelaksanaan kegiatannya Karang Taruna Citra Yodha
dibantu oleh anggota-anggota Karang Taruna yang bukan berdomisili di Desa
Mekar Sari.Hal ini disebabkan berkembangnya program-program kegiatan,
menjadikan jumlah anggota posyandu lansia karang Taruna Citra yodha menjadi
semakin bertambah.
b. Bakti Sosial Karang Taruna
Bakti sosial Karang Taruna tidak hanya dilakukan di Desa Mekar Sari,namun
Karang Taruna Citra Yodha juga mengikuti kegiatan bakti sosial secara nasional.
Diantara kegiatan bakti sosial yang pernah diikuti oleh Karang Taruna Citra Yodha
setelah pemekaran desa, ada dua buah kegiatan, yaitu Bulan Bakti Sosial Karang
Taruna Tingkat Nasional dan Pekan Bakti Sosial Karang Taruna tingkat Propinsi
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

64

Bulan Bakti Sosial Karang Taruna merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang dilaksanakan oleh Karang Taruna bersama dengan masyarakat, dalam wujud
bakti sosial yang membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat dan lingkungan
berdasarkan prinsip swadaya dan merupakan wujud kesadaran, tanggung jawab dan
kepedulian sosial Karang Taruna dalam menangani berbagai masalah sosial di
masyarakat. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan citra Karang
Taruna sebagai wadah pembinaan generasi muda melalui karya nyata di masyarakat
dalam pencegahan dan penanganan permasalahan kesejahteraan sosial kepemudaan
pada tingkat pedesaan.

4.

Usaha Ekonomis Produktif Kelompok Kerja siaran Radio
Usaha ini merupakan salah satu usaha yang dirintis oleh pengurus Karang

Taruna Citra Yodha sebelum pemekaran.Radio ini mampu menghidupkan suasana
desa dengan berbagai kegiatan yang mereka miliki.Akan tetapi radio ini tidak
mampu bertahan di tengah konflik yang terjadi. Purwanto (46 tahun) mengatakan,
kegiatan Radio Karang Taruna Citra Yodha mengalami kemunduran pada saat
proses pemecahan desa, namun tidak sampai mengalami kekosongan total. Ada
beberapa acara yang masih disiarkan secara rutin. Bahkan sesekali berusaha
memberikan informasi-informasi terbaru tentang proses pemekaran Desa Kedai
Durian .
Setelah Desa Kedai Durian dipecah menjadi tiga bagian, dan Karang Taruna
Citra Yodha masuk ke dalam Desa Mekar Sari, kegiatan radio Karang Taruna Citra
Yodha mengalami kekosongan total dan terhenti untuk beberapa saat.Beberapa

Universitas Sumatera Utara

65

orang pengurus berinisiatif untuk kembali menghidupkan kegiatan siaran radio,
namun ternyata kegiatan ini tidak bertahan lama. Zusriadi (44 tahun) mengatakan,
“Betapapun kerasnya usaha dari para pengurus ini, mereka tidak mampu
untuk menghidupkan kembali kegiatan siaran radio seperti dulu lagi.
Radio Karang Taruna Citra Yodha hanya mampu bertahan selama satu
setengah tahun atau terhenti total pada pertengahan tahun 1996 dan tidak
pernah di aktifkan kembali.”
4.2.3

Karang Taruna Citra Yodha Desa Mekar Sari (2009-2015)

Gejolak yang terjadi pada tahun 1998, dimana era orde baru beralih menjadi
era reformasi, Negara Indonesia mengalami krisis ekonomi.Hal ini berdampak juga
terhadap perkembangan Karang Taruna.Rasa kepedulian pengurus Karang Taruna
Citra Yodha terhadap organisasi mulai berkurang.Dalam wawancara bersama
Bapak Syarifudin (58 tahun), beliau mengatakan bahwa pada saat dirinya menjabat
sebagai kepala desa (periode 1994-2006), kondisi Karang Taruna terus mengalami
pergolakan, mereka terus mempermasalahkan mengenai aset-aset Karang
Taruna.Namun pergolakan tersebut tidak mempengaruhi kegiatan Karang Taruna
dalam membantu pemerintah desa untuk membangun Desa Mekar Sari.Mereka
tetap ikut berpartisipasi dalam kegiatan desa, seperti gotong royong pembuatan dan
pembersihan parit dan menjaga keamanan lingkungan.
Edi (33 Tahun) mengatakan, pada akhir tahun 2006 beberapa pemuda desa
kembali menghimpun pemuda lainnya untuk bergabung dalam kepengurusan
Karang Taruna. Karang Taruna kembali dibentuk untuk menghindari pemuda desa
Mekar Sari dalam masalah-masalah sosial yang ada, seperti pemakaian dan
pengedaran

narkoba

yang

mulai

berkembang,

pengangguran

dan

putus

sekolah.Susanti (27 tahun), salah seorang pemuda Desa Mekar Sari juga
mengatakan, bahwa basis terbesar pemakaian narkoba berada di Jalan

Universitas Sumatera Utara

66

Sejarah.Pemberantasan terhadap narkoba ini terus dilakukan, namun tetap saja tidak
dapat diberantas hingga keakar-akarnya. Zusriadi (44 tahun), mengatakan bahwa
ancaman terbesar bagi pemuda Desa Mekar Sari saat ini adalah narkoba,
pemerintah desa telah bekerjasama dengan BNN Sumatera Utara untuk melakukan
penangkapan terhadap pemakai dan pengedar narkoba yang ada di desa ini. Selain
masalah narkoba, masalah sosial lain yang dihadapi pemuda desa tidaklah tinggi,
tindak kriminalitas di desa Mekar Sari yang dilakukan oleh pemuda juga tidak
banyak. Melihat kondisi ini, maka Edi dan rekan lainnya bertekad untuk
membentuk kembali Karang Taruna Citra Yodha, agar pemuda Desa Mekar Sari
dapat diarahkan dalam kegiatan yang positif.
Pada tahun 2009 kepengurusan Karang Taruna Citra Yodha kembali terbentuk.
Organisasi Karang Taruna ini merupakan organisasi pemuda yang bersifat sosial,
sehingga pada saat terbentuk kembali, sumber dana organisasi berasal dari bantuan
masyarakat yang sangat peduli terhadap pembinaan pemuda, dana juga berasal dari
bantuan Dinas Sosial Propinsi dan dari iuran pengurus. Saat ini Karang Taruna
Citra Yodha belum memiliki sekretariat yang tetap, sehingga untuk sementara letak
sekretariat masih menumpang dirumah ketua Karang Taruna Citra Yodha yang
berada di Jalan Lestari.
Rio (23 tahun) mengatakan, Karang Taruna merekrut anggotanya mulai dari
remaja masjid, karena di Desa Mekar Sari mulai banyak remaja masjid yang
tumbuh, hampir disetiap dusun yang memiliki masjid akan ditemukan
kepengurusan remaja masjid. Karang Taruna juga merekrut pemuda desa yang
mengalami

putus

sekolah

agar

dapat

dididik

untuk

meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

67

kreatifitasnya.Fahmi (19 tahun) juga mengatakan hal yang sama, beliau direkrut
dari remaja masjid untuk ikut dalam kegiatan yang diadakan oleh Karang Taruna.
Pada tahun 2009 kepengurusan Karang Taruna Citra Yodha mulai dibentuk
kembali dengan Edi S Efendi sebagai ketua terpilih.Pelantikan para pengurus
dilakukan bersama dengan dua Karang Taruna baru yang ada di