Efektivitas Pemberian Daun Sirih Merah dalam Mengatasi Keputihan pada Wanita Usia Subur di SMA Santo Thomas 1 Medan

9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keputihan
2.1.1. Pengertian dan macam-macam keputihan
Keputihan adalah keluarnya cairan kecuali darah dari liang vagina, baik
berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat.Keputihan (fluor albus,
leucorrhea, white discharge) adalah keluarnya sekret atau cairan yang
berlebihan dari saluran reproduksi perempuan (vagina). Sumber cairan ini dapat
berasal dari sekresi vulva, cairan vagina, sekresi serviks, sekresi uterus, atau
sekresi tuba fallopi, yang dipengaruhi fungsi ovarium.Keputihan dapat bersifat
fisiologis (normal) atau patologis (abnormal), tergantung dari variasi warna,
bau, dan konsistensi. Keputihan dikatakan patologis (abnormal) bila diikuti
dengan perubahan bau dan warna yang menunjukkan tanda-tanda tidak normal.
Keluhan umumnya disertai rasa gatal, disuria, edema genital, dan lain-lain
(Irianto, 2015: 320-321).
Semua wanita mengalami keputihan pada masa-masa tertentu, baik
karena sedang hamil, menjelang haid, sehabis haid, masa nifas (sehabis
melahirkan), sedang subur (kurang dari 2 minggu belum haid yang akan
datang), dan sehabis bersenggama. Keadaan ini dianggap normal karena

kelenjar di dalam vagina aktif, baik karena pengaruh hormon (estrogen dan
progesteron) maupun karena ransangan seksual dan emosional. Akan tetapi,
banyak sedikitnya sangat bervariasi dan individual.

Universitas Sumatera Utara
9

10

Macam-macam keputihan yaitu (1) keputihan fisiologis (normal),
dikatakan keputihan fisiologis jika jumlah cairan keputihan yang keluar wajar
dan tidak terlalu banyak, warna bening dan cenderung tidak berwarna, tidak
berbau, tidak menimbulkan rasa gatal, dan terjadi pada waktu yang tepat yaitu
pada saat hamil, sebelum atau sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara
hari ke 10-16 siklus menstruasi, jika terangsang atau saat berhubungan seksual,
stress, kelelahan, dan sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB;
(2) keputihan patologis (abnormal), dikatakan keputihan patologis jika jumlah
cairan keputihan yangkeluar berlebihan dan terus menerus serta mengandung
banyak leukosit, warna cairan putih susu/kekuningan/kuning kehijauan, berbau
amis bahkan sampai berbau busuk, menimbulkan rasa gatal bahkan sampai perih

dan iritasi, terjadi pada waktu yang tidak spesifik dan terus menerus (Elmart,
2012).
2.1.2. Gejala keputihan
Sesuai dengan faktor penyebabnya, gejala yang timbul akibat keputihan
beraneka ragam. Cairan yang keluar bisa saja sangat banyak, sehingga berkalikali mengganti celana dalam, bahkan menggunakan pembalut, namun dapat pula
sangat sedikit.Warna cairan yang keluar juga bisa berbeda-beda seperti
berwarna keputih-putihan (tetapi jernih), keabu-abuan, kehijauan, atau
kekuningan. Tingkat kekentalan cairan tersebut juga berbeda-beda, mulai dari
encer, berbuih, kental, hingga menggumpal seperti “kepala” susu. Cairan itu
dapat pula berbau busuk, meskipun ada juga cairan keputihan yang tidak berbau
(Bahari, 2012).

Universitas Sumatera Utara

11

Sebagian penderita keputihanmengeluhkan rasa gatal pada kemaluan dan
lipatan di sekitar paha, rasa panas “dibibir” vagina, serta rasa nyeri ketika buang
air kecil dan berhubungan seksual. Rasa gatal itu bisa terus menerus atau hanya
sesekali, misalnya pada malam hari. Hal ini diperparah oleh kondisi

lembapkarena banyaknya cairan yang keluar disekitar paha, sehingga kulit
dibagian itu mudah mengalami lecet-lecet tersebut semakin banyak karena
garukan yang dilakukan ketika merasakan gatal dan menyebabkan kemerahan
pada kelamin dan area sekitarnya (Bahari, 2012).Kalau infeksi sudah sampai
pada organ dalam rongga panggul biasanya gejala keputihan disertai rasa nyeri
perut dibagian bawah dan atau nyeri panggul bagian belakang.
Keputihan juga berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis wanita yang
mengalaminya. Jika keputihan tersebut berlangsung lama, perasaan malu, sedih
atau rendah diri akan muncul. Bahkan, kondisi ini dapat menimbulkan
kecemasan yang berlebihan karena takut terkena penyakit kanker. Akibatnya,
wanita yang mengalami keputihan akan mulai menarik diri dari pergaulan
sehingga tidak bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan tenang.
Gejala yang ditimbulkan oleh kuman penyakit juga berbeda, jika sekret
yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia terasa gatal,
umumnya disebabkan oleh infeksi jamurseperti pada penderita diabetes. Sekret
yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tidak
sedap,kemungkinan disebabkan oleh infeksi trichomonas atau benda asing di
vagina. Jika keputihan yang disertai nyeri perut bagian bawah atau nyeri
panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai organ dalam rongga panggul.


Universitas Sumatera Utara

12

Sekret yang sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat
berkemih atau terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan oleh
infeksi

gonorhea.

Sekret

kecoklatan

(darah)

terjadi

saat


senggama,

kemungkinan disebabkan oleh erosi pada mulut rahim. Dan jika sekret
bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel mati, kemungkinan adanya
sel-sel kanker pada serviks.
2.1.3. Etiologikeputihan
Pada keadaan normal, terdapat pertumbuhan flora normal di vagina
seperti Lactobacillus sp dan flora normal lain. Kelenjar pada serviks
menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar bercampur dengan bakteri, sel
epitel vagina serta serviks. Normalnya pada perempuan keputihan memiliki
manfaat sebagai pelumas, dan sebagai mekanisme pertahanan dari berbagai
macam infeksi. Pada keadaan normal, keputihan berwarna jernih atau keruh
berawan dengan tanpa bau maupun darah. pH fisiologisnya berada pada kisaran
antara 3.5 – 4.5 yang berfungsi untuk menghambat bakteri patogen tumbuh
berlebihan.
Keputihan fisiologis dapat ditemukan dalam keadaan seperti (1) bayi baru
lahir sampai usia kurang lebih dari 10 hari, hal ini disebabkan karena pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.Selama masa
intrauterin,janin telah mendapat pengaruh ransangan dari estrogen,progesteron,
dan gonadotropin, sehingga ketika bayi perempuan lahir terlihat adanya

pembesaran

payudara

dan

uterus.

Mukosa

vagina

dan

endometrium

memperlihatkan gambaran proliferasi. Epitel vagina mengandung glikogen

Universitas Sumatera Utara


13

dalam jumlah besar; (2) sekitar menarche karena adanya pengaruh estrogen,
keputihan ini dapat menghilang dengan sendirinya; (3) waktu sekitar ovulasi,
dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks menjadi lebih encer; (4) pada
perempuan dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada saat koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudat dari dinding vagina; (5) pada saat stress
berat,ataupun kelelahan; (6) pada saat hamil.
Keputihan patologis bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya
perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan, membasuh organ kewanitaan
ke arah yang salah, aktivitas fisik yang sangat melelahkan, tidak segera
mengganti pembalut ketika menstruasi, pola hidup yang kurang sehat, kondisi
kejiwaan yang sedang mengalami stress berat, menggunakan sabun pembersih
untuk membersihkan organ kewanitaan secara berlebihan, kondisi cuaca
khususnya cuaca lembab, sering kali berganti pasangan ketika melakukan
hubungan seksual, kondisi hormon yang tidak seimbang, sering kali menggaruk
organ kewanitaan. Sering kali keputihan patologis merupakan indikasi adanya
vaginitis. Penyebab paling sering pada umumnya adalah infeksi. Berbagai
macam kuman patogen ini dapat masuk ke dalam vagina salah satunya melalui
hubungan seksual, atau kurangnya dalam menjaga kebersihan daerah vagina.

Vaginitis umumnya disebakan oleh Candida albicans, Gardnerella
vaginalis, Mycoplasma, Trichomonas vaginalis. Diagnosis vaginitis pada
umumnya memerlukan pemeriksaan mikroskopik cairan vagina. Penyebab
keputihan patologis yaitu (1) candida albicans, warna keputihan seperti putih
susu, dengan konsistensi kental, berbau agak menyengat, dan disertai rasa gatal

Universitas Sumatera Utara

14

berlebihan pada vagina. Akibat infeksi jamur ini, mulut vagina menjadi
kemerahan dan meradang. Umumnya kehamilan, penyakit diabetes mellitus,
penggunaanpil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu timbulnya
infeksi akibat jamur ini. Selain itu menggunakan obat antibiotik, menggunakan
celana dalam ketat atau yang berbahan nilon, menggunakan bilasan vagina serta
kegemukan juga menyebabkan infeksi akibat jamur ini;(2) trichomonas
vaginalis, penularan melalui hubungan seksual, perlengkapan mandi atau
perlengkapan pribadi (seperti celana dalam, dan lain-lain),atau bibir kloset.
Cairan keputihan pada infeksi parasit ini bisa sangat bervariasi. Umumnya
cairan vagina berbuih, tipis, berbau tidak sedap, dan banyak. Warna pada

keputihan bisa bervariasi, dari abu-abu, putih, atau kuning kehijauan;
(3)Vaginosis bacterial, merupakan penyebab vaginitis paling umum. Infeksinya
lebih kepada pergeseran komposisi flora normal vagina dengan peningkatan
bakteri anaerobik dan kenaikan konsentrasi Gardnerella vaginalis. Ciri
keputihannya tipis, homogen, berwarna putih keabu-abuan, dan berbau amis;(4)
Hal lain yang juga dapat menyebabkan keputihan antara lain pemakaian tampon
vagina, penggunaan celana dalam yang terlalu ketat, tidak menyerap keringat,
lembab pada daerah vagina, alat kontrasepsi, penggunaan antibiotik terlalu
lama, cara membersihkan yang kurang tepat, penggunaan alat mandi atau
pakaian dalam yang bergantian dapat meningkatkan resiko penularan.
Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95% diantaranya
adalah Lactobacillus selebihnya adalah bakteri patogen, yang dalam ekosistem
seimbang bakteri patogen ini tidak akan mengganggu. Peran penting dari flora

Universitas Sumatera Utara

15

vagina ini adalah untuk menjaga keasaman pH agar tetap pada level normal.
Dengan tingkat keasaman tersebut, Lactobacillus akan tumbuh subur dan

bakteri patogen akan mati. Pada kondisi tertentu, kadar pH vagina bisa menjadi
lebih tinggi atau lebih rendah dari keadaaan normalnya.
2.1.4. Patogenesiskeputihan
Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina,
kehidupan Lactobacillusssebagai flora normal, dan proliferasi sel epitel
skuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barier terhadap
invasi bakteri. Hal-hal ini dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang
menebal banyak mengandung glikogen, yang kemudian glikogen ini akan
dimanfaatkan

oleh

Lactobacillus

sp

dalam

keadaan


normal

untuk

pertumbuhannya, dan hasil metabolisme dari flora normal ini adalah asam
laktat. Suasana yang ditimbulkan asam laktat ini akan menyuburkan
pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp dan Corynebacteria acidogenic, juga
bersifat patogen terhadap bakteri lain. Pada kondisi inilah pH vagina
dipertahankan sekitar 3.5 – 4.5 (Varney, 2009).
Berbagai variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan ini selalu diinterpretasikan
penderita sebagai suatu infeksi. Beberapa perempuan memiliki sekret vagina
yang banyak dibandingkan dengan yang lain. Variasi banyaknya sekret vagina,
sel-sel vagina yang terlepas dan mukus serviks dipengaruhi oleh usia, siklus
menstruasi, kehamilan, dan juga pada pengguna pil kb. Bila vagina terinfeksi
kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus maka keseimbangan

Universitas Sumatera Utara

16

ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri Lactobacillus sp
memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk
pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat
terjadi bila pH vagina basa. Jika pH vagina naik menjadi lebih tinggi dari 4,5
(kurang asam),maka jamur akan berkembang biak. Keadaan pH vagina basa
membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam vagina
sehingga Lactobacilus sp tidak melawan kuman penyakit yang ada di vagina
(Greer,Cameron,Mangowan, 2003 dalam Octaviyati, 2012).
2.1.5. Akibat keputihan
Bila keputihan tidak segera diobati akan timbul penyakit radang panggul
yang berlarut-larut dan dapat menyebabkan kemandulan (infertilitas),kehamilan
di luar rahim,karena kerusakan dan tersumbatnya saluran telur. Bahkan
keputihan pada kehamilan dapat menyebabkan infeksi di kulit ketuban,kulit
ketuban pecah dini, persalinan prematur, dan kelahiran bayi dengan berat lahir
rendah (Djuanda, 2005 dalam Octaviyati, 2012).
2.1.6.Penatalaksanaan keputihan
Daerah intim wanita mudah terkena bakteri yang dapat menimbulkan
infeksi. Maka wanita perlu menjaga kebersihan organ genitalianya dengan
membasuh vagina dari arah depan ke belakang dengan hati-hati, menggunakan
air bersih setelah buang air kecil, buang air besar, dan mandi, mengganti
pakaian dalam minimal 2 kali sehari, pada saat menstruasi menggunakan
pembalut yang berbahan lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung
bahan yang membuat alergi (parfum atau gel) dan merekat dengan baik pada

Universitas Sumatera Utara

17

celana dalam serta mengganti pembalut minimal 3 kali dalam sehari untuk
menghindari pertumbuhan bakteri, mencuci tangan sebelum menyentuh vagina,
menggunakan celana dalam yang bersih,kering, dan terbuat dari bahan katun,
tidak menggunakan handuk atau waslap milik orang lain untuk mengeringkan
vagina, mencukur sebagian rambut kemaluan untuk menghindari kelembapan di
daerah vagina.
Secara farmakologikeputihan dapat diatasi dengan mengonsumsi obat
minum dosis tunggal (sekali konsumsi) dengan resepsi dokter, contoh obat
dengan dosis tunggal untuk keputihan yaitu diflucan dengan dosis 150 mg.
Flukonazol juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan
Candida albicans, obat golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri
dan parasit akan tetapi pada saat ingin mengonsumsi metronidazol pasien juga
kita sarankan untuk menghindari alkohol. Obat penawar seperti betadine
vaginal, dettol juga digunakan untuk membersihkan cairan keputihan dari liang
vagina, tapi tidak membunuh kuman penyebabnya. Obat lain yang dapat
digunakan adalah vaksinasi, tetrasiklin, penisilin, thiamfenikol, doksisiklin, dan
eritromisin.Gentian violet 1%,nitronidazole 2×1 tablet (500 mg) selama 10 hari,
antibiotik selama 3 hari berturut-turut misalnya ampicilin 3×1 tablet (500 mg),
ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya penyembuhan keputihan dan jika
obat ini dikonsumsi terus menerus efek sampingnya adalah mual, nyeri perut,
diare, sakit kepala, haid tidak teratur,reaksi alergi (ruam kulit, gatal-gatal) serta
dapat

menyebabkan

kerusakan

hati.Selain

menggunakan

obat-obatan

(farmakologis), upaya menanggulangi keputihan juga bisa dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

18

menghancurkan kutil yang tumbuh di leher rahim, liang senggama, dan bibir
kemaluan. Kutil-kutil tersebut juga bisa dihilangkan melalui pembedahan
sebagian jaringan leher rahim. Jika keputihan terjadi karena hubungan seksual,
terapi akan diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih menjalani pengobatan.
Selain menjaga kebersihan organ genitalia dan pengobatan secara
farmakologi, keputihan juga dapat diatasi secara non-farmakologi yaitu dengan
menggunakan tanaman yang ada di sekitar kita, salah satunya adalah daun sirih
merah. Tanaman daun sirih merah mempunyai kedudukan dalam taksonomi
tumbuhan sebagai berikut :
Kindom

: Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisio : Spermatophyta
Divisio

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Piperales

Famili

: Piperaceae

Genus

: Piper

Species

: Piper crocatum Ruiv & Pav.

Universitas Sumatera Utara

19

Gambar 1. daun sirih merah
Daun sirih merah merupakan satu jenis tanaman semak dan perdu. Jenis
tanaman ini dapat dijumpai di kebun dan juga di halaman rumah. Untuk
perbanyakan tanaman seringkali dilakukan dengan menggunakan stek atau
pencangkokan. Kebanyakan orang menanam tanaman sirih disamping rumah
untuk tanaman pelengkap taman, juga dimaksudkan untuk keperluan toga
(tanaman obat keluarga). Bagian tanaman yang sering dimanfaatkan adalah
bagian daunnya.
Daun sirih merah merupakan tanaman yang tumbuh merambat dan
bersandar pada batang pohon lain, tingginya dapat mencapai 5-15 meter.Batang
sirih berkayu lunak, berbentuk bulat, beruas-ruas, beralur-alur.Daun sirih merah
merupakan daun tunggal, tumbuh berseling. Pangkal daun berbentuk jantung
atau agak bundar asimetris, ujung daun runcing, tepi dan permukaan daun rata,
pertulangan menyirip. Bunga tersusun dalam bentuk bulir, merundu,panjang 515 cm, sendiri-sendiri di ujung cabang dan di ketiak daun. Buahnya adalah buah

Universitas Sumatera Utara

20

buni, bulat, berdaging, berwarna kuning hijau, menyambung menjadi bulat
panjang serta biji berbentuk bulat.
Tanaman sirih merah menyukai tempat teduh, berhawa sejuk dengan
sinar matahari 60 – 75%, serta dapat tumbuh subur dan bagus di daerah
pegunungan. Bila tumbuh pada daerah panas dengan paparan langsung sinar
matahari, batangnya cepat mengering. Selain itu, warna merah daunnya akan
pudar (Manoi,2007).
Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yaitu minyak
atsiri, alkoloid, saponin, tanin, danflavonoid dimana kandungan kimia tersebut
diduga berpotensi sebagai daya antimikroba (Ebadi, 2012 dalam Candrasariet
al., 2012). Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah
hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allyprokatekol, karvakrol, eugenol, pcymene,
cineolo, caryofelen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propada (Sulistiyani,
2007 dalam Nisa, 2014). Kandungan minyak atsiri yang terdapat di daun sirih
merah adalah golongan monoterpen (p-cymene), golongan seskueterpen
(caryoefelen,kadimen estragol), phenylpropane (hidroksikavicol, eugenol,
kavicol, kavibetol), phenol (karvakrol), allylprokatekol dan terpenena. Senyawa
aktif eugenol, kavikol, dan karvakrol inilah yang dikenal memiliki aktivitas
penghambatan pertumbuhan Candida albicans. Dimana karvakrol bersifat
desinfektan, anti jamur, sehinggga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada
bau mulut dan keputihan.Eugenoldapat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit.Sifa kimiawi daun sirih merah adalah rasa hangat dan pedas.

Universitas Sumatera Utara

21

Pemanfaatan daun sirih merah di masyarakat telah dilakukan menurut
pengalaman secara turun-temurun. Di masyarakat, sirih merah dipakai sebagai
antiseptik, untuk mengatasi diabetes, kanker, hipertensi, dan penyakit hepatitis.
Dalam bentuk teh herbal, sirih merah digunakan untuk mengobati asam urat,
kencing manis, maag, dan kelelahan (Manoi,2007). Namun, evidence based
mengenai pemanfaatan sirih merah masih sedikit.Hal ini disebabkan sirih merah
belum lama dikenal di masyarakat luas sehingga informasi ilmiah mengenai
tanaman ini terbatas, demikian juga dengan jurnal ilmiah di dalam negeri maupun
di luar negeri (Juliantina, 2009 dalam Candrasariet al., 2012).Penelitian Manoi
(2007 dalam Yulianti, 2010) juga menyatakan bahwa pengembangan daun sirih
merah sebagai bahan baku untuk biofarmaka masih sangat kurang.Dulu daun sirih
merah hanya dikenal sebagai tanaman hias yang eksotis, setelah zaman
berkembang daun sirih merah ternyata memiliki manfaat untuk mengobati diabetes,
hipertensi, kanker payudara, peradangan, hepatitis, ambeien, asam urat, maag, luka,
dan lain-lain. Pemanfaatan daun sirih merah dilakukan dengan cara mengkonsumsi
daunnya, atau diekstrak terlebih dahulu untuk mengambil bahan aktif (Bayoo,
2006; Sudewo, 2005 dalam Yulianti, 2010). Sedangkan menurut Syariefa (2006
dalam Candrasari et al., 2012) sirih merah mengandung unsur-unsur zat kimia di
seluruh bagian yang bermanfaat untuk pengobatan, terutama daunnya.
Senyawa

seperti

flavonoid,

fenolat,

dan

alkaloid

diketahui

berpotensisebagai antioksidan, antikanker, dan antidiabetes (Wicaksono et al.,
2009 dalam Maytasari, 2010).Kandungan tanin daun sirih merah terbukti dapat

Universitas Sumatera Utara

22

digunakan untuk mengobati gastritis. Kandungan alkaloid, flavonoid, dan tanin
juga telah diteliti peranannya sebagai antibakteri (Juliantinaet al., 2009).
2.2. Wanita Usia Subur
2.2.1. Pengertian wanita usia subur
Wanita usia subur adalah semua wanita yang telah memasuki usia antara
15-49 tahun tanpa memperhitungkan status perkawinannya (Depkes RI, 2009).
Sedangkan menurut (BKKBN, 2001), wanita usia subur (wanita usia produktif)
adalah wanita yang berumur 18-49 tahun yang berstatus belum menikah ataupun
yang sudah menikah. Usia dewasa muda yaitu antara 18-40 tahun, sering
dihubungkan dengan masa subur karena pada usia ini kehamilan sehat paling
mungkin terjadi. Di usia produktif inilah wanita harus lebih memperhatikan
kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima (Irianto, 2015: 58).
2.2.2. Alat reproduksi wanita
Sejak pertama mendapat menstruasi (menarche) yang terjadi antara usia
9-14 tahun, organ reproduksi aktif bekerja hingga wanita tersebut berhenti
menstruasi (menopause) yang terjadi antara usia 46-54 tahun. Menstruasi
merupakan perdarahan yang keluar melalui vagina karena luruhnya dinding
rahim. Menstruasi juga merupakan pertanda tidak terjadi kehamilan,

3
4

bagian

jaringan lembut endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi
(penanaman embrio) akan terlepas.Seorang wanita harus mengenal anatomi dan
fisiologi organ reproduksinya.Dengan mengetahui anatomi dan fisiologi
reproduksi maka seorang wanita tidak perlu merasa cemas dan khawatir

Universitas Sumatera Utara

23

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja karena itu adalah
hal yang normal (Irianto, 2015: 12).
Organ reproduksi wanita terdiri dari dua bagian yaitu organ reproduksi
internal dan organ reproduksi eksternal. Organ reproduksi internal meliputi
sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri dari saluran telur (tuba
falopi), rahim dan vagina. Sedangkan organ reproduksi eksternal meliputi mons
veneris,klitoris, sepasang labia mayora dan sepasang labia minora.
Ovarium seorang wanita memiliki bentuk oval dengan panjang 3-4 cm.
Ovarium merupakan gonad wanita yang berfungsi menghasilkan ovum dan
mensekresikan hormon kelamin wanita yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium
terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel.
Seorang wanita kira-kira memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak
ia masih dalam kandungan ibunya. Selain ovarium, tuba falopi juga merupakan
organ reproduksi internal wanita. Dimana seorang wanita memiliki sepasang
tuba falopi, yang ujungnya mirip corong berjumbal. Bagian ini disebut
infundibulum yang berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari
ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan
mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus (Irianto, 2015: 12-14).
Rahim merupakan organreproduksi internal wanita yang ketiga.Jumlah
uterus wanita yaitu satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir,
bagian bawah mengecil yang disebut serviks. Uterus merupakan tempat tumbuh
dan berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan
dan kembali berkerut setelah melahirkan.Dinding sebelah dalam disebut

Universitas Sumatera Utara

24

endometrium, banyak menghasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium
akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi. Organ
reproduksi internal pada wanita yang terakhir adalah vagina. Vagina merupakan
akhir dari saluran reproduksi wanita. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi
wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat
mengembang saat melahirkan. Pada dinding sebelah dalam vagina, bermuara
kelenjar bartholini yang mensekresikan lendir saat terjadi ransangan seksual
(Irianto, 2015: 14).
Mons veneris merupakan organ reproduksi eksternal wanita. Bagian ini
merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak yang
terletak pada bagian paling atas dari vulva. Sedangkan labia mayora wanita
memiliki jumlah sepasang, dimana bagian ini merupakan suatu lipatan tebal
yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi rambut. Sedangkan labia minora juga
memiliki jumlah sepasang, tetapi bagian ini merupakan lipatan tipis dalam labia
mayora, banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Labia minora menyatu
di bagian atas membentuk klitoris. Klitoris adalah berupa sebuah tonjolan kecil,
dimana bagian ini sangat peka terhadap rangsang karena banyak mengandung
saraf (Irianto, 2015: 14).
2.2.3. Perubahan fisik pada masa remajawanita
Pada masa remaja akan terjadi suatu pertumbuhan fisik yang cepat
disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ
reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan

Universitas Sumatera Utara

25

dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi
pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut :
2.2.3.1. Tanda-tanda seks primer
Adanya perubahan kematangan organ-organ reproduksinya yang
ditandai dengan datangnya haid. Ovarium mulai berfungsi secara matang di
bawah pengaruh hormon gonadotropin dan hipofisis, folikel mulai tumbuh
meski belum matang tetapi sudah dapat mengeluarkan estrogen.Korteks
kelenjar suprarenal membentuk androgen yang berperan pada pertumbuhan
badan.Selain

pengaruh

hormon

somatotropin

diduga

kecepatan

pertumbuhan wanita dipengaruhi juga oleh estrogen.
2.2.3.2. Tanda-tanda seks sekunder
Tumbuhnya rambut pada kemaluan terjadi setelah pinggul dan
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada wajah mulai
tampak setelah datang haid. Rambut yang mula-mula berwarna terang
berubah menjadi lebih subur, gelap, kasar, dan keriting. Selain rambut,
pinggul juga berubah menjadi lebih membesar dan membulat. Hal ini
disebabkan karena membesarnya tulang pinggul dan lemak di bawah kulit.
Bagian tubuh remaja wanita yang juga berubah adalah payudara.
Bersamaan dengan membesarnya pinggul maka payudara juga membesar
dan puting susu ikut menonjol. Makin membesarnya kelenjar susu maka
payudara semakin membesar dan bulat.
Dalam periode ini, kulit juga semakin kasar, lebih tebal, dan poripori lebih membesar. Tetapi kulit wanita lebih lembut daripada kulit pria.

Universitas Sumatera Utara

26

Kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. Pada masa ini sering
timbul masalah jerawat karena adanya sumbatan kelenjar keringat dan
baunya menusuk pada saat sebelum dan sesudah datang haid. Otot wanita
juga berubah. Menjelang akhir masa puber, otot menjadi semakin
membesar dan kuat.Dan suara menjadi lebih merdu.
2.2.4. Daur menstruasi pada wanita
Menstruasi yang pertama sekali keluar disebut dengan “menarche”.
Sebelum menstruasi,terkadang terdapat cairan keluar dari organ kewanitaan
berwarna putih yang disebut dengan keputihan. Keputihan sebelum
menstruasi ini bisa terjadi pada setiap perempuan. Menstruasi merupakan
perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan
telah berfungsi matang. Umumnya, remaja yang mengalami menarche
adalah pada usia 12-16 tahun. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35
hari, dengan lamanya menstruasi selama 2-7 hari. Siklus menstruasi ada 4
tahap yaitu yang pertama fase menstruasi. Fase menstruasi terjadi jika ovum
tidak dibuahi oleh sperma sehingga korpus luteum menghentikan produksi
hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan
progesteronmenyebabkanlepasnya ovum dari endometrium disertai robek
dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi perdarahan. Fase menstruasi
berlangsung kira-kira 5 hari. Darah yang keluar selama menstruasi berkisar
50-150 ml. Setelah fase menstruasi, akan terjadi fase pra-ovulasi atau fase
poliferasi. Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan hipotalamus
akan memacu hipofisis untuk mensekresikan FSH. FSH memacu

Universitas Sumatera Utara

27

pematangan folikel dan merangsang folikel untuk mensekresikan hormon
estrogen.Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali dinding
endometrium.Peningkatan kadar estrogen juga menyebabkan serviks (leher
rahim) untuk mensekresikan lendir yang bersifat basa. Lendir ini berfungsi
untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung
kehidupan sperma (Kusmiran, 2011).
Fase ovulasi merupakan fase yang terjadi setelah fase pra-ovulasi.
Jika siklus menstruasi seorang wanita 28 hari, maka ovulasi terjadi pada
hari ke-14. Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH,
kemudian hipofisis mensekresikan LH. Peningkatan kadar LH merangsang
pelepasan oosit sekunder dari folikel,peristiwa ini disebut ovulasi
(Kusmiran, 2011).
Fase yang terakhir adalah fase pasca ovulasi atau fase sekresi.
Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun
panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase pasca ovulasi ini selalu sama
yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Folikel de Graaf (folikel
matang) yang telah melepaskan oosit sekunder akan berkerut dan menjadi
korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan hormon progesteron dan
masih mensekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak ketika
berbentuk
mempertebal

folikel.Progesteron
dan

mendukung

menumbuhkan

kerja

estrogen

pembuluh-pembuluh

endometrium serta mempersiapkan endometrium

darah

untuk
pada

untuk menerima

implantasi embrio jika terjadi pembuahan.Jika tidak terjadi pembuahan,

Universitas Sumatera Utara

28

korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit
mensekresikan hormon, sehingga kadar progesteron dan estrogen menjadi
rendah.Keadaan

ini

menyebabkan

terjadinya

menstruasi

demikian

seterusnya(Irianto, 2015: 15-16).
2.2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita
Pada masa bayi, faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan
wanita adalah lingkungan, kondisi ibu, sikap orang tua, aspek fisiologi pada
masa bayi, dan sistem reproduksi. Sedangkan pada masa kanak-kanak ada dua
faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
terdiri dari hal-hal yang diwariskan orangtua seperti bentuk tubuh, kemampuan
intelektual, keadaan hormonal serta emosi dan sifat. Sedangkan faktor luar
terdiri dari keluarga, gizi, budaya setempat, dan kebiasaan anak dalam personal
hygiene.
Pada masa pubertas (remaja), faktor-faktor yang mempengaruhi siklus
kesehatan adalah status gizi, pendidikan, lingkungan dan pekerjaan, seks dan
seksualitas, dan kesehatan reproduksi remaja itu sendiri. Pada masa dewasa
(reproduksi), faktor-faktor yang mempengaruhi adalah perkembangan organ
reproduksi, tanggapan seksual, dan kedewasaaan psikologi. Pada masa usia
lanjut,faktor hormonal, kejiwaan, lingkungan, pola makan, dan aktivitas fisik
merupakan faktor penunjang kesehatan pada usia ini (Kusmiran, 2011).

Universitas Sumatera Utara