Efektivitas Pemberian Daun Sirih Merah dalam Mengatasi Keputihan pada Wanita Usia Subur di SMA Santo Thomas 1 Medan Chapter III VI

29

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah uraian hubungan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain dari masalah penelitian (Notoatmodjo, 2012).Kerangka konsep
merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti
menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap
penting untuk masalah (Hidayat, 2013: 37). Berdasarkan teori-teori pada tinjauan
pustaka

maka

peneliti

membuat

kerangka

konsep


agar

memudahkan

mengidentifikasi konsep-konsep sesuai penelitian.Variabel independen dalam
penelitian ini adalah pemberian daun sirih merah, variabel dependen adalah
keputihan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas daun sirih merah
dalam mengatasi keputihan. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok, kelompok
kontrol dan kelompok intervensi yang diidentifikasi berdasarkan kejadian
keputihan sesudah diberikan daun sirih merah. Hasil yang diharapkan adalah daun
sirih merah dapat mengatasi keputihan. Secara skematis, kerangka konsep dapat
digambarkan sebagai berikut :

29
Universitas Sumatera Utara

30

Bagan 3.1Kerangka konsep

Siswi di Santo
Thomas 1 Medan

Kelompok intervensi
yang diberikan
rebusan daun sirih
merah

Memberi lembar tanda
dan gejala keputihan
untuk mengetahui keluhan
keputihan sebelum
diberikan air rebusan daun
sirih merah

Memberi rebusan
daun sirih merah

Memberi lembar
tanda dan gejala

keputihan untuk
mengetahui keluhan
keputihan
setelahdiberikan
rebusan daun sirih

Kelompok kontrol
yang diberikan
perlakuan dengan
menggunakan air dari
kran

Memberi lembar tanda dan
gejala keputihan untuk
mengetahui keluhan keputihan

Tidak diberikan rebusan
daun sirih merah, hanya
menggunakan air dari
kran


Memberi lembar tanda
dan gejala keputihan
untuk mengetahui
keluhan keputihan
setelahmenggunakan air
dari kran

Evaluasi hasil
Evaluasi hasil

Universitas Sumatera Utara

31

3.2. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada pengaruh
pemberian daun sirih merah terhadap keputihan patologis pada wanita usia subur di
Santo Thomas 1 Medan.
3.3. Defenisi Operasional

No. Variabel

Defenisi operasional

Cara

Hasil ukur

Alat ukur

ukur
1.

Variabel

Menggunakan

independen
pemberian
daun

merah

: lembar

daun

merah,
sirih dicuci

hingga

ukur

56

Panduan

sirih

intervensi


kemudian
bersih

daun sirih
merah

dan direbus dengan
menggunakan air 17,5
liter

(56

gelas),

ditunggu

sampai

rebusan


daun

air
sirih

merah mendidih selama
90

menit

dan

hasil

terakhirnya menjadi 28
gelas.
tersebut
dingin


Air

rebusan
dibiarkan

selama

Skala

30

Universitas Sumatera Utara

32

menit.Kemudian
dituangkan

dalam


sebuah

wadah

berukuran
Setelah

sedang.
itu,

siswi

merendam organ intim
kewanitaannya selama
10-15 menit. Setelah
selesai,

siswi

mengeringkan


organ

intim

kewanitaannya

dengan handuk sampai
kering.

Air

rebusan

tersebut untuk sekali pe
makaian ke area vagina
dan digunakan secara
teratur selama 7 hari
dengan

frekuensi

penggunaan satu kali
dalam sehari .
2.

Variabel
dependen
Keputihan

Keputihan

patologis Wawan

: adalah keputihan yang cara
terjadi karena adanya

Skor

Lembar

jawaban

pre-test

(7-12) :

dan

Universitas Sumatera Utara

Ordinal

33

patologis

infeksi bakteri, jamur

tidak

dimana

cairan

yang

mengalami

keluar

banyak

dan

keputihan

dari

patologis

terus-menerus
vagina

serta

warna

post-test

lagi

cairan tidak jernih atau

(sembuh)

putih atau kuning atau

melainkan

kehijauan.

keputihan
fisiologis
(13-18)

:

keputihan
ringan
(19-24):
keputihan
sedang
(25-26):
keputihan
berat

Universitas Sumatera Utara

34

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain quasy
eksperiment dengan jenis rancangan Non Equivalent Control Group yang
melibatkan dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol.
Bagan 4.1 Desain Penelitian
Pre-test

Perlakuan

Post-test

Kelompok Intervensi

I1

I

I2

Kelompok Kontrol

O1

O

O2

Keterangan :
I1

: kelompok intervensi sebelum diberikan daun sirih merah

I2

: kelompok intervensi sesudah diberikan daun sirih merah

O1

: kelompok kontrol sebelum menggunakan air kran

O2

: kelompok kontrol setelah menggunakan air kran

I

: intervensi dengan daun sirih merah

O

: tidak dilakukan intervensi

4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dankarakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

Universitas Sumatera
34Utara

35

2004 dalam Hidayat, 2013: 60).Populasi tidak hanya terbatas pada orang,
tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki objek/subjek tersebut (Sugiyono, 2004
dalam Hidayat. 2013: 60). Populasi pada penelitian ini adalah siswi SMA
Santo Thomas 1 Medan yang mengalami keputihan yaitu sebanyak 897
orang.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2013: 60). Teknik
pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling yaitu 46
orang siswi (23 kelompok eksperimen dan 23 kelompok kontrol).
Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel
yang diambil yaitu kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang menjadi responden
yaitu :
a.

batas umur siswi 15-19 tahun

b.

mengalami keputihan yang patologis (tidak normal) bukan
keputihan fisiologis (normal)

c.

tidak mengonsumsi obat farmakologis untuk keputihan pada saat
penelitian dilakukan.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.3.1. Lokasi

Universitas Sumatera Utara

36

Penelitian dilaksanakan di SMA Santo Thomas 1 Medan. Sekolah
tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena siswi-siswi di sekolah
tersebut mengalami keputihan patologis (abnormal) serta keputihan yang
dialami mengganggu kegiatan mereka selama di sekolah maupun di luar
sekolah. Dan belum pernah dilakukan penelitian tentang efektivitas
pemberian daun sirih merah dalam mengatasi keputihan patologis pada
wanita usia subur di SMA Santo Thomas 1 Medan.
4.3.2. Waktu
Penelitian ini dimulai dari bulan September 2016 – Juli 2017 yang
meliputi pengajuan judul, penelusuran pustaka, bimbingan proposal,
seminar proposal, pengumpulan data, analisis data hingga sidang hasil
penelitian.
4.4. Pertimbangan Etik
Peneliti

memperhatikan

syarat-syarat

kelayakan

penelitian

dengan

mempertimbangkan kaedah etik penelitian dan kelengkapan izin institusi
pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat
izin, kemudian peneliti mengirimkan surat permohonan melakukan penelitian
kepada Kepala Sekolah SMA Santo Thomas 1 Medan. Etika penelitian yang harus
diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :
4.4.1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consenttersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

37

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian,
dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormatinya.
4.4.2. Tanpa nama (anonimity)
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
4.4.3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti. Etika penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasiaan
identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden untuk
menolak penelitian dan diajukan pernyataan persetujuan (informed consent)
mengikuti penelitian seperti terlampir.
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti meminta izin kepada
Kepala Sekolah SMA Santo Thomas 1 Medan dengan menyerahkan surat
permohonan melakukan penelitian yaitu pengambilan data dari Sekolah
SMA Santo Thomas 1 Medan.Kemudian peneliti mendatangi calon

Universitas Sumatera Utara

38

responden di masing-masing kelas dan memberi penjelasan tentang tujuan
dan

manfaat

penelitian,

menjelaskan

partisipasi

responden,

serta

kerahasiaan data yang diperoleh.
Setelah diberikan penjelasan, peneliti kemudian memastikan bahwa
responden benar-benar mengerti tentang penelitian yang akan dilakukan
termasuk keuntungan dan kerugianmenjadi subjek peneliti. Siswi diberikan
lembar persetujuan dan diminta menandatanganinya. Jika siswi tidak
bersedia menjadi responden penelitian maka siswi tersebut berhak
mengundurkan diri dari penelitian. Selanjutnya, pada kelompok kontrol
akan diberikan daun sirih merah setelah post-test, hal ini dilakukan agar
kelompok kontrol tidak merasa dibedakan dengan kelompok intervensi.
4.5. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
pre-test dan post-test. Bagian pertama pengumpulan data penelitian ini berupa data
demografi yang terdiri atas tanggal, kode responden, umur, kelas, usiamenarche,
pertanyaan yang terdiri dari berapa kali saudara mengganti pembalut dalam sehari
jika terjadi menstruasi, apakah saudara menggunakan cairan pembersih untuk area
kewanitaan, apakah saudara menggunakan obat-obatan untuk mengatasi keputihan,
apakah saudara mengeringkan daerah kewanitaan ketika area kewanitaan lembab.
Hal

ini

berguna

untuk

membantu

peneliti

mengetahui

latar

belakang

dariresponden.Bagian kedua dan ketiga adalah lembar pre-test dan post-test
berisikan pertanyaan yang terdiri dari 7 bagian tanda dan gejala keputihan, dimana
pertanyaan ini berguna untuk menilai keputihan yang dialami oleh responden.

Universitas Sumatera Utara

39

Instrumen penelitianmenggunakan skalathrustone dengan pilihan jawaban (a), (b),
(c), (d). Untuk pilihan jawaban (a) diberi skor 1, pilihan (b) diberi skor 2, pilihan
(c) diberi skor 3, pilihan (d) diberi skor 4. Sehingga peneliti akan mendapatkan
nilai tertinggi 26 dan nilai terendah 7. Semakin tinggi skor yang didapat semakin
menunjukkan kecenderungan terhadap terjadinya keputihan.
Berdasarkan rumus Sudjana (1992) :
Panjang kelas =

������� �����
������ �����

=

26
4

=6

Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan nilai 7-12siswi tidak mengalami
keputihan patologis lagi (sembuh) melainkan mengalami keputihan yang fisiologis,
nilai 13-18 keputihan yang dialami siswi berkurang, 19-24 keputihan yang dialami
siswi tetap, 25-26 keputihan yang dialami siswi bertambah. Dalam hal ini, peneliti
juga menggunakan panduan intervensi daun sirih merah yang dimodifikasi dari
penelitian Yanti (2014). Dimana panduan intervensi daun sirih merah berisikan
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menggunakan daun sirih merah.
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Uji yang digunakan peneliti
untuk mengetahui validitas kuesioner data demografi dan lembar pre-test dan posttest pemberian daun sirih merah adalah dengan menggunakan tehnik content
validity(>0.7), yang membuktikan bahwa instrument lebih valid. Uji validitas ini
dilakukan oleh staf dosen bagian keperawatan dasar strata magister keperawatan
USU yaitu Ibu Nurbaiti, S.Kep, Ns, M.Biomed dan juga staf dosen bagian
kedokteran obgyn yaitu dr.M.Riza Rivany, SpOG(K). Dilakukan dengan cara

Universitas Sumatera Utara

40

mengajukan kuesioner data demografi dan lembar pre-test dan post-test pemberian
daun sirih merahkepada penguji validitas kemudian dikoreksi dengan hasil content
validityindex (CVI) 0.978 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner dan lembar
pre-test serta lembar post-testdalam penelitian ini sudah valid.
Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran
dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi,2013).
Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang mahasiswi semester 2 Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dimana bukan sample yang diteliti. Uji
reliabilitas dilakukan pada bulan April 2017. Pada proses penelitian ini kuesioner
data demografi dan lembar pre-test dan post-test pemberian daun sirih merah
menggunakan komputerisasi dengan analisis Cronbachalpha dimana koefisiennya
harus > 0.7 agar dianggap reliable maka kuesioner ini layak digunakan (Hidayat,
2013: 107). Hasil uji reliabilitas diperoleh 0.833 sehingga dapat disimpulkan
bahwa kuesioner dalam penelitian ini sudah reliabel.
4.7. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan selama bulan
April 2017 sampai dengan Mei 2017. Proses-proses dalam pengumpulan data pada
penelitian ini melalui beberapa tahap.Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti
mendapat surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan. Kemudian peneliti
mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin kepada pihak sekolah untuk
mengadakan penelitian dan memohon kerja sama untuk kelancaran penelitian.
Peneliti terlebih dahulu mencari dan menentukan siswi yang menjadi sampel

Universitas Sumatera Utara

41

penelitian. Kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan (informed
consent)sebagai bukti bahwa siswi tersebut bersedia berpartisipasi menjadi sampel
penelitian.
Pada awal pertemuan, peneliti menjelaskan proses selama penelitian
berlangsung. Peneliti memberi lembar pre-test untuk mengetahui keputihan yang
dialami siswi dimana lembar pre-test berisi tentang tanda dang gejala keputihan.
Setelah itu, peneliti memberi air rebusan daun sirih merah kepada siswi kelompok
intervensi dengan frekuensi pemberian 1 kali dalam satu hari selama 7 hari (1
minggu) secara teratur dan cara penggunaannya adalah dengan merendam organ
kewanitaan selama 10-15 menit, dimana peneliti yang merebus daun sirih merah
tersebut setiap hari selama penelitian. Sedangkan pada siswi kelompok kontrol,
siswi tersebut menggunakan air kran. Kemudian, peneliti memberikan lembar posttest yang mempunyai pertanyaan yang sama di lembar pre-test untuk mengetahui
keefektivitasan daun sirih merah dalam mengatasi keputihan.
4.8. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data yang
dibagi menjadi 6 tahap yaitu yang pertama editingmerupakanupaya memeriksa
kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.Kedua coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book)

Universitas Sumatera Utara

42

untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu
variabel.Ketiga sortirmerupakan memilih atau mengelompokkan data menurut
jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). Keempat entrydata, data entri adalah
kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau
database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa
dengan membuat tabel kontingensi. Kelima cleaning data merupakan kegiatan
memeriksa kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak.
Kesalahan

mungkin

terjadi

pada

saat

meng-entry

data

ke

komputer.

Keenammengeluarkan informasi, hasil yang telah dirumuskan dalam tujuan
penelitian, membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan memperoleh
kesimpulan.
Analisa data dilakukan dengan 2 tahap yaitu :
4.8.1. Analisa univariat
Analisa univariat untuk mendeskripsikan data demografi yang
terdiri atas tanggal, kode responden, nama, umur, kelas, usiamenarche,
pertanyaan yang terdiri dari berapa kali saudara mengganti pembalut dalam
sehari jika terjadi menstruasi, apakah saudara menggunakan cairan
pembersih untuk area kewanitaan, apakah saudara menggunakan obatobatan untuk mengatasi keputihan, apakah saudara mengeringkan daerah
kewanitaan ketika area kewanitaan lembab. Disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi dan persentase.

Universitas Sumatera Utara

43

4.8.2. Analisa bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menguji efektivitas daun sirih
merah dalam mengatasi keputihan. Dalam menganalisa data secara bivariat,
pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik t-independent
komparatif. Uji ini digunakan untuk membandingkan kejadian keputihan
pada kelompok intervensi dan kontrol. Uji statistik t-dependen kelompok
intervensi dan kelompok kontrol yakni membandingkan data sebelum dan
sesudah diberikan daun sirih merah pada kelompok intervensi serta
membandingkan data sebelum dan sesudah tanpa pemberian intervensi pada
kelompok kontrol sehingga diperoleh nilai mean perbedaan pre-testdan
post-test.
Pedoman dalam menerima hipotesis adalah apabila nilai probabilitas
(p) < 0,05 maka Ha diterima, tetapi apabila nilai probabilitas (p) > 0,05
maka Ha ditolak (Hidayat, 2013: 112). Data disajikan dalam bentuk tabel.

Universitas Sumatera Utara

44

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti menguraikan hasil penelitian serta pembahasan
mengenai efektivitas pemberian daun sirih merah dalam mengatasi keputihan
patologis pada wanita usia subur di SMA Santo Thomas 1 Medan dengan jumlah
siswi sebanyak 46 orang.
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini memaparkan analisa univariat dan juga analisa bivariat,
dimana analisa univariat terdiri dari karakteristik demografi siswi, keputihan pre
dan postpada kelompok intervensi, keputihan pre dan post padakelompok kontrol.
Untuk analisa bivariat terdiri dari perbedaan keputihan pre danpost pada kelompok
intervensi, perbedaan keputihan pre dan post pada kelompok kontrol, dan
perbedaan keputihanantara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
5.1.1. Analisa univariat
5.1.1.1.Karakteristik demografi siswi
Pada penelitian ini karakteristik demografi siswi meliputi usia, kelas, usia
menarche, frekuensi mengganti pembalut ketika menstruasi, penggunaan
cairan pembersih untuk area kewanitaan, penggunaan obat-obatan untuk
keputihan, dan perilaku hygiene yaitu mengeringkan kewanitaan ketika
lembab. Berikut akan dijelaskan secara detail karakteristik demografi
responden pada tabel 5.1.

Universitas Sumatera Utara

45

Tabel 5.1Data Karakteristik Demografi Siswi Berdasarkan Distribusi
Frekuensi dan Persentase
Karakteristik Data Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
44
Demografi
Frekuensi(n)
Persentase(%) Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Usia responden (tahun)
16 tahun
12
17 tahun
11
2. Kelas
2 SMA IPA
2 SMA IPS

52.2
47.8

15

3. Usia Menarche (tahun)
10 tahun
0
11 tahun
0
12 tahun
8
13 tahun
5
14 tahun
6
15 tahun
4

65.2
8

34.8

0
0
34.8
21.7
26.1
17.4

4. Frekuensi mengganti pembalut ketika menstruasi
1 kali
2
8.7
2 kali
10
43.5
3 kali
9
39.1
4 kali
2
8.7
5 kali
0
0
6 kali
0
0

14
9

60.9
39.1

11
12

47.8
52.2

28.7
2

8.7
8
5
4
2

0
10
10
1
1
1

5. Menggunakan cairan pembersihuntuk area
kewanitaan
Ya
1
4.3
14.3
Kadang-kadang 0
0
14.3
Tidak 22
95.7
2191.3
6. Menggunakan obat-obatan untuk keputihan
Ya
00
0
Tidak
23100
23
7. Mengeringkankewanitaan ketika lembab
Dilakukan
4
17.4
9
Kadang-kadang
2
8.7
7
Tidak dilakukan
17
73.9
7
Total Responden
46 orang

34.8
21.7
17.4
8.7

0
43.5
43.5
4.3
4.3
4.3

0
100
39.1
30.4
30.4

Universitas Sumatera Utara

46

Siswi pada penelitian ini seluruhnya berada pada rentang usia 16-17 tahun,
dimana mayoritas usia siswi pada kelompok eksperimen adalah 16 tahun
sebanyak 12 orang dan mayoritas usia siswi pada kelompok kontrol adalah 16
tahun sebanyak 14 orang.
Siswi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol seluruhnya
berada pada kelas 2 SMA, dimana pada kelompok intervensi sebanyak 15
siswi berada pada kelas 2 SMA IPA dan pada kelompok kontrol sebanyak 12
siswi berada pada kelas 2 SMA IPS. Usia menarchesiswi dalam penelitian ini
pada kelompok eksperimen mayoritas pada usia 12 tahun sebanyak 8 orang
sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas usia menarche adalah 12 tahun
sebanyak 8 orang. Sebanyak 10 orang dari 23 orang siswi pada kelompok
eksperimen mengganti pembalut sebanyak 2 kali jika sedang mengalami
menstruasi, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 10 orang dari 23
orang siswi mengganti pembalut sebanyak 3 kali.
Penggunaan cairan pembersih untuk area kewanitaan pada
kelompok eksperimen, mayoritas tidak menggunakan yaitu sebanyak 22 orang
sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 21 orang dari 23 orang siswi
tidak menggunakan cairan pembersih untuk area kewanitaan. Berdasarkan
penggunaan obat-obatan untuk mengatasi keputihan pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol seluruhnya tidak menggunakan. Pada kelompok
eksperimen sebanyak 17 orang dari 23 orang siswi tidak mengeringkan daerah
kewanitaannya ketika lembab, sedangkan pada kelompok kontrol ada

Universitas Sumatera Utara

47

sebanyak 9 orang dari 23 orang siswi mengeringkan daerah kewanitaannya
ketika lembab.
5.1.1.2. Keputihan pre dan post pada kelompok intervensi
Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu memberikan lembar pre-test pada
siswi untuk menilai gejala keputihan yang dialami, dimana gejala keputihan
yang dialami siswi sebelum diberikan daun sirih merah adalah cairan
keputihan yang keluar banyak, warna cairan keputihan yaitu kekuningan
bahkan sampai ada yang kuning kehijauan, cairan keputihan yang keluar
kental bahkan sampai menggumpal seperti kepala susu, baunya tidak terlalu
menyengat, adanya rasa gatal pada kemaluan dan lipatan pada sekitar bahkan
terasa panas pada bibir vagina dan adanya nyeri ketika buang air kecil, rasa
gatal tersebut muncul terus menerus serta adanya rasa nyeri di perut bagian
bawah dan di panggul bagian belakang. Semua gejala keputihan di atas
merupakan tanda dan gejala dari keputihan patologis, sebelum diberikan daun
sirih merah siswi pada penelitian ini sebagian besar mengalami keputihan
sedang atau dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2Data Keputihan Siswi Sebelum Diberikan Air Rebusan Daun Sirih
Merah Berdasarkan Distribusi Frekuensi dan Persentase
No.Keputihan Patologis
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
Total

Keputihan sembuh
Keputihan ringan
Keputihan sedang
Keputihan berat

0
9
14
0
23 orang

0
39
60.8
0

Setelah diberikan daun sirih merah, gejala keputihan yang dialami berkurang
dimana sebanyak 22 orang siswi (95.6%) menyatakan bahwa gejala keputihan

Universitas Sumatera Utara

48

yang dialami sembuh dan 1 orang (4.3%) menyatakan bahwa gejala keputihan
yang dialami menjadi ringan atau dapat disajikan dalam tabel 5.3.
Tabel 5.3Data Keputihan Siswi Setelah Diberikan Air Rebusan Daun Sirih
Merah Berdasarkan Distribusi Frekuensi dan Persentase
No.
Keputihan Patologis
Frekuensi (n) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
Total
5.1.1.3.

Keputihan sembuh
Keputihan ringan
Keputihan sedang
Keputihan berat0

Keputihan

pre

22
1
0

95.6
4.3
0

0
23 orang
dan

post

pada

pada

kelompok

kontrol

Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu memberikan lembar pretest pada siswi untuk menilai gejala keputihan yang dialami, dimana gejala
keputihan yang dialami siswi pada kelompok kontrol sama dengan kelompok
eksperimen yaitu cairan keputihan yang keluar banyak, warna cairan
keputihan yaitu kekuningan bahkan sampai ada yang kuning kehijauan, cairan
keputihan yang keluar kental bahkan sampai menggumpal seperti kepala susu,
baunya tidak terlalu menyengat, adanya rasa gatal pada kemaluan dan lipatan
pada sekitar bahkan terasa panas pada bibir vagina dan adanya nyeri ketika
buang air kecil, rasa gatal tersebut muncul terus menerus serta adanya rasa
nyeri di perut bagian bawah dan di panggul bagian belakang. Semua gejala
keputihan di atas merupakan tanda dan gejala dari keputihan patologis, dimana
sebelum diberikan daun sirih merah sebanyak 21 orang (91.2%) siswi
mengalami keputihan sedang.Dapat dilihat pada tabel 5.4.

Universitas Sumatera Utara

49

Tabel 5.4Data Keputihan Siswi Pada Saat Pre-test Berdasarkan Distribusi
Frekuensi dan Persentase
No.
Keputihan Patologis
Frekuensi (n) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
Total

Keputihan sembuh
Keputihan ringan
Keputihan sedang
Keputihanberat

0
2
21
0
23 orang

0
8.7
91.2
0

Setelah 7 hari penelitian, kelompok kontrol yang menggunakan air kran
seluruhnya mengalami keputihan sedang. Dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5Data Keputihan Siswi Pada Saat Post-test Berdasarkan Distribusi
Frekuensi dan Persentase
No.
Keputihan Patologis
Frekuensi (n) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
Total

Keputihan sembuh
Keputihan ringan
Keputihan sedang
Keputihan berat0

0
0
23

0
0
100

0
23 orang

5.1.2. Analisa Bivariat
5.1.2.1. Perbedaan keputihan pre dan post pada kelompok intervensi
Dalam hasil penelitian ini, peneliti menggunakan uji wilcoxon untuk
membandingkan data sebelum dan data sesudah pemberian daun sirih merah
karena hasil uji normalitas dengan menggunakan shapiro wilk pada pre-test
kelompok intervensi adalah 0.024 (p < 0.05) sedangkan pada post-test yaitu
0.000 (p < 0.05) sehingga data tidak terdistribusi normal, dimana syarat data
normal jika p > α (0.05). Dimana sebelumnya pada proposal penelitian,
peneliti akan menggunakan uji t-dependent jika data terdistribusi normal. Uji
normalitas data dapat dilihat pada tabel 5.6.

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 5.6 Uji Normalitas Data Sebelum dan Sesudah Pemberian Air Rebusan
Daun Sirih Merah
No.
Variabel
Shapiro-wilk
N
1.
2.

Data sebelum
Data sesudah

p
0.024
0.000

23

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa terdapat penurunan
gejala keputihan pada siswi kelompok intervensi setelah diberikan daun sirih
merah atau dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7 Perbedaan gejala keputihan pre dan post pada kelompok intervensi
No.
Variabel
positive negative T
Z
p value
ranks ranks
Keputihan pre danpost

1.

0.00

12.00

0.00- 4.2110.000

Penurunan gejala keputihan ini diperoleh dari lembar pre dan post pemberian
daun sirih merah dengan menggunakan uji wilcoxon (non parametric)dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05). Dari hasil analisa diperoleh positive
ranks 0.000, negative ranks 12.00. Oleh karena jumlah rangking positif lebih
kecil dibandingkan dengan rangking negatif maka nilai T yang digunakan
adalah rangking positif (0.00). Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan pvalue =
0.000, dimana hasil ini menunjukkan bahwa nilai p < α (0.000 α (0.05). Dimana sebelumnya pada proposal penelitian,
peneliti akan menggunakan uji t-dependent jika data terdistribusi normal. Uji
normalitas data dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8 Uji Normalitas Data Sebelum dan Sesudah
No.
Variabel
Shapiro-wilk
N
1.
2.

Data sebelum
Data sesudah

23

p
0.001
0.000

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa tidak ada
penurunan (menetap) gejala keputihan pada siswi kelompok kontrol atau
dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9 Perbedaan gejala keputihan pre dan post pada kelompok kontrol
Variabel
positive negative T
Z
p value
ranks
ranks
Keputihan pre dan post2.00
0.00
0.00 -1.604
0.109

Menetapnya gejala keputihan ini diperoleh dari lembar pre dan
postpemberian daun sirih merah dengan menggunakan uji wilcoxon (non
parametric). Dari hasil analisa diperoleh positive ranks 2.00, negative ranks
0.00. Oleh karena jumlah rangking negatif lebih kecil dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara

52

rangking positif maka nilai T yang digunakan adalah rangking negatif
(0.00). Nilai p = 0.109, dimana hasil ini menunjukkan bahwa nilai 0.109 >
0.05 (p > α) dan skor Z sebesar -1.604 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan/bermakna. Maka hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat penurunan gejala keputihan antara sebelum dan sesudah tanpa
pemberian daun sirih merah dalam mengatasi keputihan patologis pada
kelompok kontrol.
5.1.2.3. Perbedaan keputihanantara kelompok intervensi dengan kelompok
kontrol
Untuk membandingkan data sesudah pemberian daun sirih merah pada kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol, peneliti menggunakan uji mannwhitney(non-parametric

test)

karena

hasil

uji

normalitas

dengan

menggunakan shapiro wilk pada kelompok intervensi adalah 0.000 (p <
0.05) sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 0.000 (p < 0.05) sehingga data
tidak terdistribusi normal, dimana syarat data normal jika p > α (p >0.05).
Dimana sebelumnya pada proposal penelitian, peneliti akan menggunakan
uji t-independent comparative jika data terdistribusi normal. Uji normalitas
data dapat dilihat pada tabel 5.10.
Tabel 5.10 Uji Normalitas pada Kelompok Intervensi dengan Kelompok
Kontrol
No.
Variabel
Shapiro-wilk
N
1.
2.

Data sebelum
Data sesudah

23

p
0.000
0.000

Universitas Sumatera Utara

53

Tabel 5.11 Perbedaan keputihanpada kelompok intervensi dan
kontrol
Variabel
z
p value

Keputihan kelompok intervensi dan kelompok kontrol

kelompok

- 5.9570.000

Pada hasil uji mann-whitney(tabel 5.11)nilai p = 0.000, dimana hasil ini
menunjukkan bahwa nilai 0.000 < 0.05 (p < α) dan skor Z sebesar -5.957
yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan/bermakna antara
keputihan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Keputihan pada wanita usia subur
Semua wanita mengalami keputihan pada masa-masa tertentu, baik karena
sedang hamil, menjelang haid, sehabis haid, masa nifas (sehabis melahirkan),
sedang subur (kurang dari 2 minggu sebelum haid yang akan datang), dan
sehabis bersenggama (Irianto, 2015: 321). Hal ini merupakan keputihan yang
normal.Keputihan dikatakan tidak normal jika cairan yang keluar banyak dan
terus menerus dari vagina. Warna cairan tidak jernih, berwarna putih, kuning
sampai kehijauan, terasa gatal, berbau tidak enak sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari (Irianto,2015 :320).
Pada penelitian ini, ditemukan bahwa usia siswi berada pada rentang usia 1617 tahun yang sedang menjalani masa pendidikan di kelas 2 SMA. Dimana
hampir dari setengah jumlah siswi mempunyai usia menarche pada saat 12
tahun.Hal ini sejalan dengan penelitian Badaryati (2012) menunjukkan bahwa
wanita yang menarche pada saat usia kurang dari 13 tahun lebih banyak
dibandingkanwanita yang menarche diatas usia 13 tahun. Usiamenarche dapat

Universitas Sumatera Utara

54

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor gizi dimana
semakin baik gizi seseorang maka semakin cepat pula seorang wanita
mengalami menarche (Ellya, 2010 dalam Badaryati, 2012). Peneliti belum
menemukan adanya hubungan usia menarche dengan keputihan.
Pada karakteristik demografi siswi juga dapat ditemukan bahwa 20 orang dari
46 orang siswi mengganti pembalut hanya 2 kali pada saat menstruasi. Selain
itu juga, 24 orang (52.17 %) dari 46 siswi tidak mengeringkan daerah
kewanitaannya ketika lembab.Hal ini menunjukkan bahwa perilaku hygiene
siswi kurang baik, hal ini mungkin terjadi karena pengetahuan siswi masih
kurang dalam menjaga organ reproduksi. Oleh karena itu, peran ibu sangat
penting dalam memberikan edukasi kepada putrinya tentang menjaga organ
reproduksi dengan baik dan bagaimana cara perilaku hygiene yang tepat.
Perilaku hygiene yang tepat sangat diperlukan dalam upaya menjaga
kesehatan reproduksi terutama bagi wanita.Perilaku hygiene yang buruk
adalah salah satu faktor timbulnya keputihan patologis atau keputihan tidak
normal.Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2012) menunjukkan bahwa
adanya

hubungan

perilaku

hygiene

dengan

kejadian

keputihan

patologis.Kejadian keputihan patologis lebih banyak terjadi pada wanita yang
mempunyai perilaku hygiene yang buruk.
Perilaku hygiene yang baik dapat dilakukan dengan cara membersihkan bagian luar
vagina setelah buang air kecil atau buang air besar dengan menggunakan air
yang

bersih,

sering

mengganti

pembalut

ketika

menstruasi,

tidak

menggunakan sabun atau menyapu shower gel pada alat kelamin,

Universitas Sumatera Utara

55

menggunakan celana dalam yang menyerap keringat, mengganti celana dalam
minimal 2 kali sehari, dan berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala
yang abnormal dari bagian reproduksi seperti keputihan dengan warna kuning
kehijauan dan adanya rasa panas pada bibir vagina (Irianto, 2015: 18-19).
Selain itu, pada karakteristik demografi siswi juga ditemukan bahwa hampir
seluruh siswi tidak menggunakan cairan pembersih untuk daerah kewanitaan.
Hal ini merupakan keadaan yang baik, karena cairan pembersih atau sabun
pembersih khusus untuk daerah kewanitaan merupakan salah satu penyebab
munculnya keputihan tidak normal (Mohanis, 2013).
5.2.2. Efektivitas pemberian daun sirih merah dalam mengatasi keputihan
patologis pada wanita usia subur di SMA Santo Thomas 1 Medan
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (tabel 5.7) yang berarti ada
pengaruh daun sirih merah dalam mengatasi keputihan. Dengan kata lain,
daun sirih merah efektif dalam mengatasi keputihan pada wanita usia subur.
Penelitian Sadewo (2002 dalam Mohanis, 2013) juga menunjukkan bahwa
khasiat daun sirih merah ini digunakan untuk mengurangi keputihan dan
menjaga organ kewanitaan, karena salah satu khasiat daun sirih merah adalah
sebagai antiseptik. Penelitian Saraswati (2016) menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun sirih merah memiliki kemampuan antibakteri terhadap bakteri
gram positif dan bakteri gram negative khususnya Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
Keputihan dalam penelitian ini dapat sembuh ataupun terdapat
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi

Universitas Sumatera Utara

56

daun sirih merah karena adanya kandungan kimia dari daun sirih merah yang
mempunyai daya antiseptik yang sangat kuat sehingga dapat mengatasi
keputihan.Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yaitu
minyak atsiri, alkoloid, saponin, tanin, dan flavonoid dimana kandungan
kimia tersebut diduga berpotensi sebagai daya antimikroba (Ebadi, 2012
dalam Candrasari, 2012).Flavonoid bekerja dengan cara membentuk senyawa
kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas
membrane sel bakteri. Begitu juga dengan alkaloid memiliki kemampuan
sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara menganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding
sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut
(Saraswati,2016).
Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanisme
yang diperkirakan adalah toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri,
senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa
ikatan terhadap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu
kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya
toksisitas tanin itu sendiri. Tanin juga bekerja dengan cara mengkerutkan
dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu
sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan
aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati.
Minyak atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses

Universitas Sumatera Utara

57

terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau
terbentuk tidak sempurna (Saraswati, 2016).
Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah
hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allyprokatekol, karvakrol, eugenol,
pcymene, cineolo, caryofelen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propada
(Sulistiyani, 2007 dalam Nisa, 2014).Kandungan minyak atsiri yang terdapat
di daun sirih merah adalah golongan monoterpen (p-cymene), golongan
seskueterpen(caryoefelen,kadimen estragol), phenylpropane (hidroksikavicol,
eugenol, kavicol, kavibetol), phenol (karvakrol), allylprokatekol dan
terpenena.Senyawa aktif eugenol, kavikol, dan karvakrol inilah yang dikenal
memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan Candida albicans(salah satu
penyebab keputihan).Dimana karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur,
sehinggga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan
keputihan.Eugenol

dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Sifat

kimiawi daun sirih merah adalah rasa hangat dan pedas.Karena kelengkapan
kandungan zat atau senyawa kimia bermanfaat inilah, daun sirih merah
memiliki manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat herbal (Maharani,
2013 dalam Yanti, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa hipotesis alternatif
(Ha) dapat diterima yaitu adanya pengaruh pemberian daun sirih merah
terhadap keputihan patologis pada wanita usia subur di SMA Santo Thomas 1
Medan. Dengan kata lain, daun sirih merah dapat digunakan sebagai obat
non-farmakologis dalam mengatasi keputihan.

Universitas Sumatera Utara

58

5.2.3. Keputihan pada kelompok kontrol
Pada tabel 5.9 nilai p = 0.109 (p > 0.05) yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara keputihan pre dan post pada kelompok
kontrol. Dimana pada kelompok kontrol tidak diberikan daun sirih merah,
melainkan hanya menggunakan air kran untuk mengatasi keputihan. Hasilnya
adalah keputihan yang dialami pada kelompok ini tidak berubah yang berarti
bahwa air kran tidak efektif dalam mengatasi keputihan patologis.
Selain itu juga dapat dilihat perbedaan antara tabel 5.4 dan 5.5, dimana
sebelum penelitian siswi yang mengalami keputihan ringan ada 2 orang tetapi
setelah 7 hari penelitian 2 orang siswi tersebut mengalami keputihan sedang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kejadian keputihan
dari 2 orang mengalami keputihan ringan menjadi keputihan sedang. Hasil ini
berbanding terbalik dengan kelompok intervensi dimana pada tabel 5.2 yaitu
tabel distribusi frekuensi sebelum pemberian air rebusan daun sirih merah,
siswi yang mengalami keputihan ringan ada 9 orang dan siswi yang
mengalami keputihan sedang ada 14 orang. Setelah 7 hari pemberian air
rebusan daun sirih merah, siswi yang mengalami keputihan sembuh ada 22
orang dan yang mengalami keputihan ringan ada 1 orang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa air rebusan daun sirih merah sangat berguna dalam
mengatasi keputihan patologis pada wanita usia subur.

Universitas Sumatera Utara

59

5.3. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa keterbatasan yang
dapat mempengaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan
tersebut antara lain :
5.3.1. Peneliti kurang mampu mengontrol faktor-faktor dari luar yang
dapat mempengaruhi hasil penelitian
5.3.2. Perlakuan untuk kelompok kontrol seharusnya menggunakan air
yang dimasak ataupun air steril bukan air kran
5.3.3. Untuk uji reliabilitas, seharusnya sample untuk reliabilitas instrumen
penelitian harus sama karakteristiknya dengan sample penelitian
yaitu sama-sama dari anak SMA

Universitas Sumatera Utara

60

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian quasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan daun
sirih merah dalam mengatasi keputihan pada wanita usia subur di SMA Santo
Thomas 1 Medan. Proses pemgumpulan data dilakukan selama 1 minggu 3 hari
pada bulan April-Mei 2017. Pengumpulan data diawali dengan memberikan lembar
pre-test pada kedua kelompok untuk menilai gejala keputihan kemudian pada
kelompok intervensi diberikan daun sirih merah sedangkan pada kelompok kontrol
hanya menggunakan air biasa saja.Setelah itu, diberikan lembar post-test untuk
menilai kembali gejala keputihan yang dialami setelah pemberian daun sirih merah
pada kelompok intervensi dan penggunaan air biasa saja tanpa diberikan daun sirih
merah pada kelompok kontrol.Pengolahan data dengan menggunakan program
komputer dengan uji wilcoxon dan uji mann-whitney.
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Kejadian keputihan pada kelompok intervensi pada saat pre-test
yaitu

keputihan ringan sebanyak 9 orang dan keputihan sedang

sebanyak

14 orang, sedangkan setelah post-testsiswi yang mengalami

keputihan

sembuh sebanyak 22 orang dan keputihan ringan sebanyak 1

orang.
6.1.2.

Kejadian

keputihan

yaitukeputihan

sedang

pada

kelompok

sebanyak

21

kontrol
orang

pada

dan

saat

keputihan

pre-test
ringan

sebanyak 2 orang, sedangkan setelah post-test seluruh siswi mengalami
keputihan sedangyaitu sebanyak 23 orang.

Universitas Sumatera60Utara

61

6.1.4. Perbedaan kejadian keputihan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol menggunakan uji mann-whitney dengan p value =
0.000, dimanahasil ini menunjukkan bahwa nilai p